Volume 5, No. 1, Februari 2016
- 90
PENGARUH PERENCANAAN ANGGARAN DAN KUALIAS
SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP TINGKAT
PENYERAPAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT
DAERAH DI KABUPATEN ACEH UTARA
Monik Zarinah¹, Dr. Darwanis, SE, M.Si, Ak
2, CA, Dr. Syukriy Abdullah, SE, M.Si, Ak
3 1) Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh2) Prodi Magister Akuntansi Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh 23111, Indonesia
moniczarina@gmail.com
Abstract: This study aimed to examine the influence of budget planning, and human resources quality (either
jointly or partially) on the budget absorption rate of government work units in Kabupaten Aceh Utara. This is a hypothesis testing research which is based on the data that collected by questionnaires and analyzed using multiple linear regressions. The population comprised a total of 63 government work units (SKPD) in Kabupaten Aceh Utara. The data analysis is carried out using SPSS (Statistical Product and Service Solution) version 18.0. The results indicate that budget planning, and human resources quality affects the budget absorption rate of government work units, both simultaneously and partially.
Keywords: Budget Planning, Human Resources Quality, and Budget Absorption Rate.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh perencanaan anggaran, dan kualitas sumber daya
manusia (baik secara simultan maupun parsial) terhadap tingkat penyerapan anggaran satuan kerja perangkat daerah di Kabupaten Aceh Utara. Penelitian ini merupakan hypothesis testing research dengan pengujian menggunakan regresi linier berganda dari data yang dikumpulkan melalui kuesioner. Populasi penelitian adalah 63 SKPD di Kabupaten Aceh Utara. Analisis data dilakukan dengan menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 18.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan anggaran dan kualitas sumber daya manusia berpengaruh baik secara bersama-sama maupun secara parsial terhadap tingkat penyerapan anggaran SKPD.
Kata kunci : Perencanaan Anggaran, Kualitas Sumber Daya Manusia, dan Tingkat Penyerapan Anggaran.
PENDAHULUAN
Setiap tahunnya pemerintah daerah membuat rencana keuangan tahunan yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang telah disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Perencanaan dan Penganggaran APBD tertuang dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Berdasarkan undang-undang tersebut Kepala SKPD selaku pengguna anggaran menyusun rencana kerja dan anggaran SKPD yang berpedoman pada Renja (Rencana Kerja) SKPD. Recana kerja anggaran dan
rencana kerja SKPD akan disampaikan kepada DPRD sebagai bahan pertimbangan penyusunan Rancangan APBD (RAPBD) untuk disahkan menjadi APBD. Anggaran yang telah disahkan diharapkan dapat diserap oleh pemerintah daerah.
Tingkat penyerapan anggaran pemerintah pusat dan daerah sering menjadi topik utama yang dibahas baik oleh para pengamat ekonomi maupun lembaga swadaya masyarakat (LSM) sebagai salah satu indikator kegagalan birokrasi. Kegagalan target penyerapan anggaran memang berakibat hilangnya manfaat belanja, karena dana yang dialokasikan ternyata tidak semuanya dapat dimanfaatkan oleh pemerintah yang artinya ada dana yang menganggur
91 -
Volume 5, No. 1, Februari 2016
(idle money) (BPKP, 2011).Tabel 1
Realisasi APBK Aceh Utara Tahun 2012-2014
(Kumulatif)
Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah Kabupaten Aceh Utara (data diolah) (2015)
Tabel 1 menunjukkan pola penyerapan anggaran pada Kabupaten Aceh Utara. Pada akhir tahun, serapan anggaran Kabupaten Aceh Utara juga relatif rendah. Untuk tahun 2012-2014 masing-masing hanya mencapai 84,04%, 93,33%, dan 91,64%. Rendahnya penyerapan anggaran menimbulkan risiko ekonomi makro dan tidak tercapainya target pertumbuhan ekonomi. Sedangkan lambannya penyerapan anggaran atau penumpukan di triwulan terakhir juga menimbulkan risiko akuntabilitas keuangan negara, seperti memaksakan pelaksanaan kegiatan yang tidak perlu, lemahnya perencanaan kegiatan, dan menurunnya kualitas pelaksanaan kegiatan (BPKP, 2012).
Penyerapan anggaran yang terlambat perlu
mendapatkan perhatian yang serius dari
pemerintah.
Darma
(2014)
menyatakan
pemerintah daerah harus berperan lebih baik
terhadap
peningkatan
daya
serapan
anggarannya dengan melakukan peningkatan
kualitas perencanaan dan sumber daya manusia.
Perencanaan anggaran yang buruk adalah
hambatan yang signifikan, yang mencegah
peningkatan penyerapan anggaran. Perencanaan
merupakan faktor tunggal yang paling penting
di tingkat pemerintah daerah, dan dapat
memperparah semua kesulitan lainnya dalam
penyerapan anggaran (Ministry of Finance,
Planning and Economic Development of
Uganda, 2011).
Selain perencanaaan anggaran, kualitas
sumber daya manusia dalam hal ini pegawai
negeri sipil sebagai aparat pengelolan keuangan
juga menjadi faktor yang mempengaruhi
keterlambatan penyerapan anggaran. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Maulana (2011)
bahwa
belum
maksimalnya
penyerapan
penggunaan anggaran APBD oleh beberapa
SKPD menunjukkan bahwa SKPD tersebut
belum mampu memaksimalkan sumber daya
manusianya.
Oleh karena itu, tujuan penelitian ini
adalah untuk menguji pengaruh perencanaan
anggaran dan kualitas sumber daya manusia
baik secara bersama-sama maupun secara
parsial terhadap tingkat penyerapan anggaran
SKPD pada Kabupaten Aceh Utara.
KAJIAN KEPUSTAKAAN
Tingkat Penyerapan Anggaran
Menurut Noviwijaya & Rohman (2013) penyerapan anggaran satuan kerja adalah “proporsi anggaran satuan kerja yang telah dicairkan atau direalisasikan dalam satu tahun anggaran”. Mengukur daya serap membutuhkan lebih dari sekedar membandingkan dana yang tersedia dan pengeluaran yang sebenarnya. Bahkan jika 100% dari anggaran yang dialokasikan dihabiskan mungkin ada kendala daya serap yang telah menyebabkan realokasi dana dan/atau kegagalan untuk melaksanakan rencana kerja (Ministry of
Volume 5, No. 1, Februari 2016
- 92
Finance, Planning and Economic Development of Uganda, 2011).
Hingga saat ini pemerintah pusat maupun daerah belum memiliki definisi baku tentang standar dari berapa persen suatu daerah masuk ke dalam kategori mengalami keminiman penyerapan APBD. Namun, ada beberapa daerah yang memiliki pakta integritas yang kemudian ditanda-tangani oleh Kepala SKPD, bahwa suatu pemerintah daerah akan tercatat mengalami keminiman serapan anggaran apabila sampai dengan akhir tahun tidak mampu merealisasikan 90% dari total APBD yang telah disusun (Arif & Halim, 2011).
Perencanaan Anggaran
Proses perencanaan anggaran merupakan salah satu langkah penting dalam pengelolaan anggaran. Sejak dua belas bulan sebelum tahun anggaran dimulai, proses perencanaan anggaran sudah mulai berjalan (BPKP, 2012).
Menurut Direktorat Jenderal Perimbangan
Keuangan (2013:127) perencanaan sebagai
acuan bagi penganggaran pada dasarnya adalah
proses untuk menyusun rencana pendapatan,
belanja, dan pembiayaan untuk suatu jangka
waktu tertentu.
Aspek perencanaan yang tidak matang dalam penentuan anggaran yang akan disajikan akan berdampak pada tidak akan berjalannya program kerja dengan baik, hal ini dikarenakan tidak selarasnya antara perencanaan anggaran dan program kerja yang akan dilaksanakan sehingga menjadi salah satu faktor penyebab minimnya penyerapan anggaran (Arif & Halim, 2013).
Persiapan dokumen perencanaan anggaran bukanlah proses yang mudah. Dibutuhkan dokumen pembangunan nasional strategis yang menyeluruh yang digunakan sebagai dasar untuk menyusun perencanaan anggaran (Hovart, 2005).
Glenngard & Maina (2007) mengidentifikasi permasalahan terkait dengan kemampuan untuk menghabiskan anggaran yang tersedia disebabkan oleh terpecahnya proses perencanaan dan alokasi keuangan karena lemahnya kapasitas perencanaan di semua tingkatan dalam sistem. Pendekatan top-down yang diterapkan di tingkat pusat tanpa kejelasan peran dan tanggung jawab, arahan yang tidak tepat dan komunikasi yang buruk menyebabkan ketidakpastian dan menghambat proses perencanaan bagi SKPD terkait.
Kualitas Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia berhubungan dengan kemampuan terhadap detail tugas dan tanggung jawab pada tingkat: (1) mempersiapkan deskripsi pekerjaan; (2) jumlah dan kualifikasi staf; dan (3) terpenuhinya kebutuhan perekrutan. Faktor kunci keberhasilan dalam pengelolaan anggaran adalah staf yang berpengalaman dan mempunyai motivasi. Disetiap SKPD harus mempunyai sumber daya yang terlatih dan mampu menangani tugas-tugasnya. Staf juga harus dilengkapi dengan uraian tugas yang tepat (Hovart, 2005).
Kelancaran penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan nasional sangat tergantung pada kesempurnaan aparatur negara khususnya pegawai negeri. Untuk membentuk aparatur yang sempurna diperlukan upaya peningkatkan manajemen pegawai negeri sipil yang diatur secara menyeluruh, dengan menerapkan norma, standar, dan prosedur yang seragam dalam penetapan formasi, pengadaan, pengembangan, penetapan gaji, dan program kesejahteraan serta pemberhentian yang merupakan unsur dalam manajemen pegawai negeri sipil, baik pegawai negeri sipil pusat maupun pegawai negeri sipil daerah. Dengan adanya keseragaman tersebut, diharapkan akan dapat diciptakan kualitas pegawai negeri sipil yang seragam di seluruh Indonesia
93 -
Volume 5, No. 1, Februari 2016
(Undang-undang No. 43 Tahun 1999).Keterampilan individu juga menjadi nilai tambah bagi seseorang. Keterampilan individu seorang PNS mengacu pada tingkat pendidikan dan pelatihan tenaga kerja, dan pengalaman yang diperoleh dalam bidang pengetahuan yang diberikan dari waktu ke waktu. Hal ini diterima secara luas bahwa staf berpendidikan tinggi dan secara teknis yang berkualitas lebih mudah menerima pembauran dan mampu mentransformasi pengetahuan eksternal yang tersedia (Caloghirou et al, 2004 & Vinding, 2000 dalam Vega, 2007). Dengan kata lain, perusahaan dengan karyawan yang berpendidikan tinggi dan terlatih akan memiliki kemampuan merealisasikan tingkat penyerapan anggaran yang lebih tinggi.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan pengujian hipotesis
(hypothesis testing) dengan tujuan untuk menguji
pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen. Jenis investigasi yang dilakukan adalah
kausalitas, dengan unit analisis organsiasi yaitu
seluruh SKPD yang terdapat di Kabupaten Aceh
Utara. Penelitian ini merupakan studi lapangan
(field study) dengan horison waktu one shot study.
Populasi dalam penelitian ini adalah tingkat
organisasional yaitu seluruh SKPD di lingkungan
pemerintah daerah Kabupaten Aceh Utara.
Penelitian ini menggunakan metode sensus. Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder. Data primer merupakan
data yang langsung diperoleh dari sumber data
pertama dilokasi penelitian atau objek penelitian.
Data sekunder berupa Laporan Realisasi Fisik dan
Keuangan, buku, jurnal, artikel, penelitian terdahulu
dan
peraturan-peraturan
yang
khususnya
berhubungan dengan penelitian.
Analisis data pada penelitian ini menggunakan SPSS (Statistical Package for Social Science). Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda (mutiple
regression analysis). Persamaan regresi linier
berganda yang digunakan untuk meneliti pengaruh X1, dan X2 terhadap Yadalah sebagai berikut:
Y = α + β1X1 + β2X2 + ε
Dimana
Y
adalah
Tingkat
Penyerapan
Anggaran, α adalah Konstanta, β
1β
2adalah
Koefisien regresi, X
1adalah Perencanaan
Anggaran, dan X
2adalah Kualitas SDM dan ε
adalah Error.
Data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner perlu untuk diuji, baik validitas maupun reliabilitas. Pengujian validitas dilakukan untuk menguji atau untuk mengetahui apakah konsep yang diukur tepat (Sekaran, 2006:39).. Sementara reliabilitas merupakan suatu pengukuran yang menunjukkan sejauh mana pengukuran tersebut tanpa bias (error free).
HASIL PEMBAHASAN
Pengaruh Perencanaan Anggaran dan
Kualitas Sumber Daya Manusia terhadap Tingkat Penyerapan Anggaran.
Untuk menguji pengaruh perencanaan anggaran dan kualitas sumber daya manusia secara bersama-sama terhadap tingkat penyerapan anggaran dilakukan dengan melihat koefesien regresi (β) masing-masing variabel, dengan kriteria apabila paling sedikit terdapat satu βi (i=1,2) ≠ 0, maka hipotesis tidak dapat ditolak/diterima. Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan bantuan
Volume 5, No. 1, Februari 2016
- 94
Tabel 2
Hasil Uji Regresi
Nama Variabel Koefisien Regresi (β) R R2 Konstanta 1,752 0,425 0,181 X1 Perencana an anggaran 0,189 X2 Kualitas SDM 0,220Sumber: Data Primer Diolah (2015)
Berdasarkan Tabel 2, diperoleh persamaan
regresi liner berganda sebagai berikut:
Y=1,752+0,189X1+0,220X2+ ε
Hasil pengujian pengaruh perencanaan
anggaran (X
1) dan kualitas SDM (X
2) terhadap
tingkat penyerapan anggaran (Y) secara
bersama-sama diperoleh bahwa semua koefisien
regresi (
) masing-masing variabel independen
tidak sama dengan nol (
1= 0,189) dan (
2=
0,220). Ketentuannya yaitu jika paling sedikit
ada
i(i = 1, 2) ≠ 0, maka X
1dan X
2berpengaruh secara bersama-sama terhadap Y.
Artinya hipotesis pertama diterima, yaitu
perencanaan anggaran dan kualitas sumber daya
manusia secara bersama-sama berpengaruh
terhadap tingkat penyerapan anggaran.
Nilai konstanta diperoleh sebesar 1,752
satuan menunjukkan bahwa jika X
1dan X
2tidak sama dengan nol, maka besarnya Y adalah
1,752 satuan.
Nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,425
menunjukkan bahwa perencanaan anggaran dan
kualitas SDM memiliki hubungan (korelasi)
yang
cukup
(sedang)
dengan
tingkat
penyerapan anggaran.
Koefisien determinasi (R
2) sebesar 0,181
bermakna bahwa tingkat penyerapan anggaran
dipengaruhi oleh perencanaan anggaran dan
kualitas SDM sebesar 18,1%, sedangkan
sisanya sebesar 81,9% dipengaruhi oleh
variabel lain yang tidak dimasukkan dalam
penelitian ini.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian
Arif & Halim (2013), Kuswoyo (2012), Sukadi
(2012),
dan
Herriyanto
(2012)
yang
menunjukkan bahwa perencanaan anggaran dan
kualitas sumber daya manusia menjadi faktor
yang mempengaruhi keterlambatan dalam
penyerapan anggaran.
Pengaruh Perencanaan Anggaran terhadap
Tingkat Penyerapan Anggaran.
Koefisen regresi (β) variabel perencanaan anggaran diperoleh sebesar 0,189 atau β ≠ 0. Hal ini menunjukan bahwa hipotesis kedua diterima, artinya perencanaan anggaran berpengaruh terhadap tingkat penyerapan anggaran. Variabel perencanaan anggaran (X1) mempunyai pengaruh yang positif atau dengan kata lain setiap terjadi peningkatan perencanaan anggaran sebesar 1 satuan, maka akan meningkatkan tingkat penyerapan anggaran sebesar 0,189 satuan pada skala interval. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik perencanaan anggaran maka akan semakin baik tingkat penyerapan anggaran. Sebagaimana hasil laporan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (2014) bahwa besar kecilnya tingkat penyerapan belanja daerah dalam mendanai pelayanan publik sangat dipengaruhi oleh proses perencanaan anggaran dan penetapan APBD.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Arief dan Halim (2013) yang menemukan bahwa
95 -
Volume 5, No. 1, Februari 2016
aspek perencanaan yang tidak matang dalam penentuan anggaran yang akan disajikan akan berdampak pada tidak akan berjalannya program kerja dengan baik, dikarenakan tidak selarasnya antara perencanaan anggaran dan program kerja yang akan dilaksanakan yang berdampak pada penyerapan anggaran. Penelitian Herriyanto (2012) juga menemukan bahwa perencanaan anggaran mempengaruhi tingkat penyerapan anggaran.Pengaruh Kualitas SDM terhadap Tingkat
Penyerapan Anggaran.
Koefisen regresi (β) variabel kualitas
sumber daya manusia diperoleh sebesar 0,220
atau β ≠ 0. Hal ini menunjukkan bahwa
hipotesis ketiga diterima, artinya kualitas
sumber daya manusia berpengaruh terhadap
tingkat penyerapan anggaran. Variabel kualitas
sumber
daya
manusia
(X
2)
mempunyai
pengaruh yang positif atau dengan kata lain
setiap terjadi peningkatan kualitas sumber daya
manusia sebesar 1 satuan, maka tingkat
penyerapan
anggaran
akan
meningkatkan
sebesar 0,220 satuan pada skala interval.
Sehingga dapat dikatakan bahwa semakin tinggi
kualitas sumber daya manusia maka akan
semakin baik pula tingkat penyerapan anggaran.
Hasil penelitian ini sesuai dengan temuan
Herriyanto (2012) yang menunjukkan bahwa
sumber daya manusia merupakan faktor yang
berpengaruh
terhadap
keterlambatan
penyerapan anggaran.
Penelitian Miliasih (2012) juga menemukan bahwa kurangnya sumber daya manusia yang berkualitas baik pejabat pengelola maupun staf dapat mengakibatkan terlambatnya penyerapan anggaran.
Hasil penelitian Arif & Halim (2013) menunjukkan bahwa penempatan pegawai memerlukan perhatian yang penuh dari pimpinan daerah dan pimpinan SKPD. Namun hasil penelitian ini tidak tidak sejalan dengan penelitian Kuswoyo (2012) dan Sukadi (2012) yang tidak mengidentifikasi faktor kualitas sumber daya manusia sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi penumpukan penyerapan anggaran pada akhir tahun anggaran.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1. Perencanaan anggaran dan kualitas sumber daya manusia secara bersama-sama berpengaruh terhadap tingkat penyerapan anggaran SKPD di Kabupaten Aceh Utara. 2. Perencanaan anggaran berpengaruh terhadap
tingkat penyerapan anggaran SKPD di Kabupaten Aceh Utara.
3. Kualitas sumber daya manusia berpengaruh terhadap tingkat penyerapan anggaran SKPD di Kabupaten Aceh Utara.
Penelitian
ini
tentunya
memiliki
keterbatasan,
antara
lain:
Penelitian
ini
menggunakan instrument berupa kuesioner
sehingga kesimpulan yang diambil hanya
berdasarkan data yang dikumpulkan melalui
kuesioner, sehingga menimbulkan masalah jika
jawaban responden berbeda dengan keadaan
yang sebenarnya. Keadaan seperti ini tidak
dapat dikendalikan karena diluar kemampuan
peneliti. Kedua, peneliti tidak melakukan
wawancara secara langsung terhadap responden
dan peneliti tidak terlibat langsung dalam
aktivitas penyerapan anggaran di SKPD,
sehingga
kesimpulan
hanya
diambil
berdasarkan data yang telah diambil melalui
Volume 5, No. 1, Februari 2016
- 96
penggunaan instrumen penelitian secara tertulis.
Ketiga, penelitian ini hanya menggunakan dua
variabel
independen
yaitu
perencanaan
anggaran dan kualitas sumber daya manusia
sehingga diduga masih banyak variabel lain
yang
mempengaruhi
tingkat
penyerapan
anggaran SKPD di Kabupaten Aceh Utara.
Saran
Dalam upaya untuk meningkatkan penyerapan anggaran, peneliti menyarankan agar pemerintah memberikan perhatian yang serius terhadap permasalah penyerapan anggaran, dengan cara terus memperbaiki proses perencanaan anggaran dengan menerapkan sistem anggaran berbasis kinerja, menetapkan analisis standar biaya dan standar pelayanan minimal. Peningkatan kualitas sumber daya aparatur sebagai pengelola keuangan dapat dilakukan dengan menerapkan norma, standar, dan prosedur yang seragam dalam penetapan formasi, pengadaan, pengembangan, penetapan gaji, dan program kesejahteraan serta pemberhentian pegawai. Selain itu, Penambahan variabel-variabel lain seperti pelaksanaan anggaran, pengadaan barang dan jasa, dan administrasi serta peningkatan jumlah responden pada populasi penelitian diharapkan dapat membuat penelitian yang lebih baik, sehingga hasil koefisien regresi yang dihasilkan lebih tinggi dan variabel lain dapat ditentukan dengan lebih tepat.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Arif, E. & A. Halim. (2013). Identifikasi
Faktor-Faktor
Penyebab
Minimnya
Penyerapan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) Kabupaten/Kota
di Provinsi Riau Tahun 2011. Simposium
Nasional Akuntansi XVI Manado, 25-28.
BPKP. (2011). Menyoal Penyerapan Anggaran.
Yogyakarta: Paris Review.
---. (2012). Mencari Solusi bagi Serapan yang Tersumbat. Jakarta Timur: Warta Pengawasan. Darma, R. (2014). Pengaruh Waktu Penetapan
Anggaran, Sisa Anggaran Tahun Sebelumnya, dan Perubahan Anggaran terhadap Serapan Anggaran pada Pemerintah Kabupaten/Kota di
Aceh. Tesis. Banda Aceh: Program
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala.
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. (2013).
Perencanaan dan Penganggaran Daerah
Kursus Keuangan Daerah. Jakarta:
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. ---.
(2014). Laporan Pelaksanaan Spending Performance (Dalam Mendanai Pelayanan
Publik). Jakarta: Kementerian Keuangan
Republik Indonesia.
Glenngard, A.H. & T. M. Maina. (2007). Reversing The Trend of Weak Policy Implementation in The Kenyan Health Sector? A Study of Budget Allocation and Spending of Health Resources Versus Set Priorities. Health Research and
System, 5, 3. BioMed Central.
Herriyanto, H. (2012). Faktor-faktor yang
mempengaruhi Keterlambatan Penyerapan
Anggaran Belanja pada Satuan Kerja
Kementerian/Lembaga di Wilayah Jakarta.
Tesis. Jakarta: FEUI.
Hovart, A. (2005). Why Does Nobody Care about The Absorption?. WIFO Working Paper. No. 258. Vienna.
Kuswoyo, I. D. (2012). Analisis atas Faktor-Faktor
yang Menyebabkan Terkonsentrasinya
Penyerapan Anggaran Belanja di Akhir Tahun Anggaran (Studi pada Satuan Kerja di Wilayah KPPN Kediri). Tesis. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada.
Maulana, D. (2011). Analisis Penelusuran Anggaran APBD Provinsi Banten di Sektor Pembangunan Sumber Daya Manusia.
Simposium Nasional Otonomi Daerah. Banten:
Universitas Serang Raya.
Miliasih, R. (2012). Analisis Keterlambatan Penyerapan Anggaran Belanja Satuan Kerja Kementerian Negara/Lembaga TA 2010 di Wilayah Pembayaran KPPN Pekanbaru. Tesis.
Universitas Indonesia.
Ministry of Finance, Planning and Economic
Development
of
Uganda.
(2011).
Absorptive Capacity Constraints: The
Causes and Implications for Budget
97 -
Volume 5, No. 1, Februari 2016
Execution.
Uganda.
East
Africa.
Development
Policy
and
Research
Department.
Noviwijaya, A. & A. Rohman. (2013). Pengaruh Keragaman Gender dan Usia Pejabat Perbendaharaan Terhadap Penyerapan Anggaran Satuan Kerja (Studi Empiris pada Satuan Kerja Lingkup Pembayaran KPPN Semarang I). Diponegoro Journal of Accounting. Vol. 2 (3): 1-10.
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 43
Tahun 1999 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.
Sekaran, U. (2006). Research Methods for Business:
Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Buku 2
Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat.
Sukadi. (2012). Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Penumpukan Penyerapan
Anggaran Belanja pada Akhir Tahun Anggaran.
Tesis. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.