• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Bm Asep

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Bm Asep"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN

LAPORAN

B E

B E N C HN C HMMA R KA R K I NI NG KG K E BE B E SE S T T P R A C T IP R A C T IC E SC E S

DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT IV ANGKATAN XXIX

DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT IV ANGKATAN XXIX

PADA BANDUNG COMMAND CENTER (BCC), BADAN PERENCANAAN,

PADA BANDUNG COMMAND CENTER (BCC), BADAN PERENCANAAN,

PENELITIAN, DAN PENGEMBANGAN (BAPELITBANG) KOTA BANDUNG,

PENELITIAN, DAN PENGEMBANGAN (BAPELITBANG) KOTA BANDUNG,

PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO), DAN BADAN PEND

PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO), DAN BADAN PENDAPATAN

APATAN

DAERAH (BAPENDA) PROVINSI JAWA BARAT

DAERAH (BAPENDA) PROVINSI JAWA BARAT

Oleh :

Oleh :

ASEP PARDIANSYAH, S.ST.PI

ASEP PARDIANSYAH, S.ST.PI

NIP. 19880304 200912 1 001

NIP. 19880304 200912 1 001

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

BADAN RISET DAN SDM KELAUTAN DAN PERIKANAN

BADAN RISET DAN SDM KELAUTAN DAN PERIKANAN

BALAI DIKLAT APARATUR SUKAMANDI

BALAI DIKLAT APARATUR SUKAMANDI

TAHUN 2018

TAHUN 2018

(2)

LAPORAN BENCHMARKING KE BEST PRACTICES DIKLATPIM-IV ANGKATAN XXIX  i KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga Laporan Mata Diklat Benchmarking ke Best Practices dapat disusun dengan baik. Laporan ini merupakan salah satu tahapan serta prasyarat dalam mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan (Diklatpim) Tingkat IV yang diselenggarakan Balai Diklat  Aparatur Sukamandi, Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Laporan ini berisi tentang hasil visitasi penulis ke Bandung Comand Center (BCC), BAPELITBANG Kota Bandung, PT. Kereta Api Indonesia (Persero) dan Badan Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat, guna mengidentifikasikan best practices dari instansi-instansi tersebut, sehingga penulis mendapatkan gambaran dan perbandingan tentang perubahan (inovasi) yang dilakukan, agar dapat diadaptasikan dalam proyek perubahan yang akan disusun.

Dalam Kesempatan ini, tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penulisan laporan ini, antara lain :

1. Bapak Dr. Ir. Yulistyo, M.Sc, selaku coach yang telah memberikan bimbingan dan arahan;

2. Para Widyaiswara  dan narasumber   yang telah memberikan pembelajaran;

3. Rekan-rekan peserta Diklatpim IV Angkatan XXIX, selaku rekan sejawat yang telah memberikan saran dan masukan.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan, sehingga saran dan masukan yang bersifat konstruktif untuk perbaikan dari semua pihak akan sangat bermanfaat bagi penyusun. Semoga laporan ini bermanfaat dan dapat digunakan dalam kelanjutan penyusunan proyek perubahan.

Bandung, 22 Maret 2018

(3)

LAPORAN BENCHMARKING KE BEST PRACTICES DIKLATPIM-IV ANGKATAN XXIX  ii DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... ii I. PENDAHULUAN... 1

 A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan dan Manfaat ... 2

C. Metode Pengumpulan dan Analisa Data…... 2

II. LOKUS KUNJUNGAN... 3

 A. Bandung Command Center (BCC) ... 3

B. Badan Perencanaan, Penelitian, dan Pengembangan (BAPELITBANG) Kota Bandung ………...……… 4

C. PT. Kereta Api Indonesia (Persero) ... 4

D. Badan Pendapatan Daerah (BAPENDA) Provinsi Jawa Barat ... 5

III. ANALISIS BEST PRACTICES... 6

 A. Bandung Command Center (BCC) ... 6

B. Badan Perencanaan, Penelitian, dan Pengembangan (BAPELITBANG) Kota Bandung ………...……… 7

C. PT. Kereta Api Indonesia (Persero) ... 7

D. Badan Pendapatan Daerah (BAPENDA) Provinsi Jawa Barat ... 7

IV. ANALISIS BEST PRACTICES SESUAI PROYEK PERUBAHAN INDIVIDU………...……. 9

V. PENUTUP... 11

 A. Kesimpulan ... 11

(4)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Benchmarking ke Best Practice  merupakan salah satu mata diklat yang ada dalam kurikulum pola baru Diklat Kepemimpinan tingkat IV , sesuai dengan Peraturan Kepala Lembanga Administrasi Negara (LAN) Nomor 20 Tahun 2015 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV. Kegiatan benchmarking ke best  practice  diharapkan dapat membekali peserta dengan kemampuan mengadopsi dan mengadaptasi keunggulan organisasi yang dijadikan obyek benchmarking   yang memiliki best pratice  dalam pengelolaan kegiatan, sehingga mempermudah peserta dalam mengaplikasikan proyek perubahan yang akan dilakukan.

Melalui proyek perubahan, berbagai inovasi diharapkan muncul sebagai solusi dalam mengatasi berbagai permasalahan yang akan diperbaiki.Salah satu metode untuk memunculkan ide-ide inovatif tersebut adalah melalui benchmarking  ke lembaga/instansi yang telah memiliki dan menerapkan best practice.

Benchmarking ke Best Practice Diklatpim IV Angkatan XXIX Kementerian Kelautan dan Perikanan ini dilaksanakan di kota Bandung, Jawa Barat dengan lokus kunjungan antara lain; Bandung Commad Center (BCC), Badan Perencanaan, Penelitian, dan Pengembangan (BAPELITBANG) Kota Bandung, PT. Kereta Api Indonesia (Persero), dan Badan Pendapatan Daerah (BAPENDA) Provinsi Jawa Barat.

Pemilihan ketiga lokus tersebut didasarkan pada analisis terhadap beberapa organisasi atau lembaga yang memiliki kemampuan terbaik dalam pengelolaan SDM yang berintegritas dan profesional, pengembangan inovasi dan teknologi yang sangat maju, serta pelayanan publik yang efektif dan efisien.

(5)

B. Tujuan dan Manfaat

 Adapun yang menjadi tujuan pelaksanaan Benchmarking ke Best Practices adalah :

1. Peserta mampu mengidentifikasi best practices  yang telah dilaksankan pada lokus kunjungan;

2. Peserta mampu menyusun lesson learn  dari best practices  yang diterapkan;

3. Peserta mampu mengadopsi dan mengadaptasikan best practices terpilih kedalam proyek perubahan yang akan dilakukan.

 Adapun Manfaat benchmarking dilokus ini adalah dapat mengukur dan membandingkan suatu kegiatan organisasi yang terbaik dikelasnya, sehingga dapat diadopsi atau diadaptasikan untuk mempermudah dalam merancang proyek perubahan.

C. Metode Pengumpulan dan Analisis Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam Benchmarking ke Best Practice ini adalah dengan cara :

1. Wawancara; 2. Diskusi;

3. Observasi lapangan; 4. Browsing internet.

Sedangkan metode analisis data yang digunakan adalah dengan membandingkan serta menyandingkan kesamaan sifat best practices yang ada dimasing-masing lokus kunjungan dengan proyek perubahan, sehingga diharapkan dapat mempermudah dalam mengidentifikasi permasalahan, menemukan cara pemecahan masalah, dan mengimplementasikan proyek perubahan dengan baik.

(6)

II. LOKUS KUNJUNGAN

Kegiatan Benchmarking ke Best Practice Diklatpim IV Angkatan XXIX Kementerian Kelautan dan Perikanan ini dilaksanakan pada tanggal 19 s/d 22 Maret 2018 di kota Bandung, Jawa Barat, dengan 3 (tiga) tempat yang menjadi lokus kunjungan antara lain; Bandung Command Center (BCC), Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan (Bapelitbang) Kota Bandung, PT. Kereta Api Indonesia (PT.KAI), dan Badan Pendapatan Daerah (BAPENDA) Provinsi Jawa Barat.

Kota Bandung merupakan kota Metropolitan terbesar di Jawa Barat, sekaligus menjadi ibu kota Provinsi dengan luas wilayah 167,7 Km2 dan  jumlah penduduk sebesar 2.395 juta jiwa (2010), yang tersebar di 30

Kecamatan dan 151 Kelurahan.

Pemerintahan kota Bandung sendiri bertempat di Jl. Wastukencana No. 2, Babakan, Ciamis, Kota Bandung, Jawa Barat. dalam pelaksanaannya dimotori oleh 5 Badan Daerah, 22 Dinas Daerah, 30 Kecamatan dan 151 Kelurahan yang tersebar di seluruh penjuru kota Bandung. Kota Bandung saat ini dipimpin oleh pasangan M. Ridwan Kamil, ST., MUD selaku Walikota dan Oded Muhamad Danial selaku Wakil Walikota yang telah memimpin selama 1 periode (2013-2018).

 Adapun yang menjadi Visi kota Bandung “Terwujudnya Kota Bandung Yang Unggul, Nyaman Dan Sejahtera”, dengan Misi  yaitu : Mewujudkan Bandung nyaman melalui perencanaan tata ruang, pembangunan infrastruktur serta pengendalian pemanfaatan ruang yang berkualitas dan berwawasan lingkungan; Menghadirkan tata kelola pemerintahan yang akuntabel, bersih dan melayani; Membangun masyarakat yang mandiri, berkualitas dan berdaya saing; dan Membangun perekonomian yang kokoh, maju, dan berkeadilan.

A. Bandung C ommand Center  (BCC)

Bandung Command Center  merupakan salah satu ikon smart city di Kota Bandung. Dilengkapi dengan teknologi yang canggih, operasional Bandung Command Center ditujukan untuk

(7)

menyempurnakan pelayanan publik dari Pemerintah Kota Bandung kepada masyarakat. Dibangun sejak tahun 2014 dan resmi beroperasi pada tanggal 19 Januari 2015, Bandung Command Center menjadi salah satu inovasi Pemerintah Kota Bandung dalam hal pelayanan public. Selain itu, Bandung Command Center juga merupakan salah satu kunci penting dalam upaya Pemerintah Kota Bandung untuk mewujudkan Bandung Smart City.

B. Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan (BAPELITBANG) Kota Bandung

Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian Pengembangan (BAPPELITBANG). membawahi 3 (tiga) subid yaitu Sub Bidang I Sosial dan Pemerintahan, Sub Bidang II Ekonomi dan Pembangunan dan Sub Bidang III Inovasi dan Teknologi. Tugas dan fungsi Bapelitbang, meliputi:

1. pemantauan, evaluasi dan pelaporan lingkup penelitian dan pengembangan;

2. fasilitasi dan pengembangan inovasi daerah;

3. koordinasi, sinkronisasi dan kemitraan kelitbangan; 4. pengelolaan data dan peraturan kelitbangan;

5. kerjasama dan kemitraan lingkup penelitian dan pengembangan. C. PT. Kereta Api Indonesia (Persero)

PT Kereta Api Indonesia (Persero), selanjutnya disebut sebagai KAI atau ‘Perusahaan’ adalah Badan Usaha Milik Negara yang menyediakan, mengatur, dan mengurus jasa angkutan kereta api di Indonesia.

PT. Kereta Api Indonesia (Persero) bertempat di Jalan Perintis Kemerdekaan No. 1 Bandung 40117. Saat ini, PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang dipimpin oleh Edi Sukmoro selaku Direktur Utama, sudah memiliki tujuh anak perusahaan yakni PT Reska Multi Usaha (2003), PT Railink (2006), PT Kereta Api Indonesia Commuter Jabodetabek (2008), PT Kereta Api Pariwisata (2009), PT Kereta Api Logistik (2009), PT Kereta Api

(8)

Properti Manajemen (2009), PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (2015) dengan total pegawai sebanyak 28.163 orang.

 Adapun yang menjadi visi dan misi dari PT. Kereta Api Indonesia (Persero) sendiri adalah VISI:“Menjadi penyedia jasa perkeretaapian terbaik yang fokus pada pelayanan pelanggan dan memenuhi harapan Stakeholders”, dengan MISI: Menyelenggarakan bisnis perkeretaapian dan bisnis usaha penunjangnya melalui praktik bisnis dan model organisasi terbaik untuk memberikan nilai tambah yang tinggi bagi Stakeholders dan kelestarian lingkungan berdasarkan empat pilar utama: Keselamatan, Ketepatan Waktu, Pelayanan, dan Kenyamanan.

D. Badan Pendapatan Daerah (BAPENDA) Provinsi Jawa Barat

Sejarah Perkembangan Badan Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat, embrionya diawali dengan dibentuknya suatu Biro Pendaptan dan Perpajakan sebagai Sub Ordinat dari Administratur Bi dang Keuangan (Kepgub No. 60/PO/V/OM/SK/71). Dalam rangka peningkatan status kelembagaanya maka dibentuklah Jawatan Perpajakan dan Pendapatan dalam lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Kepgub No. 219/PO/V/O.M/SK/1971) tanggal 25 September 1971, sebagai unit kerja yang berdiri sendiri dan menjadi tonggak sejarah berdirinya Badan Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat. Sebagai konsekuensi berlakunya Undang-undang No. 5 tahun 1974, maka sebutan atau nomenklatur kelembagaan, berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor 107/A.V/18/SK/1975 terhitung tanggal 12 April 1975 sebutan Jawatan diubah dengan istilah :

 Adapun yang menjadi visi dan misi dari Badan Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat sendiri adalah Visi : “Menjadi Pengelola Pendapatan Daerah yang Amanah dan Akuntabel.”, dengan Misi ; (a) Meningkatkan Kapasitas Pendapatan Daerah Yang Makin Optimal, (b) Meningkatkan Kualitas Pelayanan kepada masyarakat yang berdaya saing.

(9)

III. ANALISIS BEST PRACTICES

Kota Bandung merupakan salah satu kota paling kreatif, bersahabat, dan nyaman untuk dikunjungi. Pemerintah kota bandung dalam hal ini sebagai penyedia pelayanan publik, selalu mengutamakan dan mendengarkan masukan serta aspirasi masyarakat dalam membuat suatu kebijakan serta terobosan (inovasi), sehingga dalam menjalankan kebijakan atau inovasi tersebut dapat dilaksanakan dengan baik.

Dari hasil benchmarking di kota Bandung berdasarkan hasil diskusi dan observasi, diperolehlah beberapa best practices yang diterapkan oleh instansi-instansi yang menjadi lokus kegiatan, adalah sebagai berikut : A. Bandung Command Center (BCC)

Best Practise yang diperoleh dari Bandung Commad Center (BCC) adalah :

Untuk pelayanan publik, ada tiga fasilitas unggulan yang dimiliki oleh Bandung Command Center, yaitu LAPOR! (Layanan Aplikasi dan Pengaduan Online Rakyat), NTPD 112 dan aplikasi berbasis android Panic Button. Adapun sebagai Decision Support System, Bandung Command Center menyediakan berbagai macam informasi yang dihimpun dari beragam aplikasi yang dimiliki oleh Kota Bandung. Untuk mendukung pengambilan keputusan terkait pendapatan kota misalnya, tersedia informasi dalam bentuk dashboard Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah (BPPD) Kota Bandung. Untuk pengambilan keputusan terkait infrastruktur, aplikasi Manpro (Manajemen Proyek) yang dikembangkan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandung menyediakan informasi yang dibutuhkan. Untuk pengambilan keputusan terkait pelayanan publik, infografis LAPOR!, hasil pemantauan melalui CCTV dan analisis keluhan masyarakat melalui sosial media dapat menjadi sumber data yang akurat.

(10)

B. Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan (Bapelitbang) Kota Bandung

Best practices yang diperoleh dari Bapelitbang Kota Bandung adalah:

1. mendokumentasikan hasil kinerja dan mensosialisasikannya secara eletronik, sehingga semua dapat diakses secara mudah;

2. membangun jejaring stakeholder dengan memanfaatkan teknologi informasi, sehingga dalam perencanaan pembangunan dapat mendengarkan masukan dari masyarakat selaku pengguna layanan agar kebijakan yang diambil dapat berjalan dan terealisasi dengan baik.

C. PT. Kereta Api Indonesia (PT.KAI)

Best practices yang diperoleh dari PT. KAI (Persero) adalah :

1. Merubah orientasi pelayanan dari yang semula berfokus pada produk yang disediakan menjadi, pelayanan terhadap costumer 2. Merubah pola pikir yang semula berorientasi pada bagaimana

meningkatkan operasional, menjadi bagaimana meningkatkan pelanggan/costumer

3. Mentransformasi pelayanan yang semula memberikan pelayanan pada satu tempat, menjadi mendekatkan diri kepada pelanggan sehingga pelanggan mudah untuk mengakses pelayanan yang diberikan

4. Mentransformasi cara pelayanan pemesanan tiket kereta api yang semula hanya dapat diakses melalui loket di stasiun, dengan menggunakan teknologi aplikasi sehingga pelanggan dapat mengakses pemesanan tiket kereta api disemua tempat.

D. Badan Pendapatan Daerah (BAPENDA) Provinsi Jawa Barat

Best practices  yang diperoleh dari Badan Pendapatan Daerah (BAPENDA) Provinsi Jawa Barat adalah :

1. Pentingnya mendekatkan pelayanan dengan kostumer sehingga dapat meminimalisir hilangnya potensi pendapatan daerah, sehingga

(11)

berimbas kepada peningkatan terhadap pendapatan daerah, dimana dilakukan inovasi melalui program/kegiatan berupa pelayanan di outlet-outlet, samsat keliling (samling), samsat gendong (samdong), dan samsat masuk desa (samdes);

2. Menggunakan teknologi informasi yang terintegrasi, sehingga memudahkan kostumer untuk mengakses dan melakukan pembayaran pajak dimanapun berada, seperti aplikasi e-samsat, Simpolin, dan T-samsat;

3. Bekerjasama dengan instansi terkait terutama perbankan untuk mempermudah melakukan pembayaran secara elektronik dengan menggunakan mesin EDC dan ATM yang lebih mudah dan cepat, sehingga meminimalisir lamanya waktu pelayanan dan penggunaan uang tunai.

4. Melakukan monitoring secara real time terhadap pelayanan pelanggan di unit pelayanan, serta melakukan evaluasi terhadap pendapatan yang dihasilkan dengan belanja yang dikeluarkan, sehingga memudahkan dalam menentukan target dan serta kebijakan-kebijakan yang akan diambil di masa yang akan datang, yang diwujudkan kedalam bentuk aplikasi berbasis teknologi informasi yaitu, system pemantauan pendapatan terpadu (SIPANDU).

(12)

IV. ANALISIS BEST PRACTICES SESUAI PROYEK PERUBAHAN INDIVIDU

Berdasarkan hasil analisis terhadap best practices  yang terdapat pada 4 (empat) lokus kunjungan, dan kesesuaian dengan rancangan proyek perubahan yang akan dilaksanakan, salah satu yang sesuai dan dapat diadopsi adalah best practices yang terdapat pada Badan Pendapatan Daerah (BAPENDA) Provinsi Jawa Barat, karena cukup sejalan dengan proyek perubahan yaitu “Optimalisasi Pelayanan terpadu

Terkait Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)”  yang dilihat dari kesesuaian konsep pelayanan yang mendekatkan diri dengan pengguna  jasa dan menggunakan kemajuan teknologi informasi untuk memudahkan

pelayanan dan pembayaran, sehingga dapat meningkatkan pendapatan. Inovasi yang dibuat yaitu terkait inovasi cara pelayanan dan produk pelayanan yang menggunakan teknoligi informasi.

1. Inovasi cara Pelayanan yang mudah dijangkau/diakses

mendekatkan pelayanan dengan pengguna jasa dengan menyediakan tempat-tempat pelayanan yang lokasinya dekat dan mudah diakses  oleh kostumer sehingga dapat meminimalisir hilangnya potensi pendapatan daerah, sehingga berimbas kepada peningkatan terhadap pendapatan daerah

2. Inovasi Sistem pelayanan.

Pelayanan pembayaran PNBP dilakukan secara online dan teritegrasi  dengan menggunakan pembayaran secara elektronik dengan menggunakan mesin EDC dan ATM, akan memudahkan pengguna jasa tanpa harus membawa uang tunai yang rawan untuk terjadinya kehilangan atau kejahatan.

3. Inovasi Sistem monitoring dan evaluasi pendapatan

Monitoring dan evauasi PNBP dapat dilakukan secara real time

dengan dilakukannya pembayaran/transaksi PNBP secara elektronik setiap harinya akan tercatat secara cepat dan mudah untuk dipantau

(13)

Melalui inovasi yang diterapkan oleh BAPENDA Provinsi Jawa Barat, dapat menjadi bahan acuan dalam pengembangan proyek perubahan yang akan dilaksanakan.

(14)

V. PENUTUP A. Kesimpulan

 Adapun Kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan dan penyusunan laporan Benchmarking ke Best Practices ini adalah :

1. Best Practices  yang terdapat pada lokus kunjungan berbeda-beda, namun ada kesamaan antara keseluruhan best practices yang ada pada tiap-tiap lokus yaitu, semangat, prinsip, pola pikir SDM yang ada selalu berfikir kreativ dan inovatif untuk menciptakan sesuatu yang baru guna meningkatkan pelayanan public menjadi lebih mudah, cepat, aman dan efesien, dengan memanfaatkan teknologi informasi sebagai saran pendukung.

2. Lesson learned  yang dapat dimunculkan dalam kegiatan benchmarking ini berupa inovasi terkait pelayanan dan penggunaan teknologi, antara lain :

1) Inovasi cara Pelayanan yang mudah dijangkau/diakses; 2) Inovasi Sistem pelayanan secara online dan terintegrasi;

3) Inovasi Sistem monitoring dan evaluasi terhadap pendapatan. 3. Best Practices yang ditemukan dilokus kunjungan Badan Pendapatan

Daerah (BAPENDA) Provinsi Jawa Barat, dapat diadopsi kedalam proyek perubahan berupa pendekatan lokus pelayanan agar mudah dijangkau oleh pengguna jasa dan dapat diakses dimana saja dengan menggunakan aplikasi secara online. sedangkan pengadaptasian best  practices  terhadap proyek perubahan dapat dilakukan dengan

membangun sistem baru dan komitmen baru untuk bertransformasi dari  product oriented   menuju ke costumer oriented   dengan penggunaan

teknologi informasi agar pelayanan menjadi mudah, cepat dan aman. B. Saran

Dalam kegiatan Benchmarking ke Best Practices ini diperlukan pemahaman mendalam terkait proses perubahan/transformasi suatu sistem sehingga menjadikannya sebagai sebuah inovasi. Untuk itu, diperlukan waktu yang lebih lama dan kesempatan yang luas bagi peserta untuk mendalami lokus kegiatan agar hasil yang didapatkan lebih optimal.

(15)

LAMPIRAN

LAPORAN B E N C H M A R K I N G KE BEST P R A C T I C E S

(16)

DOKUMENTASI KEGIATAN

B E N C H M A R K I N G KE B E S T P R A C T IC E S

DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT IV ANGKATAN XXIX

Kunjungan Ke PT. Kereta Api Indonesia (Persero)

(17)

Referensi

Dokumen terkait

a. Bisa diserahterimakan waktu akad c. Jelas diketahui oleh para pihak akad d.. Barang yang menjadi objek dalam akad harus merupakan sesuatu yang sah menurut hukum

Dengan letak kampus UNDIP Tembalang yang terletak di daerah yang elevasinya cukup tinggi, ditambah dengan terdapat sungai yang mengalir di depan kampus UNDIP,

Pada Tabel 7, rekapitulasi penilaian kinerja di Pusat Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian menunjukkan skor rerata keseluruhan dimensi sebesar 4,14 yang

Pada penelitian ini didapatkan prevalensi mahasiswa yang merokok lebih sedikit dibandingkan mahasiswa yang tidak merokok, angka kejadian depresi pada mahasiswa FK

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontaminasi daging babi sebesar 1% masih dapat terdeteksi dengan metode PCR-RFLP tetapi pengujian dengan primer spesifi k yang ditujukan hanya

Untuk dapat mengoptimalkan implementasi e-Court pada Pengadilan Negeri Sumedang agar terealisasinya asas Peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan di seluruh tingkatan

Berkenaan dengan hal-hal tersebut di atas, apabila pembangunan JRS tetap dilakukan seperti rencana semula yang memutus konektivitas antara Semenanjung Ujung Kulon dengan Gunung

Dalam kajian etimologi, Tayub bermakna “ditata ben guyub”, diatur.. Namun, stereotipe negatif yang telah dilekatkan pada tayub seakan mendarah daging