• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medis - Vistri Yuliasri BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medis - Vistri Yuliasri BAB II"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Medis

1. Definisi Kehamilan

Fertilisasi (pembuahan) adalah penyatuan ovum dan spermatozoa

yang biasanya berlangsung di ampula tuba. Fertilisasi meliputi penetrasi

spermatozoa kedalam ovum, fusi spermatozoa dan ovum, diakhiri dengan

fusi materi genetik. Hanya satu spermatozoa yang telah mengalami

proses kapasitasi mampu melakukan penetrasi membran sel ovum.

(Sarwono , 2008).

Untuk terjadi kehamilan harus ada spermatozoa, ovum,

pembuahan ovum (konsepsi), dan nidasi hasil konsepsi. Spermatoza

terdiri atas 3 bagian yaitu kaput atau kepala yang berbentuk lonjong agak

gepeng dan mengandung banyak nukleus, ekor, dan bagian yang slindrik

(leher) menghubgungkan kepala dengan ekor. (Sarwono, 2008, h:139)

Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh sistem genetalia

wanita mengalami perubahan mendasar sehingga dapat menunjang

perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim. Plasenta dalam

perkembangannya mengeluarkan hormon somatomamotropin, ekstrogen

dan progesteron yang menyebabkan perubahan pada bagian bagian

tubuh sperti

(2)

a. Rahim atau uterus

Rahim yang semula besarnya sejempol dengan berat 30 gram akan

mengalami hipertrofi atau hiperplasia, sehingga menjadi sebesar 1000

gram saat akhir kehamilan. Otot rahim mengalami hiperplasia dan

hipertrofi menjadi lebih besar, lunak dan dapat mengikuti pembesaran

rahim krena pertumbuhan janin.

b. Vagina

Vagina atau vulva mengalami peningkatan pembuluh darah, krena

pengaruh estrogen sehingga tampak makin merah dan kebiru-biruan

(tanda chadwiks).

c. Ovarium

Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mengandung korpus

luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya

plasenta yang sempurna pada umur kehamilan 16 minggu.

d. Payudara

Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai

persiapan ASI pada saat laktasi. Perkembangan payudara di

pengaruhi hormon saat hamil yaitu estrogen, progesteron dan

spmatomamotropin.

Pada saat ibu hamil payudara menjadi lebih besar, aerola payudara

(3)

e. Sirkulasi darah ibu

Peredaran darah ibu dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

meningkatkan kebutuhan dan perkembangan janin dalam rahim,

terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena, pada sirkulasi

retroplasenter.

(Manuaba, 2010, h:85-94)

a. Pada kehamilan ibu mengalami perubahan psikologsi, antara lain :

1) Trimester pertama

Pada trimester pertama sering disebut sebagai periode

penyesuaian. Penyesuaian yang dilakukan wanita terhadap

kenyataan bahwa ia sedang mengandung. Kurang lebihb 80%

wanita mengalami kekecewaan, penolakan,

kecemasan,depresi dan kesedihann.

Pada trimester pertama seorang ibu akan selalu mencari

tanda-tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya hamil.

Setiap perubahan yang terjadi pada tubuhnya akan selalu

diperhatikan dengan seksama. Hasrat seksual pada trimester

pertama berbeda antara yang satu dengan yang lain. Meski

pada beberapa wanita mengalami peningkatan hasrat

seksual, tetapi pada umumnya trimester pertama merupakan

waktu terjadinya penurunan libido dan hal ini memerlukan

komunikasi yang jujur terhadapa pasangan

(4)

2) Trimester kedua

Pada trimester kedua sering disebut sebagai periode

kesehatan yang baik, yaitu periode ketika wanita merasa

nyaman dan bebas dari segala ketidaknyamanan yang normal

dialami saat hamil. Trimester dua dibagi menjadi dua fase

yaitu fase: pra-quickening dan pasca-quickening. Quickening

menumjukan kenyataan adanya kehidupan yang terpisah,

yang mejadi dorongan bagi wanita dalam melaksanakan tugas

psikologis utamanya pada trimester kedua, yaitu

mengembangkan identitas sebagai ibu bagi dirinya sendiri,

yang berbeda dari ibunya. Banyak ibu yang merasa terlepas

dari rasa kecemasan dan rasa tidak nyaman seperti yang

diraskan pada trimester pertama dan meraskan libidonya.

(varney, 2007, h:503)

3) Trimester ketiga

Pada trimester ketiga sering disebut periode penantian

dengan penuh kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai

meyadari kehadiran bayi sebagai makhluk yang terpisah

sehingga ia menjadi tidak sabar untuk menanti kehadiran

sang bayi.

Ada perasaan cemas mengingan bayi dapat lahir kapanpun.

Hal ini membuat sang ibu memperhatikan dan menunggu

tanda dan gejala persalinan muncul. Sejumlah ketakutan akan

(5)

ketidaknyamanan fisik yang semakin kuat mejelang akhir

kehamilannya.

Pada pertengahan trimester ketiga peningkatan hasrat seksual akan

menghilan karena abdomennya yang semakin membesar sehingga

menjadi halangan ( varney, 2007, h:503-504).

b. Penatalaksanaan ibu hamil secara fisiologis

Asuhan antenatal adalah upaya preventif program

pelayanan kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal

dan neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin

selama kehamilan.

Penatalaksanaan pada ibu hamil normal adalah dengan

cara melakukan pemeriksaan kehamilan sebanyak empat kali, bila

kehamilan termasuk risiko tinggi perhatian dan jadwal kunjungan

harus lebih ketat. Kunjungan antenatal diberikan kode angka K

yang menrupakan singkatan dari kunjungan. Pemeriksaan

antenatal yang lengkap adalah K1, K2, K3, K4. Hal ini berarti,

minimal dilakukan sekali kunjungan antenatal selama kehamilan

28-36 dan sebanyak dua kali kunjungan antenatal pada usia

kehamilan diatas 36 minggu. (Sarwono, 2008, h: 279)

c. Penyulit atau komplikasi dalam kehamilan

Ada beberapa komplikasi yang sering muncul pada saat

kehamilan, yang masih dapat ditangani secara mandiri dalam

(6)

1) infeksi saluran kemih terisolasi,

Komplikasi yang sering muncul pada kehamilan.

Sedangkan, peilonefritis, infeksi yang lebih jarang terjadi,

merupakan penyebab banyak kematian dengan hasil buruk.

Identifikasi dan terapi infeksi saluran kemih sangat diperlukan

selama kehamilan karena kedua hal ini berhubungan dengan

persalinan preterm, BBLR, hipertensi, preeklampsia, dan

anemia pada ibu.

2) Anemia defisiensi besi

Perubahan fisiologis alami yang terjadi selama

kehamilan akan mempengaruhi jumlah sel darah normal pada

kehamilan. Peningkatan jumlah eritrositini juga merupakan

salah satu faktor penyebab peningkatan kebutuhan akan zat

besi selama kehamilan sekaligus untuk janin.

3) Diabetes kehamilan

GDM (Gestasional Diabetes Mellitus) didefinisikan

sebagai intoleransi terhadap karbohidrat dengan berbagai

tingkat keparahan, yang awalnya dikenali pada masa

kehamilan.

4) Gangguan hipertensi

Hipertensi selama kehamilan tidak seperti hipertensi

pada umumnya, tetapi mempunyai kaitan erat dengan angka

kesakitan dan angka kematian yang tinggi baik pada ibu

(7)

Hipertensi bisa menjadi pre-eklampsia , pre-eklampsia dibagi

menjadi : pre-eklmapsia ringan, pre-eklampsia berat dan

eklampsia.

(Varney, 2007, h:601)

2. Definisi Pre-eklampsia

Pre Eklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda Hipertensi, Oedema,

dan Proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini biasanya

timbul pada triwulan ke-3. Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu

daripada tanda-tanda lain. Untuk menegakkan diagnosa Pre-Eklamsia

kenaikan tekanan Sistolik harus 30 mmHg atau lebih. Kenaikan dengan

Diagnostik lebih dapat dipercaya apabila tkanan Diastolik meningkat 15

mmHg atau lebih atau menjadi 90 mmHg atau lebih, edema, proteiuria

berarti konsetrasi protein dalam urin yang melibihi 0,3 g/lt dalam urin 24

jam. Proteinuria timbul lebih lambat daripada hipertensi dan kenaikan

berat badan, karena itu harus dianggap yang cukup serius. (MARMI, dkk,

2011).

Pre-eklampsia merupakan gangguan hipertensi yang paling sering terjadi

pada kehamilan. Biasanya, pre-eklampsia di definisikan sebagai

gangguan yang terjadi pada paruh kedua kehamilan dan mengalami

regresi setelah pelahiran, ditandai dengan kemunculannya sedikitnya dua

(8)

Sebagian besar definisi saat ini tidak lagi menyertakan edema karena

pengkajian edema bersifat subjektif dan dirasa tidak memiliki nilai

diagnostik atau prognostik. Pre-eklampsia juga dirujuk sebagai ”penyakit

teori” karena penyebab yang mendasari dan patofisiologi yang tepat

belum diketahui. (Mary, billington, 2010, hal : 122-123)

Pre-eklampsia adalah suatu penyakit yang muncul padsa awal kehamilan

dan berkembang secara perlahan dan hanya akan menunjukan gejala jika

kondisi semakin memburuk (Helen Varney, 2006, hal:645)

Pre-eklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu

kehamilan disertai dengan proteinuria. (Sarwono, 2008, hal:645)

Jadi kesimpulan dari definisi pre-eklampsia diatas adalah hipertensi ibu

hamil yang timbul setelah 20 minggu kehamilan, disertai dengan edema

dan proteinuria.

3. Diagnosa Banding

Komplikasi dan penyulit dalam kehamilan trimester III, salah satunya yaitu

kehamilan dengan hipertensi , antara lain :

a. Hipertensi esensial

Hipertensi esensial adalah kondisi permanen meningkatnya tekanan

darah dimana biasanya tidak ada penyebab yang nyata.

Kadang-kadang keadaan ini dihubungkan dengan penyakit ginjal atau

penyempita aorta, dan keadaan ini sering muncul pada saat

kehamilan.

Wanita hamil dikatakan memiliki atau menderita hipertensi esensial

jika tekanan darah pada awal kehamilannya mencapai 140/90 mmHg.

(9)

hipertensi esensial yang muncul pada awal kehamilan, jauh sebelum

terjadi pre-eklampsia, serta tidak terdapat proteinuria atau edema.

(Marmi, dkk, 2011, hal :64)

b. Hipertensi karena kehamilan

Hipertensi yang ditimbulkan atau diperberat oleh kehamilan lebih

mungkin terjadi pada wanita yang :

1) Mempunyai riwayat penyakit vaskuler.

2) Mempunyai kecenderungan genetik untuk menderita hipertensi

dalam kehamilan.

3) Terdapat jumlah banyak seperti pada kehamilan kembar atau

mola hidatidosa.

Risiko hipertensi karena kehamilan dipertinggi pada keadaan dimana

pembentukan antibody penghambat terhadap tempat-tempat yang

bersifat antigen pada plasenta terganggu. (Marmi, dkk, hal :65)

c. Hipertensi Gestisonal

Didapatkan tekanan darah > 140/90 mmHg untuk pertama kalinya

pada kehamilan, tidak disertai dengan proteinuria dan tekanan darah

kembali normal < 12 minggu pasca persalinan.

d. Hipertensi kronik dengan superimposed pre-eklampsia.

Timbulnya proteinueria > 300mg/24 jam pada wanita hamil yang

sudah mengalami hipertensi sebelumnya. Proteinuria hanya timbul

(10)

e. Hipertensi kronik

Ditemukan tekanan darah > 140/90 mmHg, sebelum kehamilan atau

sebelum kehamilan 20 minggu dan tidak menghilang setelah 12

minggu pasca persalinan.

4. Klasifikasi Preeklamsi

Klasifikasi preeklamsi dibagi menjadi 2 golongan :

a. Preeklamsi ringan

1) Tekanan darah 140/90 mmHg atau kenaikan diastolik 15 mmHg

atau lebih (diukur pada posisi berbaring terlentang) atau kenaikan

sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara pengukuran

sekurang-kurangnya pada 2x pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam,

sebaiknya 6 jam.

2) Proteinuria 0,3 gr/lt atau 1+ atau 2+.

3) Edema pada kaki, jari, muka dan berat badan naik >1kg atau lebih

per minggu

b. Preeklamsi berat

1) Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.

2) Proteinuria, 5 gr atau lebih per liter.

3) Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam.

4) Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri di

epigastrium.

(11)

5. Etiologi

Penyebab preeklamsia secara pasti belum diketahui, namun

preeklamsia sering terjadi pada primigravida, tuanya kehamilan dan

kehamilan ganda. ( Marmi, dkk, 2011,h:69 )

Penyebab timbulnya pre-eklampsia pada ibu hamil belum

diketahui secara pasti, tetapi pada umunya disebabkan oleh vasopasme

arteriola. ( Anik Maryuni Yulianingsih, 2009, h:139).

Penyebab pre-eklampsia sampai sekarang belum diketahui secara

pasti, tetapi teori ” Iskemia Implantasi Plasenta ” dianggap dapat

menenangkan sebagai gejala pre-eklampsia. Pada pemeriksaan darah

kehamilan normal terdapat peningkatan angiotensin, renin dan aidosteron

sebagai kompensasi, sehingga peredaran dan metabolisme berlangsung.

Pada pre-eklampsia terjadi penurunan angiotensin, renindan aldosteron

tetapi dijumpai oedema, hipertensi dan proteinuria.

Berdasarkan teori ” iskemia implantasi plasenta ”, bahan trofoblas

akan diserap kedalam sirkulasi yang dapat meningkatkan sensitivitas

terhadap angiotensin II, renin dan aldosteron, spasme pembuluh darah

arteri dan tertahannya garam dan air. ( Yulaikha, 2008, hal : 95).

6. Faktor predisposisi

a. Penyakit yang menyertai kehamilan : diabetes melitus

Pada kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan

karbohidrat yang menunjang pemasokan makanan bagi ibu dan janin

serta persiapan untuk menyusui. Glukosa dapat berdifusi secara tetap

melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah janin

(12)

Insulin ibu tidak dapat mencapai janin sehingga kadar gula ibu yang

mempengaruhi kadar pada janin. (Marmi, dkk, 2011, hal: 31)

b. Gangguan fungsi ginjal

Fungsi ginjal pada umunya dipertahankan hingga stadium lanjut,

namun mengalami kerusakan pada pre-eklampsia berat akibat

vasokonstriksi dan penurunan perfusi. Peningkatan kadar kreatinin

serum (dan proteinuria) mengindikasikan gangguan fungsi

glomerulus, sedangkan peningkatan kadar asam urat serum

mengidikasikan gangguan fungsi tubulus. Selain itu, terjadi

peningkatan produksi asam urat sekunder akibat iskemia jaringan.

Fungsi tubulus rusak sebelum terjadi gangguan fungsi tubulus, dan

peningkatan kadar asam urat serum serta hipertensi umumnya terjadi

sebelum proteinuria. (Mary, billington, 2010, hal : 126).

c. Keturunan keluarga

Ada faktor keturunan dengan model gen tunggal. Genotipe ibu lebih

menetukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan secara familial jika

dibandingkan dengan genotipe janin. Pada ibu yang mengalami

pre-eklampsia, 26% anak perempuannya mengalami pre-eklampsia pula,

sedangkan hanya 8% anak menantu mengalami pre-eklampsia.

(Sarwono, 2008, hal : 536).

d. Distansia rahim berlebihan : hidramnion, hamil ganda, molahidatidosa,

hamil ganda; wanita dengan kembar dua, bila dibandingkan dengan

gestasi yang tunggal, memperlihatkan insiden hipertensi gestasional

dan pre-eklampsia yang secara bermakna tinggi. ( Cuningham, 2006,

(13)

e. Obesitas

Karena terjadi penambahan berat badan yang tidak signifikan dalam

satu minggu, kenaikan berat badan 1kg atau lebih. (Marmi, dkk, 2011,

h:68).

f. Riwayat pre-eklampsia sebelumnya

Dampak iskemia plasenta akan menimbulkan perubahan-perubahan

yang dapat menjelaskan patogenesis hip[ertensi dalam kehamilan

selanjutnya. ( Sarwono, 2008, h:533).

g. Pekerjaan

Untuk megukur dan mengetahui tingkat sosial ekonomi. Wanita yang

tingkat sosial ekonominya lebih maju lebih jarang terjangkit pre-

eklampsia. ( Cuningham, 2006, h: 630).

h. Umur

Usia ibu kurang dari 18 tahun dan lebih dari 35 tahun merupakan faktor

predisposisi dari pre-eklampsia. ( Cuningham, 2006, h; 630).

7. Patofisiologi

Penyebab pre-eklamsi terjadi pada spasme pembuluh darah yang disertai

dengan Retensi Garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme

hebat arteriola Glomerolus. Pada beberapa kasus, lumen arteriole

sedemikian sempitnya sehingga nyata di lalui oleh satu sel darah merah.

Jadi jika semua arteriola di dalam tubuh mengalami spasme maka

tekanan darah akan naik, sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan

tekanan perifer agar oksigen jaringan dapat dicukupi. ( Marmi, dkk, 2011,

(14)

Penyebab preeklamsi pada kehamilan adalah hipertensi esensial dan

penyakit ginjal. Hipertensi esensial disebabkan oleh faktor lingkungan dan

emosi yang labil. Kehamilan dengan hipertensi esensial dapat

berlangsung sampai aterem tanpa gejala menjadi preeklamsi tidak murni.

Hanya sekitar 20% dapat menjadi preeklamsi/eklamsi tidak murni yang

disertai dengan gejala proteinuria, edema, dan terdapat keluhan nyeri

epigastrium, sakit kepala, pengelihatan kabur, dan mual serta muntah.

(manuaba,2010,h:335).

8. Tanda dan Gejala

Tanda-tanda Pre-Eklamsi ringan berdasarkan atas timbulnya hipertensi

disertai dengan proteinuria dan atau edema setelah 20 minggu.

a. Hipertensi : sistolik/diastolik > 140/90 mmHg, kenaikan sistolik > 30

mmHg dari kenaikan diastolik > 15 mmHg tidak dipakai lagi sebagai

kriteria preeklamsi.

b. Proteinuria > 300 mg/24 jam atau > 1 + dipstik

c. Edema : edema lokal tidak dimasukkan dalam kriteria preeklamsi,

kecuali edema pada lengan, muka dan perut.

Tanda-tanda Pre-Eklamsi berat bila ditemukan satu atau lebih

gejala-gejala sebagai berikut :

a. Tekanan darah sistolik > 160 mmHg dan tekanan darah diastolik >

110 mmHg. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil

sudah dirawat di rumah sakit dan sudah menjalani tirah baring.

(15)

c. Oliguria, yaitu urin produksi lebih dari 500cc/24 jam

d. Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran atas abdomen

e. Edema paru-paru dan sianosis

f. Pertumbuhan janin intrauterin terhambat

( Sarwono ,2008 ; hal 543 )

9. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan laboratotium

Pemeriksaan khusus berupa ECG ( eko kardiografi ) pemeriksaan

mata, dan pemeriksaan USG ginjal. Pemeriksaan laboratorium, ialag

fungsi ginjal, fungsi hepar, HB dan trombosit.

b. Pemeriksaan janin

Perlu dilakukan pemriksaan USG janin bila dicurigai IUGR, dilakukan

NST dan profil biofisik.

c. Pemeriksaan urin protein

Dilakukan untuk mendeteksi preotein sampai berapa dan apakah

menunjukan tanda-tanda pre-eklampsia berat atau bahkan eklampsia.

Protein uria adalah adanya 300mg protein dalam urin selama 24 jam

atau sama dengan lebih besar sama dengan 1+ dipstick.

(Sarwono Prawiroharjo, 2008, hal: 558).

10. Penatalaksanaan

a. Penanganan Pre-Eklampsia Ringan :

1) Kehamilan kurang dari 37 minggu

a) Memantau tekanan darah, urin ( untuk proteinuria ), refleks,

(16)

b) Memberikan konseling pada kepada pasien dan keluarganya

tentang tanda-tanda bahaya pre-eklampsia dan ekalmpsia

c) Menganjurkan ibu untuk lebih banyak beristirahat

d) Memberikan diet biasa ( tidak perlu diet rendah )

e) Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang

seminggu sekali

2) Kehamilan lebih dari 37 minggu

a) Jika servik matang, memecahkan ketuban dan melakukan

induksi persalinan dengan oksitosin atau prostaglandin.

Memantau denyut jantung janin dan his pada induksi

persalinan dengan prostaglandin.

b) Jika servik belum matang, melakukan pematangan dengan

prostaglandin atau kateter foley atau lakukan secto sesarea.

( Saifudin, 2008, h;211 )

3) Rawat jalan

a) Banyak istirahat (berbaring tidur miring)

b) Diet : cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam

c) Kunjungan ulang setiap 1 minggu

4) Jika dirawat di Puskesmas atau Rumah sakit

a) Pada kehamilan preterm (kurang 37 minggu)

(1) Jika Tekanan Darah mencapai normotensif selama

perwatan persalinan ditunggu sampai aterm

(2) Bila Tekanan Darah turun tetapi belum mencapai

normotensif selama perawatan maka kehamilannya dapat

(17)

b) Pada kehamilan aterm (lebih dari 37 minggu)

Persalinan ditunggu spontan atau dipertimbangkan untuk

melakukan induksi persalinan pada traksiran tanggal

persalinan.

5) Cara Persalinan

Persalinan dapat dilakukan spontan bila perlu memperpendek kala

II dengan bantuan bedah obstetri.

b. Penanganan Pre-Eklampsia Berat di Rumah Sakit

1) Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi

ditambah pengobatan medisinal.

2) Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan

ditambah pengobatan medisinal.

a) Perawatan aktif

Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap

penderita dilakukan fetal assesment ( NST&USG ).

Indikasi :

(1) Ibu

Usia kehamilan 36 minggu atau lebih. Adnya tanda-tanda atau

gejala eklampsia.

(2) Janin

Hasil fetal assessment jelek ( NST&USG ). Adanya tanda

IUGR.

(3) Laboratorium

Adanya “ HELLP syndrome “ ( hemolisis dan peningkatan

(18)

Sindrom HELLP biasanya muncul antara usia gestasi 32-34

minggu dari 30% kasus terjadi pada periode pascapartum.

Ibu yang menderita syndrome HELLP sering mengeluh nyeri

eoigastik, atau nyeri pada kuadran kanan atas, serta mual dan

muntah. Beberapa diantaranya mengalami gejala seperti

sindrom virus non-spesifik. Hipertensi dan proteinuria biasanya

tidak ada atau hanya sedikit abnormal. (Diane, 2008, h: 259)

(4) Kegagalan terapi konservatif yaitu setelah pengobatan

medikamentossa terjadi kenaikan tekanan darah atau setelah

24 jam terapi medikamentossa tidak ada perbaikan

Pengobatan medikamentossa yaitu :

(a) Segera masuk rumah sakit

(b) Tidur baring, miring kiri, tanda vital diperiksa setiap 30 menit,

reflek patella setiap jam

(c) Infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL

(60-125 cc/jam) 500cc.

(d) Antasida

(e) Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.

(f) Pemberian obat anti kejang : MgSO4 40% 5 gram IV

1. pelan-pelan dilanjutkan 5 gram dalam RL 500cc untuk 6

2. jam.

Sebelum pemberian MgSO4, periksa :

1)) Frekuensi pernafasan minimal 16x/menit

2)) Reflek patella +

(19)

Berhentikan pemberian MgSO4, jika :

1)) Frekuensi pernafasan < 16x/menit

2)) Reflek patella (-)

3)) Urin < 30ml/jam dalam 4jam terakhir

(g) Disuntik tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru,

payah jantung kongesif atau edema anasarka.

(h) Diberikan Furosemid injeksi 40mg/IV

(i) Antihipertensi diberikan jika tekanan darah sistolik 180 mmHg,

diastolik 110 mmHg. Dapat diberikan katapres ½-1 ampul IM

dapat diulang setiap 4jam, atau alfametildopa 3x250 mg dan

nifedipine sublingual 5-10 mg.

b) Perawatan Konservatif

(1) Indikasi : Bila kehamila preterm kurang 36 minggu tanpa disertai

tanda-tanda eklampsia dengan keadaan janin baik.

(2) Terapi medikamentosa : Sama dengan terap

Medikamentosa pada pengelolaan aktif.

Hanya loading dosis MgSO4 tidak diberikan intravena,

cukup intramuskular saja 4gram dibokong kiri dan 4 gram

pada bokong kanan. Kortikosteroid (oredexon im 2x10 mg).

Antibiotikum, diuretikum dan kardiotonikum hanya diberikan

atas indikasi.

(Achdiat, 2004, h: 6-7 & Rustam,M, 1998, h: 202-203)

c. Pengobatan hipertensi

Tujuan terapi antihipertensi pada pre-eklampsia dan eklampsia

(20)

tekanan darah tidak terkontrol sehingga menurunkan resiko hemoragi

serebri pada ibu, serta mempertahankan perfusi uteroplasenta

memungkinan oksigenasi janin. Terapi antihipertensi dapat

diindikasikan dengan peningkatan tekanan darah diastolik > 110

mmHg atau peningkatan tekanan darah sistolik >160 mmHg. erbagai

penelitian mengindikasikan bahwa tidak ada keberhasilan manfaat

penggunaan medikasi antihipertensi dalam pelaksanaan hipertensi

pada kehamilan.

1) Metildopa

Dipercaya aman untuk kehamilan, baik bagi ibu maupun janin

sehingga diagnosisnya dapat ditingkatkan menjadi 3 g per hari,

tetapi peningkatan dosi dapat menyebabkan mengantuk.

2) Hidralazin

Hidralazin cenderung menjadi obat pilihan dalam penatalaksanaan

intravena untuk hipertensi sedang hingga berat karena dapat

mengontrol tekanan darah pada 95% pasien pre-eklampsia.

Hidralazin merupakan obat antihipertensi vasodilator yang

kerjanya mencakup meningkatkan curah jantung dan frekuensi

jantung, merelaksasi otot polos. Efek samping meliputi penurunan

tekanan darah tajam dan tiba-tiba sehingga kewaspadaan

terhadap kesejahteraan janin harus dilakukan.

3) Labelatol

Labetalol sering kali dipertimbangkan sebagai penatalaksanaan

lini kedua pada kasus tekanan dara tinggi yang tidak terkontrol

(21)

menit, dengan efek puncak terjadi 10 hingga 20 menit. Durasi

kerja labelatol 45 menit dan 6 jam.

a) Bila labelatol perlu diberikan, dosis bolus intravena sebesar

20mg dapat diberkan dengan kecepatan aliran infus lambat.

b) Jika stabilitas tekanan darah tidak tercapai, dosis intermiten

selanjutnya dengan interval 10 menit (40 mg pada 10 menit

setelah dosis pertama, diiukti dengan 80 mg dan dosis

tambahan selanjutnya hingga dosis tambahan selanjutnya

hingga dosis maksimum 300 mg) dapat di berikan.

c) Beberapa unit dapat menggunakan infusi labelatol kontinu,

yang dapat diimplementasikan dengan kecepatan 1-2

mg/menit.

4) Nifedipin

Nifedipin harus digunakan dengan kewaspadaan dan dapat

diberikan per oral dengan dosis 1 mg. Respons terhadap nefidipin

harus ditunjukan dalam 30 menit setelah pemberian. Tujuan

nefidipin adalah mengurangi resistensi perifer dan kemudian

menurunkan tekanan darah. Nifedipin tidak boleh diberikan

bersamaan dengan magnesium sulfat karena risiko hipertensi

berat, kelemahan otot, dan gawat janin.

(Mary bilington, 2010, hal :136-139)

B. Tinjauan Asuhan Kebidanan

Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang

menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang

(22)

hamil, masa persalinan, nifas, bayi baru lahir, serta keluarga berencana. (PP

IBI, 2006, hal :126)

Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan

dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari

pengkajian analisa data, diagnosa, kebidanan, perencenaan, pelaksanaan

dan evaluasi. (PP IBI, 2006, hal :126).

Pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menggunakan manajemen

kebidanan yaitu 7 langkah Varney meliputi : pengkajian, interpretasi data,

diagnosa potensial, kebutuhan tindakan segera konsultasi dan kolaborasi,

rencana tindakan, pelaksanaan dan evaluasi.

Langkah I : Pengkajian

Pengkajian adalah pengumpulan data tentang status kesehatan klien

dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Data yang diperoleh

dicatat dan sistematis. (PP IBI, 2006, hal : 136).

1. Data Subyektif

Adalah data yang diperoleh dari keluhan pasien baik secara langsung

dengan pasien ataupun dengan keluarga.

2. Data Obyektif

Adalah data yang diperoleh dari pemeriksaan secara langsung yaitu

meliputi pemeriksaan fisik, status presen, status obstretikus dan

pemeriksaan penunjang.

Langkah II : Interpretasi data

Langkah kedua bermula dari data dasar yang kemudian diproses

menjadi masalah atau diagnosa serta kebutuhan perawatan kesehatan yang

(23)

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam

lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa

kebidanan.

(Helen Varney, 2007, hal : 27)

Langkah III : Diagnosa potensial

Yaitu berkenaan dengan tindakan antisipasi, pencegahan jika

memungkinkan, menunggu dengan waspada penuh, dan persiapan terhadap

semua keadaan yang mungkin muncul. Langkah ini adalah langkah yang

sangat penting dalam memberi perawatan kesehatan yang aman. (Helen

Varney, 2007, hal : 27).

Langkah IV : Kebutuhan tindakan segera atau kolaborasi dan konsultasi

Sebagian data yang mengidikasikan sebuah situasi kedaruratan yang

mengharuskan bidan mengambil tindakan secara cepat untuk

mempertahankan keadaan ibu dan janinnya. Kebutuhan tindakan segera

pada ibu hamil pre-eklampsia adalah menempatkan ibu di ruang isolasi,

kolaborasi dengan dokter obgyn untuk pemberian terapi obat dan injeksi.

(Helen Varney, 2007, hal : 27).

Langkah V : Menyusun rencana asuhan yang menyuluruh

Rencana asuhan kebidanan dapat dibuat berdasarkan diagnosa

kebidanan. Langkah ini merupakan pengembangan masalah atau diagnosis

yang diidentifikasi baik pada saat ini maupun yang dpat diantispasi pada

perawatan kesehatan yang dibutuhkan. (Helen Varmey, 2007, hal : 28).

Langkah VI : Pelaksanaan langkah asuhan dengan efisien dan aman

Tindakan kebidanan dilaksanakan berdasarkan rencana dan

(24)

keseluruhan oleh bidan atau dilakukan sebagaian oleh ibu atau orang tua,

bidan atau tenaga kesehatan lainnya. (Helen Varney, 2007, hal : 28)

Langkah VII : Evaluasi

Evaluasi asuhan kebidanan dilaksanakan terus menerus seiring

dengan tindakan kebidanan yang dilaksanakan dan evaluasi dari rencana

yang telah di rumuskan. ( PP IBI, 2006, hal :138)

Tinjauan asuhan kebidanan pada pre-eklampsia adalah :

PENGKAJIAN

Pengkajian adalah pengumpulan data tentang status kesehatan pasien

dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, data yang diperoleh

dicatat dan dianalisa. ( PP IBI, hal :136)

1. Data Subjektif

a. Identitas Klien

Umur: Usia ibu lebih dari 35 tahun merupakan faktor predisposisi dari

pre-eklampsia ( Cuningham, 2006, hal :630)

Pekerjaan: Untuk mengukur dan mengetahui tingkat sosial ekonomi.

Wanita yang tingkat sosial ekonominya lebih maju lebih jarang

terjangkit pre-eklampsia. ( Cuningham, 2006, hal :630)

Alamat: Agar mempermudah melakukan kunjungan rumah bila perlu

diperlukan dan jika tempat tinggal berada di dataran tinggi, maka

dapat meningkatkan insidean pre-eklampsia. ( Cuningham, 2006, hal :

630)

b. Keluhan Utama : Pada ibu hamil dengan pre-eklampsia biasanya

(25)

hal ini disebabkan karena adanya edema serebral dan hemoragik

serta peningkatan susunan saraf pusat, pandangan mata kabur

disebabkan karena vasospasme arteriola dan penurunan aliran darah

ke retina dan adanya tekanan pada kapsula hepar dapat

menimbulkan nyeri pada ulu hati. ( Mitayani, 2011, h:16)

c. Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan dahulu

Riwayat kesehatan pasien perlu dikaji mengenai ada tidaknya

penyakit yang menyertai kehamilan, seperti : diabetes melitus,

jantung, HIV/AIDS, hipertensi kronik merupakan faktor predisposisi

pre-eklampsia. (Varney, 2002, hal: 166)

2) Riwayat kesehatan sekarang

Penyakit diabetes melitus, anemia, hipertensi kronik dan penyakit

ginjal dapat memacu timbulnya pre-eklampsia. ( Yulianingsih,

2009, h:96)

3) Riwayat kesehatan keluarga

Wanita mempunyai resiko 2 kali lebih besar menderita

pre-eklampsia apabila ibunya atau saudara perempuannya

mempunyai riwayat pre-eklampsia. (Varney, 2002, h: 166)

d. Riwayat Obstetri

1) Riwayat Haid

Haid pertama haid terkahir ( HPHT) wanita harus nggal HPHT

supaya dapat ditaksir umur kehamilan dan hari perkiraan lahir.

(26)

Hubungannya dengan pre-eklampsia adalah pada ibu hamil

dengan pre-eklampsia timbul pada umur kehamilan > 20 minggu,

hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu masih

di diagnosa hipertensi kronis. (Morgan, 2009, h:364)

2) Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu

Pre-eklampsia akan lebih banyak terjadi pada primigravida, karena

pertama terpapar jaringan janin dan pada ibu hamil dari pasangan

baru karena materi genetik, meskipun jumlahnya juga meningkat

pada multipara (Varney, 2002, hal: 166)

3) Riwayat kehamilan sekarang

Perlu dikaji untuk mengetahui adanya Distansia rahim berlebihan :

hidramnion, hamil ganda, molahidatidosa,dan hamil ganda, karena

merupakan salah satu faktor terjadinya pre-eklampsia. (

Cuningham, 2006, h: 630)

4) Riwayat perkawinan

Perlu di kaji untuk mengetahui lama perkawinanan dan usia

pertama kali menikah, karena usia mudan dan terlalu tua

merupakan faktor resiko dari pre-eklampsia. (Cuningham, 2006, h:

630)

e. Data psikososial, kultuiral, spiritual

Menilai respon ibu dan keluarga terhadap kehamilannya dan

mengkaji ketaatan ibu dalam beribadah serta budaya yang menyertai

(27)

Psikologis ibu yang menderita pre-eklampsia berada dalam

kondisi labil dan mudah marah, karena ibu merasa khawatir akan

keadaan dirinya dan keadaan janin dalam kandungannya, ibu hamil

dengan pre-eklampsia tajut jika anaknya nanti lahir cacat atau

meninggal, sehingga ibu hamil dengan pre-eklampsia takut untuk

melahirkan. (Mitayani, 2011, hal:19)

f. Pola kebutuhan sehari-hari

1) Pola nutrisi

Untuk mengetahaui pola makan dan minum ibu serta apa

saja jenis makanan atau minuman yang biasa dikonsumsi ibu

selama hamil, adakah pertambhan porsi makan berlebihan,

karena porsi makan yang berlebihan dapat mengakibatkan

obesitas, dan obesitas merupakan salah satu faktor resiko

pre-eklampsia. ( Varney, 2002, hal :166).

2) Pola eliminasi

Untuk mengetahui frekuensi dan konsistensi feases ibu,

serta melihat frekuensi BAK, pada ibu dengan pre-eklampsia berat

biasanya terjadi oliguria (jumlah urin <500cc/2jaqm). (Marmi, dkk,

2011).

3) Pola aktivitas

Untuk mengetahui aktivitas ibu selama hamil, pada ibu

pre-eklampsia apabila terlalu lelah maka akan dapat memperbueuk

(28)

4) Pola istirahat

Untuk mengetahui apakah kebutuhan istirahat dan tidur ibu

sudah tercukupi atau belum, karena pada ibu dengan

pre-eklampsia membutuhkan istirahat yang cukup. (Varney, 2002)

5) Personal hygene

Untuk mengetahui pola personal hygene ibu, apakah ibu

selama kehamilannya rajin mandi, keramas, sikat gigi dan

melakukan kebersihan hygene yang lainnya. (Mufdlilah, 2009)

2. Data Obyektif

a. Keadaan Umum

Untuk mengethaui kondisi pasien, apakah dalam keadaan

baik, cukup atau lemah. Pada ibu dengan pre-eklampsia biasanya

keadaan umunya cukup/lemah. (Mitayani, 2011, hal :16)

b. Tingkat Kesadaran

Untuk mengetahui tingakat kesadaran pasien dengan

pre-eklampsi. Apakah masih dalam keadaan batas normal atau tidak.

Kesadaran baru dapat dinilai bila pasien tidak tidur. Penilaian

kesadaran dinyatakan sebagai :

1) Komposmentis : Pasien sadar sepenuhnya dan memberi

respons yang adekuat terhadap semua stimulus

(29)

2) Apatik : Pasien dalam keadaan sadar, tetapi acuh tak

acuh terhadap keadaan sekitarnya, ia akan

memberikan respons yang adekuat bila diberika

stiimulus.

3) Somnolen : Yakni tingkat kesadaran yang lebih rendah

daripada apatik, pasien tampak mengantuk,

selalu ingin tidur, ia tidak responsif terhadap

stimulan ringan, tetapi masih memberikan

respons terhadap stimulus yang agak keras,

kemudian tertidur lagi.

4) Sopor : Pada keadaan ini pasien tidak memberikan

respons ringan maupun sedang, tetapi masih

memberi sedikit respon terhadap stimulus yang

kuat, refleks pupil terhadap cahay masih positif.

5) Koma : Pasien tidak dapat bereaksi terhadap stimulus

apapun, refleks pupil terhadap cahay tidak ada,

ini adalah tingkat kesadaran yang paling

rendah.

6) Delirium : Keadaan kesaran yang menurun serta kacau,

biasanya disertai dengan disorientasi, iritatif,

dan salah presepsi terhadap rangsangan

sensorik hingga terjadi halusinasi.

(30)

c. Tanda-tanda Vital

1) Tekanan darah

Pada pre-eklampsia ringan ditemukan tekanan darah 140/90

mmHg, pada pre-eklampsia berat ditemukan tekanan darah

>160/110 mmHg. (Marmi, dkk, 2011)

2) Respirasi

Dilakukan untuk menilai frekuensi pernafasan dan irama

pernafasan pasien apakah dalam batas normal atau tidak. Apabila

nafas ibu pendek, kemungkinan adanya edema paru dan ini

merupakan salah satu faktor tanda pre-eklampsia. (Sarwono,

2006. H:284).

d. Berat Badan

Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat apakah kenaikan berat

badan ibu setiap trimesternya masih dalam batas normal/ tidak.

Kenaikan berat badan ½ kg setiap minggu dalam kehamilan masih

dianggap normal, tetapi bila kenaikan 1kg setiap minggu

berturut-turut, harus diwspadai adanya pre-eklampsia. (Sarwono, 2006, h:282).

e. Tinggi Badan

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah ibu dalam

keadaan normal atau tidak. Selain untuk mengetahui apakah panggul

ibu dalam keadaan sempit atau tidak, juga untuk mengetahui berat

badan ibu sesuai dengan tinggi badan ibu atau tidak. Karena faktor

lain dari pre-eklampsia adalah obesitas. ( Abdul Latief, dkk, 2009,

(31)

f. Status Presen

1) Rambut dan kulit kepala

Pemeriksaan ini dilakukan agar dapat melihat apakah kulit kepala

ibu dalam keadaan bersih atau tidak , dan warna rambut ibu,

kemudian rontok atau tidak yang berhubungan dengan status gizi

ibu. ( Varney, 2007, h: 35).

2) Muka

Pemeriksaan ini dilakukan agar dapat melihat apakah muka

pasien terlihat pucat, dan menilai adakah edema atau tidak,

karena edema pada muka merupakan gejala dari pre-eklampsia.

(Manuaba, 2007, hal :161).

3) Mata

Pemeriksaan pada konjungtiva apakah ada tanda anemia atau

tidak, menilai adanya ikhterik atau tidak pada sklera. ( Sarwono,

2006, h: 289).

4) Telinga

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya serumen

atau tidak, atau adanya cidera pada telinga. ( Varney, 2007, h:

36).

5) Hidung

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada polip

atau tidak dan keadaan lubang hidung dalam keadaan bersih atau

(32)

6) Mulut

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui bibir dalam keadaan

pucat atau tidak, adanya karies pada gigi atau tidak, adanya

stomatitis atau tidak, dan adanya pembesaran tonsil atau tidak,

yang dapat menimbulkan penyakit lain pada kehamilan. (Varney,

2007, h:36).

7) Leher

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya pembesar

kelenjar thyroid dan pembesaran pada vena jugularis atau tidak.

(Varney, 2007, h:37).

8) Abdomen

Menilai adanya pembesaran hati dan limpa serta adakah nyeri

pada pinggang. Melihat adanya pembesaran perut, terdapat

hiperpigmentasi dinding abdomen (striae gravidarum dan linea

nigra), serta adakah luka bekas operasi atau tidak. Pada

pre-eklampsia sering terjadi peningkatan tonus rahim. (Manuaba,

2007, h: 163).

9) Ekstermitas

Untuk menilai adakah edema pada ekstremitas, edema pada kaki

dan tangan merupakan salah satu tanda pre-eklampsia,

vasospasme yang didasarkan pada pengamatan langsung

pembuluh darah halus di dasar kuku, fundus okuli, dan konjungtiva

bulbar, dan diperkirakan dari perubahan histologis yang dijumpai

diberbagai organ yang terkena. Selain itu juga menilai adanya

(33)

10) Perkusi

Reflek patella dilakukan pada lutut dipukul dengan tendon reflek

hamer, respon normal berupa gerakan plantar flexi kaki.. menurut

Lionel Ginsberg, (2008) h:48 derajat reflek patella (tendon)

dipresentasikan secara simbolis dengan :

(1) +++ : sangat meningkat/sangat cepat

(2) ++ : meningkat/cepat

(3) + : positif

(4) + : dengan manuver penguatan

(5) 0 : tidak ada

(6) CL : klonus

Pada ibu yang menderita pre-eklampsia biasanya mengalami rasa

cemas sehingga reflek patella meningkat/cepat dengan simbol ++.

(Jurwono, 2004, h: 62)

g. Status Obsteric

1) Pemeriksaan payudara

Payudara pada ibu hamil yaitu nampak menjadi lebih besar,

aerola mengalami hiperpigmentasi, hitam, puting susu semakin

menonjol.

Pengeluaran ASI belum berlangsung karena prolaktin belum

berfungsi, karena mengalami hambatan prolaktin, tetap[\i setelah

persalinan hambatan prolaktin tidak ada sehingga pembuatan ASI

(34)

2) Pemeriksaan abdomen

Pemeriksaan leopold pada ibu hamil dengan pre-eklampsia

biasanya normal tidak ada kelainan, yang biasanya ditemukan

kelainan pada pemeriksaan leopold yaitu pada pemeriksaan

leopold II, yang disebabkan karena tumor pada pelvis, kesempitan

panggul, kelainan bentuk uterus dan grandmultipara.

Menurut Manuaba (2010)

Leopold I : menentukan tinggi fundus uteri, bagian janin dalam

fundus, dan konsistensi fundus.

Variasi Knebel : menentukan letak kepala atau bokong dengan

satu tangan difundus dan tangan lain diatas simfisis.

Leopold II : menentukan batas samping rahim kanan-kiri,

menentukan letak punggung janin, pada letak lintang ditentukan

dimana kepala janin.

Variasi Budin : menentukan letak punggung dengan satu tangan

menekan difundus.

Leopold III : menentukan bagian terbawah janin, apakah bagian

terbawah janin sudah masuk atau masih dapat digoyang.

Variasi Ahlfeld : menentukan letak punggung dengan pinggir

tangan kiri diletakkan tegak diatas perut.

Leopold IV : menentukan bagian terbawah janin dan berapa jauh

janin sudah masuk PAP.

Pada pengukuran TFU bisa ditemukan pembesaran uterus yang

(35)

molahidatidosa atau oligohidramnion, hal ini dapat menyebabkan

terjadinya pre-eklampsia. (Manuaba, 2007, h: 167).

3) Pemeriksaan Denyut Jantung Janin (DJJ)

Denyut jantung janin dapat dideteksi dengan auskultasi

menggunakan stetoskop rata-rata pada usia kehamilan

17-19minggu. Sedangkan dengan menggunakan peralatan Doopler

yang tepat, kerja jantung janin hampir selalu dapat dideteksi pada

usia kehamilan 10minggu. Frekuensi denyut jantung janin pada

tahap ini dan sesudahnya berkisar antara 120-160 dpm

(Cuningham, 2006).

h. Pemeriksaan Penunjang

Melakukan pemeriksaan laboratorium apabila diperlukan, pada ibu

hamil yang mengalami pre-eklampsia biasanya dilakukan

pemeriksaan protein urin. Proteinuria pada ibu hamil dengan

pre-eklampsia adalah +, ++, +++ atau ++++ pada pemeriksaan kualitatif.

(Sarwono, 2007, hal: 543).

Pemeriksaan khusus berupa ECG ( eko kardiografi), pemeriksaan

mata, dan pemriksaan USG ginjal. Pemeriksaan laboratorium lain

ialah fungsi hepar, fungsi ginjal, HB dan trombosit. Pemeriksaan janin

perlu dilakukan dengan ultarsonografi janin. (Sarwono, 2007, h: 558).

Intrepetasi Data

1. Diagnosa Kebidanan

Ny. Umur tahun, Usia kehamilan … minggu, G P A. Janin tunggal/ganda

hidup intra uteri, punggung kanan/kiri dengan pre-eklampsia ringan.

(36)

Subyektif :

a. Usia ibu lebih dari 35 tahun merupakan factor predisposisi dati

pre-eklampsia. ( Cuningham, 2006, h: 636)

b. Peningkatan insiden pre-eklampsia-eklampsia pada ibu baru atau

primigravida karena pertam kali terpapar jaringan janin pada ibu

hamil dari pasangan baru karena materi genetik yang baru. (Bobak,

2005, h: 631).

c. Pre-eklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu

kehamilan disertai dengan proteinuria. (Sarwono, 2008, h; 531).

d. Untuk pasien pre-eklampsia akan mengeluh seperti sakit kepala, nyeri

epigastrum, gangguan visual (pada pre-eklampsia berat). (Sarwono,

2006, h: 287).

e. Peningkatan berat badan 1kg atau lebih dalam satu minggu.

(Manuaba, 2011, h:265).

Obyektif: Pada hasil pemeriksaan ibu dengan pre-eklampsia ringan, akan

ditemukan tekanan darah tinggi, ditemukan proteinuria pada pemeriksaan

laboratorium, dan reflek patella meningkat. ( Marmi, dkk, 2011).

a. Pada pre-ekjlampsia ringan ditemukan tekanan darah > 140/90

mmHg, pada pre-eklampsia berat ditemukan tekanan darah > 160/110

mmHg. (Taufan Nugroho, 2010, h: 78).

b. Proteinuria pada ibu hamil dengan pre-eklampsia ringan adalah 1+

sampai 2+, pada pemeriksaan kualitatif. (varney, 2002, h:166).

c. Pada ibu hamil dengan pre-eklampsia ringan terjadi hiperrefleksia

(37)

2. Masalah

Ibu merasa cemas dengan keadaannya.

Diagnosa potensial

a. Potensial bagi ibu dengan pre-eklampsia ringan ádalah pre-eklampsia

berat

b. Potencial pada janin ádalah dapat mengakibatkan IUFD

Identifikasi Tindakan Segera, Kolaborasi dan Konsultasi

Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk membuat perencanaan

tindakan.

3. Perencanaan

Perencanaan Asuhan Kebidanan berkaitan dengan diagnosa kebidanan

dan masalah :

a. Pre-eklampsia Ringan

1) Kehamilan kurang dari 37 minggu

a) Pantau tekanan darah, urin (utnutk proteinuria), refleks, dan konisi

janin.

b) Pantau DJJ

c) Berikan konseling kepada pasien dan keluarganya tentang

tanda-tanda pre-eklampsia dan eklampsia.

d) Anjurkan lebih banyak istirahat

e) Berikan diet biasa ( tidak pelu diet rendah)

f) Anjurkan seminggu sekali kunjungan ulang

2) Kehamilan lebih dari 37 minggu

a) Jika servik matang, pecahkan ketuban dan induksi dengan

(38)

b) Jika servik belum matang, lakukan dengan prostaglandin atau

kateter coley atau lakuka sectio sesaria.

( Saifudin, 2008, h;211 )

3). Rawat jalan

a) Banyak istirahat (berbaring tidur miring)

b) Diet : cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam

c) Kunjungan ulang setiap 1 minggu

4) Jika dirawat di Puskesmas atau Rumah sakit

a) Pada kehamilan preterm (kurang 37 minggu)

(1) Jika Tekanan Darah mencapai normotensif selama perwatan

persalinan ditunggu sampai aterm

(2) Bila Tekanan Darah turun tetapi belum mencapai normotensif

selama perawatan maka kehamilannya dapat diakhiri pada

kehamilan lebih dari 37 minggu

b) Pada kehamilan aterm (lebih dari 37 minggu)

Persalinan ditunggu spontan atrau dipertimbangkan untuk

melakukan induksi persalinan pada traksiran tanggal persalinan.

(Marmi, dkk, 2011, h:69-70)

b. Pre-eklampsia berat

1) Rujuk ibu ke rumah sakit

2) Anjurkan ibu tidur baring, miring kiri, tanda vital diperiksa setiap

30 menit, reflek patella setiap jam

3) Infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL

(60-125 cc/jam) 500cc.

(39)

5) Anjurkan diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.

6) Berikan obat anti kejang : MgSO4 40% 5 gram IV pelan-pelan

dilanjutkan 5 gram dalam RL 500cc untuk 6 jam.

Sebelum pemberian MgSO4, periksa :

1)) Frekuensi pernafasan minimal 16x/menit

2)) Reflek patella +

3)) Urin minimal 30ml/jam dalam 4 jam terakhir

Berhentikan pemberian MgSO4, jika :

1)) Frekuensi pernafasan < 16x/menit

2)) Reflek patella (-)

3)) Urin < 30ml/jam dalam 4jam terakhir

7) Disuntik tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru,

payah jantung kongesif atau edema anasarka.

8) Berikan Furosemid injeksi 40mg/IV

9) Antihipertensi diberikan jika tekanan darah sistolik 180 mmHg,

diastolik 110 mmHg. Dapat diberikan katapres ½-1 ampul IM dapat

diulang setiap 4jam, atau alfametildopa 3x250 mg dan nifedipine

sublingual 5-10 mg.

c. Berkaitan dengan diagnosa masalah :

1. Perencanaan yang dibuat untuk masalah perubahan

psikologi/rasa cemas yaitu :

a. Beri motivasi pada ibu untuk mengurangi rasa cemas dan rasa

(40)

b. Libatkan keluarga untuk memberi motivasi kepada ibu untuk

mengurangi kecemasaan dan rasa takut denga keadaan ibu

dan janinnya.

c. Atasi masalah kelelahan ibu.

2. Pelaksanaan

a. Pre-eklampsia ringan

1) Kehamilan kurang dari 37 minggu

a) Memantau tekanan darah, urin ( untuk proteinuria ),

refleks, dan kodisi janin.

b) Memberikan konseling pada kepada pasien dan

keluarganya tentang tanda-tanda bahaya

pre-eklampsia dan ekalmpsia

c) Menganjurkan ibu untuk lebih banyak beristirahat

d) Memberikan diet biasa ( tidak perlu diet rendah )

e) Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang

seminggu sekali

2) Kehamilan lebih dari 37 minggu

a) Jika servik matang, memecahkan ketuban dan

melakukan induksi persalinan dengan oksitosin atau

prostaglandin. Memantau denyut jantung janin dan his

pada induksi persalinan dengan prostaglandin.

b) Jika servik belum matang, melakukan pematangan

dengan prostaglandin atau kateter foley atau lakukan

(41)

3) Rawat jalan

a) Mengajurkan ibu untuk banyak istirahat (berbaring tidur

miring).

b) Menganjurkan ibu untuk diet : cukup protein, rendah

karbohidrat, lemak dan garam.

c) Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang

setiap 1 minggu.

4) Jika dirawat di Puskesmas atau Rumah sakit

a) Pada kehamilan preterm (kurang 37 minggu)

(1) Memantau tekanan darah, jika tekanan darah

mencapai normotensif selama perwatan persalinan

ditunggu sampai aterm

(2) Memantau tekanan darah, apabila tekanan darah

turun tetapi belum mencapai normotensif selama

perawatan maka kehamilannya dapat diakhiri pada

kehamilan lebih dari 37 minggu

b) Pada kehamilan aterm (lebih dari 37 minggu)

Memantau persalinan ditunggu secara spontan atrau

dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan

pada traksiran tanggal persalinan.

b. Pre-eklampsia Berat

1) Menganjurkan ibu untuk ke rumah sakit

2) Menganjurkan ibu tidur baring, miring kiri, tanda vital

(42)

3) Memasang infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi

dengan infus RL (60-125 cc/jam) 500cc.

4) Memberikan antasida.

5) Menganjurkan ibu diet cukup protein, rendah karbohidrat,

lemak dan garam.

6) Pemberian obat anti kejang : MgSO4 40% 5 gram IV

pelan-pelan dilanjutkan 5 gram dalam RL 500cc untuk 6 jam.

Sebelum pemberian MgSO4, periksa :

a) Frekuensi pernafasan minimal 16x/menit

b) Reflek patella +

c) Urin minimal 30ml/jam dalam 4 jam terakhir

Berhentikan pemberian MgSO4, jika :

a) Frekuensi pernafasan < 16x/menit

b) Reflek patella (-)

c) Urin < 30ml/jam dalam 4jam terakhir

7) Disuntik tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema

paru, payah jantung kongesif atau edema anasarka.

8) Diberikan Furosemid injeksi 40mg/IV.

9) Antihipertensi diberikan jika tekanan darah sistolik 180

mmHg, diastolik 110 mmHg. Dapat diberikan katapres ½-1

ampul IM dapat diulang setiap 4jam, atau alfametildopa

3x250 mg dan nifedipine sublingual 5-10 mg.

c. Berkaitan dengan diagnosa masalah

1. Perencanaan yang dibuat untuk masalah perubahan

(43)

a. Memberi motivasi pada ibu untuk mrngurangi kecemasan

dan rasa takut yang berhubungan dengan keadaan diri

dan janinnya.

b. Melibatkan keluarga untu8k memberi motivasi kepada

pasien untuk mengurangi rasa kecemasan dan rasa

takut dengan keadaan diri sendiri dan janinnya

c. Memberitahu kepada ibu untuk lebih banyak istirahat,

kurangi aktivitas, dan mengajurkan ibu saat tidur

sebaiknya miring kiri

2. Evaluasi

Evaluasi yaitu umpan balik dari pelaksanaan yang telah

dilakukan

a. Pada umur kehamilan kurang dari 37 minggu evaluasi

yang diharapkan ibu hamil yaitu bisa melanjutkan

kehamilannya dalam keadaan yang telah membaik

dengan tekanan darah turun

b. Pada umur kehamilan lebih dari 37 minggu merupakan

kehamilan yang sudah aterm sebagai indikasi

dilakukannya induksi persalinan, setelah dilakukan

induksi persalinan diharapkan terdapat tanda-tanda

(44)

DATA PERKEMBANGAN

Hasil yang diharapkan pada pre-eklampsia ringan yaitu

DS :

a. Tidak ada gangguan pengelihatan

b. Tidak merasakan sakitnya kepala

c. Tidak merasakan nyeri perut bagian bawah

DO :

a. Tekanan darah < 140/90 mmHg

b. Tidak terjadi oliguria ( urin kurang dari 400 cc per 24 jam )

c. Oedem kaki berkurang

d. Protein urin negatif

(Marmi, dkk, 2011)

Assesment :

Ny...Umur...tahun, Usia kehamilan...mnggu, G P A , janin hidup intra uteri,

punggung kanan/kiri dengan pre-eklampsia ringan

Planning :

a. Memantau kesadaran umum ibu

b. Menilai perkembangan dan perubahan setiap dilakukan tindakan

c. Melakukan pemeriksaan abdomen

d.Menganjurkan ibu untuk istirhat normal

e. Memberikan obat anti hipertensi, nifedipin 3x10 mg/hari

C. Landasan Hukum

Berdasarkan Peraturan Mentri Kesehatan Repunlik Indonesia Nomor

(45)

1. Pasal 9 :

Bidan dalam menjalankan prektik, berwewenang untuk memberikan

pelayanan yang meliputi :

a. Pelayanan kesehatan ibu

b. Pelayanan kesehatan anak, dan

c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana

2. Pasal 10

a. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf

a diberikan pada masa para hamil, kehamilan , masa persalinan,

masa nifas, masa menyusui dan masa anatara dua kehamilan.

b. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi :

1) Pelayanan konseling pada masa pra hamil

2) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal

3) Pelayanan persalinan normal

4) Pelayanan ibu nifas normal

5) Pelayanan ibu menyusui

6) Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan

c. Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) berrwenang untuk :

1) Episiotomi

2) Penajhitan luka derajat I dan II

3) Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan

4) pemberian tablet Fe pada ibu hamil

(46)

6) fasilitas/bimbingan inisiasi menyusi dini dan promosi air susu ibu

eksklusif

7) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala III dan

postpartum

8) Penyuluhan dan konseling

9) Bimbingan pada kelompok ibu hamil

10) Pemberian surat kematian, dan

11) Pemberian surat keterangan cuti bersalin

3. Pasal 18

a. Dalam melaksanakan praktik/kerja, bidan berkewajiban untuk :

1) Menghormati hak pasien

2) Memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien dan

pelayanan yang dibutuhkan

3) Meruju kasus yang bukan kewenangannya atau tidak dapat

ditangani dengan tepat waktu

4) Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan

5) Mentimpan rahasia pasien sesuia dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan

6) Melakukan persetujuan asuhan kebidanan dan pelayanan lainnya

secara sistematis

7) Mematuhi standar, dan

8) Melakukan pencatatan dan pelaporan penyelenggaran praktik

kebidanan termasuk pelaporan kelahiran dan kematian

b. Bidan dalam menjalankan praktik/kerja senantiasa meningkatakan

(47)

pengetahuan teknologi melalui pendidikan an pelatihan sesuai dengan

bidang tugasnya

c. Bidan dalam menjalankan praktik kebidanan harus membantu

program pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat

Standar Pelayanan Kebidanan

a. Standar Pelayanan Antenatal meliputi :

1) Standar 3 : kllasifikasi ibu hamil

Tujuan : mengenali dan memotivasi ibu hamil untuk memeriksakan

kehamilannya.

Pelayanan standar :

Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan

masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan

memotivasi ibu, suami dan anggota keluarga agar mendukung ibu

untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur.

2) Standar 4: Pemeriksaan dan pemantauan antenatal

Tujuan : Memberikan pelayanan antenatal berkualitas dan deteksi

dini komplikasi kehamilan.

Pelayanan standar :

Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal.

Pemeriksaan meliputi, anamnesa, pemeriksaan ibu dan janin

dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan

berlangsung normal ataua tidak. Bidan juga harus mengenal

kehamilan resti / kelainan pada kehamilan. Terutama anemia,

(48)

keszehatan serta tugas berkaitan dengan lainnya yang diberikan

oleh puskesmas. Bidan harus mencatat data yang tepat pada

setiap kunjungan. Bila ditemukan kelainan, mereka harus mampu

mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk

tindakan selanjutnya.

3) Standar 6 : Palpasi Abdomen

Tujuan : Memperkirakan usia kehamilan, pemantauan

pertumbuhan janin, pemantauan letak, posisi, dan bagiah

terbawah janin.

Pernyataan standar :

Bidan melakukan pemeriksaan abdomen dengan seksama dan

melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan. Bila

umur kehamilan bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah,

dan masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul untuk

mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.

4) Standar 7 : Pengelolaan dini terhadap hipertensi dalam kehamilan

Tujuan : Mengenali dan menemukan secara dini hipertensi pada

kehamilan dan melakukan tindakan yang diperlukan

Pernyataan standar :

Bidan menemukan secra dini setiap kenaikan tekanan darah pada

kehamilan dan mengenali tanda serta gejala pre-eklampsia

(49)

b. Kompetensi Bidan

Kompetensi ke-3

Bidan memberikan asuhan antenatal bemutu tinggi untuk

mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan deteksi dini,

pengobatan atau rujukan dari komplikasi tertentu.

Pengetahuan dasar:

Point 10: Mengenal tanda dan gejala anemia ringan dan berat,

hipertensi geavidarum, kehamilan ektopi terganggu, abortus

imminens, mola hidatidosa, kehamilan ganda, kelainan letak dan

pre-eklampsia.

Pengetahuan tambahan :

1) Tanda dan gejala, indikasi rujukan pada komplikasi tertentu dalam

kehamilan seperti asma, infeksi, HIV, PMS, diabeyes, kelainan

jantung, postmatur.

2) Akibat dan penyakit kronis dan akut yang disebutkan diatas bagi

kehamilan dan janinnya.

Keterampilan dasar:

Point 6 : Menilai keadaan janin selama kehamilan termasuk detak

jantung janin dengan menggunakan fetoskop (pinnard)

dan gerakan janin dengan palpasi uterus.

Point 8 : Mengakji keniakan berat badan ibu dan hubungannya

dengan komplikasi kehamilan.

Point 10 : Melakukan penatalaksanaan kehamilan dengan anemia

ringan, hiperemesis gravidarum tingkat 1, abortus

(50)

Ketrampilan Tambahan:

Point 1 : Menggunakan doppler untuk memantau DJJ

Point 2 : Memberikan pengobatan dan atau kolaborasi terhadap

penyimpangan dari keadaan normal dengan

menggunakan standar local dan sumber daya yang

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian adalah citra harga berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap sikap konsumen, suasana toko berpengaruh secara positif dan

Konsumsi makan sehari-hari harus mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah (porsi) yang sesuai dengan kebutuhan setiap orang?. Jenis makanan dan anjuran porsi yang

Pada IKM keramik putaran mesin yang digunakan sekitar 40 rpm sampai 60 rpm. Sedangkan pada penelitian ini, putaran mesin dapat diatur dengan menggunakan inverter

Untuk tujuan ini, baik Fakultas maupun Sekolah menyediakan sumber daya akademik maupuan sumber daya pendukung akademik (laboratorium, studio, perpustakaan), bukan

Kedudukan Dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah Perumusan Isu Strategis Analisis lingkungan internal Analisis lingkungan eksternal Perumusan Tujuan, Sasaran, Strategi,

Click to view Web Link, click Chapter 5, Click Web Link from left navigation, then click Touchpad and Pointing Stick below Chapter 5?. Other

Raymond's unique characterisation of Father Christmas is based on his father - &#34;Father Christmas and the milkman both have wretched jobs: working in the cold, wet and dark.&#34;

Tabel 5.3 Realisasi Pendapatan Pemerintah Kabupaten Minahasa Menurut Jenis Pendapatan (juta rupiah), 2012-2015. Sumber: Kabupaten Minahasa Dalam Angka