• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di era globalisasi saat ini, persaingan bisnis yang terjadi antar perusahaan semakin meningkat dan setiap perusahaan pun kini dituntut untuk dapat bertahan dan tampil menjadi yang terbaik di bidangnya. Politeknik Caltex Riau sebagai perusahaan yang bergerak di bidang pendidikan tentunya tidak bisa lepas dari persaingan tersebut. Persaingan yang terjadi adalah dalam usaha memperebutkan

brand terbaik sebagai perguruan tinggi favorit yang unggul dalam mencetak

mahasiswa berdaya saing tinggi dalam memenuhi kebutuhan industri. Salah satu strategi untuk memenangkan persaingan tersebut, Politeknik Caltex Riau memanfaatkan teknologi informasi untuk mendukung kegiatan proses bisnis perusahaan. Pemanfaatan teknologi informasi merupakan salah satu cara yang banyak digunakan di berbagai perusahaan untuk meningkatkan efektifitas kinerja perusahaan. Efektifitas kerja ini sangat berpengaruh pada kinerja dosen dan karyawan untuk meningkatkan kualitas layanan dalam memenuhi kebutuhan mahasiswa dalam kegiatan perkuliahan, pencarian kerja para alumni maupun layanan yang sifatnya eksternal misalnya dengan calon mahasiswa, publikasi umum dan yang lainnya.

Dalam pelaksanaan lebih lanjut, Fenomena “ketidakcocokan” atau “ketidakseimbangan” antara besaran investasi yang dikeluarkan untuk keperluan teknologi informasi (TI) dengan ukuran keluaran yang dihasilkan. Hal ini dideskripsikan sebagai sebuah “IT Productivity Paradox” (paradoks produktivitas). Dari hasil kajian beberapa pakar, alasan mengapa terjadinya paradoks tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu masing-masing mengkristal menjadi kesimpulan sebagai berikut [54]:

1. Permasalahan analisa dan representasi data tidak memperlihatkan terjadinya peningkatan produktivitas;

(2)

lain;

3. Peningkatan produktivitas tidak terlihat karena adanya kegagalan penerapan TI atau tingginya alokasi biaya TI.

Analisis terhadap investasi TI perlu dilakukan untuk mengetahui apakah suatu proyek pengembangan TI yang baru dapat memberikan manfaat yang sesuai (baik manfaat yang bersifat tangible maupun intangible) dengan biaya yang telah dikeluarkan, karena investasi TI seringkali hanya dipandang sebagai suatu biaya yang harus dikeluarkan tanpa tahu manfaat apa yang akan diperoleh [55]. Dalam kaitannya dengan analisis cost-benefit, manfaat sebuah pengembangan teknologi informasi dianggap menemukan titik optimasinya – artinya proyek penerapan tersebut dianggap berhasil – apabila gap “ekspektasi” antara kondisi saat ini dengan kontribusi strategi perusahaan sangat kecil. Dengan kata lain, biaya investasi yang dikeluarkan dianggap sepadan dengan manfaat yang diperoleh sejauh tidak terdapat gap konflik kepuasan atau efektivitas penerapan dari ketiga

stakeholders tersebut. Adapun ketiga stakeholders yang dimaksud [54] adalah:

a. Pimpinan dan Manajemen, yang dianggap sebagai “sponsor” dari setiap inisiatif penerapan teknologi informasi karena dari merekalah aspek “business value of information technology” menemukan konteksnya; b. Pengelola Teknologi Informasi, yang merupakan pihak paling bertanggung

jawab terhadap implementasi pembangunan aplikasi teknologi informasi; dan

c. Pengguna atau Pemakai (user), yang berperan aktif sebagai pemakai teknologi informasi yang dibangun untuk membantu aktivitasnya sehari-hari.

Saat ini, jumlah sistem informasi yang sudah ada dan dikembangkan sejak berdirinya Politeknik Caltex Riau berjumlah 14 sistem informasi (Web PCR, Web PMB, Web QA, Meeting Management, SIAK-SIS-EPSBED, Email, Tracer Study, Facility Management, Student Career Center, E-Library, Payroll, Kepegawaian, Inventory, Web Jurnal) yang terbagi sesuai dengan proses bisnis perusahaan. Sebagai perguruan tinggi swasta yang bergerak dibidang pendidikan,

(3)

Politeknik Caltex Riau tentunya tidak memiliki anggaran yang banyak untuk pengembangan sistem informasi karena sesuai aturan pemerintah bahwa lembaga pendidikan memang tidak boleh berorientasi pada keuntungan. Selain itu, perusahaan ini masih dalam proses tumbuh dan berkembang sehingga masih banyak alokasi anggaran yang teralokasikan ke pos-pos yang lain sehingga porsi pengembangan sistem informasi memiliki porsi yang tidak terlalu besar. Minimnya anggaran yang dialokasikan untuk pengembangan ini tentunya tidak sebanding dengan banyaknya sistem informasi yang dimiliki oleh Politeknik Caltex Riau sehingga diperlukan sebuah metode yang tepat untuk membuat prioritas penggunaan anggaran.

1.2. Perumusan Masalah

Dalam rangka memberikan hasil seimbang untuk ketiga stakeholders (Pimpinan dan manajemen, Pengelola, serta Pengguna) diperlukan sebuah penyelerasan perencanaan TI dengan tujuan bisnis dan kebutuhan bisnis. Keselarasan ini meliputi kontribusi TI terhadap kriteria IT Balanced Scorecard (untuk memenuhi kontribusi terhadap kemajuan perusahaan, orientasi operasional, orientasi pengguna, dan orientasi masa depan). Untuk itu, diperlukan proses pengukuran yang tepat untuk melakukan evaluasi efektifitas dari TI sehingga usaha-usaha real yang dilakukan karyawan dapat mencapai sasaran-sasaran TI yang berimplikasi pada meningkatnya kinerja TI.

Dalam mengevaluasi manfaat dari investasi TI, terdapat beberapa kendala di dalam manfaat investasi TI untuk menjadikan investasinya lebih efektif dan efisien. Adapun beberapa kendala yang dihadapi, yaitu:

1. Hal pertama dari evaluasi TI sulit dibuat karena jenis keuntungan yang didapat perusahaan berasal dari penerapan aplikasinya. Manfaat ini berasal dari peningkatan efisiensi dan efektivitas.

2. Pemahaman terhadap efisiensi dan efektifitas memegang yang banyak dalam evaluasi investasi TI karena sering terjadi pertentangan pendapat antar

stakeholders terhadap manfaat penggunaan TI terutama yang bersifat intangible.

(4)

Berdasarkan uraian sebelumnya, permasalahan yang akan diselesaikan dalam penelitian ini adalah bagaimana menentukan prioritasi investasi TI dengan: 1. Melakukan evaluasi pengukuran kemanfaatan dari investasi TI dari sudut

pandang ekonomis menggunakan Cost-benefit Analysis. Hal ini dilakukan untuk mengukuran manfaat penggunaan dari segi efisiensi penggunaan TI. 2. Menggunakan IT Balanced Scorecard untuk mempersempit gap atau

kesenjangan antara strategi dan aksi. Caranya adalah dengan menterjemahkan kedalam inisiatif strategis dan sasaran personal. Inisiatif strategis menjelaskan apa yang perlu dilakukan secara korporat untuk mencapai visi perusahaan sedangkan sasaran personal menjelaskan apa yang harus dilakukan oleh personal dalam perusahaan untuk mendukung tercapainya visi perusahaan. Hal ini dilakukan untuk mengukuran manfaat penggunaan dari segi efektifitas pemanfaatan TI untuk mendukung strategi bisnis perusahaan.

3. Mengunakan Fuzzy AHP untuk mengatasi kesamaran (vagueness), ketidakpastian, ketidaktepatan dan subjektivitas pada penilaian yang dilakukan oleh beberapa orang dalam hal ini adalah pertentangan yang sering terjadi diantara antara ketiga stakeholders (Pimpinan dan manajemen, Pengelola, serta Pengguna) dalam mendefinisikan efisiensi dan efektifitas penggunaan TI.

Sebagai sebuah institusi yang bergerak di bidang pendidikan, maka Politeknik Caltex Riau yang dikelola oleh PT Chevron Pacivic Indonesia (CPI) dan Pemerintah Provinsi Riau dipilih sebagai objek studi kasus. Alasan pemilihan institusi pendidikan tinggi ini karena PCR memiliki kelengkapan dokumen dan data pendukung yang diperlukan dalam penelitian ini. Alasan lain adalah karena rata-rata per tahun investasi dan belanja rutin bidang TI cukup signifikan yaitu mencapai kurang lebih 10% dari total pengeluarannya. Selama ini PCR menetapkan prioritas investasi bidang TI menggunakan analisa biaya saja sehingga banyak menemui kesulitan saat mengevaluasi investasi TI dari yang tidak mudah untuk diukur (intangible)[23]. Penelitian ini diharapkan bisa menjawab permasalahan dari obyek studi kasus yang digunakan.

(5)

1.3. Keaslian Penelitian

Penelitian-penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya yang memiliki kesamaan dalam bidang Investasi TI maupun metode yang digunakan dapat dilihat dalam Tabel 1.1. berikut ini:

Tabel 1.1. Keaslian penelitian

No Peneliti Metode Tujuan Keterangan

1. Lee et al. (2008) [18] Fuzzy-AHP, BSC Mengevaluasi sebuah departemen TI dalam industri manufaktur di Taiwan - Fuzzy-AHP sebagai metode untuk tidak mentolerir ketidakjelasan dan ambiguitas informasi. - Konsep ini diterapkan untuk menentukan hirarki dengan empat perspektif utama (keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan), dan indikator kinerja yang dipilih untuk masing-masing perspektif. 2. Sanjaya (2011) [27] IT Balanced Scorecard, AHP, CMM Analisa efektifitas kinerja departemen IT pada Vi8e Interactive Pte. Ltd. - IT Balance Scorecard (BSC) diperlukan untuk mengukur efektifitas pemanfaatan TI di perusahaan. - IT Balanced Scorecard diperlukan untuk memantau kinerja departemen TI yang selanjutnya dapat dilakukan perbaikan secara berkala.

(6)

3. Munoz (2006) [22] ANP, BSC, Real Option, Monte Carlo Simulation

Analisis ROI untuk menyeleksi Proyek TI pada pengembangan E-Goverment di NASA, USA - Pendekatan ROSS yang dikembangkan memungkinkan manajer untuk lebih membandingkan dan peringkat proyek dalam portofolio TI, mengoptimalkan analisis ROI dan pemilihan proyek sistem informasi - Menggunakan dua

aspek sebagai indikator pemilihan proyek yakni aspek finansial (Real Option Valuation dan Monte Carlo) dan aspek non finansial yakni (ANP dan BSC) 4. Nugroho (2010) [23] Quality Function Deployment (QFD) dan SAM Penentuan prioritas investasi TI dengan mempertimbangkan tujuan bisnis, respon terhadap kompetisi di lingkungan bisnis, efisiensi dan fleksibilitas di Politeknik Caltec Riau

- Model yang diajukan dalam penelitian ini hanya

memperhatikan aspek strategis, perlu dikembangkan model yang memperhatikan aspek strategis, aspek financial, dan aspek teknis secara simultan. 5. Sisilia (2010) [26] Information Economics, Critical Success Factor, Return On Investment Evaluasi Terhadap Penerapan Investasi Teknologi Informasi pada PT. Intermedia Promosindo - Melakukan analisis investasi TI berdasarkan nilai guna ekonomis - Evaluasi perlu dilakukan dengan menentukan tingkat prioritas sehingga dapat mengurangi beberapa investasi yang dianggap kurang penting

(7)

6. Rahma (2012) [20] Val IT Perancangan manajemen portofolio investasi pada bidang teknologi informasi perbankan - Memfokuskan pada penelitian investasi dari segi value

governance, portofolio management dan investment management.

Model atau metode tradisional yang banyak dipakai sektor industri adalah dengan menggunakan kriteria finansial [8] dimana kriteria utama yang digunakan berdasarkan biaya-keuntungan (cost-benefit) [32]. Penggunaan tunggal ini tidak dapat menilai semua keuntungan yang didapat dari sebuah investasi [17]. Semua ini dapat terjadi apabila perusahaan hanya melihat fungsi TI sebagai pendukung daripada strategis. Sebab lain adalah para eksekutif tidak memahami bagaimana TI dapat diimplementasikan dengan efektif sehingga pada akhirnya TI hanya dilihat dari segi teknis daripada pendekatan bisnis [32].

Saat ini paradigma yang digunakan dalam memposisikan TI mengalami perubahan. TI ditempatkan pada posisi strategis yang mendukung bisnis daripada sekedar teknis [31]. Adanya perubahan paradigma ini menuntut untuk dilakukannya metode evaluasi investasi TI yang memperhatikan integrasi strategis dan memasukkan pengukuran non-finansial. Seperti yang terdapat dalam Tabel 1.1, banyak peneliti yang mencoba menggabungkan aspek finansial dan non-finansial atau memakai lebih dari satu macam agar dapat menghasilkan keputusan investasi yang lebih baik. Berawal dari alasan ini, maka dibuatlah sebuah metode yang mampu untuk menghasilkan keputusan sebaik mungkin dengan meninjau kelebihan-kelebihan dari metode-metode yang digunakan yakni analisis finansial mengunakan Cost Benefit Analysis dan untuk non-finansial menggunakan IT

Balanced Scorecard. Selain itu dalam model ini, untuk membandingkan antar

proyek TI dalam proses penentuan prioritas investasi yang akan dilakukan kedepan menggunakan Fuzzy AHP. Berikut ini penjelasan singkat mengenai alasan penggabungan metode-metode tersebut.

(8)

karena “Berhasilnya manajemen dalam mengkuantifikasikan biaya dan manfaat yang bersifat kualitatif maupun intangible”. Sedangkan kelemahannya Indrajit [49] mengungkapkan “Menurut kejadian yang sudah-sudah, sering terjadi perselisihan atau perdebatan dalam menentukan teknik yang sesuai dalam mencari

value elemen yang nilainya tidak jelas tersebut.”

Dalam rangka lebih memperjelas nilai value elemen yang tidak jelas di metode cost benefit analysis, dalam menilai sebuah investasi TI perlu didukung dengan melakukan skoring dengan memperhatikan empat perspektif dalam

Balance Scorecard yang mencakup perspektif manajer papan atas dan operasional

pengguna sistem informasi. Manajer papan atas merupakan perwakilan yang tentunya paham dengan pengalokasian anggaran yang efisien (perspektif finansial) dan penentuan arah perkembangan perusahaan ke depan (perspektif

knowledge) serta operasionalitas pengguna sistem informasi sebagai pihak yang

paham tentang kebutuhan penunjang efektifitas proses bisnis (perspektif operasional) dan paham dengan kekurangan yang dihadapi ketika menggunakan sistem informasi (persektif user/pengguna). Adapun kelebihan dari penggunaan IT

Balanced Scorecard adalah:

a. Perusahaan dapat mengembangkan analisis kinerja TI mereka secara luas dan spesifik yaitu dari beberapa perspektif orientasi pelanggan atau pengguna, kontribusi perusahaan, kesempurnaan operasional, dan orientasi masa depan. b. Meningkatkan efektifitas proyek TI untuk memenuhi kebutuhan strategi

perusahaan.

c. Memberikan pengertian yang lebih luas dan penerimaan dari insiatif TI melalui komunikasi yang jelas dan komprehensif.

d. Meningkatkan hubungan dan dialog antara TI dengan perusahaan serta unit bisnis pelanggan.

e. Teknologi lebih diposisikan untuk meningkatkan keunggulan bersaing.

Selain kunggulan yang dimilikinya, terdapat kelemahan IT Balanced

Scorecard, yaitu hasil dari analisa IT Balanced Scorecard tidak dapat

dibandingkan antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain, karena hasilnya sebagian besar berlainan antara perusahaan satu dengan lainnya kecuali

(9)

pembandingan dilakukan antara anak perusahaan yang memiliki kebijakan perusahaan yang sama.

Selain itu, dalam membuat sebuah keputusan, alat bantu pengambilan keputusan biasanya bertujuan untuk dapat mengakomodir konflik pendapat dan subjektivitas dari penilaian beberapa orang yang berbeda dari masing-masing perspektif Balanced Scorecard (Financial, Operational, Customer/User, dan

Knowledge). Tidak seperti pengambilan keputusan sederhana (yang hanya terdiri

dari satu kriteria), pada dunia nyata pastilah banyak kriteria dan altenatif yang terlibat dalam pengambilan keputusan. Hal ini membuat proses pengambilan keputusan semakin rumit karena terjadinya konflik pendapat seperti ketidak samaan pendapat mengenai tingkat prioritas dari setiap kriteria. Hal ini tentunya dapat berpotensi menurunkan tingkat kegunaan sistem informasi karena rendahnya tingkat penerimaan pengguna sistem informasi akibat konflik yang terjadi. Oleh karena itu AHP yang mampu memecah masalah kompleks menjadi elemen – elemen yang lebih kecil dalam bentuk hierarki yang lebih sederhana dinilai dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dengan jumlah kriteria yang lebih dari satu atau yang sering disebut multi criteria decision making.

Namun pada perkembangan selanjutnya, AHP dinilai masih memiliki beberapa kelemahan yaitu ketidakmampuan untuk meng-capture kesamaran (vagueness), ketidakpastian, ketidaktepatan dan subjektivitas pada penilaian yang dilakukan oleh beberapa orang. M Buckley (dalam Hsieh [10]) mengembangkan konsep Fuzzy-AHP (FAHP) yaitu pengembangan dari AHP dengan mengintegrasikan AHP dengan fuzzy synthectic evaluation (FSE). Pada FAHP menggunakan rasio fuzzy untuk menggantikan rasio eksak pada AHP dan juga digunakan operasi dan logika matematika fuzzy untuk menggantikan operasi matematika biasa pada AHP. Pengguna rasio fuzzy pada FAHP karena ketidakmampuan AHP untuk mengakomodir faktor ketidaktepatan (imprecision) dan subjektivitas pada proses pairwise comparison atau perbandingan berpasangan untuk setiap kriteria dan altenatif. Kekurangan dari metode ini terletak pada kerumitan dalam proses perhitungan kalkulasi skoring investasi TI

(10)

sehingga seseorang pemegang keputusan membutuhkan seorang konsultan yang paham betul dengan metode ini. Namun untuk sebuah industri atau perusahaan kelemahan ini tidaklah substansial karena dapat dengan mudah melakukan

outsourcing ataupun menyewa konsultan terbaik di bidangnya.

Dengan memperhatikan kelebihan-kelebihan yang terdapat pada masing-masing metode mampu mengatasi kekurangan dari metode yang lain maka dengan ini penelitian dilakukan dengan menggabungkan ke empat metode tersebut (Cost

Benefit Analysis, IT Balaced Scorecard, AHP dan Fuzzy) kedalam satu metode

yang disebut Fuzzy Multi Criteria Decision Making. Metode Fuzzy Multi Criteria

Decision Making ini diharapkan dapat meningkatkan nilai efektifitas dan efisiensi

penggunaan sistem informasi untuk mendukung keselarasan strategi bisnis perusahaan dengan strategi TI.

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengamati dan menganalisis penerapan investasi sistem informasi dan teknologi informasi di Politeknik Caltex Riau, apakah biaya investasi yang dikeluarkan dianggap sepadan dengan manfaat yang diperoleh. Lalu, dilanjutkan dengan menyusun strategi prioritas pengembangannya sistem informasi dengan menggunakan Fuzzy Multi Criteria

Decision Making.

1.5. Manfaat Penelitian 1. Bagi pihak Perusahaan

Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi manajemen di perusahaaan mengenai analisis dan evaluasi terkait dengan proses penentuan prioritas investasi sistem informasi dan teknologi informasi. Hal ini dibutuhkan untuk menyeimbangkan dan memudahkan pengukuran keberhasilan investasi pengembangan sistem informasi dan teknologi informasi dalam mendukung layanan yang efektif dan efisien serta sebagai pertanggungjawaban kepada para stakeholder.

(11)

Hasil penelitian ini memberikan kesempatan untuk menambah, membandingkan dan menerapkan ilmu yang selama ini diperoleh di bangku kuliah untuk diaplikasikan langsung ke dalam dunia kerja.

3. Bagi pembaca

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan tentang analisis dan stretegi dalam menentukan prioritas investasi pengembangan sistem informasi dan teknologi informasi di perusahaan.

Gambar

Tabel 1.1. Keaslian penelitian

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Penggunaan lahan sawah mendominasi di daerah tengah delta Berbak (lokasi penelitian) mencakup desa Rantau rasau I, Rantau Rasau II, Bangun Karya, Harapan Makmur,

Informasi ketersediaan obat dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) merupakan aspek yang penting dalam pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan baik di tingkat Pusat,

Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat empat permasalahan utama IPKM Jawa Tengah, berturut-turut menurut prioritasnya adalah: (i)Kesenjangan antara pasokan dengan

Sehubungan dengan telah dilakukan Evaluasi Administrasi, Teknis dan Kewajaran Harga serta Evaluasi Isian Data Kualifikasi terhadap penawaran paket pekerjaan tersebut diatas

Kemudian dilakukan pengujian signifikansi se-cara parsial untuk mengetahui parameter mana saja yang memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel res-pon

Sehingga dapat dilihat hasil penilaian rata – rata yang dicapai nilai dari kegiatan kondisi awal 64,77 dan pada silkus pertama nilai rata – rata yang dicapai 65,45

Peneliti pada penelitian ini mengambil judul Berdasarkan penyampaian diatas maka peneliti memandang perlu untuk dilakukannya penelitian untuk melakukan komparasi efektivitas