8.1. Aspek Lingkungan
Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam
penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya oleh pemerintah
Kabupaten/Kota telah mengakomodasi prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, Adapun amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah sebagai berikut :
1. UU No. 32/2009 tentang perlindungan dan pengelolaan
Lingkungan Hidup
Pengelolaan Lingkungan-Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) dan surat pernyataan kesnggupan pengelolaan dan pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH)
2. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di segala bidang.
3. Peraturan presiden No. 5/2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014
Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah perbaikan mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan dengan peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan: peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim
4. Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang pedoman umum kajian Lingkungan Hidup Strategis
Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan atau program, KLHS digunakan untuk menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan atau program agar dampak dan atau resiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan
5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 Tentang penyusunan Dokumen Lingkungan
Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun dokumen Amdal, UKL dan UPL atau surat pernyataan kesanggupan pengelolaan Lingkungan Hidup atau disebut dengan SPPL bagi kegiatan yang tidak Membutuhkan Amdal atau UKL,UPL.
Karya mengacu UU No. 32/2009 tentang perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:
1. Pemerintah Pusat
a. Menetapkan Kebijakan nasional
b. Menetapkan norma, standar, prosedur dan kriteria
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS
d. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan ukl-upl
e. Melaksanakan pengendalian pencemaran dan kerusakan
lingkungan hidup
f. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian dampak perubahan iklim dan perlindungan lapisan ozon
g. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan nasional, peraturan daerah dan peraturan kepala daerah h. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup
i. Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengaduan
masyarakat
j. Menetapkan standar pelayanan minimal
2. Pemerintah Provinsi
a. Menetapkan kebijakan tingkat provinsi
b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL
d. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan, peraturan daerah dan peraturan kepala daerah kabupaten/kota
e. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup f. Melakukan pembinaan, bantuan teknis dan pengawasan kepada
kabupaten/kota di bidang program dan kegiatan g. Melaksanakan standar pelayanan minimal 3. Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL
d. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup e. Melaksanakan standar pelayanan minimal
8.1.1. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Menurut UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan atau kebijakan, rencana dan atau program KLHS perlu diterapkan di dalam RPI2-JM antara lain karena:
1. RPI2-JM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan pembangunan infrastruktur
2. KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPI2-JM bidang Cipta Karya berada pada tataran kebijakan/Rencana/Program, dalam hal ini, KLHS menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan atau program menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan pembangunan yang berpotensi mengakibatkan dampak negatif terhada lingkungan hidup
KLHS disusun oleh tim satgas RPI2-JM Kabupaten/Kota dengan dibantu oleh badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah sebagai instansi yang memiliki tugas dan fungsi terkait langsung dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di Kota/Kabupaten koordinasi penyusun KLHS antar instansi diharapkan dapat mendorong terjadinya transfer pemahaman mengenai pentingnya penerapan prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup untuk mendorong terjadinya pembangunan berkelanjutan.
isu-isu pokok seperti (1) Perubahan Iklim, (2) Kerusakan, Kemerosotan dan atau kepunahan anekaragam hayati (3) peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor kekeringan dan atau kebakaran hutan dan lahan (4) penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam (5) peningkatan alih fungsi kawasan dan/atau lahan (6) peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat dan atau (7) peningkatan resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia, isu-isu tersebut menjadi kriteria apakah rencana/program yang disusun teridentifikasi meninbulkan resiko atau dampak terhadap isu-isu tersebut,
Tabek 8.1. : Kriteria Penapisan Usulan Program/Kegiatan Bidang Cipta Karya di Kabupaten Kepulauaan Anambas
No Kriteria Penapisan
Penilaian
Uraian Pertimbangan Kesimpulan (Signifikan/Tidak)
1 Perubahan Iklim Secara Signifikan Tidak
Berpengaruh Tidak
2 Kerusakan, Kemerosotan, dan atau,Kepunahan Keanekaragaman hayati
Secara Signifikan Tidak terjadi kerusakan, kemerosotan atau kepunahan keanekaragaman hayati di Kabupaten Anambas
Tidak
3
Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan dan atau kebakaran hutan dan lahan
Secara Signifikan Berpengaruh pada komponen program kegiatan Bidang Cipta karya
Signifikan
4 Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam
Secara Signifikan Berpengaruh, banyak terjadi eksploitasi pertambangan tanpa ada ijin yang terbit dari instansi terkait
Signifikan
5 Peningkatan alih fungsi kawasan hutan
Secara Signifikan tidak
berpengaruh, karena hanya hutan produksi dan hutan konvensional yang beralih fungsi sebagai kawasan budidaya
Tidak
6
Peningkatan Jumlah Penduduk Miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat
Secara Signifikan Berpengaruh pada komponen program kegiatan Bidang Cipta karya
Signifikan
7 Peningkatan resiko terhadap kesehatan dan keselamatan
Secara Signifikan Berpengaruh, sistem penyehatan lingkungan permukiman di Kabupaten Anambas belum terkelola secara baik
Signifikan
Tahap ke-2 setelah penapisan terdapat dua kegiatan, Jika melalui proses penapisan di atas tidak teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPI2-JM tidak berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka berdasarkan permen Lingkungan Hidup No. 9/2011 tentang pedoman Umum KLHS. Namun jika teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPI2-JM berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka Satgas RPI2-JM didukung dinas lingkungan hidup (BPLHD) dapat menyusun KLHS dengan tahapan sebagai berikut :
1. Pengkajian Pengaruh KRP terhadap kondisi Lingkungan Hidup di Wilayah Perencanaan, Dilaksanakan melalui 4 (empat) tahapan sebagai berikut
a) Identifikasi Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Lainnya Tujuan identifikasi masyarakat dan pemangku kepentingan adalah: 1) Menentukan secara tepat pihak-pihak yang akan dilibatkan
dalam pelaksanaan KLHS
2) Menjamin diterapkannya azas partisipasi yang diamanatkan UU No. 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
3) Menjamin Bahwa hasil perencanaan dan evaluasi kebijakan, rencana dan atau program memperoleh legitimasi atau penerimaan oleh publik
4) Agar masyarakat dan pemangku kepentingan mendapatkan akses untuk menyampaikan informasi, saran pendapat dan pertimbangan tentang pembangunan berkelanjutan melalui proses penyelenggaraan KLHS
b) Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan, Tujuan identifikasi isu Pembangunan berkelanjutan :
1) Penetapan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi aspek sosial, ekonomi dan lingkungan hidup atau keterkaitan antar ketiga aspek tersebut
2) Pembahasan fokus terhadap isu signifikan dan
3) Membantu penentuan capaian tujuan pembangunan
berkelanjutan
1) Penetapan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi aspek sosial, ekonomi dan lingkungan hidup atau keterkaitan antar ketiga aspek tersebut
2) Pembahasan fokus terhadap isu signifikan dan
3) Membantu penentuan capaian tujuan pembangunan
berkelanjutan
d) Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan, Tujuan identifikasi isu Pembangunan berkelanjutan :
1) Penetapan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi aspek sosial, ekonomi dan lingkungan hidup atau keterkaitan antar ketiga aspek tersebut
2) Pembahasan fokus terhadap isu signifikan dan
3) Membantu penentuan capaian tujuan pembangunan
berkelanjutan
Lebih jelasnya mengenai proses tersebut dapat dilihat pada table-tabel berikut ini.
Tabel 8.2 : Tabel Proses Identifikasi Pemangku Kepentingan dan Masyarakat dalam Penyusunan KLHS Bidang Cipta Karya
Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Lembaga
Pembuat Keputusan a. Bupati/Walikota
b. DPRD Penyusunan Kebijakan, rencana dan atau
program
a. Dinas PU-Cipta Karya b. BPLHD
Masyarakat yang memiliki Informasi dan atau keahlian (Perorangan/tokoh/kelompok)
a. Perguruan Tinggi atau lembaga penelitian lainnya
b. Asosiasi Profesi
c. Forum-forum pembangunan berkelanjutan dan lingkungan hidup
d. LSM/Pemerhati Lingkungan Hidup e. Perorangan/tokoh
f. Kelompok yang memiliki data dan informasi berkaitan dengan SDA
Masyarakat terkena Dampak
a. Lembaga adat b. Asosiasi Pengusaha c. Tokoh Masyarakat d. Organisasi Masyarakat
e. Kelompok Masyarakat tertentu (nelayan, Petani dll)
Tabel 8.3 : Proses Identifikasi isu pembangunan berkelanjutan Bidang Cipta Karya di Kabupaten Kepulauaan Anambas
Pengelompokan Isu-isu Pembangunan
Berkelanjutan Bidang Cipta Karya Penjelasan Singkat Lingkungan Hidup Permukiman
Permasalahan Kawasan Permukiman Kumuh di Kabupaten Kepulauan Anambas
Masih luasnya kawasan kumuh sebagai permukiman tidak layak huni sehingga dapat menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, dan pelayanan infrastruktur yang terbatas.
Permasalahan Permukiman Tepi Laut Masih banyak menyebar kawasan permukiman Tepi Laut yang menyebar di seluruh wilayah pesisir Kabupaten Kep. Anambas
Menurunnya Kualitas Air Baku Menurunnya kualitas air baku di Kabupaten Anambas, sehingga banyak warga yang menggunakan air tanah .
Ekonomi
Kemiskinan Bekorelasi dengan kerusakan lingkungan Contoh : Pencemaran air mengurangi kesejahteraan nelayan di pesisir
Kawasan kumuh cenderung berpotensi memiliki degradasi lingkungan
Sosial
Pencemaran menyebabkan berkembangnya wabah penyakit, Contoh : menyebarnya penyakit diare di permukiman kumuh
Sumber : Hasil Analisa
Tabel 8.4 : Tabel Identifikasi KRP (Kebijakan Rencana
Program) di Kabupaten Kepulauaan Anambas
No Komponen
Kebijakan/Rencana/Program Kegiatan
Lokasi (Kecamatan/Kelurahan) 1 Pengembangan Permukiman
Penyusunan Rencana Kawasan Permukiman Perkotaan
Penyusunan Rencana Kawasan Permukiman Perkotaan Kota Tarempa
Kec. Siantan Jalan Lingkungan Desa Tanjung
Kec. Siantan Tengah
Infrastruktur Kawasan
Kawasan Agropolitan Jemaja
Penyusunan Rencana Permukiman Perbatasan dan Pulau Kecil
Pembangunan PSD Permukiman Pedesaan Kuala Maras
No Komponen
Kebijakan/Rencana/Program Kegiatan
Lokasi (Kecamatan/Kelurahan) 2 Penataan Bangunan dan Lingkungan
Penyusunan RTBL Penyusunan RTBL
Tarempa Kec. Siantan
Desain Kawasan Desain Kawasan
Perkotaan Tarempa Kec. Siantan
Desain Kawasan Desain Kawasan
Palmatak Kec. Palmatak
3 Pengembangan Air Minum
Optimalisasi SPAM IKK Optimalisasi SPAM IKK
Jemaja Kec. Jemaja
Pembangunan SPAM IKK SPAM IKK Palmatak Kec. Palmatak Pembangunan SPAM IKK SPAM IKK Jemaja Timur Kec. Jemaja Timur
4 Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman
Pembangunan Prasarana Air Limbah Terpusat
Penyusunan DED IPLT Kab. Kepulauan Anambas
Kab. Kepulauan Anambas
Pembangunan Prasarana Air Limbah Terpusat
Pembangunan IPLT Kab.
Kepulauan Anambas Kab. Kepulauan Anambas
Peningkatan Kinerja TPA Pembangunan Tanggul
Keliling TPA Kab. Kepulauan Anambas Pembangunan PSD Sampah
3R
Pembangunan TPS 3R
Antang Kec. Siantan Timur
Pembangunan Saluran Drainase Primer
Pembangunan Drainase
Primer Tarempa Kec. Siantan
Sumber : Hasil Analisa
Tabel 8.5 : Kajian Pengaruh KRP terhadap kondisi Lingkungan Hidup di Kabupaten Kepulauaan Anambas
No
Komponen Kebijakan rencana dan atau
program
Pengaruh pada Isu-Isu Strategis Berdasarkan Aspek-Aspek Pembangunan Berkelanjutan
Bobot Lingkungan
Hidup Permukiman Bobot Sosial Bobot Ekonomi Total Bobot Isu 1 Isu 2 Isu 1 Isu 2 Isu 1 Isu 2
1 Pengembangan Permukiman
No
Komponen Kebijakan rencana dan atau
program
Pengaruh pada Isu-Isu Strategis Berdasarkan Aspek-Aspek Pembangunan Berkelanjutan
Bobot Lingkungan
Hidup Permukiman Bobot Sosial Bobot Ekonomi Total Bobot Isu 1 Isu 2 Isu 1 Isu 2 Isu 1 Isu 2
Kumuh) Pengembangan Permukiman Perdesaan (Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan potensial)
2 Penataan Bangunan dan lingkungan Pengembangan
air minum Pengembangan penyehatan lingkungan permukiman
Sumber : Pedoman RPI2JM
2. Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP
Tujuan perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan atau program untuk mengembangkan berbagai alternatif perbaikan muatan KRP dan menjamin pembangunan berkelanjutan, Setelah dilakukan kajian dan disepakati bahwa kebijakan, rencana dan atau program yang dikaji potensial memberikan dampak negatif pada pembangunan berkelanjutan, maka dikembangkan beberapa alternatif untuk menyempurnakan rancanagan atau merubah kebijakan, rencana
dan atau program yang ada, Beberapa alternatif untuk
menyempurnakan dan atau mengubah rancanagan KRP
mempertimbangkan antara lain :
a. Memberikan arahan atau rambu-rambu mitigasi terkait dengan kebijakan, rencana dan atau program yang diperkirakan akan menimbulkan dampak lingkungan atau bertentangan dengan kaidah pembangunan berkelanjutan
b. Menyesuaikan ukuran, skala dan lokasi usulan kebijakan, rencana dan atau program
c. Menunda, memperbaiki urutan atau mengubah prioritas
Tabel 8.6 : Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP
No Komponen Kebijakan/Rencana/ dan atau Program Alternatif Penyempurnaan KRP
1 Pengembangan Permukiman Peningkatan Kualitas Kawasan Permukiman Perkotaan
Menyesuaikan ukuran, skala dan lokasi usulan kebijakan, rencana dan atau program
Peningkatan Kualitas Kawasan Permukiman Perdesaan
Menyesuaikan ukuran, skala dan lokasi usulan kebijakan, rencana dan atau program
Pengembangan Permukiman perkotaan (Infrastruktur Kawasan Permukiman Kumuh)
Memberikan arahan atau rambu-rambu mitigasi terkait dengan kebijakan, rencana dan atau program yang diperkirakan akan menimbulkan dampak lingkungan atau bertentangan dengan kaidah pembangunan berkelanjutan Pengembangan Permukiman
Perdesaan (Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan potensial)
Memberikan arahan atau rambu-rambu mitigasi terkait dengan kebijakan, rencana dan atau program yang diperkirakan akan menimbulkan dampak lingkungan atau bertentangan dengan kaidah pembangunan berkelanjutan Infrastruktur Kawasan Permukiman
Perbatasan dan Pulau Kecil
Menyesuaikan ukuran, skala dan lokasi usulan kebijakan, rencana dan atau program
2 Penataan Bangunan dan Lingkungan
Penyusunan RTBL Menyesuaikan ukuran, skala dan lokasi usulan kebijakan, rencana dan atau program
Penyusunan RTBL Menyesuaikan ukuran, skala dan lokasi usulan kebijakan, rencana dan atau program
Design Kawasan Menyesuaikan ukuran, skala dan lokasi usulan kebijakan, rencana dan atau program
3 Pengembangan Air Minum
Optimalisasi SPAM IKK Menyesuaikan ukuran, skala dan lokasi usulan kebijakan, rencana dan atau program
Pembangunan SPAM IKK
Memberikan arahan atau rambu-rambu mitigasi terkait dengan kebijakan, rencana dan atau program yang diperkirakan akan menimbulkan dampak lingkungan atau bertentangan dengan kaidah pembangunan berkelanjutan
SPAM Kawasan Khusus
Memberikan arahan atau rambu-rambu mitigasi terkait dengan kebijakan, rencana dan atau program yang diperkirakan akan menimbulkan dampak lingkungan atau bertentangan dengan kaidah pembangunan berkelanjutan 4 Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman
Pembangunan Prasarana Air Limbah Komunal
Menyesuaikan ukuran, skala dan lokasi usulan kebijakan rencana dan atau program
Pembangunan Prasarana Air Limbah Komunal
Memberikan arahan atau rambu-rambu mitigasi terkait dengan kebijakan, rencana dan atau program yang diperkirakan akan menimbulkan dampak lingkungan atau bertentangan dengan kaidah pembangunan berkelanjutan
Peningkatan Kinerja TPA
Memberikan arahan atau rambu-rambu mitigasi terkait dengan kebijakan, rencana dan atau program yang diperkirakan akan menimbulkan dampak lingkungan atau bertentangan dengan kaidah pembangunan berkelanjutan Penyediaan Sarana dan Prasarana
TPA
Menyesuaikan ukuran, skala dan lokasi usulan kebijakan, rencana dan atau program
Pembangunan Prasarana Sampah 3R Menyesuaikan ukuran, skala dan lokasi usulan kebijakan, rencana dan atau program
Pembangunan Saluran Drainase Primer
Memberikan arahan atau rambu-rambu mitigasi terkait dengan kebijakan, rencana dan atau program yang diperkirakan akan menimbulkan dampak lingkungan atau bertentangan dengan kaidah pembangunan berkelanjutan
Pembangunan Saluran Drainase Primer Menyesuaikan ukuran, skala dan lokasi usulan kebijakan, rencana dan atau program
3. Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS, dapat dilihat pada table berikut.
Tabel 8.7 : Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS
No Komponen Kebijakan Rencana dan atau Program
Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS
1 Pengembangan Permukiman Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk pembangunan (TERLAMPAUI)
2 Penataan Bangunan dan Lingkungan Kinerja layanan/jasa ekosistem (MASIH DAPAT BEROPERASI)
3 Pengembangan Air Minum Efisiensi Pemanfaatan Sumber Daya Alam (EFISIEN)
4 Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman
Perkiraan mengenai dampak dan resiko lingkungan hidup (TIDAK BERDAMPAK)
Sumber : Hasil Analisa
Untuk Kabupaten Kota yang telah menyusun dan memiliki dokumen KLHS RTRW Kabupaten/Kota maka hasil olahan di dalam KLHS tersebut dapat dijadikan bahan masukan bagi kajian perlindungan lingkungan dalam RPI2-JM. KLHS merupakan isntrumen lingkungan yang diterapkan pada tataran rencana-program, Sedangkan pada tataran kegiatan atau keproyekan instrumen yang lebih tepat diterapkan adalah Amdal, UKL-UPL dan SPPLH, Tabel 8.8 menjelaskan beberapa perbedaan antara KLHS dan AMDAL.
Tabel 8.8 : Perbedaan Instrumen KLHS dan AMDAL
Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)
a) Rujukan Peraturan Perundangan
I. UU 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Pengelolaan Lingkungan Hidup
II. Permen LH 09/2011 tentang Pedoman Umum KLHS
I. UU 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Pengelolaan Lingkungan Hidup
II. Permen Pu 10/PRT/M/2008 tentang jenis kegiatan bidang PU wajib UKL UPL
III. Permen LH 5/2012 tentang jenis rencana usaha dan atau kegiatan wajib AMDAL b) Pengertian Umum Rangkaian analisis yang sistematis,
menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan atau kebijakan, rencana dan atau program
Kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang
Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)
kegiatan adalah segala bentuk aktivitas yang dapat menimbulkan perubahan terhadap rona lingkungan hidup serta menyebabkan dampak terhadap lingkungan
c) Kewajiban pelaksanaan Pemerintah dan pemerintah daerah Pemrakarsa rencana usaha dan atau kegiatan yang masuk kriteria sebagai wajib AMDAL (pemerintah/swasta)
d) Keterkaitan studi lingkungan dengan
I. Penyusunan atau evaluasi RTRW, RPJP dan RPJM
II. Kebijakan rencana dan atau program yang berpotensi menibulkan dampak dan ata resiko lingkungan
Tahap perencanaan suatu usaha dan atau kegiatan
e) Mekanisme Pelaksanaan I. Pengkajian pengaruh kebijakan, rencana dan atau program terhadap kondisi lingkungan hidup di suatu wilayah
II. Perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan rencana dan atau program
III. Rekomendasi perbaikan untuk pengambilan keputusan kebijakan rencana dan atau program yang mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan
I. Pemrakarsa dibantu oleh pihak lain yang berkompeten sebagai penyusun AMDAL
II. Dokumen AMDAL dinilai oleh komisi penilai AMDAL yang dibentuk oleh menteri, Gubernur dan dibantu oleh tim teknis
III. Komisi penilai AMDAL menyampaikan rekomendasi berupa kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan kepada menteri, gubernur dan bupati walikota berdasarkan rekomendasi komisi penilai AMDAL menertibkan keputusan
kelayakan atau
ketidaklayakan f) Muatan Studi Lingkungan I. Isu Strategis terkait pembangunan
berkelanjutan
II. Kajian pengaruh rencana/program dengan isu-isu strategis terkait pembangunan berkelanjutan III. Alternatif rekomendasi untuk
rencana program
I. Kerangka acuan II. Andal
III. RKL-RPL
Kerangka acuan menjadi dasar penyusunan andal dan RKL-RPL kerangka acuan wajib sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dan atau rencana tata ruang kawasan
g) Output I. Dasar Bagi kebijakan, rencana dan atau program pembangunan dalam suatu wilayah
Keputusan Menteri gubernur dan bupati/walikota sesuai kewenangan tentang kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan
h) Outcome I. Rekomendasi KLHS digunakan
sebagai alat untuk melakukan perbaikan kebijakan, rencana dan atau program pembangunan yang melampaui daya tampung lingkungan
II. Segala usaha dan atau kegiatan yang telah melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup sesuai hasil KLHS tidak diperbolehkan lagi
I. Dasar pertimbangan penetapan kelayakan atau ketidak layakan lingkungan II. Jumlah dan jenis izin
perlindungan hidup yang diwajibkan
Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)
i) Pendanaan APBD Kabupaten/Kota I. Kegiatan penyusunan
AMDAL (KA, ANDAL, RKL-RPL)
II. Kegiatan komisi penilai AMDAL tim teknis dan sekretaris penilai AMDAL dibebankan pada APBN/APBD
III. Jasa penilaian KA, ANDAL dan RKL-RPL oleh komisi AMDAL dan tim teknis dibiayai oleh pemrakarsa IV. Dana pembinaan dan
pengawasan dibebankan pada anggaran instansi lingkungan hidup pusat,
provinsi dan
kabupaten/kota j) Partisipasi Masyarakat Masyarakat adalah salah satu
komponen dalam kabupaten/kota yang dapat mengakses dokumen pelaksanaan KLHS
Masyarakat yang dilibatkan adalah:
I. Yang terkena dampak II. Pemerhati lingkungan
hidup dan
III. Yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses AMDAL k) Atribut lainnya
a.Posisi
Hulu Siklus Pengambilan Keputusan Akhir Siklus Pengambilan Keputusan
b.Pendekatan Cenderung pro aktif Cenderung bersifat reaktif c.Fokus analisis Evaluasi Implikasi lingkungan dan
pembangunan berkelanjutan
Identifikasi, prakiraan dan evaluasi dampak lingkungan d.Dampak Kumulatif Peringatan dini atas adanya dampak
komulatif
Amat terbatas
e.Titik Berat telaahan Memelihara keseimbangan alam, pembangunan berkelanjutan
Mengendalikan dan
meminimalkan dampak negative f.Alternatif Banyak alternatif Alternatif terbatas jumlahnya g.Kedalaman Luas dan tidak rinci sebagai landasan
untuk mengarahkan visi dan kerangka umum
Sempit dalam dan rinci
h.Deskripsi Proses Proses multi pihak, tumpang tindih komponen KRP merupakan proses iteratif dan kontinu
Proses dideskripsikan dengan jelas mempunyai awal dan akhir
i. Fokus pengendalian dampak
Fokus pada agenda pembangunan berkelanjutan
Menangani gejala kerusakan lingkungan
j. Institusi penilai Tidak diperlukan institusi yang berwenang memberikan penilaian dan persetujuan KLHS
Diperlukan institusi yang berwenang memberikan penilaian dan persetujuan AMDAL
Sumber : Pedoman RPI2JM
8.1.2. Amdal, UKL-UPL dan SPPLH
tentang Jenis rencana usaha dan atau kegiatan wajib AMDAL dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008 Tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha dan atau kegiatan bidang pekerjaan Umum yang wajib dilengkapi dengan upaya pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya pemantauan Lingkungan Hidup yaitu:
1. Proyek wajib AMDAL
2. Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL 3. Proyek tidak wajib UKL-UPL tapi SPPLH
Proses Penapisan atau kerap juga disebut sebagai proses seleksi wajib AMDAL adalah proses untuk menentukan apakah suatu rencana kegiatan wajib menyusun AMDAL atau tidak, Penapisan bertujuan untuk memilih rencana pembangunan mana yang harus dilengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan, Langkah ini sangat penting bagi pemrakarsa untuk dapat mengetahui sedini mungkin apakah proyeknya akan terkena AMDAL hal ini berkenaan dengan perencanaan biaya dan waktu, Seperti yang termuat pada pasal 16 UU No.14 Tahun 1982, hanya rencana proyek yang diprakirakan akan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan saja yang diwajibkan untuk dilengkapi dengan AMDAL. Jenis kegiatan Bidang Cipta Karya dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen AMDAL adalah sebagai berikut
Tabel 8.9. : Penapisan Rencana Kegiatan wajib AMDAL
No Jenis Kegiatan Skala Besaran
A Persampahan
Pembangunan TPA Sampah Domestik dengan sistem control landfil/sanitasi landfil
Luas Kawasan TPA Kapasitas Total
≥ 10 Ha ≥ 100.000 ton
a. TPA di daerah pasang surut - Luas landfil
- Kapasitas total
Semua kapasitas / besaran
b. Pembangunan transfer station
- Kapasitas ≥ 500 Ton/Hari
c. Pembangunan Instalasi Pengolahan Sampah Terpadu
- Kapasitas ≥ 500 Ton/Hari
d. Pengolahan dengan insinerator
- Kapasitas Semua Kapasitas
e. Composting Plant
- Kapasitas ≥ 500 ton/hari
No Jenis Kegiatan Skala Besaran
- Kapasitas ≥ 500 Ton/hari
B Pembangunan Perumahan/Permukiman
a. Kota Metropolis ≥25 ha
b. Kota Besar ≥50 ha
c. Kota sedang dan kecil ≥100 ha
d. Keperluan settlement transmigrasi ≥2.000 ha
C Air Limbah Domestik
a. Pembangunan IPLT, termasuk fasilitas penunjang
- Luas - Kapasitasnya
≥2 ha ≥ 11 m3/hari
b. Pembangunan IPAL limbah domestik, termasuk fasilitas penunjangnya
- Luas - Kapasitasnya
≥3 ha ≥2,4 ton/hari c. Pembangunan sistem perpipaan air limbah
- Luas - Kapasitas
≥500 ha ≥16.000 m3/ hari
D Pembangunan Saluran Drainase (Primer dan atau Sekunder) di Permukiman
a. Kota besar metropolitan, Panjang ≥5 Km
b. Kota Sedang, Panjang ≥10 Km
E
Jaringan Air Bersih di Kota Besar/Metropolitan
a. Pembangunan Jaringan distribusi
- Luas Layanan ≥500 ha
b. Pembangunan Jaringan Transmisi
- Panjang ≥10 Km
Sumber: Permen LH 6/2012
Jenis kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen AMDAL tetapi wajib dilengkapi dengan dokumen UKL-UPL Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL tercermin dalam Tabel 8.10.
Tabel 8.10. : Penapisan Rencana Kegiatan Tidak Wajib AMDAL
Tapi Wajib UKL-UPL
Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya
A. Persampahan I. Tempat pemrosesan Akhir (TPA) dengan sistem controled atau sanitari landfil termasuk instansi penunjang
- Luas Kawasan : <10 Ha - Kapasitas total : < 10.000 ton II. TPA daerah pasang surut
Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya
- Kapasitas Total : < 5.000 ton III. Pembangunan Transfer Station
- Kapaitas < 1.000 ton/hari
IV. Pembangunan Instalasi /pengolahan sampah terpadu - Kapasitas <500 ton/hari
V. Pembangunan Incenerator - Kapasitas < 500 ton/hari
VI. Pembangunan Instansi Pembuatan kompos - Kapasitas > 50 s.d < 100 ton/ha
B. Air Limbah Domestik/ Permukiman
I. Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) termasuk fasilitas penunjang
- Luas < 2 Ha
- Atau Kapasitas < 11 m3/hari
II. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah - Luas < 3 Ha
- Atau bahan organik < 2,4 ton/hari
III. Pembangunan sistem perpipaan air limbah (Sewarge/off-site sanitation system) diperkotaan/permukiman - Luas <500 ha
- Atau debit air limbah < 16.000 m3/hari
C. Drainase Permukiman Perkotaan
I. Pembangunan saluran primer dan sekunder - Panjang < 5 km
II. Pembangunan kolam retensi/polder di area/ kawasan permukiman
- Luas kolam retensi/polder (1-5) ha
D. Air Minum I. Pembangunan jaringan distribusi - Luas layanan : 100 ha s.d < 500 ha II. Pembangunan jaringan pipa transmisi
- Metropolitan/besar Panjang 5 s.d < 10 km - Sedang/kecil panjang 8 s.d M 10 km - Pedesaan panjang : -
III. Pengambilan air baku dari sungai danau sumber air permukaan lainnya (debit)
- Sungai danau : 50 lps s.d < 250 lps - Mata air : 2,5 lps s.d < 250 lps
IV. Pembangunan instalasi pengolahan air lengkap - Debit : > 50 lps s.d < 100 lps
V. Pengambilan air tanah dalam untuk kebutuhan :
- Pelayanan masyarakat oleh penyelenggara SPAM : 2,5 lps - < 50 lps
- Kegiatan komersil : 1,0 lps -< 50 lps
E. Pembangunan Gedung I. Pembangunan bangunan gedung atas/bawah tanah : - Fungsi usaha meliputi bangunan gedung
perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan : 5000 m2 s.d 10.000 m2
- Fungsi keagamaan meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara dan banguna kelenteng : 5000 m2 s.d 10.000 m2
Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya
kebudayaan, laboratorium dan bangunan gedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d 10.000 m2
- Fungsi khusus, seperti rektor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri
Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk AMDAL maka wajib dilengkapi UKL dan UPL
II. Pembangunan bangunan gedung dibawah tanah yang melintasi prasarana dan atau sarana umum :
- Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan 5000 m2 s.d 10.000 m2
- Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d 10.000 m2
- Fungsi sosial dan budaya meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, kebudayaan, labotarium dan bangunan gedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d 10.000 m2
- Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri
Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk AMDAL maka wajib dilengkapi UKL dan UPL
III. Pembangunan bangunan gedung di bawah atau di atas air.
- Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan 5000 m2 s.d 10.000 m2
- Fungsi Keagamaan meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d 10.000 m2
- Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, kebudayaan. Laboratirum dan bangunan gedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d 10.000 m2
- Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri
Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk AMDAL maka wajib dilengkapi UKL dan UPL
F. Pengembangan Kawasan Permukiman Baru
I. Kawasan permukiman sederhana untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) misalnya PNS, TNI/POLRI buruh/pekerja
- Jumlah Hunian < 500 unit rumah - Luas Kawasan < 10 ha
Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya
mandiri eks transmigrasi fasilitas pelintas batas PPLB di perbatasan)
- Jumlah hunian : < 500 unit rumah - Luas kawasan : < 10 ha
III. Pengembangan kawasan permukiman baru dengan pendekatan kasiba/lisiba (kawasan siap bangun/lingkungan siap bangun)
- Jumlah hunian <500 unit rumah - Luas kawasan < 10 ha
G. Peningkatan Kualitas Permukiman
I. Penanganan Kawasan kumuh di perkotaan dengan pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar (basic need) pelayanan infrastruktur tanpa pemindahan penduduk - Luas kawasan < 10 ha
II. Pembangunan kawasan tertinggal, terpencil, kawasan perbatasan dan pulau-pulau kecil
- Luas kawasan < 10 ha
III. Pengembangan kawasan perdesaan untuk meningkatkan ekonomi lokal (penanganan kawasan agropolitan, kawasan terpilih pusat pertumbuhan desa KTP2D, desa pusat pertumbuhan DPP)
- Luas kawasan : < 5 ha
H. Penanganan Kawasan Kumuh Perkotaan
I. Penanganan menyeluruh terhadap kawasan kumuh berat di perkotaan metropolitan yang dilakukan dengan pendekatan peremajaan kota (urban renewal) disertai dengan pemindahan penduduk dan dapat dikombinasikan dengan penyediaan bangunan rumah susun
- Luas kawasan : < 5 ha Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2006
Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL tetapi wajib dilengkapi dengan surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup (SPPLH).
Tabel 8.11 : Cheklist Kebutuhan Analisis Perlindungan
Lingkungan Pada Program Cipta Karya
No Komponen
Kebijakan/Rencana/Program
Lokasi (Kecamatan/Kel
urahan)
AMDAL UKL-UPL SPPLH
1 Pengembangan Permukiman Penyusunan Rencana Kawasan
Permukiman Perkotaan Kec. Siantan Infrastruktur Kawasan Permukiman
Kumuh (Peningkatan Kualitas Kawasan Permukiman Kumuh)
No Komponen Kebijakan/Rencana/Program
Lokasi (Kecamatan/Kel
urahan)
AMDAL UKL-UPL SPPLH
Pedesaan Potensial Agropolitan Jemaja Penyusunan Rencana Kawasan
Permukiman Perkotaan Kec. Palmatak Infrastruktur Kawasan Permukiman
Perbatasan dan Pulau Kecil
Kec. Jemaja Timur
2 Penataan Bangunan dan Lingkungan
Penyusunan RTBL Kec. Siantan
Desain Kawasan Kec. Siantan
Desain Kawasan Kec. Palmatak
3 Pengembangan Air Minum
Optimalisasi SPAM IKK Kec. Jemaja Pembangunan SPAM IKK Kec. Palmatak Pembangunan SPAM IKK Kec. Jemaja
Timur
4 Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman Pembangunan Prasarana Air
Limbah Terpusat
Kab. Kepulauan Anambas Pembangunan Prasarana Air
Limbah Terpusat
Kab. Kepulauan Anambas Peningkatan Kinerja TPA Kab. Kepulauan
Anambas Pembangunan PSD Sampah 3R Kec. Siantan
Timur Pembangunan Saluran Drainase
Primer Kec. Siantan
Sumber : Hasil Analisa
8.2. Aspek Sosial
sekitarnya. Dasar peraturan perundang-undangan yang menyatakan perlunya memperhatikan aspek sosial adalah sebagai berikut:
1. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional:
Dalam Rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan sosial juga dilakukan dengan memberi perhatian yang lebih besar pada
kelompok masyarakat yang kurang beruntung, termasuk
masyarakat miskin dan masyarakat yang tinggal di wilayah terpencil, tertinggal dan wilayah bencana.
Penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak di tingkat nasional dan daerah, termasuk ketersediaan data dan statistik gender
2. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014:
Pasal 3: Pengadaan Tanah untuk kepentingan umum bertujuan menyediakan tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, negara dan masyarakat dengan tetap menjamin kepentingan hukum pihak yang berhak.
3. Peraturan Presiden No. 5/2010 Tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014
Perbaikan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan melalui sejumlah program pembangunan untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan kesempatan kerja, termasuk peningkatan program di bidang pendidikan, kesehatan dan percepatan pembangunan infrastruktur
Untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, peningkatan akses dan partisipasi perempuan dalam pembangunan harus dilanjutkan.
4. Peraturan Presiden No. 15/2010 tentang percepatan
penanggulangan kemiskinan
miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi
5. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 200 Tentang Pengarusutamaan
Gender dalam Pembangunan Nasional
Menginstruksikan kepada menteri untuk melaksanakan
pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing-masing
Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota terkait aspek sosial Bidang Cipta Karya adalah:
1. Pemerintah Pusat:
a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi
b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yang bersifat strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi
c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat pusat
d. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya
perencanaan. Penyusunan pelaksanaan, pemantauan, dan
evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional berperspektif gender, khusunya untuk bidang cipta karya
2. Pemerintah Provinsi
a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat regional ataupun bersifat lintas kabupaten/kota
b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yang bersifat lintas kabupaten/kota
dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat provinsi
d. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya
perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan dan
evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan di tingkat provinsi berperspektif gender, khususnya untuk bidang cipta karya 3. Pemerintah Kabupaten/kota
a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum di Kabupaten/kota
b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum di Kabupaten/kota
c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil serta program lain dalam rangka peningkatan ekonomi di tingkat kabupaten kota
d. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan pemantauan dan evaluasi
atas kebijakan dan program pembangunan di tingkat
kabupaten/kota berperspektif gender, khususnya untuk bidang cipta karya
8.2.1. Aspek Sosial pada Perencanaan Pembangunan Bidang CK
Aspek sosial pada perencanaan pembangunan Bidang Cipta Karya diharapkan mampu melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral, salah satu aspek yang perlu ditindak-lanjuti adalah isu kemiskinan sesuai dengan kebijakan internasional MDGs dan agenda pasca 2015 serta arahan kebijakan pro rakyat sesuai direktif presiden.
Tabel 8.12 : Analisis Kebutuhan Penanganan Penduduk Miskin
Kota/Kabupaten
No Lokasi
Jumlah Penduduk
Miskin
Kondisi Umum Permasalahan Kebutuhan Penanganan
1 Kecamatan
Siantan, Siantan Selatan, Siantan
678 Jiwa Kondisi kawasan permukiman mempunyai kepadatan bangunan tinggi dan mengelompok di
Permukiman padat, tidak teratur, sebagian berada di atas sungai (menjorok)
Penataan Kawasan Permukiman di daratan
No Lokasi
Jumlah Penduduk
Miskin
Kondisi Umum Permasalahan Penanganan Kebutuhan
sepanjang tepi sungai.
menjorok ke Sungai dan Pantai
2 Kecamatan
Palmatak, Jemaja, Jemaja Timur
1.350 Jiwa Kondisi permukimannya menunjukkan kondisi yang tidak teratur dan kumuh dengan kepadatan bangunan sedang. Kondisi lingkungan permukimannya tidak terpelihara dengan baik
Permukiman tepi laut/sungai kondisi tata permukimannya padat mengelompok di sepanjang tepi laut/sungai tidak tertata, tidak teratur serta bangunan rumah tidak memiliki Garis Sempadan Sungai (GSS)
Penataan Permukiman yang berada di atas lahan pasang surut
Sumber : Hasil Analisa
Menurut standar BPS terdapat 14 kriteria yang dipergunakan untuk menentukan keluarga/rumah tangga dikategorikan miskin, yaitu:
1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang. 2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan. 3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu berkualitas
rendah/tembok tanpa diplester.
4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain.
5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak
terlindung/sungai/air hujan.
7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu
bakar/arang/minyak tanah.
8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu. 9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.
10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.
11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik. 12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas
13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya SD.
14. Tidak memiliki tabungan / barang yang mudah dijual dengan minimal Rp. 500.000,- seperti sepeda motor kredit / non kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.
Jika minimal 9 variabel terpenuhi maka suatu rumah tangga dikategorikan sebagai rumah tangga miskin.
8.2.2. Aspek Sosial pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang CK
Pelaksanaan pembangunan bidang cipta karya secara lokasi, besaran kegiatan dan durasi berdampak terhadap masyarakat, untuk meminimalisir terjadinya konflik dengan masyarakat penerima dampak maka perlu dilakukan beberapa langkah antisipasi, seperti konsultasi, pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan, serta permukiman kembali
1. Konsultasi Masyarakat
Konsultasi masyarakat diperlukan untuk memberikan informasi kepada masyarakat, terutama kelompok masyarakat yang mungkin terkena dampak akibat pembangunan Bidang Cipta Karya di wilayahnya, hal ini sangat penting untuk menampung aspirasi mereka berupa pendapat, usulan serta saran-saran untuk bahan pertimbangan dalam proses perencanaan, konsultasi masyarakat perlu dilakukan pada saat persiapan program bidang cipta karya persiapan AMDAL dan pembebasan lahan
2. Pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan
3. Permukiman kembali penduduk (resettlement)
Seluruh proyek yang memerlukan pengadaan lahan harus
mempertimbangkan adanya kemungkinan kembali penduduk sejak tahap awal proyek, bilamana pemindahan penduduk tidak dapat dihindarkan, rencana permukiman kembali harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga penduduk yang terpindahkan mendapat peluang ikut menikmati manfaat proyek, hal ini termasuk mendapat kompensasi yang wajar atas kerugiannya serta bantuan dalam pemindahan dan pembangunan kembali kehidupannya di lokasi yang baru, penyediaan lahan, perumahan, prasarana dan kompensasi lain bagi penduduk yang dimukimkan jika diperlukan dan sesuai persyaratan.
Tabel 8.13 : Kegiatan Pembangunan Cipta Karya Yang
membutuhkan Konsultasi, Pemindahan Penduduk dan Pemberian Kompensasi Serta Permukiman Kembali
No Komponen program dan Kegiatan
Tahap I Tahap II Arahan Lokasi
Konsultasi Pemindahan Penduduk/
1 Pengembangan
Permukiman
Peningkatan
Kualitas Kawasan
Permukiman Perkotaan Peningkatan
Kualitas Kawasan
Permukiman
Perbatasan dan
No Komponen program dan Kegiatan
Tahap I Tahap II Arahan Lokasi
Konsultasi Pemindahan Penduduk/
3 Pengembangan
Air Minum
Optimalisasi SPAM IKK
Prasarana Air
Limbah Komunal Pembangunan
Prasarana Air
Limbah Komunal Peningkatan Kinerja TPA
Penyediaan Sarana dan Prasarana TPA Pembangunan Prasarana Sampah 3R
Pembangunan
Saluran Drainase
Primer Pembangunan
Saluran Drainase
Primer Sumber : Hasil Analisa
8.2.3. Aspek Sosial Pada Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bid. CK
Output Kegiatan Pembangunan Bidang Cipta Karya seharusnya memberi manfaat bagi masyarakat, manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan secara sederhana dapat terukur, seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan infrastruktru, waktu tempuh yang menjadi lebih singkat hingga pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapat akses pelayanan tersebut.
Tabel 8.14. : Identifikasi Kebutuhan Penanganan Aspek Sosial
Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
No Rencana
Program Kegiatan
Lokasi (Kecamatan/
Kelurahan)
Tahun Jumlah
Penduduk Keterangan
1 Pengembangan Permukiman
No Rencana
Program Kegiatan
Lokasi (Kecamatan/
Kelurahan)
Tahun Jumlah
Penduduk Keterangan
Infrastruktur
Palmatak 2017
Infrastruktur
2 Penataan Bangunan dan Lingkungan
Penyusunan RTBL Penyusunan
RTBL Tarempa Kec. Siantan 2017
Desain Kawasan
Desain Kawasan
Desain Kawasan Palmatak
Kec.
Palmatak 2018
3 Pengembangan Air Minum
Optimalisasi
Palmatak 2016
Pembangunan
4 Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman
Pembangunan
No Rencana
Program Kegiatan
Lokasi (Kecamatan/
Kelurahan)
Tahun Jumlah
Penduduk Keterangan
Limbah Terpusat Kepulauan Anambas
Anambas
Peningkatan Kinerja TPA
Pembangunan Tanggul Keliling TPA
Kab. Kepulauan Anambas
2017
Pembangunan PSD Sampah 3R
Pembangunan TPS 3R Antang
Kec. Siantan
Timur 2018
Pembangunan Saluran Drainase Primer
Pembangunan Drainase Primer Tarempa
Kec. Siantan 2018