BAB VIII
ASPEK LINGKUNGAN
DAN SOSIAL
RPI2‐JM bidang Cipta Karya membutuhkan kajian pendukung dalam hal lingkungan dan sosial untuk meminimalkan pengaruh negatif pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya terhadap lingkungan permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan. Kajian aspek lingkungan dan sosial meliputi acuan peraturan perundang‐undangan, serta analisis dan antisipasi/rekomendasi perlindungan lingkungan dan sosial yang dibutuhkan. Analisis perlindungan lingkungan dan sosial dalam Penyusunan RPI2‐JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Pemalang diuraikan sebagai berikut :
8.1. ANALISIS PERLINDUNGAN LINGKUNGAN (KLHS, AMDAL, UKL‐UPL DAN SPPLH) 8.1.1. Acuan Peraturan Perundang‐Undangan
Acuan peraturan perundang‐undangan yang digunakan dalam mengakomodasi prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai berikut :
1. Undang‐Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
KLHS tercantum dalam UU No 32 Tahun 2009, sebagai berikut: 1). Pasal 14
Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan terdiri atas: a. KLHS;
b. tata ruang;
c. baku mutu lingkungan hidup;
d. kriteria baku kerusakan lingkungan hidup; e. amdal;
f. UKL‐UPL; g. perizinan;
h. instrumen ekonomi lingkungan hidup; i. peraturan perundang‐undangan berbasis j. lingkungan hidup;
k. anggaran berbasis lingkungan hidup; l. analisis risiko lingkungan hidup; m. audit lingkungan hidup; dan
n. instrumen lain sesuai dengan kebutuhan dan/atau perkembangan ilmu pengetahuan. 2). Pasal 15
(1) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib membuat KLHS untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program. (2) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melaksanakan KLHS sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ke dalam penyusunan atau evaluasi:
a. rencana tata ruang wilayah (RTRW) beserta rencana rincinya, rencana pembangunan jangka panjang (RPJP), dan rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) nasional, provinsi, dan kabupaten/kota; dan
b. kebijakan, rencana, dan/atau program yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau risiko lingkungan hidup.
(3) KLHS dilaksanakan dengan mekanisme:
a. pengkajian pengaruh kebijakan, rencana, dan/atau program terhadap kondisii lingkungan hidup di suatu wilayah;
b. perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau program; dan c. rekomendasi perbaikan untuk pengambilan keputusan kebijakan, rencana, dan/atau program yang mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan. 3). Pasal 17
(1) Hasil KLHS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) menjadi dasar bagi kebijakan, rencana, dan/atau program pembangunan dalam suatu wilayah.
(2) Apabila hasil KLHS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyatakan bahwa daya dukung dan daya tampung sudah terlampaui,
a. kebijakan, rencana, dan/atau program pembangunan tersebut wajib diperbaikii sesuai dengan rekomendasi KLHS; dan
b. segala usaha dan/atau kegiatan yang telah melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup tidak diperbolehkan lagi.
4). Pasal 18
(1) KLHS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) dilaksanakan dengan melibatkan masyarakat dan pemangku kepentingan;
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyelenggaraan KLHS diatur dalam Peraturan Pemerintah.
5). Pasal 19 ayat 1
(1) Untuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup dan keselamatan masyarakat, setiap perencanaan tata ruang wilayah wajib didasarkan pada KLHS.
6). Pasal 63 Ayat 1 huruf d
(1) Dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, Pemerintah bertugas dan berwenang:
a. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS. Ayat 2 huruf b
(2) Dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, pemerintah provinsii bertugas dan berwenang:
a. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi. Ayat 3 huruf b
(3) Dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, pemerintah kabupaten/kota bertugas dan berwenang:
a. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.
Sedangkan dalam Pedoman Penyusunan RPI2‐JM Bidang Ciptakarya dalam UU No 32 Tahun 2009 mengamanatkan bahwa “Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri atas antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), dan Upaya Pengelolaan Lingkungan‐Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL‐UPL) dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH)”
2. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 9 Tahun 2011 Tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Strategis
KLHS dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 9 Tahun 2011 Tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Strategis sebagai berikut:
1). Pasal 1
Pedoman umum kajian lingkungan hidup strategis dimaksudkan sebagai acuan dalam pelaksanaan kajian lingkungan hidup strategis bagi para pembuat kebijakan, rencana dan/atau program baik sektoral maupun kewilayahan.
2). Pasal 2
Pedoman umum kajian lingkungan hidup strategis sebagaimana tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini, 3). Pasal 4
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Negaran Lingkungan Hidup Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Sedangkan dalam Pedoman Penyusunan RPI2‐JM Bidang Ciptakarya dalam Menterii Lingkungan Hidup Nomor 9 Tahun 2011 mengamanatkan bahwa “dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan untuk menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program agar dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan”.
3. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan.
Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun dokumen Amdal, UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup atau disebut dengan dengan SPPL bagi kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL dan UPL.
8.1.2. Analisis dan Antisipasi Perlindungan Lingkungan 8.1.3.1. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) A. Tahap I : Penapisan (Screening)
Secara singkat tabulasi identifikasi uji penapisan KLHS bagi suatu kebijakan, rencana, dan/atau program RPI2‐JM sebagai berikut :
TABEL VIII. 1
KRITERIA PENAPISAN USULAN PROGRAM/ KEGIATAN BIDANG CIPTA KARYA No Kriteria Penapisan
Penilaian
Uraian Pertimbangan Kesimpulan (signifikan/Tidak)
1. Perubahan Iklim ‐ ‐
2. Kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati
Program Pengembangan Perumahan Fasilitasi dan stimulasi pembangunan perumahan masyarakat kurang mampu akan berpengaruh terhadap kondisi keanekaragaman hayati dilokasi
pengembangan
Program Pengembangan
Perumahan Fasilitasi dan stimulasi pembangunan perumahan masyarakat kurang mampu secara signifikan akan berpengaruh terhadap kondisi keanekaragaman hayati dilokasi pengembangan
3. Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan,
Program perbaikan perumahan akibat bencana alam/sosial
Program perbaikan perumahan akibat bencana alam sangat berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat intensitas cakupan wilayah bencana apabila perbaikan tetap dilakukan dilokasi yang sama
4. Penurunan mutu dan
kelimpahan sumber daya alam
Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup sangat berpengaruh terhadap mutu dan kelimpahan sumber daya alam, jangan sampai program tersebut akan menyebabkan menurunnya mutu dan kelimpahan sumberdaya alam.
5. Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan,
Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan lainnya akan menimbulkan alih fungsi lahan pada lokasi pembangunan prasarana dan sarana pendukung sistem pengembangan
Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan lainnya signifikan berpengaruh terhadap perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
6. Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat
Program peningkatan kesiagaan dan pencegahan bahaya kebakaran
Program peningkatan kesiagaan dan pencegahan bahaya kebakaran akan berpengaruh secara signifikan terhadap keberlanjutan
penghidupan masyarakat sehingga harus sangat dipertimbangkan 7. Peningkatan risiko terhadap
kesehatan dan keselamatan manusia
Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah Penyediaan prasarana dan sarana air minum bagi masyarakat berpenghasilan rendah
Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah Penyediaan prasarana dan sarana air minum bagi masyarakat berpenghasilan rendah hal ini signifikan sangat berpengaruh terhadap risiko kesehatan dan
No Kriteria Penapisan
Penilaian
Uraian Pertimbangan Kesimpulan (signifikan/Tidak) keselamatan masyarakat rendah Program Pengembangan
Kinerja Pengelolaan Persampahan karena TPA sudah melampaui batas
Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan dan pengolahan Persampahan secara signifikan akan berpengaruh terhadap kesehatan dan keselamatan manusia terkait dengan tlokasi penyediaan baik pengolahan maupun pengelolaan
Sumber : Tim Penyusun, 2014
B. Tahap II : Pengkajian Pengaruh Kebijakan, Rencana, Dan/Atau Program Terhadap Kondisi Lingkungan Hidup
1). Identifikasi Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Lainnya Tujuan identifikasi masyarakat dan pemangku kepentingan adalah:
a. Menentukan secara tepat pihak‐pihak yang akan dilibatkan dalam pelaksanaan KLHS; b. Menjamin diterapkannya azas partisipasi yang diamanatkan UU No. 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
c. Menjamin bahwa hasil perencanaan dan evaluasi kebijakan, rencana dan/atau program memperoleh legitimasi atau penerimaan oleh publik;
d. Agar masyarakat dan pemangku kepentingan mendapatkan akses untuk menyampaikan informasi, saran, pendapat, dan pertimbangan tentang pembangunan berkelanjutan melalui proses penyelenggaraan KLHS.
Identifikasi masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya dalam penyusunan dan implementasi KLHS RPI2‐JM dapat dilihat pada tabel berikut.
TABEL VIII. 2
IDENTIFIKASI MASYARAKAT DAN PEMANGKU KEPENTINGAN No Masyarakat dan Pemangku
Kepentingan Instansi/Lembaga
1 Pembuat keputusan Bupati; dan
DPRD
2 Penyusun KRP Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(Bappeda);
Dinas Pekerjaan Umum; Badan Lingkungan Hidup (BLH); PDAM
BPSPAM
Dinas Kesehatan;
3 Instansi terkait Kantor Kecamatan, dan
Kantor Kelurahan/ Kepala Desa.
4 Masyarakat yang memiliki
informasi
Perguruan tinggi atau lembaga penelitian lainnya Asosiasi profesi
LSM bidang lingkungan hidup, Tokoh masyarakat, dan
Kelompok masyarakat lokal/ pemerhati lingkungan hidup
No Masyarakat dan Pemangku
Kepentingan Instansi/Lembaga
5 Masyarakat yang terkena
dampak
Tokoh masyarakat di desa dan kecamatan Kelompok/organisasi masyarakat Asosiasi Pengusaha
Sumber: Tim Penyusun, 2014
2). Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Tujuan identifikasi isu pembangunan berkelanjutan:
a. penetapan isu‐isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup atau keterkaitan antar ketiga aspek tersebut;
b. pembahasan fokus terhadap isu signifikan; dan
c. membantu penentuan capaian tujuan pembangunan berkelanjutan.
Identifikasi isu pembangunan berkelanjutan bidang Cipta Karya Kabupaten Pemalang secara rinci diuraikan sebagai berikut.
TABEL VIII. 3
CONTOH PROSES IDENTIFIKASI ISU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN BIDANG CIPTA KARYA No Pengelompokan Isu‐isu Pembangunan
Berkelanjutan Bidang Cipta Karya Penjelasan Singkat 1. Lingkungan Hidup Permukiman
Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan
Meningkatnya produksi sampah domestik yang tidak sebanding dengan daya tampung sarana pengelolaan dan pengolahan sampah. Hal ini ditandai penggunaan TPA yang telah melampaui batas akhir operasi. Pengendalian Pencemaran dan
Perusakan Lingkungan Hidup
Meningkatnya pencemaran air dan menurunya kualitas lingkungan hidup. Hal ini diketahui dari meningkatnya pencemaran di 6 sungai di Kabupaten Pemalang.
Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam
Menurunnya kualitas sumber daya air dan sumberdaya alam, disebabkan meningkatnya alih fungsi lahan dan eklpoitasi sumberdaya alam secara berlebihan.
Pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH)
Terbatasnya luas ruang terbuka hijau di wilayah pemukiman, industri, pusat
perdagangan dan lokasi padat lalu lintas. Hal ini dapat dilihat dari persentase ruang terbuka hijau di wilayah permukiman, industri, pusat perdagangan dan lokasi padat lalu lintas hanya 4,82%.
2. Ekonomi
Kondisi kemiskinan berkorelasi terhadap lingkungan hidup
Adanya kondisi pencemaran air dan minimnya prasarana dan sarana utilitas lingkungan permukiman memberikan pengaruh terhadap
berkerangnya tingkat kesejahteraan
masyarakat khususnya masyarakat
pendapatan rendah
3. Sosial
Peningkatan Pengendalian Polusi
a. Masih rendahnya peran serta masyarakat dalam upaya rehabilitasi dan konservasi sumberdaya alam. Hal ini ditandai masih minimnya laporan masyarakat mengenai kerusakan
No Pengelompokan Isu‐isu Pembangunan
Berkelanjutan Bidang Cipta Karya Penjelasan Singkat sumberdaya alam.
b. Belum optimalnya pengendalian pencemaran udara yang berasal dari kendaraan bermotor dan industri Masih adanya penyimpangan
pemanfaatan ruang dari ketentuan pemanfaatan ruang
Masih adanya konflik kepentingan dalam pengelolaan dan tara ruang, antar sektor, yaitu kehutanan, ruang terbuka hijau, kebutuhan lahan untuk prasarana wilayah dan pemukiman serta masih kurangnya kesadaran masyarakat Kabupaten Pemalang dalam pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang wilayah.
Sumber: Tim Penyusun, 2014
3). Identifikasi Kebijakan/Rencana/Program (KRP)
Secara rinci identifikasi Kebijakan/Rencana/Program (KRP) bidang Cipta Karya Kabupaten Pemalang diuraikan sebagai berikut.
TABEL VIII. 4
IDENTIFIKASI KEBIJAKAN/RENCANA/PROGRAM (KRP) No Komponen Kebijakan
/Rencana / Program Kegiatan
Lokasi (Kecamatan / Kelurahan (jika ada)) 1. Pengembangan Permukiman program pengembangan kawasan permukiman pedesaan ‐ peningkatan kualitas lingkungan ‐ pembangunan rusunawa ‐ pembinaan teknis kegiatan perumahan permukiman Se. Kabupaten program pengembangan kawasan permukiman pedesaan ‐ pengembangan
kawasan terpilih pusat pengembangan desa (ktp2d)
‐ pengembangan
kawasan agropolitan
‐ pengangan kawasan
rawan bencana (kec. watukumpul, belik)
kec. watukumpul, belik
2. Penataan Bangunan dan Lingkungan Program pembinaan teknis
kegiatan penataan bangunan dan lingkungan ‐ peningkatan/ pemantapan kelembagaan penataan bangunan gedung dan lingkungan ‐ penyusunan rencana
tata bangunan dan
No Komponen Kebijakan
/Rencana / Program Kegiatan
Lokasi (Kecamatan / Kelurahan (jika ada)) lingkungan (rtbl)
‐ penyusunan rencana
induk sistem proteksi kebakaran (rispk) ‐ penyusunan raperda bangunan gedung(pengesahan rtbl) ‐ pendataan bangunan gedung ‐ monitoring, evaluasi dan pelaporan penataan lingkungan permukiman
‐ dukungan sarana dan prasarana penataan lingkungan permukiman kumuh ‐ pnpm kecamatan kota ‐ pnpm kecamatan desa ‐ administrasi pnpm Se. Kabupaten bantuan teknis ‐ penataan ruang terbuka hijau (rth) ‐ penataan sarana reklame ‐ penataan bangunan dan lingkungan
3. Pengembangan Air Minum rencana program investasi infrastruktur sub bidang pengembangan air minum
studi kelayakan peningkatan capacity
building sanitasi lingkungan
penyediaan sarana dan prasarana air minum
Se. Kabupaten
4. Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman rencana program investasi
infrastruktur sub bidang persampahan
Menyediakan prasarana dan sarana pelengkap untuk pengelolaan sampah seperti penambahan
No Komponen Kebijakan
/Rencana / Program Kegiatan
Lokasi (Kecamatan / Kelurahan (jika ada))
sarana pengumpul,
penampungan dan peralatan di TPA, Mengkaji lokasi lahan
TPA kel. pabuaran. kec. Bantarbolang
pengolahan sampah pada sumber sampah Skala rumah tangga dan skala kawasan (Kecamatan)
Sosialisasi pengolahan sampah berbasis composting dan daur ulang
program investasi
infrastruktur sub bidang air limbah
Mengadakan infrastruktur
bidang air limbah Se. Kabupaten
Sumber: Tim Penyusun, 2014
4). Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Suatu Wilayah
Secara rinci kajian pengaruh Kebijakan/Rencana/Program (KRP) bidang Cipta Karya Kabupaten Pemalang diuraikan sebagai berikut.
Penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kab Pemalang
(RPI2-JM) Tahun 2014 VIII-10
TABEL VIII. 5
KAJIAN PENGARUH KRP TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DI SUATU WILAYAH
No Komponen Kebijakan, Rencana dan/atau Program
Pengaruh pada Isu‐isu Strategis Berdasarkan Aspek Pembangunan Berkelanjutan
Total Bobot
Bobot Lingkungan Hidup Permukiman Bobot Sosial Bobot Ekonomi
Terbatasnya kecukupan sumber air baku untuk pemenuhan air minum Adanya ancaman pencemaran lingkungan oleh infrastruktur yang tidak berfungsi maksimal Dampak kawasan kumuh terhadap kualitas lingkungan Adanya pencemaran lingkungan menyebabkan berkembangnya wabah penyakit Kondisi kemiskinan berkorelasi dengan kerusakan lingkungan A PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
1 program pengembangan kawasan permukiman pedesaan 3 2 +3 1 +2
B PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
1 Program pembinaan teknis kegiatan penataan bangunan
dan lingkungan dan penataan kawasan permukiman 0 3 +1 0 +1
C PENGEMBANGAN AIR MINUM
1 Program investasi infrastruktur sub bidang
pengembangan air minum, penyediaan air minum +3 3 1 0 0
D PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN
PERMUKIMAN
1 program investasi infrastruktur sub bidang persampahan
3 3 +3 +2 1
2 program investasi infrastruktur sub bidang air limbah
1 3 +2 +2 1
C. Tahap III : Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP
Tujuan perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau program untuk mengembangkan berbagai alternatif perbaikan muatan KRP dan menjamin pembangunan berkelanjutan. Beberapa alternatif untuk menyempurnakan dan atau mengubah rancangan KRP mempertimbangkan antara lain:
a. Memberikan arahan atau rambu‐rambu mitigasi terkait dengan kebijakan, rencana, dan/atau program yang diperkirakan akan menimbulkan dampak lingkungan atau bertentangan dengan kaidah pembangunan berkelanjutan.
b. Menyesuaikan ukuran, skala, dan lokasi usulan kebijakan, rencana, dan/atau program. c. Menunda, memperbaiki urutan, atau mengubah prioritas pelaksanaan kebijakan,
rencana, dan/atau program.
d. Mengubah kebijakan, rencana, dan/atau program.
Berdasarkan nilai bobot kajian pengaruh dan beberapa dasar pertimbangan diatas, maka dapat dirumuskan alternatif penyempurnaan KRP sebagai berikut :
TABEL VIII. 6
PERUMUSAN ALTERNATIF PENYEMPURNAAN KRP
No Komponen Kebijakan /Rencana / Program Alternatif Penyempurnaan KRP 1. Pengembangan Permukiman
program pengembangan kawasan permukiman pedesaan meliputi: ‐ peningkatan kualitas lingkungan
‐ pembangunan rusunawa
‐ pembinaan teknis kegiatan perumahan
permukiman
Program pembinaan teknis kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terlebih dahulu diikuti dengan adanya studi kelayakan/ feasibility study kajian kawasan serta kualitas lingkungan permukiman pedesaan dan penyusunan DED pembangunan rusunawa.
2. Penataan Bangunan dan Lingkungan Program pembinaan teknis kegiatan penataan bangunan dan lingkungan
Program pembinaan teknis kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terlebih dahulu diikuti dengan adanya studi kelayakan/ feasibility study kajian kebutuhan dan penyusunan DED penataan bangunan dan lingkungan.
3. Pengembangan Air Minum
program investasi infrastruktur sub bidang pengembangan air minum
Pengembangan Prasarana dan Sarana Air Minum diupayakan terlebih dahulu diikuti dengan
Penyusunan AMDAL dan Studi Kelayakan
Pengembangan Prasarana dan Sarana Air Minum
Pengembangan Prasarana dan Sarana Air Minum diupakan terlebih dahulu dilakukan penyiapan lahan dari semua kawasan
Pelaksanaan pembangunan dilakukan setelah terdapat kesepakatan dan pemenuhan syarat‐ syarat dokumen sebagai syarat kesiapan kriteria dalam kerjasama pengembangan SPAM regional. 4. Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman
program investasi infrastruktur sub bidang persampahan
Program pengembangan dan pembangunan
dibidang persampahan diupayakan untuk selalu diikuti dengan kegiatan monitoring dan evaluasi kinerja kelembagaan serta sosialisasi terhadap
No Komponen Kebijakan /Rencana / Program Alternatif Penyempurnaan KRP
rencana pengolahan sampah baik dalam skala rumah tangga maupun kawasan
program investasi infrastruktur sub bidang air limbah
Pasca pembangunan dan peningkatan IPLT sebaiknya diikuti dengan kegiatan sosialisasi kepada masyarakat pasca konstruksi IPLT
Sumber: Tim Penyusun, 2014
D. Tahap IV : Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS
Rekomendasi perbaikan KRP dan pengintegrasian hasil KLHS bidang Cipta Karya Kabupaten Pemalang sebagai berikut :
TABEL VIII. 7
REKOMENDASI PERBAIKAN KRP DAN PENGINTEGRASIAN HASIL KLHS No Komponen Kebijakan /Rencana / Program Rekomendasi Perbaikan KRP dan
Pengintegrasian Hasil KRP 1. Pengembangan Permukiman
program pengembangan kawasan permukiman pedesaan meliputi:
‐ peningkatan kualitas lingkungan
‐ pembangunan rusunawa
‐ pembinaan teknis kegiatan perumahan
permukiman
Peningkatan kualitas lingkungan
Penyusunan studi kelayakan/ feasibility study kajian kawasan serta kualitas lingkungan permukiman pedesaan
Monitoring dan sosialisasi terkait peran masyarakat
Pelaksanaan program peningkatan kualitas lingkungan,
Pembangunan Rusunawa
Penyusunan studi kelayakan/ feasibility study kajian kawasan rusunawa
Penyusunan AMDAL
Penyiapan Lahan untuk rusunawa Penyusunan DED Rusunawa
Penyusunan dan penyiapan kelengkapan syarat‐syarat dokumen dampak lingkungan,
data calon penghuni Rusunawa dan
kesepakatan Pemda dalam penandatanganan MoA sebagai syarat kesiapan kriteria Kabupaten Pemalang
Pembangunan fisik Rusunawa
Pemasangan jaringan prasarana Rusunawa (air bersih dan listrik)
2. Penataan Bangunan dan Lingkungan
Program pembinaan teknis kegiatan penataan bangunan dan lingkungan
Penyusunan studi kelayakan/ feasibility study kajian bangunan dan lingkungan
Penyusunan DED pembangunan sarana dan
prasarana dalam kegiatan penataan
bangunan dan lingkungan
‐ peningkatan/ pemantapan kelembagaan
penataan bangunan gedung dan lingkungan ‐ penyusunan rencana tata bangunan dan
lingkungan (rtbl)
‐ penyusunan rencana induk sistem proteksi kebakaran (rispk)
‐ penyusunan raperda bangunan
gedung(pengesahan rtbl) ‐ pendataan bangunan gedung
No Komponen Kebijakan /Rencana / Program Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KRP ‐ monitoring, evaluasi dan pelaporan 3. Pengembangan Air Minum
rencana program investasi infrastruktur sub bidang pengembangan air minum
Pengembangan Prasarana dan Sarana Air Minum diupayakan terlebih dahulu diikuti dengan Penyusunan AMDAL dan Studi Kelayakan Pengembangan Prasarana dan Sarana Air Minum
Pengembangan Prasarana dan Sarana Air Minum diupakan terlebih dahulu dilakukan penyiapan lahan dari semua kawasan peningkatan capacity building sanitasi
lingkungan
penyediaan sarana dan prasarana air minum 4. Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman
rencana program investasi infrastruktur sub bidang persampahan
Menyediakan prasarana dan sarana
pelengkap untuk pengelolaan sampah seperti penambahan sarana pengumpul,
penampungan dan peralatan di TPA, Mengkaji lokasi lahan TPA kel. pabuaran. kec.
Bantarbolang
pengolahan sampah pada sumber sampah Skala rumah tangga dan skala kawasan (Kecamatan)
Sosialisasi pengolahan sampah berbasis composting dan daur ulang
program investasi infrastruktur sub bidang air limbah
Mengadakan infrastruktur bidang air limbah Pasca pembangunan dan peningkatan IPLT
sebaiknya diikuti dengan kegiatan sosialisasi kepada masyarakat pasca konstruksi IPLT Sumber: Tim Penyusun, 2014
8.1.3.2. Amdal, UKL‐UPL, dan SPPLH
Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008 Tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yaitu:
1. Proyek wajib AMDAL
2. Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL‐UPL 3. Proyek tidak wajib UKL‐UPL tapi SPPLH
Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen AMDAL tetapi wajib dilengkapi dengan dokumen UKL‐UPL. Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas wajib dilengkapi dokumen UKL‐UPL menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen UKL‐UPL tetapi wajib dilengkapi dengan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH).
Berdasarkan kriteria yang ada, maka dapat dirumuskan beberapa checklist Kebutuhan Analisis Perlindungan Lingkungan pada Program Cipta Karya di Kabupaten Pemalang sebagai berikut:
TABEL VIII. 8
CHECKLIST KEBUTUHAN ANALISIS PERLINDUNGAN LINGKUNGAN PADA PROGRAM CIPTA KARYA No Komponen Kegiatan Lokasi Amdal UKL/UPL SPPLH 1. Pengembangan Permukiman program pengembangan kawasan permukiman pedesaan meliputi: ‐ peningkatan kualitas lingkungan ‐ pembangunan rusunawa ‐ pembinaan teknis kegiatan perumahan permukiman ‐ Kecamatan Petarukan dan Pemalang ‐ PSD Rusunawa (Mulyoharjo dan Kebondalem) ‐ pengangan kawasan rawan bencana (Kec. Watukumpul, Belik) V V
2. Penataan Bangunan dan Lingkungan Program pembinaan teknis
kegiatan penataan bangunan dan lingkungan
Se. Kabupaten V
3. Pengembangan Air Minum program investasi infrastruktur sub bidang pengembangan air minum
‐ Studi Kelayakan mata air Setu desa Kuta
‐ Pengadaan
sarana prasarana dari kali Langsir dan mata air Bulakan ds. gambuhan dan dari sistem PDAM ds karangsari
V
4. Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman rencana program investasi infrastruktur sub bidang persampahan
Se. Kabupaten dan Lahan TPA kel. Pabuaran. kec. Bantarbolang
V V
program investasi infrastruktur sub bidang air limbah
Se. Kabupaten V
Sumber: Tim Penyusun, 2014
8.2. ANALISIS PERLINDUNGAN SOSIAL 8.2.1. Acuan Peraturan Perundang‐Undangan
Dasar peraturan perundang‐undangan yang menyatakan perlunya memperhatikan aspek sosial adalah sebagai berikut:
1. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:
Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan sosial juga dilakukan dengan memberi perhatian yang lebih besar pada kelompok masyarakat yang kurang beruntung, termasuk masyarakat miskin dan masyarakat yang tinggal di wilayah terpencil, tertinggal, dan wilayah bencana.
Penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak di tingkat nasional dan daerah, termasuk ketersediaan data dan statistik gender.
2. UU No. 2/2012 tentang Pengadaan UU No. 2/2012 tentang Pengadaan Lahan bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum:
Pasal 3: Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan menyediakan tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, negara, dan masyarakat dengan tetap menjamin kepentingan hukum Pihak yang Berhak. 3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Tahun 2010‐2014:
Perbaikan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan melalui sejumlah program pembangunan untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan kesempatan kerja, termasuk peningkatan program di bidang pendidikan, kesehatan, dan percepatan pembangunan infrastruktur dasar.
Untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, peningkatan akses dan partisipasi perempuan dalam pembangunan harus dilanjutkan.
4. Peraturan Presiden No. 15/2010 tentang Percepatan penanggulangan Kemiskinan
Pasal 1: Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dunia usaha, serta masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi.
5. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional
Menginstruksikan kepada Menteri untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing‐masing.
8.2.2. Analisis dan Antisipasi Perlindungan Sosial
8.2.3.1. Aspek Sosial pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya A. Kemiskinan
Kajian aspek sosial lebih menekankan pada manusianya sehingga yang disasar adalah kajian mengenai penduduk miskin, mencakup data eksisting, persebaran, karakteristik, hingga kebutuhan penanganannya. Berikut merupakan analisis kebutuhan penanganan penduduk miskin di Kabupaten Pemalang.
Penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kab Pemalang
(RPI2-JM) Tahun 2014 VIII-16
TABEL VIII. 9
ANALISIS KEBUTUHAN PENANGANAN PENDUDUK MISKIN KABUPATEN PEMALANG
No Program/
kegiatan
Kondisi
Penduduk Permasalahan Bentuk penanganan Yang sudah dilakukan
Kebutuhan
Penanganan
1. Program Pemberdayaan Fakir Miskin Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan PMKS Lainnya
Peningkatan Kemampuan (Capacity Building)
petugas dan pendamping sosial pemberdayaan
fakir miskin, KAT dan PMKS lainnya
‐ ‐ Terwujudnya peningkatan kemampuan dan
kesejahteraan fakir miskin sebanyak 18 orang
Manajemen
keuangan sisa
anggaran
Pelatihan ketrampilan berusaha bagi keluarga
miskin
‐ ‐ Terwujudnya peningkatan kesejahteraan fakir miskin
yang diberdayakan sebanyak 10 orang
‐
Fasilitasi manajemen usaha bagi keluarga
miskin
‐ ‐ Tercapainya jumlah keluarga miskin yang tertangani
sebanyak 820 orang
Manajemen
keuangan sisa
anggaran
Pemberdayaan Wanita Rawan Sosial Ekonomi
‐ ‐ Terwujudnya peningkatan ketrampilan dan
kesejahteraan wanita rawan sosial ekonomi sebanyak
15 orang
Manajemen
keuangan sisa
anggaran
Fasilitasi upaya peningkatan kesejahteraan
keluarga
‐ ‐ Jumlah peserta PKH yang mendapat pendampingan
serta jumlah RTLH Bantuan sebanyak 221 desa
‐
2. Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial
3. Peningkatan kualitas pelayanan, sarana, dan
prasarana rehabilitasi kesejahteraan sosial bagi
PMKS
‐ ‐ Pelayanan semakin meningkat sebanyak 150 orang
Manajemen
keuangan sisa
anggaran
4. Penanganan masalah‐masalah strategis yang
menyangkut tanggap cepat darurat dan
kejadian luar biasa
‐ ‐ Peningkatan penanganan masalah strategis yang
menyangkut tanggap cepat darurat dan kejadian luar
biasa yang dilaksanakan sebanyak 400 KK
Manajemen
keuangan sisa
Penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kab Pemalang VIII-17
No Program/
kegiatan
Kondisi
Penduduk Permasalahan Bentuk penanganan Yang sudah dilakukan
Kebutuhan
Penanganan
5. Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial
6. Peningkatan peran aktif masyarakat dan dunia
usaha
Terselenggaranya kegiatan partisipasi sosial sebanyak
3 kegiatan
Manajemen
keuangan sisa
anggaran
7. Peningkatan jejaring kerjasama pelaku‐pelaku
usaha kesejahteraan sosial masyarakat
Peningkatan pelaksanaan jejaring kerja sama
sebanyak 65 lembaga
Manajemen
keuangan sisa
anggaran
8. Peningkatan kualitas SDM kesejahteraan sosial
masyarakat
Peningkatan kualitas SDM kesejahteraan sosial
masyarakat sebanyak 135 orang
Manajemen
keuangan sisa
anggaran
8.2.3.2. Aspek Sosial pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya secara lokasi, besaran kegiatan, dan durasi berdampak terhadap masyarakat. Untuk meminimalisir terjadinya konflik dengan masyarakat penerima dampak maka perlu dilakukan beberapa langkah antisipasi, seperti konsultasi, pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan, serta permukiman kembali.
1. Konsultasi masyarakat
Konsultasi masyarakat diperlukan untuk memberikan informasi kepada masyarakat, terutama kelompok masyarakat yang mungkin terkena dampak akibat pembangunan bidang Cipta Karya di wilayahnya. Hal ini sangat penting untuk menampung aspirasi mereka berupa pendapat, usulan serta saran‐saran untuk bahan pertimbangan dalam proses perencanaan. Konsultasi masyarakat perlu dilakukan pada saat persiapan program bidang Cipta Karya, persiapan AMDAL dan pembebasan lahan.
2. Pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan
Kegiatan pengadaan tanah dan kewajiban pemberian kompensasi atas tanah dan bangunan terjadi jika kegiatan pembangunan bidang cipta karya berlokasi di atas tanah yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus dilakukan untuk meningkatkan, atau memperbaiki, pendapatan dan standar kehidupan warga yang terkena dampak akibat kegiatan pengadaan tanah ini.
3. Permukiman kembali penduduk (resettlement)
Seluruh proyek yang memerlukan pengadaan lahan harus mempertimbangkan adanya kemungkinan pemukiman kembali penduduk sejak tahap awal proyek. Bilamana pemindahan penduduk tidak dapat dihindarkan, rencana pemukiman kembali harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga penduduk yang terpindahkan mendapat peluang ikut menikmati manfaat proyek. Hal ini termasuk mendapat kompensasi yang wajar atas kerugiannya, serta bantuan dalam pemindahan dan pembangunan kembali kehidupannya di lokasi yang baru. Penyediaan lahan, perumahan, prasarana dan kompensasi lain bagi penduduk yang dimukimkan jika diperlukan dan sesuai persyaratan.
Beberapa langkah antisipasi sosial pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya di Kabupaten Pemalang secara rinci diuraikan sebagai berikut.
TABEL VIII. 10
KEGIATAN PEMBANGUNAN CIPTA KARYA YANG MEMBUTUHKAN KONSULTASI, PEMINDAHAN PENDUDUK DAN PEMBERIAN KOMPENSASI SERTA PERMUKIMAN KEMBALI
No Komponen Program dan kegiatan
Tahap I Tahap II Arahan Lokasi Konsultasi Pengadaan Lahan / Pemberian Kompensasi Permukiman Kembali Sebelum Pemindahan Setelah Pemindahan 1. Pengembangan Permukiman pengembangan kawasan permukiman pedesaan V V Pembangunan rusunawa V V
2. Penataan Bangunan dan Lingkungan Program pembinaan
teknis kegiatan penataan
No Komponen Program dan kegiatan
Tahap I Tahap II Arahan Lokasi Konsultasi Pengadaan Lahan / Pemberian Kompensasi Permukiman Kembali Sebelum Pemindahan Setelah Pemindahan bangunan dan lingkungan
3. Pengembangan Air minum rencana program investasi infrastruktur sub bidang pengembangan air minum
V
4. Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman rencana program investasi
infrastruktur sub bidang persampahan
V V
program investasi infrastruktur sub bidang air limbah
V V
Sumber : Tim Penyusun, 2014
8.2.3.3. Aspek Sosial pada Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya seharusnya memberi manfaat bagi masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan secara sederhana dapat terukur, seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan akses pelayanan tersebut. Identifikasi manfaat program pembangunan atau kebutuhan penanganan pasca pelaksanaan pembangunan bidang ciptakarya Kabupaten Pemalang secara rinci diuraikan dalam tabel berikut.
Penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kab Pemalang
(RPI2-JM) Tahun 2014 VIII-20
TABEL VIII. 11
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PENANGANAN ASPEK SOSIAL PASCA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA
No Sektor/Program Lokasi Penduduk
Yang memanfaatkan
1. Pengembangan Permukiman
program pengembangan kawasan
permukiman pedesaan meliputi:
‐ peningkatan kualitas lingkungan
‐ pembangunan rusunawa
‐ pembinaan teknis kegiatan perumahan
permukiman
‐ Kecamatan Petarukan dan
Pemalang
‐ PSD Rusunawa (Mulyoharjo
dan Kebondalem)
‐ pengangan kawasan rawan
bencana (Kec. Watukumpul,
Belik)
Penduduk kategori pedesaan dan
yang mempunyai rumah tidak
layak huni di Kabupaten Pemalang
2. Penataan Bangunan dan Lingkungan
Program pembinaan teknis kegiatan
penataan bangunan dan lingkungan
Se. Kabupaten Penduduk Kabupaten Pemalang
3. Pengembangan Air minum
program investasi infrastruktur sub bidang
pengembangan air minum
‐ Pengadaan sarana prasarana
dari kali Langsir dan mata air
Bulakan ds. gambuhan dan
dari sistem PDAM ds
karangsari
Penduduk di wilayah pengadaan
sarana dan prasaran dari kali
Langsir dan mata air Bulakan ds.
gambuhan dan dari sistem PDAM
ds karangsari
4. Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman
rencana program investasi infrastruktur sub
bidang persampahan
Se. Kabupaten
Lahan TPA kel. Pabuaran. kec.
Bantarbolang
Penduduk Kabupaten Pemalang
program investasi infrastruktur sub bidang air
limbah
Se. Kabupaten Penduduk Kabupaten Pemalang