• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Metabolisme Aerobik dan Anaerobik Selama Latihan Berlangsung. Sefri Hardiansyah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sistem Metabolisme Aerobik dan Anaerobik Selama Latihan Berlangsung. Sefri Hardiansyah"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

242

Sefri Hardiansyah

Abstrak Tujuan latihan adalah meningkatkan kapasitas fungsional tubuh. Selanjutnya diantara berbagai tujuan latihan tersebut, yang terpenting adalah upaya meningkatkan kemampuan biomotorik secara keseluruhan, dan mereka yang mempunyai kemampuan biomotor lebih baik akan mempunyai peluang lebih besar dalam menunjang kemampuan fisiknya berprestasi. salah satu ciri latihan anaerobik adanya beban latihan dengan intensitas tinggi, sedangkan konsep dasar latihan dengan metabolisme anaerobik tersebut bekerja pada persentase V02

maks yang lebih tinggi, sedangkan metabolisme aerobik aktivitas yang berlangsung lama dengan intensitas relatif rendah dan merupakan istilah yang dipergunakan pada reaksi kimia dalam tubuh organisma, waktu melaksanakan latihan ada dua proses metabolisme yaitu anabolisme dan kata bolisme. Akibat latihan terjadi beberapa perubahan dalam tubuh yaitu antara lain perubahan kimia , akumulasi asam laktat, perubahan serabut otot, perubahan pada sistem kardiorespiratory.

Kata Kunci: metabolisme, aerobik, anaerobik , latihan

Pendahuluan

Exercise/latihan adalah aktivitas yang dilakukan secara sistimatis dalam waktu yang lama yang ditingkatkan secara progresif, individual mengarah pada perubahan-perubahan fungsi fisiologis manusia untuk mencapai sasaran yang ditentukan (Bompa, 1993).

(2)

Pada prinsipnya latihan harus menyesuaikan dengan tujuan dan merupakan stres biologis, agar mampu menghadapai berbagai tugas ataupun pekerjaan yang lebih berat. Diantara berbagai tujuan latihan dimaksud, yang terpenting yaitu bagaimana upaya meningkatkan kemampuan biomotorik sedinggga mampu untuk mendayagunakan segenap peranannya dalam menunjang penampilan fisik (physical performance) secara keseluruhan. Mereka yang mempunyai kemampuan biomoto lebih baik akan mempunyai peluang lebih besar dalam menunjang penampilan fisiknya.

Secara rinci tujan latihan yang dilakukan dalam rangka penyesuaian fisiologis dapat dikemukakan sebagai berikut, (a) meningkatkan kondisi fisik secara umum maupun khusus,(b) menyempurnakan koordinasi gerakan, (c) peningkatan dan pengembangan strategi, teknik taktik dan mental, (d) peningkatan kepribadian dan kemauan, (e) mencegah terjadinya cidera, (f) kondisioning dengan sasaran utama meningkatkan ketahanan, power dan kelincahan (Harre 1982). Ditinjau dari sistem energi dominan yang digunakan dalam latihan , maka bentuk latihan yang berbeda akan memberikan efek faal tubuh yang berbeda pula. Hanya dua bentuk latihan fisik, yaitu latihan anaerobik dan aerobik (Janssen, 1989) membagi bentuk latihan fisik berdasarkan konsep metabolisme energi dan konsep kardiorespiratori.

Latihan Anaerobik

Latihan anaerobik bertujuan untuk meningkatkan kemampuan anaerobik atlet dengan meningkatkan kontraksi otot yang berat dalam menlakukan kegiatan. Salah satu ciri laihan ini adalah adanya beban latihan dengan intensitas tinggi sehingga otot yag bekerja tidak dapat menggunakan sistem energi aerobik dalam penyediaan energinya

Konsep dasar latihan dengan metabolisme anaerobik adalah bekerja pada persentase VO2 maks yang lebih tinggi. Ini berarti karena pengaruh laihan laktat

terbentuk pada beban kerja yang sesuai dengan persentase VO2 maks yang lebih

(3)

1989). Energi disediakan dengan menggunakan ATP-PC dan glikolisis anaerobik. Latihan anaerobik murni hanya dapat dilakukan sampai 30 detik dan perubahan yang terjadi akibat latihan ini adalah hipertrofi otot skelet, meningkatkan cadangan glikogen dan meningkatkan ezym yang berperan dalam glikolisis anaerobik yaitu phospo fruktoniase (Astrand, 1986)

Tenaga anaerobik ditentukan oleh kecepatan pembentukan ATP melalui sistem anaerobik dan merupakan kernampuan mengerahkan tenaga maksimal sampai batas maksimal toleransi tubuh terhadap asam laktat (Burke, 1980, Pate, 1984, Urhausen, 1993). Kapasitas anaerobik juga merupakan suatu penentu untuk kemampuan atlet dalam melakukan aktivitas yang berintensitas tinggi dan dilakukan terus menerus. Kenaikan anaerobik maksimal bagi anak-anak dan remaja berada antara usia 11 dan 19 tahun (Janssen, 1989). Kapasitas anaerobik tergantung pada sifat bawaan dan jenis pelatihan yang dilakukan. Salah satu cara mengetahui kapasitas ini adalah dengan melakukan tes pembebanan yaitu (a) tes beban konstan, (b) tes beban berlanjut (serial). Tes ini dibuktikan oleh (Hill) dari hasilnya terlihat bahwa ada hubungan pengeluaran kerja maksimal (maximal work output) dari lamanya melewati batas yang telah ditetapkan (Simon, 1995).

Exercise/latihan dengan kapasitas anaerobik biasanya dimulai dengan intensitas 80 % dari kerja maksimal dengan frekuensi 3 s/d 5 kali/minggu (Astrand, 1986). Latihan ini mernegang prinsip memberikan beban maksimum dengan penggunaan waktu yang pendek dilakukan dengan berulang kali dan diselingi interval istirahat.

Latihan Aerobik,

Secara umum pengertian latihan aerobik adalah aktivitas yang berlangsung lama dengan intensitas relatif rendah. Latihan aerobik merupakan istilah yang diper-gunakan atas dasar sistem energi utama (predominan energi sistem) yang dipakai oleh aktivitas fisik tertentu. Pada latihan aerobik sistem oksigen merupakan somber energi utama (Fox, 1988).

(4)

Latihan aerobik merangsang kerja jantung, pembuluh darah dan pare. Jantung akan menj adi lebih kuat, memompakan darah lebih banyak dengan denyut jantung makin berkurang. Persediaan darah yang disalurkan keseluruh jaringan tubuh akan bertambah. Di samping itu volume darah secara keseluruhan akan meningkat. Sedangkan paru memperoses udara lebih banyak dengan usaha yang lebih kecil (Hazeldine, 1989). Bentuk latihan adalah dinamis yang melibatkan otot-otot besar dengan persediaan oksigen yang cukup. Latihan dilakukan dengan ritmis otot yang berkonsentrasi secara isotonis dengan menggunakan bahan bakar berupa glukosa darah, glikogen otot, glikogen hati dan lemak darah. Simpanan total glikogen di hati adalah sekitar 100 gram, cukup untuk menyediakan energi selama 20 menit dan gli-kogen otot dapat menyediakan energi selama 70 menit, sedangkan sisanya disediakan oleh lemak darah. Perubahan yang terjadi akibat latihan aerobik adalah bertambah besar dan banyaknya mitokondria otot skelet, meningkatkan enzym respirasi termasuk aktifasi, transport dan pemecahan asam lemak serta meningkatkan kapasitas metabolisme aerobik dengan meningkatkan oksidasi lemak dan penyediaan asam lemak sebagai somber energi (Astrand,1986).

Metabolisme.

Secara umum metabolisme diartikan sebagai pertukaran zat dalam tubuh melalui reaksi-reaksi kimia yang berjalan dengan cepat dan membutuhkan katalisator (yaitu bahan yang ikut serta mengkatalisator reaksi tertentu Secara kimia dimana saat awal dan akhir jumlah molekulnya tetap sama), bahan dimaksud berupa enzym (sejenis protein) yang mengkatalisis reaksi tertentu, hanya bekerja pada pH dan suhu tertentu secara optimal. Artinya metabolisme adalah perubahan kimia yang terjadi pada senyawa kimia lreaksi kimia) dalam tubuh organisma. Terdapat dua prows metabolisme yaitu (1) anabolisme (prows-prows sintesis/penyusunan) tujuan utamanya adalah menghasilkan bahan-bahan yang diperlukan organisma dan (2) katabolisme (prows-prows degradasi/pemecahan), tujuan utamanya adalah menghasilkan energi (ATP). Pada prows katabolisme dihasilkan bahan sisa (limbah) yang perlu

(5)

dikeluarkan melalui pare (C02), ginjal (urea, seperti air seni). Dalam melakukan exercise/latihan prows yang paling penting adalah katabolisme.

Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja. Ada dua bentuk energi yang digunakan dalam tubuh untuk melakukan aktivitas (exercise/latihan) yaitu energi mekanik dan energi kimia. Energi mekanik adalah energi kinetik ditambah potensial. Dikatakan mekanik karena energi tersebut berkaitan dengan gerak kinetik atau kerja berdasarkan posisi dan letak tubuh disebut energi potensial. Sedangkan energi kimia berasal dari makanan, yaitu energi yang dihasilkan dari hasil metabolisme dan digunakan otot untuk kerja mekanik (Fox.1993). Apabila suatu pekerjaan meningkat, energi yang dibutuhkan juga meningkat. Artinya energi yang diperlukan tergantung pada keadaan dan kebutuhan (Lamb, 1984).

Energi digunakan dalam bentuk persenyawaan kimia (metabolisme) adeno-sin triposfat (ATP) yang ditimbun dalam otot. ATP tidak saja digunakan untuk kontraksi otot, tetapi juga digunakan untuk proses-proses lainnya seperti sintesa protein, transport aktif ion yang melewati membran dan aktivitas dari berbagai macam metabolisme lainya (Amstrong, 1979). Sebagian besar energi digunakan untuk kontraksi otot-otot yang perlu bergerak, mempertahankan hidup seperti mengalirkan darah, bernafas, pembuatan enzym dan lain-lainya (Soekarman, 1989). Sejumlah yang terbebaskan scat terpisahnya sebuah ikatan fosfat dari melekul induknya (ATP, ADP dan Pi) merupakan somber energi yang dapat digunakan oleh otot untuk melakukan aktivitas (Mc. Ardle, 1986). ATP paling banyak ditimbun dalam sel otot dibandingkan dengan jaringan lainya (Bowers, 1992).

Secara metabolic penyediaan energi dalam tubuh dilakukan melalui proses anaerobik dan aerobik, terbagi menjadi tiga sistem yaitu (1) sistem ATP-PC/Phosphagen system, (2) sistem asam laktak/glikolisis anaerobik (Lactic Acid System). Kedua sistem di atas merupakan penyediaan energi melalui reaksi kimia tanpa menggunakan oksigen, dan (3) aerobik sistem, yaitu reaksi kimia

(6)

yang menggunakan oksigen dalam penyediaan energi (Soekarman, 1991). Sistem ATP-PC (Phosphagen system).

Sistem ATP-PC disebut sebagai phosphagen system karena keduanya memiliki fosfat. Apabila PC pecan, maka keluar energi. Pemecahan tersebut tidak memerlukan oksigen. Hasil akhir dari suatu pemecahan PC adalah kreatin (C = creatin) dan fosfat inorganik (Pi). Energi ini dipergunakan untuk resintesa ATP. ATP dipecah waktu kontraksi otot berlangsung dan dibentuk kembali dari ADP + Pi oleh adanya energi yang berasal dari pemecahan simpanan PC (Cerreteli, 1992). Fox, 1993 mengambarkan hasil akhir pemecahan PC sebagai berikut

PC Pi + C + Energi Energi + ADP + Pi ATP

Fox, 1 9 9 3

Phosphagen yang tersimpan dalam otot hanya sedikit (19-23 mMol/kg otot), sehingga hanya dapat digunakan untuk gerakan yang singkat dan berat selama 5-10 detik. Reaksi pemecahan ATP dan PC di dalam sel berlangsung sangat cepat. Sewaktu ATP digunakan PC segera dipecah dan membebaskan energi, sehingga resintesa ATP dapat terjadi lagi. Melalui latihan yang cepat dan berat jumlah sistem ATP-PC tersebut dapat ditingkatkan (Fox, 1993). Sistem phosphagen menggam-barkan penyediaan sumber energi (ATP) yang paling cepat untuk dapat dipergunakan oleh otot. Ada beberapa alasan mengapa penyediaan ATP begitu cepat, sehingga otot dapat mempergunakanya dengan cepat yaitu (1) sistem phosphagen tidak tergantung pada rangkaian reaksi kimia yang panjang, (2) tidak tergantung pada transport oksigen ke otot yang sedang bekerja, dan (3) ATP dan PC ke duanya disimpan langsung pada tempat-tempat yang terkait dengan mekanisme kontraksi (Cerreteli,1992, Fox, 1993).

(7)

Glikolisis Anaerobik (Lactic Acid System).

Sistem ini lebih rumit dibanding dengan sistern phosphagen. Prosesnya memerlukan 12 macam reaksi kimia berurutan, sehingga pembentukan energi lewat sistem ini berjalan lebih lambat. ATP-PC hanya 2 reaksi kima. Dengan demikian kontraksi otot yang sangat cepat menggunakan sistem ATP-PC. Sedangkan kontraksi otot cepat dapat disediakan dengan sistem glikolisis anaerobik/sistem asam laktat (Brook & Fahey, 1984, Fox, 1993). Glikolisis anaerobik melibatkan pemecahan tidak sempurna dari salah sate bahan makanan, yaitu karbohidrat dikonversi men jadi glukosa, disimpan di hati dan otot sebagai glikogen untuk digunakan ke-

Pada sisi lain asam laktat merupakan sumber berharga energi kimia yang tertimbun dan tersimpan dalam tubuh selama berlangsungnya aktivitas fisik yang berat. Jika oksigen segera tersedia dan mencukupi, maka hidrogen yang terkait pada asam laktat akan diambil oleh NAD (Nikotinamida adenin dinukleotida) dan ter-oksidasi, sehingga asam laktat siap diubah kembali menjadi asam piruvat yang dapat digunakan untuk resintesa 3 mots ATP (Fox, 1993). Pada masa pemulihan asam piruvat akan diubah kembali menjadi glikogen di hati dan otot. Bilamana glikogen diperlukan, maka glikogen tersebut dapat diubah menjadi glukosa dan selanjutnya mengalami prows glikolisis untuk membentuk ATP (Brook & Fahey, 1984, Fox, 1993).

Exercise/latihan yang memerlukan percepatan, pertama menggunakan sistem ATP-PC dan kemudian barn sistem asam laktat (Lactic Acid System). Asam laktat dapat diubah menjadi glukosa dalam hati. Glikolisis anaerobik dan phosphagen sistem merupakan faktor penting dalam exercise/latihan, karena dapat memberikan ATP dengan cepat. Untuk latihan yang memerlukan waktu 1-3 menit energi yang digunakan terutama dari glikolisis anaerobik (Soekarman, 1991). Hagan, 1992 mengemukakan ciri-ciri sistem glikolisis anaerobik dapat disimpulkan sebagai berikut (1) menyebabkan terbentuknya asam laktat yang dapat menyebabkan kelelahan, (2) tidak membutuhkan oksigen, (3) hanya menggunakan karbohidrat, dan (4) memberikan energi untuk resintesa beberapa molekul ATP saja.

(8)

Sistem Aerobik (Aerobik System).

Adalah suatu sistem penyediaan ATP dalam otot yang berasal dari metabo-lisme aerobik. Sistem ini dapat digunakan bila oksigen dalam otot mencukupi dan kerja otot tidak berlangsung cepat. Sistem aerobik terjadi di dalam mitokondria. Bila oksigen mencukupi, maka asam piruvat yang terjadi karena pemecahan glikogen atau glukosa hanya sedikit yang berubah menjadi asam laktat. Artinya asam laktat tidak menumpuk serta kosentrasinya tidak meninggi.

Penyediaan energi melalui sistem aerobik ini merupakan suatu prows rang-kaian reaksi kimia yang panjang dan komplek. Dalam reaksi tersebut diperlukan beratus-ratus reaksi kimia dan enzym. Akibatnya sistem ini tidak dapat digunakan secara cepat seperti sistem anaerobik. Terjadinya rangkaian reaksi kimia yang pan-iansz dalam mitokondria disebabkan mitokondria mempunyai sistem membran yang khas disebut dengan krista (lipatan atau lekukan-lekukan ke dalam). Krista mengan-dung hampir semua enzym yang diperlukan untuk metabolisme secara aerobik (Bowers, 1992). Mekanisme pembentukan energi melalui sistem ini secara sederhana dapat dikemukakan sebagai berikut : dimulai dari pemecahan glikogen menjadi glukosa secara sempurna, prows ini menghasilkan sejumlah 39 molekul A TP, di samping itu juga menghasilkan CO2, Jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut

(C6H12 O6)n + 6O2 6 C O2 + 6H20 + Energi)

(glikogen)

Energi + 39 ADP + 39 Pi 39 A TP

(Fox, 1993)

Sistem aerobik ini merupakan suatu sistem yang terdiri dari glikolisis aero-bik, daur krebs dan sistem transpor elektreon (Fox, 1993). Secara sederhana

(9)

dapat diuraikan sebagai berikut Glikolisis Aerobik.

Tahap reaksinya sama dengan glikolisis anaerobik, asam piruvat tidak masuk ke dalam mitokondria, melainkan membentuk asam laktat dalarn sitoplasma. Bila oksigen mencukupi sebagian asam piruvat akan masuk ke dalam mitokondria melalui sistem enzym yang kompleks dan mengalami serangkaian reaksi kimia dikenal dengan siklus krebs (Lamb, 1984, Fox, 1993). Asam piruvat sebagai hasil akhir glikolisis anaerobik diarahkan kejalur aerobik bila oksigen mencukupi. Asam laktat yang terbentuk melalui glikolisis anaerobik (yaitu sumber energi yang tersimpan) segera setelah oksigen mencukupi, maka hidrogen yang terikat pada asam laktat diambil oleh NAD dan dimasukan ke dalam sistem transpor elektron. Pada tahap ini terbentuk ATP, di samping terjadi dua perubahan kimia yang penting yaitu terbentuknya C02 dan oksidasi yang membebaskan elektron. Setelah C02 terlepas, asam piruvat

sebagai hasil akhir glikolisis anaerobik masuk ke mitokondria untuk bersenyawa dengan coenzym A, sehingga terbentuk senyawa asetyl co-A. Selanjut-nya Asetyl co-A bersenyawa dengan asam oksalo-asetat membentuk asam sitrat yang kemudian masuk kedaur siklus asam trikarboksilat (krebs)(Fox, 1993).

Daur Krebs.

Daur krebs (creb cycles) atau daur asam trikarboksilat terjadi dua perubahan kimia yaitu terbentuknya C02 dan terjadinya oksidasi/terbebasnya elektron-elektron (

Mc, Ardle, 1986). Fungsi utama siklus ini adalah menghasilkan elektron dan se-lanjutnya diikat oleh NAD dan FAD (flafin adenin dinukleotida). Setiap asetyl (ikatan) yang terjadi dalam metabolisme karbohidrat (glikolisis aerobik) menghasilkan ikatan dehidrogenesis dengan tiga NAD dan sate FAD, serta terbentuk pula GTP (Guoanosin Triphosphat) yang mengandung sejumlah energi sepadan dengan ATP. Sedangkan coenzym NADH2 dan FADH2 yang terdiri atas berbagai langkah dehidrogenesis akan masuk kerantai pernafasan atau sistem transport elektron. Adapun C02 yang terbentuk akan berdifusi ke darah, terbawa keparu dan selanjutnya dikeluarkan dari tubuh (Astrand,1986).

(10)

Sistem Transport Elektron.

Sistem ini disebut juga sistem rantai elektron atau rantai pernafasan. Sistemini sangat remit, terdiri dari lipoprotein dengan berbagai macam sitokrom dan pembantu lainya. Rangkaian reaksi yang terjadi sangat kompleks dan dikenal sebagai fosforilisasi oksidasi (Mayes, 1985). Pengaliran elektron akan membebaskan energi guna fosforilasi ADP menjadi ATP pada tiga titik yang berbeda. Akhirnya mata rantai sistem ini setiap pasang elektron akan tergabung dengan dua proton (H) dan 02 membentuk molekul air (H20). NADH2 masuk ketitik pertama dan menghasilkan NAD dan 3 molekul ATP (M, Ardle, 1986). Sedangkan FADH2 akan masuk ketitik kedua

menghasilkan FAD dan 2 molekul ATP.

Pada metabolisme karbohidrat tahap ini terbentuk H2O yang dihasilkan dari persenyawaan H+

terjadi dalam siklus krebs serta 02. Adapun reaksi yang terjadi

adalah sebagai berikut

4H+ + 4e- +02 2H2O

Keterangan

4 Ion hidrogen (4 H+) plus 4 elektron (4 e ) plus 1 mol oksigen (02) 2 mol air (2H20).

(Fox, 1993).

Sewaktu terjadi transportasi elektron dalam rantai pemafasan (respiratory chain) sejumlah energi dilepaskan. 3 mol ATP didapat dari hasil glikolisis dalam sitoplasma dan 36 molekul ATP didapat sebagai hasil oksidasi aerobik dalam mitokondria. Sehingga hasil akhir sistem aerobik secara keseluruhan 39 molekul ATP bila bahannya dari glikogen.

Adaptasi Exercise/latihan dengan Metabolisme.

Exercise/latihan yang dilakukan dengan menggunakan prinsip-prinsip la

(11)

Bila suatu latihan dilakukan sesuai dengan prinsip dasarnya, maka akan dapat me-ningkatkan kualitas fisik. Secara metabolic akan terjadi beberapa perubahan di dalam tubuh, antara lain (1) perubahan kimia, (2) penurunan akumulasi asam laktat, (3) perubahan serabut otot, (4) perubahan pada sistem kardiorespiratory dan lain sebagainya (Fox, 1993, Janssen,1989)).

Perubahan Kimia.

Sistem anaerobik mengakibatkan perubahan pada: (1) meningkatnya ATP-PC, aktivitas enzym-enzym ATP-ase, miokinase dan kreatin kinase (Thorstensson, 1976), (2) meningkatnya kapasitas glikolitik akibat aktivasi fosfofruktokinase (Costill,1994). Sementara pengaruh dari peningkatan sistem aerobik mengakibatkan perubahan yang terjadi dalam sel otot adalah, (1) meningkatnya mioglobin sebagai zat pengikat oksigen (Brook & Fahey, 1984), (2) meningkatnya kemampuan oksidasi karbohidrat dalam menghasilkan ATP melalui aktivitas enzym-enzym daur krebs dan sistem transport elektron (Astrand, an lemak untuk resintesa ATP di otot meningkat dan terjadinya penurunan konsentrasi asam laktat otot dan darah (Brook & Fahey, 1984).

PenurunanAkumulasi Asam Laktat.

Penurunan akumulasi asam laktat berarti meningkatkan ambang batas anaerobik (ABA) terutama bagi latihan daya tahan (Janssen, 1989). Mekanisme menurunnya akumulasi asam laktat ini disebabkan karena asam laktat yang terbentuk dari akibat glikolisis anaerobik dengan cepat dioksidasi menjadi glukosa di dalam hati. Selanjutnya glukosa tersebut mengalami proses glikolisis, dan akhimya ATP terbentuk kembali (Fox, 1993). Pada orang terlatih ambang batas anaerobik sekitar 72 % V02

Maks, sedangkan pada orang yang tidak terlatih hanya berkisar 60 % V02 Maks (Davis,

1985).

(12)

• Perubahan pada serabut otot. Ada dua katagori serabut otot yaitu serabut otot lambat (slow twitch) dan serabut otot cepat (fast twitch) (Fox, 1993).

• Perubahan pada sistem kardiorespiratory. • Perubahan denyut nadi.

• Peningkatan volume sekuncup (stroke volume) • Peningkatan curah jantung.

• Perubahan ukuran jantung, dan sebagainya.

Simpulan

Dari uraian di atas dapat dismpulkan (1) exercise/ latihan adalah keikut sertaan dalam suatu kegiatan (aktivitas) dengan tujuan meningkatkan kapasitas fungsional tubuh, (2) diantara berbagai tujuan latihan, yang terpenting adalah upaya meningkatkan kemampuan biomotorik secara keseluruhan, (3) mereka yang mempunyai kemampuan biomotor lebih baik akan mempunyai peluang lebih besar dalam menunjang kemampuan fisiknya, (4) salah satu ciri latihan anaerobik adalah adanya beban latihan dengan intensitas tinggi, (5) konsep dasar latihan dengan metabolisme anaerobik adalah bekerja pada persentase V02 maks yang lebih tinggi, (6) pengertian

latihan aerobik adalah aktivitas yang berlangsung lama dengan intensitas relatif rendah dan merupakan istilah yang dipergunakan atas pada senyawa kimia lreaksi kimia) dalam tubuh organisma, (8) terdapat dua proses metabolisme yaitu anabolisme (proses sintesis/penyusunan) tujuan utamanya menghasilkan bahan-bahan yang diperlukan organisma dan katabolisme (proses pemecahan), tujuan utamanya adalah menghasilkan energi, (9) pada proses katabolisme dihasilkan bahan sisa (limbah) yang perlu dikeluarkan melalui paru dan ginjal, (10) latihan yang dilakukan akan memberikan pengaruh dan adaptasi biologis terhadap tubuh, (11) akaibat dari latihan yang dilakukan, secara metabolis akan terjadi beberapa perubahan di dalam tubuh, antara lain perubahan kimia, penurunan akumulasi asam laktat, perubahan serabut otot, perubahan pada sistem kardiorespiratory dan lain sebagainya.

(13)

Daftar Pustaka

Amstrong, RB, 1979. Energy Liberation and Use in, Strauss RH ed, Sport Medicine and Physiology: Philadelphia, WB Saunders.

Astrand, PO, Rodahl K, 1986. Texbook of Work Physiology: New York, MC Craw Hill Campany.

Bompa, Tudor, 1994. Theory and Methodology of Training ( the key to Athletic Performance) third edition USA, Kendall/Hunt Publishing Campany.

Bowers RW, and Fox EL, 1992. Sport Physiology, Tokyo Japan : WB, Saunders College Publishing.

Brooks GA and Fahey TD, 1984. Exercise Physiology: Human Bioenergetics and Its Aplication, New York : John Willey & Sons.

Burke EJ, 1980. Toward an Understanding of Human Performance, 2"d

ed. New York Ithaca.

Cerretelli. P, 1992. Energy Sources for Muscular Exercise. J. Sport, Med.

Costill. DL, Wilmore JH, 1994. Training for Sport and Exercise The Physiologycal Basis of the Conditioning Proces, 3rd . Dubuque IOWA : Wn C. Brown Publishing.

Davis, JA, 1985. Anaerobic Threshold. Review of the concept and direction for Future Reasearch. Med Science Sport Exercise.

Fox, EL, Bower, Foss, ML, 1988. The Physiological Basis of Physical Education and Athletics. Philadelphia : W.B. Saunders Company.

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari ini jumat tanggal sepuluh bulan agustus tahun 2012, kami panitia pengadaan barang dan jasa Sekretariat Daerah Kabupaten Nunukan, sesuai jadwal yang ada pada sistem

Dari hasil wawancara kepada klien ND (inisial) usia 12 tahun yang sudah mengikuti kegiatan bimbingan dan konseling yang diberikan oleh tim pendamping menyatakan

karya yang sangat ekspresif dan lebih bergairah dari pada

Dalam tuturan ini pihak mempelai laki-laki dan keluarganya, mengungkapkan rasa hormat mereka kepada mempelai perempuan dan keluarganya, serta mereka merendahkan diri untuk

[r]

Tekstil adalah bahan yang berasal dari serat yang diolah menjadi benang atau kain sebagai bahan untuk pembuatan busana dan berbagai produk kerajinan lainnya.. Dari pengertian

[r]

Praktek  rekayasa  sebagai alat  komunikasi  sederhana  dengan  sumber arus  listrik DC   berdasarkan  kebutuhan  sumberdaya  (bahan,  peralatan,