• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. Kompos merupakan hasil dari pelapukan bahan-bahan berupa dedaunan,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. Kompos merupakan hasil dari pelapukan bahan-bahan berupa dedaunan,"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Kompos

Kompos merupakan hasil dari pelapukan bahan-bahan berupa dedaunan,

jerami, alang-alang, rumput, kotoran hewan, sampah kota dan sebagainya. Proses pelapukan bahan-bahan tersebut dapat dipercepat melalui bantuan

manusia. Secara garis besar, membuat kompos berarti merangsang perkembangan bakteri (jasad-jasad renik) untuk menghancurkan atau menguraikan bahan- bahan yang dikomposkan hingga terurai menjadi senyawa lain. Proses penguraian tersebut mengubah unsur hara yang terikat dalam senyawa organik

sukar larut menjadi senyawa organik larut sehingga berguna bagi tanaman (Marsono dan Lingga, 2004).

Kandungan zat hara dalam kompos terdiri dari karbon 8,2%, nitrogen 0,09%, fosfor 0,36%, kalium 0,81%, komponen kompos terdiri dari cairan 41% dan bahan kering 59%. Kadar C/N dalam kompos umumnya 23. C/N merupakan perbandingan karbon dan nitrogen. Pupuk dengan C/N yang tinggi kurang baik diberikan ke tanaman karena proses peruraian selanjutnya akan terjadi di dalam tanah. CO2 yang dihasilkan dari peruraian tersebut akan berpengaruh kurang baik terhadap pertumbuhan tanaman (Prihmantoro, 2003).

Kualitas kompos sangat ditentukan oleh tingkat kematangan kompos, disamping kandungan logam beratnya. Bahan organik yang tidak terdekomposisi secara sempurna akan menimbulkan efek yang merugikan bagi pertumbuhan tanaman. Penambahan kompos yang belum matang ke dalam tanah dapat menyebabkan terjadinya persaingan bahan nutrien antara tanaman dan

(2)

mikroorganisme tanah. Keadaan ini dapat mengganggu pertumbuhan tanaman (Sutanto, 2002).

Pengomposan merupakan proses perombakan (dekomposisi) dan stabilisasi bahan organik oleh mikroorganisme dalam keadaan lingkungan yang terkendali (terkontrol) dengan hasil akhir berupa humus dan kompos

(Simamora dan Salundik, 2006).

Prinsip pengomposan adalah menurunkan nilai nisbah C/N bahan organik menjadi sama dengan nisbah C/N tanah. Nisbah C/N adalah hasil perbandingan antara karbohidrat dan nitrogen yang terkandung di dalam suatu bahan. Nilai nisbah C/N tanah adalah 10-12. Bahan organik yang memiliki nisbah C/N sama dengan tanah memungkinkan bahan tersebut dapat diserap oleh tanaman (Djuarnani et al, 20005).

Pupuk Organik

Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa organisme hidup. Pupuk organik yang sering digunakan adalah pupuk kandang dan kompos.

Rachman Sutanto (2002) mengemukakan bahwa secara garis besar keuntungan yang diperoleh dengan memanfaatkan pupuk organik adalah mempengaruhi sifat fisik, kimia dan biologis tanah.

Pupuk kandang ayam broiler mempunyai kadar hara P yang relatif lebih tinggi dari pupuk kandang lainnya. Kadar hara ini sangat dipengaruhi oleh jenis konsentrat yang diberikan. Selain itu pula dalam kotoran ayam tersebut tercampur sisa-sisa makanan ayam serta sekam sebagai alas kandang yang dapat menyumbangkan tambahan hara ke dalam pupuk kandang terhadap sayuran. Beberapa hasil penelitian aplikasi pupuk kandang ayam selalu memberikan respon tanaman yang terbaik pada musim pertama. Hal ini terjadi karena pupuk kandang

(3)

ayam relatif lebih cepat terdekomposisi serta mempunyai kadar hara yang cukup pula dibandingkan dengan jumlah unit yang sama dengan pukan lainnya (Hartatik dan Widowati, 2008).

Pupuk organik dapat menambah kandungan bahan organik tanah dan memperbaiki sifat fisik maupun biologi tanah. Terhadap tanah, bahan organik dapat meningkatkaan kemantapan agregat, infiltrasi, daya menahan air, meningkatkan jumlah pori makro dan mikro serta merupakan sumber energi bagi kegiatan biologis tanah (Sarief, 1986). Lebih lanjut, pengaruh pupuk tersebut akan lebih berhasil bagi tanaman apabila memperhatikan dosis, macam, dan waktu pemberian.

Tiap jenis tanaman mempunyai kebutuhan unsur hara yang berrbeda. Tanaman keras (tahunan) lebih banyak mengambil unsur hara yang berbeda. Tanaman keras lebih banyak mengambil unsur hara dibanding tanaman semusim (legum maupun rumputan). Tanaman legum dapat memfiksasi N melalui simbiosis dengan bakteri Rhizobium, sedangkan rerumputan menyerap N dari dalam tanah. Unsur utama yang dibutuhkan tanaman adalah N, P, dan K. Tanaman yang kekurangan ketiga unsur ini akan mengalami gejala defisiensi yang terlihat pada organ tanaman (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Pemupukan dengan pupuk organik hendaknya dilakukan bersamaan pada saat pengolahan tanah itu dikerjakan, yakni satu minggu sebelum tanaman ditanam. Pupuk organik sangat bermanfaat dalam perbaikan tekstur tanah, dan memperbaiki kemampuan menahan air. Pada umumnya, leguminosa memerlukan unsur P, sedangkan rumput tropis lebih peka terhadap pemupukan unsur N. Untuk

(4)

bisa memperoleh pemupukan yang optimal perlu diketahui unsur hara dalam tanah, keasaman, tekstur tanah, sifat tanah (AAK, 1992).

Kualitas pupuk organik harus memenuhi standar mutu atau persyaratan teknis minimal pupuk organik. Persyaratan teknis minimal pupuk organik dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Persyaratan teknis minimal pupuk organik

No. Parameter Kandungan

Padat Cair 1. C-organik >12% 4,5 2. C/N ratio 12-25% - 3. pH 4-8 4-8 4. P2O5 <5% <5% 5. K2O <5% <5%

Sumber : SNI Nomor 19-0428-1989

Penggunaan kompos sebagai pupuk sangat baik karena dapat memberikan beberapa manfaat diantaranya menyediakan unsur hara mikro bagi tanaman, menggemburkan tanah, memperbaiki struktur dan tekstur tanah, meningkatkan daya ikat tanah terhadap air, memudahkan pertumbuhan akar tanaman, menghemat pemakaian pupuk kimia (Hadisumitro, 2009).

Ada dua mekanisme proses pengomposan berdasarkan ketersediaan oksigen bebas, yakni pengomposan secara aerob dan anaerob.

Pengomposan secara Aerob

Pada pengomposan secara aerob, oksigen mutlak dibutuhkan. Mikroorganisme yang terlibat dalam proses pengomposan membutuhkan oksigen dan air untuk merombak bahan organik dan mengasimilasikan sejumlah karbon, nitrogen, fosfor, belerang, dan unsur lainnya untuk sintesis protoplasma sel tubuhnya (Simamora dan Salundik, 2006).

(5)

Dalam sistem ini, kurang lebih 2/3 unsur karbon (C) menguap menjadi CO2 dan sisanya 1/3 bagian bereaksi dengan nitrogen dalam sel hidup. Selama proses pengomposan aerobik tidak timbul bau busuk. Selama proses pengomposan berlangsung akan terjadi reaksi eksotermik sehingga timbul panas akibat pelepasan energi (Sutanto, 2002).

Hasil dari dekomposisi bahan organik secara aerobik adalah CO2, H2O (air), humus, dan energi. Proses dekomposisi bahan organik secara aerobik dapat disajikan dengan reaksi sebagai berikut :

Mikroba aerob

Bahan organik CO2 + H2O + Humus + Hara + Energi (Djuarnani et al, 2005).

Pengomposan secara Anaerob

Dekomposisi secara anaerob merupakan modifikasi biologis pada struktur kimia dan biologi bahan organik tanpa kehadiran oksigen (hampa udara). Proses ini merupakan proses yang dingin dan tidak terjadi fluktuasi temperature seperti yang terjadi pada proses pengomposan secara aerobik . Namun, pada proses anaerobik perlu tambahan panas dari luar sebesar 300 ̊C (Djuarnani et al, 2005).

Pengomposan anaerob akan menghasilkan gas metan (CH4), karbondioksida (CO2), dan asam organik yang memiliki bobot molekul rendah seperti asam asetat, asam propionat, asam butirat, asam laktat, dan asam suksinat. Gas metan bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif (biogas). Sisanya berupa lumpur yang mengandung bagian padatan dan cairan. Bagian padatan ini yang disebut kompos. Namun, kadar airnya masih tinggi sehingga sebelum digunakan harus dikeringkan (Simamora dan Salundik, 2006).

(6)

Kandungan zat hara dalam kompos terdiri dari karbon 8,2%, nitrogen 0,09%, fosfor 0,36%, kalium 0,81%, komponen kompos terdiri dari cairan 41% dan bahan kering 59%. Kadar C/N dalam kompos umumnya 23. C/N merupakan perbandingan karbon dan nitrogen. Pupuk dengan C/N yang tinggi kurang baik diberikan ke tanaman karena proses peruraian selanjutnya akan terjadi di dalam tanah. CO2 yang dihasilkan dari peruraian tersebut akan berpengaruh kurang baik terhadap pertumbuhan tanaman (Prihmantoro, 2003).

Manure Ayam

Manure ayam merupakan salah satu limbah yang dihasilkan baik ayam petelur maupun ayam pedaging yang memiliki potensi yang besar sebagai pupuk organik. Komposisi kotoran sangat bervariasi tergantung pada sifat fisiologis ayam, ransum yang dimakan, lingkungan kandang termasuk suhu dan kelembaban. Kotoran ayam merupakan salah satu bahan organik yang berpengaruh terhadap sifat fisik, kimia dan pertumbuhan tanaman. Kotoran ayam mempunyai kadar unsur hara dan bahan organik yang tinggi serta kadar air yang rendah. Setiap ekor ayam kurang lebih menghasilkan ekskreta per hari sebesar 6,6% dari bobot hidup (Taiganides, 1977). Kotoran ayam memiliki kandungan unsur hara N 1%, P 0,80%, K 0,40% dan kadar air 55% (Lingga, 1986).

Kotoran ternak bermanfaat bagi tanaman. Di dalam kotoran ternak terdapat zat-zat yang dapat dimanfaatkan bagi pertumbuhan tanaman. Kandungan hara dalam kotoran ternak yang penting untuk tanaman antara lain unsur nitrogen (N), phospor (P), dan kalium (K). Ketiga unsur ini memiliki fungsi yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. Unsur nitrogen (N) berfungsi untuk merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, terutama batang tanaman.

(7)

Unsur phospor (P) bagi tanaman lebih banyak berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar tanaman muda. Unsur kalium (K) berperan dalam membentuk protein dan karbohidrat bagi tanaman (Setiawan, 1996).

Tabel 1. Jenis dan kandungan hara pada beberapa kotoran ternak Ternak dan Bentuk Kotoran Nitrogen

(%) Fosfor (%) Kalium (%) Air (%) Kuda-padat 0,55 0,30 0,40 75 Kuda-cair 1,40 0,02 1,60 90 Kerbau-padat 0,60 0,30 0,34 85 Kerbau-cair 1,00 0,15 1,50 92 Sapi-padat 0,40 0,20 0,10 85 Sapi-cair 1,00 0,50 1,50 92 Kambing-padat 0,60 0,30 0,17 60 Kambing-cair 1,50 0,13 1,80 85 Domba-padat 0,75 0,50 0,45 60 Domba-cair 1,35 0,05 2,10 85 Babi-padat 0,95 0,35 0,40 80 Babi-cair 0,40 0,10 0,45 87

Ayam-padat dan cair 1,00 0,80 0,40 55

Sumber : Affandi (2008)

Hasil analisis yang dilakukan oleh Suryani et al (2010), bakteri yang ditemukan pada kotoran ternak ayam antara lain Lactobacillus achidophilus, Lactobacillus reuteri, Leuconostoc mensenteroide dan Streptococcus thermophilus, sebagian kecil terdapat Aktinomycetes dan kapang. Raihan (2000), menyatakan bahwa penggunaan bahan organik kotoran ayam mempunyai beberapa keuntungan antara lain sebagai pemasok hara tanah dan meningkatkan retensi air. Apabila kandungan air tanah meningkat, proses perombakan bahan organik akan banyak menghasilkan asam-asam organik. Anion dari asam organik dapat mendesak fosfat yang terikat oleh Fe dan Al sehingga fosfat dapat terlepas dan tersedia bagi tanaman. Penambahan kotoran ayam berpengaruh positif pada tanah masam berkadar bahan organik rendah karena pupuk organik mampu

(8)

meningkatkan kadar P, K, Ca dan Mg tersedia. Pengaruh Pupuk Terhadap Kesuburan Tanah

Penggunaan kompos sebagai pupuk sangat baik karena dapat memberikan beberapa manfaat diantaranya menyediakan unsur hara mikro bagi tanaman, menggemburkan tanah, memperbaiki struktur dan tekstur tanah, meningkatkan daya ikat tanah terhadap air, memudahkan pertumbuhan akar tanaman, menghemat pemakaian pupuk kimia (Hadisumitro, 2009).

Bahan organik tanah merupakan salah satu bahan pembentuk agregat tanah, yang mempunyai peran sebagai bahan perekat antar partikel tanah untuk bersatu menjadi agregat tanah, sehingga bahan organik penting dalam pembentukan struktur tanah. Pengaruh bahan organik terhadap sifat fisika tanah yang lain adalah terhadap peningkatan porositas tanah. Porositas tanah adalah ukuran yang menunjukkan bagian tanah yang tidak terisi bahan padat tanah yang terisi oleh udara dan air (Atmojo, 2013).

Proses Mekanisme Penyerapan Unsur Hara

Tanaman dapat menyerap unsur hara melalui akar atau melalui daun. Unsur C dan O diambil tanaman dari udara sebagai CO2 melaui stomata daun dalam proses fotosintesis. Unsur H diambil dari air tanah H2O oleh akar tanaman. Dalam jumlah sedikit air juga diserap tanaman melalui daun. Penelitian dengan unsur radioaktif menunjukkan bahwa hanya unsur H dari air yang digunakan

tanaman, sedang oksigen dalam air tersebut dibebaskan sebagai gas (Donahue et al, 1977).

(9)

Gambar 1. Mekanisme pengikatan nitrogen

Nitrogen adalah unsur yang diperlukan untuk membentuk senyawa penting di dalam sel, termasuk protein, DNA dan RNA. Tanaman harus mengekstraksi kebutuhan nitrogennya dari dalam tanah. Sumber nitrogen yang terdapat dalam tanah, makin lama makin tidak mencukupi kebutuhan tanaman, sehingga perlu diberikan pupuk sintetik yang merupakan sumber nitrogen untuk mempertinggi produksi. Keinginan menaikkan produksi tanaman untuk mencukupi kebutuhan pangan, berakibat diperlukannya pupuk dalam jumlah yang banyak (Dewi, 2007).

Kulit Kopi

Kuli buah kopi termasuk kategori limbah basah (wet byproducts) karena masih mengandung kadar air 75-80%, sehingga dapat rusak dengan cepat apabila tidak segera diproses. Perlakuan melalui pengeringan membutuhkan biaya yang relatif tinggi, sehingga perlu dikembangkan melalui teknologi alternatif lain agar produk tersebut dapat dimanfaatkan lebih efisien (Simanihuruk dan Sirait, 2010).

(10)

Gambar 2. Kulit kopi

Limbah kulit kopi merupakan limbah pabrik yang dapat dijadikan alternatif sebagai pupuk organik yang jarang sekali dimanfaatkan, padahal limbah kulit kopi mempunyai kandungan unsur makro yang sangat baik bagi tanaman. Diantarnya yaitu nitrogen, fosfor dan kalium sehingga limbah kulit kopi ternyata dapat memperbaiki kesuburan tanah, merangsang pertumbuhan akar, batang dan daun (Haryani, 2012).

Sebagai limbah padat industri kopi, kulit kopi berpotensi untuk digunakan sebagai sumber bahan organik tanah dengan syarat telah dikomposkan terlebih dahulu. Hal ini mengingat bahwa rasio C/N kulit buah kopi sekitar 40, sedangkan untuk kulit tanduk kopi sekitar 140, yang merupakan angka yang sangat tinggi bila dibandingkan dengan rasio C/N tanah 10-20. Pengomposan limbah padat mesti dilakukan untuk menghindari pengaruh negatifnya terhadap tanaman akibat rasio C/N bahan yang tinggi, disamping untuk mengurangi volume bahan agar memudahkan dalam aplikasi serta mengurangi pencemaran lingkungan.

(11)

Tabel 2. Kandungan zat gizi kulit kopi

Zat Nutrisi Kandungan (%)

Tanpa diamoniasi Kandungan (%) Setelah diamoniasi Bahan Kering 90,52 94,85 Lemak Kasar 1,31 1,93 Serat Kasar 34,11 27,52 Protein Kasar 6,27 8,67 Abu 7,54 8,47 Kadar Air 9,48 5,15

Sumber: Hasil Analisa Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Program Studi Peternakan FP USU (2010)

MOD-71

MOD-71 merupakan bioaktivator berbentuk cairan yang mengandung isolat asli alam Indonesia, seperti Azotobacter, Bacillus, Nitromonas, Nitrobacter, Pseudomonas, Chytophaga, Sporocytophaga, Micrococcus, Actinomycetes, Streptomyces, sedangkan dari jenis fungi adalah Trichoderma, Aspergillus Gliocladium dan Penicilium (Utomo, 2009).

MOD berfungsi dalam proses fermentasi dan dekomposisi bahan organik. MOD juga bermanfaat dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, menyediakan unsur hara yang diperlukan tanaman, menyehatkan tanaman, meningkatkan produksi tanaman, menjaga kestabilan produksi (Indriani, 1999).

Fermentasi

Fermentasi adalah segala macam proses metabolisme dengan bantuan dari enzim mikrobia (jasad renik) untuk melakukan oksidasi, reduksi, hidrolisa, dan reaksi kimia lainnya, sehingga terjadi perubahan kimia pada suatu substrat organik dengan menghasilkan produk tertantu. Fermentasi merupakan proses biokimia yang menyebabkan perubahan sifat bahan pangan sebagai akibat dari

(12)

Fermentasi juga sering didefinisikan sebagai pemecahan karbohidrat dan asam amino secara anaerob yaitu tanpa memerlukan oksigen. Senyawa yang dapat dipecah dalam proses fermentasi terutama adalah karbohidrat, sedangkan asam amino dapat difermentasikan oleh beberapa janis bakteri tertentu (Adams, 2000). Indigofera zollingeriana

Hijauan

Makanan hijauan adalah semua bahan makanan yang berasal dari tanaman dalam bentuk daun-daunan. Termasuk kelompok makanan hijauan ini ialah bangsa rumput (graminae), leguminosa dan hijauan dari tumbuh-tumbuhan lain seperti daun nangka, aur, daun waru, dan lain sebagainya. Kelompok makanan hijauan ini biasanya disebut makanan kasar. Hijauan sebagai bahan makanan ternak bisa diberikan dalam dua bentuk, yaitu hijauan segar dan hijauan kering. 1. Hijauan segar ialah makanan yang berasal dari hijauan yang diberikan dalam

bentuk segar. Termasuk hijauan segar ialah rumput segar, lguminosa segar dan silase.

2. Hijauan kering ialah makanan yang berasal dari hijauan yang sengaja dikeringkan (hay) ataupun jerami kering.

Sebagai makanan ternak, hijauan memegang peranan penting, sebab hijauan mengandung hampir semua zat yang diperlukan hewan. Khususnya di Indonesia, bahan makanan hijauan memegang peranan istimewa karena bahan tersebut diberikan dalam jumlah besar (AAK, 1983).

Legum merupakan jenis hijauan yang bijinya berkeping dua. Pada umumnya legum mengandung protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan graminae. Pemanfaatan legum sebagai hijauan pakan tidak boleh diremehkan

(13)

karena ia mampu menyuplai kebutuhan protein ternak. Selain itu, tanaman legum juga banyak memeiliki manfaat lain yaitu sebagai penyubur tanah, sebagai penyuplai nitrogen bagi rumput, dan sebagai tanaman vegetasi pencegah erosi (Hasan, 2012).

Deskripsi Tanaman Indigofera

Indigofera Sp adalah hijauan pakan jenis leguminosa pohon yang memiliki kualitas nutrisi yang tinggi dan tahan terhadap kekeringan, sehingga dapat menjadi sumber pakan pada musim kemarau. Jenis rumput ini sangat cocok untuk dikembangkan di propinsi Nusa Tenggara Timur yang memiliki curah hujan yang sangat rendah yaitu 3 (tiga) bulan basah, selebihnya adalah musim kering. Indigofera Sp merupakan tanaman dari kelompok kacangan (family : Fabaceae) dengan genus Indigofera dan memiliki 700 spesies yang tersebar di Benua Afrika, Asia dan Amerika Utara. Sekitar tahun 1900 Indigofera sp dibawa ke Indonesia, oleh kolonial Eropa serta terus berkembang secara luas (Tjelele, 2006). Tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak yang kaya akan nitrogen, fosfor dan kalsium. Indigofera Sp mengandung pigmen indigo, yang sangat penting untuk pertanian komersial pada daerah tropik dan sub tropik, selanjutnya dapat digunakan sebagai hijauan pakan ternak dan suplemen kualitas tinggi untuk ternak ruminansia (Haude, 1997).

Indigofera sp. sangat baik dimanfaatkan sebagai hijauan pakan ternak dan mengandung protein kasar 27,9%, serat kasar 15,25%, kalsium 0,22% dan fosfor 0,18%. Legum Indigofera Sp. memiliki kandungan protein yang tinggi, toleran terhadap musim kering, genangan air dan tahan terhadap salinitas (Hassen et al.,

(14)

serat yang relatif rendah dan tingkat kecernaan yang tinggi 77% tanaman ini sangat baik sebagai sumber hijauan baik sebagai pakan dasar maupun sebagai pakan suplemen sumber protein dan energi, terlebih untuk ternak dalam status produksi tinggi (laktasi). Karena toleran terhadap kekeringan, maka Indigofera Sp. dapat dikembangkan di wilayah dengan iklim kering untuk mengatasi terbatasnya ketersediaan hijauan terutama selama musim kemarau. Keunggulan lain tanaman ini adalah kandungan tanninnya sangat rendah berkisar antara 0,6-1,4 ppm (jauh di bawah taraf yang dapat menimbulkan sifat anti nutrisi). Rendahnya kandungan tannin ini juga berdampak positif terhadap palatabilitasnya (disukai ternak) (BBPP Kupang, 2013).

Klasifikasi Indigofera

Klasifikasi tanaman Indigofera sp. (Hassen et al., 2007) sebagai berikut: Divisi: Spermatophyta, Subdivisio :Angiospermae, Class :Dicotyledonae, Family: Rosales, Subfamily : Leguminosa, Genus: Indigofera, Spesies: Indigofera zollingeriana. Menurut Ngo van Man et al. (1995) laju pertumbuhan Indigofera Sp. pada tanah masam dengan pH 4,5-5,0, lebih cepat sebesar 9,8 cm per dua minggu, dari pada Leucaena Sp. sebesar 7,8 cm per dua minggu. Sedangkan laju pertumbuhan tanaman paling lambat adalah, Desmodium dan Flemingia congesta berturut-turut Sebesar 4,8 dan 4,5 cm per dua minggu. Pertumbuhan Indigofera. zollingeriana pada tanah latosol coklat pH 6,8 (netral) dengan kondisi kapasitas lapang (kontrol) dan cekaman kekeringan sedang (moderate drought stress) tidak ada perbedaan. Laju pertumbuhan mengalami sedikit penurunan selama cekaman kekeringan berat (severe drought stress) pada umur tanaman enam bulan, sehingga dikategorikan tanaman toleran terhadap cekaman kekeringan

(15)

(Herdiawan, 2013). Indigofera sp. memiliki toleransi yang luas terhadap tanah masam, salin, genangan dan cekaman kekeringan (Yuhaeni, 1989).

Kandungan Nutrisi Indigofera zollingeriana.

Leguminosa pohon Indigofera Sp. dapat digunakan sebagai pakan basal ternak kambing pengganti rumput. Taraf penggunaan Indigofera sp. sebagai pakan basal berkisar antara 25-75% dari total BK pakan (Simanihuruk & Sirait 2009). Pemanfaatan pelet Indigofera sp. Sebagai pengganti konsentrat pada taraf 40% dari total ransum yang diberikan pada kambing Saanen dan PE dapat memperbaiki efisiensi pemanfaatan nutrien menjadi produk susu. Hal ini dapat dilihat dari jumlah konsumsi pakan harian, peningkatan nilai kecernaan pakan, serta peningkatan produksi susu harian kambing PE laktasi ke-2 dan kambing Saanen laktasi ke-3 (Apdini, 2011). Akbarillah et al. (2010) melaporkan bahwa penggunaan daun Indigofera segar 15% menurunkan konsumsi pakan, produksi telur, berat telur dan menaikkan konversi pakan. Penggunaan Indigofera segar 10% masih baik pengaruhnya terhadap produksi telur, berat telur dan perbaikan warna yolk. Hassen et al. (2007) menyatakan bahwa Indigofera memiliki palatabilitas yang rendah pada musim hujan, tetapi akan meningkat setelah akhir musim kering ketika tajuk kedua siap untuk dipanen.

Table 3. Komposisi Nutrisi Indigofera Sp.

Nutrisi Komposisi Bahan Kering 21,97 % Abu 6,41 % Protein Kasar 24,17 % NDF 54,24 % ADF 44,69 %

(16)

Pemupukan

Pemupukan merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan kapasitas produksi tanah. Pupuk yang digunakan dapat berupa pupuk organik, pupuk anorganik, ataupun campuran keduanya. Menurut Sutejo (1995), penggunaan pupuk organik biasanya ditujukan untuk memperbaiki sifat fisik, dan biologi tanah. Walaupun kandungan unsur hara dalam pupuk organik relatif lebih kecil dibanding pupuk anorganik namun bila sifat fisik menjadi baik maka sifat kimia tanah pun akan berubah.

Tujuan pemupukan ialah meningkatkan pertumbuhan dan mutu hasil. Oleh karena itu, pupuk diberikan pada saat tanaman membutuhkan pupuk agar diperoleh keuntungan yang maksimal (Moenandir, 2004).

Gambar

Tabel 4. Persyaratan teknis minimal pupuk organik
Tabel 1. Jenis dan kandungan hara pada beberapa kotoran ternak  Ternak dan Bentuk Kotoran  Nitrogen
Gambar 1. Mekanisme pengikatan nitrogen
Gambar 2. Kulit kopi
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kondisi optimal pemisahan dengan KCKT- Preparatif optimal diperoleh pada konsentrasi sampel 3000 ppm dengan komposisi fase gerak campuran Metanol:Air (7:3), serta

[r]

Kepuasan Kerja mempunyai hubungan positif dan signifikan dengan Prestasi Kerja Karyawan, demikian juga Komitmen Organisasi mempunyai hubungan yang positif dan signifikan

Nifaq I’tiqadi (keyakinan atau aqidah, yaitu nifaq besar di mana pelakunya menampakkan keislaman, tetapi menyembunyikan kekufuran. Jenis ini seseorang akan keluar dari agama dan

Pengembangan bahan ajar tematik berbasis islam & kearifan lokal ini didasari oleh penelitian yang dilakukan oleh Alexon &Sukmadinata 2010 yang menghasilkan dalil-dalil yaitu :

1) Makna denotasi sebagai sarana penyampaian pesan secara tidak eksplisit. Pada buku novel grafis Batman: The Killing Joke , sebuah lelucon satire di gunakan sebagai

Berapa dimensi saluran tepi ( drainase ) yang diperlukan jika jalan tersebut diperlebar.. Berapa anggaran biaya total yang diperlukan untuk melaksanakan

Awalnya masyarakat tersebut adalah pekerja Perum Perhutani, namun setelah Perum Perhutani habis masa kontraknya di Kabupaten Sumbawa, mereka tetap bertahan di