JURNAL SOSIO ANTROPOLOGI GIZI
JURNAL SOSIO ANTROPOLOGI GIZI
““
HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DAN PELAYANAN
HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DAN PELAYANAN
KIA TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA
KIA TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA DI KELURAHAN
DI KELURAHAN
TAMAMAUNG MAKASSAR
TAMAMAUNG MAKASSAR
””DISUSUN OLEH :
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 9
KELOMPOK 9
1. AYU NUR AMALIA 1613411041
1. AYU NUR AMALIA 1613411041
2. MUTIARA HERDINDA 1613411042
2. MUTIARA HERDINDA 1613411042
3. MONITA NUR
3. MONITA NUR HANDAYANI 1613411043
HANDAYANI 1613411043
4. RAHMAT HERMAWAN 1613411044
4. RAHMAT HERMAWAN 1613411044
5. ASSYFAU HUSNUL FAHRUNNISA 1613411045
5. ASSYFAU HUSNUL FAHRUNNISA 1613411045
TINGKAT I
TINGKAT I
DIII GIZI
DIII GIZI
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
2016/2017
2016/2017
HUBUNGAN BERAT BA
HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DADAN LAHIR DAN PELAYANAN KIN PELAYANAN KIA TERHADAPA TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA DI
STATUS GIZI ANAK BALITA DI KELURAHAN TAMAMAUNGKELURAHAN TAMAMAUNG MAKASSA
MAKASSARR
THE CORRELATION OF BIRTH
THE CORRELATION OF BIRTH WEIGHT AMONG MATERNAL ANDWEIGHT AMONG MATERNAL AND CHILD HEALTH T
CHILD HEALTH TOWARD THE NOWARD THE NUTRITION UTRITION STATUS OF STATUS OF CHILDRENCHILDREN UNDER FIVE
UNDER FIVE YEARS IN YEARS IN TAMAMAUNG VILLAGE TAMAMAUNG VILLAGE MAKASSARMAKASSAR
Asry Dwi Muqn
Asry Dwi Muqni*, Veni Hadju, Nurhai*, Veni Hadju, Nurhaedar Jafar edar Jafar
*
*E-mail : E-mail : asry.dwimasry.dwimuqni@gmail.comuqni@gmail.com
Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin, Makassar Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin, Makassar
Abs Absttrraactct
Many factors affected the incidence of nutritional problems both directly and indirectly. This study Many factors affected the incidence of nutritional problems both directly and indirectly. This study aimed to determine the relationship of birth weight and maternal and child health services on the aimed to determine the relationship of birth weight and maternal and child health services on the nutritional status of children under five in Sub Tamamaung Makassar. This type of study was a nutritional status of children under five in Sub Tamamaung Makassar. This type of study was a cross sectional analytic study.
cross sectional analytic study. This study was This study was a part of the a part of the overall data collection on childrenoverall data collection on children under five in Sub Tamamaung.
under five in Sub Tamamaung.
Data was collected through questionnaires and anthropometric measurements (body weight, and Data was collected through questionnaires and anthropometric measurements (body weight, and height) 369 Toddlers. The toddlers who became the samples, which had a data and a complete height) 369 Toddlers. The toddlers who became the samples, which had a data and a complete family of data (260 Toddlers). Determination of nutritional status carried out by using the family of data (260 Toddlers). Determination of nutritional status carried out by using the indicators weight for height (BB/TB) and height for age (TB/U) based on the z
indicators weight for height (BB/TB) and height for age (TB/U) based on the z -score WHO 2005.-score WHO 2005. Data analysis was performed using chi-square test. The results showed there was a relationship Data analysis was performed using chi-square test. The results showed there was a relationship between
between birth birth weight weight to to the the TB TB / / U U status status of of infants infants (p (p = = 0.037), 0.037), there there was was no no a a relationship relationship ofof birth weight
birth weight with the with the BB / BB / TB status TB status of infants of infants (p = (p = 0.410), there was 0.410), there was no relationship no relationship between thebetween the frequency of the Posyandu, ownership of KMS, and completeness of immunization with the status frequency of the Posyandu, ownership of KMS, and completeness of immunization with the status of the BB/TB and TB/U infants (p> 0.05).
of the BB/TB and TB/U infants (p> 0.05).
It was recommended to pregnant women to increase their energy intake during pregnancy to It was recommended to pregnant women to increase their energy intake during pregnancy to prevent
prevent low low birth birth weight weight that that would would result result from from chronic chronic malnutrition malnutrition (stunting) (stunting) in in children.children. Although there was no relationship between
Although there was no relationship between the frequency of the MCH posyandu, KMS ownershipthe frequency of the MCH posyandu, KMS ownership status and completeness of immunization against acute malnutrition (wasting) and chronic status and completeness of immunization against acute malnutrition (wasting) and chronic (stunting) in children, but there was expected to pay attention to the mother's weight and height of (stunting) in children, but there was expected to pay attention to the mother's weight and height of theirchildren by routinely weighing the posyandu and controlling via
theirchildren by routinely weighing the posyandu and controlling via KMS.KMS. Keywords : b
Pendahuluan Pendahuluan
Seiring dengan bertambahnya umur, asupan zat gizi yang lebih rendah dibandingkan Seiring dengan bertambahnya umur, asupan zat gizi yang lebih rendah dibandingkan kebutuhan, serta tingginya beban penyakit infeksi pada awal kehidupan, maka sebagian besar kebutuhan, serta tingginya beban penyakit infeksi pada awal kehidupan, maka sebagian besar bayi Indonesia terus mengalami penurunan status gizi dengan puncak penurunan pada umur bayi Indonesia terus mengalami penurunan status gizi dengan puncak penurunan pada umur kurang lebih 18-24 bulan. Pada kelompok umur inilah prevalensi balita kurus (
kurang lebih 18-24 bulan. Pada kelompok umur inilah prevalensi balita kurus (wastingwasting) dan) dan balita pendek (
balita pendek (stuntingstunting) mencapai titik tertinggi. Setelah melewati umur 24 bulan, status gizi) mencapai titik tertinggi. Setelah melewati umur 24 bulan, status gizi balita umumnya mengalami
balita umumnya mengalami perbaikan meskipun tidak sempurna.perbaikan meskipun tidak sempurna.11
Kemampuan rumah tangga untuk mengakses pelayanan kesehatan berkaitan dengan Kemampuan rumah tangga untuk mengakses pelayanan kesehatan berkaitan dengan ketersediaan sarana pelayanan kesehatan serta kemampuan ekonomi untuk membayar biaya ketersediaan sarana pelayanan kesehatan serta kemampuan ekonomi untuk membayar biaya pelayanan.
pelayanan.22 Selama satu dekade terakhir terjadi penurunan cakupan kedatangan ibu yang Selama satu dekade terakhir terjadi penurunan cakupan kedatangan ibu yang
membawa balitanya ke posyandu.
membawa balitanya ke posyandu.33 Masyarakat datang ke posyandu karena sarana dan Masyarakat datang ke posyandu karena sarana dan
prasarana tersedia, mutu pelayanan dinilai baik dan masyarakat tidak mampu membawa anak prasarana tersedia, mutu pelayanan dinilai baik dan masyarakat tidak mampu membawa anak ke fasilitas kesehatan yang lain. Berbagai alasan ibu tidak membawa balitanya ke posyandu, ke fasilitas kesehatan yang lain. Berbagai alasan ibu tidak membawa balitanya ke posyandu, antara lain karena letaknya yang jauh, tidak ada kegiatan di posyandu, serta layanan tidak antara lain karena letaknya yang jauh, tidak ada kegiatan di posyandu, serta layanan tidak lengkap.
lengkap.2,42,4
Menurut perkiraan WHO
Menurut perkiraan WHO55, lebih dari 12 juta anak berusia kurang dari 5 tahun yang meninggal, lebih dari 12 juta anak berusia kurang dari 5 tahun yang meninggal
setiap tahun, sekitar 2 juta disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. setiap tahun, sekitar 2 juta disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Serangan penyakit tersebut akibat status imunisasi dasar yang tidak lengkap pada sekitar 20% Serangan penyakit tersebut akibat status imunisasi dasar yang tidak lengkap pada sekitar 20% anak. Data statistik sosial ekonomi rumah tangga Sulawesi Selatan tahun 2010 menyebutkan anak. Data statistik sosial ekonomi rumah tangga Sulawesi Selatan tahun 2010 menyebutkan bahwa balita yang pernah diimunisasi di
bahwa balita yang pernah diimunisasi di kota Makassar sudah mencapai 98,08%.kota Makassar sudah mencapai 98,08%.66
Di kecamatan Panakkukang, angka persentase gizi buruk 3,8%. Angka ini lebih tinggi Di kecamatan Panakkukang, angka persentase gizi buruk 3,8%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan persentase untuk wilayah Makassar. Begitu pula dengan persentase gizi dibandingkan dengan persentase untuk wilayah Makassar. Begitu pula dengan persentase gizi kurangnya yang mencapai 15,5%. Kemudian di kelurahan Tamamaung pada tahun 2010, kurangnya yang mencapai 15,5%. Kemudian di kelurahan Tamamaung pada tahun 2010, tercatat untuk kasus gizi kurang paling tinggi dengan 127 kasus, dan untuk gizi buruk dengan tercatat untuk kasus gizi kurang paling tinggi dengan 127 kasus, dan untuk gizi buruk dengan kasus tertinggi di kelurahan Pampang dan Panaikang sebanyak 45 kasus dan 35 kasus, kasus tertinggi di kelurahan Pampang dan Panaikang sebanyak 45 kasus dan 35 kasus, sementara di kelurahan Tamamaung sendiri sebanyak 15 kasus.
Oleh karena itu, peneliti merasa perlu untuk melakukan sebuah studi analisis yang berkaitan Oleh karena itu, peneliti merasa perlu untuk melakukan sebuah studi analisis yang berkaitan dengan masalah tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai hubungan antara berat dengan masalah tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai hubungan antara berat bayi lahir dan pelayanan KIA terhadap status gizi balita, hubungan status gizi akut dan kronis bayi lahir dan pelayanan KIA terhadap status gizi balita, hubungan status gizi akut dan kronis balita berdasarkan BB/TB dan TB/U dengan kepemilikan KMS, frekuensi ke posyandu dalam 3 balita berdasarkan BB/TB dan TB/U dengan kepemilikan KMS, frekuensi ke posyandu dalam 3 bulan terakhir, dan
bulan terakhir, dan kelengkapan imunisasi.kelengkapan imunisasi.
Bahan dan Metode
Bahan dan Metode
Lokasi Penelitian Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Tamamaung, kelurahan Tamamaung, Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Tamamaung, kelurahan Tamamaung, kecamatan Panakkukang, Makassar dengan jumlah KK 1128 RT yang merupakan jumlah KK kecamatan Panakkukang, Makassar dengan jumlah KK 1128 RT yang merupakan jumlah KK terbanyak di wilayah
terbanyak di wilayah kerja Puskesmas Tamamaung.kerja Puskesmas Tamamaung.
Desain dan Variabel Penelitian Desain dan Variabel Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan rancangan
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan rancangan cross sectionalcross sectional study.
study. Pengambilan sampel dilakukan secara Pengambilan sampel dilakukan secara purposive purposive dengan kriteria inklusi adalah anak dengan kriteria inklusi adalah anak balita berumur 12-60 bulan dan kriteria ekslusi adalah data balita, dan data orang tua yang balita berumur 12-60 bulan dan kriteria ekslusi adalah data balita, dan data orang tua yang tidak lengkap.
tidak lengkap.
Populasi dan Sampel Populasi dan Sampel
Populasi berjumlah 369 balita, sementara sampel berjumlah 260 balita, yaitu yang memiliki Populasi berjumlah 369 balita, sementara sampel berjumlah 260 balita, yaitu yang memiliki data dan data keluarga lengkap.
data dan data keluarga lengkap.
Pengumpulan Data Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan pengukuran antropometri Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan pengukuran antropometri yaitu berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) balita. Status gizi dihitung dengan menggunakan yaitu berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) balita. Status gizi dihitung dengan menggunakan indikator
Analisis Data Analisis Data
Analisis univariat yang dilakukan terhadap tiap variabel dengan menggunakan tabel distribusi Analisis univariat yang dilakukan terhadap tiap variabel dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi sehingga menghasilkan distribusi dan persentase setiap variabel.
frekuensi sehingga menghasilkan distribusi dan persentase setiap variabel.
pada masing-masing prevalensi
pada masing-masing prevalensiunderweight,underweight,wasting,wasting, dan danstuntingstunting.. Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji
Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji chi-squarechi-square, antara berat badan lahir dengan, antara berat badan lahir dengan status gizi menurut TB/U diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan di antara keduanya. Ini status gizi menurut TB/U diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan di antara keduanya. Ini berarti, balita yang lahir dengan berat badan rendah berpeluang untuk menjadi pendek berarti, balita yang lahir dengan berat badan rendah berpeluang untuk menjadi pendek
Gambar 1. Status Gizi Berdasarkan Berat Badan Lahir Anak Balita
Gambar 1. Status Gizi Berdasarkan Berat Badan Lahir Anak Balita
0 0 20 20 40 40 60 60 80 80 g
geemmuukk nnoorrmmaall kkuurruuss nnoorrmmaall ppeennddeek k 6.9 6.9 70.6 70.6 22.6 22.6 70.2 70.2 29.8 29.8 16.7 16.7 58.3 58.3 25 25 42.7 42.7 58.3 58.3 p p e e r r c c e e n n t t Status gizi Status gizi BBLN BBLN BBLR BBLR
Gambar 2. Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Frekuensi ke Posyandu
Gambar 2. Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Frekuensi ke Posyandu
0 0 20 20 40 40 60 60 80 80 g
geemmuukk nnoorrmmaall kkuurruuss nonorrmmaall ppeennddeek k 6.6 6.6 70.3 70.3 23.1 23.1 65.9 65.9 34.1 34.1 7.7 7.7 69.8 69.8 22.5 22.5 70.4 70.4 29.6 29.6 p p e e r r c c e e n n t t status gizi status gizi sering sering jarang jarang
dibandingkan dengan balita yang lahir dengan berat badan normal. Namun tidak terdapat dibandingkan dengan balita yang lahir dengan berat badan normal. Namun tidak terdapat hubungan antara keduanya menurut BB/TB. Artinya, balita yang lahir dengan berat badan lahir hubungan antara keduanya menurut BB/TB. Artinya, balita yang lahir dengan berat badan lahir rendah maupun normal memiliki peluang yang sama untuk menjadi gemuk atau kurus. rendah maupun normal memiliki peluang yang sama untuk menjadi gemuk atau kurus. Persentase untuk yang termasuk dalam kategori kurus pada balita yang lahir dengan berat Persentase untuk yang termasuk dalam kategori kurus pada balita yang lahir dengan berat badan rendah lebih tinggi dibandingkan dengan yang lahir
badan rendah lebih tinggi dibandingkan dengan yang lahir dengan berat badan normal.dengan berat badan normal.
Status BB/TB balita menggambarkan kekurangan gizi akut yang terjadi dalam waktu yang Status BB/TB balita menggambarkan kekurangan gizi akut yang terjadi dalam waktu yang singkat dan mempengaruhi keadaan status gizi seseorang. Misalnya, jika terserang penyakit singkat dan mempengaruhi keadaan status gizi seseorang. Misalnya, jika terserang penyakit infeksi, tentu saja akan mempengaruhi status gizi anak, atau mungkin karena kekurangan infeksi, tentu saja akan mempengaruhi status gizi anak, atau mungkin karena kekurangan asupan makanan, yang dipengaruhi oleh status ekonomi, pengetahuan ibu yang kurang, dan asupan makanan, yang dipengaruhi oleh status ekonomi, pengetahuan ibu yang kurang, dan pola asuh yang keliru mengakiba
pola asuh yang keliru mengakibatkan balita BBLtkan balita BBLR maupun yang normal tumbuh R maupun yang normal tumbuh menjadi balitamenjadi balita yang kurus.
yang kurus.
Sedangkan TB/U menggambarkan keadaan kronis balita, menunjukkan keadaan yang sudah Sedangkan TB/U menggambarkan keadaan kronis balita, menunjukkan keadaan yang sudah terjadi sejak lama, atau dengan kata lain merupakan
terjadi sejak lama, atau dengan kata lain merupakan outcomeoutcome kumulatif status gizi sejak lahir kumulatif status gizi sejak lahir hingga sekarang. Bayi yang lahir
hingga sekarang. Bayi yang lahir dengan berat badan rendah menandakan kurang terpenuhinyadengan berat badan rendah menandakan kurang terpenuhinya kebutuhan zat gizi pada saat kehamilan atau lahir dari ibu penderita KEK. Artinya, ibu dengan kebutuhan zat gizi pada saat kehamilan atau lahir dari ibu penderita KEK. Artinya, ibu dengan gizi kurang sejak trimester awal sampai akhir kehamilan akan melahirkan BBLR, yang nantinya gizi kurang sejak trimester awal sampai akhir kehamilan akan melahirkan BBLR, yang nantinya akan menjadi
akan menjadistuntingstunting..99
Bayi yang lahir dengan berat badan 2000-2499 gr berisiko 10 kali lebih tinggi untuk meninggal Bayi yang lahir dengan berat badan 2000-2499 gr berisiko 10 kali lebih tinggi untuk meninggal dari pada bayi yang lahir dengan berat badan 3000-3499 gr.
dari pada bayi yang lahir dengan berat badan 3000-3499 gr.1010 Penelitian tentang hubunganPenelitian tentang hubungan
antara berat lahir dengan fungsi kognitif pada anak usia 11 tahun membuktikan bahwa berat antara berat lahir dengan fungsi kognitif pada anak usia 11 tahun membuktikan bahwa berat lahir memberikan kontribusi sebesar 3,8% untuk skor kognitif.
lahir memberikan kontribusi sebesar 3,8% untuk skor kognitif.1111 Para peneliti di India Para peneliti di India
menyebutkan bahwa faktor biologi khususnya berat
menyebutkan bahwa faktor biologi khususnya berat badan lahir mempengaruhi perkembanganbadan lahir mempengaruhi perkembangan kognitif tapi memberikan kontribusi yang
kognitif tapi memberikan kontribusi yang kecil (4,1%). Skor inteligensi kecil (4,1%). Skor inteligensi anak dengan berat badananak dengan berat badan normal lebih tinggi (97,2±14,1) dibandingkan berat badan kurang (89,5±16,9).
normal lebih tinggi (97,2±14,1) dibandingkan berat badan kurang (89,5±16,9).1212 Martyn Martyn et al et al 1313
menyimpulkan berat badan lahir secara statistik tidak berhubungan dengan fungsi kognitif, menyimpulkan berat badan lahir secara statistik tidak berhubungan dengan fungsi kognitif,
tetapi secara tidak langsung dapat memprediksi inteligensi pada masa tetapi secara tidak langsung dapat memprediksi inteligensi pada masa
dewasa. dewasa.
Gambar 3. Status gizi anak balita Berdasarkan Kepemilikan KMS Gambar 3. Status gizi anak balita Berdasarkan Kepemilikan KMS
Gambar 4. Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Kelengkapan Imunisasi Gambar 4. Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Kelengkapan Imunisasi Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji
Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji chi-squarechi-square menunjukkan, tidakmenunjukkan, tidak terdapat hubungan antara frekuensi ke posyandu dengan status gizi menurut BB/TB, begitu terdapat hubungan antara frekuensi ke posyandu dengan status gizi menurut BB/TB, begitu pula dengan indikator TB/U. Ini berarti, balita yang sering atau rutin ke posyandu setiap bulan pula dengan indikator TB/U. Ini berarti, balita yang sering atau rutin ke posyandu setiap bulan maupun yang jarang, memiliki peluang yang sama untuk menjadi gemuk atau kurus, dan maupun yang jarang, memiliki peluang yang sama untuk menjadi gemuk atau kurus, dan pendek.
pendek.
Hal ini bisa jadi disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu tentang gizi anak, sehingga Hal ini bisa jadi disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu tentang gizi anak, sehingga merasa cukup hanya dengan mengetahui berat badan anak, tanpa memantau merasa cukup hanya dengan mengetahui berat badan anak, tanpa memantau pertumbuhannya. Pernyataan ini didukung oleh rendahnya kepemilikan KMS. Hasil analisa pertumbuhannya. Pernyataan ini didukung oleh rendahnya kepemilikan KMS. Hasil analisa
0 0 20 20 40 40 60 60 80 80 g
geemmuukk nnoorrmmaall kkuurruuss nnoorrmmaall ppeennddeek k 5.1 5.1 67.9 67.9 26.9 26.9 66.7 66.7 33.3 33.3 8.2 8.2 70.9 70.9 20.9 20.9 69.8 69.8 30.2 30.2 p p e e r r c c e e n n t t status gizi status gizi punya punya tdk.punya tdk.punya 0 0 20 20 40 40 60 60 80 80 g
geemmuukk nnoorrmmaall kkuurruuss nnoorrmmaall ppeennddeek k 7.7 7.7 70.1 70.1 22.2 22.2 70.1 70.1 26.9 26.9 3.8 3.8 69.2 69.2 26.9 26.9 57.7 57.7 42.3 42.3 p p e e r r c c e e n n t t status gizi status gizi lengkap lengkap tdk.lengkap tdk.lengkap
korelasi antar variabel, menunjukkan adanya interaksi antara frekuensi ke posyandu dengan korelasi antar variabel, menunjukkan adanya interaksi antara frekuensi ke posyandu dengan kepemilikan KMS, dan sekiranya dua variabel itu dihubungkan dengan status gizi, maka akan kepemilikan KMS, dan sekiranya dua variabel itu dihubungkan dengan status gizi, maka akan lebih kuat korelasinya dibandingkan jika hanya kepemilikan KMS saja atau frekuensi ke lebih kuat korelasinya dibandingkan jika hanya kepemilikan KMS saja atau frekuensi ke posyandu saja.
posyandu saja. Untuk nilai
Untuk nilaiz-scorez-scoreTB/U, didapatkan bahwa balita yang melakukan penimbangan secara teraturTB/U, didapatkan bahwa balita yang melakukan penimbangan secara teratur mempunyai nilai
mempunyai nilaiz-scorez-score(-0,564) lebih besar dibandingkan dengan nilai(-0,564) lebih besar dibandingkan dengan nilai z-scorez-scorepada balita yangpada balita yang tidak melakukan penimbangan (-0,840). Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara tidak melakukan penimbangan (-0,840). Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara penimbangan balita yang teratur dengan nilai
penimbangan balita yang teratur dengan nilai z-scorez-scoreBB/U dan nilaiBB/U dan nilaiz-scorez-scoreTB/U.TB/U.1414
Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah kartu control pertumbuhan dan perkembangan anak 0-60 Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah kartu control pertumbuhan dan perkembangan anak 0-60 bulan.
bulan.1515 Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji chi-squarechi-square menunjukkan bahwa tidakmenunjukkan bahwa tidak
terdapat hubungan antara kepemilikan KMS dengan status gizi menurut indikator BB/TB dan terdapat hubungan antara kepemilikan KMS dengan status gizi menurut indikator BB/TB dan TB/U. Artinya, balita yang memiliki KMS dan yang tidak, memiliki peluang yang sama untuk TB/U. Artinya, balita yang memiliki KMS dan yang tidak, memiliki peluang yang sama untuk menjadi gemuk, kurus atau pendek. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa tidak ada menjadi gemuk, kurus atau pendek. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dalam membaca grafik pertumbuhan dengan status hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dalam membaca grafik pertumbuhan dengan status gizi balita.
gizi balita.1616 Terlebih lagi apabila hanya status kepemilikan KMS saja. KMS tidak berpengaruh Terlebih lagi apabila hanya status kepemilikan KMS saja. KMS tidak berpengaruh
secara langsung terhadap status gizi anak balita, akan tetapi KMS berpengaruh secara tidak secara langsung terhadap status gizi anak balita, akan tetapi KMS berpengaruh secara tidak langsung terhadap status gizi. KMS mempengaruhi frekuensi penimbangan di posyandu karena langsung terhadap status gizi. KMS mempengaruhi frekuensi penimbangan di posyandu karena adanya interaksi variabel antara kepemilikan KMS dengan penimbangan. Ibu yang memiliki KMS adanya interaksi variabel antara kepemilikan KMS dengan penimbangan. Ibu yang memiliki KMS dapat memantau pertumbuhan anaknya.
dapat memantau pertumbuhan anaknya.
Imunisasi terkait dengan angka kejadian penyakit infeksi. Imunisasi bertujuan untuk Imunisasi terkait dengan angka kejadian penyakit infeksi. Imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan terhadap antigen tertentu untuk mencegah penyakit
memberikan kekebalan terhadap antigen tertentu untuk mencegah penyakit dan kematian bayidan kematian bayi dan anak. Sudah lama diketahui bahwa imunisasi ada hubungannya dengan
dan anak. Sudah lama diketahui bahwa imunisasi ada hubungannya dengan malnourished malnourished kaitannya dengan penyakit infeksi yang dapat secara langsung mempengaruhi status gizi kaitannya dengan penyakit infeksi yang dapat secara langsung mempengaruhi status gizi anak.
anak.17,1817,18 Dalam penelitian ini, Dalam penelitian ini, diperoleh hasil bahwa tidak terdapat hubungan antaradiperoleh hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara
kelengkapan imunisasi dengan status gizi menurut indikator BB/TB dan TB/U. Ini berarti, baik kelengkapan imunisasi dengan status gizi menurut indikator BB/TB dan TB/U. Ini berarti, baik balita yang imunisasinya lengkap maupun yang tidak, sama-sama memiliki peluang menjadi balita yang imunisasinya lengkap maupun yang tidak, sama-sama memiliki peluang menjadi gemuk kurus atau pendek.
Namun, dalam hal ini imunisasi yang lengkap belum tentu dapat menjamin anak terhindar dari Namun, dalam hal ini imunisasi yang lengkap belum tentu dapat menjamin anak terhindar dari suatu penyakit. Lingkungan dan pola asuh ibu dalam menjaga kebersihan anak dan tempat suatu penyakit. Lingkungan dan pola asuh ibu dalam menjaga kebersihan anak dan tempat tinggalnya, juga termasuk faktor yang dapat menyebabkan anak mudah terserang penyakit. tinggalnya, juga termasuk faktor yang dapat menyebabkan anak mudah terserang penyakit. Kelengkapan imunisasi memiliki hubungan dengan kejadian ISPA, namun kejadian ISPA tidak Kelengkapan imunisasi memiliki hubungan dengan kejadian ISPA, namun kejadian ISPA tidak berhubungan dengan status gizi berdasarkan indeks BB/U, TB/U, dan BB/TB.
berhubungan dengan status gizi berdasarkan indeks BB/U, TB/U, dan BB/TB.1919Severe stuntingSevere stunting (TB/U Z Skor <-3) terhadap imunisasi lengkap, tidak lengkap dan tidak imunisasi masing-masing (TB/U Z Skor <-3) terhadap imunisasi lengkap, tidak lengkap dan tidak imunisasi masing-masing adalah 10,2, 16,2, dan 21,5%, (semua
adalah 10,2, 16,2, dan 21,5%, (semua p p< 0,0001).< 0,0001).2020
Ada tiga hal yang mendasari terjadinya pemberian makanan yang tidak adequat (cukup) dan Ada tiga hal yang mendasari terjadinya pemberian makanan yang tidak adequat (cukup) dan timbulnya penyakit infeksi yaitu rendahnya akses memperoleh makanan dalam rumah tangga, timbulnya penyakit infeksi yaitu rendahnya akses memperoleh makanan dalam rumah tangga, rendahnya pelayanan kesehatan dan lingkungan yang tidak sehat, serta rendahnya perhatian rendahnya pelayanan kesehatan dan lingkungan yang tidak sehat, serta rendahnya perhatian kepada anak dan ibu.
kepada anak dan ibu.2121 Anak balita dari keluarga sosek tinggi cenderung mengkonsumsi Anak balita dari keluarga sosek tinggi cenderung mengkonsumsi snacksnack dengan kalori tinggi,
dengan kalori tinggi, sementara anak balita dari kelompok ekonomi rendah cenderung membelisementara anak balita dari kelompok ekonomi rendah cenderung membeli makanan kecil dengan kalori rendah.
makanan kecil dengan kalori rendah.2222 Eyob Zere Eyob Zere1414 yang meneliti 3765 balita di Afrika Selatan, yang meneliti 3765 balita di Afrika Selatan, mengungkapka
mengungkapkan bahwa di Eastern n bahwa di Eastern Cape dan Northen Province yang kemiskinannya lebih tinggi,Cape dan Northen Province yang kemiskinannya lebih tinggi, berbanding lurus dengan prevalensi
berbanding lurus dengan prevalensi stunting.stunting.
Kesimpulan dan Saran Kesimpulan dan Saran
Terdapat hubungan antara berat badan lahir dengan status gizi berdasarkan TB/U. Tidak ada Terdapat hubungan antara berat badan lahir dengan status gizi berdasarkan TB/U. Tidak ada hubungan antara berat badan lahir dengan status gizi berdasarkan BB/TB, frekuensi ke hubungan antara berat badan lahir dengan status gizi berdasarkan BB/TB, frekuensi ke posyandu, kepemilikan KMS, dan kelengkapan imunisasi, dengan status gizi berdasarkan BB/TB posyandu, kepemilikan KMS, dan kelengkapan imunisasi, dengan status gizi berdasarkan BB/TB dan TB/U. Bayi yang BBLR lebih banyak yang malnutrisi (gemuk dan kurus). Balita yang jarang ke dan TB/U. Bayi yang BBLR lebih banyak yang malnutrisi (gemuk dan kurus). Balita yang jarang ke posyandu dan yang tidak memiliki KMS, lebih banyak yang kelebihan gizi. Balita dengan posyandu dan yang tidak memiliki KMS, lebih banyak yang kelebihan gizi. Balita dengan imunisasi yang tidak lengkap, lebih
imunisasi yang tidak lengkap, lebih banyak yang berbadan kurus dan pendek.banyak yang berbadan kurus dan pendek.
Disarankan kepada ibu hamil agar memperhatikan asupan zat gizi selama kehamilan untuk Disarankan kepada ibu hamil agar memperhatikan asupan zat gizi selama kehamilan untuk mencegah bayi BBLR. Ibu balita agar lebih aktif mengikuti kegiatan posyandu, serta pihak mencegah bayi BBLR. Ibu balita agar lebih aktif mengikuti kegiatan posyandu, serta pihak puskesmas agar lebih meningkatkan promosi pelayanan kesehatan dan menyiapkan fasilitas puskesmas agar lebih meningkatkan promosi pelayanan kesehatan dan menyiapkan fasilitas yang memadai.
Daftar Pustaka Daftar Pustaka
1.
1. Hadi, Hamam. Beban Ganda Masalah Gizi dan Implikasinya Terhadap KebijakanHadi, Hamam. Beban Ganda Masalah Gizi dan Implikasinya Terhadap Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar. Fakultas Pembangunan Kesehatan Nasional. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar. Fakultas Kedokteran. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada; 2005.
Kedokteran. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada; 2005. 2.
2. Martin, Prevel., Traissac P. Delpeuch., & Mare B. Deareased Attendance at Routine HealthMartin, Prevel., Traissac P. Delpeuch., & Mare B. Deareased Attendance at Routine Health Activities Mediates Deterio Ration in Nutritional Status of Young African Children Under Activities Mediates Deterio Ration in Nutritional Status of Young African Children Under Worsening Socioeconomic Condition. Int.J.Epidemiol 2001;30: 493-500.
Worsening Socioeconomic Condition. Int.J.Epidemiol 2001;30: 493-500. 3.
3. Suparman, Muslmatun S., & Abikusno, N., Relationship Between Health CenterSuparman, Muslmatun S., & Abikusno, N., Relationship Between Health Center Performance and The Nutritional Status of Children in Bandung District, West Java, Performance and The Nutritional Status of Children in Bandung District, West Java, Indonesia. Food and Nutrition Bulletin; 2001: 39-44.
Indonesia. Food and Nutrition Bulletin; 2001: 39-44. 4.
4. Riskesdas. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Laporan Nasional Tahun 2010. BadanRiskesdas. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Laporan Nasional Tahun 2010. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia; 2011. Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia; 2011. 5.
5. World Health Organization (WHO). Development of a Strategy Towards PromotingWorld Health Organization (WHO). Development of a Strategy Towards Promoting
Optimal Fetal Growth. 2008 Tersedia di :
Optimal Fetal Growth. 2008 Tersedia di :
http://www.who.int/nutrition/topics/feto_maternal/en.html. Diakses pada 30 November,
http://www.who.int/nutrition/topics/feto_maternal/en.html. Diakses pada 30 November,
2011
2011.. 6.
6. Badan Pusat Statistik. Statistik Sosial Ekonomi Rumahtangga Sulawesi Selatan Tahun 2010.Badan Pusat Statistik. Statistik Sosial Ekonomi Rumahtangga Sulawesi Selatan Tahun 2010. Makassar: BPS Provinsi Sul-Sel; 2011.
Makassar: BPS Provinsi Sul-Sel; 2011. 7.
7. Istiono,dkk. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita. BeritaIstiono,dkk. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita. Berita
Kedokteran Masyarakat 2009 ; 25 :3. Tersedia di :
Kedokteran Masyarakat 2009 ; 25 :3. Tersedia di :
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/2530915055.pdf. Diakses pada 12 Februari, 2012
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/2530915055.pdf. Diakses pada 12 Februari, 2012.. 8.
8. Samiran, Bisai dan Chanda Mallik. Pola Pertumbuhan dan Prevalensi IndikatorSamiran, Bisai dan Chanda Mallik. Pola Pertumbuhan dan Prevalensi Indikator Underweight, Wasting dan Stunting Bayi di Kolkata, West Bengal India. Journal Internet Underweight, Wasting dan Stunting Bayi di Kolkata, West Bengal India. Journal Internet Antropologi Biologi 2009; 3: 2.
Antropologi Biologi 2009; 3: 2. 9.
9. Kusharisupeni. Peran Status Kelahiran Terhadap Stunting pada Bayi. Studi Prospektif.Kusharisupeni. Peran Status Kelahiran Terhadap Stunting pada Bayi. Studi Prospektif. Jurnal Media Medika Indonesiana 2006;41:51. Tersedia di :
Jurnal Media Medika Indonesiana 2006;41:51. Tersedia di : http://www.univmed.org/wp-
http://www.univmed.org/wp-content/uploads/2011/02/Kusharisupeni.pdf
content/uploads/2011/02/Kusharisupeni.pdf .. Diakses pada 2 Desember, 2011. Diakses pada 2 Desember, 2011. 10.
10. Mulyawan, Handry. Gambaran Kejadian BBLR Berdasarkan Karakteristik Ibu Vegetarian diMulyawan, Handry. Gambaran Kejadian BBLR Berdasarkan Karakteristik Ibu Vegetarian di 17 Kota di I
11.
11. Shenkin SD, Starr JM, Pattie A, Rush MA, Whalley LJ, Deary IJ. Birth Weight andShenkin SD, Starr JM, Pattie A, Rush MA, Whalley LJ, Deary IJ. Birth Weight and Cognitive Function at Age 11 Years : The Scottish Mental Survey 1932. British Medical Cognitive Function at Age 11 Years : The Scottish Mental Survey 1932. British Medical Journal 2001; 85; 187-97.
Journal 2001; 85; 187-97. 12.
12. Chaudhari S, Otiv M, Chitale A, Hoge M, Pandit A, Mote A. Biology Versus EnvironmentChaudhari S, Otiv M, Chitale A, Hoge M, Pandit A, Mote A. Biology Versus Environment in Low Bi
in Low Birth Weight Children. rth Weight Children. Indian Pediatric Indian Pediatric 2005 ; 42; 763-70.2005 ; 42; 763-70. 13.
13. Martyn CH, Gale CR, Sayer AA, Fall C. Growth in Utero and Cognitive Function in AdultMartyn CH, Gale CR, Sayer AA, Fall C. Growth in Utero and Cognitive Function in Adult Life: Follow-up Study of People Born Between 1920 and 1943. BMJ 1996; 312: 1393-6. Life: Follow-up Study of People Born Between 1920 and 1943. BMJ 1996; 312: 1393-6. 14.
14. Khaldun, Syamsu.Khaldun, Syamsu. Z-score Z-score Status Gizi Balita di Provinsi Sulawesi Selatan 2007. J.Sains &Status Gizi Balita di Provinsi Sulawesi Selatan 2007. J.Sains & Teknologi 2008;8 : 112-25. Tersedia di :
Teknologi 2008;8 : 112-25. Tersedia di : http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/pdf/sci_8_2/http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/pdf/sci_8_2/.. Diakses pada 12 Februari, 2012.
Diakses pada 12 Februari, 2012. 15.
15. PMK No.155 2010. Tentang Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) Bagi Balita. TersediaPMK No.155 2010. Tentang Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) Bagi Balita. Tersedia di :
di : www.hukor.depkes.go.id/up_prod_permenkes/www.hukor.depkes.go.id/up_prod_permenkes/.. Diakses pada 12 Desember, 2011. Diakses pada 12 Desember, 2011. 16.
16. Mastari, Ekawaty S. Hubungan Pengetahuan Ibu Balita dalam Membaca GrafikMastari, Ekawaty S. Hubungan Pengetahuan Ibu Balita dalam Membaca Grafik Pertumbuhan KMS dengan Status Gizi Balita di kelurahan Glugur Darat I. 2009. Tersedia Pertumbuhan KMS dengan Status Gizi Balita di kelurahan Glugur Darat I. 2009. Tersedia di:
di: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/14276http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/14276 (Skripsi). (Skripsi). Sumatera Sumatera Utara:Utara: Universitas Sumatera Utara. Diakses pada 12 Februari, 2012.
Universitas Sumatera Utara. Diakses pada 12 Februari, 2012. 17.
17. Departemen Kesehatan RI. Rencana Strategi Pembangunan Kesehatan 2001-2004; 2001.Departemen Kesehatan RI. Rencana Strategi Pembangunan Kesehatan 2001-2004; 2001. 18.
18. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Panduan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Panduan Imunisasi Anak. Badan Jakarta: IDAI; 2011.Imunisasi Anak. Badan Jakarta: IDAI; 2011. 19.
19. Abdaie. Kaitan Antara Kelengkapan Imunisasi dan Status Gizi dengan Kejadian InfeksiAbdaie. Kaitan Antara Kelengkapan Imunisasi dan Status Gizi dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan Diare Akut pada Anak Batita di desa Muara Panco Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan Diare Akut pada Anak Batita di desa Muara Panco kecamatan Sungai Manau kabupaten Merangin; 2004.
kecamatan Sungai Manau kabupaten Merangin; 2004. 20.
20. Semba et al. Malnutrition and Infectious Disease Morbidity among Children Missed by TheSemba et al. Malnutrition and Infectious Disease Morbidity among Children Missed by The Childhood Immunisation Program in Indonesia. Trop Med Public Health 2007; 38: 120-9. Childhood Immunisation Program in Indonesia. Trop Med Public Health 2007; 38: 120-9. 21.
21. UNICEF. The State of The World’s Children. OUNICEF. The State of The World’s Children. Oxford: Oxford University Press; 1998.xford: Oxford University Press; 1998.
22.
22. Fatmah dan Nurasiah. Kebiasaan Makan Ibu dan Anak Usia 3-5 Tahun pada KelompokFatmah dan Nurasiah. Kebiasaan Makan Ibu dan Anak Usia 3-5 Tahun pada Kelompok Sosio-Ekonomi Tinggi dan Rendah di kelurahan Rambutan dan Penggilingan Jakarta Timur. Sosio-Ekonomi Tinggi dan Rendah di kelurahan Rambutan dan Penggilingan Jakarta Timur. Jurnal
Dari hasil diskusi kami dihasilkan : Dari hasil diskusi kami dihasilkan :
HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DAN PELAYANAN
HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DAN PELAYANAN
KIA TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA DI
KIA TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA DI
KELURAHAN TAMAMAUNG MAKASSAR
KELURAHAN TAMAMAUNG MAKASSAR
Isu :
Isu :
Di kecamatan panakkukang, angka persentase gizi buruk 3,8%. Angka ini lebih tinggi
Di kecamatan panakkukang, angka persentase gizi buruk 3,8%. Angka ini lebih tinggi
dibandingkan dengan persentase untuk wilayah makassar. Begitu pula dengan persentase gizi
dibandingkan dengan persentase untuk wilayah makassar. Begitu pula dengan persentase gizi
kurangnya yang mencapai 15,5%. Kemudian di kelurahan tamamaung pada tahun 2010, tercatat
kurangnya yang mencapai 15,5%. Kemudian di kelurahan tamamaung pada tahun 2010, tercatat
untuk kasus gizi kurang paling tinggi dengan 127 kasus, dan untuk gizi buruk dengan kasus
untuk kasus gizi kurang paling tinggi dengan 127 kasus, dan untuk gizi buruk dengan kasus
tertinggi di kelurahan pampang dan panaikang sebanyak 45 kasus dan 35 kasus, sementara di
tertinggi di kelurahan pampang dan panaikang sebanyak 45 kasus dan 35 kasus, sementara di
kelurahan tamamaung sendiri sebanyak 15 kasus.
kelurahan tamamaung sendiri sebanyak 15 kasus.66
Rumusan masalah :
Rumusan masalah :
Berapa presentasi gizi Berapa presentasi gizi buruk di buruk di kelurahan tamamaung?kelurahan tamamaung?
Apakah terdapat hubungan antara berat badan lahir dengan status gizi?Apakahterdapat hubungan antara berat badan lahir dengan status gizi?
Pembahasan :
Pembahasan :
Usia dan jenis kelamin tidak memiliki hubungan yang signifikan terrhadap status gizi
Usia dan jenis kelamin tidak memiliki hubungan yang signifikan terrhadap status gizi77..
Sebuah studi dari India
Sebuah studi dari India88, menemukan bahwa semua jenis kelamin memiliki kemungkinan yang, menemukan bahwa semua jenis kelamin memiliki kemungkinan yang
sama untuk menjadi kurus dan pendek. Dalam penelitian ini, tidak ada perbedaan jenis kelamin
sama untuk menjadi kurus dan pendek. Dalam penelitian ini, tidak ada perbedaan jenis kelamin
yang signifikan pada masing-masing prevalensi
Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji
Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji chi-squarechi-square, antara berat badan lahir, antara berat badan lahir dengan st
dengan status gizi matus gizi menurut TB/enurut TB/U diperolU diperoleh hasil bahwa eh hasil bahwa terdapat hubungan terdapat hubungan di antara keddi antara keduanya.uanya. Ini berarti, balita yang lahir
Ini berarti, balita yang lahir dengan berat badan rendah berpeluang untuk menjadi pendekdengan berat badan rendah berpeluang untuk menjadi pendek dibandingkan dengan balita yang lahir dengan berat badan normal.
dibandingkan dengan balita yang lahir dengan berat badan normal.
Namun tidak terdapat hubungan antara keduanya menurut BB/TB. Artinya, balita Namun tidak terdapat hubungan antara keduanya menurut BB/TB. Artinya, balita yang lahir dengan berat badan lahir rendah maupun normal memiliki peluang yang sama yang lahir dengan berat badan lahir rendah maupun normal memiliki peluang yang sama untuk menjadi gemuk atau kurus. Persentase untuk yang termasuk dalam kategori kurus untuk menjadi gemuk atau kurus. Persentase untuk yang termasuk dalam kategori kurus pada balita yang lahir dengan berat badan rendah lebih tinggi dibandingkan dengan yang pada balita yang lahir dengan berat badan rendah lebih tinggi dibandingkan dengan yang lahir dengan berat badan normal.
lahir dengan berat badan normal.
Gambar 1. Status Gizi Berdasarkan Berat Badan Lahir
Gambar 1. Status Gizi Berdasarkan Berat Badan Lahir Anak BalitaAnak Balita
0 0 20 20 40 40 60 60 80 80 g
geemmuukk nnoorrmmaall kkuurruuss nnoorrmmaall ppeennddeek k 6.9 6.9 70.6 70.6 22.6 22.6 70.2 70.2 29.8 29.8 16.7 16.7 58.3 58.3 25 25 42.7 42.7 58.3 58.3 p p e e r r c c e e n n t t Status gizi Status gizi BBLN BBLN BBLR BBLR
Gambar 2. Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Frekuensi ke Posyandu
Gambar 2. Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Frekuensi ke Posyandu
0 0 20 20 40 40 60 60 80 80 g
geemmuukk nnoorrmmaall kkuurruuss nonorrmmaall ppeennddeek k 6.6 6.6 70.3 70.3 23.1 23.1 65.9 65.9 34.1 34.1 7.7 7.7 69.8 69.8 22.5 22.5 70.4 70.4 29.6 29.6 p p e e r r c c e e n n t t status gizi status gizi sering sering jarang jarang
Status BB/TB balita menggambarkan kekurangan gizi akut yang terjadi dalam waktu yang Status BB/TB balita menggambarkan kekurangan gizi akut yang terjadi dalam waktu yang singkat dan mempengaruhi keadaan status gizi seseorang. Misalnya, jika terserang penyakit singkat dan mempengaruhi keadaan status gizi seseorang. Misalnya, jika terserang penyakit infeksi, tentu saja akan mempengaruhi status gizi anak, atau mungkin karena kekurangan infeksi, tentu saja akan mempengaruhi status gizi anak, atau mungkin karena kekurangan asupan makanan, yang dipengaruhi oleh status ekonomi, pengetahuan ibu yang kurang, dan asupan makanan, yang dipengaruhi oleh status ekonomi, pengetahuan ibu yang kurang, dan pola asuh yang keliru mengak
pola asuh yang keliru mengakibatkan balita BBLibatkan balita BBLR maupun yang normal tumbR maupun yang normal tumbuh uh menjadi balitamenjadi balita yang kurus.
yang kurus.
Sedangkan TB/U menggambarkan keadaan kronis balita, menunjukkan keadaan Sedangkan TB/U menggambarkan keadaan kronis balita, menunjukkan keadaan yang sudah terjadi sejak lama, atau dengan kata lain merupakan
yang sudah terjadi sejak lama, atau dengan kata lain merupakan outcomeoutcome kumulatif kumulatif status gizi sejak lahir
status gizi sejak lahir hingga sekarang.hingga sekarang.
Bayi yang lahir dengan berat badan rendah menandakan kurang terpenuhinya Bayi yang lahir dengan berat badan rendah menandakan kurang terpenuhinya kebutuhan zat gizi pada saat kehamilan atau lahir dari ibu penderita KEK. Artinya, ibu kebutuhan zat gizi pada saat kehamilan atau lahir dari ibu penderita KEK. Artinya, ibu dengan gizi kurang sejak trimester awal sampai akhir kehamilan akan melahirkan BBLR, dengan gizi kurang sejak trimester awal sampai akhir kehamilan akan melahirkan BBLR, yang nantinya akan menjadi
yang nantinya akan menjadi stuntingstunting..99 Bayi yang lahir dengan berat badan 2000-2499 gr Bayi yang lahir dengan berat badan 2000-2499 gr
berisiko 10 kali lebih tinggi untuk meninggal dari pada bayi yang lahir dengan berat berisiko 10 kali lebih tinggi untuk meninggal dari pada bayi yang lahir dengan berat badan 3000-3499 gr.
badan 3000-3499 gr.1010
Penelitian tentang hubungan antara berat lahir dengan fungsi kognitif pada anak Penelitian tentang hubungan antara berat lahir dengan fungsi kognitif pada anak usia 11 tahun membuktikan bahwa berat lahir memberikan kontribusi sebesar 3,8% usia 11 tahun membuktikan bahwa berat lahir memberikan kontribusi sebesar 3,8% untuk skor kognitif.
untuk skor kognitif.1111 Para peneliti di India Para peneliti di India menyebutkan bahwmenyebutkan bahwa faktor biologi khususnya faktor biologi khususnyaa
berat badan lahir mempengaruhi perkembangan kognitif tapi memberikan kontribusi berat badan lahir mempengaruhi perkembangan kognitif tapi memberikan kontribusi yang kecil (4,1%). Skor inteligensi anak dengan berat badan normal lebih tinggi yang kecil (4,1%). Skor inteligensi anak dengan berat badan normal lebih tinggi (97,2±14,1) dibandingkan berat badan kurang (89,5±16,9).
(97,2±14,1) dibandingkan berat badan kurang (89,5±16,9).1212 Martyn Martyn et al et al 1313
menyimpulkan berat badan lahir secara statistik tidak berhubungan dengan fungsi menyimpulkan berat badan lahir secara statistik tidak berhubungan dengan fungsi
kognitif, tetapi secara tidak langsung dapat memprediksi inteligensi pada masa kognitif, tetapi secara tidak langsung dapat memprediksi inteligensi pada masa
Gambar 3. Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Kepemilikan KMS
Gambar 3. Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Kepemilikan KMS
Gambar 4. Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Kelengkapan Imunisasi Gambar 4. Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Kelengkapan Imunisasi
Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji
Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji chi-squarechi-square menunjukkan, tidak terdapatmenunjukkan, tidak terdapat hubungan antara frekuensi ke posyandu dengan status gizi menurut BB/TB, begitu pula dengan hubungan antara frekuensi ke posyandu dengan status gizi menurut BB/TB, begitu pula dengan indikator TB/U. Ini berarti, balita yang sering atau rutin ke posyandu setiap bulan maupun yang indikator TB/U. Ini berarti, balita yang sering atau rutin ke posyandu setiap bulan maupun yang jarang, memiliki peluang ya
jarang, memiliki peluang yang sama untuk menjang sama untuk menjadi gemuk atau kudi gemuk atau kurus, dan pendek.rus, dan pendek.
Hal ini bisa jadi disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu tentang gizi anak, sehingga Hal ini bisa jadi disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu tentang gizi anak, sehingga merasa cukup hanya dengan mengetahui berat badan anak, tanpa memantau merasa cukup hanya dengan mengetahui berat badan anak, tanpa memantau pertumbuhannya. Pernyataan ini didukung oleh rendahnya kepemilikan KMS. Hasil analisa pertumbuhannya. Pernyataan ini didukung oleh rendahnya kepemilikan KMS. Hasil analisa korelasi antar variabel, menunjukkan adanya interaksi antara frekuensi ke posyandu dengan korelasi antar variabel, menunjukkan adanya interaksi antara frekuensi ke posyandu dengan
0 0 20 20 40 40 60 60 80 80 g
geemmuukk nnoorrmmaall kkuurruuss nnoorrmmaall ppeennddeek k 5.1 5.1 67.9 67.9 26.9 26.9 66.7 66.7 33.3 33.3 8.2 8.2 70.9 70.9 20.9 20.9 69.8 69.8 30.2 30.2 p p e e r r c c e e n n t t status gizi status gizi punya punya tdk.punya tdk.punya 0 0 20 20 40 40 60 60 80 80 g
geemmuukk nnoorrmmaall kkuurruuss nnoorrmmaall ppeennddeek k 7.7 7.7 70.1 70.1 22.2 22.2 70.1 70.1 26.9 26.9 3.8 3.8 69.2 69.2 26.9 26.9 57.7 57.7 42.3 42.3 p p e e r r c c e e n n t t status gizi status gizi lengkap lengkap tdk.lengkap tdk.lengkap
kepemilikan KMS, dan sekiranya dua variabel itu dihubungkan dengan status gizi, maka akan kepemilikan KMS, dan sekiranya dua variabel itu dihubungkan dengan status gizi, maka akan lebih kuat korelasinya dibandingkan jika hanya kepemilikan KMS saja atau frekuensi ke lebih kuat korelasinya dibandingkan jika hanya kepemilikan KMS saja atau frekuensi ke posyandu saja.
posyandu saja. Untuk nilai
Untuk nilaiz-scorez-scoreTB/U, didapatkan bahwa balita yang melakukan penimbangan secara teraturTB/U, didapatkan bahwa balita yang melakukan penimbangan secara teratur mempunyai nilai
mempunyai nilaiz-scorez-score(-0,564) lebih besar dibandingkan dengan nilai(-0,564) lebih besar dibandingkan dengan nilai z-scorez-scorepada balita yangpada balita yang tidak melakukan penimbangan (-0,840). Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara tidak melakukan penimbangan (-0,840). Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara penimbangan balita yang teratur dengan nilai
penimbangan balita yang teratur dengan nilai z-scorez-scoreBB/U dan nilaiBB/U dan nilaiz-scorez-scoreTB/U.TB/U.1414
Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah kartu control pertumbuhan dan perkembangan anak 0-60 Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah kartu control pertumbuhan dan perkembangan anak 0-60 bulan.
bulan.1515 Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji chi-squarechi-square menunjukkan bahwa tidakmenunjukkan bahwa tidak
terdapat hubungan antara kepemilikan KMS dengan status gizi menurut indikator BB/TB dan terdapat hubungan antara kepemilikan KMS dengan status gizi menurut indikator BB/TB dan TB/U. Artinya, balita yang memiliki KMS dan yang tidak, memiliki peluang yang sama untuk TB/U. Artinya, balita yang memiliki KMS dan yang tidak, memiliki peluang yang sama untuk menjadi gemuk, kurus atau pendek.
menjadi gemuk, kurus atau pendek.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu Sebuah penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dalam membaca grafik pertumbuhan dengan status gizi balita.
dalam membaca grafik pertumbuhan dengan status gizi balita.1616 Terlebih lagi apabila hanya Terlebih lagi apabila hanya
status kepemilikan KMS saja. KMS tidak berpengaruh secara langsung terhadap status gizi anak status kepemilikan KMS saja. KMS tidak berpengaruh secara langsung terhadap status gizi anak balita, akan tetapi KMS berpengaruh secara tidak langsung terhadap status gizi. KMS balita, akan tetapi KMS berpengaruh secara tidak langsung terhadap status gizi. KMS mempengaruhi frekuensi penimbangan di posyandu karena adanya interaksi variabel antara mempengaruhi frekuensi penimbangan di posyandu karena adanya interaksi variabel antara kepemilikan KMS dengan penimbangan. Ibu yang memiliki
kepemilikan KMS dengan penimbangan. Ibu yang memiliki KMS dapat memantau pertumbuhanKMS dapat memantau pertumbuhan anaknya.
anaknya.
Imunisasi terkait dengan angka kejadian penyakit infeksi. Imunisasi bertujuan untuk Imunisasi terkait dengan angka kejadian penyakit infeksi. Imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan terhadap antigen tertentu untuk mencegah penyakit dan kematian bayi memberikan kekebalan terhadap antigen tertentu untuk mencegah penyakit dan kematian bayi dan anak. Sudah lama diketahui bahwa imunisasi ada hubungannya dengan
dan anak. Sudah lama diketahui bahwa imunisasi ada hubungannya dengan malnourished malnourished kaitannya dengan penyakit infeksi yang dapat secara langsung mempengaruhi status gizi kaitannya dengan penyakit infeksi yang dapat secara langsung mempengaruhi status gizi anak.
anak.17,1817,18 Dalam penelitian ini, Dalam penelitian ini, diperoleh hasil bahwa tidak terdapat hubungan antaradiperoleh hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara
kelengkapan imunisasi dengan status gizi menurut indikator BB/TB dan TB/U. Ini berarti, baik kelengkapan imunisasi dengan status gizi menurut indikator BB/TB dan TB/U. Ini berarti, baik balita yang imunisasinya lengkap maupun yang tidak, sama-sama memiliki peluang menjadi balita yang imunisasinya lengkap maupun yang tidak, sama-sama memiliki peluang menjadi gemuk kurus atau pendek.
Namun, dalam hal ini imunisasi yang lengkap belum tentu dapat menjamin anak terhindar dari Namun, dalam hal ini imunisasi yang lengkap belum tentu dapat menjamin anak terhindar dari suatu penyakit. Lingkungan dan pola asuh ibu dalam menjaga kebersihan anak dan tempat suatu penyakit. Lingkungan dan pola asuh ibu dalam menjaga kebersihan anak dan tempat tinggalnya, juga termasuk faktor
tinggalnya, juga termasuk faktor yang dapat menyebabkan anak mudah terserang penyakit.yang dapat menyebabkan anak mudah terserang penyakit.
Kelengkapan imunisasi memiliki hubungan dengan kejadian ISPA, namun kejadian ISPA tidak Kelengkapan imunisasi memiliki hubungan dengan kejadian ISPA, namun kejadian ISPA tidak berhubungan dengan status gizi berdasarkan indeks BB/U, TB/U, dan BB/TB.
berhubungan dengan status gizi berdasarkan indeks BB/U, TB/U, dan BB/TB.1919Severe stuntingSevere stunting (TB/U Z Skor <-3) terhadap imunisasi lengkap, tidak lengkap dan tidak imunisasi masing-masing (TB/U Z Skor <-3) terhadap imunisasi lengkap, tidak lengkap dan tidak imunisasi masing-masing adalah 10,2, 16,2, dan 21,5%, (semua
adalah 10,2, 16,2, dan 21,5%, (semua p p< 0,0001).< 0,0001).2020
Ada tiga hal yang mendasari terjadinya pemberian makanan yang tidak adequat (cukup) dan Ada tiga hal yang mendasari terjadinya pemberian makanan yang tidak adequat (cukup) dan timbulnya penyakit infeksi yaitu rendahnya akses memperoleh makanan dalam rumah tangga, timbulnya penyakit infeksi yaitu rendahnya akses memperoleh makanan dalam rumah tangga, rendahnya pelayanan kesehatan dan lingkungan yang tidak sehat, serta rendahnya perhatian rendahnya pelayanan kesehatan dan lingkungan yang tidak sehat, serta rendahnya perhatian kepada anak dan ibu.
kepada anak dan ibu.2121 Anak balita dari keluarga sosek tinggi cenderung mengkonsumsi Anak balita dari keluarga sosek tinggi cenderung mengkonsumsi snacksnack dengan kalori tinggi,
dengan kalori tinggi, sementara anak balita dari kelompok ekonomi rendah cenderung membelisementara anak balita dari kelompok ekonomi rendah cenderung membeli makanan kecil dengan kalori rendah.
makanan kecil dengan kalori rendah.2222 Eyob Zere Eyob Zere1414 yang meneliti 3765 balita di Afrika Selatan, yang meneliti 3765 balita di Afrika Selatan, mengungkapka
mengungkapkan bahwa di Eastern n bahwa di Eastern Cape dan Northen Province yang kemiskinannya lebih tinggi,Cape dan Northen Province yang kemiskinannya lebih tinggi, berbanding lurus dengan prevalensi
berbanding lurus dengan prevalensi stunting.stunting.
Kesimpulan :
Kesimpulan :
Terdapat hubungan antara berat badan lahir
Terdapat hubungan antara berat badan lahir dengan status gizi berdasarkan TB/U. Tidakdengan status gizi berdasarkan TB/U. Tidak ada hubungan antara berat badan lahir dengan status gizi berdasarkan BB/TB, frekuensi ke ada hubungan antara berat badan lahir dengan status gizi berdasarkan BB/TB, frekuensi ke posyandu, kepemilikan KMS, dan kelengkapan imunisasi, dengan status gizi berdasarkan BB/TB posyandu, kepemilikan KMS, dan kelengkapan imunisasi, dengan status gizi berdasarkan BB/TB dan TB/U. Bayi yang BBLR lebih banyak yang malnutrisi (gemuk dan kurus). Balita yang jarang ke dan TB/U. Bayi yang BBLR lebih banyak yang malnutrisi (gemuk dan kurus). Balita yang jarang ke posyandu dan yang tidak memiliki KMS, lebih banyak yang kelebihan gizi. Balita dengan posyandu dan yang tidak memiliki KMS, lebih banyak yang kelebihan gizi. Balita dengan imunisasi yang tidak lengkap, lebih
Saran :
Saran :
Disarankan kepada ibu hamil agar memperhatikan asupan zat gizi selama kehamilan Disarankan kepada ibu hamil agar memperhatikan asupan zat gizi selama kehamilan untuk mencegah bayi BBLR. Ibu balita
untuk mencegah bayi BBLR. Ibu balita agar lebih aktif mengikuti kegiatan posyandu, serta pihakagar lebih aktif mengikuti kegiatan posyandu, serta pihak puskesmas
puskesmas
agar lebih meningkatkan promosi pelayanan kesehatan dan menyiapkan fasilitas yang agar lebih meningkatkan promosi pelayanan kesehatan dan menyiapkan fasilitas yang memadai.