Peningkatan Dayasaing Produk Pangan:
Perbaikan iklim usaha dan sistem inovasi
Prof. Dr. Bustanul Arifin
barifin@uwalumni.com
Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian UNILA Dewan Pendiri/Ekonom Senior INDEF Anggota Komite Inovasi Nasional (KIN)
Bahan untuk Dialog Pakar dan Pelaku Usaha pada Jakarta Food Security Summit (JFSS) 2012, Selasa 10 Januari 2012 di Grand Hyatt, Jakarta
Sistematika Pembahasan
1. Permintaan pangan dan target ketahanan pangan
2. Refresh dayasaing dan pengembangan inovasi
3. Peningkatan dayasaing pangan: Perlu strategi
4. Reformasi pembiayaan pangan dan pertanian
5. Kinerja dan prospek ekonomi pangan strategis
6. Penutup: Rekomendasi kebijakan
Laju Permintaan Pangan:
Amat Tinggi
•
Laju permintaan pangan tahun 2011: 4,87 % per tahun
(pertumbuhan penduduk 1,5%, pertumbuhan pendapatan
6,5% dan elastisitas pendapatan terhadap pangan 0,52);
•
Laju suplai pangan setidaknya harus 5% per tahun. Jika
tidak mampu, Indonesia pasti kembali bergantung impor.
Jika impor pangan “sulit”, Malthusian trap mungkin terjadi.
•
Sampai akhir 2011, laju produksi pangan di Indonesia:
– Beras : minus 1,6% -- Minyak sawit: plus 5,1% – Jagung: minus 6 % -- Kopi: plus 2%
– Kedelai: minus 4% -- Kakao: plus 3%
– Gula: plus 2,3% -- Daging sapi: plus 1,8%
Target Ketahanan Pangan
Nasional
Sasaran Program Ketahanan Pangan 2011-2012:
Mengatasi kenaikan harga pangan melalui kebijakan stabilisasi harga dengan penyediaan stok pangan dan operasi pasar (subsidi pangan);
Meningkatkan produksi, produktivitas, dan mutu produk bahan pangan yang aman konsumsi berdaya saing dan berkelanjutan, dengan sasaran produksi:
oPadi 74,1 juta ton GKG oJagung 24,0 juta ton oKedelai 1,9 juta ton oGula 4,4 juta ton oDaging sapi 471 ribu ton oIkan 14,86 juta ton
Mengantisipasi dampak inflasi pangan global melalui kerjasama internasional di bidang pangan;
Meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan yang berkelanjutan;
Mendukung pencapaian surplus beras minimal 10 juta ton/ tahun dalam waktu 5-10 tahun. Direvisi oleh Presiden SBY (November 2011) menjadi: Surplus beras 10 juta ton 2014
11,3 16,8 23,2 36,2 44,2 48,5 57,6 69,6 ‐ 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 RAPBN Kementerian Negara/Lembaga Subsidi Belanja Lain‐Lain
Pembangunan
: Dayasaing dan Peradaban Bangsa
- Intensif teknologi
- Basis kapabilitas teknologi - Intensif kapital
- Tenaga kerja terampil - Basis sumberdaya alam
- Intensif tenaga kerja
berkah diciptakan
Peningkatan kapabilitas perekonomian Kompetitif
Supremasi Nasional
Komparatif Aset (Kekayaan) Nasional
Peningkatan Produktivitas
Ekonomi basis pertanian Ekonomi basis industri Ekonomi basis inovasi
Didorong sumberdaya Didorong investasi Didorong inovasi
19.79 Aljazair 125 20.36 Sudan 124 27.78 Indonesia 99 28.98 Filipina 91 34.52 India 62 37.63 Thailand 48 44.05 Malaysia 31 46.43 China 29 50.32 Jepang 20 53.68 Korea Selatan 16 55.96 Inggris Raya 10 56.31 Belanda 9 56.33 Kanada 8 56.57 Amerika Serikat 7 56.96 Denmark 6 57.50 Finlandia 5 58.80 Hongkong 4 59.64 Singapura 3 62.12 Swedia 2 63.82 Swiss 1 Skor Negara Ranking
Sumber: INSEAD--The Business School for the World, 2011
Global InnovationIndex, 2011
2.87 Chad 142 2.90 Haiti 141 3.85 Kamboja 97 4.08 Filipina 75 4.30 India 56 4.38 Indonesia 46 4.52 Thailand 39 4.90 China 26 5.02 Korea Selatan 24 5.08 Malaysia 21 5.39 Inggris Raya 10 5.40 Jepang 9 5.40 Denmark 8 5.41 Belanda 7 5.41 Jerman Barat 6 5.43 Amerika Serikat 5 5.47 Finlandia 4 5.61 Sweden 3 5.63 Singapura 2 5.74 Swiss 1 Skor Negara Ranking
Global Competitiveness Index, 2011
Dayasaing Produk Pangan:
Perlu Strategi
•
Pengembangan dayasaing produk pangan (dan ekonomi
secara keseluruhan) untuk menggapai tahapan inovasi
yang mensyaratkan empat aspek dari “Porter’s Diamond”:
1. Kondisi faktor produksi: ter-spesialisasi, tenaga terampil
2. Kondisi permintaan: konsumen makin canggih (rewel?)
3. Industri prndukung: kluster utuh, referensi, suplier
4. Stretagi dan struktur organisasi: persaingan, rivalitas
•
Plus peran pemerintah dapat bersifat positif atau negatif
•
Plus kesempatan tertentu dapat mendorong dayasaing
Reformasi pembiayaan:
Amat diperlukan
• Realisasi KKPE: Rp 3,26 triliun
(33,54% dari Rp 9,72 triliun)
• Realisasi KPEN-RP: Rp 5,63
trilun (14,59% dari Rp 38,6 triliun)
• Realisasi KUPS: Rp 290 miliar
(7,51% dari Rp 3,88 triliun)
• Realisasi KUR sampai Agustus
2011: Rp 20,46,3 triliun (melebihi target), BRI mendominasi (60%).
• Rendahnya kredit program
(selain KUR) disebabkan oleh kesiapan debitur, moral hazard, kendala sertifikasi lahan pada KPEN-RP, ketentuan NPWP, dan lambannya rekomendasi dinas.
• Perlu tindak lanjut MoU Gubernur
BI dan Menteri Pertanian tentang Pembiayaan Agribisnis ke depan.
Tidak Feasible Feasible Tidak Bankable PUAP PKBL CSR KUR Bankable KKPE KUPS KPEN-RP Kredit Komersial
Beras
: Target Surplus 10 Juta Ton 2014?
Produksi padi tahun 2011 sekitar 65.4 juta ton gabah kering giling (GKG) (37,2 juta ton beras, laju konversi 0,57), atau turun 1,63% per tahun. Jika konsumsi beras 113,5 kg/kapita, maka total
konsumsi 237,6 juta jiwa adalah 27 juta ton. Jika data itu benar, terdapat surplus beras 10 juta ton, tidak perlu impor beras. Fakta: 2011 Indonesia impor beras, mencapai + 2 juta ton. Sumber diskrepansi: basis estimasi surplus
beras itu. Data BPS ditengarai overestimate, terutama pada basis IP (indeks pertanaman). Target surplus beras 10 juta ton itu sebenarnya
“kecil”, jika pemerintah mampu bekerja keras. Tahun 2012 adalah pembuktian kerja keras itu.
Perkembagan
Produksi Padi (GKG)
, 2002-2011
Tahun Luas Panen(Ha) Produktivitas(ton/ha) Produksi(Ton) Perkembangan(%)
2002 11.521.166 4,47 51.489.694 2,04 2003 11.488.034 4,54 52.137.604 1,26 2004 11.922.974 4,54 54.088.468 3,74 2005 11.839.060 4,57 54.151.097 0,12 2006 11.786.430 4,62 54.454.937 0,56 2007 12.147.637 4,71 57.157.435 4,76 2008 12.327.425 4,89 60.325.925 5,46 2009 12.883.576 5,00 64.389.890 6,75 2010 13.244.184 5,01 66.411.469 3,13 2011* 13.224.379 4,94 65.385.183 -1,63
Sumber: BPS (berbagai tahun), Data terakhir: Angka Ramalan Produksi 3, tanggal 1 November 2011
Dominasi Sentra Produksi di Jawa Masih Besar
Jagung
: Perubahan Teknologi?
• Produksi 17,2 juta ton jagung pipil kering, turun
6% (aram 3, 2011), karena musim hujan yang berkepanjangan dan luas panen yang menurun
• Sama dengan beras, terdapat diskrepansi data,
dan kemungkinan overestimate karena industri pakan ternak mengimpor jagung 2 juta ton.
• Konsekuensi ketergantungan impor jagung ini,
apalagi pada saat krisis ekonomi global, pasti berpengaruh pada industri pakan dan sektor peternakan secara umum, termasuk tingkat pemenuhan protein hewani juga terganggu.
• Tahun 2012, Indonesia harus kembali fokus
pada penggunaan bioteknologi: benih hibrida, bahkan teknologi modfikasi genetika (GMO), yang masih dibahas pada tingkat politis.
Kedelai
: Ketergantungan impor
• Produksi 870 ribu ton kedelai kering, turun 4% (aram 3, 2011) jauh dari target swasembada 2014 , yaitu sekitar 2,5 - 3 juta ton.
• Sementara itu, konsumsi mencapai 2,5 juta ton per tahun, sehingga Indonesia mengandalkan kedelai impor, terutama dari Amerika Serikat, sampai beberapa tahun ke depan.
• Pada dekade 1990an, impor kedelai dikenalikan oleh Bulog, tapi sekarang dibiarkan bebas dan dilakukan oleh sektor swasta yang berminat. • Tahun 2012, Pemerintah wajib mengambil
langkah kebijakan yang lebih konsisten tentang pengembangan kedelai, konsekuensi logis dari status sebagai produk khusus (special products =SPs) yang didaftarkan pada WTO.
Gula:
Swasembada sulit akan tercapai
• Produksi gula 2011 sulit untuk mencapai 2,2 juta ton. Dampak
musim hujan musim sebelumnya masih signifikan. konsumsi 4.2 juta ton, masih terus berkembang (sekitar 12 kg per kapita per tahun)– seiring dengan meningkatnya pendapatan penduduk .
• Kehadiran industri gula rafinasi membuat kompleksitas target
swasembada bertambah, sehingga pemerintah menciptaka istilah “gula konsumsi”, karena 5 pabrik baru (dan 4 parik dengan utilisasi kapasitas 70%) telah beroperasi pada 2010.
• Tahun 2012 masih belum banyak perubahan, jika pemerintah
belum melakukan audit investigatif terhadap industri gula rafinasi.
Daging Sapi
: Inkonsistensi kebijakan?
Produksi daging sapi 2011 sekitar 280 ribu ton, konsumsi 400 ribu ton, impor dari Australia 300-500 ribu ekor sapi hidup (30-40%).
Hasil Sensus Sapi (+kerbau) 2011: 15,6 juta ekor, lebih tinggi dari estimasi selama ini 13,5 juta ekor. Jika data BPS ini benar,
Indonesia seharusnya sudah mencapai swasembada daging.
Mirip dengan beras, persoalan ada di basis estimasi kebutuhan daging dan rente ekonomi (politik) impor sapi (+daging sapi). Tahun 2012 masih akan diselimuti ketidakpastian swasembada.
Minyak Sawit
: Tantangan keberlanjutan
• Produksi CPO 2011 sekitar 25 juta ton (terbesar di dunia, jauh dari
Malaysia); ekspor 18 juta ton dan konsumsi domestik 7 juta ton.
• Tapi, persoalan di dalam negeri belum berubah. Peran sawit rakyat
terus menurun sampai 41%. Rendahnya produktivitas tanaman, skema baru ISPO (Indonesia sustainable palm oil organization) dan persoalan struktural inti vs plasma mewarnai industri CPO.
• Kontroversi bea keluar (BK) akan mengurangi dayasaing, struktur
dan rantai nilai yang semakin tidak adil, mungkin sulit menjawab tantangan keberlanjutan yang dipersyaratkan oleh pasar global.
• Tahun 2012, produksi akan terus naik, tapi masalah masih sama.
Kopi:
Permintaan cenderung meningkat
• Produksi kopi 2011 diperkirakan 600 ribu ton, produsen ke-4 dunia
(setelah Brazil, Columbia dan Vietnam); permasalahan klasik kopi: sistem produksi, pasca panen, kualitas kopi Indonesia masih ada.
• Permintaan kopi spesialti (terutama Arabika) meningkat pesat,
walau pun kopi Robusta pasti juga terus diperlukan sebagi “body” campuran kopi, dampak budaya baru dan gaya hidup minum kopi.
• Pungutan tataniaga kopi cukup besar (selain keanggotaan AEKI)
memberatkan petani dan pedagang kopi kelas kecil menengah: Indonesian Port Addition (IPA), Terminal Handling Charge (THC).
• Tahun 2012 jika tidak perubahan kebijakan, peningkatan kualitas,
• Indonesia produsen ke-3 kakao dunia (0.43 juta ton), Pantai Gading (1.3), Ghana (0.74) dengan sentra kakao di Sulawesi Selatan, Tengah dan Tenggara.
• Persoalan agronomis best practices sektor budidaya, pohon menua (15 tahun), itu pun varietas lokal & penguasaan lahan 1.5 ha. • Daya serang penyakit pod borer (PBK) dan
penyakut layu (VSD vascular streak dieback) yang akhir-akhir ini mewabah. • Tahun 2012, ekonomi kakao belum banyak
berubah, kontroversi BK yang memukul petani & tidak meningkatkan nilai tambah.
Kakao:
Fokus Peningkatan Dayasaing
Penutup:
Rekomendasi Kebijakan
• Peningkatan dayasaing produk pangan dimulai dari perbaikan
manajemen usahatani, peningkatan produktivitas dan inovasi kelembagaan dengan memanfaatkan kearifan dan budaya lokal.
• Perbaikan iklim usaha dapat diwujudukan dengan memperbaiki
sistem insentif baru bagi petani dan pelaku usaha pangan, yang berbasis dan mengandalkan inovasi dan teknologi baru
• Pemerintah wajib memperbaiki infrastruktur pertanian, mencetak
sawah-sawah baru di luar Jawa, apalagi jika harus menuju food
estate, mencegah konversi lahan pangan, memperbaiki sistem
penyuluhan, meningkatkan kapasitas petani dan SDM pertanian.
• Di tingkat kebijakan strategis, tahun 2012 perlu difokuskan pada
penyelesaian RUU Pangan dan RUU PPP (Perlindungan dan pemberdayaan Petani), yang harus bervisi kesejahteraan petani