• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Risiko Kelelahan Kerja pada Operator SPBU di Kecamatan Grogol Kota Cilegon. Mukhlasin*

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Faktor Risiko Kelelahan Kerja pada Operator SPBU di Kecamatan Grogol Kota Cilegon. Mukhlasin*"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Faktor Risiko Kelelahan Kerja pada Operator SPBU

di Kecamatan Grogol Kota Cilegon

Mukhlasin*

Abstrak

Kelelahan adalah kondisi akut yang dimulai dari rasa letih yang mengarah pada kelelahan mental ataupun fisik dan dapat menghalangi seorang untuk melaksanakan fungsinya dalam batas-batas normal.Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan masa kerja, shift kerja, riwayat penyakit dengan kelelahan kerja pada operator SPBU di Kecamatan Grogol Kota Cilegon tahun 2016.Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan sampel 74 operator.Data yang digunakan adalah data sekunder dari SPBU dan data primer yang diperoleh melalui wawancara, kuesioner dan observasi, data dianalisis secara univariat dan bivariat. Dari hasil penelitian diperoleh sebesar 70,3% responden mengalami lelah tinggi dan 29,7% lelah sedang. Hasil analisis bivariat dengan α 5% diperoleh hubungan antara masa kerja dengan kelelahan kerja pada operator SPBU (Pvalue 0,045), terdapat hubungan antara umur dengan kelelahan kerja (Pvalue 0,044). Sedangkan yang tidak berhubungan dengan kelelahan kerja yaitu shift kerja (0,352) dan riwayat penyakit (0,743). Kesimpulan ada hubungan antara masa dan umur dengan kelelahan pada operator SPBU, saran dalam penilitian ini adalah operator SPBU memperhatikan waktu istirahat saat merasakan indikasi kelelahan fisik.

Kata kunci:Kelelahan kerja, operator SPBU.

Abstract

Fatigue is an acute condition which starts from the exhaustion that leads to mental or physical fatigue and can hinder for performing normal functions. The purpose of this study was to determine the relationship years of work, work shift, history of disease with occupational fatigue on the operator gas stations in Grogol Cilegon City Year 2016. The study use crossectional design. The number of sample was 74 operator. Secondary data were used for gas stations record and primary data obtained through interviews, questionnaires, and observations. Data were analyzed by univariate and bivariate. The results show 70.3% respondent has high fatigue and 29.7% moderate fatigue. The results of the bivariate analysis with α 5% acquired two variables associated with fatigue at the gas station operators are years of work (p value 0.045) and age (p value 0.044). While not related to work that shift work fatigue (0.352) and the history of disease (0.743). The Conclusion there is a relationship between years of work and age with fatigue at the gas station operator. The suggestion in this research is the gas station operator noticed the break when he felt physically exhausted indication.

Keywords: Occupational Fatigue, gas stations operator.

(2)

Pendahuluan

Menurut International Labour Organisation (2003), setiap hari rata-rata 6000 orang meninggal akibat sakit dan kecelakaan kerja atau 2,2 juta orang per tahun. Sebanyak 350.000 orang per tahun diantaranya meninggal akibat kecelakaan kerja.Biro Statistik Buruh (Bureau of labour statistic) Amerika melaporkan terdapat 5703 kecelakaan fatal atau 3,9 per 100.000 pekerja di tahun 20061.

Berdasarkan data mengenai kecelakaan kerja yang tercatat di Kompas tahun 2004, di Indonesia setiap hari rata-rata terjadi 414 kecelakaan kerja, 27,8% disebabkan kelelahan yang cukup tinggi. Lebih kurang 9,5% atau 39 orang mengalami cacat.Angka keselamatan kerja di Indonesia masih sangat buruk, yaitu berada pada peringkat 26 dari 27 negara yang diamati. Pada tahun tersebut, terdapat 51.523 kasus kecelakaan kerja yang terdiri dari 45.234 kasus cidera kecil, 1.049 kasus kematian, 317 kasus cacat total dan 54.400 cacat sebagian2.

Pemerintah telah membuat undang-undang NO. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, khususnya pasal 77 sampai dengan pasal 85. Pasal 77 Ayat 1, UU No 13/2003 mewajibkan setiap pengusaha untuk melaksanakan ketentuan jam kerja. Untuk karyawan yang bekerja 6 hari dalam seminggu, jam kerjanya adalah 7 jam dalam 1 hari dan 40 jam dalam seminggu. Sedangkan untuk karyawan dalam 5 hari kerja dalam 1 minggu, kewajiban kerja mereka 8 jam dalam 1 hari dan 40 jam dalam seminggu2.

Berdasarkan data dari PT Jamsostek Kantor Wilayah Banten, pada tahun 2012 tercatat 16.756 kasus kecelakaan kerja yang terjadi di 8 kota/kabupaten se-Banten. Setiap harinya terdapat 69 kasus kecelakaan kerja dengan tiga pekerja cacat dan satu orang meninggal dunia3. Cilegon merupakan Kota Industri yang berkembang pesat, dimana mayoritas penduduk kota Cilegon khususnya Kecamatan Grogol menggunakan kendaraan untuk berpergian baik kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Meningkatnya mobilitas penduduk dan kepemilikan kendaraan bermotor di Kecamatan Grogol menyebabkan kebutuhan bahan bakar meningkat.Hal ini berdampak kepada pola kerja SPBU di Kecamatan Grogol, dimana mempunyai 6 SPBU yang mayoritas melayani konsumen selama 24 jam3.

Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum (SPBU) merupakan prasarana umum yang disediakan oleh PT. Pertamina untuk masyarakat indonesia secara luas guna memenuhi kebutuhan bahan bakar sejenis premium, solar, pertamax, dan pertamax plus. Petugas operator yang ada di SPBU mengalami kelelahan disebabkan karena bekerja yang dilakukan dengan berdiri secara terus menerus untuk mengisi bensin dan terdapat pula sistem shiftkerja yang dimana akan mengakibatkan kelelahan kerja pada petugas operator SPBU. SPBU merupakan salah satu perusahaan yang menjalankan proses produksi secara terus menerus selama 24 jam selama 7 hari dalam seminggu4.

Paparan bahan kimia yang terdapat pada BBM dapat menguap dan terhirup oleh operator SPBU pada saat kegiatan loading BBM yang dapat mengakibatkan pekerja mengalami keluhan kesehatan seperti mual, pusing dan lain-lain.Karbon Monoksida yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor juga dapat menyebabkan keluhan kesehatan pada pekerja. Posisi berdiri statis dalam jangka waktu yang sangat lama dapat menyebabkan kelelahan pekerja seperti yang dijelaskan dalam penilitian Gempur Santoso, operator SPBU mengalami keluhan tertinggi yakni rasa sakit pada bahu kanan (26,08%). Punggung (21,74%). Betis kanan (21,74%) dan tingkat kelelahan sebesar kerja (29,09%)4.

Kelelahan kerja mengandung tiga pengertian, yaitu adanya perasaan lelah, penurunan hasil kerja dan penurunan kesiagaan.Yang semuanya berakibat kepada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh.Rasa lelah pada dasarnya merupakan pesan bahwa tubuh membutuhkan istirahat.Jika tidak dilanjutkan dengan istirahat, kelelahan ini dapat berdampak kepada kemampuan kerja (kerja lambat dan target kerja tidak tercapai), kualitas kerja (banyak kesalahan atau cacat produksi), kecelakaan kerja karena seseorang menjadi tidak awas dan tidak dapat merespon perubahan disekitarnya dengan baik.Salah satu faktor penyebab utama kecelakaan kerja yang disebabkan oleh manusia adalah stres dan kelelahan (fatique). Kelelahan kerja memberi kontribusi 50% terhadap terjadinya kecelakaan kerja 60% kecelakaan di angkatan udara (AU) di Amerika Serikat disebabkan oleh kelelahan5.

Menurut Dewi6, diketahui bahwa responden yang paling banyak mengalami kelelahan adalah

(3)

pekerja yang berusia 25 – 35 tahun yaitu sebanyak 26 responden (55,3%), pada Penelitian ini didapatkan p value 0,180 yang menyatakan tidak adanya hubungan antara usia pekerja dengan kelelahan kerja. Sedangkan pada penelitian lainnya kelelahan banyak dialami oleh pekerja yang berusia diatas 41 tahun dan dibawah 50 tahun yaitu sebesar 31 orang (63,3%), pada penelitian ini didapatkan p value 0,951 yang menyatakan tidak ada hubungan antara usia pekerja dengan kelelahan kerja5. Berdasarkan studi pendahuluan yang dengan cara wawancara kepada 10 operator SPBU menunjukkan bahwa sebanyak 7 responden (70%) mengalami kelelahan, 3 responden (30%) merasa kurang lelah.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko (masa kerja, shift, umur petugas operator, riwayat penyakit) yang mempengaruhi kelelahan kerja pada operator SPBU di Kecamatan Grogol tahun 2016.

Metode Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua operator SPBU di Kecamatan Grogol sebanyak 91 responden, jumlah sampel sebanyak 74 responden dengan teknik pengambilan sampel simple random samplingdengan menggunakan sumber data primer dan sekunder. Analisis data univariat untuk mengetahui gambaran distribusi dengan menampilkan tabel-tabel frekuensi untuk memperoleh gambaran tiap variabel, baik variabel independen maupun variabel dependen. Analisis bivariat dilakukan melalui pengujian statistik menggunakan uji kai kuadrat (chi square test) dengan batas kemaknaan α (alpha) = 5% dan tingkat kepercayaan 95% .

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa dari 74 responden yang memiliki masa kerja sebagai operator SPBU di Kecamatan Grogol tahun 2016, sebanyak 48 pekerja (64,9%) memiliki masa kerja yang berisiko terhadap kelelahan kerja dan 26 pekerja (35,1%) memiliki masa kerja yang tidak berisiko terhadap kelelahan kerja. Sebanyak 23 operator yang bekerja shift pagi, 26 operator yang bekerja shift siang, dan 25 operator yang bekerja shift malam. Umur operator

SPBU yang berisiko sebanyak 51 (68,9%) responden. Sedangkan umur operator SPBU yang tidak berisiko yaitu sebanyak 23 (31,1%) responden. riwayat kesehatan 13 pekerja (17,6%) ada keluhan kesehatan dan 61 pekerja (29,7%) tidak ada keluhan kesehatan.

Berdasarkan Tabel 2, dari 48 operator yang masa kerjanya berisiko, 38 operator (79,2%) mengalami lelah tinggi dan 10 operator (20,8%) yang tidak berisiko mengalami lelah sedang. Sedangkan dari 26 operator yang masa kerjanya tidak berisiko, 14 operator (53,8%) mengalami lelah tinggi dan 12 operator (29,7%) mengalami lelah sedang. Hasil uji statistik menunjukkan Pvalue sebesar 0,045 pada α 5%, artinya ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan kelelahan kerja pada operator SPBU di Kecamatan Grogol tahun 2016. Berdasarkan nilai OR diketahui bahwa operator dengan masa kerja berisiko maka memiliki risiko 3,257 kali lebih besar untuk mengalami lelah tinggi.

Tabel 2 juga menunjukkan dari 23 operator yang bekerja shift pagi yang mengalami lelah tinggi sebanyak 16 operator (69,6%) dan yang mengalami lelah sedang sebanyak 7 operator (30,4%). Sedangkan dari 26 operator yang bekerja shift siang yang mengalami lelah tinggi sebanyak 16 (61,5%) dan yang mengalami lelah sedang sebanyak 10 (38,5%). Dari 25 operator yang bekerja shift malam yang mengalami lelah tinggi sebanyak 20 (80,0) dan yang mengalami lelah sedang sebanyak 5 (20,0%). Hasil uji statistik menunjukkan Pvalue sebesar 0,352 yang artinya pada α 5% tidak ada hubungan yang bermakna antara shift kerja dengan kelelahan kerja pada operator SPBU di Kecamatan Grogol. Berdasarkan Tabel 2 dari 51 operator yang umurnya berisiko, sebanyak 40 operator (798,4%) mengalami lelah tinggi dan 11 operator (21,6) mengalami lelah sedang. Sedangkan dari 23 operator yang umurnya tidak berisiko, 12 operator (52,2,3%) mengalami lelah tinggi dan 11 operator (47,8%) mengalami lelah sedang. Hasil uji statistik menunjukkan pvalue sebesar 0,044 yang artinya pada α 5% ada hubungan yang bermakna antara umur dengan kelelahan kerja pada operator SPBU di Kecamatan Grogol tahun 2016. Berdasarkan nilai OR diketahui bahwa operator dengan umur ≥25 tahun berisiko 3,33 kali lebih besar untuk mengalami lelah tinggi.

Tabel 2 juga menunjukkan dari 13 operator yang mempunyai riwayat penyakit berisiko, 10

(4)

operator (76,9%) mengalami lelah tinggi, dan 3 operator (23,1%) mengalami lelah sedang. Sedangkan dari 61 operator yang tidak mempunyai riwayat penyakit, sebanyak 42 operator (68,9%) mengalami lelah tinggi dan 19 operator (31,3%) mengalami lelah sedang.Hasil uji statistik menunjukkan pvalue sebesar 0,743 yang artinya pada α 5% tidak ada hubungan yang bermakna antara riwayat penyakit dengan kelelahan kerja pada operator SPBU di Kecamatan Grogol.

Masa Kerja

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan kelelahan kerja pada operator SPBU di Kecamatan Grogol Kota Cilegon tahun 2016. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Fatmawati7 dimana hasil analisis uji statistic dengan menggunakan regresi logistic didapatkan Pvalue 0,018, maka pvalue<0,05 sehingga masa kerja berpengaruh terhadap keluhan kelelahan.

Masa kerja merupakan faktor yang berpengaruh terhadap keterampilan dalam melayani customer yang datang ke SPBU. Dan dapat mempengaruhi penurunan aktivitas mental dan fisik, serta kodisi lingkungan yang berarti akan meningkatkan kelelahan kerja. Bertambahnya masa kerja seiring dengan proses adaptasi. Proses adaptasi memberikan efek positif

yaitu dapat menurunkan ketegangan dan peningkatan aktivitas atau kinerja, sedangkan efek negativnya adalah batas ketahanan tubuh yang berlebihan pada proses kerja. Kelelahan kerja mengurangi fungsi psikologi dan fisiologi yang dapat dihilangkan dengan upaya pemulihan7. Tabel 1: Gambaran masa kerja, shift kerja, umur,

riwayat penyakit pada operator SPBU

Variabel Jumlah Persentase

(%) Masa Kerja Berisiko 48 64,9 Tidak Berisiko 26 35,1 Shift Kerja Shift Pagi 23 31,1 Shift Siang 26 35,1 Shift Malam 25 33,8 Usia Berisiko 51 68,9 Tidak Berisiko 23 31,1 Riwayat Penyakit Ada Keluhan 13 17,6

Tidak Ada Keluhan 61 82,4

Sumber : data primer, 2016

Tabel 2:Hubungan antara masa kerja, shift kerja, umur dan riwayat penyakit dengankelelahan kerja padaoperator SPBU diKecamatan Grogol (n=74)

Variabel

Kelelahan Kerja

P value OR

Lelah Tinggi Lelah Sedang Total

Frek % Frek % Frek %

Masa Kerja 0,045 3,257 Berisiko 38 79,2 10 20,8 48 100 Tidak berisiko 14 53,8 12 46,2 26 100 Shift Kerja 0,352 - Shift Pagi 16 69,6 7 30,4 23 100 Shift Siang 16 61,5 10 38,5 26 100 Shift Malam 20 80,0 5 20,0 25 100 Umur 0,044 3,333 ≥25 Tahun 40 78,4 11 21,6 51 100 <25 Tahun 12 52,2 11 47,8 23 100 Riwayat Penyakit 0,743 - Ada Keluhan 10 76,9 3 23,1 13 100

Tidak Ada Keluhan 42 68,9 19 31,3 61 100

(5)

Shift Kerja

Faktor jenis kelamin pada operator SPBU sangat penting terutama dalam menentukan tugas dan waktu pembagian jadwal kerja shift.Untuk pekerja perempuan diberi tugas jaga pada waktu siang hari sedangkan pekerja laki-laki diberi tugas jaga siang dan malam.Perbedaan inilah yang bisa menyebabkan perbedaan tingkat kelelahan yang dialami oleh pekerja berdasarkan jenis kelamin. Jumlah total operator berdasarkan jenis kelamin bahwa sebagian besar operator adalah laki-laki yaitu sebanyak 54 dan perempuan sebanyak 16.

Pekerja operator baik laki-laki maupun perempuan dalam bekerja memiliki waktu jeda untuk istirahat yang cukup.Pada saat kendaraan kosong, maka pekerja bisa sambil istirahat dan melepas lelah sehingga bisa megurangi kelelahan.Selain itu beban kerja operator termasuk ringan, jadi meskipun berbeda jenis kelamin tapi para pekerja bisa melakukan pekerjaan dengan maksimal8. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Ambar8, shift pagi dan shift malam yang dilakukan dari 24 orang responden terdapat 22 (91,7%) responden yang mengalami kelelahan dengan kategori lelah dan 2 (8,3%) responden dengan kategori kurang lelah.

Penerapan shift kerja dapat terpapar berbagai risiko gangguan kesehatan. Keadaan ini dikarenakan penerapan shift kerja yang dapat mengakibatkan perubahan circadian rhythms yang dapat berkembang menjadi gangguan tidur dan kelelahan kerja. Bekerja secara terus menerus akan menimbulkan permasalahan tersendiri terutama yang berkaitan dengan kesehatan badan dan daya kerja, hal ini dikarenakan setelah bekerja fungsi fisiologis tubuh terjadi penurunan atau fungsi jasmani berada dalam fase istirahat. Apabila kondisi ini berlangsung dalam jangka waktu yang lama dapat berakibat pada kelelahan fisik, penurunan denyut nadi jantung, penurunan tekanan darah, dan menurunnya kemampuan mental8.

Umur Operator SPBU

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara umur dengan kelelahan kerja pada operator SPBU di Kecamatan Grogol tahun 2016. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Andingsari9 yang menyatakan bahwa dari 22 responden kategori umur tua terdapat 21 responden (95,45%) yang

mengalami kelelahan yaitu dan hanya ada 1 responden (4,55%) yang tidak mengalami kelelahan.

Tarwaka10menyatakan bahwa pada umumnya keluhan kesehatan mulai dirasakan pada usia kerja, yaitu 25-65 tahun. Keluhan pertama dirasakan pada usia 35 tahun dan tingkat keluhan akan terus meningkat sejalan dengan kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun sehingga risiko terjadinya keluhan kesehatan akan meningkat. Proses menjadi tua disertai kurangnya kemampuan untuk bekerja oleh karena perubahan-perubahan pada organ tubuh, sistem kardiovaskuler, hormonal dan lain lain.

Umur berkaitan dengan kelelahan karena pada usia yang meningkat akan diikuti dengan proses degenerasi dari organ sehingga dalam hal ini kemampuan organ akan menurun. Dengan adanya penurunan kemampuan organ, maka hal ini akan menyebabkan tenaga kerja akan semakin mudah mengalami kelelahan10.

Riwayat Penyakit Operator SPBU

Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara riwayat penyakit dengan kelelahan kerja pada operator SPBU di Kecamatan Grogol tahun 2016. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Dwi11 yang menunjukan bahwa responden yang memiliki keluhan terdapat 53,3 %. Penelitian ini juga menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara keluhan kesehatan dengan kelelahan akibat kerja.Faktor tenaga kerja seperti kondisi kesehatan mempengaruhi tingkat kelelahan yang terjadi pada pekerja. Tingkat kesehatan terbagi menjadi dua, yaitu tingkat kesehatan fisik dan tingkat kesehatan psikologis atau mental.Kesehatan mental ataupun psikologis juga mempengaruhi kelelahan kerja.Manusia memiliki pikiran-pikiran dan pertimbangan.Salah satu pikiran yang selalu mengganggu adalah kekhawatiran dimana kekhawatiran ini meningkat dan menjadi tegangan pikiran yang mengakibatkan pekerja yang bersangkutan menjadi sakit.Tekanan hidup juga tercermin dalam pekerjaannya misalnya perlambatan kerja ataupun kerusakan alat.

Gizi yang tepat dan kondisi fisik yang baik memberikan pengaruh yang sangat penting pada efek dari kelelahan.Makan yang cukup dan seimbang pada siang hari dan sebelum tidur secara signifikan mempengaruhi kewaspadaan

(6)

dan kualitas tidur.Menjaga kesehatan dan kondisi berat badan tidak hanya meningkatkan stamina, tetapi juga dapat mengurangi kemungkinan dalam gangguan tidur11.

Simpulan dan Saran

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa sebagian besar operator SPBU Kecamatan Grogol Kota Cilegon tahun 2016mengalami lelah tinggi sebanyak 70,3%. Ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dan umur dengan kelelahan kerja operator SPBU.

Untuk mengurangi kelelahan kerja pada operator SPBU selama bekerja dapat diperhatikan waktu untuk istirahat atau jeda saat merasakan indikasi kelelahan fisik karena posisi kerja yang berdiri secara terus menerus akan menyebabkan kelelahan kerja.Pemeriksaan kesehatan berkala dilaksanakan untuk semua pekrja yang berumur ≥ 25 tahun dalam jangka waktu 6 bulan sekali dengan maksud untuk meningkatkan derajat kesehatan.

Referensi

1. ILO. Jumlah kecelakaan kerja 2015. 2015. 2. Australian Safety And Compertation Causil.

kelelahan kerja dan gejala kelelahankerja. http://repository.usu.ac.id/bitstram/123456789/ 4/chapter. 2006.

3. Radar Banten. PT. Jamsostek Kantor Wilayah Banten. Kasus kecelakaan kerja. 2012

4. PT Pertamina. Standard Operasi dan Prosedur Pengelolaan SPBU. Edisi I. Jakarta. 2004. 5. Sedamaryanti. Faktor penyebab kelelahan

kerja 2006. Jakarta. 2009.

6. Dewi P. Perbedaan kelelahan kerja pada perawat shift malam di ICU dan ruang Arrijal di rumah sakit haji”. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 2008.

7. Fatmawati. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan. Universitas Airlangga. 2015 8. Ambar. Faktor penyebab kelelahan kerja

2006. Yogyakarta. 2009.

9. Adiningsari P. Kelelahan dalam mengemudi dan klasifikasi kelelahanberdasarkan faktor penyebab. Jakarta: FKM Universitas Indonesia. 2013.

10. Tarwaka. Dasar-Dasar Keselamatan Kerja serta Pencegahan Kecelakaan di Tempat Kerja. 2010.

11. Dwi W.Hubungan antara riwayat penyakit, asupan protein dan faktor-faktor lain dengan status gizi peserta posyandu lansia di kecamatan grogol pertamburan Jakarta Barat. Jakarta. 2012.

Gambar

Tabel  2:Hubungan  antara  masa  kerja,  shift  kerja,  umur  dan  riwayat  penyakit  dengankelelahan  kerja  padaoperator SPBU diKecamatan Grogol (n=74)

Referensi

Dokumen terkait

Kelelahan kerja dapat disebabkan karena kemampuan kerja yang tiap pekerja berbeda-beda tergantung dari karakteristik pekerja. Lingkungan kerja fisik terutama

Berdasarkan kondisi itu maka akan dilakukan penelitian dengan tujuan untuk menganalis hubungan status gizi, kecukupan energi dan aktifitas fisik dengan

Dengan memanjat rasa syukur atas segala nikmat dan rahmat –Nya hingga skripsi yang berjudul ” FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KELELAHAN KERJA PADA PEMBUAT TAHU

Seseorang yang bekerja dengan baik dipengaruhi oleh lama kerjanya dimana kemampuan fisik akan berangsur menurun dengan bertambahnya masa kerja akibat kelelahan

Sedangkan mengenai hubungan masa kerja terhadap kelelahan diperoleh bahwa responden yang mengalami kelelahan, keluhan tertinggi dialami oleh tenaga kerja dengan masa

Tak hanya itu, hasil distribusi frekuensi Masa Kerja responden juga menunjukkan bahwa pekerja SPBU bagian operator di Kecamatan Percut Sei Tuan sebanyak 66 orang pekerja 75% bekerja

Kemudiah hasil uji antara kelelahan kerja dengan status gizi didapatkan p value 0,194 P>0,05 sehingga tidak ada hubungan antara status gizi dengan kelelahan kerja pada karyawan laundry