• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT UJI GETARAN MASSA TAK SEIMBANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT UJI GETARAN MASSA TAK SEIMBANG"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT UJI

GETARAN MASSA TAK SEIMBANG

Bambang Sulaksono

Dosen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Pancasila

ABSTRAK

Massa tak seimbang yang berputar menimbulkan getaran pada mesin. Getaran yang berlebihan menyebabkan kerusakan atau memperpendek umur komponen. Laboratorium Teknik Mesin Univ. Pancasila ingin melakukan peragaan yang sesuai dengan kenyataannya. Karena keterbatasan alat uji yang dimilikinya, sehingga dibutuhkan pembuatan alat uji getaran massa tak seimbang.

Rancangan alat uji dibuat sedemikian rupa sehingga alat uji dapat mensimulasikan sinyal getaran akibat massa tak seimbang. Supaya efek ketak seimbangan dapat dilihat pada beberapa tingkat kecepatan putar, maka digunakan motor DC pada perangkat uji. Setelah proses pembuatan selesai, maka perangkat uji perlu melalui serangkaian pengujian. Pengujian yang dilakukan pada perangkat uji meliputi getaran pribadi, getaran kritis, gaya sentrifugal, getaran yang diakibatkan dari massa tak seimbang.

Dari hasil pengujian diperoleh sinyal getaran yang menunjukkan bahwa perangkat uji yang dibuat mampu menunjukkan perbedaan sinyal getarannya sehingga alat uji tersebut sesuai yang dikehendakinya. Perangkat uji yang dibuat juga memiliki dimensi yang relatif kecil dan mudah untuk dioperasikannya.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Permasalahan utama yang terdapat pada mesin-mesin rotasi kecepatan tinggi adalah timbulnya getaran berlebih. Salah satu penyebab getaran berlebih yang terjadi pada mesin-mesin rotasi tersebut adalah kondisi ketidak seimbangan yang diakibatkan oleh adanya unbalence suatu poros pada komponen rotasinya. Jika komponen rotasi tersebut berputar, maka akan menimbulkan gaya getaran yang frekuensi getarannya sama besar dengan frekuensi putar (1xrpm). Ketidak seimbangan yang terjadi pada komponen rotasi dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:

Kesalahan proses produksi seperti pemesinan, pengecoran dan penempaan yang dapat menghasilkan bentuk komponen yang tidak simetri.

Kesalahan kumulatif toleransi rakitan. Ketidak homogenan material karena

adanya rongga udara atau variasi massa jenis material.

Ketidak sempurnaan pada sistem pemesinan

Perakitan yang kurang baik

1.2. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk merancang, membuat dan menguji perangkat uji yang dapat memperagakan / mensimulasikan sinyal getaran akibat massa tak seimbang yang dihasilkan dua poros rotor sejajar yang berputar dengan kecepatan putar yang berbeda, dan untuk mengetahui karakteristik sinyal getaran akibat massa tak seimbang pada kondisi tak seimbang.

1.3. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Perancangan dan pembuatan alat uji getaran massa tak seimbang.

b. Pengujian alat uji getaran massa tak seimbang.

LANDASAN TEORI.

2.1.Getaran.

Getaran adalah suatu gerak bolak-balik yang mempunyai massa dan elastisitas yang mampu bergetar secara relative dan getaran seperti itu dapat berulang sendiri dalam interval waktu tertentu. Pada umumnya getaran merupakan bentuk energi sisa dan pada berbagai kasus tidak diinginkan, khususnya pada mesin-mesin, karena getaran dapat menimbulkan bunyi, merusak bagian mesin, memindahkan gaya yang tidak diinginkan dan dapat menggerakkan benda yang didekatnya.

2.2. Sistem Getaran.

Model untuk menjelaskan sistem getaran dapat dilihat pada Gambar 2.1, dimana terlihat suatu massa tergantung pada sebuah pegas dan sebuah peredam. Persamaan gerak umum untuk model tersebut adalah :

m

x

c

x

kx

f(t)

. .. Dimana : m = massa c = koefisien redaman k = kekakuan pegas

(2)

Jurnal Mekanikal Teknik Mesin S-1 FTUP

29

f(t) = gaya eksitasi luar

Gambar 1. Model sistem getaran Getaran suatu sistem dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu sistem getaran bebas dan sistem getaran paksa.

2.2.1 Sistem Getaran Bebas.

Getaran bebas adalah getaran yang terjadi jika sistem berosilasi karena bekerjanya gaya yang ada dalam sistem itu sendiri (inherent) dan yang tidak ada gaya luar yang bekerja. Sistem yang bergetar bebas akan bergetar satu atau lebih frekuensi naturalnya, yang merupakan sifat sistem dinamika yang dibentuk oleh distribusi massa-massa dan kekakuannya.

2.2.2 Sistem Getaran Paksa.

Sistem dikatakan sebagai sistem getaran paksa apabila pada sistem tersebut ada gaya pengeksitasi dari luar yang bekerja selama sistem bergetar. Gaya pengeksitasi yang bekerja pada mesin-mesin rotasi biasanya timbul karena adanya ketidak seimbangan yang berputar.

2.3. Penyeimbang Rotor.

Dalam penyeimbangan rotor, sistem diidealisir menjadi unit pegas-massa-peredam dengan ketidak seimbangan yang berputar yang bekerja pada satu bidang. Ketidak seimbangan dalam roda yang berputar atau rotor akan lebih mudah didistribusikan pada beberapa bidang. Dimana bidang tersebut akan dibedakan menjadi dua jenis yaitu ketidak seimbangan statik dan ketidak seimbangan dinamik.

2.3.1. Ketidak Seimbangan Statik

Bila semua massa yang membuat tidak seimbang terletak pada satu bidang, seperti pada keping rotor yang tipis, maka resultante ketidak seimbangan adalah gaya radial tunggal.

2.3.2. Ketidak Seimbangan Dinamik

Bila ketidak seimbangan itu muncul pada lebih dari satu bidang, maka hasilnya adalah sebuah gaya dan momen putar dan disebut ketidak seimbangan dinamik.

2.4. Ketidak Seimbangan Yang Berputar.

Ketidak seimbangan rotasi mesin terjadi apabila titik berat bagian mesin yang berputar tidak berimpit dengan sumbu rotasi. Biasanya, besar ketidak seimbangan rotasi tersebut dinyatakan dengan (me), dimana (m) adalah massa eksentris ekuivalen dan (e) eksentrisitas. Gaya sentrifugal (meω), sebagai hasil ketidak seimbangan ini akan menghasilkan eksitasi yang tidak diinginkan.

PERANCANGAN ALAT UJI

GETARAN MASSA TAK SEIMBANG

3.1. Tahapan Perancangan.

Perancangan adalah kegiyatan mendesain suatu gambar yang berupa gambar teknik yang mempunyai pandangan dan dimensi sehingga dapat dibuat atau diproduksi sesuai dengan keinginan desain. Perancangan ini terdiri dari serangkaian kegiatan yang berurutan yang disebut diagram perancangan.

Diagram 1. Diagram alir proses perancangan.

3.2.Konstruksi Pembentuk Alat Uji Getaran Massa Tak Seimbang.

Alat uji getran massa tak seimbang merupakan jenis alat uji yang digunakan untuk

(3)

memperagakan suatu alat atau mesin yang mempunyai massa tak seimbang. Adapun komponen-komponen alat uji massa tak seimbang ini dikelompokkan menjadi komponen bergerak dan komponen tak bergerak.

Komponen bergerak adalah komponen yang dalam pengoperasiannya mengalami suatu gerakan, seperti poros, rotor, pully, pegas, belt, bearing dan motor DC.

Sedangkan komponen yang tidak bergerak merupakan komponen yang tidak mengalami gerakan, diantaranya komponen rangkan dan sistem dudukan penggantung benda uji.

Gambar2.Alat uji getaran massa tak seimbang.

Komponen bergerak:

Komponen yang dikelompokkan dalam komponen bergerak yaitu:

1. Frame. 2. Rotor. 3. Pully besar. 4. Pully kecil. 5. Motor DC. 6. Dudukan motor. 7. Poros. 8. Belt. 9. Bearing. 10. Pegas. 11. Penggantung frame. Komponen pembentuk : 1. Frame.

Berfungsi sebagai tempat tumpuan dari komponen-komponen penggerak yang berfungsi sebagai komponen massa tak seimbang. Materialnya terbuat dari bahan alumunium.

Gambar 3. Frame.

2. Rotor.

Berfungsi sebagai penyeimbang, dimana pada rotor terdapat lubang- lubang kecil yang nantinya akan dijadikan sebagai tempat massa tak seimbangnya. Materialnya terbuat dari bahan aluminium.

Gambar 4. Rotor.

3. Pully Besar.

Berfungsi sebagai pemindahan daya atau putaran dari poros penggerak ke poros yang digerakkan dengan jarak tertentu, misalnya pemindah putaran dari poros motor DC ke poros penggerak pertama. Materialnya terbuat dari bahan aluminium.

Gambar 5. Pully Besar.

4. Pully Kecil.

Berfungsi sebagai pemindahan daya atau putaran dari poros penggerak ke poros yang digerakkan dengan jarak tertentu, misalnya pemindah putaran dari poros motor DC ke poros penggerak pertama. Materialnya terbuat dari bahan aluminium.

(4)

Jurnal Mekanikal Teknik Mesin S-1 FTUP

31

Gambar 6. Pully Kecil.

5. Motor DC.

Berfungsi sebagai sumber putaran untuk menggerakan benda uji. Dimana motor DC ini dapat diatur kecepatannya sesuai dengan yang diinginkan. Motor DC yang digunakan adalah 12V, dengan kecepatan kritis putaran 2000 rpm.

Gambar 7. Motor DC.

6. Dudukan Motor.

Dudukan motor berfungsi untuk menopang motor DC dipasang. Dudukan ini dipasang pada frame bawah. Dudukan motor dibuat dari bahan alumunium dural.

Gambar 8. Dudukan Motor.

7. Poros.

Berfungsi sebagai penerus daya dari pully satu ke pully yang lain. Poros ini terbuat dari materil kuningan.

Gambar 9. Poros.

8. Belt.

Berfungsi sebagai pemindahan daya atau putaran dari poros penggerak ke poros yang digerakkan dengan jarak tertentu,misalnya pemindah putaran dari poros motor DC ke poros penggerak pertama, yang selanjutnya diteruskan ke poros kedua. Sabuk ini tarbuat dari bahan karet.

Gambar 10. Belt.

9. Bearing.

Berfungsi sebagai tempat dudukan poros yang berputar, sehingga putaran tersebut tidak terjadi hambatan dan mempunyai putaran bebas. Adapun bearing yang digunakan adalah jenis self-aligment bearing dengan type IKS 13303.

Gambar 11. Bearing.

10. Pegas.

Berfungsi sebagai penggantung frame, dan untuk mensimulasikan sinyal getaran yang diakibatkan dari alat uji getaran massa tak seimbang. Adapun pegas tersebut mempunyai ukuran :

Gambar 12. Pegas.

11. Penggantung Frame.

Berfungsi sebagai penggantung frame. Materialnya terbuat dari bahan baja.

Gambar 13. Penggantung Frame.

Komponen Tidak Bergerak.

Komponen yang dikelompokkan dalam komponen tidak bergerak adalah :

(5)

2. Penggantung pegas.

Komponen pembentuk : 1. Rangka.

Berfungsi sebagai tempat penggantung seluruh komponen alat uji getaran massa tak seimbang. Material ini terbuat dari bahan besi berrongga.

Gambar 14. Kerangka.

2. Penggantung Pegas.

Berfungsi sebagai penggantung pegas. Materialnya terbuat dari bahan baja.

Gambar 15. Penggantung Pegas.

PROSES PEMBUATAN ALAT UJI

GETARA MASSA TAK SEIMBANG

4.1. Proses Pembuatan.

Pada proses pembuatan dan perakitan alat uji getaran massa tak seimbang ini, proses pembuatan dan perakitan dilakukan di laboratorium Teknik Mesin Univ. Pancasila.

Komponen-komponen alat uji ini dikelompokan menjadi dua jenis yaitu kelompok yang dibuat dan komponen yang dibeli dipasaran.

Komponen yang dibuat yaitu: 1. Frame Kanan. 2. Frame Kiri. 3. Frame Atas. 4. Frame Bawah. 5. Rotor. 6. Dudukan Motor. 7. Rangka.

Komponen yang dibeli di pasaran yaitu: 1. Pully Besar. 2. Pully Kecil. 3. Motor DC. 4. Poros. 5. Belt. 6. Bearing. 7. Pegas. 8. Penggantung Frame. 9. Penggantung Pegas.

Pada proses ini akan dijelaskan secara detail tentang proses pembuatan komponen-komponen alat uji dengan menggunakan metode standart operation prosedure (SOP) sebagai berikut :

Frame Kanan :

Gambar 16. Frame kanan Material ditentukan alumunium.

Panjang = 225 mm. Lebar = 45 mm. Tebal = 16 mm. Jumlah = 1 buah. Langkah pengerjaannya :

No. Proses manufaktur Keterangan

1. Mempelajari gambar kerja.

2. Menyiapkan bahan dan alat.

3. Mengukur bahan. Panjang 220 mm, lebar 40 mm, tebal 16 mm.

4. Sekrap. Penyayatan benda kerja

pada sisi kanan dan sisi kiri sehingga diperoleh ukuran lebar 40 mm, tebal 16 mm.

5. Cutting. Pemotongan dilakukan

terhadap panjang 220 mm.

6. Drilling. Pengeboran 2 buah

lubang Ø 9 mm

kedalaman 16 mm. Pengeboran 4 buah

lubang Ø 10 mm kedalaman 16 mm

7. Milling. Pengeboran 2 buah

lubang Ø 22 mm kedalaman 8 mm. 8. Haluskan permukaan

yang kasar.

(6)

Jurnal Mekanikal Teknik Mesin S-1 FTUP

33

Gambar 17. Frame kiri

Material ditentukan alumunium. Panjang = 225 mm. Lebar = 45 mm. Tebal = 16 mm. Jumlah = 1 buah. Langkah pengerjaannya : No Proses Manufaktur Keterangan 1. Mempelajari gambar kerja. 2. Menyiapkan

bahan dan alat. 3. Mengukur

bahan.

Panjang 220mm, lebar 40 mm, tebal 16 mm.

4. Sekrap. Penyayatan benda

kerja pada sisi kanan dan sisi kiri sehingga diperoleh ukuran lebar 40 mm, tebal 16 mm.

5. Cutting. Pemotongan panjang

benda kerja sehingga diperoleh ukuran panjang 220 mm.

6. Drilling. Pengeboran 2 buah

lubang Ø 9 mm kedalaman 16 mm. Pengeboran 4 buah

lubang Ø 10 mm kedalaman 16 mm

7. Milling. Pengeboran 2 buah

lubang Ø 22 mm kedalaman 8 mm. 8. Haluskan permukaan yang kasar. Frame Atas :

Gambar 18. Frame atas Material ditentukan alumunium.

Panjang = 310 mm. Lebar = 45 mm. Tebal = 16 mm. Jumlah = 1 buah. Langkah pengerjaan : No Proses Pengerjaan Keterangan 1. Mempelajari gambar kerja. 2. Menyiapkan

bahan dan alat 3. Mengukur

bahan.

Panjang 300 mm, lebar 40 mm, tebal 16 mm. 4. Sekrap. Penyayatan benda kerja

pada sisi kanan dan sisi kiri sehingga diperoleh ukuran lebar 40 mm, tebal 16 mm.

5. Cutting . Pemotongan benda

kerja sehingga diperoleh ukuran panjang 300 mm.

6. Drilling. Pengeboran 2 buah

lubang Ø 8 mm

kedalaman 16 mm. Pengeboran 2 buah

lubang pada sisi kanan dan 2 buah lubang pada sisi kiri dengan Ø 10mm kedalaman 5 mm. 7. Tapping . Tapping dilakukan pada

4 buah lubang dengan ukuran Ø4x4

8. Haluskan permukaan yang kasar.

Frame Bawah :

Gambar 19. Frame bawah Material ditentukan alumunium.

Panjang = 310 mm. Lebar = 45 mm. Tebal = 16 mm. Jumlah = 1 buah. Langkah pengerjaan : No Proses Pengerjaan Keterangan 1. Mempelajari gambar kerja. 2. Menyiapkan

bahan dan alat 3. Mengukur

bahan.

Panjang 310 mm, lebar 40 mm, tebal

(7)

16 mm.

4. Sekrap. Penyayatan benda kerja pada sisi kanan dan sisi kiri sehingga diperoleh ukuran lebar 40 mm, tebal 16 mm. 5. Flame cutting. Pemotongan benda

kerja sehingga diperoleh ukuran panjang 300 mm. 6. Drilling. Pengeboran 1 buah

lubang Ø 8 mm kedalaman 16 mm. Pengeboran 2 buah

lubang pada sisi kanan dan 2 buah lubang pada sisi kiri dengan Ø 3 mm kedalaman 5 mm.

7. Tapping. Tapping dilakukan

pada 4 buah lubang dengan ukuran Ø4x4 8. Haluskan permukaan yang kasar. Frame Penggantung :

Gambar 20. Frame penggantung Material ditentukan alumunium pejal.

Panjang = 225 mm. Lebar = 45 mm. Tebal = 16 mm. Jumlah = 1 buah. Langkah pengerjaan : No Proses Pengerjaan Keterangan 1 . Mempelajari gambar kerja. 2 . Menyiapkan bahan dan alat 3 . Mengukur bahan. Panjang 310 mm, lebar 40 mm, tebal 16 mm. 4 .

Sekrap. Penyayatan benda

kerja pada sisi kanan dan sisi kiri sehingga diperoleh ukuran lebar 30 mm, tebal 16 mm. 5 Flame cutting. Pemotongan benda

. kerja sehingga

diperoleh ukuran panjang 300 mm. 6

.

Drilling. Pengeboran 2 buah

lubang R4 x 2 mm kedalaman 16 mm. Pengeboran 2 buah lubang R1,5x2 mm kedalaman 10 mm. 7 .

Tapping. Tapping pada 2 buah lubangR4x 2mm

Taping pada 2 buah lubang R1.5 x2 mm kedalam 10 mm. 8 . Haluskan permukaan yang kasar. Rotor : Gambar 21. Rotor. Material ditentukan alumunium.

Lebar = Ø 76 mm. Tebal = 22 mm. Jumlah = 6 buah. Langkah pengerjaan : No Proses Pengerjaan Keterangan 1. Mempelajari gambar kerja. 2. Menyiapkan

bahan dan alat 3. Mengukur benda

kerja.

Tebal 20 mm.

4. Bubut . Potong benda kerja dengan tebal20 mm. Meratakan ke-2 permukaan benda kerja sehingga didapatkan tebal 20 mm Membuat lubang dengan Ø 8 mm Bubut permukaan kanan dengan kedalaman 10 mm, dengan menyisakan Ø 20 mm pada tengah benda kerja.

5. Drilling. Pengeboran 16 buah lubang Ø 4 mm kedalaman 10 mm,

(8)

Jurnal Mekanikal Teknik Mesin S-1 FTUP

35

dengan sudut 22,5º.

Pengeboran 1 buah lubang Ø 3 mm. 6. Tapping. Tapping dilakukan

pada 4 buah lubang dengan ukuran Ø4x4 7. Haluskan

permukaan yang kasar.

Dudukan Motor :

Gambar 22. Dudukan Motor. Material ditentukan alumunium pejal.

Lebar = Ø 80 mm. Tebal = 44 mm. Jumlah = 1 buah. Langkah pengerjaan : No Proses Pengerjaan Keterangan 1. Mempelajari gambar kerja 2. Menyiapkan

bahan dan alat

3. Mengukur bahan lebar Ø 54 mm, tebal 40 mm.

4. Bubut Bubut permukaan

kanan dan kiri dengan ukuran 40 mm. Bubut Ø 54 mm. Bubut sisi atas dengan kedalaman 5 mm.

5. Drilling Pengeboran 1 buah

lubang pada

permukan atas Ø 8 mm kedalaman 5 mm Pengeboran 2 buah lubang pada sisi kanan dengan Ø2mm kedalaman5 mm. 6. Tapping Tapping dilakukan

pada 2 buah lubang sisi kanan dengan ukuran R2x2.

Tapping pada 1 buah lubang permukaan

atas dengan ukuran R8x8.

7. Haluskan

permukaan yang kasar.

Pully Besar :

Gambar 23. Pully Besar Material ditentukan alumunium.

Lebar = Ø63 mm. Tebal = 37mm. Jumlah = 2 buah. Langkah pengerjaan : No Proses Pengerjaan Keterangan 1. Mempelajari gambar kerja. 2. Menyiapkan

bahan dan alat. 3. Mengukur bahan.

4. Drilling. Pengeboran 1 buah

lubang Ø 8 mm kedalaman 37 mm. 5. Haluskan permukaan yang kasar. Pully Kecil :

Gambar 24. Pully Kecil Material ditentukan alumunium.

Lebar = Ø31 mm. Tebal = 38mm. Jumlah = 2 buah. Langkah pengerjaan :

No Proses Pengerjaan Keterangan

1. Mempelajari gambar kerja.

(9)

2. Menyiapkan bahan dan alat. 3. Mengukur bahan. 4. Drilling . Pengeboran 1 buah lubang Ø 8 mm kedalaman 38 mm. 5. Haluskanpermukaan yang kasar. Poros : Gambar 25.Poros. Material ditentukan kuningan.

ukuran = Ø 8 mm. panjang = 410 mm. Jumlah = 2 buah. Langkah pengerjaan : No Proses Pengerjaan Keterangan 1. Mempelajari gambar kerja. 2. Menyiapkan

bahan dan alat. 3. Mengukur

bahan.

4. Cutting. Pemotongan benda

kerja dengan ukuran panjang 398 mm. 5. Haluskan permukaan yang kasar. Kerangka : Gambar 26. Kerangka. Material ditentukan besi.

Besi kotak ukuran= 50 mm x 50 mm x 720 mm. Jumlah = 1 buah.

Besi bulat ukuran = Ø 42 mm x 550 mm. Jumlah = 2 buah.

Besi U ukuran = 55 mm x 25 mm x520mm. Jumlah = 2 buah.

Besi persegi ukuran = 40 mm x 20 mm x 510 mm.

Besi plat ukuran = 30 mm x 5 mm x 410 mm. Jumlah = 1 buah. Langkah pengerjaan : No Proses Pengerjaan Keterangan 1. Mempelajari gambar kerja. 2. Menyiapkan

bahan dan alat. 3. Mengukur

bahan.

Besi kotak panjang 700 mm. Besi bulat panjang 546 mm. Besi U panjang 490 mm. Besi persegi panjang 495 mm.

Besi plat panjang 400 mm. 4. Flame cutting. Pemotongan benda kerja

sesuai dengan ukuran diatas.

5. Drilling . Pengeboran 1 buah lubang pada besi kotak dengan ukuran Ø 5 mm kedalaman 50 mm.

Pengeboran 2 buah lubang pada besi plat dengan Ø 5 mm kedalaman 5 mm. 6. Pengelasan . Menyatukan besi kotak

dengan besi bulat.

Menyatukan besi bulat dengan besi U.

Menyatukan besi U dengan besi persegi.

Menyatukan besi plat dengan besi kotak.

7. Menggerinda . Merapikan hasil pengelasan pada benda kerja.

4.2.Perakitan Komponen Alat Uji Getaran Massa Tak Seimbang.

Pada proses perakitan ini merupakan suatu tahapan akhir dari suatu proses. Dimana komponen-komponen yang telah selesai pada tahapan proses pembuatan, dirakit / assembly menjadi satu sehingga dihasilkan suatu alat uji getaran massa tak seimbang. Pada tahapan perakitan dapat dijelaskan pada diagram OPC.

PENGUJIAN DAN ANALISA DATA

5.1.Latar Belakang Pengujian:

Alat uji getaran massa tak seimbang ini merupakan simulasi dari getaran yang ditimbulkan dari mesin-mesin yang mempunyai poros dan mempunyai putaran berlebih. Contohnya putaran pada poros kopel kendaraan, rotor dari sebuah motor listrik, dan lain-lain. Hal ini adalah kejadian yang umum bahwa suku cadang berjalan dengan tidak terlalu mulus, terlebih lagi jika beroperasi pada kecepatan tinggi.

(10)

Jurnal Mekanikal Teknik Mesin S-1 FTUP

37

a. Untuk mempelajari getaran massa tak

seimbang.

b. Untuk mempelajari sistem poros rotor. c. Menghitung gaya sentrifugal pada poros

rotor.

d. Menghitung harga ketidak seimbangan spesifik.

e. Menghitung ketidak seimbangan maksimum.

f. Menghitung getaran massa tak seimbang. g. Membandingkan hasil getaran Xempiris

dengan Xteoritis.

h. Menganalisa hsil getaran Xempiris dengan Xteoritis.

5.3.Pengujian.

1. Langkah Persiapan :

Langkah persiapan merupakan langkah awal sebelum melakukan pengujian guna tercapai pengujian yang sempurna. Langkah persiapan ini meliputi :

a. Persiapan alat-alat bantu. b. Persiapan pengujian :

1. Tempat dipilih tempat yang kedap terhadap udara dan diminimalkan tidak ada sumber getaran atau guncangan yang diakibatkan dari faktor lain.

2. Posisi dipilih tempat yang mempunyai permukaan datar dan tidak ada getaran. 3. Penyetelan alat uji dilakukan untuk mengatur posisi alat uji dimana alat uji tersebut harus disetel tinggi rendahnya dengan menggunakan water pass. 4. Pemasangan alat-alat bantu yaitu

Stabilizer, Regulator.

5. Waktu pengujian dipilih waktu dimana keadaan lingkungan dalam keadaan konstan/stabil.

2. Pengambilan Data :

Pengambilan data dilakukan untuk mengukur data-data yang dibutuhkan dan mengetahui getaran yang ditimbulkan oleh massa tak seimbang.

Pengujian ini dilakukan pada bidang1,2,3,4,5 dan pada 550 rpm, 1000 rpm, dan 1650 rpm yang akan dijelaskan secara detail letak penempatan sensor sebagai berikut :

Pengujian pada bidang 1 (x1)

Pengujian pada bidang 1 dilakukan pada motor dimana dengan tujuan untuk mengetahui getaran yang ditimbulkan dari motor sebagai sumber getaran.

Pengujian pada bidang 2 (x2).

Pengujian pada bidang 2 dilakukan pada frame bawah dengan tujuan jarak terdekat dari sumber getaran.

Pengujian pada bidang 3 (x3).

Pengujian pada bidang 3 dilakukan pada frame kanan, dengan tujuan diambil jarak tengah antar sumber getaran dengan jarak terjauh. Karena getaran ditimbulkan dari poros juga.

Pengujian pada bidang 4 (x4).

Pengujian pada bidang 4 dilakukan pada frame kiri dengan tujuan diambil dari jarak sumber getaran dan kedua poros.

Pengujian pada bidang 5 (x5).

Pengujian pada bidang 5 dilakukan pada frame kanan, dengan tujuan diambil jarak terjauh dari sumber getaran.

Sehingga hasil pengujian alat uji massa tak seimbang diperoleh data-data pengujian sebagai berikut :

Data-data hasil pengukuran: m1= 27 x 10 -3 kg = 27 gram. m2= 27 x 10 -3 kg = 27 gram. m 3 = 27 x 10 -3 kg = 27 gram. m 4 = 27 x 10 -3 kg = 27 gram. m 5 = 27 x 10 -3 kg = 27 gram. m 6 = 27 x 10 -3 kg = 27 gram. r = 31 mm = 0,031 m. k = 53,9 g/mm. mtotal poros-poros = 0,7049 kg. M = 5 kg. n1 = 550 rpm. n2 = 1000 rpm. n3 = 1650 rpm.

Data-data hasil pengujian :

Tabel 1. Getaran Xempiris Ideal (tanpa beban) rpm Pengujian Getaran (X) Rata – Rata BD 1 X1 BD 2 X2 BD 3 X3 BD 4 X4 BD 5 X5

X

550 0.1 0.9 0.7 0.3 0.3 0.46 1000 0.5 1.2 0.9 0.5 0.4 0.7 1650 1 1.6 0.8 0.8 1.6 1.16 Tabel 2. Getaran Xempiris Dengan Beban

(11)

perbandingan Rpm vs Gaya Sentrifugal 2.773 9.168 24.964 0 5 10 15 20 25 30 550 1000 1650 Rpm Fs gaya sentrifugal Perbandingan Rpm vs X empiris,teoritis 0.23 1.05 1.9 0.16 0.0167 0.000969 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 1 2 3 Rpm X X empiris X teoritis 3. Perhitungan. Perhitungan :

Untuk mencari kecepatan sudut (ω) dapat dicari dengan rumus:

ω = 2. .n ( rad/menit ) = 2. .n/60 ( rad/sec )

Untuk menghitung waktu (T) putaran poros rotor digunakan rumus :

ω =

T

2 atau T = 2

Untuk menhitung frequensi putaran (f) digunakan rumus :

f = T

1

Untuk menghitung gaya sentrifugal yang ditimbulkan dari putaran sistem poros rotor dengan menggunakan 1, 2, 3 dapat dihitung dengan rumus : Fs = m . r . ω 2

Tabel 3.Perbandingan rpm dengan gaya sentrifugal yang ditimbulkan dari poros rotor .

rpm Gaya Sentrifugal

(N)

550 2,773

1000 9,168

1650 24,964

Dari hasil tabel 3. perbandingan antara rpm vs gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh poros rotor yang berputar, maka dapat dibuat grafik 1 yaitu sebagai berikut :

Grafik 1. Rpm vs gaya sentrifugal. Dari hasil grafik 1. dapat dianalisa bahwa semakin besar putaran Rpm pada motor maka semakin besar gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh poros rotor.

Untuk menghitung harga

ketidakseimbangan spesifik poros 1 dan poros 2 dapat dinyatakan sebagai :

M m.r

s U

Untuk menghitung ketidak seimbangan maxsimum, jika sistem poros rotor tersebut beroperasi pada kecepatan putar 1650 rpm maka ketidak seimbangan maxsimum

2 m ax m ax

U Fs

Untuk mengetahui Xteoritis yang didapat

hasil hitungan secara manual guna membandingkan dengan Xempiris, adapun

Xteoritis dapat dihitung dengan

menggunakan rumus : 2 2 2 2 c M k me

4. Perbandingan Xempiris dengan X teoritis.

Pada perbandingan Xempiris dengan X teoritis

dapat digambarkan dengan menggunakan tabel 4 dan grafik 2. Dimana Xempiris diambil

dari hasil pada pengujian alat dilapangan sedangkan X teoritis diambil dari hasil

perhitungan.

Tabel 4. Perbandingan Xempiris dengan Xteoritis

rpm empiris teoritis

550 0.23 0.16

1000 1.05 0.0167

1650 1.9 -5

9,69x10

Dari hasil tabel 4. dapat dijadikan grafik perbandingan rpm vs Xempiris dan X teoritis

sebagai berikut : rpm Massa pada rotor Pengujian Getaran (X) Rata– rata Rata -rata dari rata-rata BD 1 X1 BD 2 X2 BD 3 X3 BD 4 X4 BD 5 X5

X

X

1 0.3 0.6 0.2 0.3 0.1 0.3 2 0.2 0.4 0.2 0.3 0.1 0.24 550 3 0.1 0.9 0.2 0.4 0.2 0.36 0.23 4 0.1 0.1 0.2 0.2 0.2 0.16 5 0.2 0.3 0.1 0.1 0.2 0.18 6 0.2 0.2 0.1 0.1 0.1 0.14 1 0.6 1 0.4 0.9 0.8 0.56 2 0.6 2.2 0.3 1.4 0.7 1.04 1000 3 0.6 3.8 0.6 2 0.7 1.54 1.05 4 0.5 2.7 0.3 1.2 0.7 1.08 5 0.7 2.3 0.3 1.3 0.6 1.04 6 0.7 2.3 0.3 1.3 0.6 1.04 1 0.9 0.8 0.4 1.7 1.2 1 2 1.2 3 0.9 2.1 1.2 1.68 1650 3 1.4 5.1 1.5 4.1 1.2 2.66 1.9 4 0.7 3.9 0.9 2.3 1.6 1.88 5 1.2 4 1.4 2.1 1.9 2.12 6 1.4 3.3 1 2.6 2 2.06

(12)

Jurnal Mekanikal Teknik Mesin S-1 FTUP

39

Grafik 2. Rpm vs Xempiris dan X teoritis.

5. Analisa Pengujian.

Dari hasil pengujian alat uji getaran massa tak seimbang dengan memakai sensor vibration meter sebagai media perekam sinyal getaran digital yang ditimbulkan dari alat uji massa tak seimbang, dapat dilihat jelas perbedaan hasil getarannya (tabel 5.1 dan 5.2) yang ditimbulkan oleh massa tak seimbang dengan cara memutar putaran motor dengan kecepatan 550 rpm, 1000 rpm, 1650 rpm. Dan Xempiris dengan Xteoritis (grafik 5.2) dari hasil

hitungan, maka dapat dianalisa bahwa : 1. Dari hasil pengujian ini terlihat bahwa

motor telah memiliki ketak seimbangan awal.

2. Alat uji getaran massa tak seimbang juga memiliki ketak seimbangan awal, hal ini diakibatkan dari poros dan rotor.

3. Pada Xempiris, semakin besar putaran rpm

maka semakin besar getaran yang ditimbulkan, sedangkan Xteoritis, semakin

besar rpm semakin kecil getaran yang ditimbulkannya, maka dihasilkan perbandingan grafik yang berbeda (grafik 5.2).

4. Pada putaran 1650 rpm, getaran yang ditimbulkan semakin besar karena putaran 1650 rpm merupakan putaran yang mendekati putaran kritis yang diijinkan oleh motor 12 V.

5. Getaran yang dihasilkan pada Xempiris

ditimbulkan karena alat uji getaran massa tak seimbang tersebut tidak memiliki redaman.

6. Alat uji getaran massa tak seimbang tersebut merupakan alat uji yang memiliki getaran bebas.

7. Ketidak seimbangan awal yang dimiliki alat sangat kecil bila dibandingkan dengan ketak seimbangan yang terjadi bila massa takseimbang dipasang pada rotor.

VI. PENUTUP

6.1. Kesimpulan.

Dari hasil penelitian “Perancangan, Pembuatan, dan Pengujian Alat Uji Getaran Massa Tak Seimbang” yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Telah berhasil dibuat seperangkat “ Alat Uji Getaran Massa Tak Seimbang “ yang memenuhi kriteria perancangan yang ditentukan sebelumnya, yaitu :

a. Perangkat uji dapat digunakan untuk memperlihatkan getaran yang ditimbulkan oleh massa tak seimbang yang terjadi pada dua buah poros

sejajar yang berputar dengan kecepatan putar berbeda.

b. Perangkat uji berukuran kecil dan ringan, dengan massa total 7 kg, sehingga mudah dipindah-pindahkan sesuai dengan keperluan di laboratorium.

c. Perangkat uji memiliki frequensi pribadi yang rendah, yaitu 9,174 Hertz, 16,66 Hz, 27,77 Hz. Dengan frequensi serendah ini maka frequensi gejala resonasi getaran dapat diperlihatkan. d. Perangkat uji dapat menunjukkan efek

ketak seimbangan pada beberapa kecepatan putar.

e. Perangkat uji mudah dioperasikan. 2. Perangkat uji telah bekerja dengan baik,

karena dapat mensimulasikan getaran akibat dari massa tak seimbang.

3. Perangkat “Alat Uji Getaran Massa Tak Seimbang” ini dapat digunakan untuk peragaan getaran di Laboratorium Teknik Mesin Univ. Pancasila karena dapat memenuhi kriteria perancangan yang diharapkan.

6.2. Saran.

Saran-saran untuk pengembangan perangkat dan pengujian getaran dengan dua poros sejajar ini adalah sebagai berikut :

1. Perlu dilakukan penambahan redaman pegas sehingga saat pengujian hasil getaran dapat lebih mendekati kondisi sebenarnya.

2. Perlu dipikirkan alternatif konstruksi perangkat uji sehingga pengujian dapat dilakukan dengan memutar poros satu persatu. Dengan demikian karakteristik pengujian dapat lebih mempermudah pemodelan pengujian.

3. Perlu kelanjutan alat sensor getaran guna mempermudah pengujian yang dapat merekam sinyal getaran sehingga dihasilkan output berupa grafik vertikal dan horisontal sehingga lebih jelas dalam pembacaan grafik getaran.

DAFTAR PUSTAKA

1. Thomson, William T.,”TEORI GETARAN DENGAN PENERAPANNYA” Edisi Ke2, Erlangga, Jakarta, 1986

2. Mulyanto Tri, ”Teknologi Proses Permesinan” Fakultas Teknik Universitas Pancasila, Bina Ilmu, Jakarta, 2007

3. Villianny, ” PERANCANGAN,

PEMBUATAN, PEMODELAN DAN

PENGUJIAN PERANGKAT UJI GETARAN DENGAN DUA MASSA TAK SEIMBANG”, Penelitian Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung, Bandung, 2000

(13)

4. Sularso, dan Suga, Kiyokatsu, ”DASAR

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN

ELEMEN MESIN” Cetakan Kesebelas, Pradnya Paramitra, jakarta, 2004

5. Pribadi, Agung,ST, “ PERENCANAAN

MESIN PENGUPAS SINGKANG”,

Penelitian Teknik Mesin Univ. Pancasila, Jakarta, 2008

6. Harsokoesoemo, H. Darmawan, ”PENGANTAR PERANCANGAN TEKNIK (PERANCANGAN PRODUK)”, Edisi Kedua, Institut Teknologi Bandung, Bandung, 2004.

Gambar

Gambar 1. Model sistem getaran  Getaran  suatu  sistem  dapat  dibagi  menjadi  dua  kategori  yaitu  sistem  getaran  bebas dan sistem getaran paksa
Gambar 4. Rotor.
Gambar 14. Kerangka.
Gambar 17. Frame kiri  Material ditentukan alumunium.
+5

Referensi

Dokumen terkait

Pembaruan seperti ini dilandasi dengan pemikiran bahwa kemunduran dan keterbelakangan kaum Muslimin disebabkan kenyataan bahwa lembaga-lembaga Islam, seperti dalam bidang

UKM endek sebaiknya lebih memikirkan lagi langkah – langkah atau cara untuk menghadapi risiko yang mungkin dialami atau tindakan antisipasi ketika melakukan

Metode Jenis penelitian ini adalah studi kasus dengan pendekatan Manajemen Asuhan Kebidanan Gangguan Sistem Reroduksi pada Ny “S” dengan Mioma Submukosa di RSUD

Pemerintah menyelenggarakan sistem penjaminan mutu pendidikan tinggi untuk mendapatkan pendidikan bermutu. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, Penjaminan Mutu

Menurut Arends (dalam Tapantoko, 2011) menuliskan bahwa mind mapping (peta pikiran) merupakan suatu cara yang baik bagi siswa untuk memahami dan mengingat

Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 sebagaimana

sehingga efisiensi sel berkurang. arena umumnya manusia yang mengalami stress malas untuk ber-olah raga, metabolitnya menumpuk relatif cepat dalam sel dan memperbesar peluang

Situasi “tertahan di rumah” itu saya jumpai saat sesi bersama Noer Fauzi Rachman berhasil mengumpulkan banyak ibu-ibu, dan pada jeda istirahat, saat saya meminta mereka untuk hadir