• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNIK PEMBEBASAN JALAN NAFASs.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TEKNIK PEMBEBASAN JALAN NAFASs.pdf"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNIK PEMBEBASAN JALAN NAFAS

MAKALAH

Oleh Kelompok 3

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER

(2)

i

TEKNIK PEMBEBASAN JALAN NAFAS Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Ilmu Keperawatan Klinik IA (IKK IA) Dosen Pembimbing: Ns. Siswoyo, S.Kep., M.Kep

NIP 198004122006041002 oleh: Gafinda Andri A 142310101006 Anisa Fiatul K 142310101014 Neneng Dwi S 142310101020 Yessi Anggun P 142310101023 Reza R.T.F 142310101036

Dewi Melati Sukma 142310101050

Widiyatus Sholehah 142310101056 Mahda F.E.P.P 142310101069 Mega Rani W 142310101086 Ida Purwati 142310101095 Lisca Nurmalika F 142310101109 Candra Widhi K.S 142310101116

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER

(3)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT, atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini, dengan judul Teknik Pembebasan Jalan Nafas.

Dalam proses penelitian dan penulisan tidak terlepas dari bantuan, dukungan dan doa dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa

2. Ns.Siswoyo, S.Kep., M.Kep selaku Dosen Pengajar Mata Kuliah Ilmu Keperawatan Klinik IA Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember 3. Informan yang telah sangat membantu penulis dengan memberikan informasi

yang sangat dibutuhkan

4. Teman-teman Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember

Penulis menyadari bahwa dalam melakukan penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapakan. Semoga semua bermanfaat bagi kita, Amin.

Jember, 05 November 2015

(4)

iii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB 1. ANATOMI FISIOLOGI JANTUNG 1.1 Anatomi Jantung ... 1

1.1.1 Definisi, ukuran dan letak jantung ... 1

1.1.2 Lapisan jantung ... 1

1.1.3 Bagian-bagian jantung ... 2

1.1.4 Katup jantung ... 3

1.1.5 Permukaan jantung ... 3

1.1.6 Tepi jantung ... 4

1.1.7 Alur permukaan jantung ... 4

1.1.8 Ruang-ruang jantung ... 4

1.1.9 Peredaran darah jantung ... 5

1.1.10 Denyut jantung ... 6

1.1.11 Siklus jantung ... 6

1.2 Fisiologi Jantung ... 7

1.2.1 Fungsi umum otot jantung ... 7

1.2.2 Sistem konduksi jantung... 8

1.2.3 Fungsi jantung sebagai pompa ... 8

1.2.4 Curah jantung ... 8

1.2.5 Bunyi jantung ... 9

1.2.6 Sistem sirkulasi ... 10

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cardiac Arrest ... 11

(5)

iv

2.1.1 Definisi cardiac arrest ... 11

2.1.2 Penyebab cardiac arrest ... 11

2.1.3 Proses terjardinya cardiac arrest ... 11

2.2 Obstruksi Jalan Nafas ... 12

2.2.1 Definisi obstruksi jalan nafas... 12

2.3 Bantuan Hidup Dasar (Basic life support) ... 13

2.3.1 Definisi bantuan hidup dasar (Basic Life Suppport) ... 13

2.4 Penanganan Obstruksi Jalan Nafas ... 13

2.4.1 Definisi manajemen jalan nafas ... 13

2.4.2 Tindakan penanganan tanpa alat bantu ... 14

2.4.3 Penanganan obstruksi jalan nafas dengan alat bantu ... 18

BAB 3. PENUTUP 3.1 Kesimpulan ... 22

3.2 Saran ... 23

(6)

1 BAB 1. ANATOMI FISIOLOGI JANTUNG

1.1 Anatomi Jantung

1.1.1 Definisi, ukuran dan letak jantung

Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung merupakan jaringan istimewa karena kalau dilihat dari bentuk dan susunannya sama dengan otot serat lintang, tetapi cara bekerja menyerupai jantung pisang atau piramid, bagian atasnya tumpul (pangkal jantung) dan disebut juga basis kordis. Disebelah bawah agak runcing yang disebut apeks kordis.

Ukuran jantung kurang lebih sebesar genggaman tangan dan beratnya kirakira 250-300 gram. Jantung terletak diantara kedua paru dan berada di tengah-tengah dada, bertumpu pada diagram thoracis dan berada kira-kira 5 cm di atas proxessusxiphoideus. Pada tepi kanan cranial, jantung erada pada tepi cranialis pars cartilaginiscosta III dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum. Pada tepi kanan caudal, jantung berada pada tepi craniais pars cartilaginis costa VI dextra. Sedangkan pada tepi kiri cranial jantung berada pada tepi caudal cranialis pars cartilaginiscosta II sinistra di tepi lateral sternum serta pada tepi kiri caudal berada pada ruang intercostalis 5, kira-kira 9 cm di kiri linea medioclavicularis.

1.1.2 Lapisan jantung

Lapisan jantung terdiri dari tiga lapisan yang berbeda, antara lain: 1) Perikardium

Lapisan yang merupakan kantong pembukus jantung, terletak di dalam mediastinum minus, terletak di belakang korpus sterni rawan iga II-VI. a. Perikardium fibrosum (viseral): bagian kantong yang membatasi pergerakan jantung terikat di bawah sentrum tendinium diafragma, bersatu dengan pembuluh darah besar, melekatpada sternum melalui ligamentum sternoperikardial. b. Perikardium serosum (parietal), dibagi

(7)

2 menjadi dua bagian: Perikardium parietalis membatasi perikardium fibrosum, sering disebut epikardium, dan perikardium viseral yang mengandung sedikit cairan yang berfungsi melumas untuk mempermudah pergerakan jantung. Diantara dua lapisan jantung terdapat lendir sebagai pelicin untuk menjaga agar pergesekan antara perikardium pleura tidak menimbulkan gangguan terhadap jantung

2) Miokardium

Lapisan otot jantung yang menerima darah dari arteri koronia. Susunan miokardium yaitu:

a. Susunan otot atria: sangat tipis dan kurang teratur, serabut-serabutnya disusun dalam dua lapisan. Lapisan luar mencakup kedua atria. Beberapa serabut masuk ke dalam septum atrioventrikular. Lapisan dalam terdiri dari serabut-serabut berbentuk lingkaran.

b. Susunan otot ventrikuler: Membentuk bilim jantung dimulai dari cincin atrioventrikular sampai ke apeks jantung.

c. Susunan otot atrioventrikular: Merupakan dinding pemih antara serambi dan bilik (atrium dan ventrikel).

3) Endokardium

Dinding dalam atrium diliputi oleh membran yang mengilat, terdiri dari jaringan endotel atau selaput lendir endokardium, kecuali aurikula dan bangian depan sinus vena kava.

1.1.3 Bagian-bagian jantung

Jantung terbagi menjadi dua bagian, yaitu:

1) Basis kordis. Bagian jantung sebelah atas yang berhubungan dengan pembuluh darah besar dan dibnetuk oleh atrium sinistra dan sebagian oleh atrium dekstra.

2) Apeks kordis. Bagian bawah jantung berbentuk puncak kerucut tumpul.

(8)

3 1. Katup Antrioventrikularis (AV)

Memisahkan atrium dengan ventrikel. Katup atrioventrikularis terdiri dari katup trikuspidalis dan katub mitralis. Daun-daun katup atrioventrikularis halus tetapi tahan lama. Katup trikuspidalis yang terletak antara atrium dan ventrikel kanan mempunyai 3 buah daun katup. Katup mitralis yang memisahkan atrium dan ventrikel kiri, merupakan katup bikuspidalis dengan dua buah daun katup. Daun katup dari kedua katup ini tertambat melalui berkas-berkas tipis jaringan fibrosa yang disebut kordatendinae.

Kordatendinae akan meluas menjadi otot kapilaris, yaitu tonjolan otot pada dinding ventrikel. Kordatendinae menyokong katup pada waktu kontraksi ventrikel untuk mencegah membaliknya daun katup ke dalam atrium. Apabila kordatendinae atau otot papilaris mengalami gangguan (rupture, iskemia), darah akan mengalir kembali ke dalam atrium jantung sewaktu ventrikel berkontraksi.

2. Katup Semilunaris

Memisahkan arteria pulmonalis dan aorta dari ventrikel yang bersangkutan, Kedua katup semilunaris sama bentuknya, katup ini terdiri dari 3 daun katup simetris yang menyerupai corong yang tertambat kuat pada annulus fibrosus. Katup aorta terletak antara ventrikel kiri dan aorta, sedangkan katup pulmonalis terletak antara ventrikel kanan dan arteria pulmonalis.

Katup semilunaris mencegah aliran kembali darah dari aorta atau arteria pulmonalis ke dalam ventrikel, sewaktu ventrikel dalam keadaan istirahat. Tepat di atas daun aorta, terdapat kantung menonjol dari dinding aorta dan arteria pulmonalis, yang disebut sinus valsalva. Muara arteria koronaria terletak di dalam kantung-kantung tersebut. Sinus-sinus ini melindungi muara koronaria tersebut dari penyumbatan oleh daun katup, pada waktu katup aorta terbuka.

(9)

4 1. Fascies sternokostalis yaitu, permukaan menghadap kedepan berbatasan dengan dinding depan toraks, dibentuk oleh atrium dekstra, ventrikel dekstra dan sedikit ventrikel sinistra

2. Fascies dorsalis yaitu, permukaan jantung menghadap kebelakang berbentuk segiempat berbatas dengan mediastinum posterior, dibentuk oleh dinding atrium sinistra, sebgain atrium sinistra dan sebagian kecil dinding ventrikel sinistra.

3. Fascies diafragmatika yaitu, permukaan bagian bawah jantung yang bebatas dengan stentrum tindinium diafragma dibentuk oleh dinding ventrikel sinistra dan sebagian kecil ventrikel dekstra.

1.1.6 Tepi jantung (margo kordis) Terdapat dua tepi jantung, yaitu:

1) Margo dekstra. Bagian jantung tepi kanan yang membentang mulai dari vena kava superior sampai ke apeks kordis.

2) Margo sinistra. Bagian ujung jantung sebelah tepi membentang dari bawah muara vena pulmonalis sinistra inferior sampai ke apeks kordis.

1.1.7 Alur permukaan jantung

1. Sulkus atrioventrikularis. Mengelilingi batas bawah basis kordis, terletak di antara batas kedua atrium jantung dan kedua ventrikel jantung.

2. Sulkus langitudinalis anterior. Mulai dari celah diantara arteri pulmonalis dengan aurikula sinistra berjalan kebawah menuju apeks kordis. Sulkus ini merupakan batas antara kedua ventrikel dari depan.

3. Sulkus langitudinals posterior. Mulai dari sulkus koronaria sebelah kanan muara vena cava inferior menuju apeks kordis. Sulkus koronaria merupakan batas antara kedua ventrikel dari belakang bawah.

1.1.8 Ruang-ruang jantung

(10)

5 1. Atrium dekstra. Terdiri dari rongga utama dan aurikula di luar, bagian

dalamnya membentuk suatu rigi atau Krista terminalis. a. Muara pada atrium kanan terdiri dari:

a) Vena cava superior b) Vena cava inferior c) Sinus koronarius

d) Osteum atrioventrikuler dekstra

b. Sisa fetal pada atrium kanan: fossa ovalis dan annulus ovalis.

2. Ventrikel dekstra. Berhubungan dengan atrium kanan melalui osteum atrioventrikel dekstrum dan dengan traktus pulmonalis melalui osteum pulmonalis. Dinding ventrikel kanan jauh lebih tebal dari atrium kanan yang terdiri dari:

a. Valvula triskuspidal Melindungi osteum atrioventikuler, dibentuk oleh lipatan endokardium disertai sedikit jaringan afibrosa, terdiri dari tiga kuspis atau saringan (anterior, septalis, dan inferior). b. Valvula pulmonalis Melindungi osteum pulmonasi, terdiri dari

semilunaris arteri pulmonalis, dibentuk oleh lipatan endokardium disertai sedikit jaringan fibrosa.

3. Atrium sinistra. Terdiri dari rongga utama dan aurikula, terletak di belakang atrium kanan membentuk sebagian besar basis (fascies posterior), dan pericardium fibrosum.

4. Ventrikel sinistra. Berhubungan dengan atrium sinistra melalui osteum atrioventrikuler sinistra dan dengan aorta melalui osteum aorta terdiri dari:

a. Valvula mitralis (bikuspidalis) Melindungi osteum atrioventrikular terdiri atas dua kuspis (kuspos anterior dan kuspis posterior). b. Valvula semilunaris aorta Melindungi osteum aorta strukturnya

sama dengan valvula semilunaris arteri pulmonalis.

1.1.9 Peredaran darah jantung

(11)

6 1) Arteri koronaria kanan Berasal dari sinus anterior aorta berjalan kedepan antara trunkus pulmonalis dan aurikula memberikan cabang-cabangke atrium dekstra dan ventrikel kanan.

2) Arteri koronaria kiri Lebih besar dari arteri koronaria dekstra, dari sinus posterior aorta sinistra berjalan ke depan antara trunkus pulmonalis dan aurikula kiri masuk ke sulkus atrioventrikularis menuju apeks jantung

3) Aliran vena jantung Sebagian darah dari dinding jantung mengalir ke atrium kanan melalui sinus koronarius yang terletak dibagian belakang sulkus atrioventrikularis merupakan lanjutan dari vena kardiak magna.

1.1.10 Denyut jantung

Denyut nadi merupakan suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah dipompakan keluar jantung. Denyut dapat diraba pada arteri radialis dan arteri dorsalis pedis yang merupakan gelombang tekanan yang di alihkan dari aorta ke arteri yang merambat lebih cepat. Kecepatan denyut jantung dalam keadaan sehat dipengaruhi oleh pekerjaan, makanan, emosi, cara hidup dan umur.

1.1.11 Siklus jantung

Siklus jantung merupakan kejadian yang terjadi dalam jantung selama peredaran darah. Gerakan jantung terdiri dari 2 jenis yaitu kontriksi (sistole) dan pengendoran (diastole) konstriksi dari ke-2 atrium terjadi secara serentak yang disebut sistole atrial dan pengendorannya disebut diastole atrial. Lama konstriksi ventrikel ± 0,3 detik dan tahap pengendoran selama 0,5 detik. Konstriksi kedua atrium pendek. Sedangkan konstriksi ventrikel lebih lama dan lebih kuat. Perubahan dalam siklus jantung berupa :

(12)

7 a. Kontraksi isovolumetrik, kontraksi ventrikel menyebabkan katup mitral tertutup, tekanan dalam ventrikel meningkat mencapai tekanan dalam aorta.

b. Fase ejeksi : tekanan dalam ventrikel melebihi tekanan dalam aorta, katup semilunaris aorta terbuka, darah didorong keluar dari ventrikel ke aorta

2. Pada waktu diastol :

a. Fase relaksasi isovolumentrik, tekanan di dalam ventrikel kiri lebih rendah dari pada di dalam aorta sehingga katup semilunaris aorta tertutup dan menahan darah agar tidak kembali ke ventrikel.

b. Fase pengisian cepat, darah masuk ventrikel dari atrium karena tekanan dalam ventrikel lebih rendah dari pada atrium, katup atrioventrikular membuka.

c. Fase pengisian lambat, darah dari atrium masih mengalir sedikit ke ventrikel.

d. Fase sistole atrium, memompakan sedikit lagi darah yang ada di atrium.

1.2 Fisiologi Jantung

1.2.1 Fungsi umum otot jantung a. Sifat ritmisitas/otomatis.

Secara potensial berkontraksi tanpa adanya rangsangan dari luar. Jantung dapat membentuk rangsangan (impuls) sendiri.

b. Mengikuti hukum gagal atau tuntas

Impuls yang dilepas mencapai ambang rangsang otot jantung maka seluruh jantung akan berkontraksi maksimal.

c. Tidak dapat berkontraksi tetanik

Refraktor absolute pada otot jantung berlangsung sampai sepertiga masa relaksasi jantung yang merupakan upaya tubuh untuk melindungi diri d. Kekuatan kontraksi dipengaruhi panjang awal otot.

(13)

8 1.2.2 Sistem konduksi jantung

1. Sinotrial node (SA node)

Suatu tumpukan jaringan neuromuscular yang kecil berada di dalam dinding atrium kanan di ujung Krista terminalis.

2. Atrioventrikular node (AV node)

Susunannya sama seperti SA node, berada di dalam septum atrium dekat muara sinus koronari.

3. Bundle atrioventrikuler

Mulai dari bundle AV berjalan kea rah depan pada tepi posterior dan tepi bawah pars membranesea septum interventrikulare.

4. Serabut penghubung terminal(purkinje)

Anyaman yang berada pada endokardium menyebar pada kedua ventrikel.

1.2.3 Fungsi jantung sebagai pompa 1. Fungsi atrium sebagai pompa 2. Fungsi ventrikel sebagai pompa 3. Periode ejeksi

4. Diastole

5. Periode relaksasi isometrik

Dua cara dasar pengaturan kerja pemompaan jantung:

1. Autoregulasi intrinsic Pemompaan akibat perubahan volume darah yang mengalir ke dalam jantung.

2. Refleks yang mengawasi kecepatan dan kekuatan kontraksi jantung.

1.2.4 Curah jantung

Pada keadaan normal jumlah darah yang dipompakan ventrikel kiri dan kanan sama besarnya. Curah jantung (cardiac output) adalah jumlah darah yang dipompakan ventrikel selama satu menit. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi pekerjaan jantung:

(14)

9 1. Beban awal. Otot jantung yang direngangkan sebelum ventrikel kiri

berkontraksi berhubungan dengan panjang otot jantung.

2. Kontraktilitas. Bila saraf simpatis yang menuju kejantung dirangsang maka ketegangan keseluruhan akan bergeser ke aras, atau ke kiri.

3. Beban akhir. Resistensi yang harus diatasi waktu daerah di keluarkan dari ventrikel, suatu beban ventrikel kiri untuk membuka katup semilunaris aorta dan mendorong darah selama kontraksi. 4. Frekuensi jantung. Dengan meningkatnya frekuensi jantung akan

memperberat pekerjaan jantung. Periode pekerjaan jantung yaitu:

1) Periode systole (periode kontriksi). Suatu keadaan jantung bagian ventrikel dalam keadaan menguncup, katup bikuspidalis dan katup trikuspidalis dalam keadaan tertutup.

2) Periode diastole (periode dilatasi). Suatu keadaan ketika jantung mengembang. Katup bikuspidalis dan trikuspidalis dalam keadaan terbuka sehingga darah dari atrium sinistra masuk ke ventrikel sinistra dan darah dari atrium dekstra masuk ke ventrikel dekstra. 3) Periode istirahat. Yaitu waktu antara periode diastole dan periode

systole, ketika jantung berhenti kira-kira 1/10 detik.

1.2.5 Bunyi jantung

Bunyi jantung normal terdengar melalui stetoskop selama setiap siklus jantung. Katup aorta akan menutup dan tekanan vaskuler turun kembali ke nilai diastolik sehingga terjadi pembukaan dan penutupan katup-katup jantung. Adanya aktifitas pembukaan dan penutupan katup-katup jantung menimbulkan suara yang terdengar jika memakai alat stetoskop. Tahapan bunyi jantung:

1. Bunyi pertama: Berbunyi “Lub” yang menandakan penutupan katup mitral.

(15)

10 2. Bunyi kedua: Berbunyi “Dub” yang menandakan penutupan katup

aorta dan pulmonal.

3. Bunyi ketiga: Lemah dan rendah 1/3 jalan diastolic individu muda. 4. Bunyi keempat: Kadang-kadang dapat didengar segera sebelum bunyi

pertama.

1.2.6 Sistem sirkulasi

Sistem sirkulasi terbagi atas sirkulasi sitemik (sirkulasi besar yang mencakup seluruh tubuh) dan sirkulasi paru (sirkulasi kecil). Sirkulasi sistemik mengandung darah kaya O2 yang berasal dari paru, mulai mengalirkan darah dari pentrikel kiri, aorta, arteri besar, cabang-cabang arteri, arteriol, terus masuk kapiler, kembali kevenula, vena kecil, vena besar dan vena kava superior, dan inferior, kemudian masuk keatrium kanan.

Sirkulasi paru dimulai dengan pompaan darah dari ventrikel kanan yang menerima darah dari atrium kanan menuju arteri pulmonalis yang terus bercabang menjadi kapiler alveolus, kembali berkumpul menjadi venula, vena dan akhirnya masuk vena pulmonalis dan terus ke atrium kiri.

(16)

11

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cardiac Arrest

2.1.1 Definisi cardiac arrest

Cardiac arrest adalah hilangnya fungsi jantung secara tiba-tiba dan mendadak, bisa terjadi pada seseorang yang memang didiagnosa dengan penyakit jantung ataupun tidak. Waktu kejadiannya tidak bisa diperkirakan, terjadi dengan sangat cepat begitu gejala dan tanda tampak (American Heart Association, 2010).

2.1.2 Penyebab cardiac arrest

Menurut American Heart Association (2010), seseorang dikatakan mempunyai risiko tinggi untuk terkena cardiac arrest dengan kondisi:

a) Ada jejas di jantung akibat dari serangan jantung terdahulu b) Penebalan otot jantung (Cardiomyopathy)

c) Seseorang yang sedang menggunakan obat-obatan untuk jantung d) Kelistrikan jantung yang tidak normal

e) Pembuluh darah yang tidak normal f) Penyalahgunaan obat

2.1.3 Proses terjardinya cardiac arrest

Kebanyakan korban Cardiact arrest diakibatkan oleh timbulnya aritmia: fibrilasi ventrikel (VF), takhikardi ventrikel (VT), aktifitas listrik tanpa nadi (PEA), dan asistol (Diklat Ambulans Gawat Darurat 118, 2010).

1. Fibrilasi ventrikel. Merupakan kasus terbanyak yang sering menimbulkan kematian mendadak, pada keadaan ini jantung tidak dapat melakukan fungsi kontraksinya, jantung hanya mampu bergetar saja. Pada kasus ini tindakan yang harus segera dilakukan adalah CPR dan DC shock atau defibrilasi.

(17)

12 2. Takhikardi ventrikel. Mekanisme penyebab terjadinyan takhikardi ventrikel biasanya karena adanya gangguan otomatisasi (pembentukan impuls) ataupaun akibat adanya gangguan konduksi. Frekuensi nadi yang cepat akan menyebabkan fase pengisian ventrikel kiri akan memendek, akibatnya pengisian darah ke ventrikel juga berkurang sehingga curah jantung akan menurun. VT dengan keadaan hemodinamik stabil, pemilihan terapi dengan medika mentosa lebih diutamakan. Pada kasus VTdengan gangguan hemodinamik sampai terjadi Cardiact arrest (VT tanpa nadi), pemberian terapi defibrilasi dengan menggunakan DC shock dan CPR adalah pilihan utama.

3. Pulseless Electrical Activity (PEA). Merupakan keadaan dimana aktifitas listrik jantung tidak menghasilkan kontraktilitas atau menghasilkan kontraktilitas tetapi tidak adekuat sehingga tekanan darah tidak dapat diukur dan nadi tidak teraba. Pada kasus ini CPR adalah tindakan yang harus segera dilakukan.

4. Asistole. Keadaan ini ditandai dengan tidak terdapatnya aktifitas listrik pada jantung, dan pada monitor irama yang terbentuk adalah seperti garis lurus. Pada kondisi ini tindakan yang harus segera diambil adalah CPR.

2.2 Obstruksi Jalan Nafas

2.2.1 Definisi obstruksi jalan nafas

Obstruksi jalan nafas, baik total atau parsial disebabkan oleh lidah yang menyumbat hipofaring. Hal ini terjadi karena kelumpuhan tonus pada saat terlentang, yaitu:

1. Otot jalan nafas atas, dan 2. Otot genioglossus

Terjadi pada pasien tidak sadar atau dalam keadaan anestesi. Bisa juga karena spasme laring. Tanda-tanda obstruksi jalan nafas atas:

1. Stridor (mendengkur, snoring)

(18)

13 3. Retraksi trakea

4. Retraksi torak

5. Tak terasa ada udara ekspirasi

2.3 Bantuan Hidup Dasar (Basuc life support)

Bantuan hidup dasar (Basuc life support) adalah usaha yang dilakukan untuk menjaga jalan napas (airway) tetap terbuka, menunjang pernapasan dan sirkulasi dan tanpa menggunakan alat-alat bantu (Soerianata, 1996).

Istilah basuc life support mengacu pada mempertahankan jalan nafas dan sirkulasi. Basuc life support ini terdiri dari beberapa elemen: penyelamatan pernapasan (juga dikenal dengan pernapasan dari mulut ke mulut) dan kompresi dada eksternal. Jika semua digabungkan maka digunakan istilah Resusitasi Jantung Paru (RJP) (Handley, 1997).

Bantuan hidup dasar adalah tindakan darurat untuk membebaskan jalan napas, membantu pernapasan dan mempertahankan sirkulasi darah tanpa menggunakan alat bantu. Tujuan utama dari bantuan hidup dasar adalah suatu tindakan oksigenasi darurat untuk mempertahankan ventilasi paru dan mendistribusikan darah-oksigenasi ke jaringan tubuh (Alkatiri, 2007).

Tujuan bantuan hidup dasar untuk oksigenasi darurat secara efektif pada organ vital seperti otak dan jantung melalui ventilasi buatan dan sirkulasi buatan sampai paru dan jantung dapat menyediakan oksigen dengan kekuatan sendiri secara normal (Latief, 2009).

2.4 Penanganan Obstruksi Jalan Nafas 2.4.1 Definisi manajemen jalan napas

Manajemen jalan napas merupakan salah satu ketrampilan khusus yang harus dimiliki oleh dokter atau petugas kesehatan yang bekerja di Unit Gawat Darurat. Manajemen jalan napas memerlukan penilaian, mempertahankan dan melindungi jalan napas dengan memberikan oksigenasi dan ventilasi yang efektif. Penyebab kematian adalah hipoksia, organ tubuh yang paling rentan terhadap hipoksia adalah otak jadi tujuan resusitasi yang utama adalah

(19)

14 menjaga oksigenasi otak tetap terjaga. Pada pasien yang tidak sadar, penyebab tersering sumbatan jalan napas yang terjadi adalah akibat hilangnya tonus otot-otot tenggorokan. Dalam kasus ini lidah jatuh ke belakang dan menyumbat jalan napas ada bagian faring. Pada keadaan tersebut harus dilakukan sesegera mungkin penanganan obstruksi jalan nafas.

2.4.2 Tindakan penanganan tanpa alat bantu

Algoritma Bantuan Hidup Dasar (sumber: European Resuscitation Council Guidelines for Resuscitation 2010).

PERTOLONGAN PADA ORANG DEWASA

UNRESPONSIVE?

Shout for help

Open airway

Not Breathing Normally?

Call 118

2 rescue breaths 3o compression 30 chest compression

(20)

15 Untuk melakukan pembebasan jalan nafas dapat dilakukan dengan bebrapa teknik atau cara, yaitu sebagai berikut :

1. Periksa Respon dan Layanan Kedaruratan Medis

Berteriak didekat kuping Pemeriksaan kesadaran dilakukan untuk menentukan pasien sadar atau tidak dengan cara memanggil, menepuk bahu atau wajah korban. Jika pasien sadar, biarkan pasien dengan posisi yang membuatnya merasa nyaman, dan bila perlu lakukan kembali penilaian kesadaran setelah beberapa menit. Jika pasien tidak sadar segera meminta bantuan dengan cara berteriak “TOLONG!” atau dengan menggunakan alat komunikasi dan beritahukan dimana posisi anda (penolong) (ERC Guidelines, 2010).

2. Sirkulasi (Circulation Support) Terdiri dari 2 tahap, yaitu:

1. Memastikan ada tidaknya denyut jantung pasien/korban

Ditentukan dengan meraba arteri karotis didaerah leher pasien/korban dengan cara dua atau tiga jari penolong meraba pertengahan leher sehingga teraba trakea, kemudian digeser kea rah penolong kira-kira 1-2 cm, raba dengan lembut selama 5-10 detik. Bila teraba penolong

(21)

16 harus memeriksa pernafasan, bila tidak ada nafas berikan bantuan nafas 12 kali/menit. Bila ada nafas pertahankan airway pasien/korban.

2. Memberikan bantuan sirkulasi

Jika dipastikan tidak ada denyut jantung berikan bantuan sirkulasi atau kompresi jantung luar dengan cara:

- Tiga jari penolong (telunjuk, tengah dan manis) menelusuri tulang iga pasien/korban yang dekat dengan sisi penolong sehingga bertemu tulang dada (sternum).

- Dari tulang dada sternum) diukur 2-3 jari ke atas. Daerah tersebut merupakan tempat untuk meletakkan tangan penolong.

- Letakkan kedua tangan pada posisi tadi dengan cara menumpuk satu telapak tangan yang lain. Hindari jari-jari menyentuh dinding dada pasien/korban.

- Posisi badan penolong tegak lurus menekan dinding dada pasien/korban dengan tenaga dari berat badannya secara teratur sebnyak 30 kali dengan kedalaman penekanan 1,5- 2 inchi (3,8-5 cm).

- Tekanan pada dada harus dilepaskan dan dada dibiarkan mengembang kembali ke posis semula setiap kali kompresi. Waktu

(22)

17 penekanan dan melepaskan kompresi harus sama ( 50 % duty cycle).

- Tangan tidak boleh berubah posisi.

- Ratio bantuan sirkulasi dan bantuan nafas 30 : 2 baik oleh satu penolong maupun dua penolong. Kecepatan kompresi adalah 100 kali permenit. Dilakukan selama 5 siklus.

Tindakan kompresi yang benar akan menghasilkan tekanna sistolik 60-80 mmHg dan diastolic yang sangat rendah. Selang waktu mulai dari menemukan pasien/ korabn sampai dilakukan tindakan bantuan sirkulasi tidak lebih dari 30 detik.

3. Pembebasan Jalan Napas (Airway Support)

Gangguan airway dapat timbul secara mendadak dan total, perlahan-lahan dan sebagian, dan progresif dan/atau berulang (ATLS, 2004). Penyebab utama obstruksi jalan napas bagian atas adalah lidah yang jatuh kebelakang dan menutup nasofaring. Selain itu bekuan darah, muntahan, edema, atau trauma dapat juga menyebabkan obstruksi tersebut. Oleh karena itu, pembebasan jalan napas dan menjaga agar jalan napas tetap terbuka dan bersih merupakan hal yang sangat penting dalam BLS (Van Way, 1990).

(23)

18 Bila penderita mengalami penurunan tingkat kesadaran, maka lidah mungkin jatuh kebelakang dan menyumbat hipofaring. Bentuk sumbatan seperti ini dapat segera diperbaiki dengan cara mengangkat dagu (chin-lift maneuver) atau dengan mendorong rahang bawah ke arah depan (jaw-thrust maneuver). Tindakan-tindakan yang digunakan untuk membuka airway dapat menyebabkan atau memperburuk cedera spinal. Oleh karena itu, selama mengerjakan prosedur-prosedur ini harus dilakukan immobilisasi segaris (in-line immobilization) dan pasien/korban harus diletakkan di atas alas/permukaan yang rata dan keras (IKABI, 2004). Teknik-teknik mempertahankan jalan napas (airway), yaitu :

a. Tindakan kepala tengadah (head tilt)

Tindakan ini dilakukan jika tidak ada trauma pada leher. Satu tangan penolong mendorong dahi kebawah supaya kepala tengadah (Latief dkk, 2009).

b. Tindakan dagu diangkat (chin lift)

Jari-jemari satu tangan diletakkan dibawah rahang, yang kemudian secara hati-hati diangkat keatas untuk membawa dagu ke arah depan. Ibu jari dapat juga diletakkan di belakang gigi seri (incisor) bawah dan secara bersamaan dagu dengan hati-hati diangkat. Maneuver chin lift tidak boleh menyebabkan hiperekstensi leher (IKABI, 2004).

(24)

19 c. Tindakan mendorong rahang bawah (jaw-thrust) pada pasien dengan trauma leher, rahang bawah diangkat didorong kedepan pada sendinya tanpa menggerakkan kepala-leher. (Latief dkk, 2009).

4. Bantuan Napas dan Ventilasi (Breathing Support)

Oksigen sangat penting bagi kehidupan. Pada keadaan normal, oksigen diperoleh dengan bernafas dan diedarkan dalam aliran darah ke seluruh tubuh (Smith, 2007). Breathing support merupakan usaha ventilasi buatan dan oksigenasi dengan inflasi tekanan positif secara intermitten dengan menggunakan udara ekshalasi dari mulut ke mulut, mulut ke hidung, atau dari mulut ke alat (S-tube masker atau bag valve mask) (Alkatri, 2007).

Breathing support terdiri dari 2 tahap :

1. Penilaian Pernapasan Menilai pernapasan dengan memantau atau observasi dinding dada pasien dengan cara melihat (look) naik dan turunnya dinding dada, mendengar (listen) udara yang keluar saat ekshalasi, dan merasakan (feel) aliran udara yang menghembus dipipi penolong (Mansjoer, 2009).

(25)

20 2. Memberikan bantuan napas Bantuan napas dapat dilakukan melalui mulut ke mulut (mouth-to-mouth), mulut ke hidung (mouth-to-nose), mulut ke stoma trakeostomi atau mulut ke mulut via sungkup (Latief dkk, 2009).

a. Pada bantuan napas mulut-ke-mulut (mouth-to-mouth) jika tanpa alat, maka penolong menarik napas dalam, kemudian bibir penolong ditempelkan ke bibir pasien yang terbuka dengan erat supaya tidak bocor dan udara ekspirasi dihembuskan ke mulut pasien sambil menutup kedua lubang hidung pasien dengan cara memencetnya.

(26)

21 b. Pada bantuan napas mulut-ke-hidung (mouth-to-nose), maka udara ekpsirasi penolong dhembuskan kehidung pasien sambil menutup mulut pasien. Tindakan ini dilakukan kalau mulut pasien sulit dibuka (trismus) atau pada trauma maksilo-fasial.

c. Pada bantuan napas mulut-ke-sungkup pada dasarnya sama dengan mulutke-mulut. Bantuan napas dapat pula dilakukan dari mulut-ke-stoma atau lubang trakeostomi pada pasien pasca bedah laringektomi.

(27)

22 Frekuensi dan besar hembusan sesuai dengan usia pasien apakah korban bayi, anak atau dewasa. Pada pasien dewasa, hembusan sebanyak 10-12 kali per menit dengan tenggang waktu antaranya kira-kira 2 detik. Hembusan penolong dapat menghasilkan volum tidal antara 800-1200 ml (Latief dkk, 2009).

5. Posisi Pemulihan (Recovery Position)

Recovery position dilakukan setelah pasien ROSC (Return of Spontaneous Circulation). Urutan tindakan recovery position meliputi: a. Tangan pasien yang berada pada sisi penolong diluruskan ke atas. b. Tangan lainnya disilangkan di leher pasien dengan telapak tangan pada

pipi pasien.

c. Kaki pada sisi yang berlawanan dengan penolong ditekuk dan ditarik ke arah penolong, sekaligus memiringkan tubuh korban ke arah penolong. Dengan posisi ini jalan napas diharapkan dapat tetap bebas (secure airway) dan mencegah aspirasi jika terjadi muntah. Selanjutnya, lakukan pemeriksasn pernapasan secara berkala (Resuscitation Council UK, 2010)

(28)

23 2.4.3 Penanganan obstruksi jalan nafas dengan alat bantu

Setelah dilakukan tindakan yang cepat dan tepat, tindakana penanganan obstruksi jalan nafas dilanjutkan dengan tindakan lain yang bertujuan agar pola nafas pasien adekuat. Tindakan lanjutan dilakukan di tempat pelayanan kesehatan (misalnya: rumah sakit, klinik). Tindakan tersebut diantaranya:

1. Manuver tripel jalan nafas, terdiri dari : 1) Kepala ekstensi pada sendi atlanto-oksipital

2) Mandibula didorong ke depan pada kedua angulus mandibula. 3) Mulut dibuka. Lidah terangkat dan jalan nafas bebas, sehingga

udara lancar masuk ke trakea baik melalui mulut atau hidung.

(29)

24 2. Ventilasi positif dengan oksigen 100%

Jika manuver triple jalan nafas kurang berhasil, maka dipasang alat jalan nafas :

1) Mulut faring (OPA – oropharingeal airway) lewat mulut

a. Menentukan ukuran OPA dengan meletakkan OPA disamping pipi pasien dan memilih OPA yang panjangnya sesuai dari sudut mulut hingga ke sudut rahang bawah (angulus mandibulae). Ukuran yang tersedia :

a) Dewasa besar = 100 cm (Guedel no. 5) b) Dewasa sedang = 90 cm (Guedel no. 4) c) Dewasa kecil = 80 cm (Guedel no. 3) d) Anak-anak = Guedel no. 1 dan no. 2

b. Buka mulut pasien dengan manuever chin lift atau tehnik crossed finger

c. Memasang alat, terdapat 2 cara: Cara pertama

a) Membuka mulut dan memasukkan OPA terbalik

b) Memutar/merotasi OPA jika telah mencapai palatum moll Cara kedua

a) Membuka mulut dengan spatel

b) Dengan hati-hati memasukkan OPA hingga ke belakang. d. Mengecek ketepatan pemasangan OPA dengan memberikan

ventilasi pada pasien. Jika pemasangan tepat akan tampak pengembangan dada dan suara napas terdengar melalui auskultasi paru dengan stetoskop selama ventilasi.

(30)

25 2) Hidung faring (NPA – nasopharingeal airway) lewat hidung

a. Nilai jalan nafas bila terdapat obstruksi (polyp, fraktur, perdarahan)

b. Pilih ukuran NPA yang tepat

c. Meletakkan NPA di samping pipi pasien dan memilih NPA yang panjangnya sesuai dari pangkal cuping hidung sampai cuping telinga.

d. Lubrikasi NPA dengan lubrikan larut air (water-soluble lubricant) untuk meminimalkan tahanan dan menurunkan iritasi pada saluran lubang hidung.

e. Memasukkan NPA dengan cara memegang NPA seperti memegang pensil dan secara perlahan dimasukkan ke dalam lubang hidung pasien dengan bevel menghadap ke nasal septum. f. Mendorong alat sepanjang dasar lubang hidung, mengikuti

lekukan saluran lubang hidung, hingga pinggiran pangkal NPA rata dengan lubang hidung.

g. Jika terjadi tahanan selama insersi, merotasi NPA bolak balik dengan lembut di antara kedua jari.

h. Jika tahanan tetap terjadi, tidak memaksakan pemasangan alat karena dapat menyebabkan abrasi dan laserasi mukosa hidung yang dapat mengakibatkan perdarahan dan risiko aspirasi

i. Mengecek ketepatan pemasangan NPA dengan memberikan ventilasi pada pasien. Jika pemasangan tepat akan tampak pengembangan dada dan suara napas terdengar melalui auskultasi paru dengan stetoskop selama ventilasi

(31)

26 3. Pemasangan sungkup muka (face mask)

Sungkup muka berfungsi mengantarkan udara atau gas anestesi dari alat resusitasi atau sistem anestesi ke jalan nafas pasien. Bentuknya dibuat sehingga dapat ketika digunakan untuk bernafas spontan atau dengan positif, udara tidak bocor. Sehingga udara dapat masuk semuanya ke trakea. Ukuran sungkup muka:

a) 03 : bayi baru lahir

b) 02, 01, dan 1 : anak kecil

c) 2, 3 : anak besar

d) 4, 5 : dewasa

4. Ventilasi tanpa intubasi

a. Mouth-To-Pocket Face Mask (teknik 1 orang)

1) Hubungkan pipa oksigen ke face mask. Aliran oksigen yang diberikan 12L/menit

2) Tempatkan face mask pada pasien menggunakan dua tangan 3) Pastikan mask melekat ke wajah pasien

4) Amankan jalan nafas dengan jaw-thrust atau chin-lift maneuver

5) Ambil nafas yang dalam, tempatkan mulut penolong di atas bagian mulut face mask dan hembuskan

6) Nilai ventilasi dengan mengobservasi pengembangan dada pasien

(32)

27 b. Bag-Valve-Mask Ventilation (teknik 2 orang)

1. Memilih ukuran mask yang sesuai dengan pasien dan memasangnya pada wajah pasien

2. Hubungkan pipa oksigen dengan bag-valve. Aliran oksigen 12 L/menit.

3. Orang pertama meletakkan mask pada wajah pasien dengan dua tangan. Bagian mask yang menyempit (apeks) dari masker di atas batang hidung pasien dan bagian yang melebar (basis) diantara bibir bawah dan dagu

4. Menstabilkan masker pada tempatnya dengan ibu jari dan jari teluntuk membentuk huruf “C”. Menggunakan jari yang lainnya pada tangan yang sama untuk mempertahankan ketepatan posisi kepala dengan mengangkat dagu sepanjang mandibula dengan jari membentuk huruf “E”

5. Orang kedua memompa bag dengan kedua tangan

6. Mengobservasi pengembangan dada pasien selama melakukan ventilasi

7. Berikan ventilasi setiap 5 detik

8. Jika tidak ada perbaikan, berikan pelumpuhan otot suksinil 0,5 mg/kg iv, im deltoid, atau sublingual 2-4 mg/kg.

(33)

28 Bag-Valve-Mask Ventilation (teknik 2 orang)

(34)

29 BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Cardiac arrest adalah hilangnya fungsi jantung secara mendadak untuk mempertahankan sirkulasi normal darah untuk memberi kebutuhan oksigen ke otak dan organ vital lainnya akibat kegagalan jantung untuk berkontraksi secara efektif.

Penyebab sumbatan jalan nafas yang sering kita jumpai adalah dasar lidah, palatum mole, darah atau benda asing yang lain. Dasar lidah sering menyumbat jalan nafas pada penderita koma, karena otot lidah dan leher lemas sehingga tidak mampu mengangkat dasar lidah dari dinding belakang farings. Hal ini sering terjadi bila kepala penderita dalam posisi fleksi. Benda asing, seperti tumpahan atau darah di jalan nafas atas yang tidak dapat ditelan atau dibatukkan oleh penderita yang tidak sadar dapat menyumbat jalan nafas. Sumbatan jalan nafas dapat juga terjadi pada jalan nafas bagian bawah, dan ini terjadi sebagai akibat bronkospasme, sembab mukosa, sekresi bronkus, masuknya isi lambung atau benda asing ke dalam paru.

Pada sumbatan jalan nafas total tidak terdengar suara nafas atau tidak terasa adanya aliran udara lewat hidung atau mulut. Terdapat pula tanda tambahan yaitu adanya retraksi pada daerah supraklavikula dan sela iga bila penderita masih bisa bernafas spontan dan dada tidak mengembang pada waktu inspirasi. Pada sumbatan jalan nafas total bila dilakukan inflasi paru biasanya mengalami kesulitan walaupun dengan tehnik yang benar. Pada sumbatan jalan nafas partial terdengar aliran udara yang berisik dan kadang-kadang disertai retraksi. Bunyi lengking menandakan adanya laringospasme, dan bunyi seperti orang kumur menandakan adanya sumbatan oleh benda asing.

Penanganan jalan nafas terutama ditujukan pada penderita tidak sadar, memerlukan tindakan cepat sampai sumbatan teratasi. Sambil meminta pertolongan orang lain dengan cara berteriak kita harus tetap disamping penderita. Pertama, kita lakukan ekstensi kepala karena gerakan ini akan meregangkan struktur leher anterior sehingga dasar lidah akan terangkat dari

(35)

30 dinding belakang farings. Disamping ekstensi kepala kadang-kadang masih diperlukan pendorongan mandibula ke depan untuk membuka mulut karena kemungkinan adanya sumbatan pada hidung. Kombinasi ekstensi kepala, pendorongan mandibula kedepan dan pembukaan mulut disebut gerak jalan nafas tripel (Safar). Orang yang tidak sadar rongga hidung dapat tersumbat selama ekspirasi, karena palatum mole bertindak sebagai katup.

Pada penderita sadar, sebaiknya penderita ditelentangkan dan muka menghadap keatas, kemudian kepala diekstensikan dengan cara leher diangkat keatas. Hati-hati pada penderita dengan kecelakaan karena kemungkinan adanya patah tulang leher, sehingga mengangkat leher sering tidak dilakukan.

Teknik ekstensi kepala ialah tangan penolong mengangkat leher korban dan tangan yang lain diletakkan pada dahinya. Teknik ini menyebabkan mulut sedikit terbuka. Jika mulutnya tertutup atau dagunya terjatuh, maka dagu harus ditopang, dengan cara memindahkan tangan yang dibawah leher untuk menopang dagu ke depan, sambil membuka mulutnya sedikit, tanpa menekan bagian leher di bawah dagu karena dapat menyebabkan sumbatan.

Kalau penderita mempunyai gigi palsu yang terpasang baik, jangan dilepas, karena gigi palsu dapat mempertahankan bentuk mulut, sehingga memudahkan ventilasi buatan. Jika dengan cara mengangkat leher keatas dan menekan dahi masih saja jalan nafas tidak lancar maka segera mendorong mandibula ke depan dan membuka mulut. Hati-hati pada penderita trauma, kepala-leher-dada harus dipertahankan dalam posisi garis lurus, karena ditakutkan menambah cedera pada tulang belakang bila tidak pada posisi tersebut.

3.2 Saran

Dalam memberikan tindakan penangan obstruksi jalan nafas perlu dilakukan dengan cepat tetapi tepat. Pemberi tindakan harus memahamai teknik-teknik yang akan dilakukan. Pemberi tindakan juga mengetahui penyebab dari obstruksi jalan nafas pasien, dan kondisi pasien atau penderita. Karena tindakan penanganan obstruksi jalan nafas akan berbeda tergantung pada jenis obstruksi dan keadaan atau kondisi pasien saat itu.

(36)
(37)

32 DAFTAR PUSTAKA

Syaifuddin. 2002. Anatomi fisiologi berbasis kompetensi untuk keperawatan dan Kebidanan. Jakarta: EKG.

Syaifuddin. 2006. Anatomi fisiologi untuk mahasiswa keperawatan. Jakarta: EGC Syaifuddin. 2009. Fisiologi tubuh manusia untuk mahasiswa keperawatan. Jakarta:

Salemba Medika

American Heart Association. 2010. On line:

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/116/jtptunimus-gdl-santosotri-5766-2-babii.pdf Alkatiri. 2007. On line: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37618/4/Chapter%20II.pdf Latief 2009. On line: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37618/4/Chapter%20II.pdf

Gambar

Gambar manuver tripel jalan nafas

Referensi

Dokumen terkait

Pada umur terse- but, pertumbuhan kentang hitam di kondisi cahaya penuh lebih baik dan signifikan berbeda dengan per- lakuan intensitas cahaya lain untuk peubah diameter

Latihan soal dan simulasi analisa rangkaian Pelipat tegangan, Gerbang Logika [BT+BM:(1+1)x3x(2x60”)]  Penyearah setengah gelombang  Penyearah gelombang penuh 

1) Semua Isim 'Alam (Nama) yang diakhiri dengan Ta Marbuthah (meskipun ia adalah Mudzakkar). 2) Semua Isim 'Alam Muannats (meskipun tidak diakhiri dengan Ta Marbuthah).. 4) Isim

ECAcak adalah Pmsedur untuk membangkitkan parameter a dan b (persamaan kurva) dengan b tidak no1 (agar kurva tidak memuat tit& [O,O]), secara acak. ECAcak :=

Yang dimaksud dengan “Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya yang berkaitan dengan sumber daya alam” adalah Perseroan yang tidak mengelola dan tidak memanfaatkan sumber

Faktor ini mencakup desain pekerjaan individu itu (otonomi, keragaman tugas,.. tingkat otomatisasi), kondisi kerja, dan tata letak fisik. Makin banyak kesaling-tergantungan

Banyuwangi 75% (tujuh puluh lima persen) 4. 498) seperti dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) huruf c "Undang-undang Pertimbangan Keuangan 1957", ditetapkan sebesar 90%

b) Dislokasi diskus tanpa reduksi, disertai keterbatasan pembukaan mulut Dislokasi diskus tanpa reduksi atau gigitan terkunci mempunyai tanda klinis yang berbeda dari