• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEBISINGAN DAN KENYAMANAN TERMAL DI RUMAH SAKIT SALAK BOGOR KRISTIANTO RUMAGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KEBISINGAN DAN KENYAMANAN TERMAL DI RUMAH SAKIT SALAK BOGOR KRISTIANTO RUMAGA"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEBISINGAN DAN KENYAMANAN TERMAL

DI RUMAH SAKIT SALAK BOGOR

KRISTIANTO RUMAGA

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kebisingan dan Kenyamanan Termal di Rumah Sakit Salak Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2016

Kristianto Rumaga

(3)

KRISTIANTO RUMAGA. Analisis Kebisingan dan Kenyamanan Termal di Rumah Sakit Salak Bogor. Dibimbing oleh YUDI CHADIRIN.

Bangunan didesain untuk menciptakan kenyamanan bagi penggunanya, namun konsep pembangunan yang terjadi sekarang sekarang tidak bersifat nyaman seperti berada dekat pada sumber kebisingan. Tujuan penelitian untuk mengetahui tingkat kebisingan, mengidentifikasi sumber kebisingan dan menganalisis kenyamanan termal di ruangan rawat inap Wira dan UGD Rumah Sakit Salak Bogor. Metode penelitian mengacu pada Kep-48/MENLH/11/1996 dan SNI 03-6572-2001 sedangkan untuk analisis suhu digunakan grafik psikometrik. Lsm di ruangan UGD melebihi baku mutu, kebisingan tertinggi terjadi pada hari kerja (Senin) di titik 2,3, dan 4 sebesar 61 dB (A), 63 dB (A), dan 62 dB (A). Pada ruangan rawat inap Wira tingkat kebisingan tertinggi terjadi pada saat kontruksi yaitu tanggal 8 dan 9 Mei 2016, sedangkan tingkat kebisingan saat tidak ada kontruksi tidak melebihi baku mutu. Sumber kebisingan di ruangan UGD berasal dari bising lalu lintas dan pada ruangan rawat inap Wira berasal dari kontruksi. Suhu di ruangan UGD sesuai dengan baku mutu, sedangkan di ruangan rawat inap Wira di atas baku mutu. Kelembaban ruangan UGD dan rawat inap Wira di atas baku mutu dan intensitas pencahayaan ada yang melebihi baku mutu pada siang hari. Ruangan UGD dan rawat inap Wira memiliki kondisi yang tidak nyaman.

Kata kunci: kebisingan, kenyamanan termal, rawat inap, rumah sakit, UGD.

ABSTRACT

KRISTIANTO RUMAGA. Noise Analysis and Thermal Comfort in Hospital Salak, Bogor. Supervised by YUDI CHADIRIN.

A building communly was designed to be comportable for user. However if the building close to the source of noise, user and residents become uncomfortable. The aim of this research were to determine the level of noise, to identify the sources of noise and to analyze the thermal comfort in the in patient care and emergency room of Salak Hospital, Bogor. Research method based on Kep-48 / MENLH / 11/1996 and SNI 03-6572-2001 and temperature analysis based on by psychometric chart. Lsm in the emergency room exceeded the standard quality, the highest noise was in the in patient care on weekdays (Monday) at point 2,3, and 4 of 61 dB (A), 63 dB (A) and 62 dB (A) respectively. The highest noise in the patient care were on 8 and 9 May 2016 during construction time. The noise level did not exceed the quality standards when there is no construction. The sources of noise in the emergency room was from traffic noise and in the in patient care was from construction activities. The temperature in emergency room was suitable with the quality standards, but the temperature in the in patient care the humidity the in patient care was higher than standard. The humidity in the in patient care and emergency room was above standard quality, and lighting intensity was above the standard in day time. The in patient care and emergency room were classified as not comfortable.

Keywords: emergency room, hospital, in patient care, noise, thermal comfort.

ABSTRAK

(4)

ANALISIS KEBISINGAN DAN KENYAMANAN TERMAL

DI RUMAH SAKIT SALAK BOGOR

KRISTIANTO RUMAGA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik

pada

Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(5)
(6)

PRAKATA

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia, hidayah, dan rahmat-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Analisis Kebisingan dan Kenyamanan Termal di Rumah Sakit Salak Bogor” dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan pada Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan.

Disampaikan terima kasih kepada Dr. Yudi Chadirin, S.TP., M.Agr. selaku dosen pembimbing atas waktu dan kesempatannya untuk membimbing, mengarahkan, dan memotivasi dan penyusunan proposal, pelaksanaan penelitian, pembuatan makalah, hingga penyusunan skripsi. Ucapan terima kasih kepada Dr. Satyanto K. Saptomo, STP. Msi dan Dr. Ir. Erizal, M.Agr selaku dosen penguji. Ucapan terima kasih kepada orang tua penulis Bapak Ramli Sandi Ibu Yustina, dan seluruh keluarga atas segala doa, dukungan, serta kasih sayang yang telah diberikan.Ucapan terima kasih kepada pihak Rumah Sakit Salak Bogor atas perizinan dalam penelitian ini, kepada drg. Adia L Rizal atas perizinan dan membantu dalam proses pengambilan data di ruangan UGD dan rawat inap Wira. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman sebimbingan Femi, Lina, Najwa, Kuncoro dan Praja atas kerjasamanya. Ucapan terima kasih pada Jaki, Aji, Eman, Wanca, Tio Hendro, dan Fandi yang telah membantu dalam pengukuran. Penghargaan juga disampaikan kepada teman teman SIL 49 dan teman teman BUD Kabupaten Landak yang telah memberikan dukungan.

Karya ilmiah ini jauh dari sempurna, tetapi diharapkan karya ilmiah ini tetap bermanfaat di bidang Teknik Sipil dan Lingkungan.

Bogor, Oktober 2016

(7)

DAFTAR ISI

PRAKATA III DAFTAR ISI IV DAFTAR TABEL V DAFTAR GAMBAR V DAFTAR LAMPIRAN V PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 2 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Kebisingan 2

Pengukuran Kebisingan 3

Kenyamanan Termal 4

METODE PENELITIAN 5

Waktu dan Tempat 5

Alat dan Bahan 5

Prosedur Penelitian 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 9

Keadaan Umum Rumah Sakit Salak Bogor 9

Analisis Kebisingan 9

Analisis Kenyamanan Termal 14

Analisis Pencahayaaan Ruangan 18

Upaya Mengurangi Kebisingan 20

Upaya Pengontrolan Suhu dan Kelembaban 21

Upaya Pengaturan Pencahayaan Ruangan 21

SIMPULAN DAN SARAN 22

Simpulan 22 Saran 22 DAFTAR PUSTAKA 23 LAMPIRAN 25 RIWAYAT HIDUP 36

(8)

DAFTAR TABEL

1 Hasil pengukuran suhu di ruangan UGD 14 2 Hasil pengukuran suhu di ruangan rawat inap Wira 15 3 Hasil perhitungan kelembaban di ruangan UGD 16 4 Hasil perhitungan kelembaban di ruangan rawat inap Wira 16

5 Hasil analisis ruangan UGD 17

6 Hasil analisis ruangan rawat inap Wira 18 7 Intensitas pencahayaan di ruangan UGD 19 8 Intensitas pencahayaan di ruangan rawat inap Wira 20

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram alir penelitian 6

2 Titik pengukuran 8

3 Tingkat kebisingan di titik 1 10

4 Tingkat kebisingan di titik 2 ruangan UGD 10 5 Tingkat kebisingan di titik 3 ruangan UGD 11 6 Tingkat tebisingan di titik 4 ruangan UGD 12 7 Tingkat tebisingan di titik 5 rawat inap Wira 12 8 Tingkat kebisingan di titik 6 rawat inap Wira 13 9 Tingkat kebisingan di titik 7 rawat inap Wira 14 10 Analisis kenyamanan termal di ruangan UGD 17 11 Analisis kenyamanan termal di ruangan rawat inap Wira 18

DAFTAR LAMPIRAN

1 Baku mutu kebisingan 25

2 Baku mutu suhu dan kelembaban 25

3 Baku mutu tentang intensitas cahaya di rumah sakit 26 4 Contoh perhitungan Leq 1 dan 10 menit Ls, Lm Lsm titik 1 luar 28 5 Hasil perhitungan Leq 10 menit 28 6 Hasil perhitungan Leq 10 menit pada ruangan rawat Inap Wira 29 7 Hasil perhitungan Ls, Lm, Lsm pada titik 1 (luar) dan UGD 30 8 Hasil perhitungan Ls, Lm, Lsm pada ruangan rawat inap Wira 31

9 Contoh perhitungan kelembaban 32

10 Kegiatan pengukuran kebisingan 33 11 Kegiatan pengukuran suhu dan cahaya 34 12 Lokasi titik pengukuran di UGD dan rawat inap Wira 35

(9)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Semakin tinggi pengguna jasa transportasi di wilayah perkotaan menyebabkan keramaian lalu lintas pada wilayah tersebut semakin meningkat. Tingginya intensitas kendaraan yang melintas di jalan raya kota tentunya mempunyai dampak lingkungan di sepanjang jalan yang dilewati kendaraan (Purwadi 2006). Kendaraan-kendaraan tersebut dalam pengoperasiaannya menimbulkan suara-suara seperti, suara mesin kendaraan yang keluar dari knalpot, suara klakson kendaraan maupun suara-suara yang diakibatkan oleh aktivitas dari mesin kendaraan yang lainnya. Pada level tertentu suara-suara tersebut masih dapat ditoleransi oleh masyarakat, dalam artian tidak menimbulkan suatu gangguan kenyamanan dan gangguan lainnya terhadap masyarakat, akan tetapi pada tingkat yang lebih tinggi suara yang ditimbulkan oleh kendaraan-kendaraan transportasi tersebut sudah dapat dikatakan sebagai suatu gangguan yang disebut polusi suara atau kebisingan (Djalante 2010).

Saat ini rumah sakit cenderung berada di pusat kota sehingga dekat dengan sumber-sumber kebisingan. Faktor pemilihan lokasi yang strategis guna mengakomodasi kebutuhan dalam menjangkau, ditambah dengan keterbatasan lahan perkotaan yang tersedia dengan ketiadaan buffer lansekap sehingga memberikan konsekuen bagi rumah sakit menjadi berada di lingkungan dengan paparan kebisingan diatas batas gangguan yang sering terjadi karena kebisingan ini adalah gangguan tidur dan komunikasi (Griefhan et al. 2000). Sumber kebisingan pada umumnya adalah kendaraan yang melintas di jalan raya, sedangkan penerima dari kebisingan dapat berupa rumah, sekolah, rumah sakit atau bangunan lainnya, selain itu pengaruh kebisingan yang terjadi di rumah sakit tidak hanya berasal dari lalu lintas akan tetapi sumber bising yang terjadi bisa dari kegitan konstruksi atau dari kegiatan percakapan yang ada di ruangan pasien, sehingga sangat dibutuhkan dalam merencanakan bangunan rumah sakit perlu perhatian khusus, karena pengendalian kebisingan merupakan kebutuhan awal untuk dapat beristirahat dalam proses penyembuhan pasien.

Pada perinsipnya bangunan didesain untuk menciptakan kenyamanan bagi pengguna bangunan tersebut, namun konsep pembangunan yang terjadi sekarang adalah menciptakan bangunan yang nyaman tetapi boros energi. Contoh kasus yang terjadi adalah gedung perkantoran, perumahan, rumah sakit, hingga institusi pendidikan. Konsep pembangunan ini harus dikembalikan ke konsep awal, agar pembangunan yang diterapkan bersifat nyaman (dalam hal suhu, kelembaban, pencahayaan dan kecepatan angin) dan hemat energi. Salah satu caranya adalah dengan mengoptimalkan kenyamanan termal gedung tersebut. Studi kasus ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh kebisingan dan kondisi kenyamanan termal di ruangan rawat inap Wira dan UGD Rumah Sakit Salak agar dapat diperoleh kondisi kenyamanan ruangan yang optimal.

(10)

Perumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini meliputi:

1. Seberapa besar dampak kebisingan lalu lintas yang terjadi pada ruangan rawat inap Wira dan UGD, Rumah Sakit Salak Bogor.

2. Apakah kebisingan lalu lintas melebihi baku mutu yang ditetapkan oleh Kep-48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan untuk Rumah Sakit. 3. Bagaimana kenyamanan termal di Rumah Sakit Salak Bogor.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui tingkat kebisingan dalam ruangan rawat inap Wira dan UGD Rumah Sakit Salak, Bogor.

2. Mengidentifikasi sumber-sumber kebisingan di Rumah Sakit Salak, Bogor. 3. Menganalisis kenyamanan termal di ruangan rawat inap Wira dan UGD Rumah

Sakit Salak Bogor.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Memberikan informasi dampak yang ditimbulkan dari kebisingan terhadap Rumah Sakit Salak Bogor.

2. Sebagai referensi kepada pihak Rumah Sakit Salak Bogor untuk mengurangi kebisingan dan meningkatkan kenyamanan termal di ruangan rawat inap Wira dan UGD.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian dideskripsikan secara singkat sebagai berikut: 1. Penelitian ini dilakukan di dalam di ruangan rawat inap Wira dan UGD, Rumah

Sakit Salak Bogor.

2. Penelitian ini mencakup pengukuran kebisingan di luar Rumah Sakit Salak Bogor dengan memperhatikan aspek cuaca.

3. Pengukuran dalam penelitian ini dilakukan sesuai dengan waktu pengambilan sampel (kenyamanan termal) di Rumah Sakit Salak Bogor.

TINJAUAN PUSTAKA

Kebisingan

Kebisingan menurut Kep-48/MENLH/11/1996 tentang baku Tingkat Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Doelle (1985) menyatakan bahwa semua bunyi yang

(11)

mengalihkan perhatian, mengganggu, atau berbahaya bagi kegiatan sehari-hari (kerja, istirahat, hiburan atau belajar) dianggap sebagai bising. Selain itu semakin meningkat lebel kebisingan, semakin besar potensi untuk terbangun atau terjaga dari tidur yang menimbulkan dampak lain yaitu kegelisahan dan penyakit kejiwaan. Oleh karena itu, sangat dianjurkan bagi pasien yang sedang melalui masa pemulihan kesehatan untuk tidak menerima paparan bising secara berlebihan Tingkat intensitas suara dapat diukur dengan alat sound level meter (SLM). Sumber kebisingan dapat diidentifikasi jenis dan bentuknya.

Terdapat beberapa bentuk sumber penyebab kebisingan (Widagdo 1998) yaitu:

a. Sumber kebisingan titik/ sumber statis

Sumber kebisingan titik merupakan sumber kebisingan yang berasal dari sumber yang tidak bergerak dan bergerak titik. Kebisingan yang keluar dari sumber yang berbentuk titik menyebar dalam bentuk lingkaran melalui udara dengan kecepatan 335 m per detik.

b. Sumber kebisingan garis / sumber dinamis

Sumber kebisingan merupakan sumber kebisingan yang dihasilkan oleh sumber bergerak. Misalkan kendaraan yang bergerak. Kendaraan yang bergerak, penyebaran suaranya berbentuk silinder memanjang.

Sumber-sumber bising pada dasarnya ada tiga macam, yaitu sumber bising titik, sumber bising bidang dan sumber bising garis. Kebisingan yang diakibatkan lalu lintas adalah kebisingan garis. Kebisingan lalu lintas berasal dari suara yang dihasilkan dari kendaraan bermotor, terutama dari mesin kendaraan, knalpot, serta akibat interaksi antara roda dengan jalan. Selain penyebab kabisingan dari kendaraan tersebut, ada pula parameter dari kendaraan itu sendiri yaitu kecepatan dan kepadatan kendaraan bermotor yang ada di lalu lintas jalan, pembunyian klakson dan kestabilan atau ketidakstabilan lalu lintas kendaraan bermotor (Suroto 2010).

Pengukuran Kebisingan

Standar alat untuk mengukur kebisingan adalah sound level meter (SLM). Pengukuran kebisingan dalam SLM dikategorikan dalam tiga jenis karakter respon frekuensi, yaitu ditunjukkan dalam skala A, B, dan C. Skala A yang ditemukan paling dapat mewakili batas pendengaran manusia dan respon telinga manusia terhadap kebisingan, termasuk kebisingan yang dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Skala A tersebut dinyatakan dalam satuan dB dan kebanyakan dipakai dB (A) (Djalante 2010). Skala pengukuran B: untuk suara dengan kekerasan yang moderat (>40 dB) tetapi sangat jarang digunakan dan mungkin tidak digunakan lagi. Skala pengukuran C: digunakan untuk suara yang sangat keras (>45 dB) yang menghasilkan gambaran respon terhadap bising antara 20 sampai 20000 Hz.

Mekanisme kerja dari SLM adalah apabila ada benda bergetar, maka akan menyebabkan terjadinya perubahan tekanan udara yang mana perubahan tersebut dapat ditangkap oleh alat ini, sehingga akan menggerakkan meter petunjuk atau jarum petunjuk. Pengukuran ada yang hanya bertujuan untuk pengendalian terhadap lingkungan kerja namun ada juga pengukuran yang bertujuan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pasien rumah sakit yang bersangkutan (Anizar

(12)

2009). Bunyi diukur dengan satuan yang disebut desibel, yaitu mengukur besarnya tekanan udara yang ditimbulkan oleh gelombang bunyi. Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup (Kemen LH 1996) pengukuran tingkat kebisingan dapat dilakukan dengan dua cara: yaitu cara sederhana dan cara langsung. Berdasarkan peraturan mengenai baku tingkat kebisingan diatur juga dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 tahun 1996 tanggal 25 November 1996 dan disajikan pada Lampiran 1 (Kemen LH 1996).

Kenyamanan Termal

Kenyamanan termal dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi pikiran yang mengekspresikan kepuasan dengan lingkungan termal (Nugroho 2011). Kenyamanan termal adalah suatu kondisi termal yang dirasakan manusia diakibatkan oleh elemen-elemen arsitektur dan lingkungan. Kenyamanan tergantung pada variabel iklim (matahari/radiasi, temperatur udara, kelembaban udara, kecapatan angin) beberapa faktor individual seperti pakaian, aklitimasi, usia, tingkat kegemukan, dan tingkat kesehatan Talarosha (2005). Ada dua kategori bangunan berdasarkan fungsi termalnya, yaitu suatu bangunan yang beban termalnya didominasi oleh kemampuan permukaan kulit bangunannya, dan yang kedua, adalah beban termal yang memang terbentuk karena kegitan internalnya (Prianto 2007).

Menurut WB Wijaya dalam Prayogi (2012), secara umum kondisi ruangan yang ideal adalah memiliki temperatur 20-25o C, kelembaban 40-50% . Penempatan bangunan yang tepat terhadap matahari dan angin, serta bentuk dan konstruksi serta pemilihan bahan yang sesuai, maka temperatur ruangan dapat diturunkan beberapa derajat tanpa peralatan mekanis. Perbedaan temperatur yang kecil saja terhadap temperatur luar atau gerakan udara lambat pun sudah dapat menciptakan perasaan nyaman bagi manusia sedang berada di dalam ruangan (Alahudin 2012). Untuk mendapatkan tingkat temperatur dan kelembaban udara di dalam ruangan dapat dilakukan dengan pengkondisian udara dengan mempertimbangkan :

1. Fungsi ruang, jumlah pengguna, letak, volume ruang, jenis peralatan, dan penggunaan bahan bangunan.

2. Kemudahan pemeliharaan dan perawatan.

3. Prinsip-prinsip penghematan energi dan kelestarian lingkungan

Suhu udara merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kondisi nyaman (termal) manusia. Hoppe (1988) memperlihatkan bahwa suhu manusia naik ketika suhu ruang dinaikkan sekitar 21ºC. Kenaikan lebih lanjut pada suhu ruang tidak menyebabkan suhu kulit naik, namun menyebabkan kulit berkeringat. Pada suhu ruang sekitar 20ºC suhu nyaman untuk kulit tercapai. Selain suhu udara, suhu radiasi matahari dari sekeliling permukaan (plafon, dinding, pintu, jendela dan lantai) juga ikut mempengaruhi kenyamanan ruang. Sementara itu, pengaruh kelembaban udara pada kenyamanan ruang tidak sebesar pengaruh suhu udara. Faktor kecepatan udara juga mempengaruhi kenyamanan termal, dimana semakin besar kecepatan udara akan berpengaruh terhadap semakin rendahnya suhu kulit manusia. Baku mutu untuk standar suhu, kelembaban dan indeks pencahayaan di Rumah Sakit dapat diatur sesuai Keputusan Menteri kesehatan RI No. 1204 Tahun

(13)

2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit dapat dilihat pada Lampiran 3.

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan dari bulan April-Juli 2016. Lokasi penelitian dilakukan di Rumah Bogor Salak Jl. Jendral Sudirman No.8, Sempur-Kota Bogor, Jawa Barat. Pengolahan data dilaksanakan di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian IPB.

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sound level meter

(digunakan untuk mengukur tingkat kebisingan), lux meter (digunakan untuk mengukur intensitas cahaya), anemometer (digunakan untuk mengukur keceptan angin), penghitung waktu (stopwatch), digital camera, termometer bola kering dan termometer bola basah, peraturan tentang kebisingan yaitu Kep-48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan, SNI 16-7062-2004 pengukuran intensitas cahaya ruangan, grafik psikrometrik dan grafik standar ASHRAE.

Prosedur Analisis Data

Penelitian analisis kebisingan dan kenyamanan termal di Rumah Sakit Salak Bogor merupakan evaluasi besarnya kebisingan yang mencapai pasien yang berada di ruang rawat inap Wira dan UGD Rumah Sakit Salak Bogor serta kenyamanan termal di ruangan tersebut. Metode pengukuran kebisingan di dalam dan luar rumah sakit mengacu pada Kep-48/MENLH/11/1996 (Kemen LH 1996) dilakukan 7 kali pengukuran dengan periode waktu tertentu pada satu titik. Waktu pengukuran 10 menit diwakili dengan pengukuran 4 kali pada siang hari dan 3 kali pada malam hari. Pembacaan data dilakukan tiap 5 detik dan ketinggian sound level meter adalah 1.2 m dari permukaan tanah. Setelah 10 menit akan diperoleh sebanyak 120 data di dalam dan luar rumah sakit, pengukuran kebisingan dilakukan selama tiga hari, dua hari kerja yaitu hari Kamis (9 Juni 2016) dan Senin (9 Mei 2016) dan hari libur (8 Mei 2016 ) yaitu hari Minggu. Pengukuran suhu dilakukan selama satu hari dengan cuaca optimum, dan data yang digunakan adalah data yang diambil pada pagi, siang dan sore hari. Setelah data suhu didapatkan di ruangan UGD dan rawat inap Wira, data tersebut digunakan untuk mencari nilai kelembaban relatif atau RH dengan cara diplotkan ke dalam grafik psikrometrik. Pengukuran intensitas cahaya berdasarkan SNI 16-7062-2004. Penentuan titik pengukuran dengan luas kurang dari 10 m2 adalah titik potong garis horisontal panjang dan lebar ruangan pada jarak setiap 1 m, sedangkan pada ruangan dengan luas 10 m2 sampai 100 m2 titik potong pada jarak setiap 3 m2. Adapun diagram alir penelitian ditunjukkan pada Gambar 1.

(14)

Gambar 1 Diagram alir penelitian

Prosedur Pengolahan dan Analisis Data

Pengukuran untuk analisis kebisingan dilakukan di setiap titik dan mengacu pada peraturan No.48/MENLH/11/1996 (Kemen LH 1996). Waktu pengukuran yang diambil untuk mendapatkan nilai kebisingan harian (Lsm) yaitu:

- La diambil pada jam 07.00, mewakili pukul 06.00-09.00 - Lb diambil pada jam 10.00, mewakili pukul 09.00-11.00

tidak Penentuan

titik pengukuran di dalam rumah sakit

Penentuan titik pengukuran di

luar rumah sakit

Pengukuran Kebisingan (Kep-48/MENLH/11/1996)

Pengukuran parameter kenyamanan termal

Pengolahan data

Analisa kebisingan dan kenyamanan termal Selesai sesuai Usaha penanganan Baku mutu Mulai sesuai

(15)

- Lc diambil pada jam 15.00, mewakili pukul 11.00-17.00 - Ld diambil pada jam 20.00, mewakili pukul 17.00-22.00 - Le diambil pada jam 23.00, mewakili pukul 22.00-24.00 - Lf diambil pada jam 01.00, mewakili pukul 24.00-03.00 - Lg diambil pada jam 04.00, mewakili pukul 03.00-06.00

Pada pengukuran kebisingan menurut jarak, hanya dilakukan berdasarkan waktu pagi, siang, dan sore hari. Menurut Kemen LH (1996) data tingkat kebisingan diukur selama 10 menit. Data tersebut lalu, perhitungannya dibagi menjadi per /menit menggunakan persamaan (1).

Leq (1 menit) = 10 log 1 60[ (10

0.1 L1+10 0.1 L2+…+10 0.1 L12) 5] dB (A) (1) Berdasarkan perhitungan Persamaan 1 diperoleh 10 data. Selanjutnya 10 data tersebut dihitung menggunakan Persamaan 2 sehingga diperoleh data Leq (10 menit) untuk La, Lb, Lc, Ld, Le, Lf dan Lg.

Leq (10 menit) = 10 log 1 60 [ (10

0.1 L1+10 0.1 LII+…+10 0.1 Lx) 1] dB (A) (2) Lalu untuk menentukan tingkat kebisingan selama siang dan malam hari, data dimasukkan ke dalam persamaan 3 dan 4. Kemudian hasil pengukuran pada siang dan malam hari digabungkan untuk mendapatkan tingkat kebisingan selama 24 jam dengan menggunakan persamaan 5.

Ls = 10 log 1 16 ( Ta 10 0.1 La +...+ T d 10 0.1 Ld ) dB (A) (3) Lm = 10 log 1 8 ( Te 10 0.1 Le + T f 10 0.1 Lf + Tg 10 0.1 Lg ) dB (A) (4) Lsm = 10 log 1 24 ( 16 x 10 0.1 Ls + 8 x 10 0.1 (Lm+5) ) dB (A) (5) Keterangan:

Leq : Equivalent Continous Noise Level, atau tingkat kebisingan fluktuatif selama waktu tertentu dan setara dengan tingkat kebisingan selang waktu yang sama [dB (A)]

L1 : Perhitungan tingkat kebisingan detik ke-5 pada menit ke-1[dB (A)] La : Leq (10 menit) setiap selang waktu 06.00-09.00 [dB (A)]

Lb : Leq (10 menit) setiap selang waktu 09.00-11.00 [dB (A)] Lc : Leq (10 menit) setiap selang waktu 11.00-17.00 [dB (A)] Ld : Leq (10 menit) setiap selang waktu 17.00-22.00 [dB (A)] Le : Leq (10 menit) setiap selang waktu 22.00-24.00 [dB (A)] Lf : Leq (10 menit) setiap selang waktu 24.00-03.00 [dB (A)] Lg : Leq (10 menit) setiap selang waktu 03.00-06.00 [dB (A)] Ls : Leq di siang hari antara pukul 06.00-22.00 [dB (A)] Ta : Rentang waktu pengukuran di siang hari (jam) Lm : Leq dimalam hari antara pukul 22:00-06.00 [dB (A)] Te : Rentang waktu pengukuran di malam hari (jam)

(16)

Le : Leq (10 menit) setiap selang waktu di malam hari [dB (A)] Lsm : Leq pada pengukuran 24 jam [dB (A)]

Data kebisingan yang diperoleh hasil dari pengukuran diolah dengan memasukan persamaan untuk mencari kebisingan harian atau 24 jam menggunakan

microsoft excel. Setelah mendapat nilai kebisingan harian, data diplotkan ke dalam grafik untuk melihat fluktuasi kebisingan yang terjadi di rumah sakit tersebut. Hasil dari nilai kebisingan harian dibandingkan dengan baku mutu kebisingan di Rumah Sakit di Kep-48/MENLH/11/1996 (Kemen LH 1996).

Sumber: Google earth

Gambar 2 Titik pengukuran

Pengukuran temperatur dan kelembaban relatif di dalam ruangan UGD dan rawat inap Wira Rumah Sakit Salak Bogor pada tanggal 8 Mei 2016 dilakukan dengan termometer bola basah dan bola kering. Pengambilan data dilakukan selama 1 hari dengan cuaca optimum dengan menempatkan termometer di beberapa titik di ruangan, yang akan diukur temperatur bola kering (TdB ) dan temperatur bola basah (Twb) selama 15 menit dengan pembacaan suhu setiap 5 menit pada pagi, siang, dan sore hari. Pagi hari pengukuran suhu dilakukan pada jam 09:00 sedangkan pada siang hari dilakukan pada jam 13:00 dan sore hari dilakukan pada jam 17:00. Setelah data TdB dan Twb diperoleh data diplotkan ke dalam grafik psikrometrik. Grafik psikrometri digunakan untuk mencari data kelembaban relatif (RH) dengan cara interpolasi (Lippsmeier 1997). Nilai suhu dan RH digunakan dalam menentukan kondisi kenyamanan ruangan dengan menggunakan grafik ASHRAE (Ashrae 1992). Grafik ASHRAE dapat dilihat pada Gambar 10 dan 11. Grafik pskrometrik dapat dilihat pada Lampiran 9.

(17)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Rumah Sakit Salak Bogor

Rumah sakit Tk IV Salak Bogor merupakan rumah sakit negeri kelas IV dan terletak di Jl. Jendral Sudirman No 8, Bogor. Rumah Sakit Salak Bogor merupakan salah satu pelayanan kesehatan Type – C milik TNI – AD. Rumah Sakit Salak Bogor mempunyai visi yaitu rumah sakit salak menjadi kebanggaan keluarga besar TNI dan mengutamakan keselamatan pasien dengan misi memberikan pelayanan yang bermutu dan mengutamakan keselamatan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan dan moto rumah sakit salak bogor yaitu SALAK Senyum, Antisipatif, Lembut Aman dan Kepuasaan. Rumah sakit ini dibangun dengan jarak 2.5 m dari tepi jalan raya yang merupakan salah satu jalan yang sering dilewati oleh pengguna kendaraan bermotor. Kondisi letak rumah sakit yang tidak jauh dari tepi jalan ini mengakibatkan mudah terpapar kebisingan, terutama pada hari libur dan jam pergi dan pulang kerja.

Ruang UGD rumah sakit salak merupakan salah satu ruang yang paling dekat dengan tepi jalan sehingga dekat dengan sumber-sumber kebisingan, sehingga tingkat kebisingannya melebihi baku mutu (>55 dB (A)). Rungan ini memiliki pencahayaan dan ventilasi yang baik dan kondisi termal yang sejuk. Ruang rawat inap Wira rumah sakit salak merupakan ruang yang terletak cukup jauh dari tepi jalan, sehingga kebisingannya rendah, namun pada saat pengukuran tanggal 8 dan 9 Mei 2016 sedang ada kegiatan renovasi yang menjadi salah satu sumber kebisingan di ruangan ini, kondisi ini mengakibatkan tingkat kebisingan meningkat. Tingkat pencahayaan yang kurang baik dan kurang ventilasi, serta sedikitnya alat pendingin ruangan yang menjadikan kondisi di ruangan ini tidak nyaman.

Titik pengukuran untuk ruangan UGD Rumah Sakit Salak Bogor sebanyak lima titik untuk pengukuran suhu yang ditandai dengan warna hijau, delapan titik untuk pengukuran pencahayaan yang ditandai dengan warna merah, dan tiga titik untuk pengukuran tingkat kebisingan yang ditandai dengan warna biru. Titik pengukuran di ruangan rawat inap Wira Rumah Sakit Salak Bogor sebanyak sembilan titik untuk pengukuran suhu yang ditandai dengan warna hijau, sepuluh titik untuk pengukuran pencahayaan yang ditandai dengan warna merah, dan tiga titik untuk pengukuran tingkat kebisingan yang ditandai dengan warna biru, titik pengukuran di ruangan UGD dan rawat inap Wira dapat dilihat pada Lampiran 12.

Analisis Kebisingan

Analisis kebisingan lalu lintas terhadap Rumah Sakit Salak selain dilakukan di ruangan juga dilakukan di luar rumah sakit. Penentuan titik di luar Rumah Sakit berjarak 1.5 meter dari sumber bising yaitu jalan raya. Pengukuran kebisingian di luar dan dalam Rumah Sakit dilakukan dengan mempertimbangkan hari banyaknya kendaraan yang melintas di sekitar Rumah Sakit Salak yaitu dengan membandingkan hari kerja dan hari libur. Hari kerja yang diambil pada pengukuran ini adalah hari Senin tanggal 9 Mei dan Kamis 9 Juni 2016 sedangkan untuk hari libur yaitu pada hari Minggu tanggal 8 Mei 2016. Hasil pengukuran di luar rumah sakit dapat dilihat pada gambar 3 di bawah ini

(18)

Gambar 3 Tingkat kebisingan di titik 1

Gambar 3 menunjukkan bahwa tingkat kebisingan di luar Rumah Sakit Salak melebihi baku mutu yaitu diatas 55 dB (A). Kebisingan tertinggi terjadi pada hari libur yaitu hari Minggu pada jam 20:00 sebesar 78 dB (A) ini disebabkan tingginya kecepatan kendaraan yang melintasi di sekitar rumah sakit tersebut. Hari Senin atau hari kerja tingkat kebisingan tertinggi yang terjadi pada jam 07:00 sebesar 77 dB (A) sedangkan pada hari Kamis tingkat kebisingan tertinggi yaitu pada jam 07:00 sebesar 75 dB (A) ini disebabkan tingginya tingkat kemacetan yang ada di jalan raya tersebut sehingga akan menyebabkan penggunaan bunyi klakson yang dibunyikan pada saat kendaraan ingin saling mendahului. Tingkat kebisingan 1 hari atau Lsm pada hari Kamis sebesar 73 dB (A), hari libur 77 dB (A) dan hari kerja lainnya (Senin) 75 dB (A), ini menunjukan bahwa tingkat kebisingan tertinggi terjadi pada hari libur.

Gambar 4 Tingkat kebisingan di titik 2 ruangan UGD

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 01.00 04.00 07.00 10.00 15.00 20.00 23.00 T ing ka t K ebisisng an dB (A ) Waktu (jam)

Hari Libur Baku Mutu Hari Kerja 1 Hari Kerja 2

0 10 20 30 40 50 60 70 01.00 04.00 07.00 10.00 15.00 20.00 23.00 T ing ka t Ke bisi sng an dB (A ) Waktu (jam)

(19)

Gambar 4 menunjukkan tingkat kebisingan di ruangan UGD pada titik 2, dari gambar 6 bahwa tingkat kebisingan pada titik 2 tertinggi pada hari Senin pada jam 20:00 sebesar 62 dB (A) dikarenakan kendaraan yang melintas pada jam tersebut dengan kecepatan tinggi dibandingkan dengan jam pengukuran lainnya sedangkan untuk hari libur terjadi pada jam 15:00 sebesar 60 dB (A) ini dikarenakan pada jam tersebut tingginya tingkat kemacetan di jalan raya yang menyebabkan banyaknya bunyi klakson kendaraan. Hari Kamis terjadi pada jam 20:00 sebesar 58 dB (A) nilai ini dipengaruhi tingginya tingkat kecepatan kendaraan yang melintas pada jam tersebut. Tingkat kebisingan 1 hari atau Lsm tertinggi yaitu pada hari libur 61 dB (A), hari Senin 61 dB (A) dan hari Kamis sebesar sebesar 57 dB (A), ini menunjukan bahwa pada titik 2 tingkat kebisingan tertinggi terjadi pada hari Senin dan libur.

Gambar 5 Tingkat kebisingan di titik 3 ruangan UGD

Gambar 5 menunjukkan tingkat kebisingan di ruangan UGD pada titik 3. Hasil pengukuran menunjukan bahwa tingkat kebisingan tertinggi yang terjadi berdasarkan waktu pengukuran yaitu pada jam 20:00 hari libur sebesar 64 dB (A) dan hari Senin pada jam 15:00 sebesar 63 dB (A) ini dikarenkan pada hari libur tingkat kebisingan dipengaruhi oleh tingginya tingkat kecepatan kendaraan yang melintas di jalan raya terbilang tinggi sedangkan untuk hari Senin pada jam 15:00 dipengaruhi tingginya tingkat kemacetan yang ada di jalan raya tersebut sehingga akan menyebabkan penggunaan bunyi klakson yang dibunyikan pada saat kendaraan ingin saling mendahului, sedangkan untuk hari Kamis tingkat kebisingan tertinggi terjadi pada jam 15:00 sebesar 62 dB (A) ini dipengaruhi tingginya tingkat kemacetan sehingga akan menyebabkan tingginya penggunaan bunyi klakson saat kendaraan ingin saling mendahului. Secara keseluruhan tingkat kebisingan sehari atau Lsm yang paling tinggi yaitu pada hari Senin sebesar 63 dB (A), hari libur sebesar 62 dB (A) dan terendah pada hari Kamis sebesar 60 dB (A). Ini menunjukan bahwa pada titik 3 Lsm tertinggi pada hari kerja yaitu hari Senin atau hari kerja pada tanggal 9 mei 2016. 0 10 20 30 40 50 60 70 01.00 04.00 07.00 10.00 15.00 20.00 23.00 T ing ka t Ke bisi sng an dB (A ) Waktu (jam)

(20)

Gambar 6 Tingkat kebisingan di titik 4 ruangan UGD

Gambar 6 menunjukkan grafik tingkat kebisingan di ruangan UGD pada titik 4. Dari grafik diatas bahwa tingkat kebisingan yang paling tinggi pada hari Senin waktu terjadi pada jam 07:00, 10:00, dan 15:00 sebesar 62 dB (A), hari libur pada jam 15:00 sebesar 62 dB (A) dan hari Kamis sebesar 61 dB (A) ini dikarenakan pada jam tersebut tingkat kemacetan lebih tinggi dibandingkan dengan jam pengukuran lainnya. Grafik juga terlihat bahwa nilai kebisingan yang berada dibawah baku mutu terjadi pada jam 04:00 pagi untuk hari libur sedangkan untuk hari Kamis pada jam 01:00 dan jam 04:00 tingkat kebisingan dibawah baku mutu. Secara keseluruhan tingkat kebisingan pada hari Senin sebesar 62 dB (A), hari libur sebesar 61 dB (A) dan hari Kamis 58 dB (A), ini menunjukan bahwa pada titik 4 tingkat kebisingan 1 hari atau Lsm tertinggi pada hari kerja yaitu hari Senin.

Gambar 7 Tingkat kebisingan di titik 5 ruangan rawat inap Wira

0 10 20 30 40 50 60 70 01.00 04.00 07.00 10.00 15.00 20.00 23.00 T ing ka t Ke bisi sng an dB (A ) Waktu (jam)

Hari Libur Baku Mutu Hari Kerja 1 Hari Kerja 2

0 10 20 30 40 50 60 70 80 01.00 04.00 07.00 10.00 15.00 20.00 23.00 T ing ka t Ke bisi sng an dB (A ) Waktu (jam)

(21)

Gambar 7 menunjukkan tingkat kebisingan yang terjadi di ruangan rawat inap Wira pada titik 5. Tingkat kebisingan tertinggi berdasarkan waktu pengukuran terjadi pada jam 07:00 yaitu pada hari libur sebesar 69 dB (A) sedangkan pada hari Senin terjadi pada jam 15:00 sebesar 64 dB (A), sedangkan untuk hari Kamis tingkat kebisingan tertinggi pada jam 07:00, 10:00, dan 20:00 sebesar 53 dB (A) nilai ini berada dibawah baku mutu yang ditetapkan dan dari semua pengukuran bahwa tingkat kebisingan pada hari Kamis tanpa ada kegiatan konstruksi tidak melebihi baku mutu dan aman bagi pasien yang ada di ruangan tersebut. Secara kesluruhan tingkat kebisingan tertinggi Lsm pada hari libur (ada konstruksi) 62 dB (A) dan hari Senin (ada konstruksi) 59 dB (A) dan hari Kamis (tanpa konstruksi) sebesar 52 dB (A).

Gambar 8 Tingkat kebisingan di titik 6 ruangan rawat inap Wira Gambar 8 menunjukkan tingkat kebisingan di ruangan rawat inap Wira pada titik 6. Tingkat kebisingan paling tinggi untuk hari libur terjadi pada jam 10:00 yaitu sebesar 72 dB (A) sedangkan untuk hari Senin terjadi pada jam 15:00 sebesar 65 dB (A) ini dikarenakan pada rentang jam 07:00-15:00 terjadi kegiatan konstruksi sehingga nilai tingkat kebisingannya tinggi. Tingkat kebisingan pada hari Kamis secara keseluruhan pengukuran tingkat kebisingan dibawah baku mutu yang ditetapkan, nilai tingkat kebisingan tertinggi terjadi pada jam 10:00 dan 15:00 yaitu sebesar 54 dB (A). Secara keseluruhan tingkat kebisingan dalam 1 hari atau Lsm pada hari libur (ada konstruksi) sebesar 63 dB (A), hari Senin (ada konstruksi) 60 dB (A) dan hari Kamis (tanpa konstruksi) sebesar 52 dB (A).

Gambar 9 menunjukan tingkat kebisingan di ruangan rawat inap Wira pada titik 7. Tingkat kebisingan paling tinggi untuk hari libur terjadi pada jam 10:00 yaitu sebesar 64 dB (A) sedangkan untuk hari Senin pada jam 07:00 dan 15:00 sebesar 59 dB (A), ini dikarenakan pada rentang waktu 07:00 dan 15:00 terjadi kegiatan konstruksi di sekitar ruangan sehingga nilai kebisingan yang terjadi begitu besar dan melebihi baku mutu yang ditetapkan sebesar 55 dB (A). Tingkat kebisingan pada hari Kamis (tidak ada kegiatan konstruksi) secara keseluruhan pengukuran tidak melebihi baku mutu, tingkat kebisingan tertinggi terjadi pada jam 10:00 dan

0 10 20 30 40 50 60 70 80 01.00 04.00 07.00 10.00 15.00 20.00 23.00 T ing ka t Ke bisi ng an dB (A ) Waktu (Jam)

(22)

15:00 yaitu sebesar 54 dB (A). Secara keseluruhan tingkat kebisingan 1 hari atau Lsm secara berturut-turut adalah hari libur sebesar 57 dB (A), hari Senin sebesar 57 dB (A), dan hari Kamis (tanpa kegitan konstruksi) sebesar 53 dB (A).

Gambar 9 Tingkat kebisingan di titik 7 ruangan rawat inap Wira Hasil pengukuran tingkat kebisingan pada ruangan rawat inap Wira menunjukan bahwa tingginya tingkat kebisingan yang pada ruangan rawat inap Wira dipengaruhi adanya kegiatan konstruksi yang terjadi pada hari libur Minggu tanggal 8 Mei 2016 dan hari kerja 9 Mei 2016 yang terjadi pada jam 07:00-15:00 ini mempengaruhi ketidaknyamanan pasien di ruangan tersebut sedangkan untuk pengukuran pada hari Kamis tanggal 9 Juni 2016 tanpa ada kegiatan konstruksi tidak melebihi baku mutu.

Analisis Kenyamanan Termal

Hasil pengukuran menunjukan bahwa suhu di ruangan UGD pada pagi, siang dan sore hari mengalami perubahan sesuai lamanya penyinaran matahari suhu pada pagi dan sore hari akan lebih rendah daripada suhu di siang hari, ini dikarenakan pada siang hari terjadi suhu maksimum dan sore hari suhu mengalami penurunan seiring dengan terbenamnya matahari karena suhu di ruangan juga tergantung dari lamanya sinar matahari yang masuk di ruangan UGD.

Tabel 1. Hasil pengukuran suhu di ruangan UGD

Titik Suhu [°C] Keterangan

Pagi Siang Sore Baku mutu

1 24 27 23 19-24 Sesuai 2 22 22 22 19-24 Sesuai 3 22 24 22 19-24 Sesuai 4 23 23 23 19-24 Sesuai 5 22 24 21 19-24 Sesuai 0 10 20 30 40 50 60 70 01.00 04.00 07.00 10.00 15.00 20.00 23.00 T ing ka t Ke bisi sng an dB (A ) Waktu (jam)

(23)

Bardasarkan Tabel 1 bahwa suhu yang didapatkan sesuai dengan yang dianjurkan Menurut Keputusan Menteri kesehatan RI No. 1204 Tahun 2004 tentang

Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit di rungan gawat darurat, ini dikarenakan pada ruangan UGD merupakan ruangan yang baru direnovasi sehingga pada ruangan tersebut mempunyai alat pengkondisian udara seperti AC yang dapat mengatur suhu di ruangan UGD sesuai dengan keinginan pihak rumah sakit. Sedangkan untuk nilai kecepatan angin di ruangan UGD sebesar 0.6 m/s nilai kecepatan angin ini akan mempengaruhi kenyamanan termal di ruangan tersebut, angin membantu mengangkat uap-uap air yang menghambat pelepasan kalor. Akan tetapi jika angin ini terlalu kencang maka kalor yang dilepaskan tubuh menjadi berlebih sehingga akan timbul kondisi kedinginan yang mengurangi kenyamanan termal. Hasil pengukuran suhu di ruangan rawat inap Wira dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil pengukuran suhu di ruangan rawat inap Wira

Titik Suhu [°C] Keterangan

Pagi Siang Sore Baku mutu

1 27 28 26 22-23 Tidak sesuai 2 27 28 25 22-23 Tidak sesuai 3 27 28 26 22-23 Tidak sesuai 4 26 27 26 22-23 Tidak sesuai 5 26 26 26 22-23 Tidak sesuai 6 27 27 26 22-23 Tidak sesuai 7 26 27 25 22-23 Tidak sesuai 8 27 27 26 22-23 Tidak sesuai 9 27 28 26 22-23 Tidak sesuai

Berdasarkan Tabel 2 bahwa hasil pengukuran suhu pada pagi, siang, dan sore hari di ruangan Rawat inap Wira Menurut Keputusan Menteri kesehatan RI No. 1204 Tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit berada diatas baku mutu, dikarenakan pada ruangan rawat inap Wira merupakan ruangan yang berada diantara ruangan lainnya sehingga ruangan rawat inap Wira cenderung tertutup ditambah lagi sedikitnya ventilasi dan penggunaan AC membuat sirkulasi udara tidak berlangsung dengan baik, karena ventilasi berguna dalam proses pendinginan udara dan pencegahan peningkatan kelembaban udara (Talarosha 2005) dan kecepatan udara pada ruangan rawat inap Wira sbesar 0.4 m/s, kecapatan angin juga mempengaruhi suhu dan kelembaban, karena kecepatan angin berguna dalam proses pendinginan udara dan pencegahan peningkatan kelembaban udara. Hasil ini menunjukan bahwa kondisi suhu di ruangan rawat inap Wira tidak nyaman tanpa bantuan pendingin.

Hasil pengukuran yang diperoleh menunjukkan bahwa pada pagi hari suhu udara akan lebih rendah kemudian akan meningkat hingga siang hari dan akan mencapai maksimum sekitar pukul 14.00 WIB dan akan kembali turun atau rendah pada sore atau malam hari, hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Handoko (1993) yang menyatakan bahwa pada variasi diurnal, suhu maksimum tercapai sekitar pukul 14.00 waktu setempat. Nilai RH untuk ruangan UGD dan rawat inap Wira dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4 dibawah ini.

(24)

Tabel 3. Hasil perhitungan kelembaban di ruangan UGD

Titik Bk [°C] BB [°C] RH [%] Keterangan

Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore

1 24 27 23 21 22 21 76.7 66.6 85.0 Tidak sesuai 2 22 22 22 19 19 20 75.0 75.0 83.3 Tidak sesuai 3 22 24 22 19 21 20 75.0 76.6 83.3 Tidak sesuai 4 23 23 23 20 20 20 76.0 76.0 76.0 Tidak sesuai 5 22 24 21 20 21 19 83.3 76.7 83.0 Tidak sesuai Hasil perhitungan menunjukan bahwa kelembaban relatif atau RH di ruangan UGD pada pagi, siang dan sore hari berada diatas baku mutu yang di anjurkan sesuai Keputusan Menteri kesehatan RI No. 1204 Tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, yaitu sebesar 45-60 % ini menunjukan jumlah uap air yang banyak diudara pada ruangan UGD, ini dikarenakan pada ruangan UGD jumlah AC yang digunakan tidak sesuai dengan kapasitas ruangan atau luas ruangan UGD. Nilai RH juga dipengaruhi oleh suhu yang didapatkan dari termometer bola basah dan kering, semakin besar nilai RH maka masa uap air yang ada di udara mendekati masa uap air jenuh atau mempunyai nilai yang sama.

Tabel 4. Hasil perhitungan kelembaban di ruangan rawat inap Wira

Titik BK [°C] BB [°C] RH [%] Keterangan

Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore

1 27 28 26 23 24 24 73.3 73.0 85.0 Tidak sesuai 2 27 28 25 24 24 24 77.5 73.0 93.3 Tidak sesuai 3 27 28 26 24 24 24 77.5 73.0 85.0 Tidak sesuai 4 26 27 26 23 23 23 77.0 73.3 77.0 Tidak sesuai 5 26 26 26 24 23 24 85.0 77.0 85.0 Tidak sesuai 6 27 27 26 24 23 23 77.5 73.3 77.0 Tidak sesuai 7 26 27 26 23 23 23 77.0 73.3 77.0 Tidak sesuai 8 27 28 27 24 24 24 77.5 73.0 77.5 Tidak sesuai 9 27 27 26 24 23 23 77.5 73.3 77.0 Tidak sesuai Berdasarkan Tabel 4 bahwa nilai RH di ruangan rawat inap Wira berbeda-beda berdasarkan waktu pengukuran yaitu pagi, siang dan sore. Nilai RH pada pagi dan sore hari pada umumnya akan mempunyai nilai yang tinggi dibandingkan pada siang hari hari (Nugroho et al. 2012). Hasil pengukuran menunjukan bahwa nilai RH di ruangan rawat inap Wira melebihi baku mutu yang dianjurkan sesuai Keputusan Menteri kesehatan RI No. 1204 Tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit yaitu sebesar 35-60 %, ini dikarenakan ruangan rawat inap Wira cenderung tertutup sehingga terjadi sedikit penguapan dan tidak terjadinya pergerakan angin mengakibatkan udara relatif tetap sehingga dalam udara terkandung banyak air. Nilai RH tertinggi terjadi pada pengukuran sore hari yaitu pada titik 2 yaitu 93.3 % ini dikarenakan masa uap air yang ada di udara mendekati masa uap air jenuh ini ditandai dengan nilai suhu bola kering mendekati atau sama dengan suhu bola basah. yaitu 25 dan 24 (°C), karena RH akan mencapai 100% jika suhu termometer basah dan termometer kering sama, artinya udara berada pada kondisi lembab jenuh, sehingga dapat dikatakan bahwa ruangan rawat inap Wira.

(25)

Hasil perhitungan menunjukan bahwa nilai RH tertinggi terjadi pada sore hari, karena RH mencapai nilai maksimum sore hari. Pada siang hari, RH mulai turun dan mengalami kenaikan lagi yang tidak melebihi nilai RH di sore hari (Nugroho

et al. 2012). Menurut Ashrae (1992) bahwa zona nyaman untuk musim panas suhu udara anatar 23ºC-26ºC dan kelembaban relatif antara 20%-60%. Hasil ploting dapat dilihat Gambar 10

Sumber: Ashrae 1992

Gambar 10 Analisis kenyamanan termal di ruangan UGD

Pada Gambar 10 titik dengan bentuk segitiga mewakili suhu dan RH pagi hari, bulat untuk siang hari, dan kotak untuk sore hari. Hasil ploting dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil analisis ruangan UGD

Titik Suhu [°C] RH [%] Keterangan

Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore

1 24 27 23 76.7 66.6 85.0 Tidak nyaman 2 22 22 22 75.0 75.0 83.3 Tidak nyaman 3 22 24 22 75.0 76.6 83.3 Tidak nyaman 4 23 23 23 76.0 76.0 76.0 Tidak nyaman 5 22 24 21 83.3 76.6 83.0 Tidak nyaman

Berdasarkan Tabel 5 bahwa ruangan UGD di Rumah Sakit Salak, Bogor tidak nyaman sesuai standar ASHRAE, ini di karenakan kelembaban di ruangan UGD mempunyai nilai yang tinggi sehingga ketika di plotkan berada diatas zona nyaman yang ada di grafik ASHRAE. Ruangan rawat inap Wira berada dengan kondisi tidak nyaman, ini dikarenakan pada ruangan rawat inap Wira suhu dan kelembaban mempunyai nilai yang tinggi sehingga pada saat diplotkan ke dalam grafik ASHRAE berada diatas zona nyaman. Hasil plooting untuk kondisi standar kenyamanan thermal di ruangan rawat inap Wira dapat dilihat pada Gambar 11 (ASHRAE 1992)

(26)

Gambar 11 Analisis Kenyamanan termal di ruangan rawat inap Wira

Pada Gambar 11 titik dengan bentuk segitiga mewakili suhu dan RH pagi hari, bulat untuk siang hari, dan kotak untuk sore hari. Hasil ploting dapat dilihat pada Tabel 6 .

Tabel 6. Hasil analisis ruangan rawat inap Wira

Titik Suhu [°C] RH [%] Keterangan

Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore

1 27 28 26 73.3 73.0 85.0 Tidak nyaman 2 27 28 25 77.5 73.0 93.3 Tidak nyaman 3 27 28 26 77.5 73.0 85.0 Tidak nyaman 4 26 27 26 77.0 73.3 77.0 Tidak nyaman 5 26 26 26 85.0 77.0 85.0 Tidak nyaman 6 27 27 26 77.5 73.3 77.0 Tidak nyaman 7 26 27 26 77 73.3 77.0 Tidak nyaman 8 27 28 27 77.5 73.0 77.5 Tidak nyaman 9 27 27 26 77.5 73.3 77.0 Tidak nyaman

Analisis Pencahayaan Ruangan

Tata pencahayaan dalam ruang rawat inap Wira dan UGD dapat mempengaruhi kenyamanan pasien selama menjalani perawatan, disamping juga berpengaruh bagi kelancaran paramedis dalam menjalankan aktivitasnya untuk melayani pasien (Santosa 2006). Pengukuran jumlah intensitas cahaya setiap ruangaan dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada siang dan malam hari. Berikut hasil pengukuran intensitas pencahayaan di ruangan rawat inap Wira yang disajikan dalam Tabel 7.

(27)

Tabel 7. Intensitas pencahayaan di ruangan UGD Titik Pengukuran Baku mutu (lux) Keterangan Siang (lux) Malam

(lux) Siang Malam

1 225 174 100-200 Tidak sesuai Sesuai 2 264 163 100-200 Tidak sesuai Sesuai 3 213 177 100-200 Tidak sesuai Sesuai 4 417 308 100-200 Tidak sesuai Tidak sesuai 5 324 300 100-200 Tidak sesuai Tidak sesuai 6 274 232 100-200 Tidak sesuai Tidak sesuai 7 670 9 100-200 Tidak sesuai Tidak sesuai 8 1096 9 100-200 Tidak sesuai Tidak sesuai

Berdasarkan Keputusan Menteri kesehatan RI No. 1204 Tahun 2004 tentang

Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit tentang indeks pencahayaan ruangan untuk ruangan pasien standar yang ditetapkan sebesar 100-200 lux, bahwa intensitas cahaya pada siang hari diatas baku mutu, ini dikarenakan bahwa pada siang hari sumber cahaya berasal dari sumber cahaya alami yaitu sinar matahari karena cahaya matahari menghasilkan sinar yang lebih terang dibandingkan dengan cahaya buatan atau lampu, menurut Santosa (2006) kondisi pencahayaan alami yang demikian akan memenuhi kebutuhan pencahayaan pada siang hari di ruangan, selain itu pemanfaatan cahaya alami sebagai penerangan ruangan akan menghemat energi listrik yang digunakan. Secara keseluruhan untuk titik 1-6 intensitas cahaya masih bisa diterima untuk penggunaan ruangan karena terbagi secara merata pada ruangan UGD. Intensitas cahaya tertinggi di ruangan UGD berada di titik 8 yaitu sebesar 1098 lux, ini dikarenakan bahwa pada titik 8 berada dekat dengan pintu masuk ruangan UGD sehingga akan terkena sinar matahari langsung.

Hasil pengukuran untuk malam hari titik 1-3 berada sesuai dengan baku mutu,

sedangkan untuk titik 4,5, dan 6 intensitas cahaya yang didapat melebihi baku mutu dan nilai ini masih bisa diterima karena tidak terlalu jauh dengan baku mutu dan intensitas cahaya terrsebut tersebar secara merata pada ruangan. Titik 7 dan 8 yaitu sebbesar 9 lux nilai ini paling rendah ini dikarenakan pada titik tersebut intensitas cahaya dari sumber lampu tidak terang dan pada titik tersebut merupakan titik yang berada dekat dengan pintu luar sehingga tidak difokuskan untuk penerangan pada pasien di titik tersebut namun jenis aktivitas di titik tersebut tidak menuntut intensitas pencahayaan yang relatif tinggi. Hasil pengukuran intensitas cahaya di ruangan rawat inap Wira dapat dilihat pada Tabel 8.

Hasil pengukuran menunjukan bahwa tingkat intensitas cahaya pada ruangan Rawat inap Wira, tidak memenuhi kriteria intensitas cahaya oleh Keputusan Menteri kesehatan RI No. 1204 Tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit tentang indeks pencahayaan yaitu sebesar 100-200 lux ini dikarenakan letak ruangan rawat inap Wira berada ditengah-tengah ruangan lainnya yang ada di Rumah Sakit Salak Bogor sehingga pada siang hari sumber cahaya alami atau cahaya matahari sedikit masuk ke dalam ruangan sehingga pencahayaan ruangan tidak terang, sedangkan untuk malam hari bahwa lampu yang digunakan tidak terlalu terang ditambah lagi di ruangan rawat inap Wira sedikit penggunaan lampu pada setiap ruangan atau lampu penerangan kurang merata, intensitas lampu tidak sesuai luas ruang, terbatasnya penerangan alami, dan ditambah lagi dengan

(28)

dinding ruangan rawat inap Wira yang dicat dengan warna kurang terang sehingga tidak memantulkan cahaya. Dinding juga merupakan elemen ruang yang dapat memantulkan cahaya dengan baik, warna-warna yang digunakan merupakan warna-warna ringan yang dapat memantulkan lebih banyak cahaya yang jatuh ke permukaannya dan membantu ruangan tampak lebih terang daripada dinding yang berwarna gelap dan bertekstur (Santosa 2006).

Tabel 8. Intensitas pencahayaan di ruangan rawat inap Wira Titik Pengukuran Baku mutu (lux) Keterangan Siang (lux) Malam

(lux) Siang Malam

1. a 39 33 100-200 Tidak sesuai Tidak sesuai 1.b 28 10 100-200 Tidak sesuai Tidak sesuai 2 29 18 100-200 Tidak sesuai Tidak sesuai 3 16 12 100-200 Tidak sesuai Tidak sesuai 4 31 29 100-200 Tidak sesuai Tidak sesuai 5 15 9 100-200 Tidak sesuai Tidak sesuai 6 18 15 100-200 Tidak sesuai Tidak sesuai 7 89 78 100-200 Tidak sesuai Tidak sesuai

8 102 91 100-200 Sesuai Tidak sesuai

9 9 7 100-200 Tidak sesuai Tidak sesuai

Upaya Mengurangi Tingkat Kebisingan

Pengendalian kebisingan dilakukan dengan cara mengurangi intensitas pada sumber kebisingan dan menghambat transmisi kebisingan. Mengurangi kebisingan dari sumbernya yaitu kendaraan, dengan peningkatan desain kendaraan agar lebih halus suaranya dan peningkatan sistem perawatan seperti mesin kendaraan, penggunaan klakson, knalpot. Selain itu perlu pengoperasian lalu lintas seperti mengurangi kecepatan kendaraan, pengaturan rute jalan, mengurangi kepadatan lalu lintas atau mengurangi kemacetan lalu lintas, perbaikan rambu-rambu lalu lintas dan sifat dari pengemudi kendaraannya sendiri, dan kestabilan atau ketidakstabilan lalu lintas kendaraan bermotor. Sedangkan untuk menghambat transmisi kebisingan yaitu dengan pembuatan dinding penghalang yang terbuat dari bahan peredam kebisingan (beton, bata dan batako) dan tanaman sangat efektif untuk mengurangi kebisingan. Sedangkan di dalam ruangan dengan mendesain struktur dinding menggunakan bahan yang bisa meredam kebisingan (Harianto 2010).

Menurut Irawan (2014) dalam penelitiannya bahwa tembok batako memiliki nilai reduksi kebisingan terhadap penambahan jarak yang lebih baik dibandingkan dengan bata merah hal tersebut karena dimensi tebal batako lebih besar jika dibandingkan dengan bata merah sehingga pantulan yang berasal dari sumber lebih banyak dipantulkan oleh batako, dinding tembok yang terbuat dari batako memiliki nilai reduksi kebisingan dengan setiap berturut-turut sebesar 9-12 dB (A). Selain itu menurut Irawan (2014) dalam mereduksi kebisingan dapat juga menggunakan vegetasi sebagai pagar tanaman, nilai reduksi kebisingan untuk vegetasi berjenis mangkokan (Nothopanax scutellarium) berturut–turut sama, yaitu sebesar 7 dB (A).

(29)

Upaya Pengontrolan Suhu dan Kelembaban

Pengendalian udara dalam lingkungan Rumah Sakit diperlukan untuk menjaga kualitas standar kenyamanan bagi pasien agar memenuhi standar kualitas yang ditetapkan bagi rumah sakit dan memenuhi syarat yang sesuai untuk ruangan yang di rumah sakit tersebut. Mengendalikan dengan pendektan mekanis yaitu menggunakan alat pengkondisian udara seperti air conditioner (AC) untuk mengontrol temperatur dan kelembaban serta membersihkan udara. Fungsi dari AC yaitu ventilasi (alat yang menyebabkan siklus udara), filtrasi, pengontrolan temperatur dan pengontrolan kelembaban karena udara panas dalam ruangan dihisap dan panasnya diserap untuk pendinginan dan pengembunan serta kemudian kembali masuk dalam ruangan (Mulyadi 2013), sehingga diperlukan pemasangan AC di ruangan rawat inap Wira karena akan menjaga temperatur dan kelembaban di ruangan tersebut sesuai yang diinginkan.

Sedangkan untuk ruangan UGD suhu yang didapatkan sudah sesuai standar yang ditetapkan Keputusan Menteri kesehatan RI No. 1204 Tahun 2004 tentang

Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit tetapi berbeda dengan nilai kelembaban yang didapat di ruangan UGD berada diatas yang dianjurkan sehingga diperlukan pengaturan kelembaban dengan suhu yang pas pada AC agar mendapatkan nilai kelembaban yang sesuai standar. Sedangkan penggunaan ventilasi berungsi dalam proses pendinginan udara dan pencegahan peningkatan kelembaban udara, sehingga akan cocok digunakan pada bangunan rumah sakit dengan kelembaban yang tinggi.

Upaya Pengaturan Pencahayaan Ruangan

Penataan lampu sumber cahaya buatan serta pemilihan jenis lampu yang tidak menimbulkan faktor bahaya tambahan merupakan tindakan perancanaan awal untuk menciptakan kondisi pencahayaan yang baik. Pengaturan ventilasi, jendela, dan pintu yang digunakan sebagai jalur masuk cahaya matahari ke ruang kerja yang merupakan sumber pencahayaan alami juga sangat memerlukan pertimbangan yang matang (Wulandari 2010).

Perlu adanya penataan kembali posisi pasien atau letak sumber penerangan dalam ruangan UGD maupun rawat inap Wira, dilakukan penambahan KWH lampu yang digunakan sebagai sumber penerangan, dalam hal pemilihan jenis lampu yang digunakan sebaiknya menggunakan jenis lampu TL, karena dalam jumlah KWH yang tidak terlalu besar, cahaya yang dihasilkan dari lampu TL memiliki intensitas yang cukup tinggi, selain itu, kesan yang ditimbulkan dari lampu TL yang berwarna putih memberi kesan sejuk dan dingin, dan juga mengurangi efek panas ruangan yang ditimbulkan oleh penerangan buatan.Tindakan untuk perbaikan kuantitas cahaya pada siang hari dapat dilakukan dengan pembersihan langit-langit ruangan, pembersihan ventilasi ruangan, penambahan penerangan lokal pada titik-titik tertentu. Penambahan jumlah lampu dan juga penempatan lampu khusus pada daerah yang fokus dan penggantian lampu yang kondisinya rusak atau mulai meredup (Wulandari 2010).

(30)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapatkan beberapa kesimpulan, antara lain :

1) Tingkat kebisingan satu hari atau Lsm di ruangan UGD melebihi baku mutu, serta kebisingan tertinggi terjadi pada hari kerja (Senin) titik 2, 3, dan 4 sebesar 61 dB (A), 63 dB (A), dan 62 dB (A). Pada ruangan rawat inap Wira tingkat kebisingan tertinggi terjadi pada saat konstruksi yaitu tanggal 8 dan 9 Mei 2016, sedangkan tingkat kebisingan saat tidak ada konstruksi tidak melebihi baku mutu.

2) Tingkat kebisingan di Rumah Sakit Salak Bogor di ruangan UGD berasal dari bising lalu lintas atau kendaraan sedangkan untuk ruangan rawat inap Wira pada jam 07:00-15:00 pada hari libur tanggal 8 Mei 2016 dan hari kerja (Senin) tanggal 9 Mei 2016 sumber kebisingan berasal dari kegiatan konstruksi.

3) Suhu ruangan UGD sesuai dengan baku mutu, sedangkan pada ruangan rawat inap Wira suhu melebihi baku mutu yang ditetapkan. Kelembaban di ruangan UGD dan rawat inap Wira melebihi baku mutu. Intensitas pencahayaan untuk ruangan UGD pada siang hari melebihi baku mutu sedangkan untuk malam hari pada titik 1,2, dan 3 sesuai dengan baku mutu. Intensitas pencahayaan pada ruangan rawat inap Wira siang dan malam tidak sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan. Hasil analisis menunjukan bahwa pada ruangan UGD dan rawat inap Wira berada pada kondisi tidak nyaman sesuai standar ASHRAE.

Saran

Perlu dilakukan penelitan di ruangan lain yang dekat dengan sumber kebisingan jalan raya, dan diperlukan pengukuran kebisingan dan suhu pada hari lain.

(31)

DAFTAR PUSTAKA

Alahudin M. 2012. Kenyamanan Termal Pada Bangunan Hunian Tradisiojal Toraja (Studi Kasus Tongkonan Dengan Material Atap Seng). Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha. 1(2):85-90.

Anizar. 2009. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu.

[ASHRAE] American Society of Heating, Refrigeration and Air Conditioning Engineers. 1992. Thermal Environmental Conditions for Human Occupancy. Standard 55-1992. American Society of Heating, Refrigerating, and Air-Conditioning Engineers. Atlanta (US).

[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2004. Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja. SNI 16-7062-2004. Jakarta (ID): BSN.

Djalante S. 2010. Analisis Tingkat Kebisingan Di Jalan Raya Yang Menggunakan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APIL) (Studi Kasus: Simpang Ade Swalayan). Jurnal SMARTek. 8(4):280-300.

Doelle LL. 1985. Akustik Lingkungan. Jakarta (ID): Erlangga.

Griefhan B, Scheumer R, Moehler U, Mehnhert P. 2000. Physiological, Subjective and Behavior Responses During Sleep to Noise From Rail and Road Traffic.

Journal of Noise and Health. 8(5):59-71.

Handoko. 1993. Klimatologi Dasar. Jakarta (ID): PT Dunia Pustaka Jaya.

Hoppe P. 1988. Comfort Requirement in Indoor Climate, Energy and Buildings. ASHRAE. USA.11(1): 249-267.

Ikron, Djaja IM., Wulandari RA. 2005. Pengaruh Kebisingan Lalu Lintas Jalan Terhadap Gangguan Kesehatan Psikologi Anak SDN Cipinang Muara Kecamatan Jatinegara Kota Jakarta Timur Propinsi DKI Jakarta, Makara, Kesehatan. 11(1):32-37

Irawan R S. 2014 Penurunan Tingkat Kebisingan Jalan Raya dengan Menggunakan Beberapa Jenis Pagar, [Skripsi]. Bogor: Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

[Kemen LH] Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 1996. Baku Tingkat Kebisingan, Surat Keputusan Negara Lingkungan Hidup Nomor: Kep-48/MENLH/1996 25 November. Jakarta (ID).

[Kepmenkes] Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2004.Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004. Jakarta (ID).

Lippsmeier G. 1997. Bangunan Tropis. Talarosha, penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga.

Muliyadi I. 2013. Penggunaan Air Conditioner Sebagai Aspek Pencegahan Terhadap Kerusakan Bahan Pustaka, Khizanah Al-Hikmah. 1(2):131-137 Nugroho MA. 2011. A Preliminary Study of Termal Environment in Malaysia’s

Terraced Houses, Journal and Economic Engeneering: 2(1):25-28.

Nugroho G, Hantoro R, Ulfa L. 2012. Analisis Temperatur dan Aliran Udara pada Sistem Tata Udara di Gerbong Kereta Api Penumpang Kelas Ekonomi dengan Variasi Bukaan Jendela. Surabaya. Jurnal Teknik Pomits. 1(1):1-6 Prayogi R. 2012. Analisis Kenyamanan Termal Penggunaan Material Modern Pada

Rumah Baduy Dalam dengan Teknik Computational Fluid Dynamics. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor.

(32)

Prianto E. 2007. Rumah Tropis Hemat Energi Bentuk Kepedulian Global Warming.

Riptek. 1(1):1-10.

Purwadi J. 2006. Analisis Tingkat Kebisingan Dan Emisi Gas Buang Di Jalan Slamet Riyadi Dan Alternatif Solusinya (Kajian Empirikal dan Non Empirikal) [Tesis]. Surakarta (ID): Universitas Muhammadiyah.

Santosa A. 2006. Pencahayaan pada Interior Rumah Sakit: Studi Kasus Ruang Rawat inap Wira Utama Gedung Lukas, Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Jurnal Dimensi Interior. 4(2):49-56

Suroto W. 2010. Dampak Kebisingan Lalu Lintas Terhadap Pemukiman Kota (Kasus Kota Surakarta). Jurnal of Rulal and Development. 1(1 ): 45-54. Talarosha B. 2005. Menciptakan Kenyamanan Termal dalam Bangunan. Jurnal

Sistem Teknik Industri. 6(3):148-158.

Widagdo S. 1998. Reduksi Kebisingan Menggunakan Vegetasi dan Kualitas Visual Lanskap Jalan Tol Jagorawi [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Wulandari AP. 2010. Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Aktivitas Kerja Bagian

Produksi di PT. Indofood CBP Sukses Makmur Divisi Noodle Cabang Semarang. [Skripsi]. Surakarta. Jurusan Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

(33)

Lampiran 1 Baku mutu tingkat kebisingan Penentuan Kawasan/Lingkungan Kesehatan Tingkat kebisingan dB (A) a. Penentuan kawasan

1. Perumahan dan Pemukiman 55

2. Perdagangan dan Jasa 70

3. Perkantoran dan Perdagangan 65

4. Ruang Terbuka Hijau 50

5. Industri 70

6. Pemerintahan dan Fasilitas Umum 60

7. Rekreasi 70

8. Khusus:

- Bandar Udara - Stasiun Kereta Api

- Pelabuhan Laut 70

- Cagar Budaya 60

b. Lingkungan Kegiatan

1. Rumah Sakit atau Sejenisnya 55

2. Sekolah dan Sejenisnya 55

3. Tempat Ibadah atau sejenisnya 55 Sumber: Kemen LH 1996

Lampiran 2 Baku mutu suhu dan kelembaban.

No Ruang atau Unit Suhu (oC) Kelembaban (%)

1 Operasi: 19-24 45-60 2 Bersalin 24-26 45-60 3 Pemulihan/perawatan 22-24 45-60 4 Observasi bayi 22-24 45-60 5 Perawatan bayi 22-26 35-60 6 Perawatan prematur 24-26 35-60 7 ICU 22-23 35-60 8 Jenazah/Autopsi 21-24 .. 9 Pengindraan media 19-24 45-60 10 Laboratorium 22-26 35-60 11 Radiologi 22-26 45-60 12 Sterilisasi 22-30 35-60 13 Dapur 22-30 35-60 14 Gawat darurat 19-24 45-60 15 Administrasi, Pertemuan 21-26 ...

16 Ruang luka bakar 24-26 35-60

(34)

Lampiran 3 Baku mutu tentang cahaya di rumah sakit

Sumber: Kemenkes 2004

No Ruang atau Unit

Intensitas

cahaya (lux) Keterangan

1

Ruang pasien: Warna cahaya

sedang

2

Saat tidak tidur Saat tidur

Ruang operasi umum

100-200 300-500 3 Meja operasi 10.000-20.000 Warna cahaya sejuk atau sedang

tanpa bayangan 4 Anestesi, pemulihan 300-500

5 Endoscopy, lab 75-100

6 Sinar x Minimal 60

7 koridor Minimal 100

8 Tangga Minimal 100 Malam hari

9 Administrasi/ kantor Minimal 100 10 Ruang alat/ gedung Minimal 200

11 Farmasi Minimal 200

12 Dapur Minimal 200

13 Ruang cuci Minimal 100

14 Toilet Minimal 100

15

Ruang isolasi khusus penyakit

tetanus 0.1-0.5

Warna cahaya biru

(35)

Lampiran 4 Contoh perhitungan Leq 1 menit dan 10 menit titik 1 luar . Data diambil pada jam 07:00 pagi, pada titik 1 luar (hari libur)

Leq (1 menit) = 10 log 1 60[ (10 0.1 L1+10 0.1 L2+…+10 0.1 L12) 5] dB (A) = 10 log 1 60[ (10 (0.1 x 77.76.6) +10 (0.1 x 72.9) +10 (0.1 x 69.9) +10 (0.1 x 72.7) +10 (0.1 x 72.9) +10 (0.1 x 69.5) +10 (0.1 x 67.4) +10 (0.1 x 71.7) +10 (0.1 x 69.8) +10 (0.1 x 72.7) +10 (0.1 x 71.7) +10 (0.1 x 73.5) ) 5] dB (A) = 72.3814 dB (A) = 72 dB (A)

Leq (10 menit) titik 1 luar (hari libur) pada pukul 20:00 Leq (10 menit) = 10 log 1 60 [ (10 0.1 L1+10 0.1 LII+…+10 0.1 Lx) 1] dB (A) = 10 log 1 60[ (10 (0.1 x 78) +10 (0.1 x 78) +10 (0.1 x 76) +10 (0.1 x 75) +10 (0.1 x 73) +10 (0.1 x 83) +10 (0.1 x 76) +10 (0.1 x 76) +10 (0.1 x 80) +10 (0.1 x 72)] dB (A) = 78 dB (A)

Nilai Leq 10 menit secara keselurahan semua titik dapat dilihat pada Lampiran 5 dan 6

Titik 1 luar Rumah sakit (Libur)

Ls = 10 log 1 16 ( Ta 10 0.1 La +...+ T d 10 0.1 Ld ) dB (A) = 10 log 1 16 ( 3 x 10 0.1 x 74 +2 x 10 0.1 x 74 +6 x 10 0.1 x 73 +5 x 10 0.1 x 78) dB (A) = 75 dB (A Lm= 10 log 1 8 ( Te 10 0.1 Le + T f 10 0.1 Lf + Tg 10 0.1 Lg ) dB (A) = 10 log 1 8 ( 2 x 10 0.1 x 75 +3 x 10 0.1 x 75 + 3 x 10 0.1 x 71 )dB (A) = 74 dB (A Lsm = 10 log 1 24 ( 16 x 10 0.1 Ls + 8 x 10 0.1 (Lm+5) ) dB (A) = 10 log 1 24 ( 16 x 10 0.1 75 + 8 x 10 0.1 (74+5) ) dB (A) = 77 dB (A)

Nilai Ls, Lm, dan Lsm menit secara keselurahan semua titik dapat dilihat pada Lampiran 7 dan 8

(36)

Lampiran 5 Hasil perhitungan Leq 10 menit Titik 1 (luar) Titik 2 UGD Jam pengukuran Leq (10 Menit) Senin Libur Kamis

07.00 59 59 54 10.00 60 57 56 15.00 60 60 57 20.00 62 59 58 23.00 56 55 55 01.00 56 60 52 04.00 55 55 45 Titik 3 UGD Jam pengukuran Leq (10 Menit) Senin Libur Kamis

07.00 61 60 57 10.00 60 59 60 15.00 63 63 62 20.00 61 64 60 23.00 63 56 58 01.00 58 57 51 04.00 58 50 46 Titik 4 UGD Jam pengukuran Leq (10 Menit) Senin Libur Kamis

07.00 77 74 75 10.00 75 74 73 15.00 74 73 69 20.00 73 78 70 23.00 73 75 70 01.00 69 75 72 04.00 72 71 68 Jam pengukuran Leq (10 Menit) Senin Libur Kamis

07.00 62 58 56 10.00 62 61 59 15.00 62 62 61 20.00 60 61 55 23.00 62 59 56 01.00 56 60 50 04.00 56 49 45

(37)

Lampiran 6 Hasil perhitungan Leq 10 menit pada ruangan rawat inap Wira

Rawat inap titik 5

Rawat inap titik 6

Rawat inap titik 7 Jam

pengukuran

Leq (10 Menit) Senin Libur Kamis

07.00 59 69 53 10.00 58 65 53 15.00 64 57 52 20.00 51 58 53 23.00 49 48 46 01.00 44 47 48 04.00 44 43 46 Jam pengukuran Leq (10 Menit) Senin Libur Kamis

07.00 58 65 51 10.00 59 72 54 15.00 65 53 54 20.00 54 57 50 23.00 49 52 43 01.00 43 48 47 04.00 49 45 46 Jam pengukuran Leq (10 Menit) Senin Libur Kamis

07.00 59 58 52 10.00 57 64 54 15.00 59 56 54 20.00 54 53 53 23.00 47 51 45 01.00 45 49 45 04.00 48 45 47

(38)

Lampiran 7 Hasil perhitungan Ls, Lm, Lsm pada titik 1 (luar) dan UGD.

Titik 1 luar Rumah sakit.

Hari Pengukuran Ls (siang) Lm (malam) Lsm (1 hari) Senin 75 71 75 Libur 75 74 77 Kamis 71 70 73 UGD titik 2 Hari Pengukuran Ls (siang) Lm (malam) Lsm (1 hari) Senin 61 56 61 Libur 60 58 61 Kamis 57 52 57 UGD titik 3 Hari Pengukuran Ls (siang) Lm (malam) Lsm (1 hari) Senin 62 60 63 Libur 63 55 62 Kamis 61 53 60 UGD titik 4 Hari Pengukuran Ls (siang) Lm (malam) Lsm (1 hari) Senin 62 58 62 Libur 61 58 61 Kamis 59 52 58

(39)

Lampiran 8 Hasil perhitungan Ls, Lm, Lsm pada ruang rawat inap Wira

Rawat inap titik 5

Rawat inap titik 6

Hari Pengukuran Ls (siang) Lm (malam) Lsm (1 hari) Senin 62 48 60 Libur 64 49 63 Kamis 53 46 52

Rawat inap titik 7 Hari Pengukuran Ls (siang) Lm (malam) Lsm (1 hari) Senin 58 47 57 Libur 58 48 57 Kamis 53 46 53 Hari Pengukuran Ls (siang) Lm (malam) Lsm (1 hari) Senin 61 46 59 Libur 64 46 62 Kamis 52 47 52

(40)

Lampiran 9 Contoh Perhitungan kelembaban

Cara mencari nilai RH titik 2 ruangan rawat inap wira pada siang hari.

𝑥−𝑥1 𝑥2−𝑥1 = 𝑦−𝑦1 𝑦2−𝑦1 0.018−0.017 0.020−0.017 = 𝑦−90 100−90 0.01= 0.004y- 0.36 93.3% = y

(41)
(42)

Lampiran 11 Kegiatan pengukuran suhu dan intensitas cahaya

Pengukuran suhu di rawat inap Wira Pengukuran suhu di UGD

Pengukuran pencahayaan di rawat inap Wira

Gambar

Gambar  1 Diagram alir penelitian  Prosedur Pengolahan dan Analisis Data
Grafik pskrometrik dapat dilihat pada Lampiran 9.
Gambar  3 Tingkat kebisingan di titik 1
Gambar  4 menunjukkan  tingkat  kebisingan di  ruangan  UGD pada titik 2,  dari gambar 6 bahwa tingkat kebisingan pada titik 2 tertinggi pada hari Senin pada  jam  20:00  sebesar  62  dB  (A)  dikarenakan  kendaraan  yang  melintas  pada  jam  tersebut  de
+7

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat 4 (empat) warna utama dalam desain brand name logo Universitas Negeri Malang, yaitu biru, hijau, kuning emas, dan biru.. Warna biru merupakan warna yang menarik dan

terhadap pelaku tindak pidana imigran ilegal, pengawasan oleh Imigrasi terutama dalam fungsi pemeriksaan dokumen warga negara lain yang akan masuk ke Indonesia

Jika percobaan ini tidak sesuai dengan hukum Mendel, maka telah terjadi penyimpangan pada hukum

Tärkeimmäksi taidoksi ennakoinnin tekemisessä vastaajat arvioivat kyvyn hahmottaa tulevaisuutta. Vastauksissa puhuttiin visionäärisestä ajattelusta ja jopa ennustamisen

Enemmän kuin puolet Etelä-Savon ELY-keskuksen alueella asuvista vapaa-ajankalastajista kalasti norppa-alueella vuonna 2009.. Uusmaalaisista norppa-alueelle tuli suhteellisesti

Untuk itu saya melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Organisasi dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Keuangan dengan Kinerja Karyawan sebagai

Bagi siswa melalui penerapan model pembelajaran Advance Organizer dengan Peta Konsep diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas X SMK Tritech

struksi penahan tanah pada suatu galian yang terdiri dari ba'risan bored pile yang terbuat dari beton yang dicor di tempat (cast in situ) dan tidak menimbulkan suara bising