• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Maluku Utara Maret 2009 September 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Maluku Utara Maret 2009 September 2015"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

 Jumlah penduduk miskin di Maluku Utara pada September 2015 mencapai 72,65 ribu orang (6,22 persen), berkurang sekitar 7,3 ribu orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2015 yang sebesar 79,90 ribu orang (6,84 persen) atau berkurang 12,14 ribu orang dbandingkan dengan penduduk miskin pada September 2014 yang sebesar 84,79 ribu orang (7,41 persen).

 Selama periode Maret – September 2015, penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang sekitar empat ribu orang (dari 12,25 ribu orang pada Maret 2015 menjadi 8,29 ribu orang pada September 2015), sedangkan di daerah perdesaan berkurang sekitar tiga ribu tiga ratus orang (dari 67,65 ribu orang pada Maret 2015 menjadi 64,35 ribu orang pada September 2015).

 Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2015 sebesar 2,61 persen, menurun dari 3,85 persen pada Maret 2015. Sedangkan persentase penduduk miskin di daerah perdesaan menjadi 7,57 persen pada September 2015 dari 7,95 persen pada Maret 2015.

 Garis Kemiskinan naik sebesar 5,31 persen atau sekitar delapan belas ribu rupiah, yaitu dari Rp.344.088,- per kapita per bulan pada Maret 2015 menjadi Rp.362.370,- per kapita per bulan pada September 2015. Kenaikan garis kemiskinan pada daerah perkotaan sebesar 4,88 persen atau sekitar tujuh belas ribu enam ratus rupiah, sedangkan pada daerah perdesaan naik sebesar 5,49 persen atau sekitar delapan belas ribu lima ratus rupiah.

 Pada periode Maret – September 2015, Indeks kedalaman kemiskinan (P1) maupun Indeks keparahan kemiskinan (P2) mengalami peningkatan, baik pada daerah perkotaan maupun perdesaan. Ini mengindikasikan bahwa meskipun jumlah penduduk miskin berkurang namun rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin menjauhi garis kemiskinan, dan ketimpangan pengeluaran antar penduduk miskin semakin besar.

No. 05/01/82/Th. XV, 4 Januari 2016

P

ROFIL

K

EMISKINAN

M

ALUKU

U

TARA

S

EPTEMBER

2015

JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI MALUKU UTARA KEADAAN SEPTEMBER 2015

(2)

1.

Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Maluku Utara Maret 2009 – September 2015

Persentase penduduk miskin di Maluku Utara selama periode enam tahun terakhir (2009-2015) secara umum mengalami penurunan, yaitu dari 10,36 persen pada Maret 2009 menjadi 6,22 persen pada September 2015. Begitu pula dari sisi jumlah, secara umum mengalami penurunan, yaitu dari 98 ribu orang pada Maret 2009 menjadi 72,65 ribu orang pada September 2015.

Pada setahun terakhir (September 2014 – September 2015), jumlah penduduk miskin di Maluku Utara mengalami penurunan dari 84,79 ribu orang pada September 2014 menjadi 72,65 ribu jiwa pada September 2015. Pada daerah perkotaan, meskipun sempat mengalami kenaikan pada Maret 2015, yaitu dari 11,17 ribu orang pada bulan September 2014 menjadi 12,25 ribu orang, namun kembali mengalami penurunan pada September 2015 menjadi 8,29 ribu orang.

Tabel 1.

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah di Maluku Utara, Maret 2009 – September 2015

Periode Jumlah Penduduk Miskin (000) Persentase Penduduk Miskin (%) K D K+D K D K+D (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Maret 2009 8,72 89,27 98,00 3,10 13,42 10,36 Maret 2010 7,64 83,44 91,07 2,66 12,28 9,42 Maret 2011 8,10 89,33 97,43 2,80 11,58 9,18 September 2011 8,57 98,74 107,31 2,95 12,61 10,00 Maret 2012 7,57 84,35 91,91 2,55 10,69 8,47 September 2012 8,75 79,62 88,36 2,92 9,98 8,05 Maret 2013 9,16 74,04 83,20 2,99 9,22 7,50 September 2013 11,02 74,56 85,58 3,56 9,19 7,64 Maret 2014 12,19 70,45 82,64 3,95 8,56 7,30 September 2014 11,17 73,62 84,79 3,58 8,85 7,41 Maret 2015 12,25 67,65 79,90 3,85 7,95 6,84 September 2015 8,29 64,35 72,65 2,61 7,57 6,22

Sumber: Diolah dari data Susenas

Keterangan : - K = Perkotaan; D = Perdesaan; K+D = Perkotaan + Perdesaan.

- Jumlah dan persentase penduduk miskin disesuaikan dengan Backcasting berdasarkan Proyeksi Penduduk 2010-2035

(3)

Gambar 1.

Perkembangan Persentase dan Jumlah Penduduk Miskin Maluku Utara, Maret 2009 – September 2015

Sumber: Diolah dari data Susenas

2.

Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Maluku Utara Maret – September 2015

Jumlah penduduk miskin di Maluku Utara pada September 2015 sebanyak 72,65 ribu orang (6,22 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2015 sebanyak 79,90 ribu orang (6,84 persen). Dengan demikian jumlah penduduk miskin di Maluku Utara selama satu semester terakhir berkurang sekitar 7,3 ribu orang. Berkurangnya jumlah penduduk miskin di Maluku Utara disumbang oleh berkurangnya penduduk miskin di daerah perdesaan sebanyak 3,3 ribu orang, yaitu dari 67,65 ribu orang (7,95 persen) pada Maret 2015 menjadi 64,35 ribu orang (7,57 persen). Sedangkan kemiskinan daerah perkotaan di Maluku Utara berkurang sekitar 4 ribu orang yaitu 12,25 ribu orang (3,85 persen) pada Maret 2015 menjadi 8,29 ribu orang (2,61 persen) pada September 2015.

3.

Perubahan Garis Kemiskinan Maret – September 2015

Jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan, karena penduduk miskin merupakan penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Selama periode Maret – September 2015, Garis Kemiskinan Maluku Utara naik sebesar 5,31 persen atau sekitar delapan belas ribu rupiah, yaitu dari Rp. 344.088,- per kapita per bulan pada Maret

98.00 91.07 97.43 107.31 91.91 88.36 83.20 85.58 82.64 84.79 79.90 72.65 10.36 9.42 9.18 10.00 8.47 8.05 7.50 7.64 7.30 7.41 6.84 6.22 5 6 7 8 9 10 11 12 0 20 40 60 80 100 120 Mar

2009 2010Mar 2011Mar 2011Sept 2012Mar 2012Sept 2013Mar 2013Sept 2014Mar 2014Sep 2015Mar 2015Sep Jumlah Persentase

(4)

Garis kemiskinan makanan (GKM) naik sebesar 5,40 persen, yaitu dari Rp. 275.361,- per kapita per bulan pada Maret 2015 menjadi Rp.290.237,- per kapita per bulan pada September 2015. Sementara garis kemiskinan non makanan (GKNM) naik sebesar 4,96 persen, yaitu dari Rp. 68.726,- per kapita per bulan pada Maret 2015 menjadi Rp.72.134,- per kapita per bulan pada September 2015.

Menurut daerah, garis kemiskinan daerah perkotaan naik dari Rp. 360.933,- per kapita per bulan pada Maret 2015 menjadi Rp.378.538,- per kapita per bulan pada September 2015, atau mengalami kenaikan sebesar 4,88 persen. Sementara garis kemiskinan daerah perdesaan mengalami kenaikan dari Rp. 337.789,- per kapita per bulan pada Maret 2015 menjadi Rp.356.325,- per kapita per bulan, atau naik sebesar 5,49 persen.

Tabel 2.

Garis Kemiskinan Per Kapita Per Bulan menurut Daerah, Maret – September 2015 Daerah/

Periode

Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan)

GKM GKNM GKM+GKNM Perkotaan Maret 2015 279.379 81.553 360.933 September 2015 292.989 85.550 378.538 Perdesaan Maret 2015 273.858 63.930 337.789 September 2015 289.208 67.117 356.325 Perkotaan+ Perdesaan Maret 2015 275.361 68.726 344.088 September 2015 290.237 72.134 362.370

Sumber: Diolah dari data Susenas

4.

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P

1

) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P

2

)

Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang juga perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Selain upaya memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan penanggulangan kemiskinan juga terkait dengan bagaimana mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan.

(5)

Tabel 3.

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

Menurut Daerah di Maluku Utara, Maret – September 2015

Periode Kota Desa Kota + Desa

(1) (2) (3) (4)

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

Maret 2015 0,290 0,858 0,703

September 2015 0,611 1,348 1,148

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

Maret 2015 0,036 0,160 0,126

September 2015 0,143 0,320 0,272

Sumber: Diolah dari data Susenas

Pada periode Maret – September 2015, Indeks kedalaman kemiskinan (P1) mengalami peningkatan. Indeks kedalaman kemiskinan naik dari 0,703 pada Maret 2015 menjadi 1,148 pada September 2015. Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin menjauhi garis kemiskinan. Sementara, indeks keparahan kemiskinan (P2) juga mengalami peningkatan dari 0,126 menjadi 0,272 pada September 2015. Hal ini mengindikasikan bahwa ketimpangan pengeluaran antar penduduk miskin mulai melebar.

Nilai indeks kedalaman kemiskinan (P1) dan indeks keparahan kemiskinan (P2) di daerah perdesaan masih tetap lebih tinggi dibandingkan dengan perkotaan. Pada Maret 2015, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) untuk perkotaan hanya 0,611 sementara di daerah perdesaan mencapai 1,348. Nilai indeks keparahan kemiskinan (P2) untuk perkotaan hanya 0,143 sementara di daerah perdesaan mencapai 0,320. Maka dapat disimpulkan bahwa penduduk miskin di daerah perkotaan lebih mudah untuk diangkat dari garis kemiskinan daripada penduduk miskin di daerah perdesaan.

(6)

5.

Penjelasan Teknis dan Sumber Data

a. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan non makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk.

b. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen, yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan.

c. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkalori per kapita per hari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll). d. Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan,

sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 36 jenis komoditi (perumahan, listrik, minyak tanah, dll).

e. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan di Provinsi Maluku Utara September 2015 adalah data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) bulan September 2015.

Informasi lebih lanjut hubungi: BPS Provinsi Maluku Utara Telp (0921) 3127878; Fax (0921) 3126301

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 4 dan 5 menunjukkan bahwa perlakuan jenis ekstrak antara konsentrasi biji dan daun nimba sama-sama memberi pengaruh yang sangat nyata terhadap persentase

Dari ketiga hasil pengukuran senyawa standar baik santon maupun biflavonoid, maka dapat disimpulkan bahwa sifat elektrokimia dari masing-masing senyawa antimalaria

Menimbang bahwa setelah membaca dengan cermat berkas perkara dan turunan resmi Berita Acara/Putusan Pengadilan Negeri Simalungun Nomor 95/Pid.C/2016/PN Sim tanggal

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin,

Penelitian ini dilakukan rancangan perlakuan faktorial dengan menggunakan rancangan lingkungan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan menggunakan tiga kelompok. Dari

Hasil analisis data menunjukkan bahwa keterampilan proses sains siswa dengan menerapkan model pembelajaran inquiry training pada keterampilan merumuskan hipotesis,

Tujuan penelitian ini untuk membandingkan aktivitas sitotoksik secara in silico dari senyawa asam 10- N -(benzoil)folat dengan metotreksat, memperoleh senyawa asam 10-

Pengeluaran pemerintah memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap tingkat output, oleh karena itu peningkatan pada pengeluaran pemerintah akan menyebabkan