• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

5

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori

1. Pendidikan Jasmani

a. Pengertian Pendidikan Jasmani

Pengertian-pengertian pendidikan jasmani telah banyak dibuat dan disusun oleh para ahli. Berikut pengertian pendidikan jasmani menurut pendapat beberapa ahli antara lain :

Menurut Samsudin (2008:2) mendefinisikan “Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi”.

Menurut Aip Syaifuddin dan muhadi (1991:4) mendefinisikan: Pendidikan Jasmani adalah suatu proses melalui aktivitas jasmani, yang dirancang dan disusun secara sistematik, untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan, meningkatkan kemampuan dan keterampilan jasmani, kecerdasan dan pembentukan watak, serta nilai dan sikap yang positif bagi setiap warga negara dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut pendidikan jasmani tidak semata-mata mengembangkan keterampilan jasmani, tetapi pendidikan jasmani juga dapat mengembangkan keterampilan motorik,pengetahuan, sikap hidup sehat, sikap sportifitas, kecerdasan emosional, dan pembentukan karakter individu.

b. Tujuan Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani mempunyai peran penting untuk mendukung pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan. Aip Syaifuddin dan muhadi (1991:5) adalah sebagai berikut :

(1) Mengacu perkembangan dan aktifitas system peredaran darah, pencernaan, pernafasan, dan persyaratan.

(2)

(2) Memacu pertumbuhan jasmani seperti bertambah tinggi dan berat badan.

(3) Menanamkan nilai-nilai disiplin, kerjasama, sportifitas, tenggang rasa.

(4) Meningkatkan keterampilan melalui kegiatan aktifitas jasmani dan memiliki sifat yang positif terhadap peningkatan melalui aktifitas jasmani.

(5) Meningkatkan kesegaran jasmani.

(6) Meningkatkan pengetahuan pendidikan jasmani.

(7) Menanamkan kegemaran untuk melakukan aktifitas jasmani. Tujuan yang ingin dicapai melalui pendidikan jasmani mencakup pengembangan individu secara menyeluruh. Artinya , cakupan pendidikan jasmani tidak hanya pada aspek jasmani saja tetapi juga aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Selain itu pendidikan jasmani juga mencakup aspek mental, emosional dan spiritual. Dengan demikian tujuan pendidikan jasmani berkaitan dengan pengembangan aktifitas fisik maupun jiwa, sehingga nantinya mempersiapkan siswa untuk terjun dalam masyarakat secara maksimal.

2. Permainan Bolavoli

a. Pengertian Permainan Bolavoli

Permainan bolavoli merupakan olahraga permainan bola besar yang dimainkan oleh dua tim. Masing-masing regu memiliki enam orang pemain dengan menggunakan lapangan yang berbentuk segi empat panjang berukuran 18x 9 meter dan ditengah-tengah lapangan dibentangkan pemisah yaitu bernama net. Maksud dan tujuan permainan boloavoli adalah memasukkan bola ke daerah lawan melewati suatu rintangan berupa tali atau net dan berusaha memenangkan permainan dengan mematikan bola itu di daerah lawan. Permainan ini dimulai dengan pukulan servis yang dilakukan oleh pemain paling kanan baris belakang didaerah servis. Bola dipukul dengan satu tangan kearah lapangan lawan, kemudian kedua regu memainkan bola tersebut sesuai dengan hak sentuhan dalam peraturan permainan bolavoli.

(3)

Menurut Munasifah (2009:3) “Bolavoli adalah permainan yang dilakukan oleh dua regu, yang masing-masing terdiri atas enam orang. Bola dimainkan di udara dengan melewati net, setiap regu hanya bisa memainkan bola tiga kali pukulan”.

Menurut pendapat Ahmed Ridho (2009)”Bolavoli adalah olahraga permainan yang dimainkan oleh dua grup berlawanan. Masing-masing memilik enam orang pemain. Terdapat pula variasi permainan bolavoli pantai yang masing-masing grup hanya memilik dua orang pemain.

Permainan ini dimainkan oleh dua tim yang dipisahkan oleh sebuah net,melalui kombinasi tiga pukulan,kemudian dimulai dengan pukulan servis yang dilakukan oleh pemain paling kanan baris belakang pada area servis.

Permainan bolavoli selalu mengalami perkembangan sebagai upaya penyempurnaan permainan agar lebih menarik. Menurut pendapat Amung Ma’mun & Toto Subroto (2001:37) “semula bagian tubuh yang sah untuk memainkan bola batasannya dari lutut ke atas. Sekarang seluruh bagian tubuh diperkenankan untuk memainkan bola.”

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa permainan bolavoli adalah permainan olahraga bola besar yang dimainkan oleh dua tim dalam satu lapangan berbentuk empat persegi panjang yang dipisahkan oleh net, diawali dengan pukulan servis melewati atas net ke daerah lawan dilanjutkan hingga satu tim gagal mengembalikan bola secara sempurna. Untuk mengembalikan bola ke daerah lawan, setiap tim diberikan kesempatan memainkan bola sebanyak tiga pantulan diluar perkenaan blok dengan menggunakan seluruh bagian tubuh.

b. Prinsip Bermain Bolavoli

Suatu proses pasti mempunyai prinsip-prinsip yang tidak boleh ditinggalkan agar tercapai sesuatu tujuan dalam proses tersebut. Pada awalnya ide dasar bermain bolavoli itu adalah memasukkan bola ke daerah lawan melewati suatu rintangan berupa tali atau net dan berusaha untuk mematikan bola itu di daerah lawan untuk memenangkan permainan.

(4)

Menurut M.Yunus (1992:1),”Memvoli artinya memainkan atau memantulkan bola sebelum bola jatuh atau sebelum bola menyentuh lantai”. Sedangkan Suharno HP (1974:4) mengemukakan pendapatnya dalam bermain bolavoli pun harus menganut beberapa prinsip seperti berikut:

(1) Memvoli bola diudara melewati jaring atau net agar dapat jatuh di dalam lapangan lawan untuk mencari kemenangan bermain

(2) Memvoli dan memantulkan bola di udara harus mempergunakan bagian tubuh pinggang keatas serta bersih pantulannya

(3) Satu regu (enam orang) paling banyak dapat memainkan bola dilapangan sendiri tiga kali, dengan peraturan setiap pemain tidak diperbolehkan memainkan bola diudara dua kali berturut-turut (4) Sajian bola pertama (servis) harus dilakukan pada petak serve

dengan pukulan lengan bawah

(5) Untuk mencari kemenangan dalam satu set setiap regu berusaha paling dulu mencari 25 nilai, bila terjadi deuse harus mencari selisih dua nilai setelah terjadi 24 sama

(6) Mengingat bermain bolavoli satu regu terdiri enam orang, jelaslah prinsip kerja sama antar pemain mutlak diperlukan. Oleh karena itu setiap individu harus memiliki sifat toleransi, saling percaya kepada teman, rela berkorban demi menjaga kerja sama yang baik (7) Bermain bolavoli harus mendatangkan kesenangan tiap-tiap

individu yang melakukannya.

c. Fasilitas, Alat-alat dan Perlengkapan

Dalam setiap olahraga memang secara khusus mempunyai fasilitas, alat-alat, dan perlengkapan sendiri-sendiri. Berikut adalah fasilitas, alat-alat, dan perlengkapan dalam bermain bolavoli :

1) Lapangan

Menurut M.Yunus,(1992:16) “Lapangan permainan berbentuk persegi panjang 18x9m)”. Sedangkan menurut Suharno HP, (1974:5) “Pembuatan lapangan harus ditanah yang rata dan cukup keras. Bila dibuat dalam gedung maka lantainya harus tidak licin, rata dan tinggi atap gedung paling sedikit tujuh meter. Garis-garis lapangan selebar 5 cm yang terdiri dari garis tengah, garis serang, garis petak servis, garis samping dan garis belakang lapangan”.

(5)

2) Jaring atau net

Menurut M.Yunus,(1992:17) “Lebar net adalah 1 m, dan panjangnya 9,50 m. Lubang-lubang pada net berbentuk persegi berwarna hitam berupa mata jala berukuran 10 cm tiap lubang. Pada atas net tersebut terdapat pita putih horizontal lebarnya 5 cm”. Sedangkan menurut Suharno HP,(1974:5) “Tali pemancang jaring kalau mungkin dengan kawat baja, bila tidak mungkin dapat memakai tali yang cukup kuat dan tidak tidak terlalu lentur bila telah ditegangkan. Jaring harus diberi kain kanvas yang dijahit lapis dua selebar 5 cm sepanjang tepi atas jaring. Ukuran tinggi jaring untuk pria 2.43 meter dan untuk wanita setinggi 2.24 meter”.

3) Antena (rod)

Menurut Suharno HP,(1974:5) “Rod dibuat dari bahan fiberglass ukuran panjang 180 cm garis tengah 1cm. Tongkat itu harus berwarna kontras dengan 10 cm panjang tiap-tiap bagian berwarna dapat berwarna merah-putih, hitam-putih”. Sedangkan menurut M.Yunus,(1992:18) “Tinggi setiap antena di atas net 80 cm. Antena adalah bagian dari batas net dan menandakan batas sisi ketinggian net dan batass daerah permainan”. 4) Bola

Menurut M.Yunus,(1992:18-19) “Bola harus terbuat dari bahan lunak (lentur), bentuknya bulat dengan di dalamnya terbuat dari bahan karet atau sejenisnya. Warna bola adalah satu warna yang terang, keliling bola 65-67 cm, berat bola 260-280 gram, tekanan udara 0,40-0,45 kg/cm²”. 5) Perlengkapan pemain

Menurut Suharno HP,(1974:6) “Pemain-pemain hendaknya memakai kostum yang bernomor didada dan dipunggung. Diharuskan dalam permainan memakai sepatu olahraga”.

(6)

d. Teknik Dasar Bolavoli

Menurut Suharno HP (1974:11):

Teknik adalah suatu proses melahirkan dan pembuktian dalam praktek dengan sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas yang pasti dalam cabang olahraga permainan bolavoli. Teknik dasar bolavoli harus betul-betul dikuasai terlebih dahulu guna dapat mengembangkan mutu prestasi permainan bolavoli.

Suharno HP (1974: 12) menambahkan unsur-unsur teknik dasar bermain bolavoli yang harus dikuasai adalah sebagai berikut :

(1) Teknik dengan bola (a) Pass atas

(b) Set-up/umpan (c) Pass bawah (d) Smash/spike (e) Block/bendungan (f) Servis

(2) Teknik tanpa bola

(a) Langkah awalan smash, block (b) Langkah sebelum mengambil bola (c) Loncatan dan gerak tipu

(d) Pengambilan posisi

Berdasarkan pendapat di atas menunjukkan bahwa Teknik dasar dalam permainan bolavoli harus dikuasai dengan benar karena bila salah dalam melakukannya maka pemain tersebut dianggap melakukan kesalahan, dan juga teknik dasar ini menjadi salah satu unsur dalam menentukan menang atau kalahnya suatu regu di dalam suatu pertandingan disamping unsur-unsur kondisi fisik, taktik, dan mental. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penguasaan teknik dasar menjadi faktor yang penting dan harus dipahami serta dikuasai dengan baik dan benar serta dilakukan sesuai dengan kebutuhan atau situasi yang dihadapi dalam permainan untuk dapat bermain bolavoli dengan terampil.

(7)

e. Teknik Dasar Spike (smash) dalam Permainan bolavoli

Menurut Amung Ma’mun dan Toto Subroto (2001:65) “spike merupakan salah satu bentuk serangan dalam permainan bolavoli, Karakteristik bola spike adalah menukik, tajam, dan cepat”. Sunardi dan Deddy Whinata Kardiyanto (2013:42-43) mengatakan “spike merupakan pukulan yang utama dalam menyerang, macam-macam spike ada spike open, spike semi, spike quick dan back attack”. Sedangkan menurut M. Yunus (1992: 108) mengemukakan smash merupakan teknik yang mempunyai gerakan yang komplek yang terdiri dari:

(a) Langkah awalan untuk meloncat. (b) Tolakan untuk meloncat ke atas net.

(c) Memukul bola saat melayang di atas udara. (d) Saat mendarat kembali setelah memukul bola.

Dan menurut Suharno HP (1974: 20) proses di dalam melakukan smash dapat dibagi dalam saat-saat berikut:

(a) Saat awalan. (b) Saat tolakan.

(c) Saat pukulan bola di atas jaring. (d) Saat mendarat di tanah.

Selanjutnya langkah-langkah dalam melakukan smash dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Saat Awalan

Dapat dimasukkan di sini saat-saat pengambilan awalan sampai dengan saat tolakan ke atas. Mula-mula mengambil sikap siap normal dengan jarak yang cukup dari jaring (3 sampai 4 meter), pada saat akan mengadakan langkah ke depan terlebih dahulu melakukan langkah-langkah kecil di tempat. Langkah-langkah-langkah ini dimaksudkan agar pada saat itu badan dalam batas setimbang labil dan pada saatnya untuk bergerak ke depan. Sesudah itu dilanjutkan dengan langkah ke depan. Kedua langkah terakhir sangat menentukan. Pada saat take off, harus diperhatikan dengan baik kedudukan kaki. Kaki yang akan take off

(8)

berada di depan terlebih dahulu, dan kaki yang lain menyusul di tanah. Hal ini ini agar tetap dijaga, di samping kontinuitasnya juga letak bahu kiri yang relatif akan selalu berasa lebih dekat kepada jaring daripada bahu kanan kemudian dilanjutkan menolak.

2) Saat Tolakan

Pada saat menolak, tolakan harus dilakukan dengan menumpu terlebih dahulu dengan kedua kaki dan langkah pada saat menumpu ini tidak boleh lebar atau pun dengan satu loncatan. Setelah menumpu dengan kedua kaki kemudian segera diikuti dengan gerakan merendahkan badan dengan jalan menekuk lutut agak dalam ke bawah serta kedua lengan masing-masing telah berada di samping belakang badan. Kemudian diikuti dengan tolakan kaki ke atas secara eksplosif dan dibantu dengan ayunan kedua lengan dari arah belakang ke depan atas. Perlu diperhatikan setelah kaki menolak ke atas maka kedua kaki harus dalam keadaan rileks. Setelah kaki menolak, tangan kanan berada di samping atas kepala agak ke belakang dan lengan sedikit lurus, dengan telapak tangan menghadap ke depan, tangan kiri berada di samping depan kepala kira-kira setinggi telinga. Tangan dan lengan kiri dalam keadaan relaks saja dan ikut menjaga keseimbangan tubuh selama melayang di udara. 3) Saat Pukulan Bola di Atas Net

Sikap pada saat melayang seperti tersebut di atas harus diusahakan sedemikian rupa sehingga bola berada di depan atas dan dalam jangkauan tangan maka segeralah tangan kanan dipukulkan pada bola secepatnya. Memukul bola dengan badan yang sudah berada pada posisi sedikit membungkuk. Otot-otot perut, bahu, dan lengan berkontraksi pada saat yang bersamaan, kuat dan berulang kali. Kerjasama antar otot inilah yang menyebabkan lengan terjulur untuk memukul bola dan gerakan memukul ini terjadi secara simultan atau tidak patah-patah. Bagian bola yang dipukul adalah bagian atasnya. Pada saat memukul, pergelangan tangan tidak boleh kaku dan jari-jari tangan sedikit terbuka. Setelah memukul diikuti gerak ke depan dan ke bawah mengadakan gerak lanjut yang

(9)

sempurna. Perlu diperhatikan di sini perkenaan tangan adalah pada telapak tangan dengan satu gerakan lecutan baik dari lengan maupun tangan. Pukulan yang betul akan mengakibatkan bola menjadi top spin serta secepatnya bergerak menurun. Hasil pukulan akan lebih sempurna lagi bila lecutan lengan dan tangan itu juga diikuti gerakan membungkuk dari togok. Dalam hal ini gerakan lecutan tangan, lengan dan togok adalah merupakan satu kesatuan gerakan yang harmonis dan eksplosif. 4) Saat Mendarat di Tanah

Setelah bola berhasil dipukul maka smasher akan segera mendarat kembali di tanah. Tahap mendarat adalah pada saat tubuh bagian atas membungkuk, dan kaki diarahkan ke depan untuk mempertahankan keseimbangan. Perlu diperhatian bahwa saat mendarat, harus mendarat dengan kedua kakinya dan dalam keadaan lentuk ( mengeper ) dengan lutut ditekuk sesuai dengan kebutuhan pendaratan tersebut. Tempat pendaratan harus diusahakan sedekat mungkin dengan tempat melakukan tolakan. Setelah smasher mendarat kembali di tanah segeralah disusul dengan pengambilan sikap siap normal.

Gambar 1. Rangkaian gerakan spike dan posisi badan (Sunardi dan Deddy Whinata Kardiyanto 2013:39)

(10)

Gambar 2. Gerakan Smash secara Keseluruhan (Sunardi dan Deddy Whinata Kardiyanto 2013:40)

Menurut Dieter Beutelstahl (2012:28) kesalahan yang biasa dilakukan oleh smasher pada saat melakukan smash antara lain:

(1) Pemain melakukan take-off tanpa melakukan kekuatan yang memadai. Akibatnya, bola akan terpukul pada ketinggian yang kurang tepat. Seluruh gerakan tak disertai ritme yang baik, sehingga tenggang waktu antara take-off dan jump (mulai meloncat dan loncatannya sendiri) ditandai oleh keragu-raguan yang sangat mempengaruhi smash itu sendiri.

(2) Kurang dapat menaksir ketinggian bola, sehingga bola itu dipukul terlalu tinggi atau terlalu rendah

(3) Pergerakan kaki kurang baik, sehingga tinggi lompatan pun kurang sesuai dengan tinggi bola yang akan dipukul

(4) Ayunan lengan kurang sempurna. Kadangkala hanya satu lengan saja yang terayun. Akibatnya, lengan tidak dapat membantu memperkuat loncatan itu sendiri.

(5) Terjadi suatu putaran tubuh akibat ayunan lengan yang tidak pada tempatnya

(6) Pergelangan tangan tetap kaku, sehingga bola tidak terpukul pada bagian atasnya. Pukulan seperti ini sering gagal, bola keluar atau tersangkut pada net.

(7) Lengan pemukul ditekuk waktu melakukan smash. Akibatnya, bola terpukul terlalu rendah, sehingga tidak dapat melewati net.

(11)

f. Smash Normal Bolavoli

Menurut Sunardi dan Deddy Whinata Kardiyanto (2013:42)” smash normal adalah smash yang identik dengan bola-bola panjang atau umpan-umpan panjang yang tinggi yang disajian atau diumpan-umpankan pengumpan-umpan (set up)”. Teknik smash normal banyak digunakan untuk para pemula, karena teknik smash normal ini paling mudah untuk dipelajari dan merupakan dasar bagi pemain untuk mengembangkan teknik smash yang lainnya. Analisis gerakan smash normal dapat diuraikan sebagai berikut :

1) Sikap Permulaan

Menurut M.Yunus (1992:108) mengemukakan bahwa, “Sikap siap normal dengan berdiri arah serong ± 45 derajat dengan jarak yang cukup dari net 3 sampai 4 meter”. Langkah awalan dimulai saat bola lepas dari pengumpan dengan pandangan ke arah jalannya karena umpan bola mencapai 3 meter lebih. Setelah itu dilanjutkan dengan langkah ke depan (kaki kiri atau kaki kanan), diteruskan dilangkahkan kaki yang lain sampai di depan kaki yang pertama, kemudian susulkan segera kaki langkah pertama hingga sejajar dengan kaki langkah kedua diikuti menekuk lutut untuk membuat tolakan ke atas dengan mempergunakan kedua kaki.

Gambar 3. Sikap Permulaan Smash (M.Yunus 1992:113)

(12)

2) Sikap Saat Menolak

Pada waktu siap menolak kedua tangan disiapkan lurus lentuk mengarah ke bawah sejajar badan dan segera melakukan tolakan sambil mengacungkan lengan ke depan atas. Setelah tolakan dilakukakan, pada saat melayang di atas kedua kaki harus lemas bergantung dan tangan kanan siap memukul dengan lengan diangkat, sehingga lengan atas tangan kanan tegak lurus dengan badan, sedangkan lengan bawah menuju ke atas sampai telapak tangan kurang lebih setinggi telinga kanan.

Gambar 4. Sikap saat menolak ( M.Yunus, 1992: 113)

3) Sikap Saat Perkenaan

Pada saat smasher mencapai titik tertingginya dan bola berada di atas dalam jangkauan tangan maka segeralah tangan kanan dipukulkan pada bola secepatnya. Perkenaan bola harus pada telapak tangan dengan diikuti dengan gerakan lecutan pergelangan tangan dan ditambah dengan lecutan badan. Usahakan pada saat telapak tangan ada kontak dengan bola, lengan dalam posisi sepanjang mungkin.

(13)

Gambar 5. Sikap Saat Perkenaan (M.Yunus 1992:114)

Gambar 6 . Saat Perkenaan Tangan pada Bola dalam Melakukan Smash (Suharno HP,1974:21)

4) Sikap Akhir

Setelah smasher selesai memukul, maka smasher segera mendarat kembali ketanah dengan menggunakan kedua kakinya dalam keadaan mengeper dan lentuk dengan menekuk kedua lututnya. Setelah menguasai keseimbangan dengan baik, segera smasher mengambil sikap normal.

(14)

Gambar 7. Sikap Saat Mendarat di Tanah (M.Yunus 1992:113)

3. Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar

Menurut pendapat Gagne yang dikutip Agus Suprijono (2009:2) “Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah”. Menurut pendapat morgan yang dikutip Agus Suprijono (2009:3) “belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman”. Sedangkan menurut pendapat JS. Husdarta dan Yudha M. Saputra (2010:2), “belajar dimaknai sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya”.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan yang diperoleh langsung dari suatu aktivitas dan pengalaman yang dilakukan secara terencana oleh individu didalam suatu lingkungan.

(15)

b. Prinsip-prinsip belajar

Menurut Agus Suprijono (2009:4) menyatakan prinsip-prinsip belajar adalah sebagai berikut:

Pertama, prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari, Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya, Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup, Positif atau berakumulatif, Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan, permanen atau tetap, Bertujuan dan terarah, Mencakup keseluruhan potensi manusia. Kedua, Belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistematik yang dinamis kostruktif, dan organik. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai komponen belajar. Ketiga, Belajar merupakan bentuk pengalaman yang ada dasarnya adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya.

Prinsip-prinsip pembelajaran yang telah dijelaskan diatas sangat penting untuk diperhatikan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, agar pembelajaran yang dilakukan dapat menghasilkan hasil belajar yang optimal.

c. Pengertian Pembelajaran

Menurut pendapat Agus Suprijono (2009:13) “pembelajaran menurut makna berarti proses, cara, perbuatan mempelajari”.Menurut Jamil Suprihatiningrum, (2012:75) “pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang melibatkan informasi dan lingkungan yang disusun secara terencana untuk memudahkan siswa dalam belajar”.

Menurut pendapat Sanjaya yang dikutip Jamil Suprihatiningrum, (2012:76) dikatakan bahwa:

Pembelajaran adalah terjemahan dari instruction,yang diasumsikan dapat mempermudah siswa mempelajari segala sesuatu melalui berbagai macam media, seperti bahan-bahan cetak, program televisi, gambar audio, dan lain sebagainya sehingga semua itu mendorong terjadinya perubahan peranan guru dalam mengelola proses belajar mengajar, dari guru sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai fasilisator dalam belajar mengajar.

(16)

Berdasarkan pendapat para ahli dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian pembelajaran adalah suatu kegiatan yang melalui proses, cara dan perbuatan pembelajaran yang melibatkan informasi dan lingkungan yang disusun secara terencana untuk memudahkan siswa dalam belajar dengan menggunakan berbagai macam alat informasi dari lingkungan yang berupa media pembelajaran.

4. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Menurut pendapat Gagne & Briggs yang dikutip Jamil Suprihatiningrum,(2012:37) “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa”. Menurut pendapat Reigeluth yang dikutip Jamil Suprihatiningrum (2012:37) “hasil belajar atau pembelajaran dapat juga dipakai sebagai pengaruh yang memberikan suatu ukuran nilai dari metode (strategi) alternatif dalam kondisi yang berbeda”. Menurut pendapat Agus Suprijono,(2009:5), “hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan”.

Sedangkan menurut Blom yang dikutip Agus Suprijono,(2009:6-7) menyatakan bahwa: hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognititf adalah knowledge (pengetahuan,ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), aplication (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan) synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk hubungan) synthesis (mengorganisasikan membentuk bangunan baru) dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receving (sikap menerima), responding (memberikan respons), valuing (nilai), organization (organisasi), characteriza-pre-routine, dan rountinized. Sedangkan domain yang ada dalam ranah psikomotor adalah keterampilan produktif, teknik, fisik, social, manajerial, dan meliputi kecakapan, informasi, pengertian dan sikap. “

(17)

Berdasarkan pendapat para ahli bahwa pengertian hasil belajar adalah suatu ukuran nilai dari kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui kemampuan yang mencangkup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang dapat berupa pola-pola perbuatan, nilai-nilai pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.

b. Aspek-aspek Hasil Belajar

Menurut Krathwohl, Bloom & Masia yang dikutip Jamil Suprihatiningrum,(2012:38-45):

(1) Aspek kognitif

Kognitif adalah kemampuan yang berhubungan dengan berpikir, mengetahui, dan memecahkan masalah, seperti pengetahuan komprehensif, aplikatif, sintesis, analisis, dan pengetahuan evaluatif.

(2) Aspek afektif

Afektif adalah kemampuan yang berhubungan dengan sikap, nilai, minat, dan apresiasi.

(3) Aspek psikomotorik

Psikomotorik mencangkup tujuan yang berkaitan dengan keterampilan (skill) yang bersifat manual atau motorik.

c. Penilaian Hasil Belajar

Hasil belajar dapat diperoleh melalui mekanisme berupa penilaian hasil belajar.

Menurut Nana Sudjana (1991:3) :

Penilaian hasil belajar adalah suatu proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini memiliki arti bahwa objek yang dinilai adalah hasil belajar siswa. Oleh sebab itu, dalam menilai hasil belajar, peran tujuan yang berisi rumusan kemampuan dan tingkah laku yang diinginkan dikuasai siswa menjadi unsure penting sebagai dasar dan acuan dalam kegiatan penilaian.

Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:3) mengatakan bahwa “Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan

(18)

tindak mengajar. Dari sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar”.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian hasil belajar merupakan proses pemberian nilai kepada siswa setelah melalui interaksi tindak belajar dan tindak mengajar antara guru dan siswa sehingga dapat diketahui seberapa jauh pencapaian hasil belajar yang telah diraih siswa.

5. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti “tengah”, “perantara” atau “pengantar”. Menurut pendapat Gerlach & Ely yang dikutip oleh Azhar Arsyad (2011:3) mengatakan bahwa “media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan atau sikap”. Dalam pengertian ini guru, buku teks dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis atau elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.

Media ialah pembawa pesan yang berasal dari suatu sumber pesan (yang dapat berupa orang atau benda) kepada penerima pesan. Dalam proses belajar mengajar, penerima pesan itu ialah siswa. Pembawa pesan (media) itu berinteraksi dengan siswa melalui indera mereka. Siswa dirangsang oleh media itu untuk menggunakan inderanya untuk menerima informasi. Kadang-kadang siswa dituntut untuk menggunakan kombinasi dari beberapa indera supaya dapat menerima pesan itu secara lebih lengkap.

Dalam suatu proses belajar mengajar, pesan yang disalurkan oleh media dari sumber pesan ke penerima pesan itu ialah isi pelajaran. Dengan perkataan lain, pesan itu ialah isi pelajaran yang berasal dari kurikulum yang disampaikan oleh guru kepada siswa. Pesan ini dapat bersifat rumit

(19)

dan mungkin harus dirangsang dengan cermat supaya dapat dikomunikasikan dengan baik kepada siswa.

b. Fungsi Media Pembelajaran

Menurut Hujair AH. Sanaky (2009:6) media pembelajaran berfungsi untuk merangsang pembelajaran dengan :

(a) Menghadirkan obyek sebenarnya dan obyek yang langkah (b) Membuat duplikasi dari obyek yang sebenarnya

(c) Membuat konsep abstrak ke konsep konkret (d) Memberi kesamaan persepsi

(e) Mengatasi hambatan waktu, tempat, jumlah dan jarak (f) Menyajikan ulang informasi secara konsisten

(g) Memberi suasana belajar yang tidak tertekan, santai, dan menarik sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran

Menurut Azhar Arsyad (2011:15):

Salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut sikap positif siswa terhadap materi belajar maupun terhadap proses belajar itu sendiri dapat ditingkatkan. Mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.

Hal ini sesuai dengan Azhar Arsyad (2011:16) mengemukakan bahwa “pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa”. Selain itu media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, membangkitkan rasa senang dan mempengaruhi semangat mereka dalam pelajaran.

c. Manfaat Media Pembelajaran

Azhar Arsyad (2011:26) mengatakan bahwa beberapa manfaat dari penggunaan media pembelajaran, yaitu:

(a) Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.

(20)

(b) Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemauan dan minatnya.

(c) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu.

(d) Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat dan lingkungannya.

Media yang digunakan harus dipersiapkan dengan baik dan disajikan dengan menarik sehingga dapat membangkitkan keinginan dan minat baru untuk belajar. Dengan media guru dapat mengatur kelas sehingga waktu belajar dapat dimanfaatkan dengan efisien. Manfaat media dalam proses pembelajaran secara umum adalah memperlancar proses interaksi antara guru dan siswa untuk membantu siswa belajar secara optimal.

d. Pertimbangan Pemilihan Media

Disamping itu Yoyo Bahagia dan Adang Suherman (2000:16) mengatakan bahwa:

Kriteria para guru dalam mengevaluasi, memilih, membuat modifikasi pembelajaran dalam penjas adalah:

(a) Mendorong partisipasi maksimal oleh siswa (b) Memperhatikan keselamatan.

(c) Mengajar efektivitas dan efisiensi gerak.

(d) Memenuhi tuntutan perbedaan kemampuan anak. (e) Sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak.

(f) Memperkuat keterampilan yang sudah dipelajari sebelumnya. (g) Mengajar menjadi pemain yang cerdas.

(21)

6. Definisi Modifikasi Alat Pembelajaran a. Pengertian Modifikasi Alat Pembelajaran

Hal-hal yang paling dirasakan para guru pendidikan jasmani dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari adalah hal-hal yang berkaitan dengan sarana serta prasarana pendidikan jasmani yang merupakan media pembelajaran pendidikan jasmani sangat diperlukan. Seorang guru pendidikan jasmani yang kreatif akan mampu menciptakan sesuatu yang baru, atau memodifikasi yang sudah ada tetapi disajikan dengan cara yang semenarik mungkin, sehingga anak didik akan merasa senang mengikuti pelajaran pendidikan jasmani yang diberikan. Demikian dapat dipahami bahwa pemahaman konsep yang matang dalam memodifikasi alat pembelajaran dibutuhkan agar sesuai dengan kebutuhan belajar siswa.

Memodifikasi adalah sangat penting agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Modifikasi dibutuhkan apabila, kondisi pembelajaran ini dapat dilakukan pada berbagai aspek tergantung tingkat kesulitan dari gerakan ketrampilan.

Rusli Lutan & Adang Suherman (2000: 69) menyatakan bahwa, “Modifikasi peralatan berarti guru atau pelatih dapat mengurangi atau menambah tingkat kompleksitas dan kesulitan tugas ajar dengan memodifikasi peralatan yang digunakan untuk melakukan skill itu”. Pendapat lain dikemukakan Samsudin (2008:58) bahwa,

Esensi modifikasi adalah menganalisis sekaligus mengembangkan materi pelajaran dengan cara meruntunnya dalam bentuk aktivitas belajar yang potensial sehingga dapat memperlancar siswa dalam belajarnya. Cara ini dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan, dan membelajarkan siswa yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, yang tadinya kuarng terampil menjadi lebih terampil.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa modifikasi alat pembelajaran adalah usaha seseorang guru dengan menambah atau mengurangi tingkat kompleksitas bahan ajarnya dalam pelaksanaan pembelajaran. Seperti apabila keterampilan yang diajarkan sulit, maka guru dapat menyederhanakan bahan ajar tersebut agar lebih

(22)

mudah dipelajari siswanya. Begitupun sebaliknya apabila keterampilan yang diajarkan mudah dipelajari maka guru dapat menambah tingkat kompleksitas bahan ajarnya.

b. Macam-macam Modifikasi dalam Pembelajaran 1. Modifikasi Tujuan Pembelajaran

Menurut Samsudin (2008:60) “Modifikasi alat pembelajaran dapat dikaitkan dengan tujuan pembelajaran dari mulai tujuan yang paling rendah sampai tujuan yang paling tinggi”. Modifikasi tujuan materi ini dapat dilakukan dengan cara membagi tujuan materi ke dalam tiga komponen, yakni:

1) Tujuan Perlunasan

Menurut Samsudin (2008:61) tujuan perlunasan maksudnya adalah:

Tujuan pembelajaran yang lebih menekankan pada perolehan pengetahuan dan kemampuan melakukan bentuk atau wujud keterampilan yang dipelajarinya tanpa memperhatikan aspek efisiensi atau efektifitasnya. Misalnya: Siswa dapat mengetahui dan melakukan gerakan melompat dalam lompat jauh.

Berdasarkan contoh pada kutipan diatas, tujuan pembelajaran lebih menekankan agar siswa dapat mengetahui esensi lompat dalam bentuk peragaan,dalam kasus ini peragaan tidak terlalu dipermasalahkan apakah lompat itu sudah dilakukan secara efektif dan efisien atau belum. Yang penting siswa dapat mengetahui esensi wujud lompat pada cabang olahraga atletik.

2) Tujuan Penghalusan

Menurut Samsudin (2008:61) tujuan penghalusan maksudnya: Tujuan pembelajaran yang lebih menekankan pada perolehan pengetahuan dan kemampuan melakukan gerak secara efisien. Misalnya: siswa mengetahui dan melakukan gerak melompat dengan mentransfer kecepatan awalan ke dalam tolakannya. Pada level ini wujud lompatannya sudah menekankan pada esensi efisiensi gerak melompat. Misalnya: menggunakan kaki terkuat saat melompat, lutut agak ditekuk saat menolak dan meluruskan

(23)

lutut pada saat lepas dari papan tolak dan sebagainya melalui peragaan.

3) Tujuan Penerapan

Menurut Samsudin (2008:61) tujuan penerapan adalah “Tujuan pembelajaran yang lebih menekankan pada perolehan pengetahuan dan kemampuan tentang efektif tidaknya gerakan yang dilakukan melalui pengenalan kriteria-kriteria tertentu sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.”

2. Modifikasi Materi Pembelajaran

Menurut Samsudin (2008:62-63) modifikasi materi pembelajaran ini dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa komponen dasar sebagai berikut:

(a) Komponen Keterampilan

Materi pembelajaran Penjas dalam kurikulum pada dasarnya merupakan keterampilan-keterampilan yang akan dipelajari siswa. Guru dapat memodifikasi keterampilan tersebut dengan cara mengurangi atau menambah tingkat kesulitan dengan cara menganalisis dan membagi keterampilan keseluruhan ke dalam komponen-komponen, lalu melatihnya per komponen. (b) Klasifikasi Materi

Materi pembelajaran dalam bentuk keterampilan yang akan dipelajarai siswa dapat disederhanakan berdasarkan klasifikasi keterampilannya dan memodifikasinya dengan jalan menambah atau mengurangi tingkat kesulitannya. Tingkat keterampilan tersebut yaitu Close skill (keterampilan tertutup), Close skill pada lingkungan yang berbeda, Open skill (keterampilan terbuka), dan keterampilan permainan.

(c) Kondisi Penampilan

Guru dapat memodifikasi kondisi penampilan dengan cara mengurangi atau menambah tingkat kompleksitas dan kesulitannya. Misalkan: tinggi rendahnya kecepatan penampilan, tinggi rendahnya kekuatan penampilan, melakukan di tempat atau bergerak, maju ke depan atau ke segala arah, dikurangi atau ditambah peraturannya. Contohnya: melempar, menangkap,atau memukul dan permainan.

(d) Jumlah Skill

Guru dapat memodifikasi pembelajaran dengan jalan menambah atau mengurangi jumlah keterampilan yang dilakukan siswa dengan cara mengombinasikan gerakan. Misalkan: lari,lempar,tangkap dan menembak berupa lari ketempat kosong tanpa bertabrakan, melempar bola pada

(24)

sasaran tanpa direbut lawan, mengkap bola pada daerah yang aman, menembak ke ring basket.

(e) Perluasan jumlah perbedaan respons

Guru dapat menambah tingkat kompleksitas dan kesulitan tugas ajar dengan cara menambah jumlah perbedaan respons terhadap konsep yang sama. Cara seperti ini dimaksudkan untuk mendorong terjadinya transfer of learning. Perluasan aktivitas belajarnya berkisar antara aktivitas yang bertujuan untuk membantu siswa mendefinisikan konsep sampai pada macam –macam aktivitas yang memiliki konsep dasar yang sama. Misalkan, konsep panjang awalan dan kekuatan.

3. Modifikasi Lingkungan Pembelajaran

Menurut Samsudin (2008:63-65) Modifikasi pembelajaran dapat dikaitkan dengan kondisi lingkungan pembelajaran. Modifikasi lingkungan pembelajaran ini dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa klasifikasi yaitu sebagai berikut:

(a) Peralatan

Peralatan (apparatus), ialah sesuatu yang dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh siswa untuk melakukan kegiatan/aktivitas di atasnya, di bawahnya, di dalam/diantaranya, misalnya: bangku swedia, gawang, star block, mistar, peralatan lompatan tinggi, bola, alat pemukul dan sebagainya. Peralatan yang dimiliki sekolah-sekolah biasanya kurang memadai dalam arti kata kuantitas maupun kualitasnya. Peralatan yang ada dan sangat sedikit jumlahnya itu biasanya peralatan standar untuk orang dewasa. Guru dapat menambah atau mengurangi tingkat kompleksitas dan kesulitan tugas ajar dengan cara memodifikasi peralatan yang digunakan untuk aktivitas pendidikan jasmani. Misalnya: memodifikasi berat ringannya, besar kecilnya, panjang pendeknya, maupun mengganti dengan peralatan lain sehingga dapat digunakan untuk berbagai bentuk kegiatan pendidikan jasmani.

(b) Penataan Ruang Gerak

Guru dapat mengurangi atau menambah tingkat kompleksitas dan kesulitan tugas ajar dengan cara menata ruang gerak siswa dalam kegiatannya. Misalnya: melakukan dribbling, passing bawah atau lempar tangkap ditenpat, atau bermain di ruang kecil atau besar

(c) Jumlah Siswa yang terlibat

Guru dapat mengurangi atau menambah tingkat kompleksitas dan kesulitan tugas ajar dengan cara mengurangi atau menambah jumlash siswa yang terlibat dalam melakukan tugas

(25)

ajar tersebut. Misalnya: belajar passing bawah sendiri, berpasangan, bertiga, berempat dan seterusnya.

Menurut Aussie (1996) yang dikutip Samsudin (2008:64) berkaitan dengan modifikasi lingkungan pembelajran tersebut terdapat komponen-komponen penting yang dapat dimodifikasi yaitu sebagai berikut:

(1) Ukuran, berat atau bentuk peralatan yang digunakan (2) Lapangan Permainan

(3) Waktu Bermain (4) Peraturan Permainan (5) Jumlah Pemain

Sedangkan menurut Ateng (1992) yang dikutip Samsudin (2008:64) secara operasional modofikasi permainan sebagai berikut:

(1) Kurangi jumlah pemain dalam setiap regu (2) Ukuran lapangan diperkecil

(3) Waktu bermain diperpendek

(4) Sesuaikan tingkat kesulitan dengan karakteristik anak (5) Sederhanakan alat yang digunakan

(6) Ubahlah peraturan menjadi sederhana, sesuai dengan kebutuhan agar permainan dapat berjalan dengan lancar.

4. Modifikasi Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi materi maksudnya adalah penyusunan aktivitas belajar yang terfokus pada evaluasi skill yang sudah dipelajari siswa pada berbagai situasi. Aktivitas evaluasi dapat mengubah fokus perhatian siswa dari bagaimana seharusnya suatu skill itu digunakan atau apa tujuan skill itu. Oleh karena itu guru harus pandai-pandai menentukan modifikasi evaluasi yang sesuai dengan keperluannya. Evaluasi yang lebih berorientasi pada hasil dapat meningkatkan penampilan siswa yang sudah memiliki skill dan percaya diri yang memadai.

c. Tujuan Modifikasi Alat Pembelajaran

Menurut Lutan (1988) yang dikutip Samsudin (2008:59), menyatakan modifikasi dalam mata pelajaran pendidikan jasmani diperlukan dengan tujuan agar :

(26)

“(a) Siswa memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran (b) Meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi (c) Siswa dapat melakukan pola gerak secara benar”

Sedangkan menurut Assuie (1996) yang dikutip samsudin (2008:60), pengembangan modifikasi di Australia dilakukan dengan pertimbangan:

(1) Anak-anak belum memiliki kematangan fisik dan emosional seperti orang dewasa

(2) Berolahraga dengan peralatan dan peraturan yang dimodifikasi akan mengurangi cedera pada anak

(3) Olahraga yang dimodifikasi akan mampu mengembangkan keterampilan anak lebih cepat disbanding dengan peralatan standar untuk orang dewasa

(4) Olahraga yang dimodifikasi menumbuhkan kegembiraan dan kesenangan pada anak-anak dalam situasi kompetitif

Dari pendapat tersebut dapat diartikan bahwa pendekatan modifikasi dapat digunakan sebagai suatu alternatif dalam pembelajaran pendidikan jasmani, karena pendekatan ini mempertimbangkan tahap-tahap perkembangan dan karakteristik anak, sehingga anak akan mengikuti pelajaran pendidikan jasmani dengan senang dan gembira. Dengan melakukan modifikasi, guru pendidikan jasmani akan lebih mudah menyajikan materi pelajaran yang sulit menjadi lebih mudah dan disederhanakan tanpa harus takut kehilangan makna dan apa yang akan diberikan. Anak akan lebih banyak bergerak dalam berbagai situasi dan kondisi yang dimodifikasi.

(27)

d. Modifikasi Alat yang Digunakan 1. Bola Spon berisi bola karet

Gambar 8. Bola Spon berisi bola karet

Bola modifikasi ini terbuat dari bola spon yang diberi bola karet dan mempunyai berat yang lebih ringan dari bolavoli sesungguhnya. Karakternya yang lunak dan ringan maka penggunaan ini diharapkan dapat memotivasi siswa dalam melakukan smash normal bolavoli.

2. Bola Spon berlapis selotip hitam

(28)

Bola ini terbuat dari bola berlapis spon biasa yang kemudian dilapisi lagi menggunakan selotip hitam. Lapisan selotip ini bertujuan untuk menambah berat dari bola spon tersebut sehingga bisa stabil saat dipukul.

3. Modifikasi Ketinggian Net

Modifikasi ketinggian Net digunakan untuk memudahkan siswa dalam pelaksaan smash normal bolavoli dan untuk penyesuaian siswa dengan net saat melakukan smash. Net bisa diatur ketinggiannya, mulai dari yang rendah sekitar 1,80 meter sampai pada net yang memiliki ketinggian standar 2,24 meter untuk putri dan 2,43 meter untuk putra. Dengan adanya modifikasi ketinggian net tersebut, diharapkan siswa lebih mudah untuk menyeberangkan bola melewati net dalam melaksanankan proses pembelajaran smash normal bolavoli.

B. Kerangka Berpikir

Proses pembelajaran smash bolavoli bisa berlangsung dengan efektif dan optimal tergantung oleh beberapa faktor. Antara lain guru, media pembelajaran dan metode mengajar. Permasalahan yang sering terjadi dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani adalah media dan cara guru menyampaikan materi pelajaran. Siswa seringkali kurang mampu memahami materi yang disampaikan oleh guru. Sebab guru menyampaikan materi secara verbal, adapun guru juga memberikan materi dengan contoh dalam menyampaikan materi. Dalam memberikan contoh, gerakan yang dilakukan terlalu cepat dan tanpa adanya tahapan-tahapan sehingga contoh yang diberikan oleh guru kurang dapat ditangkap secara optimal.

Permasalahan umum dalam kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani adalah kurangnya sarana dan peran aktif siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Siswa hanya sebagai objek pembelajaran yang hanya mendengarkan dan melakukan apa yang disampaikan oleh guru. Dalam proses pembelajaran kurang mengoptimalkan media pembelajaran yang dapat meningkatkan peran aktif siswa.

(29)

Media pembelajaran yang digunakan adalah bola spon berisi bola karet, bola spon dilapisi selotip hitam dan ketinggian net . Dengan adanya alat pembelajaran yang sudah dimodifikasi dapat membuat siswa kelas XI AP 2 SMK Negeri 2 Blitar merasa senang dan tertarik untuk mengikuti mata pelajaran olahraga. Siswa secara tidak langsung telah melakukan teknik gerakan smash normal dalam bolavoli dan diharapkan dapat mengoptimalkan pembelajaran.

Penelitian ini difokuskan pada upaya peningkatan kemampuan teknik dasar smash normal dalam pembelajaran bolavoli melalui modifikasi alat pada siswa kelas XI AP 2 SMK Negeri 2 Blitar. Pemanfaatan alat pembelajaran yang dimodifikasi ini, guru dapat memberi penjelasan yang mendetail dan mempermudah siswa dalam menangkap penjelasan teknik dasar bolavoli yaitu smash.

(30)

Berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini, alur kerangka pemikiran dalam penelitian ini secara skematis sebagai berikut:

Gambar 10. Alur Kerangka Berfikir Siswa:

- Siswa kurang aktif dan jenuh saat pembelajaran smash normal bolavoli - Ketrampilan dalam

penguasaan teknik dasar smash normal bolavoli masih kurang

- Siswa kurang dapat melakukan pemahaman ketika pembelajaran - Siswa merasa kesakitan

dengan bola yang sesungguhnya dan kesulitan dengan ketinggian net yang sesungguhnya

Guru masih menjadi pusat pembelajaran serta masih kurangnya pemanfaatan modifikasi alat pembelajaran Kondisi awal

Siklus I: Guru dan peneliti

menyusun bentuk

pengajaran yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar smash normal bolavoli, melalui penggunaan modifikasi alat pembelajaran yang berupa bola spon berisi bola karet, bola spon berlapis selotip hitam, dan ketinggian net Penggunaan modifikasi alat pembelajaran Tindakan Melalui penggunaan modifikasi alat pembelajaran, siswa akan lebih mudah menguasai materi smash normal bolavoli sehingga pembelajaran bisa maksimal. Kondisi akhir

Siklus II: Upaya perbaikan tindakan dari siklus I karena hasil belajar yang dilakukan belum mencapai target yang ditentukan.

Gambar

Gambar 2. Gerakan Smash secara Keseluruhan  (Sunardi dan Deddy Whinata Kardiyanto 2013:40)
Gambar 3. Sikap Permulaan Smash                                 (M.Yunus 1992:113)
Gambar 4. Sikap saat menolak                              ( M.Yunus, 1992: 113)
Gambar 5. Sikap Saat Perkenaan  (M.Yunus 1992:114)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan media poster untuk meningkatkan partisipasi belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Praktik mengajar terbimbing merupakan latihan bagi mahasiswa dalam menerapkan kemampuan mengajar secara utuh dan benar dari bimbingan dosen dan guru pembimbing

Hasil Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn.) Kelompok Kontrol Negatif Akuades, Kontrol Positif Natrium Diklofenak 2,25mg/kgBB dan Ekstrak

Jl. Prof Soedarto, Tembalang, Semarang. Sebagian besar jalur yang tidak beroperasi berada pada daerah operasional IV. Penelitian ini bertujuan untuk membuat skala

Taksonomi dapat diartikan sebagai pengelompokan suatu hal berdasarkan hierarki (tingkatan) tertentu. Di mana taksonomi yang lebih tinggi bersifat lebih umum dan

Ledakan penduduk juga terjadi karena rumah tangga tidak direncanakan secara baik dan tidak melihat faktor sebab akibat, banyak rumah tangga yang berdiri tapi tidak

[r]

Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang Undang Nomor 6 Tahun 2004 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara