• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KECAKAPAN SOSIAL SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) DI KELAS IV SDN 060843 MEDAN TA 2013/2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KECAKAPAN SOSIAL SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) DI KELAS IV SDN 060843 MEDAN TA 2013/2014."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KECAKAPAN SOSIAL SISWA

DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (

PROBLEM

BASED LEARNING)

DI KELAS IV SDN 060843 MEDAN

TA 2013/2014

TESIS

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh GelarMagister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Dasar

OLEH

MAHRANI FITRI SIREGAR NIM: 8126182020

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KECAKAPAN SOSIAL SISWA

DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (

PROBLEM

BASED LEARNING)

DI KELAS IV SDN 060843 MEDAN

TA 2013/2014

TESIS

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh GelarMagister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Dasar

OLEH

MAHRANI FITRI SIREGAR NIM: 8126182020

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(3)
(4)
(5)
(6)

i

ABSTRAK

Mahrani Fitri Siregar (2014). Peningkatan Hasil Belajar dan Kecakapan Sosial Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

(Problem Based Learning) di Kelas IV SDN 060843 Medan TA 2013/2014.

(7)
(8)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdullilah puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas

Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan tesis ini

dengan baik. Tesis ini berjudul “Peningkatan Hasil Belajar dan Kecakapan Sosial

Siswa dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) di kelas IV SDN 060843 Medan TA 2013/2014”. Penelitian ini merupakan tugas

akhir untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan

di Universitas Negeri Medan. Dalam menyelesaikan penulisan tesis ini, penulis

mendapat bimbingan dari para dosen dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, pada kesempatan ini penulis tidak lupa menyampaikan ucapan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M,Si., selaku Rektor Universitas Negeri

Medan, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

menempuh pendidikan Pascasarjana (S-2).

2. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd., selaku Direktur PPs

Universitas Negeri Medan yang telah membantu dan mengizinkan

penelitian dalam menyelesaikan tesis ini.

3. Bapak Dr. Hidayat M.Si., dan Bapak Dr. Deni Setiawan M.Si., selaku

Dosen Pembimbing I dan II yang telah membimbing dan meluangkan

waktunya serta telah memberikan nasehat dan arahan kepada penulis

(9)

iv

4. Bapak Dr. Deni Setiawan M.Si., selaku Ketua Prodi Pendidikan Dasar PPs

Universitas Negeri Medan yang banyak membantu dalam memberikan

arahan kepada penulis dalam penulisan tesis.

5. Ibu Dr. Anita Yus M.Pd., selaku sekretaris Prodi Pendidikan Dasar PPs

Universitas Negeri Medan yang banyak membantu dalam memberikan

arahan kepada penulis dalam penulisan tesis.

6. Ibu Prof. Dr. Alesyanti, M.Pd, M.H, Prof. Dr. Asih Menanti, S.Psi, M.S

dan Dr. Anita Yus M.Pd., selaku penguji yang telah banyak memberi

masukan dan saran demi perbaikan tesis ini.

7. Putra, selaku Pegawai Prodi Pendidikan Dasar PPs Universitas Negeri

Medan yang telah membantu penulis sejak dalam perkuliahan hingga

penyelesaian tesis.

8. Ibu Dra. Mishri Al Bantani, selaku Kepala Sekolah SDN 060843 Medan,

Ibu Addalina S.Pd selaku observer dan seluruh keluarga besar SDN

060843 Medan.

9. Ayahanda dan Ibunda tercinta H.Haidir Siregar dan Hj.Turminah, Kakak

ku tersayang Misdah Siregar AMa.Pd dan Meisalwa Siregar S.Pd dan

adikku tercinta Mhd. Akbar Anthony Siregar yang telah memberikan

dukungan dan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

10.Husna Parluhutan Tambunan yang telah memberikan semangat yang

begitu luar biasa kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

11.Teman-teman angkatan 20 Prodi Pendidikan Dasar kelas B-1 yang tidak

(10)

v

dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Semoga sukses

untuk kita semua.

12. Teman-teman kos (Vira,kak Lia, kak Mimi, kak Leli, Auda dan Nisma)

yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan

tesis ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang terbaik atas bantuan dan

bimbingan yang diberikan. dengan penuh harap kiranya tesis ini bermanfaat bagi

yang membutuhkannya. Aamiin.

Medan, Juli 2014 Penulis

(11)

vi

3.4. Definisi Operasional Variabel ... 35

3.5. Desain Penelitian ... 36

3.6. Tekhnik Pengumpulan Data ... 40

3.7. Tekhnik Analisis Data ... 44

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Hasil Penelitian ... 46

4.1.1. Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Siklus I ... 47

4.1.2. Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Siklus II ... 57

4.1.3. Kecakapan Sosial Siswa ... 66

4.1.4. Hasil Refleksi... 83

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian... 88

(12)

vii

4.2.2. Peningkatan Kecakapan Sosial Siswa ... 88

BAB V. SIMPULAN, SARANDAN IMPLIKASI 5.1. Simpulan ... 91

5.2. Saran ... 92

5.3. Implikasi ... 93

(13)

vi

Daftar Tabel

Tabel 1.1. Rekap Penilaian Rata-rata Kelas Tema 1 ... 8

Tabel 1.2. Rekap Penilaian Rata-rata Kelas Tema 2 ... 8

Tabel 1.3. Rekap Penilaian Rata-rata Kelas Tema 3 ... 8

Tabel 1.4. Rekap Penilaian Rata-rata Kelas Tema 4 ... 9

Tabel 2.1. Tahapan-tahapan Model PBL ... 30

Tabel 3.1. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar ... 41

Tabel 3.2. Kisi-kisi Angket Kecakapan Sosial ... 44

Tabel 3.3. Rentang Nilai ... 45

Tabel 4.1. Hasil Penilaian Kognitif Siswa Siklus I ... 50

Tabel 4.2. Hasil Penilaian Keterampilan Siswa Siklus I ... 51

Tabel 4.3. Hasil Penilaian Sikap Siswa Siklus I... 53

Tabel 4.4. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Siklus I ... 55

Tabel 4.5. Hasil Penilaian Kognitif Siswa Siklus II ... 60

Tabel 4.6. Hasil Penilaian Keterampilan Siswa Siklus II ... 61

Tabel 4.7. Hasil Penilaian Sikap Siswa Siklus II ... 63

Tabel 4.8. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Siklus II ... 64

Tabel 4.9. Kecakapan Sosial dengan Indikator “Bekerjasama Dengan Teman Yang Lain” ... 67

Tabel 4.10. Kecakapan Sosial dengan Indikator “Tanggung Jawab Sosial” ... 69

Tabel 4.11. Kecakapan Sosial dengan Indikator “Mengendalikan Emosi” ... 71

Tabel 4.12. Kecakapan Sosial dengan Indikator “Berinteraksi Dengan Teman Lain” ... 72

Tabel 4.13. Kecakapan Sosial dengan Indikator “Mengelola Konflik” ... 74

Tabel 4.14. Kecakapan Sosial dengan Indikator “Toleransi” ... 75

Tabel 4.15. Kecakapan Sosial dengan Indikator “Membudayakan Sikap Sportif dan Disiplin” ... 77

Tabel 4.16. Kecakapan Sosial dengan Indikator “Mendengarkan Teman Yang Lain” ... 79

Tabel 4.17. Kecakapan Sosial dengan Indikator “Berkomunikasi Dengan Teman Lain” ... 81

Tabel 4.18. Kecakapan Sosial dengan Indikator “Memimpin” ... 83

(14)

vi

Daftar Lampiran

Lampiran 1 RPP ... 96

Lampiran 2 Tes Hasil Belajar ... 114

Lampiran 3 Lembar Pengamatan Afektif dan Psikomotorik ... 120

Lampiran 4 Format Lembar Observasi Guru ... 122

Lampiran 5 Lembar Aktivitas Siswa ... 123

Lampiran 6 Angket Kecakapan Sosial ... 129

Lampiran 7 Hasil Penilaian Kognitif Siswa ... 131

Lampiran 8 Hasil Penilaian Psikomotorik Siswa ... 133

Lampiran 9 Hasil Penilaian Afektif Siswa ... 135

Lampiran 10 Hasil Penilaian Angket Kecakapan Sosial ... 136

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan proses transformasi budaya dari generasi ke

generasi berikutnya, baik yang berbentuk ilmu pengetahuan, nilai, moral maupun

budaya dalam bentuk pola pikir. Sebagai proses transformasi, sudah barang tentu

pendidikan diharapkan mampu menyesuaikan dengan kondisi yang berkembang,

baik kemajuan tekhnologi, pola pikir, maupun tuntutan hidup baik masa sekarang

maupun masa yang akan datang. Dengan kata lain pendidikan merupakan suatu

bentuk upaya mempersiapkan sumber daya manusia yang mampu menghadapi

problem hidup yang senantiasa berkembang dari masa ke masa.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi telah membawa

perubahan ke semua aspek kehidupan, berbagai permasalahan hanya dapat

dipecahkan dengan upaya penguasaan dan peningkatkan ilmu pengetahuan dan

tekhnologi. Disatu sisi perubahan tersebut dapat bermanfaat bagi kehidupan

manusia. Tetapi disisi lain dapat membawa manusia ke dalam era persaingan

global yang semakin ketat dan sebagai konsekuensinya kehidupan manusia itu

akan semakin terpuruk. Agar bangsa Indonesia dalam era globalisasi ini mampu

berperan dalam persaingan, maka perlu secara bersama-sama dan serius untuk

mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi

(16)

2

pentingnya proses peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka pemerintah

telah dan berupaya mewujudkannya melalui berbagai usaha pembangunan

pendidikan yang lebih berkualitas. Upaya-upaya tersebut diantaranya melalui

pengembangan dan perbaikan kurikulum.

Kurikulum menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat

(19) adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan

pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum yang

melakukan perubahan yaitu dari Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), Kurikulum

Berbasis Kompetensi (KBK), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

hingga kurikulum yang terbaru saat ini yaitu Kurikulum 2013.

Kurikukulum 2013 merupakan kurikulum yang menekankan pada

kompetensi dengan pemikiran kompetensi berbasis sikap, keterampilan, dan

pengetahuan. Adapun ciri kurikulum 2013 yang paling mendasar ialah menuntut

kemampuan guru dalam berpengetahuan dan mencari tahu pengetahuan

sebanyak-banyaknya karena siswa zaman sekarang telah mudah mencari informasi dengan

bebas melalui perkembangan teknologi dan informasi. Sedangkan untuk siswa

lebih didorong untuk memiliki tanggung jawab kepada lingkungan, kemampuan

interpersonal, antarpersonal, maupun memiliki kemampuan berpikir kritias.

Tujuannya adalah terbentuk generasi produktif, kreatif, inovatif, dan afektif.

Dalam ciri kurikulum 2013 diterapkan pembelajaran kurikulum terpadu.

(17)

3

pendekatan pembelajaran dimana kompetensi (pengetahuan,keterampilan,dan

sikap) dari berbagai mata pelajaran digabungkan menjadi satu untuk merumuskan

pemahaman yang lebih mendalam dan mendasar tentang apa yang harus dikuasai

siswa. Siswa dituntut agar dapat mengkonstruksi pengetahuannya melalui

interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. melalui

pendekatan saintifik (scientific approach).

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik (scientific approach) adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara

aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan

mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah),merumuskan

masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan

berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan

konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Pendekatan saintifik dimaksudkan

untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal,

memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi

bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah

dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan dapat

mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui

observasi, dan bukan hanya diberi tahu.

Trianto (2009:17) berpendapat bahwa pembelajaran merupakan aspek

kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan.

Pembelajaran merupakan salah satu tindakan edukatif yang dilakukan guru di

(18)

4

pengembangan diri atau pribadi siswa secara utuh, artinya pengembangan

pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Oleh karena itu guru harus kompeten

dalam menciptakan aktivitas pembelajaran sesuai dengan ketiga aspek tersebut.

Dengan demikian, maka kriteria pembelajaran dengan menggunakan

penerapan pendekatan saintifik (scientific approach) pada hakikatnya ialah bertujuan untuk mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis,

analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan

mengaplikasikan materi pembelajaran,sehingga hasil akhirnya adalah adanya

peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang

baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Kebermaknaan proses belajar mengajar tidak terlepas dari peranan guru.

Kemampuan guru menguasai untuk merencanakan, merancang, melaksanakan dan

mengevaluasi serta melakukan feedback menjadi sangat dominan guna mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan studi pendahuluan dan kajian konseptor secara

akademis, ternyata masih banyak guru yang belum memiliki kemampuan dan

keterampilan yang memadai dalam memilih dan menggunakan model-model

pembelajaran yang mampu mengembangkan iklim pembelajaran yang kondusif

bagi siswa untuk belajar, dan banyak guru yang tidak memiliki kurikulum

tertulis serta kurang pemahaman terhadap kurikulum yang diterapkan

pemerintah sekarang yang dapat menjadi pedoman dasar dalam pemilihan

(19)

5

Rendahnya hasil belajar siswa dalam aspek kompetensi sikap,pengetehuan

dan keterampilan disebabkan oleh sikap pasif siswa dalam proses belajar

mengajar karena materi yang diberikan guru terlalu sulit dan model pembelajaran

yang digunakan kurang bervariasi sehingga proses pembelajaran menjadi

monoton. Hal tersebut juga menyebabkan belum tumbuhnya kecakapan sosial

siswa di kelas. Kecakapan sosial siswa disini dilihat dari bagaimana cara siswa

berkomunikasi dan bekerja sama dengan temannya antara lain kemampuan untuk

mendengar, menerima atau mempelajari informasi yang diterima, kemampuan

memberi tanggapan secara positif dan kemampuan memberikan pertimbangan

berupa nilai dan keyakinan.

Observasi awal yang dilakukan peneliti pada bulan September 2013 di

SDN 060843 Medan ditemukan ada beberapa masalah di dalam proses

pembelajaran yaitu : 1) keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran belum

nampak karena guru masih menggunakan model pembelajaran yang konvensional

yaitu ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas, 2) siswa jarang mengajukan

pertanyaan walaupun guru sering meminta agar siswa bertanya jika ada hal yang

belum atau kurang paham, 3) kurangnya keberanian siswa untuk mengerjakan soal

di depan kelas dan untuk memberikan pendapat terhadap hasil kerja temannya, 4)

masih banyak siswa yang belum mengerjakan pekerjaan rumah (pr) yang

diberikan oleh guru, 5) guru jarang sekali menerapkan pembelajaran kelompok

kepada siswa, 5) dan masih adanya sebagian siswa yang suka ribut pada saat

(20)

6

Dari masalah yang ditemukan oleh peneliti di atas, guru harus mampu

berusaha menciptakan suasana belajar yang kondusif sehingga memungkinkan

siswa dapat termotivasi untuk lebih giat belajar dan dapat berperan aktif dalam

kegiatan pembelajaran tersebut. Dalam hal ini guru dituntut untuk mampu

mengelola interaksi belajar mengajar yang memberikan rangsangan kepada siswa,

agar siswa dapat aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas, karena guru

memegang peranan penting dalam keberhasilan siswanya, baik keberhasilan

dalam belajar dan meningkatkan kecakapan sosial siswa itu sendiri.

Berdasarkan hasil observasi awal, peneliti memperoleh data rekap

penilaian rata-rata siswa di kelas dari guru kelas IV-2 SDN 060843 Medan pada

tema 1 sampai dengan tema 4. Berikut di bawah ini adalah salah satu jaringan

tema pada tema 1 indahnya kebersamaan pada mata pelajaran IPA, IPS, dan

(21)

7

3.5. M emahami sifat -sifat bunyi m elalui pengamat an dan ket erkait annya dengan indera penglihat an.

Indkator :

M enjelaskan sum ber bunyi dalam bent uk t ulisan

IPS

Kompetensi Dasar :

3.5. M emahami manusia dalam dinamika

int eraksi dengan lingkungan alam, social, budaya

dan ekonomi.

Indkator :

M encerit akan pengalamannya menjaga

keharmonisan hubungan dengan t eman sebagai

pengamalan nilai-nilai pancasila

PKn

Kompetensi Dasar :

3.1. M emahami makna dan ket erkait an

symbol-simbol sila pancasila dalam memahami pancasila

secara ut uh.

Indkator :

M encerit akan pengalaman mengamalkan

nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

(22)

8

Tabel 1.1. Rekap Penilaian Rata-rata Kelas Tema 1 : Indahnya Kebersamaan

Kelas Penilaian aspek kompetensi

Pengetahuan Keterampilan Sikap Predikat Keterangan

IV-2 2,43 2,40 C C+ Dari aspek penilaian

Tabel 1.2. Rekap Penilaian Rata-rata Kelas Tema 2 : Selalu Berhemat Energi

Kelas Penilaian aspek kompetensi

Pengetahuan Keterampilan Sikap Predikat Keterangan

IV-2 2,50 2,49 C C+ Dari aspek penilaian

Tabel 1.3. Rekap Penilaian Rata-rata Kelas Tema 3 : Peduli Terhadap Makhluk Hidup

Kelas Penilaian aspek kompetensi

Pengetahuan Keterampilan Sikap Predikat Keterangan

(23)

9

Tabel 1.4. Rekap Penilaian Rata-rata Kelas Tema 4 : Berbagai Pekerjaann

Kelas Penilaian aspek kompetensi

Pengetahuan Keterampilan Sikap Predikat Keterangan

IV-2 2,54 2,54 C C+ Dari aspek penilaian

Dari data rekap penilaian rata-rata kelas 4 tema di atas dapat dilihat bahwa

pada hasil penilaian yang diperoleh siswa belum mencapai batas KKM yang

ditetapkan pada kurikulum 2013 yaitu 2,66 (skala 1-4) atau 67 (skala 1-100)

dengan predikat B-. Rendahnya hasil penilaian tersebut di atas disebabkan oleh

beberapa factor antara lain : (1) model pembelajaran yang harus diterapkan di

kurikulum 2013 belum terlaksana secara keseluruhan, karena guru masih

menerapkan model pembelajaran yang konvensional, sehingga siswa tidak dapat

secara cepat memahami pelajaran yang dipelajari karena pembelajaran masih

bersifat abstrak bagi siswa; (2) guru kurang menerapkan proses pembelajaran

yang seharusnya sesuai dengan buku guru dengan mengaitkan antar pelajaran

(tema); (3) kurangnya penggunaan media pembelajaran yang seharusnya sudah

diterapkan guru dalam sebuah tema (4) focus pembelajaran masih berpusat pada

(24)

10

sosial siswa di dalam kelas, dimana selama ini kecakapan sosial tidak pernah

diperhatikan, yang seharusnya siswa dituntut untuk mampu berinteraksi dengan

siswa lain dan mampu bekerja serta belajar dalam kelompok, berani berpendapat

dan menerima pendapat orang lain, serta sikap tanggung jawab siswa terhadap

tugas yang diberikan guru seperti pekerjaan rumah (PR) masih rendah.

Dalam fenomena masalah di atas bahwa hasil belajar dan kecakapan sosial

siswa diantaranya di pengaruhi oleh model pembelajaran yang diterapkan guru

selama mengikuti proses pembelajaran. Untuk mengatasi permasalahan tersebut

guru harus mampu memilih model pembelajaran yang tepat dan disenangi siswa.

Dalam kurikulum 2013, ada 3 model pembelajaran yang menjadi acuan dalam

proses pembelajaran yaitu model pembelajaran berbasis proyek (project based learning), model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dan model pembelajaran penemuan (discovery learning).

Model pembelajaran berbasis proyek (project based learning) merupakan model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta

didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk

menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Model pembelajaran berbasis

masalah (problem based learning) merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk

belajar. Peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata

(25)

11

sosial siswa adalah menerapkan model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning).

Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga

siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut

dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah. Pembelajaran

berbasis masalah (problem based learning) sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi

siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan

masalah serta untuk memeproleh pengetahuan dan konsep esensial dari materi

pelajaran.

Problem Based Learning memiliki karakteristik sebagai berikut : (1) belajar dimulai dengan satu masalah, (2) memastikan bahwa masalah tersebut

berhubungan dengan dunia nyata siswa, (3) mengorganisasikan pelajaran seputar

masalah, bukan seputar disiplin ilmu, (4) memberikan tanggung jawab yang besar

kepada siswa dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar

mereka sendiri, (5) menggunakan kelompok kecil, dan (6) menuntut siswa untuk

mendemonstrasikan yang telah mereka pelajari dalam bentuk produk atau kinerja.

Berdasarkan uraian di atas, tampak jelas bahwa pembelajaran dengan

model Problem Based Learning dimulai oleh adanya masalah yang dalam hal ini dapat dimunculkan oleh siswa ataupun guru, kemudian siswa memperdalam

pengetahuannya tentang apa yang telah mereka ketahui dan apa yang mereka

(26)

12

yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka terdorong berperan

aktif dalam belajar. Hal tersebut juga dapat meningkatkan kecakapan social siswa,

karena siswa dituntut untuk dapat berinteraksi dengan temannya yang lain dalam

memecahkan suatu masalah.

Berdasarkan pertimbangan peneliti di atas sekaligus sebagai tindak

lanjutnya, maka perlu dilaksanakan penelitian dengan judul “Peningkatan Hasil

Belajar dan Kecakapan Sosial Siswa dengan Model Pembelajaran Berbasis

Masalah (Problem Based Learning) di kelas IV SDN 060843 Medan TA 2013/2104 ”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, dapat

diidentifikasi beberapa masalah yang berhubungan dengan hasil belajar dan

kecakapan sosial siswa sebagai berikut :

1. Model pembelajaran yang harus diterapkan di kurikulum 2013 belum

terlaksana secara keseluruhan, karena guru masih menerapkan model

pembelajaran yang konvensional, sehingga siswa tidak dapat secara cepat

memahami pelajaran yang dipelajari karena pembelajaran masih bersifat

(27)

13

2. Guru kurang menerapkan proses pembelajaran yang seharusnya sesuai

dengan buku guru dengan mengaitkan antar pelajaran (tema)

3. Belum adanya peningkatan nilai akhir siswa dalam penilaian sikap,

pengetahuan, dan keterampilan

4. Belum tumbuhnya kecakapan sosial siswa di dalam proses pembelajaran

karena materi yang diberikan guru hanya bersifat hapalan mandiri, tidak

ada kerja kelompok yang dapat menumbuhkan adanya interaksi siswa

dengan temannya yang lain dalam pembelajaran.

1.3. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah penerapan model

pembelajaran Problem Based Learning di Sekolah Dasar untuk meningkatkan hasil belajar dan kecakapan sosial siswa pada tema indahnya negeriku sub tema 3

indahnya peninggalan sejarah di kelas IV SDN 060843 Medan TA 2013/2014.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas permasalahan

yang ada dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada tema indahnya negeriku di kelas IV

SDN 060843 Medan?

2. Apakah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan kecakapan sosial siswa pada tema indahnya negeriku di

(28)

14

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN 060843 Medan pada tema

indahnya negeriku melalui model Problem Based Learning

2. Meningkatkan kecakapan sosial siswa kelas IV SDN 060843 Medan pada

tema indahnya negeriku melalui model Problem Based Learning.

1.6. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat dan kontribusi untuk berbagai

kepentingan sebagai berikut :

a. Siswa

 Menumbuhkan semangat belajar siswa

 Untuk meningkatan keaktifan dan keterlibatan siswa dalam belajar.

b. Guru

 Sebagai bahan masukan dalam rangka mengupayakan proses

pembelajaran yang inovatif seiring dengan perkembangan dewasa ini

dan selanjutnya

 Sebagai panduan dan pedoman bagi guru kelas IV untuk

menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dalam meningkatkan hasil belajar dan kecakapan sosial siswa

(29)

15

 Sebagai masukan dalam rangka melakukan penelitian-penelitian lebih

lanjut dan inovatif

 Menambah informasi ilmiah bagi semua pihak yang terkait dalam

bidang pendidikan dalam rangka menumbuh kembangkan budaya

(30)

1

BAB V

SIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada

Bab IV, dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Proses pembelajaran yang dilakukan guru pada tema “indahnya negeriku”

subtema “indahnya peninggalan sejarah” di kelas IV-2 SDN 060843

Medan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah

(problem based learning) dapat dilihat dari aktivitas guru dalam membelajaran tema terjadi peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada siklus I

dengan nilai sebesar 6,58 (5,48%) dengan kategori cukup. Pada siklus II

meningkat menjadi 8,83 (7,35%) dengan kategori baik.

2. Hasil belajar ranah kognitif siswa dalam pembelajara tema indahnya

negeriku subtema indahnya peninggalan sejarah di kelas IV-2 SDN

060843 Medan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis

masalah (problem based learning) juga terjadi peningkatan. Hal ini dilihat dari persentase peningkatan jumlah siswa yang mengalami peningkatan

dalam memperoleh predikat akhir. Persentase siswa pada siklus I yang

memperoleh predikat sangat baik (SB) adalah 10% sedangkan pada siklus

II meningkat menjadi 33,3% dengan nilai tertinggi 3,78. Pada predikat

baik (B) adalah 16,7% dan pada siklus II meningkat menjadi 50% dengan

(31)

2

II mengalami penurunan menjadi 10% dengan nilai 2,30, dan untuk

predikat kurang (D) adalah 23,33% dan mengalami penurunan menjadi

6,67% dengan nilai 1,60.

3. Penilaian ranah afektif siswa dalam pembelajara tema indahnya negeriku

subtema indahnya peninggalan sejarah di kelas IV-2 SDN 060843 Medan

dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) juga terjadi peningkatan. Hal ini dilihat dari persentase peningkatan jumlah siswa yang mengalami peningkatan dalam

memperoleh predikat akhir. Persentase siswa pada siklus I yang

memperoleh predikat sangat baik (SB) adalah 10% sedangkan pada siklus

II meningkat menjadi 33,3% dengan nilai tertinggi 3,78. Pada predikat

baik (B) adalah 16,7% dan pada siklus II meningkat menjadi 50% dengan

nilai tertinggi 3,46. Untuk predikat cukup (C) adalah 50% dan pada siklus

II mengalami penurunan menjadi 10% dengan nilai 2,30, dan untuk

predikat kurang (D) adalah 23,33% dan mengalami penurunan menjadi

6,67% dengan nilai 1,60.

4. Penilaian untuk ranah psikomotorik siswa dalam pembelajara tema

indahnya negeriku subtema indahnya peninggalan sejarah di kelas IV-2

SDN 060843 Medan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis

masalah (problem based learning) juga terjadi peningkatan. Hal ini dilihat dari persentase peningkatan jumlah siswa yang mengalami peningkatan

dalam memperoleh predikat akhir. Persentase siswa pada siklus I yang

(32)

3

3,30 dan predikat cukup (C) 27 orang (90%) dengan nilai tertinggi 2,48.

Sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan untuk predikat sangat

baik (SB) menjadi 7 orang (23,33%) dengan nilai tertinggi 3,68 dan

predikat baik (B) 23 orang (76,67%) dengan nilai tertinggi 3,40.

5. Penerapan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dapat meningkatkan kecakapan sosial siswa pada masing-masing indikator

penilaian : (a) bekerjasama dengan teman lain; (b) tanggung jawab sosial;

(c) mengendalikan emosi; (d) berinteraksi dengan teman lain; (e)

mengelola konflik; (f) toleransi; (g) sikap sportif dan disiplin; (h)

mendengarkan teman lain; (i) berkomunikasi dengan teman yang lain; dan

(j) memimpin. Pada siklus II, asing-masing indikator kecakapan sosial

yang berada pada skor “cukup” ≥ 80% dari jumlah siswa yang mengikuti

tes.

5.2. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakuakn, maka saran yang dapat

diberikan adalah sebagai berikut :

1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam upaya peningkatan

hasil belajar dan kecakapan sosial siswa pada jenjang yang berbeda

ataupun mata pelajaran yang berbeda.

2. Penggunaan model pembelajaran problem based learning hendaknya lebih ditekankan pada kelompok belajar diskusi, sehingga memberi kesempatan

(33)

4

3. Dalam pelaksanaan pembelajaran model problem based learning hendaknya guru melibatkan semua siswa berinteraksi secara positif

4. Subjek pada penelitian ini terbatas pada siswa SD, untuk itu perlu

dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran

problem based learning dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

5.3. Implikasi

1. Model pembelajaran Problem Based learning adalah model pembelajaran yang memusatkan pada masalah kehidupan yang bermakna bagi siswa

yang mana peran guru adalah sebagai seorang yang menyajikan masalah,

mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog.

2. Model pembelajaran Problem Based Learning dapat menjadi sumber acuan bagi peneliti lain yang akan mengadakan penelitian sejenis lebih

lanjut dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning.

3. Hasil penelitian ini secara praktis dapat diterapkan pada pembelajaran

tematik terpadu kurikulum 2013, yaitu hasil belajar siswa yang dinilai dari

ranah kognitif, afektif, dan psikomotoik dan juga kecakapan sosial siswa

dalam proses pembelajaran dapat ditingkatkan dengan dengan penerapan

(34)

1

DAFTAR PUSTAKA

Amri, Sofan. 2013. Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013.Surabaya:Prestasi Pustaka

Arends, R.I. 1997. Learning to teach, Belajar untuk mengajar,Edisi ketujuh,buku dua. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Combs, M. L., & Slaby, D. A. (1977). Social skills training with children. In B. B. Lahay&A.E.Kazdin (Eds.), Advances in clinical child psychology (pp. 161-201). New York: Plenum Press.

Depdiknas.2007. Kapita Selekta Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Republic Indonesia

Hazel, J. S.,Schumaker, J. B., Sherman, J. A., & Sheldon, J. (1995). ASSET: A social skills program for adolescents (2nd ed.). Champaign, IL: Norman Baxley & Associates.

Hopkins,1993. Penelitian Tindakan Kelas. Depdikbud LPTK.Jakarta

Ibrahim.2000.Pembeajaran Kooperatif. Surabaya : UNESA-University Press

Jarolimenk. 1997. Social Studies Competence and Skill. New York : Macmillan Publishing Co.Inc

Jurnal Kurniawati, Rully.2011. Penerapan problem based learning untuk meningkatkan pemahaman konsep aktivitas ekonomi dalam pembelajaran IPS kelas IV SDN Bareng 5 Malang: Universitas Negeri Malang.

(35)

2

Kelly,J.A.1982, Social-Skills Training, A Practical Guide for Interventions. New York: Springer

Jurnal Ratnaningsih,Linda.2010.Penerapan model PBL untuk meningkatkan pembelajaran IPA siswa kelas V SDN Pringapus 2 kec.Dongko Kab.Trenggalek (online)

(http://Library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=48510mdiakses

22januari 2012)

Leiber, M. J., & Mawhorr, T. L. (1995). Evaluating the use of social skills training and employment with delinquent youth. Journal of Criminal Justice, 23(2), 127-141.

Mudjiono,Dimyati.2006.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Rineka Cipta Nurhadi.2004.Kurikulum 2004.Jakarta:Grasindo

Purwanto. (2009). Evaluasi Hasil Belajar. Surakarta: Pustaka Pelajar. Rede,Amran.2012.Peningkatan Kecakapan Siswa Sekolah Dasar dalam

Pembelajaran Tematik. Jurnal Ilmu Pendidikan.Vol.18 no.2

(ht t p:/ / journal.um .ac.id/ index.php/ jip/ art icle/ viewArt icle/ 3614) diakses 17 Januari 2013

Sardiman. 2008. Interaksi dan Motivasi Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhi. Jakarta : Rineka Cipta

Suharsimi,Arikunto. ( 1991 ). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Sudjana, Nana. (2009 ). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung :

Remaja Rosdakarya.

Sanjaya,Wina.2008.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Jakarta:Kencana

Trianto.2010.Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.Jakarta: Prestasi Pustaka

Gambar

Tabel 1.1. Rekap Penilaian Rata-rata Kelas
Tabel 1.4. Rekap Penilaian Rata-rata Kelas

Referensi

Dokumen terkait

Giafik Persen Aktivitas Fraksi Etil Asetat Biji, Serabut Buah, dan Daging Buah dari Pare Putih dan Hijau dibandingkan dengan Kontrol Positif Vitamin c, BHT,

Theoretically, this study is expected to enrich the literature on need analysis for economics and business students of vocational school in the context of 2013

Konsentrasi nitrat di

Dari suatu barisan aritmatika, suku ketiga adalah 36, jumlah suku kelima dan ketujuh adalah 144.. Jumlah sepuluh suku pertama deret tersebut

Jika sekarang massa balok diwakilkan pada 2 titik masing-masing dengan massa ‘m’ dan ‘2m’ seperti pada gambar di bawah ini, dan kemudian ditempatkan 2 mesin pada kedua

[r]

Berdasarkan gambar Linesplan yang dapat dilihat pada Gambar yang sudah di desain, maka dilanjutkan dengan pembuatan General Arrangement untuk merencakan ruangan

Dalam hal ini suasana belajar mahasiswa DIV bidan pendidik mata kuliah metodologi penelitian klinik adalah cukup mendukung, suasana belajar di kelas merupakan faktor yang