• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI PERAN KEPALA DESA DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DI DESA KARIANGO KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN PINRANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI PERAN KEPALA DESA DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DI DESA KARIANGO KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN PINRANG"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PERAN KEPALA DESA DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DI DESA KARIANGO KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN

PINRANG

Disusun dan diusulkan oleh : WILDA SARI

Nomor Induk Mahasiswa : 105610543215

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTASILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(2)

SKRIPSI

PERAN KEPALA DESA DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR JALAN DI DESA KARIANGO KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN

PINRANG

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi dan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara(S.Sos)

Disusun dan Diajukan Oleh:

WILDA SARI

Nomor Stambuk: 105610543215

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

(3)

(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

WILDA SARI, Peran Kepala Desa Dalam Pembangunan infrastruktur Jalan Di Desa Kariango Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang

(dibimbing oleh Budi Setiawati dan Ansyari Mone )

Peran Kepala Desa dalam pembangunan infrastruktur jalan diharapkan dapat manfaat dalam meningkatkan kesejahterahan masyarakat Desa setempat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Peran Kepala Desa dalam pembangunan infrastruktur jalan di Desa Kariango Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang serta mengetahui faktor pendukung dan penghambatnya dalam kegiatan pembangunan infratruktur tersebut. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif yakni suatu bentuk penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran umum sebagai macam data yang dikumpul dari lapangan secara objektif dengan tipe fenomenologi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara terhadap sejumlah informan. Analisis data menggunakan model analisa interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran kepala desa dalam pembangunan infrastruktur di jalan desa sudah cukup baik namun perlu untuk ditingkatkan agar lebih optimal, hal ini dilihat dari aspek Perencanaan, Pelaksanaan, Pengawasan dan pemantauan. Faktor pendukung dalam kegiatan ini, adanya partisipasi dan dukungan dari masyarakat, pendanaan APBD yang mencukupi untuk melakukan pembangunan, serta regulasi yang diberikan. Sedangkan faktor penghambat yaitu belum maksimalnya pengawasan dan pemantauan pada pembangunan infrastruktur, kemudian cuaca dan medan yang berat membuat sulitnya proses pembangunan infrastruktur dan waktu yang lama, serta bahan material pembangunan yang semakin mahal.

(7)

KATA PENGANTAR

Penulis panjatkan rasa syukur yang tidak terhingga kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ’’ Peran Kepala Desa dalam Pembangunan Infrastruktur Jalan di Desa Kariango Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang”

Penulis m enyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Ibu Dr. Hj. Budi Setiwati, M.Si selaku Pembimbing I dan Bapak Drs. H. Ansyari Mone, M.Pd selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Ibu Dr. Ihyani Malik, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar

3. Bapak Nasrul Haq, S.Sos., MPA selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar 4. Kedua orang tua dan segenap keluarga yang senantiasa memberikan semangat

dan bantuan, baik moril maupun materil.

Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Makassar, 01 Januari2020

Wilda Sari

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENERIMAAN TIM ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... ` v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix DAFTAR GAMBAR ... ix I. PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 4 C. Tujuan Penelitian ... 5 D. Manfaat Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Landasan Teori ... 6

1. Pengertian Peranan ... 6

2. Peran Kepala Desa ... 8

3. Pengertian Pembangunan ... 8

4. Pembangunan Desa ... 12

5. Infrastrutur Desa... 17

6. Tinjauan Tentang Desa ... 21

B. Kerangka Pemikiran ... 27

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 30

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

B. Jenis dan tipe penelitian ... 30

C. Sumber Data ... 30

D. Informan Peneitian ... 31

E. Teknik Pengumpulan Data ... 31

F. Teknik Analisis Data ... 32

G. Pengabsahan Data ... 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………... 36

A. Deskripsi Objek Penelitian……… ... 36

B. Peran Kepala Desa Dalam Pembangunan Infrastruktur Jalan di Desa Kariago Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang ... 42

(9)

BAB V KESIMPULAN DAN SARANG ... 76 A. Kesimpulan ... 76 B. Saran ... 78 DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Anggaran Desa ... 71

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Bagan Kerangka pikir... 27 Gambar 4.1. Struktur Organisasi ... 41

(11)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Desa merupakan entitas penting dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Keberadaan Desa telah ada sejak sebelum NKRI diproklamasikan pada 17 Agustus 1945. Desa dimasa lampau merupakan komunitas sosial dan merupakan pemerintahan asli bangsa Indonesia yang keberadaannya telah ada jauh sebelum Indonesia berdiri. Bahkan terbentuknya Indonesia dimulai dari pedesaan, fakta menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Indonesia adalah pedesaan. Jika dibandingkan jumlah kota dan desa, perbandingannya akan lebih besar jumlah desa dibanding kota. Jumlah ibu kota provinsi, kota madya, dan kabupaten, sekitar 500 kota sedangkan jumlah desa pada tahun 2015 adalah 74.093 Desa.

Sekarang ini regulasi tentang Desa telah diatur khusus, terbitnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa menegaskan Desa bukan lagi local state government tapi Desa sebagai pemerintahan masyarakat, dengan konstruksi menggabungkan fungsi antara self governing community dan local self government.

Kewenangan Desa tercermin dalam Pasal 18 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat Desa.

(12)

Dalam Pasal 78 dikatakan bahwa pembangunan Desa bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa, kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana Desa, pengembangan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan.

Pembangunan bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Ketentuan lebih lanjut dijabarkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 tahun 2014 tentang pedoman pembangunan Desa, Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.

Dalam pelaksanaannya, pembangunan desa senantiasa memperhatikan asas-asas pembangunan antara lain, bahwa segala usaha dan kegiatan pembangunan harus memberikan manfaat yang sebesarbesarnya bagi kemanusiaan, bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dan bagi pengembangan pribadi masyarakat.

Salah satu wujud rekognisi Negara kepada Desa adalah penyediaan dan penyaluran Dana Desa yang bersumber pada Anggaran Pendapatan dan dan Belanja Negara (APBN). Pada tahun anggaran 2016 prioritas penggunaan Dana Desa masih diutamakan untuk mendanai program atau kegiatan bidang pelaksanaan pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa.

(13)

Salah satu instrumen penting dalam pembangunan yang wajib disediakan oleh pemerintah adalah ketersediaan infrastruktur karena Infrastruktur merupakan kebutuhan dasar (basic need) masyarakat yang harus terpenuhi untuk menopang aktifitas sosial dan ekonomi masyarakat. Keberhasilan suatu pembangunan adalah hasil dari keberhasilan suatu perencanaan, maka salah satu tolak ukur keberhasilan otonomi daerah dapat dilihat dari pembangunan, seperti terpenuhinya pembangunan infrastruktur bagi masyarakat.

Pemerintah Desa Kariango dalam meningkatkan aksebilitas pembangunan, guna kelancaran kegiatan perekonomian sarta peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa, terus berupaya mengoptimalkan pembangunannya baik dari segi infrastruktur maupun suprastruktur, dan membenahi pelayanan publik yang terbengkalai. Adapun program yang menjadi perhatian lebih pemerintah Desa Kariango adalah perbaikan jalan dan jembatan sebagai sarana transportasi utama masyarakat. Dengan tercukupinya kebutuhan dasar infrastruktur pedesaan diharapkan kecukupan tingkat rumah-rumah tangga dapat memenuhi persyaratan untuk hidup yang layak. Dalam pelaksanaan pembangunan Desa di Kariango Kepala Desa Kariango dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. Saat ini masalah infrastruktur jalan menjadi agenda penting yang dibenahi pemerintah Desa, karena infrastruktur merupakan penentu utama keberlangsungan kegiatan pembangunan.

(14)

Sebagaimana yang telah diterangkan dalam latar belakang masalah diatas agar tidak terjadi kesalah fahaman pengertian tentang masalah yang diteliti maka perlu diidentifikasi masalah terkait dengan judul diatas :

1. Pembangunan infrastruktur jalan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.

2. Pembangunan infrastruktur jalan dianggap sebagai strategi untuk mendrong peningkatan kualitas hidup masyarakat desa.

3. Dengan membangun atau meperbaiki prasarana transportasi akan menciptakan perbaikan hidup masyarakat.

4. Meningkatnya mutu pendidikan, kesehatan, ekonomi dan sosial salah satunya disebabkan oleh pembangunan infrastruktur jalan.

Berdasarkan pengamatan penulis secara langsung, bahwa capaian kinerja pembangunan di Desa Kariango masih belum maksimal, salah satunya terlihat dari kondisi umum infrastruktur yang ada masih kurang memadai khususnya pada infrastruktur jalan yang mengalami kerusakan di beberapa bagian dan sebagaian besar masih berupa tanah yang sulit untuk dilalui.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka pokok permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah peran kepala Desa dalam pembangunan infrastruktur jalan di Desa Kariango Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang ?

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pembangunan infrastruktur di Desa Kariango Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang.?

(15)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah maka tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui peran kepala desa dalam pembangunan infrastruktur jalan di Desa Kariango Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pembangunan infrastruktur jalan di Desa Kariango Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang.

D. Manfaat Penelitian

Selain itu, manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penulisan ini adalah : 1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman dan pengetahuan bagi masyarakat . Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi untuk peneliti selanjutnya demi pengembangan ilmu pengetahuan. 2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi tambahan kepada

pihak pemerintah Desa, dalam rangka usaha memaksimalkan pelaksanaan pembangunan infrastruktur pedesaan.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi calon peneliti berikutnya yang tertarik untuk meneliti masalah yang sama.

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

Sebagai titik tolak landasan berfikir dalam menyoroti dan memecahkan permasalahan perlu adanya pedoman teoritis yang dapat membantu. Untuk itu perlu disusun konsep dan teori yang digunakan dalam penelitian.

Berdasarkan rumusan diatas, maka peneliti akan mengemukakan teori, pendapat, gagasan, konsep yang akan dijadikan titik tolak landasan berfikir dalam penelitian ini.

1. Pengertian Peranan

Berdasarkan kamus besar Bahasa Indonesia, peranan adalah sesuatu yang menjadi bagian atau memegang pimpinan terutama dalam terjadinya suatu hal atau peristiwa.

Menurut Soejono Soekanto dalam buku yang berjudul sosiologi suatu pengantar (2012:212), menjelaskan pengertian peranan merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara kedudukan dan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tak dapat dipisah-pisahkan karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya. Tak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peranan.

Sebagaimana dengan kedudukan, peranan juga mempunyai dua arti. Setiap orang mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari

(17)

pola pergaulan hidupnya. Hal itu sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat kepadanya.

Peranan adalah suatu rangkaian prilaku yang teratur, yang ditimbulkan karena suatu jabatan tertentu, atau karena adanya suatu kantor yang mudah dikenal. Kepribadian seseorang barangkali juga amat mempengaruhi bagaimana peranan harus dijalankan. Peranan timbul karena seseorang memahami bahwa ia bekerja tidak sendirian. Mempunyai lingkungan, yang setiap saat diperlukan untuk berinteraksi. Lingkungan itu luas dan beraneka macam, dan masing-masing akan mempunyai lingkungan yang berlainan. Tetapi peranan yang harus dimainkan pada hakekatnya tidak ada perbedaan Miftah Thoha (2012:10).

Menurut David Berry (2003:105), mendefenisikan peranan sebagai harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang menempati kedudukan social tertentu. Harapan-harapan tersebut merupakan imbangan dari norma-norma social dan oleh karena itu dapat dikatakan bahwa peranan itu ditentukan oleh norma norma didalam masyarakat. Dalam peranan itu terdapat dua harapan yaitu harapan yang dimiliki oleh si pemegang peran terhadap masyarakat atau terhadap orang yang menjalankan peranannya atau kewajiban-kewajibannya.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa peran adalah prilaku yang ditunjukkan oleh seseorang karena kewajibannya dari jabatan atau pekerjaannya. Menurut Veitzal Rivai (2004: 148), peranan diartikan

(18)

sebagai perilaku yang diatur dan diharapkan seseorang dalam posisi tertentu. Selanjutnya menurut Ali (2000: 148) peranan adalah sesuatu yang menjadi bagian yang memegang pimpinan yang terutama dalam terjadinya suatu hal atau peristiwa. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa semakin tinggi kedudukan seseorang dalam suatu hierarki organisasi, semakin sedikit keterampilan teknis yang diperlukan. Sebaliknya, semkin rendah kedudukan seseorang dalam suatu hierarki organisasi, semakin penting keterampilan teknis yang diperlukan, Siswanto (2012:21).

2. Peranan Kepala Desa

Kepala Desa adalah kepala organisasi pemerintahan desa yang berkedudukan strategis dan mempunyai tanggung jawab yang luas. Tanggung jawab meliputi urusan tugas pekerjaan yang terpisah dan terbagi kepada pejabat instansi pemerintah berdasarkan asas dekonsentrasi dan desentralisasi, sedangkan di desa tanggung jawab urusan tugas tepusat pada kepala desa. Tanggung jawab urusan pekerjaan itu dapat dilaksanakan sendiri oleh kepala desa atau melalui orang lain.

“Menurut Widjajah (2008:27) kepala desa yaitu penguasa tertinggi di desa dan sebagai pemimpin formal maupun informal, pemimpin yang setiap waktu berada di tengah-tengah rakyat yang dipimpinnya”.

3. Pengertian Pembangunan

Terdapat banyak aspek dan masalah yang diketahui termasuk ke dalam pembangunan, sehingga pembangunan tidak dapat dilihat dari satu sudut pandang. Hal ini menyebabkan kesulitan dalam mendefinisikan

(19)

pembangunan, terutama bukan karena orang tidak faham yang dimaksud dengan pembangunan itu, tapi justru karena ruang lingkup pembangunan tersebut begitu banyak, sehingga hampir tidak mungkin untuk menyatukan semuanya menjadi suatu bentuk rumusan sederhana sebagai suatu definisi yang komplit.

Menurut Soetomo, pembangunan sebagai proses perubahan dapat dipahami dan dijelaskan dengan cara yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat dilihat dalam hal sumber atau faktor yang mendorong perubahan tadi, misalnya yang ditempatkan dalam posisi lebih dominan, sumber perubahan internal atau eksternal. Disamping itu, sebagai proses perubahan juga dapat dilihat dari intensitas atau fundamental tidaknya perubahan yang diharapkan, melalui transformasi struktural ataukah tidak. Sebagai proses mobilisasi sumberdaya juga dapat dilihat pandangan dan penjelasan yang berbeda, misalnya pihak yang diberi kewenangan dalam pengelolaannya diantara tiga stakeholders pembangunan, yaitu negara, masyarakat, dan swasta. Perbedaan pandangan juga menyangkut level pengelolaan sumber daya tersebut, tingkat lokal, regional, atau nasional.

Adapun pendapat lain tentang pembangunan dikemukakan oleh Rogers (2012), yakni sebagai proses yang terjadi pada level atau tingkatan sistem sosial, sedangkan modernisasi menunjuk pada proses yang terjadi pada level individu. Yang paling sering, kalaupun kedua pengertian istilah tersebut dibedakan, maka pembangunan dimaksudkan yang terjadi pada bidang ekonomi, atau lebih mencakup seluruh proses analog dan seiring

(20)

dengan itu, dalam masyarakat secara keseluruhan. Sebagai suatu istilah teknis, pembangunan berarti membangkitkan masyarakat di negara-negara sedang berkembang dari keadaan kemiskinan, tingkat melek huruf (literacy rate) yang rendah, pengangguran, dan ketidakadilan sosial.

1. Ciri – Ciri Pembangunan

Pada dasarnya, ciri-ciri pembangunan itu dapat dilihat dari pengertian pembangunan itu sendiri. Ciri-ciri pembangunan yang dikemukakan disini adalah berdasarkan tujuh ide pokok yang muncul dari definisi pembangunan yang diberikan oleh Sondang P. Siagian(2014), yaitu :

a. Pembangunan merupakan suatu proses. Berarti pembangunan merupakan rangkaian kegiatan yang berlangsung secara berkelanjutan dan terdiri dari tahap- tahap yang disatu pihak independen akan tetapi dipihak lain merupakan “bagian” dari sesuatu yang bersifat tanpa akhir (never ending). Banyak cara yang dapat digunakan untuk menentukan pentahapan tersebut, seperti berdasarkan jangka waktu, biaya, atau hasil tertentu yang diharapkan akan diperoleh.

b. Pembangunan merupakan upaya yang secara sadar ditetapkan sebagai sesuatu untuk dilaksanakan. Dengan perkataan lain, jika dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara terdapat kegiatan yang kelihatannya seperti pembangunan, akan tetapi tidak ditetapkan secara sadar dan hanya terjadi secara sporadis atau insidental, maka kegiatan tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai pembangunan.

(21)

c. Pembangunan dilakukan secara terencana, baik dalam arti jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek. Seperti dimaklumi, merencanakan berarti mengambil keputusan sekarang tentang hal-hal yang akan dilakukan pada jangka waktu tertentu di masa depan.

d. Rencana pembangunan mengandung makna pertumbuhan dan perubahan. Pertumbuhan dimaksudkan sebagai peningkatan kemampuan suatu negara bangsa untuk berkembang dan tidak sekedar mampu mempertahankan kemerdekaan, kedaulatan, dan eksistensinya. Perubahan mengandung makna bahwa suatu negara bangsa harus bersikap antisipatif dan proaktif dalam menghadapi tuntutan situasi yang berbeda dari jangka waktu tertentu ke jangka waktu yang lain, terlepas apakah situasi yang berbeda itu dapat diprediksikan sebelumnya atau tidak. Dengan perkatan lain, suatu negara bangsa yang sedang membangun tidak akan puas jika hanya mampu mempertahankan status quo yang ada.

e. Pembangunan mengarah pada moderntias. Modernitas di sini diartikan antara lain sebagai cara hidup yang baru dan lebih baik daripada sebelumnya, cara berpikir yang rasional dan sistem budaya yang kuat tetapi fleksibel.

f. Modernitas yang ingin dicapai melalui berbagai kegiatan pembangunan perdefinisi bersifat multidimensional, artinya modernitas tersebut mencakup seluruh segi kehidupan berbangsa dan bernegara yang meliputi bidang politik, ekonomi, sosial budaya, serta

(22)

pertahan dan keamanan.

g. Semua hal yang telah disinggung di atas ditujukan kepada usaha pembinaan bangsa, sehingga negara bangsa yang bersangkutan semakin kokoh fondasinya dan semakin mantap keberadaannya. 4. Pembangunan Desa

Ketentuan umum UU Desa mendefinisikan Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa. Sedangkan tujuan pembangunan Desa dinyatakan di dalam pasal 78 ayat (1), yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa, pengembangan potensi ekonomi lokal serta pemanfaatn sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan.

Pada hakekatnya pembangunan desa dilakukan oleh masyarakat bersama-sama pemerintah terutama dalam memberikan bimbingan, pengarahan, bantuan pembinaan, dan pengawasan agar dapat ditingkatkan kemampuan masyarakat dalam usaha menaikan taraf hidup dan kesejahteraannya.

Pembangunan desa dilakukan dalam rangka imbang yang sewajarnya antara pemerintah dengan masyarakat. Kewajiban pemerintah adalah menyediakan prasarana-prasarana, sedangkan selebihnya disandarkan kepada kemampuan masyarakat itu sendiri.

(23)

Proses pembangunan desa merupakan mekanisme dari keinginan masyarakat yang dipadukan dengan partisipasi masyarakat. Perpaduan tersebut menentukan keberhasilan pembangunan seperti yang dikemukakan oleh Solekhan mekanisme pembangunan desa adalah merupakan perpaduan yang serasi antara kegiatan partisipasi masyarakat dalam pihak dan kegiatan pemerintah di satu pihak.

Pembangunan desa dapat dilihat dari berbagai segi yaitu sebagai suatu proses, dengan suatu metode sebagai suatu program dan suatu gerakan, sebagaimana pendapat pakar berikut ini :

a. Sebagai suatu proses adalah memperhatikan jalannya proses perubahan yang berlangsung dari cara hidup yang lebih maju/modern. Sebagai suatu proses, maka pembangunan desa lebih menekankan pada aspek perubahan, baik yang menyangkut segi sosial, maupun dari segi psikologis.

Hal ini akan terlihat pada perkembangan masyarakat dari suatu tingkat kehidupan tertentu ketingkat kehidupan yang lebih tinggi, dengan memperhatikan di dalamnya masalah perubahan sikap, serta perubahan lainnya yang apabila diprogramkan secara sistematis akan usaha penelitiandan pendidikan yang sangat baik.

b. Sebagai suatu metode, yaitu suatu metode yang mengusahakan agar rakyat mempunyai kemampuan yang mereka miliki. Pembangunan desa juga merupakan metode untuk mencapai pemerataan pembangunan desa dan hasil-hasilnya dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

(24)

c. Sebagai suatu program adalah berusaha meningkatkan taraf hidup dan kesejahteran masyarakat pedesaan baik lahir maupun bathin dengan perhatian ditujuka pada kegaiatan pada bidang-bidang tertentu seperti pendidikan, kesehatan, pertanian, industri rumah tangga, koperasi, perbaikan kampung halaman dan lain-lain.

d. Sebagai suatu gerakan karena pada hakekatnya semua gerakan atau usaha kegiatan pembangunan diarahkan ke desa-desa. Sebagai suatu gerakan dimana pembangunan desa mengusahakan mewujudkan masyarakat sesuai dengan cita-cita Nasional Bangsa Indonesia yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

e. Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa pembangunan desa meliputi beberapa faktor dan berbagai program yang dilaksanakan oleh aparat departemen, pemerintah daerah dan seluruh masyarakat. Oleh karena itu pelaksanaannya perlu ada koordinasi dari pemerintah baik pusat maupun daerah serta desa sebagai tempat pelaksanaan pembangunan agar seluruh program kegiatan tersebut saling menunjang dan terlaksana dengan baik sesuai dengan rencana, sehingga dapat berdaya guna dan berhasil guna.

Permasalahan di dalam pembangunan perdesaan adalah rendahnya aset yang dikuasai masyarakat perdesaan ditambah lagi dengan masih rendahnya akses masyarakat perdesaan ke sumber daya ekonomi seperti lahan/tanah, permodalan, input produksi, keterampilan dan teknologi, informasi, serta jaringan kerjasama.

(25)

Disisi lain, masih rendahnya tingkat pelayanan prasarana dan sarana perdesaan dan rendahnya kualitas SDM di perdesaan yang sebagian besar berketerampilan rendah (low skilled), lemahnya kelembagaan dan organisasi berbasis masyarakat, lemahnya koordinasi lintas bidang dalam pengembangan kawasan perdesaan.

Sebagai penuntun penyelenggaraan Pembangunan Desa disusun panduan penyelenggaraan Pembangunan Desa yang dijabarkan dalam Peraturan Dalam Negeri nomor 114 tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa.

Berdasarkan pasal 78, tahapan-tahapan dalam pembangunan desa terdiri dari perencanaan pembangunan desa, pelaksanaan pembangunan desa, serta pengawasan dan pemantauan pembangunan desa.

1. Perencanaan Pembangunan Desa

Pelaksanaan pembangunan Desa dimulai dengan tahap perencanaan pmbangunan Desa. Sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 114 tahun 2014, tentang Pedoman Pembangunan Desa, disebutkan bahwa Perencanaan Pembangunan Desa adalah proses tahapan kegiatan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa dengan melibatkan Badan Permusyawartan Desa dan unsur masyarakat secara partisipatif guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya desa dalam rangka mencapai tujuan pembangunan Desa.

Pemikiran supeno ini sejalan dengan pendapat Robinson Tarigan (2009) yang menyebutkan ada empat elemen dasar perencanaan yaitu:

(26)

a) Perencanaan berarti memilih

b) Perencanaan merupaan alat mengalokasikan sumber daya, c) Perencanaan merupkan alat untuk mencapai tujuan, d) Perencanaan berorientasi masa depan

Dalam perencanaan pembangunan Desa, selain mempertimbangkan kondisi Desa maka Desa harus juga memperhatikan perencanaan pembangunan kabupaten kota. Dan dalam penyusunan perencanaan pembangunan sebagaimana pendapat para ahli perencanaan harus sifatnya jangka panjang. RPJM Desa yang merupakan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk jangka waktu 6 (enam) tahun, artinya bahwa perencanaan pembangunan desa sudah memenuhi tujuan yang diharapkan. Dan dalam pelaksanaan operasional di jabarkan dalam rencana kerja tahunan dalam bentuk RKP Desa.

Dari gambaran tersebut menunjukan bahwa Rencana pembangunan merupakan inti dari semua proses, dengan perencanaan yang baik diharapkan pelaksanaan pembangunan desa dapat terukur dan menjadi lebih baik serta bersifat jangka panjang.

2. Pelaksanaan pembangunan Desa

Pembangunan merupakan proses kegiatan untuk meningkatkan keberdayaan dalam meraih masa depan yang lebih baik. Pengertian ini meliputi upaya untuk memperbaiki keberdayaan masyarakat, bahkan sejalan dengan era otonomi, makna dari konsep hendaknya lebih diperluas menjadi peningkatan keberdayaan serta penyertaan partisipasi

(27)

masyarakat dalam proses pembangunan.

Oleh karenanya bahwa dalam pelaksanaannya harus dilakukan strategi yang memandang masyarakat bukan hanya sebagai objek tetapi juga sebagai subjek pembangunan yang mampu menetapkan tujuan, mengendalikan sumber daya dan mengarahkan proses pembangunan untuk meningkatkan taraf kehidupannya.

Hal ini sesuai dengan arah kebijakan pembangunan yang lebih diprioritaskan kepada pemulihan kehidupan sosial ekonomi masyarakat atau peningkatan pendapatan masyarakat desa dan menegakkan citra pemerintah daerah dalam pembangunan.

3. Pengawasan Pembangunan Desa

Untuk mengawasi apakah gerakan dari organisasi ini sudah sesuai dengan rencana atau belum. Serta mengawasi penggunaan sumber daya dalam organisasi agar bisa terpakai secara efektif dan efisien tanpa ada yang melenceng dari rencana.

5. Infrastruktur Desa

Secara spesifik oleh Stone (dalam Kodoatie,2003), Infrastruktur didefenisikan sebagai fasilitas-fasilitas fisik yang dikembangkan atau dibutuhkan oleh agen-agebn publik untuk fungsi-fungsi pemerintahan dalam pedeiaan air, tenaga listrik, pembangunan limbah, transportasi dan pelayanan-pelayanan similiar untuk memfasilitasi tujuan-tujuan ekonomi.

Infrastruktur merujuk pada sistem fisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas

(28)

publik yang lain yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial ekonomi (Grigg,1988).

Sistem infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi-fungsi sistem social dan system ekonomi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Sistem infrastruktur dapat didefinisikan sebagai fasilitas- fasilitas atau struktur-struktur dasar, peralatan-peralatan, instalasi- instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan untuk berfungsinya system sosial dan sistem ekonomi masyarakat.

Infrastruktur dapat juga didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas fisik yang dikembangkan atau dibutuhkan oleh agen-agen publik untuk fungsi-fungsi pemerintahan dalam penyediaan air, tenaga listrik, pembuangan limbah, transportasi dan pelayanan-pelayanan similar untuk memfasilitasi tujuan-tujuan ekonomi dan social (kodoatie, 2003).

a. Kategori Infrastruktur

Menurut Grigg, ada 6 kategori besar infrastruktur 1) Kelompok jalan (jalan, jalan raya dan jembatan)

2) Kelompok pelayanan transportasi (transit, jalan rel, pelabuhan dan Bandar udara)

3) Kelompok air (air bersih, air kotor dan semua sistem perairan termasuk irigasi)

4) Kelompok manejemen limbah (sistem manajemen limbah padat) 5) Kelompok bangunan dan fasilitas olahraga luar

(29)

b. Jenis-jenis infrastruktur

1. Infrastruktur keras (physical hard infrastructure)

Meliputi jalan raya dan kereta api, bandara, dermaga, pelabuhan dan saluran irigasi.

2. Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure)

Berkaitan dengan fungsi fasilitas umum seperti ketersediaan air bersih, pasokan listrik, jaringan telekomunikasi.

3. Infrastruktur lunak

Meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja), norma (khusunya yang telah dikembangkan menjadi peraturan hukum dan perundang-undangan).

Ada lima kebutuhan dasar infrastruktur pedesaan dalam pembangunan infrastruktur pedesaan, yaitu :

1) Jalan Desa

a. Jaringan jalan lokal primer, yaitu jalan yang menghubungkan antara blok-blok lingkungan di wilayah desa dan akses regional dengan pusat pemerintahan (baik kecamatan ataupun kabupaten). b. Jaringan jalan lokal sekunder, adalah jalan-jalan yang

menghubungkan antar lingkungan (sub-blok) lainnya dalam suatu desa, jalan ini sudah diperkeras baik dengan aspal maupun dengan makadam.

c. Jalan lingkungan, adalah jalan-jalan yang menghubungkan antar lingkungan/gang-gang (kampung) dimana pada umumnya

(30)

menghubungkan antar satuan pemukiman atau jalan masuk ke masing-masing lingkungan kecil yang ada di wilayah perncanaan. 2) Air Bersih

Kebutuhan masyarakat akan air bersih yang dapat dikategorikan sebagai wilayah pedesaan, memakai pola pengembangan bagi kawassan dengan ketentuan dankeuntungan antara lain :

a. Waktu pendistribusian air dapat diatur dalam waktu tertentu b. Jaringan pemipaan murah dengan diameter kecil

c. Sistem sambungan pada langganan setiap bulan dengan jumlah tetap

d. Sistem operasional secara sederhana dan murah e. Kebutuhan akan tenaga tidak besar

3) Listrik

Berdasarkan UU No. 30 tahun 2009 tentang ketenagalistrikan, menyebutkan bahwa tujuan pembangunan ketenagalistrikan adalah untuk menjamin ketersediaan tenaga listrik dalam jumlah yang cukup, kualitas yang baik, dan harga yang wajar dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata serta mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.

4) Rumah

Perumahan sebagai salah satu kebutuhan dasar, sampai dengan saat ini sebagian besar disediakan secara mandiri oleh masyarakat baik

(31)

membangun sendiri maupun sewa kepada pihak lain. Kendala utama yang dihadapi masyarakat desa pada umumnya keterjangkauan pembiayaan rumah.

5) Irigasi

Keberadaan jaringan irigasi sangatlah berpengaruh terhadap hasil panen masyarakat, terlebih pada desa dengan sumber mata pencaharian petani.

6. Tinjauan Tentang Desa

Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa sansekerta, deca yang berarti tanah air, tanah asal, atau tanah kelahiran. Dari perspektif geografis, desa atau village yang diartikan sebagai “ a groups of houses or shops in a country area, smaller than and town “. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengurus rumah tangganya berdasarkan hak asal-usul dan adat istiadat yang diakui dalam Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah Kabupaten.

Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah pewarisan dari undang-undang yang lama pernah mengatur desa, yaitu Inlandsche Gemeente Ordonantie (IGO) yang berlaku untuk Jawa dan Madura, serta Inlandsche Gemeente Ordonantie Buitengewesten (IGOB) yang berlaku untuk diluar Jawa dan Madura. Peraturan perundang-undangan ini tidak mengatur secara seragam dan kurang memberikan dorongan kepada masyarakatnya untuk tumbuh ke arah kemajuan yang dinamis. Akibatnya desa dan pemerintahan desa yang bentuk dan susunannya masih beraneka

(32)

ragam. Masing-masing masih memiliki ciri-cirinya sendiri yang kadangpula dianggap sebagai hambatan dalam pembinaan dan pengendalian yang intensif, guna peningkatan taraf hidup masyarakatnya. Desa atau yang disebut dengan nama lain telah ada sebelum Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk. Sebagai bukti keberadaannya, penjelasan pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (sebelum perubahan) menyebutkan bahwa, “Dalam territori Negara Indonesia terdapat lebih kurang 250 zelfbestturende Landschappen dan Volksgemenschappen”, seperti desa di Jawa dan Bali, Nagari di Minangkabau, dusun dan marga di Palembang, dan sebagainya. Daerah-daerah tersebut mempunyai susunan Asli dan oleh karenanya dapat dianggap sebagai daerah yang bersifat istimewa. Oleh sebab itu, keberadaannya wajib tetap diakui dan diberikan jaminan keberlangsungan hidupnya dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Selanjutnya, dalam perjalanan ketatanegaraan Republik Indonesia, Desa telah berkembang dalam berbagai bentuk, sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat, maju, mandiri, dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera. Secala operasional, Undang-Undang Otonomi Daerah mengamanahkan bahwa penyelenggaraan pemerintahan diarahkan untuk memberikan kewenangan yang lebih luas kepada pemerintah daerah dengan maksud untuk lebih meningkatkan pelayanan dan partisipasi aktif

(33)

masyarakat terhadap pelaksanaan pembangunan disegala bidang. Desa sebagai bagian dari Pemerintah Daerah Kabupaten yang berhubungan langsung dengan masyarakat, tentunya mempunyai hubungan yang lebih dekat dengan masyarakat. Selain itu, desa memiliki wewenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat dengan berpedoman pada keanekaragaman, partisipasi otonomi asli, demokrasi dan pemberdayaan masyarakat. Karena itu, desa diharapkan dapat meningkatkan pelayanan publik, dan partisipasi masyarakat dalam proses pelaksanaan pembangunan demi mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat.

Dalam kaitan susunan dan penyelenggaraan pemerintahan Daerah, setelah perubahan UUD 1945, pengaturan Desa atau disebut dengan nama lain dari segi pemerintahannya mengacu pada ketentuan Pasal 18 ayat (7) yang menegaskan bahwa susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan Daerah diatur dalam undang-undang. Hal itu berarti, bahwa pasal 18 ayat (7) UUD 1945 membuka kemungkinan adanya susunan pemerintahan dalam sistem pemerintahan Indonesia. Dalam sejarah pengaturan Desa, telah ditetapkan beberapa pengaturan tentang Desa, yaitu: Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1965 tentang Desa Praja, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang

(34)

Pemerintahan Daerah, Undang- Udndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dan terakhir Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Undang-undang itu disusun dengan semangat penerapan amanat konstitusi, yaitu pengaturan masyarakat hukum adat sesuai dengan ketentuan pasal 18B ayat(2) untuk diatur dalam susunan pemerintahan sesuai dengan ketentuan pasal 18 ayat(7). Walaupun demikian, kewenangan kesatuan masyarakat hukum adat mengenai pengaturan hak ulayat merujuk pada ketentuan peraturan perundang- undangan sektoral yang berkaitan. Bertitik tolak pada semangat reformasi sistem pemerintahan desa tersebut, maka struktur kelembagaan dan mekanisme kerja disemua tingkatan pemerintah, khususnya pemerintahan Desa yang berhubungan langsung dengan masyarakat diarahkan untuk dapat menciptakan pemerintahan yang peka terhadap perkembangan dan perubahan yang terjadi. Pasal 4, Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, menyebutkan bahwa pengaturan desa bertujuan :

a. Memberikan pengakuan dan penghormatan atas Desa yang sudah ada dengan keberagamannya sebelum dan sesudah terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia;

b. Memberikan penjelasan status dan kepastian hukum atas Desa dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia demi mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia;

c. Melestarikan dan memajukan adat, tradisi, dan budaya masyarakat Desa; d. Mendorong prakarsa, gerakan dan partisipasi masyarakat Desa untuk

(35)

pengembangan potensi dan Aset Desa guna kesejahteraan bersama; e. Membentuk Pemerintahan Desa yang profesional efesien dan efektif,

terbuka, serta bertanggungjawab;

f. Meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat Desa guna mempercepat perwujudan kesejahteraan umum;

g. Meningkatkan ketahanan sosial budaya masyarakat Desa guna mewujudkan masyarakat Desa yang mampu memelihara kesatuan sosial sebagai bagian dari ketahanan nasional.

h. Memajukan perekonomian masyarakat Desa serta mengatasi kesenjangan pembangunan nasional; dan memperkuat masyarakat Desa sebagai subjek pembangunan.

Desa menurut H.A.W. Widjaja dalam bukunya yang berjudul “Otonomi Desa” menyatakan bahwa: Desa adalah sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat istimewa. Pemikiran mengenai Pemerintahan Desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat.

Perumusan secara formal desa dalam UU No. 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa, dikatakan bahwa Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai satu kesatuan masyarakat termasuk didalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah Camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan

(36)

Republik Indonesia.

Undang-undang No. 22 Tahun 1999, tentang Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa Desa adalah kesatuan wilayah masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di daerah kabupaten.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, pasal 1 ayat 12 menjelaskan bahwa Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Selanjutnya, dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 pasal 1 ayat 43 menjelaskan Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. B. Kerangka Pemikiran

Sebagai wujud implementasi dari undang-undang tentang pemenrintahan Daerah maka undang-undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, Pasal menyebutkan bahwa Desa adalah desa dan desa adat atau yang

(37)

disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Regulasi tersebut hadir untuk memperkuat Desa dalam penyelenggaraan pemerintahan. Aturan tersebut sangat jelas agar Desa mampu mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri tanpa ada campur tangan lain dari pemerintah Daerah dan Provinsi.

Pembangunan Desa melalui tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan lebih jelasnya diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa.

Gamabar 2.1

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembangunan Infrastruktur Desa.

1. Faktor Pendukung. a. Dana b. Partisipasi masyarakat c. Regulasi PEMERINTAH DESA Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur desa 1. Perencanaan 2. Pelaksanaan 3. Pemantauan dan pengawasan

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembangunan Infrastruktur Desa.

2. Faktor Penghambat. a. Belum Maksimalnya

Pengawasan b. Cuaca dan Medan c. Harga Bahan Material

(38)

C. Fokus dan Deskripsi Fokus 1. Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini dapat memfokuskan masalah terlebih dahulu supaya tidak terjadi perluasan permasalahan yang nantinya tidak sesuai dengan tujuan penelitian ini. Maka peneliti memfokuskan untuk meneliti peran kepala Desa terhadap pembangunan infrastruktur di Desa Kariango Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang

D. Deskripsi Fokus 1. Perencanaan

Perencanaan pembangunan infrastruktur pedesaan melalui Musrenbangdes haruslah berdasarkan kondisi lingkungan dan potensi wilayah. Perencanaan pembangunan Desa adalah proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan di Desa guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya desa dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu Desa dalam jangka waktu tertentu.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan pembangunan Infrastruktur merupakan bentuk wujud terlaksanaanya sebuah perencanaan yang terencana secara sistematis dan konseptual.

3. Pengawasan Pembangunan Infrastruktur

Pengawasan adalah proses mengetahui hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan rencana, perintah, tujuan, kebijakan yang

(39)

telah ditentukan agar semua perencanaan dapat terlaksana dengan baik dan maksimal. Pemantauan pembangunan Desa oleh masyarakat Desa dilakukan pada tahapan perencanaan pembangunan Desa dan tahapan pelaksanaan pembangunan Desa.

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembangunan infrastruktur Pedesaan di Desa Kariango Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang.

Adapun indikator faktor-faktor yang dimaksud adalah : 1. Faktor pendukung

(40)

BAB III

METODOLOGI PENEITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Adapun lokasi yang ditentukan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam pelaksanaan penelitian terhadap pelaksanaan pembangunan infrastruktur jalan pedesaan yaitu di Desa Kariango Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang, yang meliputi Dusun Tondo bunga, Dusun Buttu raja, dan Dusun Buttu battu batuan Penelitian ini dilakukan selama dua (2) bulan.

B. Jenis dan tipe penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan alasan penelitian harus terjun ke lapangan untuk menemukan dan melakukan obserfasi, sehingga dapat menghayati langsung keadaan sebenarnya mengenai peran kepala desa dalam pembangunan infrastruktur jalan di desa karingo kecamatan lembang kabupaten pinrang.

Adapun tipe penelitian ini adalah tipe penelitian Fenomologi yaitu penelitian pengumpulan data dengan wawancara dan data secara tertulis hal ini dibuat agar tujuan dari penelitian bisa akurat dengan apa yang terjadi dilapangan dan apa yang tertuang pada dokumen-dokumen kemudian selanjutnya dengan obserfasi partisipan untuk mengetahui kenyataan yang terjadi dilapangan mengenai peran kepala desa dalam pembangunan infrastruktur jalan di desa kariango kecamatan lembang kabupaten pinrang. C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini ada 2 (dua), yaitu:

(41)

1. Data Primer, yang diperoleh secara langsung dari informan yang bersangkutan dengan cara wawancara untuk mendapatkan jawaban yang berkaitan dengan peran kepala desa dalam pembangunan infrastruktur jalan di desa kariango kecamatan lembang kabupaten pinrang.

2. Data Sekunder, Adapun sumber Data sekunder yang di gunakan penelitian ini adalah sumber data sekunder yang meliputi buku-buku berkaitan dengan peran yang akan di lakukan di peran kepala desa dalam pembangunan infrastruktur jalan di desa kariango kecamatan lembang kabupaten pinrang. D. Informan Penelitian

Adapun informan dalam penelitian ini berjumlah tujuh (7) orang, yaitu sebagai berikut:

NO NAMA INISIAL JABATAN JUMLAH

1 MUHAMMAD JAFAR MJ KEPALA DESA 1

2 YUMMING SH YM SEKERTARIS 1

3 PARMAN PN

KAUR

KEUANGAN 1

4 SAHARUDDIN SHN KETUA BPD 1

5 AMBO DALLE AD MASYARAKAT 1

6 SUKRI SI MASYAKRAKAT 1

7 NASRUL NL MASYARAKAT 1

JUMLAH 7

E. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

(42)

1. Observasi

Melakukan pengamatan langsung di lokasi penelitian secara berulang terhadap suatu objek pengamatan pada tempat yang sama ataupun berbeda. Observasi difokuskan pada pengamatan langsung terhadap masalah ynag akan diteliti.

2. Wawancara

Dilakukan guna memperoleh data primer peran kepala desa dalam pembangunan infrastruktur jalan. agar biasa mendalam berkaitan dengan permasalahan penelitian Terkait penelitian, peneliti ini menggunakan metode indepth interview, disitu penelitian dengan informan,bertatapan secara langsung untuk mendapat informasi yang tepat (valid)

3. Dokumentasi

Dilakukan guna mendapatkan data sekunder dengan cara melakukan kajian terhadap data-data dokumen pribadi dan dokumen resmi, baik visual maupun berupa tulisan yang berkaitan dengan masalah penelitian berupa buku-buku yang ada untuk mencari konsepsi-konsepsi dan teori-teori yang sangat sehubungan erat dengan permasalahan. Sumber pada laporan, skripsi, buku, surat kabar dan dokumentasi lainya yang sehubungan dengan permasalahan yang akan diteliti.

F. Teknik Analisi Data

Analisis data yang digunakan adalah analisis nonstatistik yang dilakukan terhadap data yang bersifat kualitatif didalam hal ini penelitian kualitatif, mengajak orang agar bisa mempelajari salah satu masalah yang akan

(43)

diteliti secara mendasar dan mendalam sampai ke akarnya Analisis data terdiri dari tiga alaur yaitu:

1. Data Reducition (Reduksi Data)

Data yang didapat dari lapangan jumlahnya sudah cukup banyak untuk itu, perlu dicatat secara detail dan terprinci. Seperti telah dikemukakan semakin lama peneliti ke suatu lapangan maka jumlahnya data akan menjadi semakin banyak kompleks dan susah untuk itu, perlunya akan secepatnya melakukan analisis data dan melalui reduksi data. Mereduksi data adalah merangkum dan memilih hal pokok memokuskan pada hal-hal yang pokok pada hal yang sangat penting. Dicari tema dan pola dengan hal itu yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang sangt lebih mirip dan mempermuda penelitian supaya pengumpulan data selanjutnya akan mencari kiranya diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan cara peralatan elektronik seperti komputer, kecil, supaya memberikan kode dengan aspek tertentu.

2. Data Display (Penyajian data)

Penyajian data yaitu penyajian yang dimaksud menurut matthew dan michael, sekumpulan informasi teratur yang memberikan kemungkinan ada penarikan kesimpulan dalam pengambilan tindakan.

3. Conclusion Drawing/verification

Langka ketiga didalam analisis data kualitatif pendapat Miles Huberman adalah penarikan kesimpulas dan verifikasi. Kesimpulan ini masih bersifat sementara dan akan merubah apabila tidak di temukanya

(44)

bukti yang sangat kuat yang akan mendukung setiap tahap pengumpulan data berikut. Akan tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap pertama di dukung oleh bukti yang falid dan konsisten saat penelitian kembali ke lapangan untuk menyatukan data, dari itu kesimpulan yang dikemukakan ialah kesimpulan yang kredibel.

G. Pengabsahan Data

Keabsahan data yang dipakai dalam penulisan proposal ini adalah triangulasi, triangulasi dalam pengujian kredibilitas adalah pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Menurut William Wiersma (dalam Sugiyono, 2012) membedakan tiga macam triangulasi yaitu:

1. Triangulasi dengan sumber

Triangulasi dengan sumber yaitu teknik untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber suatu informasi.

2. Triangulasi dengan teknik

Triangulasi dengan teknik yaitu teknik untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber data yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara secara mendalam kepada informan, kemudian dicek dengan dokumen-dokumen.

3. Triangulasi dengan waktu

(45)

data yang dilakukan dengan cara mengecek data dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, dan pada saat sore hari saat narasumber sudah merasa jenuh dan dipenuhi oleh banyak masalah. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai di temukan kepastian datanya.

(46)

36 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian

1. Letak Geografis dan Kondisi Wilayah Kabupaten Pinrang.

Kabupaten Pinrang berada ± 180 Km dari Kota Makassar terletak pada koordinat antara 4º10’30” sampai 3º19’13” Lintang Selatan dan 119º26’30” sampai 119º47’20”Bujur Timur. Kabupaten Pinrang berada pada perbatasan dengan Provinsi Sulawesi Barat, serta menjadi jalur lintas darat dari dua jalur utama, baikantar provinsi dan antar kabupaten di Selawesi Selatan, yakni dari arah selatan: Makassar, Parepare ke wilayah Provinsi Sulawesi Barat, dan dari arah Timur: kabupaten- kabupaten di bagian timur dan tengah Sulawesi Selatan menuju Provinsi Sulawesi Barat. Kondisi topografi Kabupaten Pinrang memiliki rentang yang cukup lebar,mulai dari dataran dengan ketinggian 0 m di atas permukaan laut hingga dataran yang memiliki ketinggian di atas 1000 m di atas permukaan laut (dpl).Dataran yang terletak pada ketinggian 1000 m di atas permukaan laut sebagian besar terletak di bagian tengah hingga utara Kabupaten Pinrang terutama pada daerah yang berbatasan dengan Kabupaten Toraja. Klasifikasi ketinggian/ topografi di Kabupaten Pinrang dapat dikelompokkan sebagai berikut:

- Ketinggian 0 –100 m dpl

Wilayah yang termasuk ke dalam daerah ketinggian ini sebagian besar terletak di wilayah pesisir yang meliputi beberapa wilayah kecamatan yakni Kecamatan

(47)

37

Mattiro Sompe, Lanrisang, Watang Sawitto,Tiroang, Patampanua dan Kecamatan Cempa.

- Ketinggian 100 –400 m dpl

Wilayah yang termasuk ke dalam daerah dengan ketinggian ini meliputi beberapa wilayah kecamatan yakni Kecamatan Suppa, Mattiro Bulu, dan Kecamatan Paleteang.

- Ketinggian 400 –1000 m dpl

Wilayah yang termasuk ke dalam klasifikasi ketinggian ini sebagian kecil wilayah meliputi Kecamatan Duampanua.-Ketinggian di atas 1000 m dpl

Wilayah yang termasuk ke dalam klasifikasi ketinggian ini terdiri dari sebagian Kecamatan Lembang dan Batulappa.

Kabupaten Pinrang mempunyai luas wilayah 1.967 km persegi, memiliki daerah administratif 12 kecamatan,dan terdiri 39 Kelurahan dan 69 Desa yang meliputi 81 Lingkungan dan 168 Dusun.

Adapun batas wilayah Kabupaten Pinrang sebagai berikut :  Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tana Toraja

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Enrekang dan Sidrap  Sebelah Barat dengan Selat Makassar serta Kabupaten Polewali Mandar  Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Parepare

Jumlah penduduk Kabupaten Pinrang 361.293 jiwa pada Tahun 2013 (Data BPS 2014), terdiri dari laki-laki sebanyak 175.115 jiwa (48,47 %) dan perempuan sebanyak 186.178 jiwa (51,53 %). Jumlah ini meningkat 1,00 % dibandingkan Tahun 2012, di mana pada Tahun 2012 jumlah penduduk

(48)

38

Kabupaten Pinrang mencapai lk 360.019 jiwa, terdiri atas : laki-laki 174.667 jiwa (48,52 %) dan perempuan 185.352 jiwa (51,48 %).Jika dilihat dari komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur pada Tahun 2013, jumlah penduduk kelompok umur produktif (15-64 Tahun) mencapai 62,82 %,jumlah penduduk kelompok umur muda (0-14 Tahun) mencapai 30,81 % dan jumlah penduduk kelompok umur tua (65 Tahun ke atas) mencapai 6,37 %.Jumlah penduduk kelompok umur produktif (15-64 Tahun) mengalami peningkatan sebesar 1,86%,demikian pula dengan jumlah penduduk kelompok umur tua (65 Tahun ke atas) mengalami kenaikan 1,02, sedangkan jumlah penduduk kelompok umur muda (0-14 Tahun) menurun 2.88 %.

2. Gambaran Umum Desa Kariago a. Sejarah Desa Kariago

Desa Kariango merupakan salah satu desa dari empat belas (14) desa yangada di kecamatan Lembang kabupaten Pinrang. Desa Kariango terdiri atas tiga (3) dusun, yakni dusun Tondo Bunga, Dusun Buttu Batu dan dusun Buttu Raja. Pembahasan mengenai sejarah terbentuknya desa Kariango tidak lepas dari kisah perjalana panjang sejarah kerjaan Letta yang juga pada saat ini dikenal dengan desa Letta, Sejarah kerajaan Letta berawal dari turunnya tumanurung dari gunung Bambapuang yang tiba di gunung Bajai, sedang tumanurung dari sangalla tiba di gunung Mamullu. Kedua tumanurung ini kemudian menikah. Keturuannya kemudian mempersatukan beberapa kelompok dan mendirikan kerajaan yang di pimpin oleh raja pertama yang bernama To Saletta, Nama kerajaan tersebut adalah kerajaan Letta. Sejak tahun 1961 pemerintah republik Indonesia melakukan

(49)

39

perubahan dalam tubuh pemerintahan, Semua distrik berubah nama menjadi kecamatan, diantaranya kecamatan Lemabang.

Dalam satu kecamatan, dibentuklah beberapa desa, pembetuakan biasanaya di dasarkan pada kerajaan yang ada dulunya, Tahun 1961, Letta resmi berubah menjadi desa yang dipimpin oleh kepada desa. Dalam perkembangan selanjutnya desa Letta terus di mekarkan seiring dengan perkembnagan penduduk di desa itu, sejak tahun 1989 wilayah Letta suda di mekarkan menjadi tiga desa, yaitu desa Letta desa Kariango dan desa Kaseralau.

Sebagaiamna yang telah di bahas, bahwa desa Kariango terbentuk dari hasil pemekaran desa Letta, sejak masa pemerintahan desa Letta lama, kariango pada saat masih berstatus sebagai kampung, setelah berstatus sebagai desa, kini desa Kariangao terdiri dari tiga dusun, yakni uusun Tondo Bunga, dusun Buttu Batu dan dusun Buttu Raja.

Perekembangan dari masa-kemasa Desa Kariango dipimpin oleh beberapa Kepala Desa menjabat yaitu:

Zainuddin (1989-1992) Masud (1992-1998) Drs. Alimuddin (1998-2000) Safri (2000-2006) Muh. Jufri (2007-2012) Abd. Rahim (2013-2018) Muh. Jafar (2019-Sekarang)

(50)

40

b. Wilayah dan Letak Geografis

Desa Kariango terletak di kabupaten Pinrang kecamatan Lembang, sebagian besar desa ini berada pada dataran tinggi, Sebelah utara desa Rajang dan desa Pakeng, sebelah selatan desa Ulu Saddang dan desa Bakaru, sebelah timur desa Kaseralau, sebelah barat desa Letta.

Desa Kariango memiliki orbitasi waktu tempuh dan jarak ke bbukota Kecamatan : 43 Km Lama jarak tempuh ke Kecamatan dengan Kendaraan Bermotor : 1 jam 47 Menit Ke KabupatenJarak ke Ibukota Kabupaten: 77 Km Lama jarak tempuh ke Kabupaten dengan Kendaraan Bermotor : 2 jam 33 Menit Ke Provinsi Jarak ke Ibukota Provinsi : Lama jarak tempuh ke Provinsi dengan Kendaraan Bermotor : 6 jam 21 Menit.

Luas desa Kariango sekitar 21.89 Km, sebagian besar lahan di desa Kariango digunakan sebagai tempat pertanian dan perkebunan. Jumlah penduduk 1.196 jiwa, terdiri dari 296 KK.

Dalam bidang pendidikan di desa Kariango terdiri dari 2 SD/Sederajat, 1 TK. Dalam bidang Keagamaan terdapat 6 Masjid. Di Bidang Kesehatan terdapat 1 PUSTU/Puskesmas Pembantu dan 1 orang bidan desa.

(51)

41

Gambar 4.1 Struktur Organisasi

KEPALA DESA MUHAMMAD JAFAR BPD SAHARUDDIN KAUR KEUANGAN PARMAN KAUR PEMBANGUNAN ABDUL RAHMAN KAUR UMUM YODDING KAUR PEMERINTAHAN RUDI SEKERTARIS DESA YUMMING S.H KEPALA DUSUN DUSUN TONDO BUNGA AHMAD DUSUN BUTTU RAJA BASIR DUSUN BUTTU BATU ARIS

(52)

42

B. Peran Kepala Desa Dalam Pembangunan Infrastruktur Jalan di Desa Kariago Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang

Peranan adalah suatu rangkaian perilaku yang teratur, yang ditimbulkan karena suatu jabatan tertentu, atau karena adanya suatu kantor yang mudah dikenal. Kepribadian seorang barangkali juga amat mempengaruhi bagaimana peranan harus di jalankan. Peranan timbul karena seseorang memahami bahwa ia bekerja tidak sendirian. Mempunyai lingkungan, yang setiap saat diperlukan untuk berinteraksi. Menrut David Berry (2003:105), mendefenisikan peranan sebagai harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu. Harapan-harapan tersebut merupakan imbangan dari norma-norma sosial dan oleh karena itu dapat dikatakan bahwa pernan itu ditentukan oleh norma-norma di dalam masyarakat.dalam peranan terdapat dua harapan yaitu harapan yang dimiliki oleh di pemegang peran terhadap masyarakat atau terhadap orang yang menjalankan peranannya atau kewajiban-kewajibannya.

Dalam sebuah kepemimpinan khsusunya dalam sebuah daerah, dalam hal ini adalah kepala desa tentu memiliki peran yang sangat besar dalam membangun desanya yang mana masyarakat telah memberikan amanah untuk menjadikan daerah tersebut jauh lebih meningkat dari sebelumnya, berdasarkan peraturan menteri dalam negeri nomor 114 tahun 2014 tentang pedoman pembangunan desa, terdapat tiga indikator sebagai pengukur pelaksanaan pembangunan yakni perencanaan, pelaksanaan, serta pemantatuan dan pengawasan.

(53)

43

1. Perencanaan

Pemerintah Desa menyusun perencanaan Pembangunan Desa sesuai dengan kewenangannya dengan mengacu pada perencanaan pembangunan Kabupaten/Kota. Perencanaan dan Pembangunan Desa dilaksanakan oleh Pemerintah Desa dengan melibatkan seluruh masyarakat Desa dengan semangat gotong royong.Masyarakat Desa berhak melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan Pembangunan Desa. Dalam rangka perencanaan dan pelaksanaan pembangunan Desa, pemerintah Desa didampingi oleh pemerintah daerah kabupaten/kota yang secara teknis dilaksanakan oleh satuan kerja perangkat daerah kabupaten/ kota. Untuk mengoordinasikan pembangunan Desa, kepala desa dapat didampingi oleh tenaga pendamping profesional, kader pemberdayaan masyarakat Desa, dan/atau pihak ketiga.Camat atau sebutan lain akan melakukan koordinasi pendampingan di wilayahnya. Pembangunan desa mencakup bidang penyelenggaraan pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa dan pemberdayaan masyarakat Desa. Adapun rencana/ agenda dari kepala desa kariango sendiri selama masa jabatannya pembangunan infrastruktur jalanan merupakan program prioritas desa tersebut dikarenakan sangat minimnya fasilitas jalanan yang ada di desa kariango sendiri, serta pembangunan yang lainnya yakni membangun irigasi bagi masyarakat tani yang memiliki anggaran yang cukup besar.

Dengan indikator diatas adapun beberapa pertanyaan wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada 7 narasumber yakni, Kepala Desa, Sekertaris

(54)

44

Desa, KAUR Keuangan Desa, ketua BPD dan 3 masyarakat dari desa Kariago Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang.

Berdasarkan indikator Perencanaan pembangunan, pada peran kepala desa dalam pembangunan infrastruktur jalan di Desa Kariago Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang mengenai, dalam penyusunan RPJM desa melibatkan seluruh unsur masyarakat atau tidak, melalui wawancara yang dilakukan bersama MJ (kepala desa) dan YG (sekertaris desa) yang mengatakan bahwa:

“..tentu kita dalam Rencana pembangunan jangka menenengah desa kami melibatkan semua unsur masyarakat baik itu dari masyarakat, aparat kepolisian, aparat TNI serta tokoh adat, tokoh agama kita undang semua datang mengadakan pertemuan di balai desa untuk mendengar aspirasi masyararakat dalam pembangunan..” (hasil wawancara 25 November 2019)

“..iye dalam pembuatan RPJM memang selalu melibatkan tokoh-tokoh masyarakat, semua lapisan. Kita selalu ada musyawarah bersama dengan seluruh staf dan masyarakat mengenai apa saja kebutuhannya masyarakat desa yang mendesak..” (hasil wawancara 25 November 2019)

Berdasarkan wawancara di atas mengatakan bahwasannya pemerintah desa dalam melakukan rencana penyususnan pembangunan jangka menengah selalu melibatkan masyarakat kemudian hampir senada dengan yang dikatakan oleh PN selaku (KAUR keuangan) dan SHN (ketua BPD) yang mengatakan bahwa:

“..iya dek kita melibatkan masyarakat, bermusyawarah, tokoh adat, tokoh agama, kantibnas, babinsa kita undang, dan kepala dusun dan warganya untuk mewakili keseluruhan masyarakat..” (hasil wawancara 26 november 2019)

(55)

45

“semua tokoh terlibat pemerintah desa, BPD, masyarakat semua terlibat untuk menyusun rencana pembangunan..”(hasil wawancara 26 november 2019)

Selanjutnya wawancara dilakukan bersama masyarakat AD, SI dan NL yang mengatakan bahwa:

“..memang pak desa biasa mengadakan pertemuan dengan masyarakat, saya juga sempat bersama pak dusun mengikuti rencana pembangunan desa, melakukan diskusi dan bertanya apa saja yang dibutuhkan masyarakat di lingkungan ini..” (hasil wawancara 26 November 2019) “..kalau itu saya kurang tahu dek, karena sayakan sibuk bertani disawah,

belum punya waktu untuk bergabung dengan yang lain untuk kumpul-kumpul di kantor desa..”(hasil wawancara 26 November 2019)

“..iya dek, kalau untuk rencana pembangunan memang selalu ada pertemuan, desa memaparkan apa yang mereka ingin lakukan sama kalau ada saran dari masyarakat..” (hasil wawancara 26 November 2019)

Jadi berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwasannya dalam penyusunan rencana pembangunan desa jangka menengah, pemerintah desa selalu melibatkan unsur masyarakat dan aparat kepolisian dan aparat TNI, seta semua tokoh masyarakat baik tokoh adat, tokoh agama serta masyarakat setempat yang ingin mengikuti pertemuan desa diperbolehkan serta memberikan saran dan masukan kepada pemerintah desa.

Berdasarkan indikator Perencanaan pembangunan, pada peran kepala desa dalam pembangunan infrastruktur jalan di Desa Kariago Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang mengenai,perencanaan pembangunan desa sudah sesuai dengan ketetapan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau pedoman pembuatan rencana pembangunan desa. melalui wawancara yang dilakukan bersama MJ (kepala desa) dan YG (sekertaris

(56)

46

desa) mengatakan bahwa:

“..pasti dek, kami melakukan RPJM berdasarkan pedoman yang ada sesuai dengan peraturan, seperti kita membuat ini RPJM berdasarkan hasil musyawarah antara pemerintah desa dengan segala unsur yang ada di desa..” (hasil wawancara 25 November 2019)

“..iye kita berdasarkan pedoman penyusunan RPJM Cuma bedanya ya kita tidak pake team yg menangani secara khusus karena kita juga kekurangan tenaga dan orang jadi yang menangani tetap ji staf desa..”

Berdasarkan wawancara diatas mengatakan bahwasannya perencanaan pembangunan desa yang dilakukan oleh pemerintah desa sudah berdasarkan peraturan dan ketetapan yang ada berdasarkan pedoman RPJM namun beberapa hal tidak terpenuhi akibat kurangnya sumber daya manusia. Selanjutnya wawancara dilakukan bersama PN (KAUR keuangan) dan SHN (ketua BPD) mengatakan bahwa:

“..setau saya iya karena RPJM ini ada agendanya mulai dari penyusunan sampai penetapan kemudian ada peninjauan ulang lagi..” (hasil wawancara 26 November 2019)

“..yang mengurus semua itukan pemerintah desa, dan memang sudah seharusnya mengikuti pedoman pembuatan RPJM, jdi seharusnya harus ikut pedomankan..”(hasil wawancara 26 November 2019)

Selanjutnya wawancara yang dilakukan bersama masyarakat yakni AD, SI dan NL mengenai penyusunan rencana pembangunan desa berdasarkan pedoman dan ketetapan yang telah diatur, dan mengatakan bahwa:

“..saya kurang tau dek dilakukan berdasarkan pedoman, dan ketetapannya atau tidak, karena sayapun kurang paham tentang tata caranya itu, yang saya tau kita semua bermusyawarah saja berembuk saling tukar pikiran..” (hasil wawancara 26 November 2019)

“..saya tidak tau dek, karena saya ikut dalam pertemuan saja itu sangat jarang sekali..”(hasil wawancara 26 November 2019)

Gambar

Tabel 4.1. Anggaran Desa ...............................................................................
Gambar 4.1 Struktur Organisasi
Tabel 4.1 Anggaran Desa

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai jenis ragam hias dan makna simbolik yang terdapat pada rumah adat Saoraja di Desa Binanga Karaeng Kecamatan Lembang Kabupaten

sapi potong yang dilakukan oleh peternak di Kelurahan Tadokkong Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang. Wawancara yaitu pengambilan data dengan membagikan angket atau daftar

ANALISIS KEPEMIMPINAN KEPALA LEMBANG BALEPE’ KECAMATAN MALIMBONG BALEPE’ KABUPATEN TANA

Pemantauan dan pengawasan pengelolan Dan Desa untuk pembangunan infrastruktur di Desa Landungsari adalah: Pertama, Masyarakat Desa Landungsari mendapatkan informasi mengenai

Peran Pemerintah dalam meningkatkan pendapatan petani jagung di Desa Dulohupa Kecamatan Boliyohuto Kabupaten Gorontalo dibahas melalui indikator-indikator yaitu peran

Berdasarkan hasil penelitian terhadap factor-faktor yang di duga berpengaruh terhadap produksi padi sawah di Kelurahan Tadokkong Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang meliputi

Penerimaan yang diperoleh petani responden jagung kuning di Desa Betteng Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang sebesar Rp 315.400.000/musim tanam nilai tersebut diperoleh dari jumlah

xii ABSTRAK Penulisan ini membahas tentang peran Badan Permusyawaratan Desa dalam melaksanakan pengawasan terhadap kinerja Kepala Desa di Desa Antap Kecamatan Selemadeg Kabupaten