BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori Medis
1. Definisi Kehamilan
Fertilisasi (pembuahan) adalah penyatuan ovum dan spermatozoa
yang biasanya berlangsung di ampula tuba. Fertilisasi meliputi penetrasi
spermatozoa kedalam ovum, fusi spermatozoa dan ovum, diakhiri dengan
fusi materi genetik. Hanya satu spermatozoa yang telah mengalami
proses kapasitasi mampu melakukan penetrasi membran sel ovum.
(Sarwono , 2008).
Untuk terjadi kehamilan harus ada spermatozoa, ovum,
pembuahan ovum (konsepsi), dan nidasi hasil konsepsi. Spermatoza
terdiri atas 3 bagian yaitu kaput atau kepala yang berbentuk lonjong agak
gepeng dan mengandung banyak nukleus, ekor, dan bagian yang slindrik
(leher) menghubgungkan kepala dengan ekor. (Sarwono, 2008, h:139)
Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh sistem genetalia
wanita mengalami perubahan mendasar sehingga dapat menunjang
perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim. Plasenta dalam
perkembangannya mengeluarkan hormon somatomamotropin, ekstrogen
dan progesteron yang menyebabkan perubahan pada bagian bagian
tubuh sperti
a. Rahim atau uterus
Rahim yang semula besarnya sejempol dengan berat 30 gram akan
mengalami hipertrofi atau hiperplasia, sehingga menjadi sebesar 1000
gram saat akhir kehamilan. Otot rahim mengalami hiperplasia dan
hipertrofi menjadi lebih besar, lunak dan dapat mengikuti pembesaran
rahim krena pertumbuhan janin.
b. Vagina
Vagina atau vulva mengalami peningkatan pembuluh darah, krena
pengaruh estrogen sehingga tampak makin merah dan kebiru-biruan
(tanda chadwiks).
c. Ovarium
Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mengandung korpus
luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya
plasenta yang sempurna pada umur kehamilan 16 minggu.
d. Payudara
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai
persiapan ASI pada saat laktasi. Perkembangan payudara di
pengaruhi hormon saat hamil yaitu estrogen, progesteron dan
spmatomamotropin.
Pada saat ibu hamil payudara menjadi lebih besar, aerola payudara
e. Sirkulasi darah ibu
Peredaran darah ibu dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
meningkatkan kebutuhan dan perkembangan janin dalam rahim,
terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena, pada sirkulasi
retroplasenter.
(Manuaba, 2010, h:85-94)
a. Pada kehamilan ibu mengalami perubahan psikologsi, antara lain :
1) Trimester pertama
Pada trimester pertama sering disebut sebagai periode
penyesuaian. Penyesuaian yang dilakukan wanita terhadap
kenyataan bahwa ia sedang mengandung. Kurang lebihb 80%
wanita mengalami kekecewaan, penolakan,
kecemasan,depresi dan kesedihann.
Pada trimester pertama seorang ibu akan selalu mencari
tanda-tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya hamil.
Setiap perubahan yang terjadi pada tubuhnya akan selalu
diperhatikan dengan seksama. Hasrat seksual pada trimester
pertama berbeda antara yang satu dengan yang lain. Meski
pada beberapa wanita mengalami peningkatan hasrat
seksual, tetapi pada umumnya trimester pertama merupakan
waktu terjadinya penurunan libido dan hal ini memerlukan
komunikasi yang jujur terhadapa pasangan
2) Trimester kedua
Pada trimester kedua sering disebut sebagai periode
kesehatan yang baik, yaitu periode ketika wanita merasa
nyaman dan bebas dari segala ketidaknyamanan yang normal
dialami saat hamil. Trimester dua dibagi menjadi dua fase
yaitu fase: pra-quickening dan pasca-quickening. Quickening
menumjukan kenyataan adanya kehidupan yang terpisah,
yang mejadi dorongan bagi wanita dalam melaksanakan tugas
psikologis utamanya pada trimester kedua, yaitu
mengembangkan identitas sebagai ibu bagi dirinya sendiri,
yang berbeda dari ibunya. Banyak ibu yang merasa terlepas
dari rasa kecemasan dan rasa tidak nyaman seperti yang
diraskan pada trimester pertama dan meraskan libidonya.
(varney, 2007, h:503)
3) Trimester ketiga
Pada trimester ketiga sering disebut periode penantian
dengan penuh kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai
meyadari kehadiran bayi sebagai makhluk yang terpisah
sehingga ia menjadi tidak sabar untuk menanti kehadiran
sang bayi.
Ada perasaan cemas mengingan bayi dapat lahir kapanpun.
Hal ini membuat sang ibu memperhatikan dan menunggu
tanda dan gejala persalinan muncul. Sejumlah ketakutan akan
ketidaknyamanan fisik yang semakin kuat mejelang akhir
kehamilannya.
Pada pertengahan trimester ketiga peningkatan hasrat seksual akan
menghilan karena abdomennya yang semakin membesar sehingga
menjadi halangan ( varney, 2007, h:503-504).
b. Penatalaksanaan ibu hamil secara fisiologis
Asuhan antenatal adalah upaya preventif program
pelayanan kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal
dan neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin
selama kehamilan.
Penatalaksanaan pada ibu hamil normal adalah dengan
cara melakukan pemeriksaan kehamilan sebanyak empat kali, bila
kehamilan termasuk risiko tinggi perhatian dan jadwal kunjungan
harus lebih ketat. Kunjungan antenatal diberikan kode angka K
yang menrupakan singkatan dari kunjungan. Pemeriksaan
antenatal yang lengkap adalah K1, K2, K3, K4. Hal ini berarti,
minimal dilakukan sekali kunjungan antenatal selama kehamilan
28-36 dan sebanyak dua kali kunjungan antenatal pada usia
kehamilan diatas 36 minggu. (Sarwono, 2008, h: 279)
c. Penyulit atau komplikasi dalam kehamilan
Ada beberapa komplikasi yang sering muncul pada saat
kehamilan, yang masih dapat ditangani secara mandiri dalam
1) infeksi saluran kemih terisolasi,
Komplikasi yang sering muncul pada kehamilan.
Sedangkan, peilonefritis, infeksi yang lebih jarang terjadi,
merupakan penyebab banyak kematian dengan hasil buruk.
Identifikasi dan terapi infeksi saluran kemih sangat diperlukan
selama kehamilan karena kedua hal ini berhubungan dengan
persalinan preterm, BBLR, hipertensi, preeklampsia, dan
anemia pada ibu.
2) Anemia defisiensi besi
Perubahan fisiologis alami yang terjadi selama
kehamilan akan mempengaruhi jumlah sel darah normal pada
kehamilan. Peningkatan jumlah eritrositini juga merupakan
salah satu faktor penyebab peningkatan kebutuhan akan zat
besi selama kehamilan sekaligus untuk janin.
3) Diabetes kehamilan
GDM (Gestasional Diabetes Mellitus) didefinisikan
sebagai intoleransi terhadap karbohidrat dengan berbagai
tingkat keparahan, yang awalnya dikenali pada masa
kehamilan.
4) Gangguan hipertensi
Hipertensi selama kehamilan tidak seperti hipertensi
pada umumnya, tetapi mempunyai kaitan erat dengan angka
kesakitan dan angka kematian yang tinggi baik pada ibu
Hipertensi bisa menjadi pre-eklampsia , pre-eklampsia dibagi
menjadi : pre-eklmapsia ringan, pre-eklampsia berat dan
eklampsia.
(Varney, 2007, h:601)
2. Definisi Pre-eklampsia
Pre Eklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda Hipertensi, Oedema,
dan Proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini biasanya
timbul pada triwulan ke-3. Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu
daripada tanda-tanda lain. Untuk menegakkan diagnosa Pre-Eklamsia
kenaikan tekanan Sistolik harus 30 mmHg atau lebih. Kenaikan dengan
Diagnostik lebih dapat dipercaya apabila tkanan Diastolik meningkat 15
mmHg atau lebih atau menjadi 90 mmHg atau lebih, edema, proteiuria
berarti konsetrasi protein dalam urin yang melibihi 0,3 g/lt dalam urin 24
jam. Proteinuria timbul lebih lambat daripada hipertensi dan kenaikan
berat badan, karena itu harus dianggap yang cukup serius. (MARMI, dkk,
2011).
Pre-eklampsia merupakan gangguan hipertensi yang paling sering terjadi
pada kehamilan. Biasanya, pre-eklampsia di definisikan sebagai
gangguan yang terjadi pada paruh kedua kehamilan dan mengalami
regresi setelah pelahiran, ditandai dengan kemunculannya sedikitnya dua
Sebagian besar definisi saat ini tidak lagi menyertakan edema karena
pengkajian edema bersifat subjektif dan dirasa tidak memiliki nilai
diagnostik atau prognostik. Pre-eklampsia juga dirujuk sebagai ”penyakit
teori” karena penyebab yang mendasari dan patofisiologi yang tepat
belum diketahui. (Mary, billington, 2010, hal : 122-123)
Pre-eklampsia adalah suatu penyakit yang muncul padsa awal kehamilan
dan berkembang secara perlahan dan hanya akan menunjukan gejala jika
kondisi semakin memburuk (Helen Varney, 2006, hal:645)
Pre-eklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu
kehamilan disertai dengan proteinuria. (Sarwono, 2008, hal:645)
Jadi kesimpulan dari definisi pre-eklampsia diatas adalah hipertensi ibu
hamil yang timbul setelah 20 minggu kehamilan, disertai dengan edema
dan proteinuria.
3. Diagnosa Banding
Komplikasi dan penyulit dalam kehamilan trimester III, salah satunya yaitu
kehamilan dengan hipertensi , antara lain :
a. Hipertensi esensial
Hipertensi esensial adalah kondisi permanen meningkatnya tekanan
darah dimana biasanya tidak ada penyebab yang nyata.
Kadang-kadang keadaan ini dihubungkan dengan penyakit ginjal atau
penyempita aorta, dan keadaan ini sering muncul pada saat
kehamilan.
Wanita hamil dikatakan memiliki atau menderita hipertensi esensial
jika tekanan darah pada awal kehamilannya mencapai 140/90 mmHg.
hipertensi esensial yang muncul pada awal kehamilan, jauh sebelum
terjadi pre-eklampsia, serta tidak terdapat proteinuria atau edema.
(Marmi, dkk, 2011, hal :64)
b. Hipertensi karena kehamilan
Hipertensi yang ditimbulkan atau diperberat oleh kehamilan lebih
mungkin terjadi pada wanita yang :
1) Mempunyai riwayat penyakit vaskuler.
2) Mempunyai kecenderungan genetik untuk menderita hipertensi
dalam kehamilan.
3) Terdapat jumlah banyak seperti pada kehamilan kembar atau
mola hidatidosa.
Risiko hipertensi karena kehamilan dipertinggi pada keadaan dimana
pembentukan antibody penghambat terhadap tempat-tempat yang
bersifat antigen pada plasenta terganggu. (Marmi, dkk, hal :65)
c. Hipertensi Gestisonal
Didapatkan tekanan darah > 140/90 mmHg untuk pertama kalinya
pada kehamilan, tidak disertai dengan proteinuria dan tekanan darah
kembali normal < 12 minggu pasca persalinan.
d. Hipertensi kronik dengan superimposed pre-eklampsia.
Timbulnya proteinueria > 300mg/24 jam pada wanita hamil yang
sudah mengalami hipertensi sebelumnya. Proteinuria hanya timbul
e. Hipertensi kronik
Ditemukan tekanan darah > 140/90 mmHg, sebelum kehamilan atau
sebelum kehamilan 20 minggu dan tidak menghilang setelah 12
minggu pasca persalinan.
4. Klasifikasi Preeklamsi
Klasifikasi preeklamsi dibagi menjadi 2 golongan :
a. Preeklamsi ringan
1) Tekanan darah 140/90 mmHg atau kenaikan diastolik 15 mmHg
atau lebih (diukur pada posisi berbaring terlentang) atau kenaikan
sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara pengukuran
sekurang-kurangnya pada 2x pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam,
sebaiknya 6 jam.
2) Proteinuria 0,3 gr/lt atau 1+ atau 2+.
3) Edema pada kaki, jari, muka dan berat badan naik >1kg atau lebih
per minggu
b. Preeklamsi berat
1) Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
2) Proteinuria, 5 gr atau lebih per liter.
3) Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam.
4) Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri di
epigastrium.
5. Etiologi
Penyebab preeklamsia secara pasti belum diketahui, namun
preeklamsia sering terjadi pada primigravida, tuanya kehamilan dan
kehamilan ganda. ( Marmi, dkk, 2011,h:69 )
Penyebab timbulnya pre-eklampsia pada ibu hamil belum
diketahui secara pasti, tetapi pada umunya disebabkan oleh vasopasme
arteriola. ( Anik Maryuni Yulianingsih, 2009, h:139).
Penyebab pre-eklampsia sampai sekarang belum diketahui secara
pasti, tetapi teori ” Iskemia Implantasi Plasenta ” dianggap dapat
menenangkan sebagai gejala pre-eklampsia. Pada pemeriksaan darah
kehamilan normal terdapat peningkatan angiotensin, renin dan aidosteron
sebagai kompensasi, sehingga peredaran dan metabolisme berlangsung.
Pada pre-eklampsia terjadi penurunan angiotensin, renindan aldosteron
tetapi dijumpai oedema, hipertensi dan proteinuria.
Berdasarkan teori ” iskemia implantasi plasenta ”, bahan trofoblas
akan diserap kedalam sirkulasi yang dapat meningkatkan sensitivitas
terhadap angiotensin II, renin dan aldosteron, spasme pembuluh darah
arteri dan tertahannya garam dan air. ( Yulaikha, 2008, hal : 95).
6. Faktor predisposisi
a. Penyakit yang menyertai kehamilan : diabetes melitus
Pada kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan
karbohidrat yang menunjang pemasokan makanan bagi ibu dan janin
serta persiapan untuk menyusui. Glukosa dapat berdifusi secara tetap
melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah janin
Insulin ibu tidak dapat mencapai janin sehingga kadar gula ibu yang
mempengaruhi kadar pada janin. (Marmi, dkk, 2011, hal: 31)
b. Gangguan fungsi ginjal
Fungsi ginjal pada umunya dipertahankan hingga stadium lanjut,
namun mengalami kerusakan pada pre-eklampsia berat akibat
vasokonstriksi dan penurunan perfusi. Peningkatan kadar kreatinin
serum (dan proteinuria) mengindikasikan gangguan fungsi
glomerulus, sedangkan peningkatan kadar asam urat serum
mengidikasikan gangguan fungsi tubulus. Selain itu, terjadi
peningkatan produksi asam urat sekunder akibat iskemia jaringan.
Fungsi tubulus rusak sebelum terjadi gangguan fungsi tubulus, dan
peningkatan kadar asam urat serum serta hipertensi umumnya terjadi
sebelum proteinuria. (Mary, billington, 2010, hal : 126).
c. Keturunan keluarga
Ada faktor keturunan dengan model gen tunggal. Genotipe ibu lebih
menetukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan secara familial jika
dibandingkan dengan genotipe janin. Pada ibu yang mengalami
pre-eklampsia, 26% anak perempuannya mengalami pre-eklampsia pula,
sedangkan hanya 8% anak menantu mengalami pre-eklampsia.
(Sarwono, 2008, hal : 536).
d. Distansia rahim berlebihan : hidramnion, hamil ganda, molahidatidosa,
hamil ganda; wanita dengan kembar dua, bila dibandingkan dengan
gestasi yang tunggal, memperlihatkan insiden hipertensi gestasional
dan pre-eklampsia yang secara bermakna tinggi. ( Cuningham, 2006,
e. Obesitas
Karena terjadi penambahan berat badan yang tidak signifikan dalam
satu minggu, kenaikan berat badan 1kg atau lebih. (Marmi, dkk, 2011,
h:68).
f. Riwayat pre-eklampsia sebelumnya
Dampak iskemia plasenta akan menimbulkan perubahan-perubahan
yang dapat menjelaskan patogenesis hip[ertensi dalam kehamilan
selanjutnya. ( Sarwono, 2008, h:533).
g. Pekerjaan
Untuk megukur dan mengetahui tingkat sosial ekonomi. Wanita yang
tingkat sosial ekonominya lebih maju lebih jarang terjangkit pre-
eklampsia. ( Cuningham, 2006, h: 630).
h. Umur
Usia ibu kurang dari 18 tahun dan lebih dari 35 tahun merupakan faktor
predisposisi dari pre-eklampsia. ( Cuningham, 2006, h; 630).
7. Patofisiologi
Penyebab pre-eklamsi terjadi pada spasme pembuluh darah yang disertai
dengan Retensi Garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme
hebat arteriola Glomerolus. Pada beberapa kasus, lumen arteriole
sedemikian sempitnya sehingga nyata di lalui oleh satu sel darah merah.
Jadi jika semua arteriola di dalam tubuh mengalami spasme maka
tekanan darah akan naik, sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan
tekanan perifer agar oksigen jaringan dapat dicukupi. ( Marmi, dkk, 2011,
Penyebab preeklamsi pada kehamilan adalah hipertensi esensial dan
penyakit ginjal. Hipertensi esensial disebabkan oleh faktor lingkungan dan
emosi yang labil. Kehamilan dengan hipertensi esensial dapat
berlangsung sampai aterem tanpa gejala menjadi preeklamsi tidak murni.
Hanya sekitar 20% dapat menjadi preeklamsi/eklamsi tidak murni yang
disertai dengan gejala proteinuria, edema, dan terdapat keluhan nyeri
epigastrium, sakit kepala, pengelihatan kabur, dan mual serta muntah.
(manuaba,2010,h:335).
8. Tanda dan Gejala
Tanda-tanda Pre-Eklamsi ringan berdasarkan atas timbulnya hipertensi
disertai dengan proteinuria dan atau edema setelah 20 minggu.
a. Hipertensi : sistolik/diastolik > 140/90 mmHg, kenaikan sistolik > 30
mmHg dari kenaikan diastolik > 15 mmHg tidak dipakai lagi sebagai
kriteria preeklamsi.
b. Proteinuria > 300 mg/24 jam atau > 1 + dipstik
c. Edema : edema lokal tidak dimasukkan dalam kriteria preeklamsi,
kecuali edema pada lengan, muka dan perut.
Tanda-tanda Pre-Eklamsi berat bila ditemukan satu atau lebih
gejala-gejala sebagai berikut :
a. Tekanan darah sistolik > 160 mmHg dan tekanan darah diastolik >
110 mmHg. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil
sudah dirawat di rumah sakit dan sudah menjalani tirah baring.
c. Oliguria, yaitu urin produksi lebih dari 500cc/24 jam
d. Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran atas abdomen
e. Edema paru-paru dan sianosis
f. Pertumbuhan janin intrauterin terhambat
( Sarwono ,2008 ; hal 543 )
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratotium
Pemeriksaan khusus berupa ECG ( eko kardiografi ) pemeriksaan
mata, dan pemeriksaan USG ginjal. Pemeriksaan laboratorium, ialag
fungsi ginjal, fungsi hepar, HB dan trombosit.
b. Pemeriksaan janin
Perlu dilakukan pemriksaan USG janin bila dicurigai IUGR, dilakukan
NST dan profil biofisik.
c. Pemeriksaan urin protein
Dilakukan untuk mendeteksi preotein sampai berapa dan apakah
menunjukan tanda-tanda pre-eklampsia berat atau bahkan eklampsia.
Protein uria adalah adanya 300mg protein dalam urin selama 24 jam
atau sama dengan lebih besar sama dengan 1+ dipstick.
(Sarwono Prawiroharjo, 2008, hal: 558).
10. Penatalaksanaan
a. Penanganan Pre-Eklampsia Ringan :
1) Kehamilan kurang dari 37 minggu
a) Memantau tekanan darah, urin ( untuk proteinuria ), refleks,
b) Memberikan konseling pada kepada pasien dan keluarganya
tentang tanda-tanda bahaya pre-eklampsia dan ekalmpsia
c) Menganjurkan ibu untuk lebih banyak beristirahat
d) Memberikan diet biasa ( tidak perlu diet rendah )
e) Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang
seminggu sekali
2) Kehamilan lebih dari 37 minggu
a) Jika servik matang, memecahkan ketuban dan melakukan
induksi persalinan dengan oksitosin atau prostaglandin.
Memantau denyut jantung janin dan his pada induksi
persalinan dengan prostaglandin.
b) Jika servik belum matang, melakukan pematangan dengan
prostaglandin atau kateter foley atau lakukan secto sesarea.
( Saifudin, 2008, h;211 )
3) Rawat jalan
a) Banyak istirahat (berbaring tidur miring)
b) Diet : cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam
c) Kunjungan ulang setiap 1 minggu
4) Jika dirawat di Puskesmas atau Rumah sakit
a) Pada kehamilan preterm (kurang 37 minggu)
(1) Jika Tekanan Darah mencapai normotensif selama
perwatan persalinan ditunggu sampai aterm
(2) Bila Tekanan Darah turun tetapi belum mencapai
normotensif selama perawatan maka kehamilannya dapat
b) Pada kehamilan aterm (lebih dari 37 minggu)
Persalinan ditunggu spontan atau dipertimbangkan untuk
melakukan induksi persalinan pada traksiran tanggal
persalinan.
5) Cara Persalinan
Persalinan dapat dilakukan spontan bila perlu memperpendek kala
II dengan bantuan bedah obstetri.
b. Penanganan Pre-Eklampsia Berat di Rumah Sakit
1) Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi
ditambah pengobatan medisinal.
2) Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan
ditambah pengobatan medisinal.
a) Perawatan aktif
Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap
penderita dilakukan fetal assesment ( NST&USG ).
Indikasi :
(1) Ibu
Usia kehamilan 36 minggu atau lebih. Adnya tanda-tanda atau
gejala eklampsia.
(2) Janin
Hasil fetal assessment jelek ( NST&USG ). Adanya tanda
IUGR.
(3) Laboratorium
Adanya “ HELLP syndrome “ ( hemolisis dan peningkatan
Sindrom HELLP biasanya muncul antara usia gestasi 32-34
minggu dari 30% kasus terjadi pada periode pascapartum.
Ibu yang menderita syndrome HELLP sering mengeluh nyeri
eoigastik, atau nyeri pada kuadran kanan atas, serta mual dan
muntah. Beberapa diantaranya mengalami gejala seperti
sindrom virus non-spesifik. Hipertensi dan proteinuria biasanya
tidak ada atau hanya sedikit abnormal. (Diane, 2008, h: 259)
(4) Kegagalan terapi konservatif yaitu setelah pengobatan
medikamentossa terjadi kenaikan tekanan darah atau setelah
24 jam terapi medikamentossa tidak ada perbaikan
Pengobatan medikamentossa yaitu :
(a) Segera masuk rumah sakit
(b) Tidur baring, miring kiri, tanda vital diperiksa setiap 30 menit,
reflek patella setiap jam
(c) Infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL
(60-125 cc/jam) 500cc.
(d) Antasida
(e) Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
(f) Pemberian obat anti kejang : MgSO4 40% 5 gram IV
1. pelan-pelan dilanjutkan 5 gram dalam RL 500cc untuk 6
2. jam.
Sebelum pemberian MgSO4, periksa :
1)) Frekuensi pernafasan minimal 16x/menit
2)) Reflek patella +
Berhentikan pemberian MgSO4, jika :
1)) Frekuensi pernafasan < 16x/menit
2)) Reflek patella (-)
3)) Urin < 30ml/jam dalam 4jam terakhir
(g) Disuntik tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru,
payah jantung kongesif atau edema anasarka.
(h) Diberikan Furosemid injeksi 40mg/IV
(i) Antihipertensi diberikan jika tekanan darah sistolik 180 mmHg,
diastolik 110 mmHg. Dapat diberikan katapres ½-1 ampul IM
dapat diulang setiap 4jam, atau alfametildopa 3x250 mg dan
nifedipine sublingual 5-10 mg.
b) Perawatan Konservatif
(1) Indikasi : Bila kehamila preterm kurang 36 minggu tanpa disertai
tanda-tanda eklampsia dengan keadaan janin baik.
(2) Terapi medikamentosa : Sama dengan terap
Medikamentosa pada pengelolaan aktif.
Hanya loading dosis MgSO4 tidak diberikan intravena,
cukup intramuskular saja 4gram dibokong kiri dan 4 gram
pada bokong kanan. Kortikosteroid (oredexon im 2x10 mg).
Antibiotikum, diuretikum dan kardiotonikum hanya diberikan
atas indikasi.
(Achdiat, 2004, h: 6-7 & Rustam,M, 1998, h: 202-203)
c. Pengobatan hipertensi
Tujuan terapi antihipertensi pada pre-eklampsia dan eklampsia
tekanan darah tidak terkontrol sehingga menurunkan resiko hemoragi
serebri pada ibu, serta mempertahankan perfusi uteroplasenta
memungkinan oksigenasi janin. Terapi antihipertensi dapat
diindikasikan dengan peningkatan tekanan darah diastolik > 110
mmHg atau peningkatan tekanan darah sistolik >160 mmHg. erbagai
penelitian mengindikasikan bahwa tidak ada keberhasilan manfaat
penggunaan medikasi antihipertensi dalam pelaksanaan hipertensi
pada kehamilan.
1) Metildopa
Dipercaya aman untuk kehamilan, baik bagi ibu maupun janin
sehingga diagnosisnya dapat ditingkatkan menjadi 3 g per hari,
tetapi peningkatan dosi dapat menyebabkan mengantuk.
2) Hidralazin
Hidralazin cenderung menjadi obat pilihan dalam penatalaksanaan
intravena untuk hipertensi sedang hingga berat karena dapat
mengontrol tekanan darah pada 95% pasien pre-eklampsia.
Hidralazin merupakan obat antihipertensi vasodilator yang
kerjanya mencakup meningkatkan curah jantung dan frekuensi
jantung, merelaksasi otot polos. Efek samping meliputi penurunan
tekanan darah tajam dan tiba-tiba sehingga kewaspadaan
terhadap kesejahteraan janin harus dilakukan.
3) Labelatol
Labetalol sering kali dipertimbangkan sebagai penatalaksanaan
lini kedua pada kasus tekanan dara tinggi yang tidak terkontrol
menit, dengan efek puncak terjadi 10 hingga 20 menit. Durasi
kerja labelatol 45 menit dan 6 jam.
a) Bila labelatol perlu diberikan, dosis bolus intravena sebesar
20mg dapat diberkan dengan kecepatan aliran infus lambat.
b) Jika stabilitas tekanan darah tidak tercapai, dosis intermiten
selanjutnya dengan interval 10 menit (40 mg pada 10 menit
setelah dosis pertama, diiukti dengan 80 mg dan dosis
tambahan selanjutnya hingga dosis tambahan selanjutnya
hingga dosis maksimum 300 mg) dapat di berikan.
c) Beberapa unit dapat menggunakan infusi labelatol kontinu,
yang dapat diimplementasikan dengan kecepatan 1-2
mg/menit.
4) Nifedipin
Nifedipin harus digunakan dengan kewaspadaan dan dapat
diberikan per oral dengan dosis 1 mg. Respons terhadap nefidipin
harus ditunjukan dalam 30 menit setelah pemberian. Tujuan
nefidipin adalah mengurangi resistensi perifer dan kemudian
menurunkan tekanan darah. Nifedipin tidak boleh diberikan
bersamaan dengan magnesium sulfat karena risiko hipertensi
berat, kelemahan otot, dan gawat janin.
(Mary bilington, 2010, hal :136-139)
B. Tinjauan Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang
menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang
hamil, masa persalinan, nifas, bayi baru lahir, serta keluarga berencana. (PP
IBI, 2006, hal :126)
Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan
dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari
pengkajian analisa data, diagnosa, kebidanan, perencenaan, pelaksanaan
dan evaluasi. (PP IBI, 2006, hal :126).
Pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menggunakan manajemen
kebidanan yaitu 7 langkah Varney meliputi : pengkajian, interpretasi data,
diagnosa potensial, kebutuhan tindakan segera konsultasi dan kolaborasi,
rencana tindakan, pelaksanaan dan evaluasi.
Langkah I : Pengkajian
Pengkajian adalah pengumpulan data tentang status kesehatan klien
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Data yang diperoleh
dicatat dan sistematis. (PP IBI, 2006, hal : 136).
1. Data Subyektif
Adalah data yang diperoleh dari keluhan pasien baik secara langsung
dengan pasien ataupun dengan keluarga.
2. Data Obyektif
Adalah data yang diperoleh dari pemeriksaan secara langsung yaitu
meliputi pemeriksaan fisik, status presen, status obstretikus dan
pemeriksaan penunjang.
Langkah II : Interpretasi data
Langkah kedua bermula dari data dasar yang kemudian diproses
menjadi masalah atau diagnosa serta kebutuhan perawatan kesehatan yang
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam
lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa
kebidanan.
(Helen Varney, 2007, hal : 27)
Langkah III : Diagnosa potensial
Yaitu berkenaan dengan tindakan antisipasi, pencegahan jika
memungkinkan, menunggu dengan waspada penuh, dan persiapan terhadap
semua keadaan yang mungkin muncul. Langkah ini adalah langkah yang
sangat penting dalam memberi perawatan kesehatan yang aman. (Helen
Varney, 2007, hal : 27).
Langkah IV : Kebutuhan tindakan segera atau kolaborasi dan konsultasi
Sebagian data yang mengidikasikan sebuah situasi kedaruratan yang
mengharuskan bidan mengambil tindakan secara cepat untuk
mempertahankan keadaan ibu dan janinnya. Kebutuhan tindakan segera
pada ibu hamil pre-eklampsia adalah menempatkan ibu di ruang isolasi,
kolaborasi dengan dokter obgyn untuk pemberian terapi obat dan injeksi.
(Helen Varney, 2007, hal : 27).
Langkah V : Menyusun rencana asuhan yang menyuluruh
Rencana asuhan kebidanan dapat dibuat berdasarkan diagnosa
kebidanan. Langkah ini merupakan pengembangan masalah atau diagnosis
yang diidentifikasi baik pada saat ini maupun yang dpat diantispasi pada
perawatan kesehatan yang dibutuhkan. (Helen Varmey, 2007, hal : 28).
Langkah VI : Pelaksanaan langkah asuhan dengan efisien dan aman
Tindakan kebidanan dilaksanakan berdasarkan rencana dan
keseluruhan oleh bidan atau dilakukan sebagaian oleh ibu atau orang tua,
bidan atau tenaga kesehatan lainnya. (Helen Varney, 2007, hal : 28)
Langkah VII : Evaluasi
Evaluasi asuhan kebidanan dilaksanakan terus menerus seiring
dengan tindakan kebidanan yang dilaksanakan dan evaluasi dari rencana
yang telah di rumuskan. ( PP IBI, 2006, hal :138)
Tinjauan asuhan kebidanan pada pre-eklampsia adalah :
PENGKAJIAN
Pengkajian adalah pengumpulan data tentang status kesehatan pasien
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, data yang diperoleh
dicatat dan dianalisa. ( PP IBI, hal :136)
1. Data Subjektif
a. Identitas Klien
Umur: Usia ibu lebih dari 35 tahun merupakan faktor predisposisi dari
pre-eklampsia ( Cuningham, 2006, hal :630)
Pekerjaan: Untuk mengukur dan mengetahui tingkat sosial ekonomi.
Wanita yang tingkat sosial ekonominya lebih maju lebih jarang
terjangkit pre-eklampsia. ( Cuningham, 2006, hal :630)
Alamat: Agar mempermudah melakukan kunjungan rumah bila perlu
diperlukan dan jika tempat tinggal berada di dataran tinggi, maka
dapat meningkatkan insidean pre-eklampsia. ( Cuningham, 2006, hal :
630)
b. Keluhan Utama : Pada ibu hamil dengan pre-eklampsia biasanya
hal ini disebabkan karena adanya edema serebral dan hemoragik
serta peningkatan susunan saraf pusat, pandangan mata kabur
disebabkan karena vasospasme arteriola dan penurunan aliran darah
ke retina dan adanya tekanan pada kapsula hepar dapat
menimbulkan nyeri pada ulu hati. ( Mitayani, 2011, h:16)
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan pasien perlu dikaji mengenai ada tidaknya
penyakit yang menyertai kehamilan, seperti : diabetes melitus,
jantung, HIV/AIDS, hipertensi kronik merupakan faktor predisposisi
pre-eklampsia. (Varney, 2002, hal: 166)
2) Riwayat kesehatan sekarang
Penyakit diabetes melitus, anemia, hipertensi kronik dan penyakit
ginjal dapat memacu timbulnya pre-eklampsia. ( Yulianingsih,
2009, h:96)
3) Riwayat kesehatan keluarga
Wanita mempunyai resiko 2 kali lebih besar menderita
pre-eklampsia apabila ibunya atau saudara perempuannya
mempunyai riwayat pre-eklampsia. (Varney, 2002, h: 166)
d. Riwayat Obstetri
1) Riwayat Haid
Haid pertama haid terkahir ( HPHT) wanita harus nggal HPHT
supaya dapat ditaksir umur kehamilan dan hari perkiraan lahir.
Hubungannya dengan pre-eklampsia adalah pada ibu hamil
dengan pre-eklampsia timbul pada umur kehamilan > 20 minggu,
hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu masih
di diagnosa hipertensi kronis. (Morgan, 2009, h:364)
2) Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
Pre-eklampsia akan lebih banyak terjadi pada primigravida, karena
pertama terpapar jaringan janin dan pada ibu hamil dari pasangan
baru karena materi genetik, meskipun jumlahnya juga meningkat
pada multipara (Varney, 2002, hal: 166)
3) Riwayat kehamilan sekarang
Perlu dikaji untuk mengetahui adanya Distansia rahim berlebihan :
hidramnion, hamil ganda, molahidatidosa,dan hamil ganda, karena
merupakan salah satu faktor terjadinya pre-eklampsia. (
Cuningham, 2006, h: 630)
4) Riwayat perkawinan
Perlu di kaji untuk mengetahui lama perkawinanan dan usia
pertama kali menikah, karena usia mudan dan terlalu tua
merupakan faktor resiko dari pre-eklampsia. (Cuningham, 2006, h:
630)
e. Data psikososial, kultuiral, spiritual
Menilai respon ibu dan keluarga terhadap kehamilannya dan
mengkaji ketaatan ibu dalam beribadah serta budaya yang menyertai
Psikologis ibu yang menderita pre-eklampsia berada dalam
kondisi labil dan mudah marah, karena ibu merasa khawatir akan
keadaan dirinya dan keadaan janin dalam kandungannya, ibu hamil
dengan pre-eklampsia tajut jika anaknya nanti lahir cacat atau
meninggal, sehingga ibu hamil dengan pre-eklampsia takut untuk
melahirkan. (Mitayani, 2011, hal:19)
f. Pola kebutuhan sehari-hari
1) Pola nutrisi
Untuk mengetahaui pola makan dan minum ibu serta apa
saja jenis makanan atau minuman yang biasa dikonsumsi ibu
selama hamil, adakah pertambhan porsi makan berlebihan,
karena porsi makan yang berlebihan dapat mengakibatkan
obesitas, dan obesitas merupakan salah satu faktor resiko
pre-eklampsia. ( Varney, 2002, hal :166).
2) Pola eliminasi
Untuk mengetahui frekuensi dan konsistensi feases ibu,
serta melihat frekuensi BAK, pada ibu dengan pre-eklampsia berat
biasanya terjadi oliguria (jumlah urin <500cc/2jaqm). (Marmi, dkk,
2011).
3) Pola aktivitas
Untuk mengetahui aktivitas ibu selama hamil, pada ibu
pre-eklampsia apabila terlalu lelah maka akan dapat memperbueuk
4) Pola istirahat
Untuk mengetahui apakah kebutuhan istirahat dan tidur ibu
sudah tercukupi atau belum, karena pada ibu dengan
pre-eklampsia membutuhkan istirahat yang cukup. (Varney, 2002)
5) Personal hygene
Untuk mengetahui pola personal hygene ibu, apakah ibu
selama kehamilannya rajin mandi, keramas, sikat gigi dan
melakukan kebersihan hygene yang lainnya. (Mufdlilah, 2009)
2. Data Obyektif
a. Keadaan Umum
Untuk mengethaui kondisi pasien, apakah dalam keadaan
baik, cukup atau lemah. Pada ibu dengan pre-eklampsia biasanya
keadaan umunya cukup/lemah. (Mitayani, 2011, hal :16)
b. Tingkat Kesadaran
Untuk mengetahui tingakat kesadaran pasien dengan
pre-eklampsi. Apakah masih dalam keadaan batas normal atau tidak.
Kesadaran baru dapat dinilai bila pasien tidak tidur. Penilaian
kesadaran dinyatakan sebagai :
1) Komposmentis : Pasien sadar sepenuhnya dan memberi
respons yang adekuat terhadap semua stimulus
2) Apatik : Pasien dalam keadaan sadar, tetapi acuh tak
acuh terhadap keadaan sekitarnya, ia akan
memberikan respons yang adekuat bila diberika
stiimulus.
3) Somnolen : Yakni tingkat kesadaran yang lebih rendah
daripada apatik, pasien tampak mengantuk,
selalu ingin tidur, ia tidak responsif terhadap
stimulan ringan, tetapi masih memberikan
respons terhadap stimulus yang agak keras,
kemudian tertidur lagi.
4) Sopor : Pada keadaan ini pasien tidak memberikan
respons ringan maupun sedang, tetapi masih
memberi sedikit respon terhadap stimulus yang
kuat, refleks pupil terhadap cahay masih positif.
5) Koma : Pasien tidak dapat bereaksi terhadap stimulus
apapun, refleks pupil terhadap cahay tidak ada,
ini adalah tingkat kesadaran yang paling
rendah.
6) Delirium : Keadaan kesaran yang menurun serta kacau,
biasanya disertai dengan disorientasi, iritatif,
dan salah presepsi terhadap rangsangan
sensorik hingga terjadi halusinasi.
c. Tanda-tanda Vital
1) Tekanan darah
Pada pre-eklampsia ringan ditemukan tekanan darah 140/90
mmHg, pada pre-eklampsia berat ditemukan tekanan darah
>160/110 mmHg. (Marmi, dkk, 2011)
2) Respirasi
Dilakukan untuk menilai frekuensi pernafasan dan irama
pernafasan pasien apakah dalam batas normal atau tidak. Apabila
nafas ibu pendek, kemungkinan adanya edema paru dan ini
merupakan salah satu faktor tanda pre-eklampsia. (Sarwono,
2006. H:284).
d. Berat Badan
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat apakah kenaikan berat
badan ibu setiap trimesternya masih dalam batas normal/ tidak.
Kenaikan berat badan ½ kg setiap minggu dalam kehamilan masih
dianggap normal, tetapi bila kenaikan 1kg setiap minggu
berturut-turut, harus diwspadai adanya pre-eklampsia. (Sarwono, 2006, h:282).
e. Tinggi Badan
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah ibu dalam
keadaan normal atau tidak. Selain untuk mengetahui apakah panggul
ibu dalam keadaan sempit atau tidak, juga untuk mengetahui berat
badan ibu sesuai dengan tinggi badan ibu atau tidak. Karena faktor
lain dari pre-eklampsia adalah obesitas. ( Abdul Latief, dkk, 2009,
f. Status Presen
1) Rambut dan kulit kepala
Pemeriksaan ini dilakukan agar dapat melihat apakah kulit kepala
ibu dalam keadaan bersih atau tidak , dan warna rambut ibu,
kemudian rontok atau tidak yang berhubungan dengan status gizi
ibu. ( Varney, 2007, h: 35).
2) Muka
Pemeriksaan ini dilakukan agar dapat melihat apakah muka
pasien terlihat pucat, dan menilai adakah edema atau tidak,
karena edema pada muka merupakan gejala dari pre-eklampsia.
(Manuaba, 2007, hal :161).
3) Mata
Pemeriksaan pada konjungtiva apakah ada tanda anemia atau
tidak, menilai adanya ikhterik atau tidak pada sklera. ( Sarwono,
2006, h: 289).
4) Telinga
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya serumen
atau tidak, atau adanya cidera pada telinga. ( Varney, 2007, h:
36).
5) Hidung
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada polip
atau tidak dan keadaan lubang hidung dalam keadaan bersih atau
6) Mulut
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui bibir dalam keadaan
pucat atau tidak, adanya karies pada gigi atau tidak, adanya
stomatitis atau tidak, dan adanya pembesaran tonsil atau tidak,
yang dapat menimbulkan penyakit lain pada kehamilan. (Varney,
2007, h:36).
7) Leher
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya pembesar
kelenjar thyroid dan pembesaran pada vena jugularis atau tidak.
(Varney, 2007, h:37).
8) Abdomen
Menilai adanya pembesaran hati dan limpa serta adakah nyeri
pada pinggang. Melihat adanya pembesaran perut, terdapat
hiperpigmentasi dinding abdomen (striae gravidarum dan linea
nigra), serta adakah luka bekas operasi atau tidak. Pada
pre-eklampsia sering terjadi peningkatan tonus rahim. (Manuaba,
2007, h: 163).
9) Ekstermitas
Untuk menilai adakah edema pada ekstremitas, edema pada kaki
dan tangan merupakan salah satu tanda pre-eklampsia,
vasospasme yang didasarkan pada pengamatan langsung
pembuluh darah halus di dasar kuku, fundus okuli, dan konjungtiva
bulbar, dan diperkirakan dari perubahan histologis yang dijumpai
diberbagai organ yang terkena. Selain itu juga menilai adanya
10) Perkusi
Reflek patella dilakukan pada lutut dipukul dengan tendon reflek
hamer, respon normal berupa gerakan plantar flexi kaki.. menurut
Lionel Ginsberg, (2008) h:48 derajat reflek patella (tendon)
dipresentasikan secara simbolis dengan :
(1) +++ : sangat meningkat/sangat cepat
(2) ++ : meningkat/cepat
(3) + : positif
(4) + : dengan manuver penguatan
(5) 0 : tidak ada
(6) CL : klonus
Pada ibu yang menderita pre-eklampsia biasanya mengalami rasa
cemas sehingga reflek patella meningkat/cepat dengan simbol ++.
(Jurwono, 2004, h: 62)
g. Status Obsteric
1) Pemeriksaan payudara
Payudara pada ibu hamil yaitu nampak menjadi lebih besar,
aerola mengalami hiperpigmentasi, hitam, puting susu semakin
menonjol.
Pengeluaran ASI belum berlangsung karena prolaktin belum
berfungsi, karena mengalami hambatan prolaktin, tetap[\i setelah
persalinan hambatan prolaktin tidak ada sehingga pembuatan ASI
2) Pemeriksaan abdomen
Pemeriksaan leopold pada ibu hamil dengan pre-eklampsia
biasanya normal tidak ada kelainan, yang biasanya ditemukan
kelainan pada pemeriksaan leopold yaitu pada pemeriksaan
leopold II, yang disebabkan karena tumor pada pelvis, kesempitan
panggul, kelainan bentuk uterus dan grandmultipara.
Menurut Manuaba (2010)
Leopold I : menentukan tinggi fundus uteri, bagian janin dalam
fundus, dan konsistensi fundus.
Variasi Knebel : menentukan letak kepala atau bokong dengan
satu tangan difundus dan tangan lain diatas simfisis.
Leopold II : menentukan batas samping rahim kanan-kiri,
menentukan letak punggung janin, pada letak lintang ditentukan
dimana kepala janin.
Variasi Budin : menentukan letak punggung dengan satu tangan
menekan difundus.
Leopold III : menentukan bagian terbawah janin, apakah bagian
terbawah janin sudah masuk atau masih dapat digoyang.
Variasi Ahlfeld : menentukan letak punggung dengan pinggir
tangan kiri diletakkan tegak diatas perut.
Leopold IV : menentukan bagian terbawah janin dan berapa jauh
janin sudah masuk PAP.
Pada pengukuran TFU bisa ditemukan pembesaran uterus yang
molahidatidosa atau oligohidramnion, hal ini dapat menyebabkan
terjadinya pre-eklampsia. (Manuaba, 2007, h: 167).
3) Pemeriksaan Denyut Jantung Janin (DJJ)
Denyut jantung janin dapat dideteksi dengan auskultasi
menggunakan stetoskop rata-rata pada usia kehamilan
17-19minggu. Sedangkan dengan menggunakan peralatan Doopler
yang tepat, kerja jantung janin hampir selalu dapat dideteksi pada
usia kehamilan 10minggu. Frekuensi denyut jantung janin pada
tahap ini dan sesudahnya berkisar antara 120-160 dpm
(Cuningham, 2006).
h. Pemeriksaan Penunjang
Melakukan pemeriksaan laboratorium apabila diperlukan, pada ibu
hamil yang mengalami pre-eklampsia biasanya dilakukan
pemeriksaan protein urin. Proteinuria pada ibu hamil dengan
pre-eklampsia adalah +, ++, +++ atau ++++ pada pemeriksaan kualitatif.
(Sarwono, 2007, hal: 543).
Pemeriksaan khusus berupa ECG ( eko kardiografi), pemeriksaan
mata, dan pemriksaan USG ginjal. Pemeriksaan laboratorium lain
ialah fungsi hepar, fungsi ginjal, HB dan trombosit. Pemeriksaan janin
perlu dilakukan dengan ultarsonografi janin. (Sarwono, 2007, h: 558).
Intrepetasi Data
1. Diagnosa Kebidanan
Ny. Umur tahun, Usia kehamilan … minggu, G P A. Janin tunggal/ganda
hidup intra uteri, punggung kanan/kiri dengan pre-eklampsia ringan.
Subyektif :
a. Usia ibu lebih dari 35 tahun merupakan factor predisposisi dati
pre-eklampsia. ( Cuningham, 2006, h: 636)
b. Peningkatan insiden pre-eklampsia-eklampsia pada ibu baru atau
primigravida karena pertam kali terpapar jaringan janin pada ibu
hamil dari pasangan baru karena materi genetik yang baru. (Bobak,
2005, h: 631).
c. Pre-eklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu
kehamilan disertai dengan proteinuria. (Sarwono, 2008, h; 531).
d. Untuk pasien pre-eklampsia akan mengeluh seperti sakit kepala, nyeri
epigastrum, gangguan visual (pada pre-eklampsia berat). (Sarwono,
2006, h: 287).
e. Peningkatan berat badan 1kg atau lebih dalam satu minggu.
(Manuaba, 2011, h:265).
Obyektif: Pada hasil pemeriksaan ibu dengan pre-eklampsia ringan, akan
ditemukan tekanan darah tinggi, ditemukan proteinuria pada pemeriksaan
laboratorium, dan reflek patella meningkat. ( Marmi, dkk, 2011).
a. Pada pre-ekjlampsia ringan ditemukan tekanan darah > 140/90
mmHg, pada pre-eklampsia berat ditemukan tekanan darah > 160/110
mmHg. (Taufan Nugroho, 2010, h: 78).
b. Proteinuria pada ibu hamil dengan pre-eklampsia ringan adalah 1+
sampai 2+, pada pemeriksaan kualitatif. (varney, 2002, h:166).
c. Pada ibu hamil dengan pre-eklampsia ringan terjadi hiperrefleksia
2. Masalah
Ibu merasa cemas dengan keadaannya.
Diagnosa potensial
a. Potensial bagi ibu dengan pre-eklampsia ringan ádalah pre-eklampsia
berat
b. Potencial pada janin ádalah dapat mengakibatkan IUFD
Identifikasi Tindakan Segera, Kolaborasi dan Konsultasi
Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk membuat perencanaan
tindakan.
3. Perencanaan
Perencanaan Asuhan Kebidanan berkaitan dengan diagnosa kebidanan
dan masalah :
a. Pre-eklampsia Ringan
1) Kehamilan kurang dari 37 minggu
a) Pantau tekanan darah, urin (utnutk proteinuria), refleks, dan konisi
janin.
b) Pantau DJJ
c) Berikan konseling kepada pasien dan keluarganya tentang
tanda-tanda pre-eklampsia dan eklampsia.
d) Anjurkan lebih banyak istirahat
e) Berikan diet biasa ( tidak pelu diet rendah)
f) Anjurkan seminggu sekali kunjungan ulang
2) Kehamilan lebih dari 37 minggu
a) Jika servik matang, pecahkan ketuban dan induksi dengan
b) Jika servik belum matang, lakukan dengan prostaglandin atau
kateter coley atau lakuka sectio sesaria.
( Saifudin, 2008, h;211 )
3). Rawat jalan
a) Banyak istirahat (berbaring tidur miring)
b) Diet : cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam
c) Kunjungan ulang setiap 1 minggu
4) Jika dirawat di Puskesmas atau Rumah sakit
a) Pada kehamilan preterm (kurang 37 minggu)
(1) Jika Tekanan Darah mencapai normotensif selama perwatan
persalinan ditunggu sampai aterm
(2) Bila Tekanan Darah turun tetapi belum mencapai normotensif
selama perawatan maka kehamilannya dapat diakhiri pada
kehamilan lebih dari 37 minggu
b) Pada kehamilan aterm (lebih dari 37 minggu)
Persalinan ditunggu spontan atrau dipertimbangkan untuk
melakukan induksi persalinan pada traksiran tanggal persalinan.
(Marmi, dkk, 2011, h:69-70)
b. Pre-eklampsia berat
1) Rujuk ibu ke rumah sakit
2) Anjurkan ibu tidur baring, miring kiri, tanda vital diperiksa setiap
30 menit, reflek patella setiap jam
3) Infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL
(60-125 cc/jam) 500cc.
5) Anjurkan diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
6) Berikan obat anti kejang : MgSO4 40% 5 gram IV pelan-pelan
dilanjutkan 5 gram dalam RL 500cc untuk 6 jam.
Sebelum pemberian MgSO4, periksa :
1)) Frekuensi pernafasan minimal 16x/menit
2)) Reflek patella +
3)) Urin minimal 30ml/jam dalam 4 jam terakhir
Berhentikan pemberian MgSO4, jika :
1)) Frekuensi pernafasan < 16x/menit
2)) Reflek patella (-)
3)) Urin < 30ml/jam dalam 4jam terakhir
7) Disuntik tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru,
payah jantung kongesif atau edema anasarka.
8) Berikan Furosemid injeksi 40mg/IV
9) Antihipertensi diberikan jika tekanan darah sistolik 180 mmHg,
diastolik 110 mmHg. Dapat diberikan katapres ½-1 ampul IM dapat
diulang setiap 4jam, atau alfametildopa 3x250 mg dan nifedipine
sublingual 5-10 mg.
c. Berkaitan dengan diagnosa masalah :
1. Perencanaan yang dibuat untuk masalah perubahan
psikologi/rasa cemas yaitu :
a. Beri motivasi pada ibu untuk mengurangi rasa cemas dan rasa
b. Libatkan keluarga untuk memberi motivasi kepada ibu untuk
mengurangi kecemasaan dan rasa takut denga keadaan ibu
dan janinnya.
c. Atasi masalah kelelahan ibu.
2. Pelaksanaan
a. Pre-eklampsia ringan
1) Kehamilan kurang dari 37 minggu
a) Memantau tekanan darah, urin ( untuk proteinuria ),
refleks, dan kodisi janin.
b) Memberikan konseling pada kepada pasien dan
keluarganya tentang tanda-tanda bahaya
pre-eklampsia dan ekalmpsia
c) Menganjurkan ibu untuk lebih banyak beristirahat
d) Memberikan diet biasa ( tidak perlu diet rendah )
e) Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang
seminggu sekali
2) Kehamilan lebih dari 37 minggu
a) Jika servik matang, memecahkan ketuban dan
melakukan induksi persalinan dengan oksitosin atau
prostaglandin. Memantau denyut jantung janin dan his
pada induksi persalinan dengan prostaglandin.
b) Jika servik belum matang, melakukan pematangan
dengan prostaglandin atau kateter foley atau lakukan
3) Rawat jalan
a) Mengajurkan ibu untuk banyak istirahat (berbaring tidur
miring).
b) Menganjurkan ibu untuk diet : cukup protein, rendah
karbohidrat, lemak dan garam.
c) Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang
setiap 1 minggu.
4) Jika dirawat di Puskesmas atau Rumah sakit
a) Pada kehamilan preterm (kurang 37 minggu)
(1) Memantau tekanan darah, jika tekanan darah
mencapai normotensif selama perwatan persalinan
ditunggu sampai aterm
(2) Memantau tekanan darah, apabila tekanan darah
turun tetapi belum mencapai normotensif selama
perawatan maka kehamilannya dapat diakhiri pada
kehamilan lebih dari 37 minggu
b) Pada kehamilan aterm (lebih dari 37 minggu)
Memantau persalinan ditunggu secara spontan atrau
dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan
pada traksiran tanggal persalinan.
b. Pre-eklampsia Berat
1) Menganjurkan ibu untuk ke rumah sakit
2) Menganjurkan ibu tidur baring, miring kiri, tanda vital
3) Memasang infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi
dengan infus RL (60-125 cc/jam) 500cc.
4) Memberikan antasida.
5) Menganjurkan ibu diet cukup protein, rendah karbohidrat,
lemak dan garam.
6) Pemberian obat anti kejang : MgSO4 40% 5 gram IV
pelan-pelan dilanjutkan 5 gram dalam RL 500cc untuk 6 jam.
Sebelum pemberian MgSO4, periksa :
a) Frekuensi pernafasan minimal 16x/menit
b) Reflek patella +
c) Urin minimal 30ml/jam dalam 4 jam terakhir
Berhentikan pemberian MgSO4, jika :
a) Frekuensi pernafasan < 16x/menit
b) Reflek patella (-)
c) Urin < 30ml/jam dalam 4jam terakhir
7) Disuntik tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema
paru, payah jantung kongesif atau edema anasarka.
8) Diberikan Furosemid injeksi 40mg/IV.
9) Antihipertensi diberikan jika tekanan darah sistolik 180
mmHg, diastolik 110 mmHg. Dapat diberikan katapres ½-1
ampul IM dapat diulang setiap 4jam, atau alfametildopa
3x250 mg dan nifedipine sublingual 5-10 mg.
c. Berkaitan dengan diagnosa masalah
1. Perencanaan yang dibuat untuk masalah perubahan
a. Memberi motivasi pada ibu untuk mrngurangi kecemasan
dan rasa takut yang berhubungan dengan keadaan diri
dan janinnya.
b. Melibatkan keluarga untu8k memberi motivasi kepada
pasien untuk mengurangi rasa kecemasan dan rasa
takut dengan keadaan diri sendiri dan janinnya
c. Memberitahu kepada ibu untuk lebih banyak istirahat,
kurangi aktivitas, dan mengajurkan ibu saat tidur
sebaiknya miring kiri
2. Evaluasi
Evaluasi yaitu umpan balik dari pelaksanaan yang telah
dilakukan
a. Pada umur kehamilan kurang dari 37 minggu evaluasi
yang diharapkan ibu hamil yaitu bisa melanjutkan
kehamilannya dalam keadaan yang telah membaik
dengan tekanan darah turun
b. Pada umur kehamilan lebih dari 37 minggu merupakan
kehamilan yang sudah aterm sebagai indikasi
dilakukannya induksi persalinan, setelah dilakukan
induksi persalinan diharapkan terdapat tanda-tanda
DATA PERKEMBANGAN
Hasil yang diharapkan pada pre-eklampsia ringan yaitu
DS :
a. Tidak ada gangguan pengelihatan
b. Tidak merasakan sakitnya kepala
c. Tidak merasakan nyeri perut bagian bawah
DO :
a. Tekanan darah < 140/90 mmHg
b. Tidak terjadi oliguria ( urin kurang dari 400 cc per 24 jam )
c. Oedem kaki berkurang
d. Protein urin negatif
(Marmi, dkk, 2011)
Assesment :
Ny...Umur...tahun, Usia kehamilan...mnggu, G P A , janin hidup intra uteri,
punggung kanan/kiri dengan pre-eklampsia ringan
Planning :
a. Memantau kesadaran umum ibu
b. Menilai perkembangan dan perubahan setiap dilakukan tindakan
c. Melakukan pemeriksaan abdomen
d.Menganjurkan ibu untuk istirhat normal
e. Memberikan obat anti hipertensi, nifedipin 3x10 mg/hari
C. Landasan Hukum
Berdasarkan Peraturan Mentri Kesehatan Repunlik Indonesia Nomor
1. Pasal 9 :
Bidan dalam menjalankan prektik, berwewenang untuk memberikan
pelayanan yang meliputi :
a. Pelayanan kesehatan ibu
b. Pelayanan kesehatan anak, dan
c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
2. Pasal 10
a. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf
a diberikan pada masa para hamil, kehamilan , masa persalinan,
masa nifas, masa menyusui dan masa anatara dua kehamilan.
b. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi :
1) Pelayanan konseling pada masa pra hamil
2) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
3) Pelayanan persalinan normal
4) Pelayanan ibu nifas normal
5) Pelayanan ibu menyusui
6) Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan
c. Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) berrwenang untuk :
1) Episiotomi
2) Penajhitan luka derajat I dan II
3) Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan
4) pemberian tablet Fe pada ibu hamil
6) fasilitas/bimbingan inisiasi menyusi dini dan promosi air susu ibu
eksklusif
7) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala III dan
postpartum
8) Penyuluhan dan konseling
9) Bimbingan pada kelompok ibu hamil
10) Pemberian surat kematian, dan
11) Pemberian surat keterangan cuti bersalin
3. Pasal 18
a. Dalam melaksanakan praktik/kerja, bidan berkewajiban untuk :
1) Menghormati hak pasien
2) Memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien dan
pelayanan yang dibutuhkan
3) Meruju kasus yang bukan kewenangannya atau tidak dapat
ditangani dengan tepat waktu
4) Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan
5) Mentimpan rahasia pasien sesuia dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
6) Melakukan persetujuan asuhan kebidanan dan pelayanan lainnya
secara sistematis
7) Mematuhi standar, dan
8) Melakukan pencatatan dan pelaporan penyelenggaran praktik
kebidanan termasuk pelaporan kelahiran dan kematian
b. Bidan dalam menjalankan praktik/kerja senantiasa meningkatakan
pengetahuan teknologi melalui pendidikan an pelatihan sesuai dengan
bidang tugasnya
c. Bidan dalam menjalankan praktik kebidanan harus membantu
program pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat
Standar Pelayanan Kebidanan
a. Standar Pelayanan Antenatal meliputi :
1) Standar 3 : kllasifikasi ibu hamil
Tujuan : mengenali dan memotivasi ibu hamil untuk memeriksakan
kehamilannya.
Pelayanan standar :
Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan
masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan
memotivasi ibu, suami dan anggota keluarga agar mendukung ibu
untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur.
2) Standar 4: Pemeriksaan dan pemantauan antenatal
Tujuan : Memberikan pelayanan antenatal berkualitas dan deteksi
dini komplikasi kehamilan.
Pelayanan standar :
Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal.
Pemeriksaan meliputi, anamnesa, pemeriksaan ibu dan janin
dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan
berlangsung normal ataua tidak. Bidan juga harus mengenal
kehamilan resti / kelainan pada kehamilan. Terutama anemia,
keszehatan serta tugas berkaitan dengan lainnya yang diberikan
oleh puskesmas. Bidan harus mencatat data yang tepat pada
setiap kunjungan. Bila ditemukan kelainan, mereka harus mampu
mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk
tindakan selanjutnya.
3) Standar 6 : Palpasi Abdomen
Tujuan : Memperkirakan usia kehamilan, pemantauan
pertumbuhan janin, pemantauan letak, posisi, dan bagiah
terbawah janin.
Pernyataan standar :
Bidan melakukan pemeriksaan abdomen dengan seksama dan
melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan. Bila
umur kehamilan bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah,
dan masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul untuk
mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.
4) Standar 7 : Pengelolaan dini terhadap hipertensi dalam kehamilan
Tujuan : Mengenali dan menemukan secara dini hipertensi pada
kehamilan dan melakukan tindakan yang diperlukan
Pernyataan standar :
Bidan menemukan secra dini setiap kenaikan tekanan darah pada
kehamilan dan mengenali tanda serta gejala pre-eklampsia
b. Kompetensi Bidan
Kompetensi ke-3
Bidan memberikan asuhan antenatal bemutu tinggi untuk
mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan deteksi dini,
pengobatan atau rujukan dari komplikasi tertentu.
Pengetahuan dasar:
Point 10: Mengenal tanda dan gejala anemia ringan dan berat,
hipertensi geavidarum, kehamilan ektopi terganggu, abortus
imminens, mola hidatidosa, kehamilan ganda, kelainan letak dan
pre-eklampsia.
Pengetahuan tambahan :
1) Tanda dan gejala, indikasi rujukan pada komplikasi tertentu dalam
kehamilan seperti asma, infeksi, HIV, PMS, diabeyes, kelainan
jantung, postmatur.
2) Akibat dan penyakit kronis dan akut yang disebutkan diatas bagi
kehamilan dan janinnya.
Keterampilan dasar:
Point 6 : Menilai keadaan janin selama kehamilan termasuk detak
jantung janin dengan menggunakan fetoskop (pinnard)
dan gerakan janin dengan palpasi uterus.
Point 8 : Mengakji keniakan berat badan ibu dan hubungannya
dengan komplikasi kehamilan.
Point 10 : Melakukan penatalaksanaan kehamilan dengan anemia
ringan, hiperemesis gravidarum tingkat 1, abortus
Ketrampilan Tambahan:
Point 1 : Menggunakan doppler untuk memantau DJJ
Point 2 : Memberikan pengobatan dan atau kolaborasi terhadap
penyimpangan dari keadaan normal dengan
menggunakan standar local dan sumber daya yang