• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN. Lokasi Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "METODE PENELITIAN. Lokasi Penelitian"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada areal reklamasi tambang batubara PT Adaro Indonesia Indonesia terletak pada Sub-sub DAS Tabalong dan Sub-sub DAS Balangan, Sub DAS Negara, DAS Barito yang meliputi Kabupaten Tabalong dan Kabupaten Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan. Areal penelitian berada pada dua tambang yaitu Tambang Tutupan dan Tambang Paringin (Gambar 3).

Gambar 3. Lokasi penelitian pada Tambang Tutupan dan Tambang Paringin (sumber : Adaro Indonesia)

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain peta tanah, peta topografi, peta penggunaan lahan, plastik/plat seng, drum, drum, kayu, paku, bahan kimia yang digunakan untuk analisis tanah di laboratorium dan bahan-bahan lainnya untuk pembuatan plot erosi, penampungan aliran permukaan dan sedimentasi plot erosi, dan botol.

(2)

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : Seperangkat peralatan survey seperti Geographycal Position System (GPS), pisau profil tanah, meteran, kompas, ring sample, double ring infiltrometer, stopwacth, bor tanah,

sediment sampler, clinometer, tabung sample, kantong plastik, camera digital, komputer, serta peralatan laboratorium untuk menetapkan karakteristik fisik, kima tanah, air dan sedimen. Peralatan lain adalah seperangkat peralatan pengukur erosi dan aliran permukaan yaitu petak erosi, dan penampung air aliran permukaan dan tanah yang tererosi, sertaalat penakar hujan (ombrometer).

Tahapan Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metoda survei dan pengamatan lapangan dengan membuat plot pengamatan meliputi:

Persiapan

Penelitian diawali dengan melakukan studi literatur, pengumpulan data-data yang berhubungan dengan reklamasi, peta kerja, penetapan lokasi penelitian dan identifikasi dan inventarisasi kebutuhan bahan dan alat yang diperlukan dalam penelitian. Selanjutnya dilakukan penentuan lokasi pengamatan dan pembuatan plot pengamatan pada lahan reklamasi bekas tambang batubara berdasarkan peta kerja dan data yang diperoleh dari pihak perusahaan dan mitra yang melaksanakan reklamasi serta hasil survei lapangan.

Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berasal dari data primer dan sekunder terkait kegiatan reklamasi lahan tambang batubara yang meliputi data umur reklamasi, dampak reklamasi dan manfaat reklamasi. Data sekunder berupa peta kerja dan data hasil reklamasi digunakan dalam penentuan lokasi pengamatan, pengambilan sampel dan pembuatan plot pengamatan (plot erosi dan aliran permukaan, plot biodiversitas dan plot sekuestrasi karbon).

Data dan informasi yang terkumpul dipergunakan untuk mengkaji umur reklamasi lahan tambang yang diterapkan oleh pihak perusahaan tambang; mengkaji dampak reklamasi terhadap beberapa komponen fungsi hidrologis DAS

(3)

(infiltrasi, aliran permukaan dan erosi) dan fungsi ekologis DAS (biodiversitas dan karbon sekuestrasi) serta manfaat reklamasi bagi masyarakat.

Identifikasi Metoda Reklamasi Lahan Tambang Batubara

Reklamasi lahan tambang batubara PT Adaro Indonesia di lapangan dilaksanakan dengan tujuan untuk memperbaiki lingkungan yang rusak akibat aktivitas pertambangan. sebagai perusahaan tambang batubara yang masih aktif akan mengalami kendala dalam penempatan material batuan dan tanah timbunan yang diambil dari lubang tambang. Kegiatan reklamasi dilakukan sejalan dengan perkembangan baik kedalaman serta luas areal yang ditambang. Untuk mengetahui upaya reklamasi yang dilakukan, maka dilakukan kajian dengan mengumpulkan data primer dan sekunder. Data-data yang dikumpulkan meliputi : 1. Metoda reklamasi yang diterapkan meliputi teknik reklamasi, media tanam

dan jenis tanaman). Metoda reklamasi ini dimulai dari lokasi buangan tanah (over burden), penutupan lubang bekas tambang (backfill) dan di luar lubang tambang (out pit) dengan tanah subsoil dan penaburan tanah pucuk, penggunaan media tanam dan perlakuan penutupan tanah dengan tanaman penutup tanah meliputi jenis tanaman, metoda dan jarak tanam, penanaman tanaman cepat tumbuh sebagai pionir meliputi jenis tanaman, umur bibit, pembuatan lubang tanam, jarak tanam, pemupukan dan pemeliharaan.

2. Rencana dan realisasi reklamasi setiap triwulan, semester dan tahun. 3. Rencana pengelolaan lahan dan hasil reklamasi pascatambang.

Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara/diskusi dengan pelaksana reklamasi (PT Adaro Indonesia, kontraktor reklamasi, penyedia jasa dan tenaga kerja), penelusuran melalui literatur-literatur yang ada, serta berbagai informasi penting terkait metoda reklamasi.

Kajian Dampak Reklamasi Lahan Tambang Batubara terhadap Komponen Fungsi Hidrologis DAS

Reklamasi yang telah dilaksanakan oleh pihak PT Adaro Indonesia dalam perbaikan lingkungan yang telah rusak akibat kegiatan pertambangan batubara memberikan dampak terhadap komponen fungsi hidrologis DAS. Untuk

(4)

mengetahui dampak tersebut, maka perlu dilakukan kajian-kajian terhadap fungsi hidrologis dan ekologis DAS serta manfaatnya bagi masayarakat (khususnya yang terlibat sebagai pelaksana dan tenaga kerja sektor reklamasi).

Kajian terhadap komponen fungsi hidrologi DAS meliputi infiltrasi, aliran permukaan dan erosi untuk mengetahui dampak reklamasi yang diterapkan pada lahan tambang batubara. Kajian dilakukan untuk mengetahui efektivitas perbaikan/pemulihan fungsi hidrologis DAS yang terganggu akibat kerusakan lahan akibat aktivitas pertambangan batubara.

Infiltrasi

Kajian dampak reklamasi terhadap infiltrasi dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan tanah hasil reklamasi dalam menginfiltrasi air hujan yang jatuh ke permukaan tanah pada berbagai umur reklamasi. Pengamatan infiltrasi dilakukan pada setiap dilakukan pada setiap plot pengamatan erosi yaitu sebanyak 7 buah dengan ulangan 3 kali. Pengamatan juga dilakukan pada hutan sekunder sebagai perbandingan. Peralatan yang dibutuhkan dalam pengamatan infiltrasi ini antara lain : double ring infiltrometer dengan diameter 30 cm dan 22,5 cm, bak penampung air, penggaris, ember, gayung, stop watch, gunting rumput, papan kayu untuk memasukkan ring ke dalam tanah dan alat tulis.

Pengamatan infiltrasi pada setiap umur reklamasi dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Penentuan lokasi pengukuran infiltrasi yang dapat mewakili kondisi lapangan 2. Pengamatan dilakukan pada lahan yang relatif datar

3. Lokasi pengukuran harus bersih dari benda dan serasah yang mengganggu proses pengukuran

4. Rumput atau tanaman yang tinggi perlu digunting secara hati-hati dan menghidari terjadinya gangguan terhadap permukaan tanah

5. Masukkan double ring infiltrometer kedalam tanah sampai kedalaman 2 – 5 cm secara perlahan dengan menggunakan papan secara tegak lurus tanpa merusak permukaan tanah

6. Pasang penggaris dalam ring berdiameter kecil untuk pengamatan kecepatan infiltrasi.

(5)

7. Kedua silinder diisi dengan air dengan ketinggian yang sama dengan perlahan sehingga tidak merusak permukaan tanah dalam silinder.

8. Pengukuran dilakukan pada setiap penurunan muka air dengan interval waktu tertentu. Pengamatan berakhir sampai penurunan muka air relatif konstan.

Erosi dan Aliran Permukaan

Kajian dampak reklamasi terhadap erosi dan aliran permukaan. Kajian ini dimaksudkan untuk mengetahui efektivitas reklamasi yang sudah dilakukan dalam mengurangi erosi dan aliran permukaan yang terjadi. Kajian dampak tersebut dilakukan pengamatan dengan membuat plot erosi pada beberapa umur reklamasi yang telah dilakukan. Plot dibuat berdasarkan hasil identifikasi dan survey dengan tahapan sebagai berikut :

1. Plot erosi dibuat dengan ukuran 5 m searah lereng dan lebar 4 m searah kontur (disesuaikan dengan kondisi dilapangan).

2. Pada bagian atas dan samping petak dibatasi plastik dengan lebar 40 cm. Sebagian plastik (15-20 cm) ditanam secara vertikal ke dalam tanah.

3. Bagian bawah lereng pada setiap plot dipasang bak penampung. Bak penampung ini berfungsi untuk menampung tanah yang tererosi dan aliran permukaan yang keluar dari plot.

4. Pada bagian atas bak penampungan dibuat lubang sebanyak 5-7 buah (sesuai intensitas curah hujan) untuk mengalirkan aliran permukaan yang berlebihan. Lubang pada bagian tengah disambungkan dengan pipa paralon ke drum untuk menampung air dan sedimen.

5. Pengamatan dilakukan terhadap erosi dan aliran permukaan yang ditampung dalam bak erosi ditakar untuk mengetahui volume dan banyaknya sedimen. 6. Tanah yang tererosi tertampung di bak dianalisis dengan metoda gravimetri.

Selanjutnya sampel erosi yang diambil dari bak erosi lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 103oC selama 2 x 24 jam (berat konstan) dan ditimbang berat kering tanah yang tererosi per satuan luas per satuan hari kejadian hujan.

Jumlah dan disain plot pengamatan disesuaikan dengan jumlah umur reklamasi yang dilaksanakan oleh PT Adaro Indonesia berdasarkan hasil identifikasi umur reklamasi yang sudah dilaksanakan (Gambar 4).

(6)

10 cm

Gambar 4. Plot pengamatan erosi dan aliran permukaan

Aliran permukaan dan erosi yang terjadi pada setiap plot merupakan total dari aliran permukaan dan sedimen yang tertampung dalam bak penampung dan yang masuk dalam drum. Total aliran permukaan untuk setiap kejadian hujan dihitung dengan persamaan :

Rp = Rg + (Rc x Lp), aliran permukaan per satuan luas (ha) dihitung sebagai berikut:

RO = 10000m2/luas plot m2 x Rp (ltr)... (1) Keterangan : Rp = aliran permukaan plot (ltr), Rg = volume yang masuk bak penampung (ltr), Rc = volume yang masuk ke drum (ltr), Lp = banyaknya lubang pembuang, RO= aliran permukaan (ltr/ha).

Nilai koefisien aliran permukaan dihitung dengan persamaan :

Kr = Rt / CH ... (2) Keterangan : Kr = koefisien aliran permukaan, Rt = total volume aliran permukaan (mm),

CH = jumlah curah hujan (mm). Tanaman drum Selang penghubung  1 inc. Lubang pembuang  1 inc. Plastik Lebar 30 cm 4 m 5 m Bak Penampung

(7)

Total erosi dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

Ep = Pt + Sg x [Vg + (Rc x Lp)], erosi dalam satu ha dihitung dengan rumus E=10000 (m2)/luas plot (m2) x Ep (g) ... (3) Keterangan : Ep = erosi plot (g/plot), Sg = kadar erosi dalam sampel bak penampung (g/ltr), Vg = volume aliran permukaan yang masuk bak penampung (ltr, Rc = volume aliran permukaan yang masuk ke drum (ltr), Sc = kadar erosi dalam sampel drum (g/ltr), Lp = banyaknya lubang pembuang, E= erosi (g/ha).

Sampel erosi diambil pada setiap hari kejadian hujan. Pengambilan sampel pada bak penampung dan drum dilakukan secara proporsional. Sampel yang diambil terlebih dahulu dilakukan pengadukan sehingga suspensi dan aliran permukaan menjadi homogen. Sampel erosi yang diperoleh kemudian dikeringkan dalam oven dan selanjutnya ditimbang untuk mengetahui besarnya erosi per plot (Klasifikasi erosi pada Lampiran 10).

Pengambilan sebagian sampel aliran permukaan (sedimen dan air) dilakukan saat hujan berlangsung (sebelum masuk dalam bak penampungan) dengan menggunakan botol sampel ukuran 200 ml. Sampel kemudian di analisis di laboratorium untuk mengetahui kandungan karbon organik. Pengambilan sampel dilakukan pada dua kali kejadian hujan selama penelitian berlangsung. Untuk menetapkan konsentrasi hara pada tanah asal, sampel tanah diambil secara komposit pada lapisan tanah pucuk pada awal/akhir periode pengamatan kemudian dianalisis di laboratorium.

Sifat-sifat tanah

Kajian dampak reklamasi juga dilakukan terhadap sifat-sifat tanah (sifat fisik, kimia dan biologi). Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui perubahan yang terjadi terhadap sifat-sifat tanah hasil reklamasi. Jumlah pengamatan yang dilakukan adalah sebanyak plot pengamatan erosi dan aliran permukaan yaitu 7 unit pengamatan pada kedalaman 0 – 15 cm dan 15 – 30 cm dengan ulangan sebanyak 2 kali. Pengamatan juga dilakukan pada hutan sekunder sebagai pembanding. Untuk mengetahui sifat-sifat tanah dilakukan pengamatan langsung di lapangan serta dilakukan pengambilan sampel secara proporsional berupa sampel tanah utuh dan tidak utuh.

(8)

Tahapan pengambilan sampel tanah utuh sebagai berikut :

1. Pengambilan sampel tanah utuh dilakukan dengan menggunakan ring sampel ukuran diameter 5 cm dan tinggi 7 cm dengan meratakan dan membersihkan lapisan atas tanah yang akan diambil.

2. Ring dimasukkan kedalam tanah secara perlahan agar tanah tidak rusak dengan cara menekan permukaan tabung.

3. Tanah digali pada sekeliling tabung/ring untuk memudahkan pengambilan tabung yang berisi tanah utuh.

4. Tanah diiris pada kedua sisi tabung dengan pisau/cutter secara hati-hati kemudian tabung ditutup pada kedua sisinya dan diberi label/kode sampel. 5. Analisis dilakukan di laboratorium tanah IPB untuk mengetahui bobot isi,

porositas dan permeabilitas.

Pengambilan sampel tanah tidak utuh secara komposit dilakukan untuk menganalisis sifat kimia tanah yaitu C, N, dan P serta sifat biologi tanah khusus respirasi. Tahapan dilakukan sebagai berikut :

1. Tanah digali sampai pada kedalaman yang diinginkan yaitu kedalaman 0 – 15 cm dan 15 – 30 cm.

2. tanah dimasukkan kedalam kantong plastik yang sudah disiapkan dan beri nomor dan label serta diikat dan simpan untuk selanjutnya dianalisis di laburatorium.

3. Khusus untuk analisis aktivitas organisme tanah, sampel tanah yang diambil dari setiap plot pengamatan diletakkan dalam kotak pendingin untuk menjaga keutuhan mikroba tanah selanjutnya dianalisis di laboratorium untuk mengetahui tingkat respirasi.

4. Tanah komposit digunakan untuk menganalisis sifat-sifat kimia tanah antara lain : C, N dan P.

Kajian Dampak Reklamasi Lahan Tambang Batubara terhadap Komponen Fungsi Ekologis DAS Biodiversitas

Kajian dampak reklamasi terhadap keragaman jenis (biodiversitas) flora dan fauna dilakukan untuk mengetahui tingkat keragaman jenis yang berkembang

(9)

pada setiap umur reklamasi. Pengamatan dilakukan pada setiap umur reklamasi seperti pada pengamatan plot erosi pada 7 umur reklamasi dan hutan sekunder sebagai pembanding. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengukur perubahan keadaan vegetasi adalah dengan melakukan analisa vegetasi.

Pengamatan dilakukan secara sistematik dengan membuat petak utama dengan ukuran sebagai berikut :

1. Petak ukur 20 m x 20 m untuk pengamatan dan pengukuran tingkat pohon (diameter > 20 cm) yang meliputi jumlah, jenisnya, tinggi total dan diameter batang setinggi dada

2. Petak ukur 10 m x 10 m untuk pengamatan dan pengukuran tingkat tiang (diameter antara 10 cm sampai 19 cm) yang mencakup jumlah, jenisnya, tinggi total dan diameter batang setinggi ada.

3. Petak ukur 5 m x 5 m untuk pengamatan tingkat pancang (tinggi > 1,5 m dan diameter < 10 cm) yang meliputi jumlah dan jenisnya.

4. Petak ukur 2 m x 2 m untuk pengamatan tingkat semai (tinggi antara 30 cm sampai 150 cm) dan tumbuhan bawah/herba meliputi jumlah dan jenisnya.

Dalam pengamatan atau pengambilan contoh vegetasi digunakan metoda kuadran (jalur berpetak) yang dibuat dalam dua jalur pada masing-masing petak contoh. Petak contoh yang digunakan di areal revegetasi berbentuk lingkaran dengan luas 0,1 ha atau jari-jari 17,8 m, dan diletakkan secara purposive sampling pada setiap umur tanaman reklamasi (Gambar 5).

Pengukuran dilakukan terhadap beberapa peubah seperti, nilai kerapatan jenis, frekuensi jenis, dominasi jenis, indeks nilai penting jenis, indeks keragaman spesies. Untuk mengetahui peubah-peubah tersebut maka di lapangan dilakukan pengukuran terhadap tingkat pohon dan tiang yang meliputi, tinggi total pohon, tinggi bebas cabang dan diameter setinggi dada atau setinggi 130 cm, untuk tingkat pancang dan semai hanya diperlukan data jumlah dan jenis tanaman. Data yang dikumpulkan kemudian dilakukan analisis keragaman jenis untuk mengetahui tingkat keregaman jenis pada setiap umur reklamasi.

(10)

(a) (b)

Gambar 5. Bentuk dan ukuran contoh plot lingkaran (a) dan petak persegi (b) yang dipakai untuk inventarisasi vegetasi

Sekuestrasi Karbon

Untuk mengkaji dampak reklamasi terhadap sekuestrasi karbon perlu dilakukan pengamatan kandungan karbon vegetasi. Kajian dilakukan untuk mengetahui tingkat sekuestrasi karbon setiap vegetasi yang tumbuh pada berbagai umur reklamasi lahan bekas tambang. Pengamatan karbon vegetasi dilakukan dengan metoda sebagai berikut :

1. Pembuatan plot pengamatan dengan lebar pengamatan 5 meter dan panjang 40 meter yang dibatasi dengan tali

2. Plot dibagi menjadi 2 kuadran dengan ukuran masing-masing 2,5 m x 40 m 3. Diameter batang diukur yaitu setinggi dada (dbh = diameter at breast height

= 1,3 m dari permukaan tanah) semua pohon yang masuk dalam kuadran sebelah kiri dan kanan. Pengukuran dbh hanya pada pohon berdiameter 5 cm hingga 30 cm. Pohon dengan dbh <5 cm dikategorikan tumbuhan bawah. 4. Pengukuran dilakukan dengan pita pengukur pada batang pohonuntuk

mengetahui keliling batang = 2πr. Untuk pohon dengan diameter berukuran antara 5 – 20 cm, gunakan jangka sorong (calliper).

5. Estimasi sekuestrasi karbon pada akar pohon di hutan tropika basah dengan menggunakan nilai terpasang (default value) nisbah tajuk: akar, yaitu 4:1 untuk pohon di lahan kering, 10:1 untuk pohon di lahan basah dan 1:1 untuk

17,8 m 20 m 20 m 10 m 5 m 10 m 5 m 2 2

(11)

pohon di tanah-tanah miskin. Misalnya berat masa tajuk pohon di lahan kering = 100 kg maka berat massa akarnya = 25 kg.

6. Pengukuran biomasa tumbuhan bawah ('understorey') dilakukan dengan metoda merusak bagian tanaman (destructive). Tumbuhan bawah yang diambil sebagai contoh adalah semua tumbuhan hidup berupa pohon yang berdiameter < 5 cm, herba dan rumput-rumputan.

7. Pengamatan tanaman bawah dilakukan pada plot ukuran 0,5 m x 0,5 m. dengan memisahkanbagian daun dan batang, kemudian masukkan kedalam kantong plastik dan diberi label masing-masing 100g – 300g. Bila biomassa kurang dari 100g maka semuanya diambil.

8. Jumlah plot pengamatan tanaman bawah yaitu sebanyak 6 dan diletakkan secara acak pada plot utama.

9. Biomassa yang telah diambil ditimbang kemudian di oven pada suhu 80oC selama 2 x 24 jam, kemudian ditimbang berat keringnya dan dicatat pada blanko pengamatan.

10. Jumlah plot pengamatan sekuestrasi karbon pada berbagai umur reklamasi yang diamati sebanyak 7 plot yang ditempatkan pada setiap plot pengamatan erosi yang dibuat dan pada hutan sekunder sebagai perbandingan (Gambar 6).

Gambar 6. Plot pengamatan sekuestrasi karbon

Kajian Manfaat Kegiatan Reklamasi bagi Masyarakat

Kajian manfaat kegiatan reklamasi bagi masyarakat khususnya yang tinggal disekitar lokasi pertambangan dimaksudkan untuk mengetahui manfaat yang diperoleh masyarakat baik manfaat langsung maupun tidak langsung.

40 m 0,5 x 0,5 0,5 x 0,5 0,5 x 0,5 5 m 0,5 x 0,5 0,5 x 0,5 0,5 x 0,5

(12)

Pengumpulan data mengenai manfaat reklamasi lahan tambang batubara dan tingkat partisipasi/keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan reklamasi diperoleh melalui wawancara terstruktur kepada masyarakat. Tahapan pengumpulan data sebagai berikut :

1. Wawancara dilakukan dengan pihak yang terlibat pada kegiatan reklamasi sebanyak 40 orang responden yaitu pihak PT Adaro Indonesia, sub kontraktor yang melaksanakan reklamasi, kontraktor reklamasi, pengada/ kebutuhan reklamasi dan persemaian serta penyedia jasa makanan.

2. Materi yang ditanyakan menyangkut manfaat langsung yang diperoleh masyarakat dalam pelaksanaan reklamasi yaitu adanya peluang mendapatkan lapangan pekerjaan dan upah dari kegiatan yang dilakukan. Selain itu adanya peluang usaha baru dengan produk lokal yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam memenuhi kebutuhan bahan pokok, kebutuhan pokok tenaga kerja, bahan reklamasi seperti bibit, benih, kompos, serbuk gergaji, dan jerami. 3. Manfaat tidak langsung meliputi terbukanya akses masyarakat lokal terhadap

dunia luar, sarana dan prasarana, pemanfaatan tanaman hasil reklamsi, pemanfaatan fasilitas tambang setelah tambang ditutup.

4. Manfaat ganda dari kegiatan reklamasi yang diperoleh oleh masyarakat serta manfaat pasca tambang.

Analisis Data Analisis Erosi dan Aliran Permukaan

Hasil pengamatan erosi, aliran permukaan dianalisis secara statistik melalui analisis ragam (uji F). Kemudian nilai tengah dianalisis dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 95%.

Analisis Vegetasi

Kerapatan, Frekuensi, Dominasi dan Indeks Nilai Penting. Analisis data untuk memperoleh nilai penting jenis pohon adalah sebagai berikut :

Jumlah individu per jenis

Kerapatan Jenis = --- ... (5) Luas plot contoh

(13)

Kerapatan suatu jenis

Kerapatan Relatif (KR) = --- x 100% ... (6) Kerapatan seluruh jenis

Jumlah petak ditemukan suatu jenis

Frekuensi Jenis = --- ... (7) Kerapatan seluruh petak

Frekuensi suatu jenis

Frekuensi Relatif (FR) = --- x 100% ... (8) Frekuensi seluruh jenis

Luas bidang dasar jenis

Dominasi Jenis = --- ... (9) Luas plot contoh

Dominasi suatu Jenis

Dominasi Relatif (DR) = --- x 100% ... (10) Dominasi seluruh jenis

Indeks Nilai Penting (INP) = KR + FR + DR ... (11) Keanekaragaman spesies (species diversity)

Keanekaragaman spesies dihitung dengan menggunakan rumus indeks Shannon-Weiner sebagai berikut :

H’ = - Σ(Pi)log(Pi) ... .(12)

dimana peluang kepentingan untuk tiap spesies (Pi) = INPi

INPtotal

Keterangan: H' = Indeks keanekaragaman Shannon

INPi = Jumlah individu jenis ke-i (nilai penting jenis ke-i)

INPtotal = Total individu seluruh jenis (total nilai penting seluruh jenis)

Analisis Karbon

Metoda pendugaan karbon dengan menggunakan persamaan allometrik untuk menaksir biomasa pohon di hutan berdasarkan zona iklimnya (Chave et al., 2005). Pada penelitian ini menggunakan rumus chave dibawah ini karena lokasi penelitian termasuk kategori dengan curah hujan (mm/tahun) pada wilayah humid/lembab antara 1500-4000 mm/tahun.

(14)

(AGB)est = 0,0509 x πD2H ...(13) (AGB)est = ρ*exp)-1,499+2,148ln(D)+0,207(ln(D))2

-0,0281(ln(D))3) ...(14) Keterangan : (AGB)est = biomasa pohon bagian atas tanah, kg/pohon;

D =DBH,diameter batang setinggi dada, cm; ρ = BJ kayu, g/cm3

Analisis manfaat bagi masyarakat

Data yang dikumpulkan dari kegiatan wawancara kepada masayarakat yang terlibat sebanyak 40 orang. Responden terlibat pada kegiatan pengangkutan dan penataan disposal, hydroseeding, persemaian, penanaman, pemeliharaan dan driver. Data sekunder terkait partisipasi masyarakat dalam kegiatan reklamasi meliputi penyerapan tenaga kerja lokal, pendapatan atau upah kerja dari kegiatan reklamasi dan manfaat ganda serta peningkatan aktifitas ekonomi masyarakat lokal terkait dengan reklamasi didekati dengan menggunaan analisis deskriptif.

Pendapatan dapat diukur dari peningkatan pendapatan akibat adanya perubahan dari setiap output yang dihasilkan. Dengan meningkatnya pengeluaran akan tercipta tambahan pendapatan masyarakat atau daerah/negara. Kenaikan pengeluaran akan sama jumlahnya dengan pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi dalam suatu wilayah. Akibat meningkatnya pengeluaran untuk kebutuhan pokok seperti makan dan perumahan sehingga berdampak ganda terhadap kesempatan kerja baru. Dengan meningkatnya konsumsi makan akan terjadi peningkatan produksi sehingga menimbulkan peningkatan penyerapan tenaga kerja. Selain itu masyarakan akan mendapatkan manfaat pasca tambang diwilayah mereka baik dari sarana dan prasarana tambang yang ditinggalkan maupun dari lahan reklamasi dan tanaman hasil reklamasi.

Standar Kebutuhan Fisik Minimum dan Kebutuhan Hidup Layak

Standar kebutuhan fisik minimum (KFM) dan hidup layak (KHL) ditentukan berdasarkan kebutuhan beras per KK dan harga beras yang berlaku di suatu daerah. Menurut Sajogyo dan Sajogyo (1990), nilai ambang kecukupan pangan (beras) untuk tingkat pengeluaran rumah tangga di pedesaan berkisar antara 240 – 320 kg/orang/tahun. Standar kebutuhan fisik minimum (KFM) ditetapkan dengan pendekatan sebagai berikut :

(15)

KFM = KRT x 100% x n x Rp ... (17) Keterangan : KFM = Kebutuhan Fisik Minimum

KRT = Kebutuhan Rumah Tangga setara beras n = Jumlah anggota keluarga

Rp = Harga beras

Menurut Sinukaban (2007c), KHL adalah KFM ditambah dengan kebutuhan hidup tambahan (KHT) berupa kebutuhan untuk menabung, rekreasi ataupun kebutuhan untuk mengikuti kegiatan sosial yang masing-masing sebesar 50% dari KFM (Persamaan 17). Oleh karena itu besarnya KHL adalah 2,5 kali (250%) KFM (Persamaan 19).

KHT = KPS + KKR +Kastab = 150% KFM ... (18) KHL = KFM + KHT = KRT x 250% x n x Rp ... (19) Keterangan :

KFM = Standar Kebutuhan Fisik Minimum (Rupiah)

KRT = Standar Kebutuhan Rumah Tangga setara beras (Rupiah) n = Jumlah anggota keluarga (jiwa)

Rp = Harga beras (Rupiah)

KHT = Standar Kebutuhan Hidup Tambahan (Rupiah) KHL = Standar Kebutuhan Hidup Layak (Rupiah)

KPS = Standar Kebutuhan untuk pendidikan dan kegiatan sosial (Rupiah) KKR = Standar Kebutuhan untuk kesehatan dan rekreasi (Rupiah) Kastab = Standar Kebutuhan untuk asuransi dan tabungan (Rupiah)

Gambar

Gambar 3. Lokasi penelitian pada Tambang Tutupan dan Tambang Paringin  (sumber : Adaro Indonesia)
Gambar 4. Plot pengamatan erosi dan aliran permukaan
Gambar 5. Bentuk dan ukuran contoh plot lingkaran (a) dan petak persegi  (b) yang dipakai untuk inventarisasi vegetasi

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil perhitungan Net Present Value (NPV), total biaya yang harus dikeluarkan jika menggunakan alternatif kendaraan sendiri dengan membeli kendaraan selama

kerjasama dengan otoritas pengawas Lembaga Jasa Keuangan di negara lain serta organisasi internasional lainnya BuNr C : Kerja sama dalam rangka pemeriksaan dan penyidikan serta

Menyediakan platform (marketplace) peer-to-peer lending (P2PL): menghubungkan pemberi pinjaman (lender) yang ingin berinvestasi dan peminjam (borrower). Business Loan: pinjaman

Misalnya, madrasah-madrasah agama di benua India yang kebanyakannya bermazhab Hanafi, selain menggunakan kitab Muqaddimah fi Usul al- Hadith oleh Syeikh ‘Abd al-Haq

Hasil belajar dapat diketahu i siswa adalah terlihat bahwa l belajar yang sis dikarenakan i KKM yang tersebut maka positif terhadap pada gambar 4 kooperatif tipe gota kelompok eh

Untung  Susi  dan  Sopir  Taksinya  tidak  mengalami  luka  yang  cukup  parah.  Sopir  Taksi  itu 

Para bawahan yang memiliki hubungan baik dengan atasan atau disebut in group member merupakan karyawan yang memiliki kinerja yang baik, memiliki kepercayaan dari

produk. Membantu dalam menjual produk dan jasa kepada pelanggan. Memberikan value proposition kepada pelanggan. Menyediakan dukungan kepada pelanggan setelah pembelian. Beberapa