• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASPEK LINGKUNGAN dan SOSIAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ASPEK LINGKUNGAN dan SOSIAL"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Akhir |ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL 8-1

8

LINGKUNGAN dan SOSIAL

ASPEK

8.1. Aspek Lingkungan

Konsep dasar pembangunan yang mendasari dan dijadikan acuan dalam penyusunan rencana

dan pelaksanaan pembangunan bidang keciptakaryaan, yang tertuang dalam Rencana Terpadu

dan Program Investasi Inrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) bidang PU/Cipta Karya Kota

Tebing Tinggi adalah konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

Safeguard pada Bidang Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum memiliki program dan kegiatan

yang bertujuan untuk mencapai kondisi, masyarakat hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan

yang bebas, dari pencemaran air limbah permukiman. Air limbah yang dimaksud adalah air limbah

permukiman (municipal wastewater) yang terdiri atas air limbah domestik (rumah tangga) yang

berasal dari air sisa mandi, cuci, dapur dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air

limbah industri rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Air

limbah permukiman ini perlu dikelola agar tidak menimbulkan dampak seperti mencemari air

permukaan dan air tanah, karena sangat beresiko menimbulkan penyakit seperti diare, thypus,

kolera.

Berdasarkan konsep dan pengertian pembangunan berkelanjutan, maka pembangunan bidang

Keciptakaryaan di Kota Tebing Tinggi (RPI2-JM) harus memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Harus dapat menggambarkan adanya kemampuan jangka panjang dari Pemerintah Kota

Tebing Tinggi.

2. Berdasarkan karakteristik ini, maka lingkungan harus dibangun menjadi lebih layak huni;

ekosistem menjadi lebih sehat; pembangunan ekonomi dan sarana-prasarana menjadi

lebih responsif terhadap kebutuhan daerah lebih daripada kepentingan, kebutuhan dan

keuntungan sekelompok elit masyarakat.

(2)

Laporan Akhir |ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL 8-2

4. Harus mengaitkan kepentingan lokal dengan kepentingan regional dan global.

5. Merupakan suatu proses yang dinamis, sehingga perencanaannya (RPI2-JM) juga harus

fleksibel dan merangsang masyarakat untuk berpartisipasi

Berkaitan dengan karakteristik-karakteristik pembangunan berkelanjutan di atas, maka safeguard

lingkungan dan sosial pada hakekatnya bertujuan untuk memastikan bahwa

karakteristik-karakteristik tersebut dapat terpenuhi, baik dalam tahap perencanaan maupun dalam tahap

pelaksanaan pembangunan di bidang keciptakaryaan di Kota Tebing Tinggi. Dengan terpenuhinya

karakteristik-karakteristik tersebut, maka berbagai dampak negatif lingkungan, sosial dan ekonomi

yang muncul akibat adanya rencana program investasi bidang Keciptakaryaan di Kota Tebing

Tinggi dapat diminimalisir atau bahkan dieliminir, baik pada saat pra pelaksanaan/konstruksi,

pelaksanaan/konstruksi maupun pada saat pasca pelaksanaan/konstruksi.

Secara umum, safeguard sosial dan lingkungan diartikan sebagai usaha perlindungan masyarakat

dari dampak investasi Bidang Cipta Karya di Kota Tebing Tinggi, baik dari investasi sub bidang air

minum, persampahan, drainase, air limbah, pengembangan permukiman dan penataan bangunan

lingkungan.

Seluruh program investasi infrastruktur Bidang PU/Cipta Karya yang diusulkan Pemerintah Kota

Tebing Tinggi harus sesuai dan memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Penilaian lingkungan (environment assessment) dan rencana mitigasi dampak sub proyek,

dirumuskan dalam bentuk:

 Upaya pengelolaan lingkungan (UKL) dan upaya pemantauan lingkungan (UPL);

 Standar Operasi Baku (SOP); Tergantung pada kategori dampak sub proyek yang

dimaksud.

 Analisis mengenai Dampak Iingkungan (AMDAL) atau Analisis Dampak Lingkungan

(ANDAL) dikombinasikan dengan rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana

Pemantauan Lingkungan (RPL)

 Tergantung pada kategori dampak sub proyek yang dimaksud.

2. AMDAL harus dilihat sebagai alat peningkatan kualitas lingkungan. Format AMDAL atau

UKL/UPL merupakan bagian tidak terpisahkan dan analisis teknis, ekonomi, sosial,

kelembagaan dan keuangan sub proyek;

3. Menghindari atau meminimalkan dampak negatif terhadap Iingkungan dan dirancang untuk

(3)

Laporan Akhir |ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL 8-3

4. Menghindari Sub proyek yang diperkirakan dapat berdampak negatif yang besar terhadap

Iingkungan, dan dampak tersebut tidak dapat ditanggulangi melalui rancangan dan konstruksi

sedemikian rupa, harus dilengkapi dengan AMDAL;

5. Usulan program investasi infrastruktur bidang PU Cipta Karya tidak dapat dipergunakan

mendukung kegiatan yang mengakibatkan dampak negatif terhadap habitat alamiah, warga

terasing dan rentan, wilayah yang dilindungi, alur laut intemasional atau kawasan sengketa.

Disamping itu usulan RPI2-JM juga tidak membiayai pembelian, produksi atau penggunaan:

 Bahan-bahan yang merusak ozon, seperti tembakau, dll.

 Bahan/material yang termasuk dalam kategori B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya) tidak

membiayai kegiatan yang menggunakan, menghasilkan, menyimpan atau mengangkut

bahan/material beracun, korosif atau ekplosif atau bahan/material yang termasuk kategori

B3.

 Pestisida, herbisida, dan insektisida.

 Kekayaan budaya RPI2-JM bidang infrastruktur PU/Cipta Karya tidak membiayai kegiatan

yang dapat merusak atau menghancurkan kekayaan budaya baik berupa benda dan

budaya atau lokasi yang dianggap sakral/memiliki nilai spiritual.

 Penebangan kayu, RPI2-JM bidang infrastruktur PU/Cipta Karya tidak membiayai kegiatan

yang terkait dengan kegiatan penebangan kayu atau pengadaan peralatan penebangan

kayu.

8.8.1 Pemrakarsa Kegiatan.

Kegiatan Safeguard Lingkungan di Kota Tebing Tinggi dirumuskan dan diprakarsai oleh Badan

Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Tebing TInggi yang bertanggung jawab untuk

melaksanakan:

 Perumusan KA ANDAL, draft ANDAL dan RKL/RPL atau draft UKL/UPL, melaksanakan

serta melakukan pemantauan pelaksanaannya dibantu Kantor Lingkungan Hidup Kota

Tebing Tinggi.

 Konsultasi dengan warga yang potensial dipengaruhi dampak Iingkungan atau PAP dalam

forum stakeholder yang mencakup: ringkasan tujuan, rincian, dan gambaran menyeluruh

potensi dampaknya safeguard Lingkungan.

 Melaporkan pelaksanaan dan pemantauan RKL/RPL kepada Kantor Lingkungan Hidup ;

 Keterbukaan informasi mengenai draft ANDAL dan RKL/RPL atau UKL/UPL pada

(4)

Laporan Akhir |ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL 8-4

 Penanganan keluhan publik secara transparan sebelum kegiatan dimulai dan jika keluhan

disampaikan sebelum/selama/masa operasi kegiatan kontruksi maka keluhan perlu

ditangani secara musyawarah antara pemrakarsa kegiatan dengan pihak-pihak yang

mengajukan keluhan.

8.1.2 Bappedalda

Menurut SK Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 8612003, Dinas/Instansi yang berkecimpung

dalam masalah Iingkungan hidup bertanggung jawab untuk mengkaji dan memberikan persetujuan

terhadap UPL/UKL yang dirumuskan oleh pemrakarsa kegiatan.

Dalam pelaksanaan RPI2-JM, Kantor Lingkungan Hidup juga bertanggung jawab untuk melakukan

supervisi pelaksanaan RKL/RPL serta melakukan pemantauan terhadap Iingkungan secara umum.

Di Kabupaten Sedang Bedagai, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda)

merupakan anggota tetap Komisi AMDAL yang berwenang dan bertanggung jawab untuk

melakukan:

 Kajian dan persetujuan terhadap KA-AMDAL, AMDAL dan RKL/RPL yang dirumuskan

oleh pemrakarsa kegiatan;

 Penyampaian laporan hasil kajian yang dilakukan kepada Walikota/Bupati yang

bersangkutan (sesuai dengan PP No. 271 tahun 1999 mengenai AMDAL, pasal 8, dalam

RPIJM yang dimaksudkan sebagai Komisi AMDAL adalah Komisi AMDAL tingkat

Kabupaten/Kota).

8.2. Aspek Sosial

8.2.1 Sosial Ekonomi

1. Advokasi masyarakat untuk menimbulkan keyakinan bahwa pembangunan Bidang Cipta

Karya adalah sangat dibutuhkan oleh masyarakat umum. Sosialisasi program

pengamanan kegiatan ekonomi atas dampak yang ditimbulkan oleh pembangunan Bidang

Cipta Karya yang membutuhkan lahan milik masyarakat.

2. Pengamanan kegiatan produktif masyarakat yang lahannya terkena pembangunan Bidang

Cipta Karya.

3. Pengamanan sistem ekonomi lokal, pada wilayah yang terkena dampak pembangunan

(5)

Laporan Akhir |ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL 8-5

4. Kesepakatan kompensasi atas kerugian ekonomi yang ditimbulkan oleh kegiatan

pembangunan Bidang Cipta Karya.

5. Pemberdayaan ekonomi kelompok masyarakat yang terkena dampak pembangunan

Bidang Cipta Karya.

8.2.2 Sosial Budaya

1. Advokasi masyarakat untuk menimbulkan keyakinan bahwa pembangunan Bidang Cipta

Karya adalah sangat dibutuhkan oleh masyarakat umum.

2. Sosialisasi program pengamanan sosial atas dampak yang ditimbulkan oleh

pembangunan Bidang Cipta Karya yang membutuhkan lahan milik masyarakat, yaitu

program re-settlement (pemukiman kembali) atau konsolidasi lahan.

3. Kesepakatan biaya penggantian lahan atas lahan yang digunakan untuk pembangunan

Bidang Cipta Karya.

4. Kesepakatan pemukiman kembali atau konsolidasi lahan atas masyarakat yang

lahannya digunakan oleh pembangunan bidang Cipta Karya.

5. Pemberdayaan masyarakat.

8.3. Aspek Sosial Pada Perencanaan dan Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya.

8.3.1. Sub Bidang Air Minum

Dari hasil analisa teknis, pembangunan sumber air baku, pemipaan baik transmisi maupun

distribusi tidak akan mengambil lahan masyarakat.

Selain itu lahan yang digunakan untuk pembuatan sumur bor sebagian merupakan hibah dari

masyarakat, sehingga tidak perlu ada penggantian lahan maupun re-settlment penduduk.

Disimpulkan bahwa investasi Sub Bidang Air Minum tidak akan menimbulkan dampak negatif, baik

dari segi lingkungan, sosial. Sehingga pengelolaan safeguard sosial dan lingkungan investasi Sub

Bidang Air Minum hanya dalam bentuk Program Pemberdayaan Masyarakat dan

kementerian/lembaga.

8.3.2. Sub Bidang Air Limbah

Investasi sistem terpusat (off site) memerlukan studi AMDAL. Pembangunan fisik untuk sistem

(6)

Laporan Akhir |ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL 8-6 permukiman sehingga studi AMDAL harus dilakukan. Sehingga pengelolaan safeguard sosial dan

lingkungan investasi Sub Bidang Air Limbah hanya dalam bentuk Program Pemberdayaan

Masyarakat dan anggaran dari kementerian/lembaga.

8.3.3. Sub Bidang Persampahan

Pembelian lahan diupayakan membeli lahan kebun milik PT. Perkebunan Nusantara (BUMN),

sehingga tidak memerlukan re-settlement maupun konsolidasi lahan. Pengelolaan dan

pemantauan dampak di seputar lokasi TPA akan dilaksanakan berdasarkan hasil Studi AMDAL

dan RKL dan RPL.

8.3.4. Sub Bidang Drainase

Pembangunan saluran induk baru memerlukan lahan, untuk itu dilakukan pembelian lahan

sepanjang rencana saluran induk baru.

Berdasarkan hasil identifikasi didapat bahwa tidak ada aktivitas ekonomi sepanjang calon saluran

tersebut, sehingga tidak diperlukan program pemberdayaan ekonomi sebagai kompensasi atas

hilangnya mata pencaharian masyarakat. Selain itu, pembebasan lahan tidak akan mengakibatkan

hilangnya rumah tinggal masyarakat, sehingga tidak memerlukan program re-settlment maupun

konsolidasi lahan.

8.3.5. Sub Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan

Khusus untuk investasi pada Sub Bidang Penataan Bangunan Lingkungan, tidak ada program

yang bersifat fisik yang dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, sosial dan

ekonomi masyarakat.

8.3.6. Sub Bidang Permukiman

Program Penataan dan Peremajaan Kawasan di Kawasan permukiman kumuh dan padat

penduduk, justru menghasilkan dampak positif. Jadi program ini sekaligus merupakan safeguard

lingkungan sosial dan ekonomi bagi masyarakat. Guna meningkatkan efektivitas program tersebut,

kegiatan penataan dan peremajaan kawasan didukung oleh program pemberdayaan masyarakat

(7)

Laporan Akhir |ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL 8-7

Program Pematangan Tanah untuk KASIBA – LISIBA di kawasan pengembangan baru yang

berada di Tanjung Marulak Kelurahan Bajenis memerlukan pembelian lahan lagi, dan memerlukan

re-settlement maupun konsolidasi lahan. Untuk konsolidasi tersebut diperlukan:

1. Sosialisasi program konsolidasi lahan

2. Kesepakatan konsolidasi lahan

3. Program pemberdayaan ekonomi selama proses konsolidasi itu berlangsung.

8.4. Safeguard Pengadaan Tanah dan Permukiman Kembali

Kegiatan Safeguard Pengadaan Pengadaan Tanah dan Permukiman Kembali biasanya terjadi jika

kegiatan investasi berlokasi di atas tanah yang bukan milik pemerintah atau ditempati oleh

swasta/masyarakat selama lebih dari . satu tahun.

Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus dilakukan untuk

meningkatkan, memperbaiki pendapatan dan standar kehidupan warga yang terkena dampak

kegiatan pengadaan tanah.

Pengadaan tanah dan pemukiman kembali atau land acquisition and resettlement untuk kegiatan

RPI2-JM mengacu pada.prinsip-prinsip berikut:

1. Transparan, kegiatan harus diinformasikan secara transparan kepada pihak yang terkena

dampak, mencakup: daftar warga, aset (tanah, bangunan, tanaman, dll) yang terkena

dampak;

2. Partisipatif, Warga yang berpotensi terkena dampak/dipindahkan (DP) harus terlibat dalam

seluruhtahap perencanaan proyek, seperti: penentuan lokasi proyek, jumlah dan bentuk

kompensasi/ganti rugi, serta lokasi tempat pemukiman kembali;

3. Adil, Pengadaan tanah tidak memperburuk kondisi kehidupan DP. Warga tersebut memiliki

hak untuk mendapatkan ganti rugi yang memadai yang setara dengan harga pasar tanah

dan asetnya termasuk biaya pindah, pengurusan surat tanah, dan pajak, dan diberi

kesempatan untuk mengkaji rencana pengadaan tanah.

4. Warga yang terkena dampak harus sepakat atas ganti rugi yang ditetapkan.

5. Kontribusi/hibah tanah secara sukarela hanya dapat dilakukan bila :

 DP mendapatkan manfaat yang lebih besar dibanding harga tanah miliknya

(8)

Laporan Akhir |ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL 8-8 Kesepakatan kontribusi sukarela tersebut harus ditandatangani kedua belah pihak setelah DP

melakukan diskusi secara terpisah. Safeguard Monitoring Team atau SMT harus dapat menjamin

bahwa tidak ada tekanan pada DP untuk melakukan kontribusi tanah secara sukarela. Persetujuan

tersebut harus didokumentasikan secara formal;

1. Kegiatan investasi harus sudah menentukan batas lahan yang diperlukan, jumlah warga

yang terkena dampak, pendapatan serta status pekerjaan DP, harga pasaran tanah yang

diusulkan oleh pemrakarsa kegiatan dan didukung oleh NJOP sebelum pembebasan

tanah;

2. Kegiatan yang mengakibatkan dampak pada lebih dari 200 orang atau 40 KK, atau

melibatkan pemindahan Iebih dari 100 orang atau 20 KK, harus didukung dengan Rencana

Tindak Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali atau RTPTPK.

3. Jika kegiatan investasi mengakibatkan dampak pada kurang dari 200 orang atau 40 KK

atau kurang dari 10% asset produktif atau melakukan pemindahan penduduk secara

temporer selama konstruksi, harus didukung dengan RTPTPK sederhana.

4. RTPTPK menyeluruh atau RTPTPK sederhana dan pelaksanaannya menjadi tanggung

jawab pemrakarsa kegiatan, dimonitor oleh Tim Pemantauan Safeguard. Ada beberapa

alternatif cara untuk menghitung ganti rugi bagi DP, yakni:

 Perhitungan ganti rugi tanah berdasarkan nilai pasar tanah di lokasi yang memiliki

karakteristik ekonomi serupa saat pembayaran ganti rugi dilakukan;

 Perhitungan kompensasi ganti rugi bangunan berdasarkan nilai pasar bangunan

dengan kondisi yang serupa di lokasi yang sama;

 Perhitungan ganti rugi tanaman berdasarkan nilai pasar tanaman ditambah biaya

kerugian non material lain,

 Perhitungan ganti rugi aset diganti dengan aset yang sama, atau ganti rugi uang tunai

setara dengan harga untuk memperoleh aset.

 Pihak yang dapat terkena dampak pembebasan tanah dan / atau pemukiman

dipindahkan dalam kegiatan sub proyek dapat berupa warga/individu, entitas, atau

badan hukum. Adapun bentuk dampak yang diakibatkan dapat berupa:

 Dampak fisik, seperti dampak pada tanah, bangunan, tanaman dan aset produktif,

 Dampak non-fisik, seperti dampak lokasi, akses pada tempat kerja atau prasarana.

5. Berkenaan dengan hak hukum atas tanah, DP dapat dikelompokkan menjadi:

 Warga yang memiliki hak atas tanah pada saat pendataan dilakukan,

(9)

Laporan Akhir |ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL 8-9 Warga yang menguasai tanah berdasarkan perjanjian dengan pemilik tanah,

 Warga yang menguasai/menempati tanah/lahan tanpa landasan hukum ataupun

perjanjian dengan pemilik tanah, Warga yang mengelola tanah wakaf (tanah yang

dihibahkan untuk kepentingan agama).

8.5. Metode Pendugaan Dampak

Ada beberapa metode pendugaan dampak yang terjadi terhadap lingkungan, yakni melihat

dampak fisik dan dampak non fisik.

Dampak Fisik, yakni dampak pada individu, tanah, bangunan, tanaman dan asset produksi:

 Pendugaan dampak melihat kerusakan langsung yang terjadi pada alam sekitar,

 Pendugaan dampak melihat tingkat kesehatan masyarakat di sekitar lokasi,

 Pendugaan dampak melihat tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat sekitar

lokasi,

 Pendugaan dampak melihat tingkat partisipasi nyata dari masyarakat.

Dampak Non Fisik, yakni dampak terhadap lokasi, akses terhadap tempat kerja atau terhadap

prasarana dan sarana, dsb.

8.6. Pemilihan Alternatif

Proses Pemilihan Safeguard Lingkungan dan Safeguard Pengadaan Tanah dan Permukiman

Kembali direncanakan dilakukan melalui study dan Penelitian langsung ke lokasi yang

direncanakan dengan tetap melihat tingkat efektifitas, nilai ekonomi, serta potensi dampak yang

ditimbulkan.

Proses Penyajian Pemilihan Safeguard alternative untuk safe guard lingkungan dan safeguard

pengadaan tanah dan permukiman kembali yaitu dengan memaparkan dan membandingkan

antara 2 (dua) atau lebih safeguard yang lebih bernilai ekonomis, lebih efektif, potensial

(10)

Laporan Akhir |ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL 8-10

8.7. Rencana Pengelolaan Safeguard Sosial

8.7.1. Sistem Pengelolaan

Sistem Pengelolaan Safeguard Lingkungan dan Safeguard Pengadaan Tanah dan Permukiman

Kembali di Kota Tebing Tinggi direncanakan dikelola dengan sistem terpadu di bawah koordinasi

Badan Perencanaan Pembangunan Wilayah Kota Tebing Tinggi dengan melibatkan Iangsung

Satuan Perangkat Kerja Daerah (SKPD) terkait sesuai tugas masing-masing SKPD.

8.7.2. Pelaksanaan Pengelolaa

Pengelolaan Safeguard sosial direncanakan dikelola oleh Dinas-Dinas terkait pembangunan

infrastruktur khususnya bidang Cipta Karya.

Pengelolaan Safeguard Pengadaan lahan dan permukiman kembali direncanakan dikelola oleh

Swasta dan Pemerintah Kota Tebing Tinggi yaitu Dinas Pekerjaan Umum (PU).

8.8. Rencana Pengelolaan Safeguard Lingkungan

8.8.1. Prosedur Pemantauan

Untuk memastikan bahwa safeguard Iingkungan dan safeguard pengadaan tanah dipantau dengan baik,

maka diperlukan tahapan prosedur sebagai berikut:

 Identifikasi, Penyaringan dan Pengelompokan dampak,

 Study dan Penilaian mengenai tindakan yang perlu dan dapat dilakukan, berupa diskusi, dan

konsultasi,

 Perumusan dan perencanaan rencana pemantauan,

 Pemantauan ulang terhadap proses diatas,

 Perumusan mekanisme pemantauan dan penanganan safe guard.

8.8.2. Pelaksanaan Pemantauan

Pelaksanaan Pemantauan Safeguard Sosial dan Safeguard Pengadaan Tanah dan Permukiman kembali

dikoordinir oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tebing Tinggi dengan melibatkan Satuan

Perangkat Kerja Daerah terkait sesuai tugas masingmasing-masing SKPD dengan melibatkan peran serta

Referensi

Dokumen terkait

Variabel perceived usefulness (PU), perceived ease of use (PEOU), behavioral intention to use (BI) dan actual system usage (ASU) menjelaskan bahwa seluruh variabel

dan asuransi jiwa syariah dalam perspektif Islam diperbolehkan dan dapat dijadikan objek muamalah bagi kaum muslimin.Kesimpulan dari penelitian ini adalah kontribusi peserta

Buku Bunga Ratnpai Maluku Kie Raha: Kumpulan Puisi dan Pantun karya Husnyiah Albaar diharapkan menjadi bahanpembelajaran di sekolah.. Kami mengapresiasi bu ku kecil ini sebagai

Salah satu langkah sekolah dalam memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar yaitu dengan melaksanakan pembelajaran berbasis lingkungan pada materi indanya asmaul husna

Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, jurnal ini digunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat harga pokok produk yang di jual..

Komputer Client tidak terhubung. c) Kembali ke form Tambah Biaya. b) Sistem menutup form Tambah Biaya.. Diagram Aktivitas Form Utama Memilih Menu Tambah Biaya Display Form Tambah

Atau mungkinkah ada bocah nakal atau binatang lapar yang mencuri timunku?" Ladang timun itu memang benar-benar berantakan.. Banyak pohon timun yang rusak

Dalam rangka menjamin mutu pemeriksaan laboratorium pelaksana pemeriksaan Uji Kepekaan M.tuberculosis perlu dilakukan program jaminan mutu yang terdiri aatas 3 komponen yakni