1.1 Latar Belakang Permasalaban
Indonesia merupakan salah satu negara di benua Asia yang sedang melaksanakan pembangunan. Untuk dapat melaksanakan pembangunan dibutuhkan dana yang tidak sedikit. Berbagai kebijaksanaan telah ditetapkan oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut, antara lain dengan meningkatkan penerimaan negara d.ari dalam maupun luar negeri.
Menyadari akan besamya kebutuhan dana di dalam melaksanakan roda pembangunan di segal a bidang, maka pembangunan sektor industri semakin diarahkan pada usaha untuk. memenuhi kebutuhan dalam negeri dan meningkatkan ekspor. Oleh karena itu komoditi non migas perlu mendapatkan perhatian khusus karena peranannya sangat besar untuk menggantikan kedudukan migas dalam menciptakan sumber devisa.
Berdasarkan berbagai jenis komoditi yang diekspor, rokok merupakan salah satu komoditi yang ikut berperan dalam penciptaan devisa.Di samping itu, eksistensinya temyata mampu menyerap jumlah tenaga kerja yang besar dan memberikan kontribusi pajak dan cukai yang besar pula.
Indonesia sebagai salah satu negara sedang berkembang dengan jumlah penduduk lebih dari 240 juta jiwa dengan komposisi lebih dari 50010 penduduk berusia di bawah 30 tahun merupakan pasar yang potensial bagi pemasaran berbagai jenis produk termasuk produk rokok. lumlah penduduk Indonesia yang sangat besar dengan daya beli masyarakat yang terus meningkat, dilihat dari
meningkatnya pendapatan per kapita, akan semakin mendorong meningkatnya permintaan masyarakat
akan
rokok. Dengan adanya pertumbuhan populasi yang cukup besar, tersedianya bahan baku yang cukup dan daya beli yang cukup besar menyebabkan perusahaan rokok terus meningkat sehingga perusahaan tersebut dapat memperoleh akses untuk memasuki pasar modal, tempat di mana mereka dapat meIakukan transaksi perdagangannya dengan lebih luas.Pasar modal memainkan peran yang sangat penting di dalam masyarakat karena pasar modal merup:lkan tempat penghimpunan dana masyarakat untuk pembangunan dan investasi jangka panjang. Pasar modal Indonesia secara resmi diawali dengan didirikannya Vereniging voor de EfJectenhandel di Batavia (Jakarta) pada tanggal14 Desember 1912, namun karena adanya Perang Dunia II, maka pasar modal ditutup pada tahun 1940. Pada tahun 1952, pasar modal Indonesia dibuka kembali berdasarkan UU No 15 tahun 1952 tentang Bursa yang khusus memperdagangkan obIigasi, namun ditutup kembali pada tahun 1958. Sejak diaktifkannya kembali pada tahun 1977 hingga tahun 1988 perkembangannya sangat lambat. Jumlah perusahaan yang terdaftar di pasar modal Indonesia (Bursa Efek Jakarta) meningkat dari 24 emiten di tahun 1985 menjadi 282 emiten di tahun 1997. Pertumbuhan ini tidaklah dapat dipisahkan dengan kebijakan pemerintah dalam sektor keuangan pada umumnya dan di pasar modal pada khususnya.
Dalam usaha pengaktifan kembali pasar modal tersebut, pemerintah membentuk tiga lembaga :
1. Badan Pembina dan Pengawas Pasar Modal (BAPEP AM) yang bertugas untuk memberikan pengaraban dan pertimbangan kebijalcsaMan kepada Menteri Keuangan di bidang pasar modal
2. Badan PeIaksana Pasar Modal yang bertugas mengadakan penelitian dan penilaian keadaan perusahaan yang baik dan sehat yang diijinkan menjual sahamnya di pasar modaL
3. PT Danareksa sebagai perusahaan perseroan yang bertugas melakukan pembelian saham-saham di pasar modal dan menjualnya kepada masyarakat dalam bentuk pecahan kecil berupa setifikat saham PT Danareksa.
Menurut Syahrir (1996 : 81), pengamatan cermat terhadap kebijakan
dan
peraturan pasar modal di Indonesia menunjukkan adanya empat kebijakan penting yang membawa dampak besar terhadap perkembangan pasar modaLKebijakan tersebut adalah:
1. Pada tanggal 27 Desember 1976 pemerintah Indonesia menghidupkan kembali Lembaga Pasar Modal melalui Keppres No 52 tahun 1976. Dengan kebijakan tersebut pemerintah mendirikan BAPEPAM
dan
PT Danareksa, perusahaan yang bertindak sebagai perantara pedagang efek pada pasar modaL2. Pada tanggal 23 Desember 1987, Menteri Keuangan menetapkan berbagai Keputusan Menteri Keuangan yang memberikan peluang besar bagi pengembangan pasar modal dengan cara yang lebih dinamis. Kebijakan ini termasuk kebijakan penyempumaan dan persyaratan yang lebih longgar bagi perusahaan uang ingin menjual sahamnya kepada masyarakat
Kelonggaran prosedur perdagangan ini dapat memperlancar mekanisme perdagangan saham seperti: Bursa Pararel yang dikelola Perhimpunan Perdagangan Uang dan Efek, persyaratan laba minimal sebesar minimal 10 %
dari
modal sendiri dihapuskan sehingga walaupun labanya kecil suatu perusahaan bisa diizinkan untuk go pub/ ie, BAPEP AM tidak perlu lagi melakukan evaluasi terhadap emiten, investor asing diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam kepemilikan saham sarnpai batas maksimum 49% dari jumlah saham yang tercatat dan penghapusan peraturan yang membatasi fluktuasi harga sampai maksimal4% perubahan pada satu hari perdagangan. 3. Pada tanggal 27 Oktober 1988, pemerintah mengeluarkan serangkaian PaketKebijaksanaan yang dikenal dengan nama Pakto 1988. Kebijaksanaan ini memberikan kepada pasar modal lebih banyak kesempatan perkembangan antara lain dengan kebijaksanaan sebagai berikut: adanya perlakuan yang sarna antara bunga deposito dan deviden saham, yaitu keduanya dikenakan pajak penghasilan 15% (sebelumnya bunga deposito tidak dikenakan pajak) dengan tujuan agar pemodal dapat lebih tertarik untuk memanfaatkan
pasar
modal sebagai media investasi dan adanya pembatasan kredit bank kepada nasabahnya secara berturut-turut tidak boleh melebihi 20% dari modal sendiri untuk nasabah perorangan dan 50% untuk nasabah group.4. Pada tanggal 20 Desember 1988, pemerintah mengeluarkan Pakdes 1988 dengan tujuan untuk memberikan dorongan yang lebih jauh agar pasar modal dapat menjadi sumber pembiayaan yang sarna murahnya jika dibandingkan dengan sektor pembiayaan lain. Pakdes 1988 memungkinkan dibukanya
kesempatan pengelolaan bursa efek oleh swasta, tennasuk kesempatan mendirikan bursa bam di luar Jakarta. seperti Bursa Efek Surabaya.
Melalui Pakdes 1988 ini pemerintah telah memberikan kesempatan kepada perusahaan untuk: mendaftarkan seluruh sahamnya agar ditempatkan dan disetor secara penuh eli lantai bursa.
Beberapa kebijakan pemerintah tersebut telah memberikan dampak pada pertumbuhan pasar modal di Indonesia, khususnya di Bursa Efek Surabaya. Hal ini bisa dilihat dari pertumbuhan jumlah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Surabaya beserta nilai kapitaIisasinya. Jumlah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Surabaya beserta nilai kapitaIisasi pasar meningkat dari Rp 14.186,634 trilyun di tahlffi 1990 menjadi Rp 159.929,859 trilyun di tahun 1997.
Adapun perkembangan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.1
Tahun Jumlah Emiten 1985 24 1986 24 1987 24 1988 24 1989 56 1990 122 1991 139 1992 153 1993 172 1994 217 1995 238 1996 254 1997 282 Tabell.l
Perkembangan Bursa Efek Surabaya Pada Tahun 1985-1997 Jumlah saham Jumlah saham yang
yang diperdagangkan diterbitkan (Rp) Oembar) 1.610.914 3.206.000.000 1.428.228 1.816.000.000 2.523.374 5.184.100.000 6.944.592 30.591.900.000 96.088.726 990.364.900.000 699.866.579 7.282.587.300.000 1.006.244.866 5.757.867.100.000 1. 706. 920.201 7.959.454.200.000 3.856.313.440 18.688.078.310.000 4.881.313.440 23.381.671.140.000 10.646.444.540 32.357.505.540.000 29.527.727.700 75.729.894.500.000 76.599.170.013 120.385.166.180.000 Kapitalisasi Pasar (Rp) 89.330.000.000 94.230.000.000 100.095.203.732 449.237.227.025 4.309.444.178.950 14.186.633.982.250 16.435.891.904.650 24.839.446.042.275 69.299.599.701.000 103.835.241.141.680 152.246.463.300.675 215.026.098.082.950 159.929.859.633.600 Sumber: Promosl dan Informasl Pasar Modal IndoneSIa, Yayasan MItra Dana, 1998
Husnan (1994:3), menyatakan bahwa perkembangan
pasar
modal yang pesat ini memiliki peran penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi karenapasar
modal mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Dalam melaksanakan fungsi ekonomi pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari pihak yang mempunyai kelebihandana
(pemodal) ke pihak yang memerlukan dana. Sementara dalam melaksanakan fungsi keuangan,pasar
modal menyediakan dana yang diperlukan oleh pihak-pihak yang memerlukan dana dan pihak yang mempunyai kelebihandana
menyediakan dana tanpa harus terlibat langsung dalam aktiva riil yang diperlukan untuk investasi.Maraknya perkembangan
pasar
modal saat ini tidak terlepas dari peran pemodal (investor) yang melakukan transaksi di pasar modal. Namun para investor tidak begitu saja melakukan pembelian saham sebelum melakukan penilaian dengan baik terhadap emiten (perusahaan). Salah satu aspek yang menjadibahan
penilaian bagi investor adalah kemampuan emiten menghasilkan laba. Apabila laba meningkat, secara teoritis harga saham juga meningkat.Husnan (1994:273), menyatakan bahwa kalau kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba meningkat, rnaka harga saham akan meningkat. Atau dengan kata lain, profitabilitas akan mempengaruhi harga saham. Usman (1990: 155) mengemukakan bahwa para fundamentalis mencoba mempelajari hubungan antara harga saham dan kondisi perusahaan. Argumentasi dasamya adalah bahwa nilai saham mewakili nilai perusahaan.
Brigham dan Gapenski (1990:26) menyatakan bahwa pada umumnya tindakan memaksimumkan nilai pemsabaan juga berarti memaksimumkan harga sahamnya. Karena jika harga saham naik maka nilai perusahaan juga akan naik. Dengan demikian. investor sangat berkepentingan dengan laporan keuangan perusahaan khususnya neraca dan laporan laba rugi usaha. Laporan laba rugi bukan hanya menunjukkan kinerja perusahaan tetapi juga dapat digunakan oleh investor untuk mengestimasi profitabilitas perusahaan di masa mendatang. Selain faktor profitabilitas yang mencerminkan kemampuan pemsabaan untuk menghasilkan laba, faktor nilai pasar perusahaan juga dipertimbangkan oleh investor dalam melakukan investasi dalam saham.
Van Horne (1997:4), menyatakan bahwa memaksimumkan nilai perusabaan yang dimulai dengan meningkatnya harga saham berarti memberi peningkatan kemakmuran bagi pemegang saham. Semakin tinggi harga saham berarti semakin tinggi pula kemakmuran pemegang saham (investor).
Para pemodal yang rasional akan selalu membandingkan nilai pendapatan saham yaitu deviden dengan tingkat suku bunga deposito. Tingkat bunga deposito merupakan salah satu pendapatan dipertimbangkan dalam menanamkan dananya, karena bentuk deposito pada bank pemerintah tidak mempunyai resiko (riskless)
dan hasil yang akan diterima dapat diperkirakan. terutama bagi masyarakat yang cenderung menggunakan basil yang diharapkan untuk dikonsumsikan. Situasi demikian memberi pengaruh pada perdagangan saham di bursa efek, sehingga apabila ada perpindahan dari deposito ke sekuritas (saham) akan mempengaruhi perubahan harga saham perusahaan.
Harga
sahamakan
bergerak sesuai dengan kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi atas saham tersebut di pasar sekunder. Tinggi rendahnya harga saham lebih banyak dipengaruhi oleh pertimbangan pembeli atau penjual tentang kondisi eksternal dan internal perusahaan.Pada tahun 1997, perekonomian Indonesia diwarnai oleh lesunya kegiatan ekonomi. Kondisi ekonomi makro relatif kurang stabil sebagai akibat dari
munculnya krisis mata uang Rupiah yang diikuti pula oleh krisis kepercayaan terhadap perbankan. Perkembangan tersebut pada gilirannya menyebabkan stagnasi dalam kegiatan produksi terutama di beberapa sektor ekonomi sehingga mendorong peningkatan pemutusan hubungan kerja. Kegiatan produksi yang menurun terkait juga dengan meningkatnya biaya impor yang disebabkan oleh depresiasi Rupiah yang berlanjut
Nilai Tukar Rupiah terus melemah terhadap USD menyebabkan beban hutang luar negeri, terutama hutang swasta yang berjangka pendek cenderung meningkat dan memberatkan dunia
usaha.
Sementara itu banyak pula hutang luar negeri swasta baik langsung maupun tidak langsung dijamin oleh perbankan domestik. Hal ini mengakibatkan posisi likuiditas dan solvabilitas pada beberapa bank memburuk. Situasi ini semakin diperburuk dengan pencabutan ijin usaha enam belas bank umum swasta. Kepercayaan masyarakat terhadap perbankan semakin menurun sehingga memicu konversi dana-dana masyarakat menjadi uang kartal dan USD. Hal ini menyebabkan terjadinya capital outflow yang tercermindari turunnya posisi surat berharga dalam negeri yang dimiliki non residen serta tingginya aksi jual investor asing di pasar modal.
Selain itu nilai tukar Rupiah yang terus melemah mendorong naiknya tingkat harga umum (inflasi). Untuk mengendalikan tingkat inflasi yang semakin membumbung tinggi sebagai akibat semakin merosotnya nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar, pemerintah menetapkan kebijaksanaan uang ketat (Tight
Money Policy) Kebijakan uang ketat dilakukan dengan mengurangi jumlah uang yang beredar. Untuk mengurangi jumIah uang yang beredar, pemerintah menaikkan tingkat suku bunga deposito hingga mencapai 60o/oitahun. Kenaikan tingkat bunga deposito mengakibatkan naiknya biaya modal hingga menekan keuntungan. Pada akhimya hal ini
akan
mempengaruhi jumIah deviden yangakan
dibayarkan oleh perusahaan kepada investomya.Penerapan kebijaksanaan ini mendorong investor untuk menjual sahamnya dan mengalihkannya ke dalam bentuk deposito pada bank pemerintah. Pengalihan modal ini disebabkan karena bentuk deposito pada bank pemerintah tidak mempunyai resiko dan basil yang
akan
diterima dapat diperkirakan. Situasi yang demikian ini memberi pengaruh pada perdagangan saham di Bursa Efek yaitu perubahan harga saham perusahaan.No
Tabel1.2
Harga Saham Perusahaan Industri Rokok Di Bursa Efek Surabaya
Periode 1995-1999 Nama Perusahaan 1995 19% (Rp) (Rp) 1997 1998 (Rp) (Rp) 1999 (Rp) 1 PT.BAT.lndonesia 5.625 19.500 26.000 15.000 57.000 2 PT.Gudang Garam Indonesia 23.900 10.200 8.375 11.650 18.800 3 PT.H.M.Samooema 23.800 12.600 4.150 5.275 17.775 Sumber : PT. Bursa Efek Surabaya
Berkaitan dengan uraian di atas,
maka
akan dilakukan suatu penelitian dengan judul .. Pengaruh Tingkat Bunga dan TingkatInflasi
Temadap Harga Pasar Saham Perusahaan Rokok yang Go Public Melalui PT Bursa Efek SurabayaTahun 1995-1999 ".
1.2. Perumusan Masalab
Berdasarkan uraian di atas, penulis mgm mengungkapkan beberapa permasalahan dalam penulis:m ini :
a. Apakah tingkat bunga deposito dan tingkat inflasi secara parsial dan simultan mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap harga
pasar
saham perusahaan rokok yang go public melalui PT BES?b. Faktor manakah di antara keduanya yang mempunyai pengaruh yang dominan terhadap harga
pasar
saham perusahaan rokok yang go public melalui PT BES1.3. Tujuan PeneJitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui bahwa tingkat bunga deposito dan tingkat inflasi secara
parsial dan simultan mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap harga
pasar
saham perusahaan rokok yang go public melalui PT BESh. Untuk mengetahui di antara kedua faktOT tersebut mana yang mempunyai pengaruh yang dominan terhadap harga pasar saham perusahaan rokok yang
Berkaitan dengan uraian di atas, maka
akan
dilakukan suatu penelitian dengan judul " Pengaruh Tingkat Bunga Deposito dan Tingkat Inflasi Terhadap Harga Pasar Saham Perusahaan Pada Industri Rokok yang Go Public Melalui PTBursa Efek Surabaya Tabun 1995-1999".
1.2. Perumusan Masalab
Berdasarkan uraian di atas, penulis mgm mengungkapkan beberapa permasalaban dalam penulisan ini :
a. Apakab tingkat bunga deposito dan tingkat inflasi secara simultan dan parsial mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap harga pasar saham perusahaan pada industri rokok yang go public melalui PT BES?
b. Faktor manakah di antam keduanya yang mempunyai pengaruh yang dominan terhadap harga pasar saham perusahaan pada industri rokok yang go public me
lalui PT BES?
1.3. Tujuan PeneJitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui bahwa tingkat bunga deposito dan tingkat inflasi secara
simultan dan parsial mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap harga pasar saham perusahaan pada industri rokok yang go public me1alui PT BES.
b. Untuk mengetahui di antara kedua faktor tersebut mana yang mempunyai pe -pengaruh yang dominan terhadap harga pasar saham perusahaan pada industri rokok yang go public melalui PT BES.
1.4.Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dieapai daIam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat akademik
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang Manajemen Keuangan dan memberikan infonnasi yang bennanfaat bagi pihak lain yang akan melakukan penelitian lebih lanjut. 2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam mengambil keputusan dan menyelesaikan pennasalahan khususnya yang berkaitan dengan dengan tingkat bunga deposito, tingkat inflasi dan harga pasar saham.
1.S. Sistematika Skripsi Bab 1 : Pendahuluan
Berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, man faat penelitian dan sistematika skripsi.
Bab 2 : Tinjauan Kepustakaan
Berisi penelitian terdahulu, landasan teori dan hipotesis. Landasan teori menguraikan teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan yang menea kup pengertian pasar modal, bentuk pasar modal, tujuan pasar modaI,fung si pasar modal, peranan pasar modal, pengertian harga pasar saham, pende katan analisa harga saham, faktor-faktor yang mempengaruhi harga
pasar
saham, pengertian tingkat bunga, fungsi tingkat bunga dalam suatu perekonomian, faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat bunga,pengaruh tingkat bunga deposito terhadap harga pasar saham, pengertian tingkat inflasi, je nis inflasi, efek inflasi, cara meneegah inflasi, pengaruh tingkat inflasi ter-hadap harga pasar saham.
Bab 3 : Metode Penelitian
Berisi desain penelitian., identifikasi variabel,definisi operasional, jenis dan
sumber data, pengukuran data, alat dan metode pengumpulan data, popula-si, sampel dan teknik pengambilan sampel, teknik pengambilan data, ana-lisis data dan prosedur pengujian hipotesis.
Bab 4 : Analisis dan Pembahasan
Berisi gambaran umum perusahaan rokok yang go public melalui PT BES, deskripsi data, analisis data dan pembahasan.
Bab 5 : Simpulan dan Saran
Berisi kesimpulan dari apa yang telah dibahas pada bah-bab terdahulu seea ra keseluruhan. Dari kesimpulan tersebut penulis berusaha memberikan sa-ran-saran yang mungkin dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam meng-atasi permasalahan.