• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORI"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

A. Aborsi

1. Pengertian aborsi

Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah ”aborsi”, berarti pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Aborsi provocatus merupakan istilah lain yang secara resmi dipakai dalam kalangan kedokteran dan hukum. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh.

Menurut Fact Abortion, Info Kit on Women’s Health oleh Institute For Social, Studies anda Action, Maret 1991, dalam istilah kesehatan” aborsi didefenisikan sebagai penghentian kehamilan setelah tertanamnya telur (ovum) yang telah dibuahi rahim (uterus), sebelum janin (fetus) mencapai 20 minggu.

Di Indonesia belum ada batasan resmi mengenai pengguguran kandungan (aborsi). Aborsi didefenisikan sebagai terjadinya keguguran janin, melakukan aborsi sebagai melakukan pengguguran (dengan sengaja karena tidak mengiginkan bakal bayi yang dikandung itu). (Js. Badudu, dan Sultan Mohamad Zair,1996).

(2)

Ada dua macam aborsi, yaitu aborsi spontan dimana aborsi terjadi secara alami, tanpa intervensi tindakan medis (aborsi spontanea), dan aborsi yang direncanakan melalui tindakan medis dengan obat-obatan, tindakan bedah, atau tindakan lain yang menyebabkan pendarahan lewat vagina (aborsi provokatus). (Fauzi, et.al., 2002)

Jika merujuk dari segi kedokteran atau medis, keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Untuk lebih memperjelas maka berikut ini akan saya kemukakan defenisi para ahli tentang aborsi (Rustam Mochtar, 1998)

a. Eastman: Aborsi adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup berdiri sendiri di luar uterus. Belum sanggup diartikan apabila fetus itu beratnya terletak antara 400 – 1000 gr atau kehamilan kurang dari 28 minggu

b. Jeffcoat: Aborsi yaitu pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum 28 minggu, yaitu fetus belum viable by law

c. Holmer: Aborsi yaitu terputusnya kehamilan sebelum minggu ke-16 dimana plasentasi belum selesai.

Secara umum, aborsi dapat dibagi dalam dua macam, yaitu pengguguran spontan (spontanueous aborsi) dan pengguguran buatan atau sengaja (aborsi provocatus), meskipun secara terminologi banyak macam aborsi yang bisa dijelaskan (C.B. Kusmaryanto, 2002), menguraikan berbagai macam aborsi, yang terdiri dari:

(3)

a. Aborsi/ Pengguguran kandungan Procured Abortion/ Aborsi Prvocatus/ Induced Abortion, yaitu penghentian hasil kehamilan dari rahim sebelum janin bisa hidup diluar kandungan.

b. Miscarringe/ Keguguran, yaitu terhentinya kehamilan sebelum bayi hidup di luar kandungan (viabilty).

c. Aborsi Therapeutic/ Medicalis, adalah penghentian kehamilan dengan indikasi medis untuk menyelamatkan nyawa ibu, atau tubuhnya yang tidak bisa dikembalikan.

d. Aborsi Kriminalis, adalah penghentian kehamilan sebelum janin bisa hidup di luar kandungan dengan alasan-alasan lain, selain therapeutik, dan dilarang oleh hukum.

e. Aborsi Eugenetik, adalah penghentian kehamilan untuk meghindari kelahiran bayi yang cacat atau bayi yang mempunyai penyakit ginetis. Eugenisme adalah ideologi yang diterapkan untuk mendapatkan keturunan hanya yang unggul saja

f. Aborsi langsung - tak langsung, adalah tindakan (intervensi medis) yang tujuannya secara langsung ingin membunuh janin yang ada dalam rahim sang ibu. Sedangkan aborsi tak langsung ialah suatu tindakan (intervensi medis) yang mengakibatkan aborsi, meskipun aborsinya sendiri tidak dimaksudkan dan bukan jadi tujuan dalam tindakan itu.

g. Selective Abortion. Adalah penghentian kehamilan karena janin yang dikandung tidak memenuhi kriteria yang diiginkan. Aborsi ini

(4)

banyak dilakukan wanita yang mengadakan ”Pre natal diagnosis” yakni diagnosis janin ketika ia masih ada di dalam kandungan. h. Embryo reduction (pengurangan embrio), pengguguran janin dengan

menyisahkan satu atau dua janin saja, karena dikhawatirkan mengalami hambatan perkembangan, atau bahkan tidak sehat perkembanganya.

i. Partia Birth Abortion, merupakan istilah politis/hukum yang dalam istilah medis dikenal dengan nama dilation and extaction. Cara ini pertama-tama adalah dengan cara memberikan obat-obatan kepada wanita hamil, tujuan agar leher rahim terbuka secara prematur. Tindakan selanjutnya adalah menggunakan alat khusus, dokter memutar posisi bayi, sehingga yang keluar lebih dahulu adalah kakinya. Lalu bayi ditarik ke luar, tetapi tidak seluruhnya, agar kepala bayi tersebut tetap berada dalam tubuh ibunya. Ketika di dalam itulah dokter menusuk kepala bayi dengan alat yang tajam. Dan menghisap otak bayinya sehingga bayi mati. Sesudah itu baru disedot keluar

Dalam ilmu kedokteran aborsi dibagi atas dua golongan (Taber Ben-zion, 1994) :

a. Aborsi Spontanus atau ilmiah

Aborsi terjadi dengan sendirinya tanpa adanya pengaruh dari luar baik factor mekanis ataupun medisinalis. Misalnya karena sel sperma atau sel telur tidak bagus kualitasnya, atau karena ada kelalaian

(5)

bentuk rahim. Dapat juga disebabkan oleh karena penyakit, misalnya penyakit syphilis, infeksiakut dengan disertai demam yang tinggi pada penyakit malaria. Aborsi spontanus dapat juga terjadi karena sang ibu hamil muda, sementara ia melakukan pekerjaan yang berat-berat ataupun keadaan kandungan yang tidak kuat dalam rahim karena usia wanita yang terlalu muda hamil utaupun terlalu tua. Aborsi spontan dibagi atas:

1) Aborsi komplitus

Artinya keluarnya seluruh hasil konsepsi sebelum umur kehamilan lengkap 20 minggu.

2) Aborsi habitualis

Artinya aborsi terjadi 3 atau lebih aborsi spontan berturut-turut. Aborsi habitualis ini dapat terjadi juga jika kadangkala seorang wanita mudah sekali mengalami keguguran yang disebabkan oleh ganguan dari luar yang amat ringan sekali, misalnya terpeleset, bermain skipping (meloncat dengan tali), naik kuda, naik sepeda dan lain-lain. Bila keguguran hampir tiap kali terjadi pada tiap-tiap kehamilan, maka keadaan ini disebut “aborsi habitualis” yang biasanya terjadi pada kandungan minggu kelima sampai kelimabelas.

3) Aborsi inkomplitus

Artinya keluar sebagian tetapi tidak seluruh hasil konsepsi sebelum umur kehamilan lengkap 20 minggu.

(6)

4) Aborsi diinduksi

Yaitu penghentian kehamilan sengaja dengan cara apa saja sebelum umur kehamilan lengkap 20 minggu dapat bersifat terapi atau non terapi.

5) Aborsi insipiens

Yaitu keadaan perdarahan dari interauteri yang terjadi dengan dilatasi serviks kontinu dan progresif tetapi tanpa pengeluaran hasil konsepsi sebelum umur kehamilan 20 minggu.

6) Aborsi terinfeksi

Yaitu aborsi yang disertai infeksi organ genital. 7) Missed Abortion

Yaitu aborsi yang embrio atas janinnya meninggal. Dalam uterus sebelum umur kehamilan lengkap 20 minggu tetapi hasil konsepsi tertahan dalam uterus selama 8 minggu atau lebih. 8) Aborsi septik

Yaitu aborsi yang terinfeksi dengan penyebaran mikroorganisme dari produknya ke dalam sirkulasi sistematik ibu.

b. Aborsi Provokatus

Yaitu aborsi yang disengaja, yang dilakukan dengan maksud dan pertimbangan tertentu baik dengan memakai obat-obatan atau alat karena kandungan tidak dikehendaki. Aborsi provocatus terdiri dari (Ediwarman, 1996) :

(7)

1) Provocatus therapeutics/ aborsi medicalis

Yaitu aborsi yang terjadi karena perbuatan manusia. Dapat terjadi baik karena di dorong oleh alasan medis, misalnya karena wanita yang hamil menderita suatu penyakit. Aborsi provokatus dapat juga dilakukan pada saat kritis untuk menolong jiwa si ibu, kehamilan perlu diakhiri, umpamanya pada kehamilan di luar kandungan, sakit jantung yang parah, penyakit TBC yang parah, tekanan darah tinggi, kanker payudara, kanker leher rahim. Indikasi untuk melakukan aborsi provokatus therapeuticum sedikit-dikitnya harus ditentukan oleh dua orang dokter spesialis, seorang dari ahli kebidanan dan seorang lagi dari ahli penyakit dalam atau seorang ahli penyakit jantung 2) Aborsi provokatus criminalis

Inilah aborsi yang dilakukan dengan sengaja, baik oleh si ibu maupun oleh orang lain dengan persetujuan si ibu hamil. Hal ini dilakukan dengan alasan-alasan tertentu, misalnya malu mengandung karena hamil di luar nikah. Aborsi ini biasanya dilakukan demi kepentingan pelaku, baik itu dari wanita yang mengaborsikan kandungannya ataupun orang yang melakukan aborsi seperti dokter secara medis ataupun dilakukan oleh dukun beranak yang hanya akan mencari keuntungan materi saja

(8)

B. Perilaku 1. Pengertian

Dalam buku lain diuraikan bahwa perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing-masing. Sehingga yang dimaksu perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas manusia darimanusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar (Notoatmodjo, 2003).

Dari segi biologis, perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Skinner seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). (Notoatmodjo, 2007).

Teori dari WHO mengatakan bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu adalah karena adanya 4 alasan pokok.

(9)

Pemikiran dan perasaan (Throughts and feeling), yakni dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan – kepercayaan, dan penilaian – penilaian seseorang terhadap objek (dalam hal ini adalah objek kesehatan).

a. Pengetahuan

Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.

b. Kepercayaan

Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek. c. Sikap

Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap subjek.

d. Orang penting sebagai referensi

Perilaku orang lebih banyak dipengaruhi oleh orang – orang yang menurut dia penting.

e. Sumber – sumber daya (Resource)

Sumber daya disini mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga, dan sebagainya.

f. Kebudayaan

Perilaku normal, kebiasaan, nilai – nilai, dan penggunaan sumber – sumber dalam suatu masyarakat akan menghasilkan pola hidup (way of life).

(10)

2. Bentuk Perilaku

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

a. Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dakam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/ kesadaran, dan sikap yang terjadi belumbisa diamati secara jelas oleh orang lain.

b. Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice).

3. Domain Perilaku

Diatas telah dituliskan bahwa perilaku merupakan bentuk respon dari stimulus (rangsangan dari luar). Hal ini berarti meskipun bentuk stimulusnya sama namun bentuk respon akan berbeda dari setiap orang. Faktor–faktor yang membedakan respon terhadap stimulus disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

a. Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

(11)

b. Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, fisik, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering menjadi faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang. (Notoatmodjo, 2007)

4. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo 2003, faktor yang mempengaruhi perilaku yaitu:

a. Faktor Predisposisi (Predisposing factor)

Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap perilaku kesehatan.

b. Faktor Pemungkin (Enabling factor)

Faktor ini mencakup sarana dan prasarana atau fasilitas yang tersedia bagi masyarakat. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan.

c. Faktor Penguat (Reinforcing factor)

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama. Termasuk peraturan-peraturan, baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan perilaku kesehatan.

(12)

C. Perilaku Aborsi 1. Pengertian

Menurut Kartono dan Gulo (dalam Andayani dan Setiawan, 2005), aborsi atau disebut juga pengguguran kandungan, keluron, abortus atau keguguran adalah pengguguran atau pengenyahan dengan paksa janin (embrio) dari rahim (uterus) selama tiga bulan. Secara umum istilah aborsi diistilahkan sebagai pengguguran kandungan yaitu dikeluarkannya janin sebelum waktunya, baik itu secara sengaja atau tidak. Biasanya dilakukan saat janin masih berusia muda (sebelum bulan keempat masa kehamilan).

Menurut Fatmawati (2007) Perilaku-perilaku yang muncul pada wanita yang melakukan perilaku aborsi pranikah antara lain: lebih menutup diri dari lingkungan keluarga dan masyarakat, mencari klinik aborsi, mencari obat penggugur kandungan, memakai pakaian yang lebih longgar, loncat-loncat, minum jamu peluntur atau jamu telat bulan, makan nanas muda, minum jamu, pergi ke dukun, minum obat ginekosid/ cytotec.

2. Faktor pendorong melakukan aborsi

Menurut Sarlito (2000) faktor yang mendorong timbulnya aborsi adalah:

(13)

b. Anak terlalu banyak, penghasilan suami terbatas, dan sebagainya (khususnya ibu-ibu peserta KB yang mengalami kegagalan kontrasepsi).

c. PHK (Putus Hubungan Kerja) Misal: Pramugari, Buruh. d. Belum bekerja (buat yang masih sekolah atau kuliah)

3. Faktor sosial (khusus untuk kehamilan pranikah), jika tidak aborsi: a. Putus sekolah atau kuliah

b. Malu pada keluarga dan tetangga c. Siapa yang akan mengasuh bayi

d. Terputus atau terganggu karir atau masa depan 4. Kondisi Pra Aborsi

Sarlito (2000), menyatakan bahwa kondisi psikologis perempuan pra aborsi diantaranya adalah takut atau cemas, kebingungan sehingga menunda-nunda persoalan, membutuhkan perlindungan tetapi lelaki yang berbuat pada umumnya tidak mau dan tidak mampu bertanggungjawab, membutuhkan informasi tetapi tidak tahu harus bertanya kepada siapa (masyarakat mentabukan seks, apalagi aborsi dari semua yang belum menikah, khususnya perempuan). Pada saat sudah terdesak akhirnya nekat mencari bantuan yang paling terjangkau (dekat, murah dan mudah). Tindakan nekat ini tidak didukung oleh pengetahuan yang cukup bisa sangat berbahaya, dukun atau para medik atau dokter yang tidak bertanggungjawab, komplikasi yang tidak segera ditolong, infeksi karena tidak diperiksa ulang.

(14)

5. Akibat Melakukan Aborsi

Kondisi psikologis pasca aborsi diantaranya adalah munculnya penyangkalan, perempuan tak mau memikirkan atau membicarakan hal itu lagi, menjadikan rahasia pribadi, menjadi tertutup, takut didekati, munculnya perasan tertekan.

Wanita yang melakukan aborsi diam-diam, setelah proses aborsi biasanya akan mengalami Post Abortion Syndrome (PAS) atau sering juga disebut Post Traumatic Stress Syndrome. Gejala yang sering muncul adalah depresi, kehilangan kepercayaan diri, merusak diri sendiri, mengalami gangguan fungsi seksual, bermasalah dalam berhubungan dengan kawan, perubahan kepribadian yang mencolok, serangan kecemasan, perasaan bersalah dan penyesalan yang teramat dalam. Mereka juga sering menangis berkepanjangan, sulit tidur, sering bermimpi buruk, sulit konsentrasi, selalu teringat masa lalu, kehilangan ketertarikan untuk beraktivitas, dan sulit merasa dekat dengan anak-anak yang lahir kemudian.

Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko yang akan dihadapi seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam buku “Facts of Life” yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd yaitu:

a. Kematian mendadak karena pendarahan hebat b. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal

(15)

d. Rahim yang sobek (Uterine Perforation)

e. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya

f. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita)

g. Kanker indung telur (Ovarian Cancer) h. Kanker leher rahim (Cervical Cancer) i. Kanker hati (Liver Cancer)

j. Kelainan pada placenta / ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya

k. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy)

l. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease) m. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)

Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita.

Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion Syndrome” (Sindrom Paska - Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam “Psychological Reactions Reported After Abortion” di dalam penerbitan The Post - Abortion Review (1994).

(16)

Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal seperti berikut ini:

a. Kehilangan harga diri (82%) b. Berteriak-teriak histeris (51%)

c. Mimpi buruk berkali - kali mengenai bayi (63%) d. Ingin melakukan bunuh diri (28%)

e. Mulai mencoba menggunakan obat - obat terlarang (41%) f. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%)

(17)

D. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Modifikasi Lawrence Green (1980) Faktor yang Mempengaruhi Perilaku :

Faktor Predisposisi (Predisposing factor)

1. Sikap masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan

2. Sistem nilai yang dianut 3. Tingkat pendidikan 4. Tingkat sosial ekonomi 5. Tradisi dan kepercayaan

Behavior Perilaku Aborsi

Faktor pemungkin (enabling factor) 1. Sarana dan prasarana/fasilitas

Faktor penguat (reinforcing factor) 1. Teman sebaya

2. Orang tua Karakteristik 1. Umur 2. Pendidikan

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Referensi

Dokumen terkait

Pada Tabel 2 juga dapat dilihat bahwa untuk konfigurasi pemasangan FVD dalam 1 arah sumbu, nilai gaya geser dasar pada Pola-1 terkecil dan nilai gaya geser

Dari data percobaan yang diperoleh dari perhitungan, dapat dibuat profil holdup fasa gas untuk kecepatan pancaran cairan pada ukuran diameter nozzle yang berbeda dan pada panjang

Foto FESEM untuk sampel dengan konsentrasi 100 mM dan aspek rasio 1:1 menunjukkan bahwa nanopartikel ZnO yang tumbuh di atas substrat FTO lebih merata dan

Dengan adanya adat dalam suatu penyelenggaraan perkawinan ini membuktikan bahwa masih adanya jati diri dari masyarakat adat Mandailing yang merupakan suatu ciri

Dari hasil temuan itu kemudian dilakukan autopsi oleh tim forensik RS Bhayangkara Semarang dan hasilnya disebutkan ditemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban

Tekno park, merlukan (Perguruan Tinggi) yang bisa dijadikan/digunakan untuk pengembangannya. Untuk SDM litbang perlu di up grade melalui sekolah, training dan lainnya. Tekno park

Kondisi ini disebabkan oleh menurunnya Ib pada seluruh subsektor meliputi hortikultura sebesar 0,79 persen, tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,75 persen, tanaman pangan

Kabupaten Labuhan Batu Selatan yaitu sesuai struktur organisasi sekolah, yaitu semua ikut berperan dalam penanganan siswa khususnya masalah kedisiplinan