• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAH LAKU MAKAN HARIAN GAJAH SUMATERA (Elephas maximus sumatranus) DI SECRET ZOO KOTA BATU, JAWA TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINGKAH LAKU MAKAN HARIAN GAJAH SUMATERA (Elephas maximus sumatranus) DI SECRET ZOO KOTA BATU, JAWA TIMUR"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAH LAKU MAKAN HARIAN GAJAH SUMATERA

(Elephas maximus sumatranus)

DI SECRET ZOO

KOTA BATU, JAWA TIMUR

Tiara Aldezia, Susilowati, Abdul Ghofur

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang No. 5 Kota Malang

E-mail: tiaraaldezia@gmail.com

ABSTRAK: Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan jenis mamaliabesar asal Indonesia yang telah ditetapkan statusnya oleh International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) dalam critically endangered. Aktivitas makan merupakan tingkah laku dominan yang dilakukan oleh gajah selama hidupnya, sehingga perlu dilakukan perhatian khusus. Secret Zoo merupakan salah satu lembaga konservasi eksitu di Kota Batu untuk melestarikan populasi Gajah Sumatera (Elephas maximus sumateranus). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui tingkah laku makan harian, frekuensi gerakan belalai, dan persentase lama waktu makan Gajah Sumatera (Elephas maximus sumateranus) di Secret Zoo. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional. Objek dalam penelitian ini menggunakan empat ekor Gajah Sumatera (Elephas maximus sumateranus) yang berada di Secret Zoo. Satu ekor gajah jantan dan tiga ekor gajah betina. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2016. Pengamatan dilakukan selama 14 hari pada pukul 10.00 - 11.00, 13.00 - 14.00, dan 15.00 - 16.00. Hasil penelitian menunjukkan tingkah laku makan harian yang muncul berjumlah 6 jenis, yaitu gerakan belalai, penggunaan gading, gerakan kaki depan, gerakan kaki belakang, gerakan ekor, dan gerakan telinga. Baik gajah jantan maupun gajah betina memunculkan tingkah laku yang hampir sama. Frekuensi gerakan belalai keempat ekor Gajah Sumatera (Elephas maximus sumateranus) tertinggi dimiliki oleh Anis sebesar 255,8 dan frekuensi terendah dimiliki oleh Andalas sebesar 211,3. Tira memiliki frekuensi gerakan belalai sebesar 247,6 dan Nazumi sebesar 241,5. Persentase lama waktu makan keempat ekor Gajah Sumatera (Elephas maximus sumateranus) tertinggi dimiliki oleh Nazumi sebesar 35,1 %, sedangkan terendah dimiliki oleh Andalas sebesar 28,3 %. Gajah betina lainnya Anis dan Tira memiliki persentase yang sama yaitu sebesar 34 %. Kata Kunci: Tingkah Laku Makan, Gajah Sumatera, Secret Zoo.

ABSTRACT: Sumatran elephant (Elephas maximus sumatranus) is a large mammal species from Indonesia who have been assigned the status by the International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) in the critically endangered. Feeding activity is a dominant behavior performed by an elephant during his lifetime, so needs special attention. Secret Zoo is a exsitu conservation agency in Batu City to preserve the population of Sumatran elephants (Elephas maximus sumateranus). The purpose of this study to determine the feeding behavior of a daily meal, trunk movement frequency, and the percentage of the length of eating time Sumatran elephant (Elephas maximus sumateranus) at Secret Zoo. This study was an observational descriptive. Objects in this study using four Sumatran elephants (Elephas maximus sumateranus)

which is in Secret Zoo. One male elephants and three female elephants. The experiment was conducted in March 2016. The observations were made during 14 days at 10.00 - 11.00, 13.00 - 14.00 and 15.00 - 16.00. The results showed that feeding behavior appear amounted to 6 types, namely the trunk movement, the use of ivory, the movement of the front legs, the movement of the hind legs, tail movement, and the movement of the ear. Both male and female elephants raises similar behavior. The frequency of the highest trunk movement Sumatran elephants (Elephas maximus sumateranus) owned by Anis amounted to 255.8 and lowest frequencies held by Andalas amounted to 211.3. Tira has a frequency of trunk movement is 247.6 and Nazumi amounted to 241.5. Percentage long time fourth meal Sumatran elephants (Elephas maximus sumateranus) owned by Nazumi highest at 35.1 %, while the lowest is owned by Andalas 28.3%. Other female elephant that Anis and Tira had the same percentage that is 34 %.

(2)

Negara Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dari segi tumbuhan maupun hewan. Oleh karena itu, kekayaan tersebut perlu dijaga dan dilestarikan salah satunya yaitu spesies Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus). Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan jenis mamalia besar yang tersebar di sepanjang Pulau Sumatera. Lembaga konservasi dunia yaitu International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) menetapkan status Gajah Sumatera dalam kondisi kritis

(critically endangered) (WWF, 2013). Spesies tersebut juga terdaftar dikategori Apendiks I dalam Convention on International Trade in Endangered Spesies of Wild Fauna and Flora (CITES) yaitu jenis spesies yang jumlahnya di alam sudah sangat sedikit dan dikhawatirkan akan punah (CITES, 2012). Upaya untuk menghambat laju kepunahan Gajah Sumatera dapat dengan melakukan kegiatan konservasi di dalam habitat aslinya (konservasi insitu) atau memelihara populasinya di luar habitat asli (konservasi eksitu). Salah satu lembaga konservasi eksitu adalah kebun binatang. Kota Batu di Jawa Timur memiliki kebun binatang berkonsep modern yang dibuka pada tahun 2010 yaitu Secret Zoo. Aktivitas harian yang besar mengharuskan gajah melakukan aktivitas makan dengan aktif, dengan demikian pakan merupakan aspek yang penting dalam upaya konservasi.

Berbeda dengan kebiasaan makan di habitat aslinya, kebiasaan makan gajah di suatu penangkaran lebih banyak mengonsumsi jenis-jenis tumbuhan tertentu yang telah dipilih oleh pihak pengelola, sehingga berdampak pada perilaku makan alaminya (Abdullah dkk, 2006). Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Samansiri dan Weekaroon (2007) di Srilanka menunjukkan bahwa beberapa tingkah laku dimunculkan gajah pada saat makan meliputi gerakan belalai yang menjadi tingkah laku dominan dalam aktivitas makan, gerakan kedua kaki depan, gerakan telinga, dan gerakan ekor yang selalu di gerakkan ke kanan dan ke kiri. Salah satu gerakan yaitu gerakan belalai merupakan gerakan yang dimunculkan oleh gajah dengan frekuensi yang paling tinggi dibandingkan gerakan lain selama melakukan aktivitas makan (Shoshani, 1998). Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, penelitian mengenai tingkah laku makan harian Gajah Sumatera di kawasan konservasi eksitu perlu lakukan. Oleh karena itu, dilakukan penelitian yang berjudul “Tingkah Laku Makan Harian Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Secret Zoo, Kota Batu, Jawa Timur “.

METODE

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif observasional. Pengamatan dilakukan pada bulan Maret 2016 di Secret Zoo selama 14 hari pada pukul 10.00 - 11.00, 13.00 - 14.00, 15.00 - 16.00. Data pengamatan berupa tabel pengamatan deskripsi tingkah laku makan harian Gajah Sumatera (Elephas maximus sumateranus) serta menghitung frekuensi gerakan belalai dan persentase lama waktu makan Gajah Sumatera (Elephas maximus sumateranus). Data dianalisis dan disajikan secara deskriptif dilengkapi dengan data pendukung dari hasil wawancara dengan keeper dan dokter hewan Secret Zoo serta hasil dokumentasi berupa foto dan video.

(3)

Rumput kolonjono diberikan oleh keeper di dekat keempat Gajah Sumatera berada di dalam

kandang.

Gajah Sumatera jantan dan betina menggerakkan belalainya

dengan munjulur dan menggulung untuk mengambil

rumput kolonjono yang akan dimasukkan ke dalam mulut.

Pada gajah jantan, gading digunakan untuk menyisipkan

rumput kolonjono saat masih melakukan aktivitas makan. Sedangkan gajah betina tidak memunculkan tingkah laku ini. Gajah Sumatera jantan dan betina

menggunakan kaki depan dan belalainya untuk memotong

helaian rumput kolonjono.

Gajah Sumatera jantan dan betina juga menggunakan kaki belakang untuk menopang tubuhnya pada saat aktivitas makan berlangsung.

Gajah Sumatera jantan dan betina selalu menggerakkan telinga dan

ekor selama aktivitas makan berlangsung.

Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase lama waktu makan Gajah Sumatera (Elephas maximus sumateranus) dalam satu pengamatan menggunakan rumus:

Persentase suatu perilaku (%) = x 100 % Keterangan:

A = waktu yang digunakan untuk aktivitas makan dalam 3 jam pengamatan.

B= total waktu pengamatan selama 3 jam pengamatan (180 menit). (Sumber : Yudarini, 2013)

HASIL PENELITIAN

A.Deskripsi Tingkah Laku Makan Gajah Sumatera

Hasil pengamatan tingkah laku makan Gajah Sumatera di Secret Zoo pada observasi awal didapatkan 6 macam tingkah laku yaitu gerakan belalai, penggunaan gading, gerakan kaki depan, gerakan kaki belakang, gerakan ekor, dan gerakan telinga. Dari hasil pengamatan, terdapat perbedaan tingkah laku yang dimunculkan pada gajah jantan dan gajah betina pada tingkah laku penggunaan gading yang disajikan dalam bentuk etogram sebagai berikut.

(4)

Berikut merupakan tabel deskripsi tingkah laku makan harian Gajah Sumatera (Elephas maximus sumateranus) yang disajikan pada Tabel 4.1.

Tabel 1 Deskripsi Tingkah Laku Makan harian Gajah Sumatera (Elephas maximus sumateranus) di Secret Zoo

No Tingkah Laku yang Muncul Deskripsi Tingkah Laku

(1) (2) (3)

1 Gerakan Belalai Gajah Sumatera menggunakan belalainya untuk mengenali pakan dengan mengendus. Gajah juga mengambil makanannya yaitu kolonjono menggunakan ujung belalai yang berfungsi seperti jari pada manusia, kemudian menggulung belalai untuk memasukkan pakan kedalam mulut. Dalam waktu satu menit, gajah dapat mengambil, menggulung, dan memasukkan makanannya ke dalam mulut 3 sampai 5 kali. Sebelum memasukkan ke dalam mulut, beberapa gajah akan mengibas-ngibaskan kolonjono ke kanan dan ke kiri tubuh menggunakan belalainya. Ketika minum, Gajah akan mengisap air yang berada di kolam menggunakan belalai lalu disemburkan ke dalam mulut. Gerak belalai ini dimunculkan oleh gajah jantan dan betina.

2 Penggunaan Gading Gading pada umumnya hanya dimiliki oleh gajah jantan, tetapi di Secret Zoo ada satu gajah betina (Anis) yang juga memiliki gading meskipun sangat kecil. Gajah jantan menggunakan gading untuk menyisipkan kolonjono di antara gading dan mulut yang sudah diambil dengan belalai sebelum di masukkan ke dalam mulut atau sebagai tempat penyimpanan. Sedangkan Anis, tidak menggunakan gadingnya untuk membantunya melakukan aktivitas makan.

3 Gerakan Kaki Depan Kedua kaki depan oleh gajah digunakan untuk membantu menahan helaian kolonjono yang ditarik oleh belalai supaya terpotong menjadi bagian yang lebih pendek sehingga memudahkan ketika dimasukkan ke dalam mulut. Gerak kaki depan ini dimunculkan baik gajah jantan maupun betina. 4 Gerakan Kaki Belakang Kedua kaki belakang gajah digunakan untuk

menahan keseimbangan tubuh selama melakukan aktivitas makan. Gerak kaki belakang ini dimunculkan baik gajah jantan maupun betina. 5 Gerakan Ekor Gajah selama melakukan aktivitas makan, selalu

mengibaskan ekornya ke kanan dan ke kiri. Tidak hanya selama melakukan aktivitas makan, tetapi ketika gajah merasa aman maka ekornya akan tetap di gerakkan ke kanan dan ke kiri. Gerak ekor ini dimunculkan baik gajah jantan maupun betina.

(5)

(1) (2) (3)

6 Gerakan Telinga Kibasan kedua telinga pada gajah merupakan perilaku yang muncul pada saat gajah merasa aman. Kibasan yang muncul biasanya dilakukan dengan gerakan ke depan dan ke belakang. Gerak telinga ini dimunculkan baik gajah jantan maupun betina.

Dari Tabel 1 terlihat bahwa baik gajah jantan maupun gajah betina memunculkan gerakan yang hampir sama. Hasil tersebut sesuai dengan Samansiri dan Weekaroon (2007) yang menyatakan bahwa Gajah Asia jantan dan betina di luar habitat asli, baik di penangkaran maupun di safari akan cenderung menunjukkan tingkah laku makan yang sama. Keenam gerakan tersebut dilakukan hampir secara bersamaan selama aktivitas makan berlangsung. Hasil yang tidak jauh berbeda pada penelitian Samansiri dan Weekaroon (2007) di Srilanka menunjukkan bahwa beberapa tingkah laku dimunculkan gajah pada saat makan antara lain adanya gerakan belalai yang menjadi tingkah laku dominan dalam aktivitas makan, gerakan kedua kaki depan, gerakan telinga, dan gerakan ekor yang selalu di gerakkan ke kanan dan ke kiri.

Belalai merupakan anggota tubuh yang paling penting untuk gajah selama masa hidupnya (Shoshani, 2005). Belalai gajah akan digerakkan memanjang, melingkar atau menggulung ketika gajah akan menggapai makanannya (Abdullah dkk, 2006). Selain untuk menggapai makanannya, gajah menggunakan blelalai untuk mengambil air minum. Pada pengamatan yang dilakukan, Gajah Sumatera di Secret Zoo baik gajah jantan maupun betina akan mengambil minum disela-sela aktivitas makan berlangsung. Gajah juga pada umunya akan menggerakkan belalai juga telinga dan ekor untuk menunjukkan bahwa mereka sedang menikmati makanan dalam keadaan aman dan nyaman (Zulkarnain, 1993).

Penggunaan gading dalam akivitas makan yang dilakukan oleh gajah cenderung dilakukan oleh gajah jantan. Pada Gajah Asia, hanya jantan yang memiliki gading dengan ukuran besar. Gajah Asia betina memiliki gading yang sangat kecil, atau bahkan tidak sama sekali (Shoshani, 2005). Gading akan digunakan oleh pejantan sebagai penghancur jenis makanan tertentu (Arief dan Sunarminto, 2003). Tidak seperti di Secret Zoo selama pengamatan, gading pada gajah jantan yaitu Andalas digunakan untuk tempat menyisipkan dan menyimpan rumput kolonjono. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari perebutan jatah makanan dengan gajah lain. Dari hasil pengamatan, gading milik Andalas terlihat terlalu pendek untuk ukuran Gajah Sumatera jantan. Hal tersebut dikarenakan adanya pemotongan berkala yang dilakukan oleh pihak Secret Zoo. Akan tetapi, ketika aktivitas makan berlangsung Andalas menggunakan gadingnya untuk menyisipkan rumput kolonjono sehingga bisa menjadi perhatian khusus bagi pengelola agar melakukan pemotongan dengan bijak agar tidak mengganggu aktivitas makan gajah jantan.

Pada ketiga gajah betina, hanya Anis yang memiliki gading meskipun sangat kecil. Selama aktivitas makan berlangsung Anis tidak menggunakan bantuan gading hanya belalai dan kaki depannya. Berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Samansiri dan Weekaroon (2007) yang tidak memunculkan penggunakan gading dalam tingkah laku makan. Hal tersebut dikarenakan beberapa gajah jantan yang diamati sudah kehilangan kedua

(6)

gadingnya sehingga dalam aktivitas makannya gajah jantan menggunakan belalai dan kaki depan.

Baik anggota tubuh depan maupun belakang dapat menopang beban gajah, walaupun 60% beban ditopang oleh bagian depan (Weissengruber dkk, 2006). Tulang-tulang anggota tubuh berada di bawah tubuh, sehingga gajah dapat berdiam diri dalam waktu yang lama tanpa perlu menghabiskan banyak energi. Berimbas pada saat gajah melakukan aktivitas makan, maka kaki depan maupun kaki belakang berfungsi untuk penopang tubuh. Kaki depan akan digunakan untuk membantu “memegang” makanan pada saat gajah akan memotong atau memecah makanan yang terlalu besar maupun terlalu keras (Hutchinson dkk, 2006). Sesuai dengan penyataan di atas, dari hasil pengamatan juga didapatkan keempat Gajah Sumatera di Secret Zoo menggunakan kaki depan untuk membantu mereka memotong helaian rumput kolonjono yang terlalu panjang.

B.Frekuensi Gerakan Belalai Gajah Sumatera di Secret Zoo

Gerakan belalai merupakan gerakan dominan yang dilakukan saat aktivitas makan berlangsung (Samansiri dan Weekaroon, 2007). Belalai atau proboscis adalah penggabungan hidung dengan bibir atas, walaupun pada tahap fetus bibir atas dan belalai masih terpisah (Shoshani, 1998). Belalai Gajah panjang dan terspesialisasi agar dapat dengan mudah digerakkan. Belalai gajah memiliki beberapa fungsi, seperti bernapas, mencium bau, menyentuh, menggapai, dan menghasilkan suara (Shoshani, 2005). Kemampuan belalai untuk melintir dan melingkar memungkinkan pengambilan makanan serta bergelut dengan sesamanya dan mengangkat beban dengan massa hingga 350 kg (Martin dan Niemitz, 2003). Gajah juga dapat menghisap air untuk diminum atau disiramkan ke tubuh mereka (Shoshani, 1998). Gajah Asia dewasa dapat menampung hingga 8,5 L air di belalainya (Shoshani, 2005).

Pada pengamatan yang dilakukan, frekuensi gerakan belalai pada tiap individu gajah dihitung pada saat gerakan belalai melintir dan melingkar mengambil helaian kolonjono, lalu memasukkannya ke dalam mulut. Hasil disajikan pada Tabel 2 yang menunjukkan frekuensi gerakan belalai pada keempat Gajah Sumatera dalam 3 kali waktu pengamatan dalam satu hari.

Tabel 2 Frekuensi Gerakan Belalai yang Muncul pada Tingkah Laku Makan Harian Gajah Sumatera di Secret Zoo

Hari Frekuensi Andalas ♂ Anis ♀ Tira ♀ Nazumi ♀ (1) (2) (3) (4) (5) 1 191 255 276 254 2 192 257 235 277 3 184 237 238 232 4 170 269 220 255 5 174 252 212 191 6 216 297 261 218 7 251 305 281 190 8 238 314 263 154 9 272 186 221 251 10 252 237 294 248

(7)

(1) (2) (3) (4) (5) 11 223 258 210 263 12 215 249 219 260 13 193 245 200 254 14 188 220 337 334 Rerata 211,3 255.8 247,6 241,5

Dari Tabel 2 menunjukkan bahwa Anis merupakan gajah betina yang memiliki rerata frekuensi tertinggi yaitu 255,8, tidak berbeda jauh dengan kedua gajah betina lainnya. Tira memiliki rerata frekuensi gerakan belalai sebesar 247,6 sedangkan Nazumi memiliki rerata frekuensi gerakan belalai sebesar 241,5. Berbanding terbalik, Andalas memiliki rerata frekuensi gerakan belalai yang paling rendah dari ketiga gajah betina yaitu sebesar 211,3.

Hasil yang didapatkan dari hasil pengamatan selama 14 hari tidak berbeda jauh dengan pernyataan Shoshani (1998) yang menyatakan bahwa fungsi belalai untuk mengambil makanan sangat penting bagi kelangsungan hidup gajah jantan maupun gajah betina, tetapi akan lebih banyak dilakukan oleh gajah betina. Pada alam bebas selama perjalanan mencari makan, Gajah Sumatera bisa menggerakkan belalainya hingga 5 kali gulungan dalam waktu 1 menit untuk memasukkan makanan yang diambilnya dari tanah maupun tumbuhan tinggi ke dalam mulut (Kurt, 2005). Keempat ekor Gajah Sumatera yang berada di Secret Zoo memiliki rerata yang lebih kecil dibanding Gajah Sumatera di habitat aslinya karena rumput kolonjono maupun buah dan makanan lain yang diberikan sudah berupa potongan sehingga memudahkan gajah untuk makan. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Kurt (2005) bahwa untuk kondisi Gajah Sumatera di dalam penangkaran akan lebih sedikit gerakan belelainya karena dipengaruhi oleh jenis makanan yang diberikan.

C.Presentase Lama Waktu Makan Gajah Sumatera di Secret Zoo

Gajah jantan dan gajah betina di Secret Zoo memakan keseluruhan bagian kolonjono yang diberikan hingga tidak meninggalkan sisa. Dari hasil pengamatan yang dilakukan selama 14 hari dengan total waktu 180 menit dalam satu hari, pada keempat individu memiliki persentase lama waktu makan yang disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3 Presentase Lama Waktu Makan Gajah Sumatera (Elephas maximus sumateranus) di Secret Zoo

Hari Presentase (%) Andalas ♂ Anis ♀ Tira ♀ Nazumi ♀ (1) (2) (3) (4) (5) 1 35 42 46 52 2 36 47 48 51 3 35 44 47 48 4 36 42 42 47 5 36 46 43 44 6 38 46 42 46 7 35 42 42 41 Lanjutan Tabel 2

(8)

(1) (2) (3) (4) (5) 8 35 44 43 43 9 39 34 46 47 10 39 44 49 51 11 36 48 42 49 12 41 43 41 49 13 35 44 38 47 14 34 47 44 48 Rerata 28,3 34 34 35,1

Sesuai data pada Tabel 3, keempat ekor Gajah Sumatera memiliki lama waktu makan rumput kolonjono selama 28 – 35 menit. Hal tersebut berbeda dengan pendapat Kurt (2005) yang menyatakan bahwa lama waktu makan Gajah Sumatera di suatu penangkaran hanya mencapai 20 – 30 menit. Waktu makan yang lebih lama pada Gajah Sumatera di Secret Zoo dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti yang dikemukakan oleh Sitompul (2011) bahwa kondisi fisik maupun lingkungan dapat mempengaruhi aktivitas gajah sehari-hari termasuk di dalamnya jenis makanan.

Salah satu gajah betina yaitu Nazumi memiliki presentase lama waktu makan yang paling tinggi yaitu 35,1 %. Hal tersebut dikarenakan faktor kondisi fisik yang kurang sempurna pada bagian belalai dibandingkan ketiga gajah lainnya. Normalnya belalai gajah memiliki perpanjangan otot yang berbentuk seperti jari diujungnya yang berfungsi untuk menjangkau dan mengangkut makanan ke mulutnya seperti yang tertera pada Gambar 1 (Shoshani,1998), tetapi pada Nazumi ujung belalai yang berfungsi seperti jari tersebut tidak ada (Gambar 2). Selama pengamatan, Nazumi lebih menggunakan ujung belalainya untuk mengambil makanannya dengan menggulung rumput kolonjono lalu menggulung belalainya lebih tinggi setelah itu dimasukkannya ke dalam mulut. Oleh karena itu, pihak pengelola di Secret Zoo sebaiknya memberikan perhatian khusus dalam pemberian pakan untuk Nazumi seperti meletakkan pakan diwadah yang sedikit tinggi sehingga memudahkan Nazumi untuk menggapai makanan.

Gambar 1 Anak Panah menunjukkan Perpanjangan Otot pada Ujung Belalai Gajah Sumatera yang Berfungsi seperti Jari pada Manusia (Sumber: Dok. Pribadi, 2016)

(9)

Gambar 2 Anak Panah Menunjukkan Belalai Nazumi yang Tidak Memiliki Ujung Seperti Jari(Sumber: Dok. Pribadi, 2016)

Tira dan Anis juga merupakan gajah betina yang berada di Secret Zoo dan hasil pengamatan menunjukkan presentase lama waktu makan sama yaitu 34 %. Selisih usia maupun berat badan antara Tira dan Anis yang tidak jauh memungkinkan asupan makan yang mereka perlukan sama, sehingga dapat memunculkan kesamaan pada rerata lama waktu makan. Sesuai dengan Kurt (2005) yang menyatakan bahwa usia, berat badan, dan jenis kelamin bisa juga mempengaruhi bagaimana gajah melakukan aktivitas makan.

Andalas memiliki presentase lama waktu makan yang paling kecil dari ketiga betina yaitu 28,3 %. Hal tersebut masih berkaitan dengan pernyataan Kurt (2005) bahwa jenis kelamin juga mempengaruhi aktivitas makan gajah ditinjau dari sifat pejantan yang memiliki kebutuhan energi yang lebih tinggi. Bila ditinjau dari umur dan berat badan, Andalas juga merupakan gajah tertua dan terberat. Gajah jantan juga memiliki kekuatan belalai yang lebih kuat dibandingkan gajah betina (Sukumar, 2003), sehingga mempermudah melakukan aktivitas makan yang menyebabkan cepatnya waktu makan yang dilakukan oleh gajah jantan.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah jenis tingkah laku harian Gajah Sumatera (Elephas maximus sumateranus) di kawasan konservasi eksitu Secret Zoo berjumlah 6 tingkah laku, yaitu gerakan belalai, penggunaan gading, gerakan kaki depan, gerakan kaki belakang, gerakan ekor, dan gerakan telinga. Baik gajah jantan maupun gajah betina memunculkan tingkah laku yang hampir sama. Frekuensi gerakan belalai keempat ekor Gajah Sumatera (Elephas maximus sumateranus) tertinggi dimiliki oleh Anis sebesar 255,8 dan frekuensi terendah dimiliki oleh Andalas sebesar 211,3. Tira memiliki rerata frekuensi gerakan belalai sebesar 247,6 dan Nazumi yang memiliki rerata frekuensi sebesar 241,5. Persentase lama waktu makan keempat ekor Gajah Sumatera (Elephas maximus sumateranus) tertinggi dimiliki oleh Nazumi sebesar 35,1 %, sedangkan terendah dimiliki oleh Andalas sebesar 28,3 %. Gajah betina lainnya yaitu Anis dan Tira memiliki persentase yang sama yaitu sebesar 34 %.

(10)

Saran

Dapat dilakukan penelitian lanjutan tentang tingkah laku makan Gajah Sumatera (Elephas maximus sumateranus) dengan beberapa variasi sebagai pengembangan dari penelitian ini serta diperlukan penelitian tentang tingkah laku makan harian Gajah Sumatera (Elephas maximus sumateranus) di kawasan konservasi eksitu lainnya untuk mendukung upaya pelestarian Gajah Sumatera.

DAFTAR RUJUKAN

Abdullah, Dahlian, dan Mukhlisin. 2006. Preferensi Makan Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Kawasan Hutan Cagar Alam Jantho.

Jurnal Pendidikan Biologi FKIP Unsyiah. 7 (2): 65-67.

Arief, H. dan Sunarminto, T. 2003. Studi Ekologi dan Pengelolaan Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatrensis). Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Convention on International Trade in Endangered Spesies of Wild Fauna and Flora (CITES). 2012. Elephas maximus sumatranus. (online), (http://www.cites.org/eng/results.php?cites=Elephas+maximus+sumatranus) ,diakses 8 Agustus 2015.

Hutchinson, J. R, Schwerda, D, Famini, D. J, Dale, R. H, Fischer, M. S. and Kram, R. 2006. The Locomotor Kinematics of Asian and African Elephants: Changes With Speed And Size. Journal of Experimental Biology. 209 (19): 3812–27.

Kurt, F. 2005. Behaviour and Ecology of Wild and Captive Asian Elephants. Germany: First European Elephant Management School.

Martin, F. and Niemitz C. 2003. Right Trunkers and Left Trunkers: Side Preferences of Trunk Movements in Wild Asian Elephants (Elephas maximus). Journal of Comparative Psychology. 117 (4): 371–79.

Samansiri, A.K.P. and Weekaroon, D. 2007. Feeding Behaviour of Asian Elephant in The Northwestern Region of Srilanka. Journal of Animal behaviour. 2(7): 27-34.

Shoshani, J. 1998. Understanding proboscidean evolution: a formidable task.

Trends in Ecology and Evolution. 13 (12): 480–87.

Shoshani, J. 2005. Order Proboscidea Mammal Species of the World: A Taxonomic and Geographic Reference Volume 1 (3rd ed.). USA: Johns Hopkins University Press.

Sitompul, A.F. 2011. Ecology and Conservation of Sumatran Elephants (Elephas maximus sumatranus) in Sumatra, Indonesia. Disertasi tidak diterbitkan. Amherst: University of Massachusetts.

Soeriatmadja, R.E dan Hardjasasmita, H.S. 1982. Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus). Jakarta: Kantor Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup.

Sukumar R. 2003. The Living Elephants: Evolutionary Ecology, Behavior, and Conservation. Inggris: Oxford University Press.

(11)

Weissengruber, G. E, Egger, G. F, Hutchinson, J. R, Groenewald, H. B, Elsässer, L, Famini, D, and Forstenpointner, G. 2006. The Structure of The Cushions in The Feet of African Elephants (Loxodonta africana). Journal of Anatomy. 209 (6):781–92.

Yudarini, D.N, Soma, I.G, dan Widyastuti, S. 2013. Tingkah Laku Harian Gajah Sumatera (Elephas Maximus Sumatranus) di Bali Safari and Marine Park, Gianyar. Indonesia Medicus Veterinus. 2 (4) : 461- 468.

Zulkarnain. 1993. Kajian Tentang Aktivitas Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus Temminck,1947) dalam Pengembaraannya di Kabupaten Aceh Utara. Skripsi tidak diterbitkan. Banda Aceh: Sekolah Tinggi Ilmu Kehutanan Perguruan Tinggi Islam.

Gambar

Tabel  1    Deskripsi  Tingkah  Laku  Makan  harian  Gajah  Sumatera  (Elephas    maximus  sumateranus) di Secret Zoo
Tabel 2    Frekuensi Gerakan Belalai yang Muncul pada Tingkah Laku Makan            Harian Gajah Sumatera di Secret Zoo
Tabel  3  Presentase Lama Waktu Makan Gajah Sumatera (Elephas maximus  sumateranus) di Secret Zoo
Gambar  1    Anak  Panah  menunjukkan  Perpanjangan  Otot  pada  Ujung  Belalai  Gajah  Sumatera  yang  Berfungsi  seperti  Jari  pada  Manusia  (Sumber:
+2

Referensi

Dokumen terkait

Menggunakan baterai, pad, kabel, atau peralatan opsional selain yang disetujui oleh Cardiac Science dapat menyebabkan AED berfungsi secara tidak benar selama penyelamatan.. Masa

elektronik/internet pada tanggal 16 Desember 2011; Bahwa hal yang sama juga terjadi pada objek sengketa dalam perkara a quo sesuai dengan bukti yang diajukan

Terangkan dan sediakan gambarajah-gambarajah yang diperlukan untuk semua proses pemindahan haba dan keseimbangan tenaga secara keseluruhan yang berlaku pada satelit di angkasa... [a]

Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia

Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara sesuai format asuhan kebidanan pada ibu selama masa kehamilan, persalinan, nifas, BBL daan KB yang berisi

Dengan rahmat dan hidayah dari Allah Swt serta syafaat Rasulullah Saw, penulisan laporan Tugas Akhir dengan judul Perancangan Agrowisata Di Desa Sumber Mujur

Dari menentukan latar belakang permasalahan yang akan diangkat menjadi objek penelitian, mengumpulkan data baik verbal maupun visual terkait objek penelitian,

Justo un mes antes de cumplir los 19 años, Gauss se decantará definitivamente por las matemáticas y hará su primera anotación en su diario de notas, un pequeño cuaderno de 19