Dokumen RPI2-JM Kota Jambi Tahun 2016-2020
Dokumen RPI2-JM Kota Jambi Tahun 2016-2020
RPI2-JM bidang Cipta Karya membutuhkan kajian pendukung dalam hal lingkungan dan sosial untuk meminimalkan pengaruh negatif
pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya terhadap
lingkungan permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan. Kajian aspek lingkungan dan sosial meliputi acuan peraturan
perundang-undangan, kondisi eksisting lingkungan dan sosial,
analisis dengan instrumen, serta pemetaan antisipasi dan rekomendasi perlindungan lingkungan dan sosial yang dibutuhkan.
8.1.
Aspek Lingkungan
Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam
penyusunan RPI2-JM bidang Cipta Karya oleh pemerintah
kabupaten/kota telah mengakomodasi prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Adapun amanat perlindungan dan
pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut:
1. UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup:
“Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri atas antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL), dan Upaya Pengelolaan
Lingkungan-Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH)”
2. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional:
“Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang
baik perlu penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang
berkelanjutan secara konsisten di segala bidang”
3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan
Dokumen RPI2-JM Kota Jambi Tahun 2016-2020
“Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah perbaikan mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber
daya alam di perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan
lingkungan dengan peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan; peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi
perubahan iklim”.
4. Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian
Lingkungan Hidup Strategis:
Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS
digunakan untuk menyiapkan alternatif penyempurnaan
kebijakan, rencana dan/atau program agar dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan
5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen
Lingkungan.
Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka
perlu disusun dokumen Amdal, UKL dan UPL, atau Surat
Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup atau disebut dengan dengan SPPL bagi kegiatan yang tidak
membutuhkan Amdal atau UKL dan UPL.
Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota dalam aspek lingkungan terkait
bidang Cipta Karya mengacu pada UU No. 32/2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:
1. Pemerintah Pusat
a. Menetapkan kebijakan nasional.
b. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS
d. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan
UKL-UPL.
e. Melaksanakan pengendalian pencemaran dan kerusakan
Dokumen RPI2-JM Kota Jambi Tahun 2016-2020
f. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai
pengendalian dampak perubahan iklim dan
perlindungan lapisan ozon.
g. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
kebijakan nasional, peraturan daerah, dan peraturan kepala
daerah.
h. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan
hidup.
i. Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengaduan
masyarakat.
j. Menetapkan standar pelayanan minimal.
2. Pemerintah Provinsi :
a. Menetapkan kebijakan tingkat provinsi.
b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan
UKL-UPL.
d. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
kebijakan, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah
kabupaten/kota.
e. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan
hidup.
f. Melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasan
kepada kabupaten/kota di bidang program dan kegiatan.
g. Melaksanakan standar pelayanan minimal.
3. Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota.
b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan
Dokumen RPI2-JM Kota Jambi Tahun 2016-2020
d. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan
hidup.
e. Melaksanakan standar pelayanan minimal.
8.1.1. Kajian Lingkungan Hidup Strategis
Menurut UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang
selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis yang
sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa
prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan,
rencana, dan/atau program.
KLHS perlu diterapkan di dalam RPI2-JM antara lain karena:
1. RPI2-JM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalam
perencanaan pembangunan infrastruktur.
2. KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam
RPI2-JM adalah karena RPI2-RPI2-JM bidang Cipta Karya berada pada
tataran Kebijakan/Rencana/Program. Dalam hal ini, KLHS
menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan,
rencana dan/atau program menjadi garda depan dalam
menyaring kegiatan pembangunan yang berpotensi
mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup.
KLHS disusun oleh Tim Satgas RPI2-JM Kabupaten/Kota dengan dibantu oleh Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah sebagai
instansi yang memiliki tugas dan fungsi terkait langsung dengan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di kota/kabupaten.
Koordinasi penyusunan KLHS antar instansi diharapkan dapat mendorong terjadinya transfer pemahaman mengenai pentingnya
penerapan prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
Dokumen RPI2-JM Kota Jambi Tahun 2016-2020
Tahapan Pelaksanaan KLHS
Tahapan pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan usulan
rencana/program dalam RPI2-JM per sektor dengan
mempertimbangkan isu-isu pokok seperti (1) perubahan iklim, (2) kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman
hayati, (3) peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana
banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan, (4) penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam, (5)
peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan, (6)
peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya
keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau (7) peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia.
Isu-isu tersebut menjadi kriteria apakah rencana/program yang dIsu-isusun
teridentifikasi menimbulkan resiko atau dampak terhadap isu-isu tersebut.
Tabel. 8.1.
Kriteria Penapisan Usulan/Program Kegiatan Bidang Cipta Karya
No Kriteria Penapisan
1. Perubahan Iklim Pembangunan
infrastruktur tidak
Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan,
Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam
Dokumen RPI2-JM Kota Jambi Tahun 2016-2020
No Kriteria Penapisan
Penilaian
Uraian Pertimbangan*
Kesimpulan: (Signifikan/Tidak)
6.
Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat
Infrastruktur dibangun untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kualitas lingkungan
Tidak
7.
Peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia
Infrastruktur dibangun untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kualitas lingkungan permukiman
Tidak
Berdasarkan Pedoman Umum Penyusunan Dokumen RPI2-JM, tahap
selanjutnya yang harus dilakukan setelah penapisan terdapat dua kegiatan, yaitu Jika melalui proses penapisan di atas tidak
teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPI2-JM tidak
berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka berdasarkan Permen Lingkungan Hidup No. 9/2011 tentang Pedoman Umum KLHS,
Tim Satgas RPI2-JM Kabupaten/Kota dapat menyertakan Surat
Pernyataan bahwa KLHS tidak perlu dilaksanakan, dengan
ditandatangani oleh Ketua Satgas RPI2-JM dengan persetujuan
BPLHD, dan dijadikan lampiran dalam dokumen RPI2-JM.
Namun meskipun demikian, untuk dapat mengkaji aspek lingkungan
sebagai dasar mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan, substansi ini tetap perlu menelaah kondisi hubungan antara
issue-issue lingkungan secara eksisting dengan pembangunan bidang cipta
karya, serta menelaah jenis infrastruktur bidang cipta karya yang memerlukan kajian dampak lingkungan terlebih dahulu.
Identifikasi pembangunan berkelanjutan bidang cipta karya di Kota
Dokumen RPI2-JM Kota Jambi Tahun 2016-2020
Tabel. 8.2.
Identifikasi Issue-issue Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta Karya Di Kota Jambi
No Issue Penjelasan
Lingkungan Hidup Permukiman
1 Kualitas air baku yang terindikasi tercemar mercury sebagai dampak perkembangan PETI di kawasan hulu
Secara umum, air baku bersumber dari Batanghari.
2 Kualitas lingkungan permukiman sempadan sungai yang sangat rendah
Sebagian kawasan permukiman berada di kawasan sempadan sungai. Kepadatan bangunan non permanen yang tinggi, sanitas yang buruk, kontruksi bangunan rumah non permanen, rendah proteksi kebakaran dan lainnya
3 Limbah rumah tangga yang disalurkan langsung ke aliran sungai
Pola ini terutama terjadi pada kawasan sebagaimana digambarkan pada poin 2. 4 Pengelolaan persampahan yang sulit Sulit yang dimaksud adalah pengaruh
sebaran pusat-pusat permukiman di Kota Jambi yang memiliki rentang jarak yang cukup jauh antara satu sama lainnya, sehingga pelayanan persampahan cenderung hanya dapat dilakukan pada kawasan perkotaan
Ekonomi
5 Sebagian besar penduduk terutama penduduk bermata pencaharian pada sektor primer, terkecuali di kawasan perkotaan terutama perkotaan Muara Bungo
Kegiatan ekonomi yang berpengaruh terhadap keberlangsungan lingkungan terkait bidang keciptakaryaan adalah mata pencaharian yang bergantung kepada sektor primer yang berkaitan dengan aktivitas PETI yang beresiko mengganggu eksistensi sumber air baku.
Sosial
6 Pemahaman masyarakat terhadap aspek sanitasi
Secara umum, pengelolaan sanitasi dan persampahan tidak dapat lepas dari kesadaran dari masyarakat itu sendiri. Kondisi ini dapat merupakan hubungan timbal balik dengan kemiskinan, dimana kemiskinan dapat menyebabkan taraf pendidikan rendah dan pemahaman yang rendah pula, sehingga dapat menimbulkan kerentanan terhadap tumbuh dan berkembangnya kawasan kumuh, lingkungan permukiman yang cenderung slum mempengaruhi karakter dan pola pikir penghuni
Dari tabel diatas dapat disimpulkan beberapa bahan pertimbangan, diantaranya:
a. Batanghari sebagai sumber air baku adalah sungai dalam lingkup
Dokumen RPI2-JM Kota Jambi Tahun 2016-2020
Pemerintah Kota Jambi , sehingga diperlukan dorongan bersama daerah lainnya untuk mengatasi sumber pencemaran terutama
diwilayah hulu ;
b. Diperlukan pembangunan dan pengembangan pengelolaan air
limbah komunal terutama di kawasan permukiman padat pada
kawasan perkotaan ;
c. Pengembangan TPA menjadi Sanitary Landfill. Pengembangan ini
memerlukan tambahan luas lahan untuk kinerja TPA yang lebih
maksimal.
8.1.2. Amdal, UKL-UPL, dan SPPLH
Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan yang
telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.
5 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008
Tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Bidang
Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yaitu:
1. Proyek wajib AMDAL
2. Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL
3. Proyek tidak wajib UKL-UPL tapi SPPLH
Tabel. 8.3.
Perbedaan Instrumen KLHS dan AMDAL
Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)
a) Rujukan Peraturan Perundangan
1. UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan 2. Pengelolaan Lingkungan
Hidup
3. Permen LH 09/2011
tentang Pedoman umum KLHS
1. UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
2. Pengelolaan Lingkungan Hidup
3. Permen PPU 10/PRT/M/2008 tentang jenis kegiatan bidang PU wajib UKL UPL
4. Permen LH 5/2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL
b) Pengertian Umum Rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan
Kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau
kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang
Dokumen RPI2-JM Kota Jambi Tahun 2016-2020
Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)
terintegrasi dalam
pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.
Usaha dan/atau Kegiatan adalah segala bentuk aktivitas yang dapat menimbulkan perubahan terhadap rona lingkungan hidup
serta menyebabkan dampak terhadap
lingkungan.
c) Kewajiban pelaksanaan
Pemerintah dan Pemerintah Daerah
Pemrakarsa rencana usaha dan/atau kegiatan yang
masuk kriteria sebagai wajib AMDAL (Pemerintah/swasta)
d) Keterkaitan studi lingkungan dengan:
1.Penyusunan atau evaluasi RTRW, RPJP dan RPJM
2.Kebijakan, rencana
dan/atau program yang
berpotensi menimbulkan
dampak dan/atau resiko lingkungan
Tahap perencanaan suatu usaha dan atau kegiatan
e) Mekanisme pelaksanaan
1.pengkajian pengaruh kebijakan, rencana, dan/ atau program terhadap kondisi lingkungan hidup di suatu wilayah;
2.perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau program; dan
3.rekomendasi perbaikan untuk pengambilan keputusan kebijakan, rencana, dan/atau program yang mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan.
a. Pemrakarsa dibantu oleh pihak lain yang berkompeten sebagai penyusun AMDAL b. Dokumen AMDAL dinilai oleh komisi penilai
AMDAL yang dibentuk oleh Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai kewenangannya dan dibantu oleh Tim Teknis. c. Komisi penilai AMDAL menyampaikan
rekomendasi berupa kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan kepada Menteri, gubernur, dan bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
d. Menteri, gubernur, dan bupati/walikota berdasarkan rekomendasi komisi penilai AMDAL menerbitkan Keputusan Kelayakan atau Ketidaklayakan lingkungan
f) Muatan Studi
rencana/program dengan
isu-isu strategis terkait
pembangunan berkelanjutan 4.Alternatif rekomendasi
untuk rencana/program
1. Kerangka acuan;
2. Andal; dan
3. RKL-RPL.
Kerangka acuan menjadi dasar penyusunan Andal dan RKL-RPL. Kerangka acuan wajib sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dan/atau rencana tata ruang kawasan.
g) Output Dasar bagi kebijakan,
rencana, dan/atau program pembangunan dalam suatu wilayah.
Keputusan Menteri, gubernur dan bupati/walikota sesuai
kewenangan tentang kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan.
h) Outcome 1. Rekomendasi KLHS
digunakan sebagai alat untuk
melakukan perbaikan
kebijakan, rencana, dan/atau program pembangunan yang melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan. 2. segala usaha dan/atau
kegiatan yang telah
melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup sesuai hasil KLHS tidak diperbolehkan lagi.
1. Dasar pertimbangan penetapan
kelayakan atau ketidak layakan lingkungan 2. Jumlah dan jenis izin perlindungan
hidup yang diwajibkan
3. Persyaratan dan kewajiban pemrakarsa sesuai yang tercantum dalam RKL RPL.
i) Pendanaan APBD Kabupaten/Kota 1. Kegiatan penyusunan AMDAL (KA, ANDAL,
RKL-RPL) didanai oleh pemrakarsa, 2. Kegiatan Komisi Penilai AMDAL, Tim Teknis
dan sekretariat Penilai AMDAL dibebankan pada APBN/APBD
Dokumen RPI2-JM Kota Jambi Tahun 2016-2020
Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)
pemrakarsa.
4. Dana pembinaan dan pengawasan dibebankan pada anggaran instansi lingkungan hidup pusat, provinsi dan kabupaten/kota
j) Partisipasi Masyarakat
Masyarakat adalah salah satu komponen dalam
kabupaten/kota yang dapat mengakses dokumen pelaksanaan KLHS
Masyarakat yang dilibatkan adalah: 1. Yang terkena dampak;
2. Pemerhati lingkungan hidup; dan/atau 3. Yang terpengaruh atas segala bentuk
keputusan dalam proses AMDAL
k) Atribut Lainnya: 1. Posisi
Hulu siklus pengambilan keputusan
Akhir sklus pengambilan keputusan
2. Pendekatan Cenderung pro aktif Cenderung bersifat reaktif
3. Fokus analisis Evaluasi implikasi lingkungan dan pembangunan
berkelanjutan
Identifikasi, prakiraan dan evaluasi dampak lingkungan
4. Dampak kumulatif
Peringatan dini atas adanya dampak komulatif
Amat terbatas
5. Titik berat telaahan
Memelihara keseimbangan alam, pembangunan berkelanjutan
Mengendalikan dan meminimalkan dampak negative
6. Alternatif Banyak alternatif Alternatif terbatas jumlahnya
7. Kedalaman Luas dan tidak rinci sebagai landasan untuk mengarahkan visi dan kerangka umum
Sempit, dalam dan rinci
8. Deskripsi proses Proses multi pihak, tumpang tindih komponen, KRP merupakan proses iteratif dan kontinu
Proses dideskripsikan dengan jelas, mempunyai awal dan
akhir 9. Fokus
pengendalian dampak
Fokus pada agenda
pembangunan berkelanjutan
Menangani gejala kerusakan lingkungan
10.Institusi Penilai Tidak diperlukan institusi yang berwenang memberikan penilaian dan persetujuan KLHS
Diperlukan institusi yang berwenang memberikan
penilaian dan persetujuan AMDAL
Tabel. 8.4.
Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL
No. Jenis Kegiatan Skala/Besaran
A. Persampahan:
a. Pembangunan TPA Sampah Domestik dengan sistem Control landfill/sanitary landfill: - luas kawasan TPA, atau
- Kapasitas Total
> 10 ha > 100.000 ton b. TPA di daerah pasang surut:
- luas landfill, atau - Kapasitas Total
semua kapasitas/ besaran
c. Pembangunan transfer station:
- Kapasitas > 500 ton/hari
d. Pembangunan Instalasi Pengolahan Sampah terpadu:
- Kapasitas > 500 ton/hari
Dokumen RPI2-JM Kota Jambi Tahun 2016-2020
No. Jenis Kegiatan Skala/Besaran
- Kapasitas semua kapasitas
f. Composting Plant:
- Kapasitas > 500 ton/hari
g. Transportasi sampah dengan kereta api:
- Kapasitas > 500 ton/hari
B. Pembangunan Perumahan/Permukiman:
a. Kota metropolitan, luas > 25 ha
b. Kota besar, luas > 50 ha
c. Kota sedang dan kecil, luas > 100 ha
d. keperluan settlement transmigrasi > 2.000 ha C. Air Limbah Domestik
a. Pembangunan IPLT, termasuk fasilitas penunjang:
- Luas, atau - Kapasitasnya
> 2 ha > 11 m3/hari b. Pembangunan IPAL limbah domestik, termasuk
fasilitas penunjangnya: - Luas, atau - Kapasitasnya
> 3 ha > 2,4 ton/hari c. Pembangunan sistem perpipaan air limbah:
- Luas layanan, atau - Debit air limbah
> 500 ha > 16.000 m3/hari D. Pembangunan Saluran Drainase (Primer
dan/atau sekunder) di permukiman
a. Kota besar/metropolitan, panjang: > 5 km
b. Kota sedang, panjang: > 10 km
E. Jaringan Air Bersih Di Kota Besar/Metropolitan
a. Pembangunan jaringan distribusi
- Luas layanan > 500 ha
b. Pembangunan jaringan transmisi
- panjang > 10 km
Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah
batas menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen AMDAL tetapi wajib dilengkapi dengan dokumen UKL-UPL. Jenis kegiatan bidang
Cipta karya dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen
Dokumen RPI2-JM Kota Jambi Tahun 2016-2020
Tabel. 8.5.
Penapisan Rencana Kegiatan Tidak Wajib AMDAL tapi Wajib UKL-UPL
Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya
a. Persampahan 1. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan sistem controlled landfill atau sanitary landfill termasuk instansi penunjang:
a. Luas kawasan, atau < 10 Ha b. Kapasitas total < 10.000 ton 2. TPA daerah pasang surut
a. Luas landfill, atau < 5 Ha b. Kapasitas total < 5.000 ton 3. Pembangunan Transfer Station
a. Kapasitas < 1.000 ton/hari
4. Pembangunan Instalasi/Pengolahan Sampah Terpadu
a. Kapasitas < 500 ton 5. Pembangunan Incenerator
a. Kapasitas < 500 ton/hari
6. Pembangunan Instansi Pembuatan Kompos a. Kapasitas > 50 s.d. < 100 ton/ha
b. Air Limbah Domestik/ Permukiman 1. Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) termasuk fasilitas penunjang
a. Luas < 2 ha
b. Atau kapasitas < 11 m3/hari
2. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah a. Luas < 3 ha
b. Atau bahan organik < 2,4 ton/hari
3. Pembangunan sistem perpipaan air limbah
(sewerage/off-site sanitation system)
diperkotaan/permukiman a. Luas < 500 ha
b. Atau debit air limbah < 16.000 m3/hari
c. Drainase Permukaan Perkotaan 1. Pembangunan saluran primer dan sekunder
d. Air Minum 1. Pembangunan jaringan distribusi: a. luas layanan : 100 ha s.d. < 500 ha 2. Pembangunan jaringan pipa transmisi
a. Metropolitan/besar, Panjang: 5 s.d <10 km b. Sedang/kecil, Panjang: 8 s.d. M 10 km c. Pedesaan, Panjang : -
3. Pengambilan air baku dari sungai, danau sumber air permukaan lainnya (debit)
a. Sungai danau : 50 lps s.d. < 250 lps b. Mata air : 2,5 lps s.d. < 250 lps 4. Pembangunan Instalasi Pengolahan air
lengkap
a. Debit : > 50 lps s.d. < 100 lps 5. Pengambilan air tanah dalam untuk
kebutuhan:
a. Pelayanan masyarakat oleh penyelenggara SPAM : 2,5 lps - < 50 lps
Dokumen RPI2-JM Kota Jambi Tahun 2016-2020
Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya
perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2
b. Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2 c. Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan
gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, kebudayaan, laboratorium, dan bangunan gedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2
d. Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri
Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL
2. Pembangunan bangunan gedung di bawah tanah yang melintasi prasarana dan atau sarana umum:
a. Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2
b. Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2 c. Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan
gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, kebudayaan, laboratorium, dan bangunan gedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2
d. Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri
Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL
3. Pembangunan bangunan gedung di bawah atau di atas air:
a. Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2
b. Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2
c. Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, kebudayaan, laboratorium, dan bangunan gedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2
d. Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri
Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk
Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL
f. Pengembangan kawasan permukiman baru
4. Kawasan Permukiman Sederhana untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), misalnya PNS, TNI/POLRI, buruh/pekerja;
a. Jumlah hunian: < 500 unit rumah; b. Luas kawasan: < 10 ha
Dokumen RPI2-JM Kota Jambi Tahun 2016-2020
Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya
pedesaan (Kota Terpadu Mandiri eks transmigrasi, fasilitas pelintas batas PPLB di perbatasan);
a. Jumlah hunian: < 500 unit rumah; b. Luas kawasan: < 10 ha
6. Pengembangan kawasan permukiman baru dengan pendekatan Kasiba/Lisiba (Kawasan Siap Bangun/ Lingkungan Siap Bangun)
a. Jumlah hunian: < 500 unit rumah; b. Luas kawasan: < 10 ha
g. Peningkatan Kualitas Permukiman 7. Penanganan kawasan kumuh di perkotaan dengan pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar (basic need) pelayanan infrastruktur, tanpa pemindahan penduduk;
a. Luas kawasan: < 10 ha
8. Pembangunan kawasan tertinggal, terpencil, kawasan perbatasan, dan pulau-pulau kecil; a. Luas kawasan: < 10 ha
9. Pengembangan kawasan perdesaan untuk meningkatkan ekonomi lokal (penanganan kawasan agropolitan, kawasan terpilih pusat pertumbuhan desa KTP2D, desa pusat pertumbuhan DPP)
a. Luas kawasan: < 10 ha
h. Penanganan Kawasan Kumuh Perkotaan
10.Penanganan menyeluruh terhadap kawasan kumuh berat di perkotaan metropolitan yang dilakukan dengan pendekatan peremajaan kota (urban renewal), disertai dengan pemindahan penduduk, dan dapat dikombinasikan dengan penyediaan bangunan rumah susun
a. Luas kawasan: < 5 ha
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008
Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah
batas wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL tetapi wajib dilengkapi dengan Surat
Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Hidup (SPPLH).
Tabel. 8.6.
Checklist Kebutuhan Analisis Perlindungan Lingkungan pada Program Cipta Karya
No. Komponen
Kegiatan
Lokasi Amdal UKL/UPL SPPLH
1 TPA Kota Jambi √
2 IPAL Komunal Kota Jambi √
3 IPLT Kota Jambi √
Dokumen RPI2-JM Kota Jambi Tahun 2016-2020
8.2.
Aspek Sosial
Aspek sosial terkait dengan pengaruh pembangunan infrastruktur
bidang Cipta Karya kepada masyarakat pada taraf perencanaan, pembangunan, maupun pasca pembangunan/pengelolaan. Pada taraf
perencanaan, pembangunan infrastruktur permukiman seharusnya
menyentuh aspek-aspek sosial yang terkait dan sesuai dengan isu-isu yang marak saat ini, seperti pengentasan kemiskinan serta
pengarusutamaan gender. Sedangkan pada saat pembangunan
kemungkinan masyarakat terkena dampak sehingga diperlukan proses konsultasi, pemindahan penduduk dan pemberian kompensasi,
maupun permukiman kembali. Kemudian pada pasca pembangunan
atau pengelolaan perlu diidentifikasi apakah keberadaan infrastruktur
bidang Cipta Karya tersebut membawa manfaat atau peningkatan taraf hidup bagi kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.
Dasar peraturan perundang-undangan yang menyatakan perlunya
memperhatikan aspek sosial adalah sebagai berikut:
1. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional:
Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan sosial juga dilakukan dengan memberi perhatian yang lebih besar
pada kelompok masyarakat yang kurang beruntung, termasuk
masyarakat miskin dan masyarakat yang tinggal di wilayah
terpencil, tertinggal, dan wilayah bencana. Penguatan
kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan
anak di tingkat nasional dan daerah, termasuk ketersediaan data
dan statistik gender.
2. UU No. 2/2012 tentang Pengadaan Lahan bagi
Pembangunan untuk Kepentingan Umum:
Pasal 3: Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan menyediakan tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna
Dokumen RPI2-JM Kota Jambi Tahun 2016-2020
dan masyarakat dengan tetap menjamin kepentingan hukum Pihak yang Berhak.
3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014:
Perbaikan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan melalui
sejumlah program pembangunan untuk penanggulangan
kemiskinan dan penciptaan kesempatan kerja, termasuk
peningkatan program di bidang pendidikan, kesehatan, dan
percepatan pembangunan infrastruktur dasar.
Untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender,
peningkatan akses dan partisipasi perempuan dalam
pembangunan harus dilanjutkan.
4. Peraturan Presiden No. 15/2010 tentang
Percepatan penanggulangan Kemiskinan
Pasal 1: Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan
yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dunia usaha,
serta masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat,
pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil, serta program lain
dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi.
5. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang
Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional
Menginstruksikan kepada Menteri untuk melaksanakan
pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas
kebijakan dan program pembangunan nasional yang
berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta
kewenangan masing-masing.
Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota terkait aspek sosial bidang Cipta
Dokumen RPI2-JM Kota Jambi Tahun 2016-2020
1.Pemerintah Pusat:
a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang
bersifat strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.
b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum
yang bersifat strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.
c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui
bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka
meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat pusat.
d. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya
perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional
berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.
2.Pemerintah Provinsi:
a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang
bersifat regional ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.
b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum
yang bersifat regional ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.
c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui
bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan
usaha mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat provinsi.
d. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya
perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan di tingkat
provinsi berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta
Karya.
3.Pemerintah Kabupaten/Kota:
a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum di
kabupaten/kota.
Dokumen RPI2-JM Kota Jambi Tahun 2016-2020
c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui
bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha
mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka peningkatan
ekonomi di tingkat kabupaten/kota.
d. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya
perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan
evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan di tingkat kabupaten/kota berperspektif gender, khususnya untuk bidang
Cipta Karya.
8.2.1.
Aspek
Sosial
Pada
Tahap
Perencanan
Pembangunan Bidang Cipta Karya
Pembangunan infrastruktur bidang cipta karya adalah
merupakan bagian dari upaya pengentasan kemiskinan. Kajian
terhadap karakter dasar kemiskinan di Kota Jambi diharapkan dapat
menjadi pelengkap efektifitas pembangunan masing-masing sektor yang dimulai dari tahap perencanaan program pembangunan.
Pada dasarnya pengentasan kemiskinan telah digariskan dalam
target MDG’s yang diharapkan dapat terwujud pada tahun 2015.
Namun tahun 2015 yang dimaksud telah berakhir tahun ini. Oleh
karena itu, pembangunan bidang cipta karya diharapkan juga dapat
menunjang rencana dan pelaksanaan pengentasan kemiskinan pasca
tahun 2015 ini.
Tabel. 8.7.
Analisis Kebutuhan Penduduk Miskin di Kota Jambi
Jumlah Penduduk
Miskin
persentase Kondisi Umum
Permasalahan Bentuk Penanganan
yang sudah dilakukan
Kebutuhan penanganan
1. Mata pencahar ian pendudu k miskin
1. Keterbatasan lapangan pekerjaan, sehingga masih
Pemenuhan prasarana lingkungan permukiman melalui
1. Pemenuhan kebutuhan AM ;
Dokumen RPI2-JM Kota Jambi Tahun 2016-2020
Jumlah Penduduk
Miskin
persentase Kondisi Umum
sarana sanitasi ;
3. Pembangunan dan
peningkatan prasarana jalan lingkungan ;
Keterangan : bentuk penanganan yang sudah dilakukan dan kebutuhan penanganan yang ditampilkan dikhususkan terkait dengan bidang cipta karya
Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa bidang cipta karya telah
berkontribusi dalam upaya pengentasan kemiskinan di Kota Jambi, salah satunya melalui program padat karya.
8.2.2.
Aspek
Sosial
Pada
Tahap
Pelaksanaan
Pembangunan Bidang Cipta Karya
Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya secara lokasi, besaran
kegiatan, dan durasi berdampak terhadap masyarakat. Untuk meminimalisir terjadinya konflik dengan masyarakat penerima dampak
maka perlu dilakukan beberapa langkah antisipasi, seperti konsultasi,
pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan
bangunan, serta permukiman kembali.
1. Konsultasi masyarakat
Konsultasi masyarakat diperlukan untuk memberikan informasi
Dokumen RPI2-JM Kota Jambi Tahun 2016-2020
aspirasi mereka berupa pendapat, usulan serta saran-saran untuk bahan pertimbangan dalam proses perencanaan. Konsultasi
masyarakat perlu dilakukan pada saat persiapan program bidang
Cipta Karya, persiapan AMDAL dan pembebasan lahan.
2. Pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk
tanah dan bangunan.
Kegiatan pengadaan tanah dan kewajiban pemberian kompensasi atas tanah dan bangunan terjadi jika kegiatan pembangunan
bidang cipta karya berlokasi di atas tanah yang bukan milik
pemerintah atau telah ditempati oleh swasta/masyarakat selama
lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus dilakukan untuk
meningkatkan, atau memperbaiki, pendapatan dan standar