• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Kadar Co, No2 Dan So2 Di Kawasan Industri Medan Dan Kawasan Non Industri Di Kota Medan Pada Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisa Kadar Co, No2 Dan So2 Di Kawasan Industri Medan Dan Kawasan Non Industri Di Kota Medan Pada Tahun 2013"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISA KADAR CO, NO2 DAN SO2 DI KAWASAN INDUSTRI MEDAN DAN KAWASAN NON

INDUSTRI DI KOTA MEDAN PADA TAHUN 2013

OLEH:

NIM. 111O21130 YULIANA RAMADHANI M

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

▸ Baca selengkapnya: pengelompokkan kawasan industri di daerah bekasi merupakan kajian dari konsep geografi yaitu

(2)
(3)

ABSTRAK

Kawasan Industri adalah kawasan yang ditetapkan untuk daerah industri, jumlah industri yang terdapat di Kawasan Industri Medan adalah sebanyak 109 industri. Kawasan Non Industri merupakan kawasan yang ditetapkan sebagai perumahan dan padatnya lalu lintas di kawasan ini dapat mengakibatkan pencemaran udara.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar CO, NO2, dan SO2, suhu, kelembaban, kecepatan angin, jumlah kendaraan bermotor dan jarak pohon dengan sumber pencemar di Kawasan Industri Medan dan Kawasan Non Industri di kota Medan.

Jenis penelitian ini adalah survai bersifat deskriptif sederhana. Objek penelitian ini adalah CO, NO2, dan SO2, dan hasil didapat dari pengukuran langsung di KIM dan Kawasan Non industri.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar CO tertinggi yaitu di Kawasan Industri Medan sebesar (17.170 µg/Nm3), sedangkan kadar CO terendah terdapat pada kawasan non industri yaitu sebesar (9.160 µg/Nm3), kadar NO2 tertinggi terdapat pada Kawasan Industri Medan yaitu sebesar (32,45 µg/Nm), sedangkan kadar nitrogen dioksida (NO2) terendah terdapat pada kawasan non industri yaitu sebesar (13,05 µg/Nm) dan kadar SO2 tertinggi terdapat pada kawasan non industri yaitu sebesar (54,38 µg/Nm), sedangkan terendah terdapat pada Kawasan Industri Medan yaitu sebesar (47,92 µg/Nm).

Kesimpulan dari penelitian ini bahwa Kawasan Industri Medan dan kawasan Non Industri di kota Medan belum melebihi baku mutu CO (30.000 µg/Nm), NO2 (400 µg/Nm) dan SO2 (900 µg/Nm). Saran untuk pengelola KIM untuk lebih memperhatikan kualitas udara dan untuk pemerintah agar lebih meningkatkan penanaman jalur hijau di kota Medan.

(4)

ABSTRACT

Industry area is the area which established for industry area, the total of industry in KIM (Kawasan Industri Medan) are 109 industries. Non-industry area is the place where people can live and also the testive area in this place can caused air pollution.

This research is made for understanding the degree of CO, NO2, dan SO2 in

KIM and Non-industry area, the speed of wind, temperature, humidity, the total of vehicle, and the distance of plants that absorb pollution with the source pollution in KIM and Non-industry area in Medan city.

The type of this research is survey which descriptive area. The object of this research are CO, NO2, SO2 and the result can be found directly the measure of KIM

area and Non-industry area.

The result of this research shows the highest degree of CO in KIM is (17.170 µg/Nm3), meanwhile the lowest degree in non-industry area is (9.160 µg/Nm3) the highest degree of NO2 in KIM is (32, 45 µg/Nm3), on the other hand the lowest degree

of NO2 in non-industry area is (13,05 µg/Nm3) and the degree highest of SO2 in

non-industry area is (54, 38 µg/Nm3) meanwhile the lowest degree of SO2 in KIM is (

47,92 µg/Nm3).

The conclution from this research are KIM and non-industry area in Medan city not over the standard of quality yet. The suggestion for the owner of KIM are the should do make more attention in the quality of air and also for the government, they should do more planting the trees area in Medan city.

(5)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “ANALISA KADAR CO, NO2 DAN SO2 DI KAWASAN INDUSTRI MEDAN DAN KAWASAN NON INDUSTRI DI KOTA MEDAN PADA TAHUN 2013”. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW yang senantiasa tercurahkan pada beliau yang telah menjadi teladan utama bagi umatnya.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh

Gelar Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini

penulis persembahkan kepada ayahanda “Yurnalis Munthe” dan ibunda “Seniah”

yang telah memberikan kasih sayang yang tidak henti-hentinya, dukungan moral

maupun materil dan do’a kepada penulis dan yang menjadi motivasi penulis selama

ini. Semoga Allah memberikan kebahagian kepada keduanya baik di dunia maupun di

akhirat. Amin.

Selama penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan

dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

(6)

3. Asfriyati, SKM, M.Kes, selaku dosen pembimbing Akademik yang telah

memberikan bimbingan, motivasi dan dukungannya kepada penulis.

4. dr. Taufik Ashar MKM., selaku Dosen Pembimbing Skripsi I sekaligus Ketua

Penguji yang telah memberikan bimbingan, arahan, ilmu, motivasi, serta

dukungannya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina MS., selaku Dosen Pembimbing Skripsi II

sekaligus Dosen Penguji I yang telah memberikan bimbingan arahan, ilmu,

motivasi, serta dukungannya kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

6. Ir. Indra Chahaya MSi., selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan saran

dan masukan kepada penulis untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.

7. Dra.Nurmaini MKM., Ph.D, selaku dosen penguji III yang telah memberikan

saran dan masukkan kepada penulis untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.

8. Seluruh Dosen dan staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara yang telah memberikan ilmu selama penulis menjadi mahasiswa di FKM

USU.

9. Pimpinan Kawasan Industri Medan dan ibu Bernike selaku pembimbing lapangan

penulis.

10.Pimpinan dan staf di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Provinsi Sumatera

Utara.

11.Untuk kakak dan abangku tersayang: Asmawani, Budi Hariono, Aida Fitri, Zaini

Kholis, Maya sari dan Armis Tama yang selalu mendoakan dan menyemangati

(7)

12.Untuk adekku tersayang “Azwardhi yurnalis” dan “Irwansyah yurnalis” yang

selalu mendoakan dan menyemangati penulis.

13.Untuk keponakan-keponakan: Farhah, Ido, Ausath, Soru, Mayroh, Ilyas, Lana,

Ina, Waffa, Syaki dan Rasyid yang telah memberikan senyuman dan semangat

bagi penulis.

14.Untuk abangku “Ahmad Fauzi Nst” yang telah banyak membantu, yang penuh

pengertian, kesabaran, dan doa dalam memberikan motivasi dan dukungan kepada

penulis..

15.Sahabat-sahabat seperjuangan di Fakultas Kesehatan Masyarakat maupun

Departemen Kesehatan Lingkungan : Marlina, Suryani, Reni, Nay, kak Wiwit, Bg

Jun, Bg Asrul, Moris, Rizka, Evie, Rizki, Dian, Besti, Sherli, Winda, Melta yang

sering memberi dukungan, masukan dan diskusi dalam penyelesaian skripsi ini.

Serta sahabat dekat penulis : Iin, Ria, Meli, Yeni, Fitri, Hanim dan Arie. Semua

pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa disebutkan

satu persatu. Terima kasih atas dukungannya selama ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini,

untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak

dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Semoga Tugas Sarjana ini memberi

manfaat bagi siapapun yang membacanya serta dapat menjadi referensi yang

bermanfaat bagi ilmu pengetahuan.

(8)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Yuliana Ramadhani M

Tempat/Tanggal Lahir : Takengon, 19 April 1989

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum menikah

Anak Ke : 4 dari 6 bersaudara

Alamat Rumah : Jl. Binjai KM 12 Perum Pallem Kencana Blok XZ No. 26 Medan

(9)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN………... i

ABSTRAK……… ii

ABSTRACT……….. iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP……… iv

KATA PENGANTAR……….. v

DAFTAR ISI……… viii

DAFTAR TABEL……… xi

DAFTAR GAMBAR………... xii

DAFTAR LAMPIRAN……… xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian... 7

1.3.1. Tujuan Umum ... 7

1.3.2. Tujuan Khusus ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Udara ... 9

2.1.1 Pengertian Udara ... 9

2.1.2 Pengertian Pencemaran Udara ... 10

2.1.3 Penyebab Pencemaran Udara ... 10

2.1.4 Klasifikasi Bahan Pencemar Udara ... 11

2.1.5 Sumber Pencemar Udara... 13

2.1.6 Jenis- jenis Pencemar Udara ... 14

2.1.7 Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pencemaran Udara ... 15

(10)

2.1.9 Pencegahan ... 19

2.2 Karbon Monoksida (CO) ... 21

2.2.1 Sumber Karbon Monoksida ... 21

2.2.2 Pengaruh Karbon Monoksida Terhadap Kesehatan ... 23

2.3. Nitrogen Dioksida ... 24

2.3.1 Sumber Nitrogen dioksida ... 24

2.3.2 Pengaruh NO2 Terhadap Kesehatan ... 26

2.3.3 Pengaruh NO2 Terhadap Tanaman ... 28

2.4 Sulfur Dioksida (SO2) ... 28

2.4.1 Sumber Sulfur Dioksida ... 28

2.4.2 Pengaruh Sulfur Dioksida Terhadap Kesehatan ... 29

2.4.3 Pengaruh Sulfur Dioksida Terhadap Tanaman ... 30

2.4.4 Pengaruh Sulfur Dioksida Terhadap Bahan Lain .... 31

2.5 Industri... ... 31

2.5.1 Industri dan Klasifikasinya ... 31

2.5.2 Dampak Industri ... 32

2.6 Kawasan Non Industri (Perumahan) ... 32

2.6.1 Persyaratan Perumahan ... 32

2.7 Kerangka Konsep ... 36

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ... 37

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 37

3.2.2 Waktu Penelitian... 37

3.3 Objek Penelitian ... 38

(11)

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 39

3.5.1 Data Primer ... 39

3.5.2 Data Sekunder ... 39

3.6 Teknik Analisa Data ... 39

3.6.1 Teknik Pengambilan Sampel ... 39

3.6.2 Prosedur Pengukuran CO di Udara Ambien ... 40

3.6.3 Prosedur Pengukuran NO2 ... 40

3.6.4 Metode Analisa SO2 dengan menggunakan Pararosalin ... 42

3.6.5 Prosedur Pengukuran Suhu dan Kelembaban ... 44

3.7 Aspek Pengukuran ... 45

3.8 Depenisi Operasional Variabel ... 45

3.9 Analisa Data ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 47

4.2 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 47

4.2.1 Kawasan Industri Medan ... 47

4.2.2 Kawasan Non Industri (Kawasan Perumahan Johor ... 48

4.3 Hasil Penelitian ... 49

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kadar CO di Kawasan Industri Medan dan Kawasan Non Non Industri... 54

5.2 Kadar NO2 di Kawasan Industri dan Kawasan Non Industri ... 57

(12)

5.5 Dampak Terhadap Kesehatan ... 61

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan... 63 6.2 Saran ... 64 DAFTAR PUSTAKA

(13)

NO. DAFTAR TABEL Hal 1. Tabel 2.1 Pengaruh Konsentrasi CO di udara dan Pengaruhnya

Pada Tubuh Bila Terjadi Kontak Pada Waktu yang

Lama………... 25

2. Tabel 2.2 Sumber Pencemaran NO2 di Udara………... 27 3. Tabel 2.3 Pengaruh SO2 Terhadap Manusia………... 31 4. Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Karbon Monoksida (CO) di Kawasan

Industri Medan dan Kawasan Non Industri……….. 51 5. Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Kadar Nitrogen dioksida (NO2) di Kawasan

Industri Medan dan Kawasan Non Industri………... … 52 6. Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Kadar Sulfur dioksida (SO2) di Kawasan

Industri Medan dan Kawasan Non Industri………... .... 52 7. Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Kecepatan Angin di Kawasan Industri

Medan dan Kawasan Non Industri………. 53

8. Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Suhu di Kawasan Industri Medan dan

Kawasan Non Industri……… 53

9. Tabel 4.6 Hasil Pengukuran Kelembaban di Kawasan Industri Medan

Dan Kawasan Non Industri……… 54

10.Tabel 4.7 hasil Pengukuran Jumlah Kendaraan Bermotor di Kawasan

Industri Medan dan Kawasan Non Industri……… 54 11.Tabel 4.8 Hasil Pengukuran Jarak Tanaman Penyerap Polutan di Kawasan

(14)

No DAFTAR GAMBAR Hal

(15)

No. DAFTAR LAMPIRAN Hal 1. Lampiran 1 Lembar Bimbingan Skripsi……… 67 2. Lampiran 2 Hasil Pengukuran CO, NO2 dan SO2 dari Balai Teknik

KesehatanLingkungan dan Pengendalian Penyakit……… 68 3. Lampiran 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.41

Tahun 1999………. 72 4. Lampiran 4 Surat Permohonan Izin Penelitian……… 75 5. Lampiran 5 Surat Izin Penelitian………. 76 6. Lampiran 6 Surat Keterangan Telah Selesai Melakukan

(16)

ABSTRAK

Kawasan Industri adalah kawasan yang ditetapkan untuk daerah industri, jumlah industri yang terdapat di Kawasan Industri Medan adalah sebanyak 109 industri. Kawasan Non Industri merupakan kawasan yang ditetapkan sebagai perumahan dan padatnya lalu lintas di kawasan ini dapat mengakibatkan pencemaran udara.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar CO, NO2, dan SO2, suhu, kelembaban, kecepatan angin, jumlah kendaraan bermotor dan jarak pohon dengan sumber pencemar di Kawasan Industri Medan dan Kawasan Non Industri di kota Medan.

Jenis penelitian ini adalah survai bersifat deskriptif sederhana. Objek penelitian ini adalah CO, NO2, dan SO2, dan hasil didapat dari pengukuran langsung di KIM dan Kawasan Non industri.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar CO tertinggi yaitu di Kawasan Industri Medan sebesar (17.170 µg/Nm3), sedangkan kadar CO terendah terdapat pada kawasan non industri yaitu sebesar (9.160 µg/Nm3), kadar NO2 tertinggi terdapat pada Kawasan Industri Medan yaitu sebesar (32,45 µg/Nm), sedangkan kadar nitrogen dioksida (NO2) terendah terdapat pada kawasan non industri yaitu sebesar (13,05 µg/Nm) dan kadar SO2 tertinggi terdapat pada kawasan non industri yaitu sebesar (54,38 µg/Nm), sedangkan terendah terdapat pada Kawasan Industri Medan yaitu sebesar (47,92 µg/Nm).

Kesimpulan dari penelitian ini bahwa Kawasan Industri Medan dan kawasan Non Industri di kota Medan belum melebihi baku mutu CO (30.000 µg/Nm), NO2 (400 µg/Nm) dan SO2 (900 µg/Nm). Saran untuk pengelola KIM untuk lebih memperhatikan kualitas udara dan untuk pemerintah agar lebih meningkatkan penanaman jalur hijau di kota Medan.

(17)

ABSTRACT

Industry area is the area which established for industry area, the total of industry in KIM (Kawasan Industri Medan) are 109 industries. Non-industry area is the place where people can live and also the testive area in this place can caused air pollution.

This research is made for understanding the degree of CO, NO2, dan SO2 in

KIM and Non-industry area, the speed of wind, temperature, humidity, the total of vehicle, and the distance of plants that absorb pollution with the source pollution in KIM and Non-industry area in Medan city.

The type of this research is survey which descriptive area. The object of this research are CO, NO2, SO2 and the result can be found directly the measure of KIM

area and Non-industry area.

The result of this research shows the highest degree of CO in KIM is (17.170 µg/Nm3), meanwhile the lowest degree in non-industry area is (9.160 µg/Nm3) the highest degree of NO2 in KIM is (32, 45 µg/Nm3), on the other hand the lowest degree

of NO2 in non-industry area is (13,05 µg/Nm3) and the degree highest of SO2 in

non-industry area is (54, 38 µg/Nm3) meanwhile the lowest degree of SO2 in KIM is (

47,92 µg/Nm3).

The conclution from this research are KIM and non-industry area in Medan city not over the standard of quality yet. The suggestion for the owner of KIM are the should do make more attention in the quality of air and also for the government, they should do more planting the trees area in Medan city.

(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Udara adalah atmosfer yang berada disekeliling bumi yang fungsinya sangat

penting untuk kehidupan di muka bumi ini, di dalam udara terdapat oksigen (O2)

untuk bernapas, karbon dioksida (CO2) untuk proses fotosintesis oleh khlorofil daun,

untuk menahan sinar ultra violet dari matahari. Udara sangat dibutuhkan oleh

manusia dan hewan. Udara digunakan untuk pernapasan, menghirup gas oksigen ke

paru-paru yang kemudian diserap oleh darah, darah mengandung hemoglobin (protein

sel darah merah yang memungkinkan darah mengangkut Oksigen) lalu diangkut ke

seluruh tubuh sebagai pemasok oksigen bagi sel-sel tubuh. Udara juga berfungsi

untuk mempertahankan suhu tubuh agar dalam keadaan normal dengan mekanisme

secara fisik (Sunu, 2001).

Udara merupakan zat yang paling penting setelah air dalam memberikan

kehidupan di permukaan bumi ini. Selain memberikan oksigen udara juga berfungsi

sebagai alat penghantar suara dan bunyi-bunyian, pendingin benda- benda yang panas

dan dapat menjadi media penyebaran penyakit pada manusia. masalah pencemaran

udara sudah lama menjadi masalah kesehatan pada masyarakat terutama di

negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan kendaraan bermotor (Chandra,

2006).

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.41 Tahun 1999 menyebutkan

bahwa pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau

(19)

ambien turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat

memenuhi fungsinya.

Pembangunan yang berkembang pesat, khususnya dalam industri dan

teknologi, serta meningkatnya jumlah kenderaan bermotor yang menggunakan bahan

bakar minyak menyebabkan udara di sekitar kita tercemar oleh gas–gas buangan hasil

pembakaran (Wardhana, 2001)

Transportasi sangat diperlukan untuk mengangkut bahan baku dari daerah

pertambangan ketempat industri (pabrik) untuk diolah lebih lanjut menjadi bahan jadi

(produk). Selanjutnya dengan transportasi pula produksi yang dihasilkan dibawa ke

pemakai. Dan sejalan dengan kegiatan itu akan berdampak meluasnya pencemaran

lingkungan terutama pencemaran udara (Wardhana, 2001).

Transportasi merupakan penghasil CO terbanyak diantara penghasil CO

lainnya terutama oleh kendaraan bermotor yang menggunakan bensin sebagai bahan

bakar, selain transportasi industri juga merupakan penghasil CO terbesar setelah

transportasi dan pembakaran. Industri juga merupakan sumber utama penghasil SO2

seperti industri pemurnian petroleum, industri Asam sulfat, industri peleburan baja

dan sebagainya (Fardiaz, 2003).

Perubahan kualitas udara ambien, biasanya mencakup parameter – parameter

seperti gas NO2, SO2, CO, O3, NH3, H2S, Hidrokarbon, dan partikel debu. Apabila

terjadi peningkatan kadar bahan – bahan tersebut di udara ambien yang melebihi nilai

baku mutu udara ambien yang telah ditetapkan, dapat menyebabkan terjadinya

(20)

ataupun kelainan paru menahun lainnya (Saric, 1980; Xu & Dockery,1991 dalam

Mukono 1997).

Pembangunan di negara kita, khususnya pembangunan di bidang industri

berjalan sangat cepat. Konsekuensi dari proses pembangunan industri adalah

meningkatnya limbah yang dikeluarkan oleh industri tersebut, termasuk limbah udara

yang dapat merubah kualitas udara ambien. Bahan pencemar udara yang dapat

dikeluarkan oleh industri antara lain adalah partikel debu, gas SO2, gas NO2, gas CO,

gas NH3, dan gas Hidrokarbon (Mukono, 2008). Kegiatan-kegiatan industri dapat

menimbulkan dampak yang merugikan kesehatan bagi tenaga kerja dan populasi

umum baik secara langsung yaitu melalui pemaparan terhadap faktor-faktor yang

mengganggu kesehatan dan secara tidak langsung melalui degradasi lingkungan

(Widiati dalam Kustanto, 2001).

Bahan bakar fosil merupakan sumber utama terjadinya pencemaran udara pada

industri, pembakaran sempurna bahan bakar fosil menghasilkan CO dan H2O bersama

beberapa Nitrogen oksida yang muncul dari fiksasi Nitrogen dari atmosfir pada suhu

tinggi. Pembakaran yang tidak sempurna menghasilkan asap hitam yang terdiri dari

partikel-partikel Karbon atau Hidrokarbon kompleks atau CO dan senyawa organik

yang teroksidasi sebagian, bahan bakar fosil juga mengandung senyawa sulfur

(Kristanto, 2002).

Kegiatan pembakaran yang berlangsung tidak sempurna dari bahan bakar

yang dipakai sebagai sumber energi bagi kendaraan bermotor terintroduksi ke udara

dalam bentuk gas dan partikel. Gas buang kendaraan bermotor tersebut mengeluarkan

(21)

oksida (NOx), Sulfur oksida (SOx), dan Hidrokarbon (HC) dan berupa seperti partikel

debu, aerosol, timah hitam (Moestikahadi, 2001).

Penggunaan bahan bakar fosil meningkatkan akumulasi Karbon dioksida di

atmosfir, konsentrasi Karbon dioksida pada era pra industri sebesar 280 ppm (280

bagian Karbon dioksida per sejuta volume udara), konsentrasi ini meningkat menjadi

340 ppm pada tahun 1980 dan diperkirakan akan menjadi dua kali lipat menjadi 560

ppm pada abad yang mendatang (Kristanto, 2002).

Jumlah COdi udara sebesar 0,032 % berasal dari pembakaran tidak sempurna

(kekurangan waktu dan dan oksigen) maka tiap atom karbon akan bereaksi dengan

dengan satu atom oksigen dan terbentuklah CO. Gas ini bersifat lebih ringan dari

udara, tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa (Mukono, 2008).

Gas CO yang dihasilkan oleh kendaraan bermesin bensin (premium) adalah

sekitar 1% pada waktu berjalan dan sekitar 7% pada waktu tidak berjalan. Sementara

mesin diesel menghasilkan CO sebesar 0,2% pada waktu berjalan dan sekitar 4%

pada waktu berhenti. SO2 adalah pencemar udara yang banyak dihasilkan oleh

pembakaran bahan bakar minyak. SO2 adalah gas yang tidak dapat terbakar dan tidak

berwarna (Siswanto dalam Sarudji, 2010).

Sumber pencemaran SO2 yang berada berada di atmosfer berasal dari kegiatan

manusia dan sumber-sumber alam seperti volkano. SO2 secara rutin di produksi

sebagai produk sampingan dalam industri logam (Sunu, 2001).

Jumlah udara yang dibutuhkan manusia untuk pernapasan sangat besar

(22)

akan menimbulkan gangguan. Penting untuk diketahui adalah bahwa udara yang ada

di planet bumi ini jumlahnya tetap hanya komposisinya yang mungkin berubah oleh

karena itu dalam pemanfaatan udara manusia dan mahluk lain menggunakannya

secara bergantian. Dengan demikian perbaikkan kualitas udara menjadi hal yang

sangat penting untuk diupayakan seperti misalnya meningkatkan kadar oksigen dan

menurunkan kadar Karbon dioksida dalam peristiwa fotosintesis (Sarudji, 2010).

Nitrogen dioksida atau NO2 merupakan gas yang toksik bagi manusia dan

umumnya mengganggu system pernapasan (Mulia, 2005). Kontributor terbanyak NOx

adalah kendaraan bermotor dan dari sumber menetap yang membakar minyak,

sekalipun NO adalah gas yang toksik, namun NO2 lebih berbahaya dibandingkan

dengan NO (Sarudji, 2010).

Gas NO2 bila mencemari udara mudah diamati dari baunya yang sangat

menyengat dan warnanya coklat kemerahan. Daerah perkotaan yang padat

penduduknya biasanya kadar kadar NO2 cenderung tinggi. Hal tersebut diakibatkan

oleh berbagai macam kegiatan yang menunjang kehidupan manusia seperti

transportasi, penggunaan generator pembangkit listrik, pembuangan sampah, dan

sebagainya (Sunu, 2001).

Kawasan Industri Medan (KIM I) adalah kawasan yang ditetapkan untuk

daerah industry memiliki luas total sebesar 672 hektar, KIM berjarak sekitar 10 km

dari pusat kota Medan dan sekitar 15 km dari pelabuhan Belawan. Jumlah industri

yang terdapat di Kawasan Industri Medan adalah sebanyak 109 industri yang terdiri

dari industri percetakan, industri pengemasan hasil laut, industri furniture, dll.

(23)

Kendaraan bermotor yang paling banyak melintasi Kawasan Industri Medan adalah

truk dan kontainer yang mengangkut bahan mentah untuk produksi dan mengangkut

hasil dari produksi tersebut.

Selain truk dan kontainer Kawasan Industri Medan banyak dilintasi oleh mobil

pribadi dan kendaraan roda dua, sedangkan di persimpangan yang menjadi batas

antara KIM I dan KIM II sering terlihat antrian kendaraan bermotor yang sangat

panjang sehingga terlihat semakin memperburuk udara di Kawasan Industri Medan.

Selain berasal dari asap kendaraan bermotor pencemaran udara juga berasal

dari cerobong asap yang dikeluarkan oleh pabrik pada waktu-waktu tertentu, asap

yang dikeluarkan terlihat berwarna hitam pekat dan kotor.

Kawasan non industri (kawasan perumahan Medan Johor) merupakan kawasan

yang ditetapkan sebagai kawasan perumahan, kawasan ini merupakan kawasan

pemukiman penduduk dan banyak terdapat perumahan penduduk di kawasan ini.

Karena kawasan ini merupakan kawasan pemukiman penduduk maka kawasan ini

rawan akan kemacetan lalu lintas pada jam-jam tertentu diakibatkan oleh masyarakat

yang akan pergi dan pulang beraktivitas.

Jalan A.H Nasution yang merupakan jalan protokol di kawasan ini,di jalan ini

sering terlihat antrian kendaraan bermotor pada jam-jam tertentu karena padatnya

aktivitas masyarakat, seperti pada saat pagi hari saat masyarakat akan beraktivitas dan

pada sore pada saat jam pulang kerja dan dengan naiknya jumlah kendaraan dan

makin banyakya terjadi kemacetan lalu lintas tingkat pencemaran juga akan

(24)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Eliyus (2010) di Kawasan Industri

Medan menunjukkan kadar NO2 di Kawasan Industri Medan sangat tinggi yaitu

sebesar 335,8 µg/Nm3. Dan hasil penelitian Yeni (2013) menunjukkan kadar CO di

jl. A. H. Nasution yaitu sebesar 16.033 µg/Nm3 dan kadar NO2 sebesar 9,22 µg/Nm3.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 41 tahun 1999

tentang pengendalian pencemaran udara, nilai ambang batas Karbon monoksida (CO)

yang diperbolehkan di udara sebesar 30.000 µg/Nm3 dalam satu jam pengukuran dan

Sulfur dioksida (SO2) adalah sebesar 900 µg/Nm3 dalam satu jam pengukuran.

Berdasarkan uraian di tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang perbandingan kadar CO,NO2 dan SO2 di kawasan Industri Medan (

KIM I) dan kawasan non industri (kawasan perumahan Johor) di kota Medan tahun

2013.

1.2. Perumusan Masalah

Bagaimana kadar CO, NO2 dan SO2 di Kawasan Industri Medan dan kawasan

non industri di kota Medan.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui kadar CO, NO2 dan kadar SO2 di Kawasan Industri Medan

dan kawasan non industri di kota Medan pada tahun 2013.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui kadar CO, NO2 dan SO2 di Kawasan Industri Medan.

2. Untuk mengetahui kadar CO, NO2 dan SO2 di kawasan non industri di kota

(25)

3. Untuk mengetahui kecepatan angin di Kawasan Industri Medan dan di kawasan

non industri di kota Medan.

4. Untuk mengetahui kelembaban di Kawasan Industri Medan dan kawasan non

industri di kota Medan.

5. Untuk mengetahui suhu di Kawasan Industri Medan dan di kawasan non

industri di kota Medan.

6. Untuk mengetahui kepadatan lalu lintas di Kawasan Industri Medan dan di

kawasan non industri di kota Medan.

7. Untuk mengetahui jenis kendaraan bermotor yang melintas di Kawasan

Industri Medan dan di kawasan non industri Medan.

8. Untuk mengetahui jarak tumbuh-tumbuhan dengan jalan raya di Kawasan

Industri Medan dan di kawasan non industri di kota Medan.

1.4 . Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi pengelola Kawasan Industri Medan untuk lebih

memperhatikan pengawasan terhadap polusi udara yang dihasilkan oleh

industri yang berada di Kawasan Industri Medan.

2. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Medan dan Badan

Lingkungan Hidup Kota Medan untuk mengetahui tingkat pencemaran udara

di Kawasan Industri Medan (KIM I) dan Kawasan non industri (Kawasan

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Udara

2.1.1. Pengertian Udara

Udara merupakan campuran beberapa macam gas yang perbandingannya tidak

tetap, tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan udara dan lingkungan sekitarnya.

Dalam udara terdapat oksigen (O2) untuk bernapas, karbon dioksida untuk proses

fotosintesis oleh khlorofil daun dan ozon (O3) untuk menahan sinar ultra violet

(Wardhana, 2001).

Udara adalah atmosfer yang berada di sekeliling bumi yang fungsinya sangat

penting untuk kehidupan di muka bumi ini. Komponen yang konsentrasinya paling

bervariasi yaitu uap air dan CO. Kegiatan yang berpotensi menaikkan konsentrasi

CO2 seperti pembusukan sampah tanaman, pembakaran, atau sekumpulan massa

manusia di dalam ruangan terbatas yaitu karena proses pernapasan. Konsentrasi yang

relatif rendah dapat dijumpai di daerah kebun atau hutan, konsentrasi yang relatif

rendah tersebut disebabkan oleh absorbsi CO2 oleh tanaman selama fotosintesis

dankarena kelarutan CO2 di dalam air (Sunu, 2001).

Udara merupakan zat yang paling penting setelah air dalam memberikan

kehidupan di permukaan bumi ini. Selain memberikan oksigen, udara juga berfungsi

sebagai alat penghantar suara dan bunyi-bunyian, pendingin benda-benda yang panas,

(27)

2.1.2. Pengertian Pencemaran Udara

Pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau substrat fisik atau kimia ke

dalam lingkungan udara normal yang mencapai jumlah tertentu, sehingga dapat

dideteksi oleh manusia (atau yang dapat dihitung dan diukur) serta dapat memberikan

efek pada manusia, binatang, vegetasi, dan material. Selain itu pencemaran dapat pula

dikatakan sebagai perubahan atmosfer oleh karena masuknya bahan kontaminan

alami atau buatan ke dalam atmosfer tersebut (Chambers & Master dalam Mukono,

1997).

Pencemaran udara adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi

dan/atau komponen lain ke dalam udara dan/atau berubahnya tatanan (komposisi)

udara oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas udara menjadi

kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Keputusan

Menteri Negara Republik Indonesia dan Lingkungan Hidup No.02/MENKLH/1988).

Pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau substrat fisik atau kimia ke

dalam lingkungan udara normal yang mencapai sejumlah tertentu, sehingga dapat

dideteksi oleh manusia (yang dapat dihitung dan diukur) serta dapat memberikan efek

pada manusia, binatang, vegetasi dan material (Chambers & Masters dalam Mukono,

2005 ).

2.1.3. Penyebab Pencemaran Udara

Menurut Wardhana (2001) penyebab pencemaran udara secara umum ada 2

macam:

(28)

2. Abu (debu) yang dikeluarkan dari letusan gunung merapi.

3. Proses pembusukan sampah organic.

b. Karena faktor eksternal (karena ulah manusia), contoh:

1. Hasil pembakaran bahan bakar fosil.

2. Debu/serbuk dari kegiatan industri.

3. Pemakaian zat-zat kima yang disemprotkan ke udara.

Sumber pencemaran udara terutama dari transportasi, dimana polutan yang

dihasilkan terdiri dari karbonmonoksida (CO) dan hidrokarbon (HC). Sumber-sumber

pencemaran lainnya seperti pembakaran, kegiatan idustri, pembuangan limbah, dan

sebagainya (Sunu, 2001).

2.1.4. Klasifikasi Bahan Pencemar Udara

Menurut Mukono (2008) bahan pencemar udara atau polutan udara dibagi

menjadi dua bagian:

1. Polutan primer

Polutan primer adalah polutan yang dikeluarkan langsung dari sumber tertentu,

dapat berupa:

a.Gas terdiri dari:

1). Senyawa Karbon, yaitu Hidrokarbon teroksigenasi, dan karbonoksida (CO atau

CO2)

2). Senyawa Sulfur, yaitu Sulfur oksida

3). Senyawa Nitrogen, yaitu Nitrogen oksida dan amoniak

4). Senyawa Halogen, yaitu Flour, Klorin, Hydrogen Klorida, Hidrokarbon

(29)

Penyebab pencemaran lingkungan di atmosfer biasanya berasal dari kendaraan

bermotor atau industri (Mostardi dalam Mukono,2008).

b. Partikel

Partikel dalam atmosfer mempunyai karakteristik spesifik, dapat berupa zat padat

maupun suspensi aerosol cair. Bahan partikel tersebut dapat berasal dari proses

kondensasi, proses dispersi misalnya proses menyemprot (spraying) maupun proses

erosi bahan tertentu.

c. Asap

Asap seringkali dipakai untuk menunjukkan campuran bahan partikulat

(particulate matter), uap (fumes), gas, dank abut (mist).

Adapun yang dimaksud dengan

1). Asap adalah partikel yang sangat halus (sering disebut sebagai jelaga) dan

merupakan hasil dari pembakaran yang tidak sempurna

2). Debu adalah partikel yang padat yang dapat dihasilkan oleh manusia atau alam

dan merupakan hasil dari proses pemecahan suatu bahan

3). Kabut adalah partikel cair dari reaksi kimia dan kondensasi uap air

2. Polutan Sekunder

Polutan sekunder biasanya terjadi karena reaksi dari dua atau lebih bahan kimia di

udara, misalnya reaksi fotokimia. Sebagai contoh adalah disosiasi NO2 yang

menghasilkan NO dan O radikal. Proses kecepatan dan arah reaksinya dipengaruhi

oleh beberapa faktor, antara lain:

(30)

c. Kondisi alam

d. Topografi lokal dan adanya embun

Polutan sekunder ini mempunyai sifat fisik dan sifat kimia yang tidak stabil.

Termasuk dalam polutan sekunder ini adalah ozon, peroxyl acyl nitrat (PAN) dan

formaldehid (Corman & Chambers dalam Mukono, 1997).

2.1.5. Sumber Pencemaran Udara

Menurut Sarudji (2010) sumber pencemaran udara dapat dikelompokan menjadi

sumber bergerak dan sumber tidak bergerak.

1. Sumber bergerak

Sumber pencemar udara bergerak dapat dikelompokan menjadi:

a. Kendaraan bermotor

b. Pesawat terbang

c. Kereta api

d. Kapal laut

Sarana transportasi sebagai sumber pencemar karena proses pembakaran bahan

bakar pada mesin yang digunakan sebagai penggerak kendaraan tersebut. Dalam

proses pembakaran bahan bakar maka timbul gas buang dari masing-masing

kendaraan, yang diemisikan ke udara ambien menjadi pencemar. Hasil pembakaran

tersebut diantaranya adalah CO, CO2, SOx, NOx, Hidrokarbon, dan bahkan dengan

penambahan bahan aditif yang digunakan untuk menyempurnakan proses

pembakaran misalnya ditambahkan tetraethylead (TEL) pada bensin, akan menambah

(31)

bahwa sepeda motor merupakan kendaraan yang berkontribusi besar dalam

pencemaran CO, SO2 dan Pb.

2. Sumber tak bergerak (menetap)

Yang termasuk sumber pencemar dari bahan bakar bersumber menetap adalah

pembakaran beberapa jenis bahan bakar diemisikan pada suatu lokasi yang tetap.

Bahan bakar tersebut terdiri atas batu bara, minyak bakar, gas alam, kayu dan

destilasi minyak. Berlainan degan sarana transportasi, sumber pencemar udara

menetap mengemisikan polutan pada udara ambien tetap sehingga dalam pengelolaan

lingkungannya perlu perencanaan yang matang, misalnya harus dipertimbangkan

keadaan geografi dan tofografi, meteorology, serta rencana tata ruang wilayah

tersebut.

Kegiatan yang menghasilkan pencemar udara tidakbergerak:

a. Proses industri

b. Pembuangan sampah padat (Sarudji, 2010).

Menurut Agusnar (2007) sumber polusi utama berasal dari transportasi, dimana

hampir 60% dari polutan yang dihasilkan dari karbon monoksida dan sekitar 15%

terdiri dari hidrokarbon, sumber- sumber polusi lainnya misalnya pembakaran, proses

industri, pembuangan limbah, dan lain- lain.

2.1.6. Jenis-jenis Pencemar Udara

Menurut Harssema dalam Mulia (2005) pencemaran udara diawali oleh

adanya emisi. Emisi merupakan jumlah polutan (pencemar) yang dikeluarkan ke

(32)

yang terjadi sebagai akibat dekomposisi bahan organic oleh bakteri pengurai. Emisi

udara yang disebabkan oleh kegiatan manusia adalah hasil pembakaran bahan bakar

fosil (bensin, solar, batubara) pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara

dan sebagainya.

Menurut Sarudji (2010) beberapa jenis pencemar udara yang paling sering

ditemukan adalah:

1. Sulfur dioksida (SO2)

2. Karbon monoksida (CO)

3. Nitrogen oksida (NOx)

4. Debu (partikulat)

2.1.7.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pencemaran Udara

Menurut Chandra (2006) pencemaran udara yang terjadi di permukaan bumi ini

dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor meteorology dan iklim antara

lain:

1. Meteorologi dan iklim

a. Temperatur

Pergerakan mendadak lapisan udara dingin kesuatu kawasan industri dapat

menimbulkan temperatur inversi. Dengan kata lain udara dingin akan

terperangkap dan tidak dapat keluar dari kawasan tersebut dan cenderung

menahan polutan tetap berada di lapisan permukaan bumi sehingga konsentrasi

polutan di kawasan tersebut semakin lama semakin tinggi.

Dalam keadaan tersebut, di permukaan bumi dapat dikatakan tidak terdapat

(33)

beberapa hari atau beberapa minggu, udara yang berada dekat permukaan bumi

akan penuh dengan polutan dan dapat menimbulkan keadaan yang sangat kritis

bagi kesehatan.

b. Arah dan kecepatan angin

Kecepatan angin yang kuat akan membawa polutan terbang kemana-mana dan

dapat mencemari udara negara lain. Kondisi semacam ini pernah dialami oleh

negara-negara di daratan Eropa.

c. Hujan

Air hujan, sebagai pelarut umum, cenderung melarutkan bahan polutan yang

terdapat dalam udara. Kawasan industri yang menggunakan batubara sebagai

sumber energinya berpotensi menjadi sumber pencemar udara di sekitarnya.

Pembakaran batubara akan menghasilkan gas Sulfur dioksida dan apabila gas

tersebut bercampur dengan air hujan akan terbentuk Asam Sulfat (sulfuric acid)

sehingga air hujan menjadi asam, biasa disebut hujan asam (acid rain).

2. Topografi

a. Dataran rendah

Di daerah dataran rendah, angin cenderung membawa polutan terbang jauh ke

seluruh penjuru dan dapat melewati batas negara dan mencemari udara negara

lain.

b. Pegunungan

Di daerah dataran tinggi sering terjadi temperatur inversi dan udara dingin yang

(34)

c. Lembah

Di daerah lembah, aliran angin sedikit sekali dan tidak bertiup ke segala penjuru.

Keadaan ini cenderung menahan polutan yang terdapat di permukaan bumi.

2.1.8. Efek Bahan Pencemar

Menurut Chandra (2006) efek-efek pencemaran udara terhadap kehidupan

manusia dapat dibagi menjadi efek umum, efek terhadap ekosistem, efek terhadap

kesehatan, efek terhadap tumbuh-tumbuhan dan hewan, efek terhadap cuaca dan

iklim, dan efek terhadap sosial ekonomi.

1. Efek umum

Efek umum pencemaran udara terhadap kehidupn manusia, antara lain:

a. Meningkatkan angka kesakitan dan kematian pada manusia, flora dan fauna.

b. Memengaruhi kuantitas dan kualitas sinar matahari yang sampai ke permukaan

bumi dan memengaruhi proses fotosintesis tumbuhan.

c. Memengaruhi dan mengubah iklim akibat terjadinya peningkatan kadar CO2 di

udara. Kondisi ini cenderung menahan panas tetap berada di lapisan bawah

atmosfer sehingga terjadi efek rumah kaca (green house effect).

d. Pencemaran udara dapat merusak cat, karet, dan bersifat korosif terhadap benda

yang terbuat drai logam.

e. Meningkatkan biaya perawatan bangunan, monumen, jembatan, dan lainnya.

f. Mengganggu penglihatan dan dapat meningkatkan angka kasus kecelakaan lalu

lintas di darat, sungai maupun udara.

(35)

2. Efek terhadap ekosistem

Industri yang mempergunakan batubara sebagai sumber energinya akan

melepaskan zat oksida sulfat ke dalam udara sebagai sisa pembakaran batubara. Zat

tersebut akan bereaksi dengan air hujan membentuk asam sulfat sehingga air hujan

menjadi asam (acid rain). Apabila keadaan ini berlangsung cukup lama, akan terjadi

perubahan pada ekosistem perairan danau. Akibatnya PH air danau akan menjadi

asam, produksi ikan menurun dan secara tidak langsung pendapatan rakyat setempat

pun menurun (Chandra, 2006).

3. Efek terhadap kesehatan

Efek pencemaran udara terhadap kesehatan manusia dapat terlihat baik

secaracepat maupun lambat, seperti berikut:

a. Efek cepat

Hasil studi epidemiologi menunjukan bahwa peningkatan mendadak kasus

pencemaran udara juga akan meningkatkan angka kasus kesakitan dan kematian

akibat penyakit saluran penapasan. Pada situasi tertentu, gas CO dapat

menyebabkan kematian mendadak karena daya afinitas gas CO terhadap

Hemoglobin darah (menjadi methemoglobin) yang lebih kuat dibandingkan

daya afinitas O2sehingga terjadi kekurangan gas oksigen di dalam tubuh.

b. Efek lambat

Pencemaran udara diduga sebagai salah satu penyebab penyakit Bronchitis

kronis dan kanker paru primer. Penyakit yang disebabkan oleh pencemaran

(36)

4. Efek terhadap tumbuhan dan hewan

Tumbuh-tumbuhan sangat sensitif terhadap gas Sulfur dioksida, Florin, Ozon,

Hidrokarbon, dan CO. Apabila terjadi pencemaran udara, konsentrasi gas tersebut

akan meningkat dan dapat menyebabkan daun tumbuhan berlubang dan layu. Ternak

akan menjadi sakit jika jika memakan tumbuh-tumbuhan yang mengandung dan

tercemar Florin (Chandra, 2006).

5. Efek terhadap cuaca dan iklim

Gas Karbon dioksida memiliki kecendrungan untuk menahan panas tetap berada di

lapisan bawah atmosfer sehingga terjadi efek rumah kaca (green house effect). Udara

menjadi panas dan gerah, selain itu partikel-partikel debu juga memiliki

kecendrungan untuk memantulkan kembali sinar matahari di udara sebelum sinar

tersebut sampai ke permukaan bumi sehingga udara di lapisan bawah atmosfer

menjadi dingin (Chandra, 2006).

6. Efek terhadap sosial ekonomi

Pencemaran udara akan meningkatkan biaya perawatan dan pemeliharaan

bangunan, monumen, jembatan, dan lainnya serta menyebabkan pengeluaran biaya

ekstra untuk mengendalikan pencemaran yang terjadi.

2.1.9. Pencegahan

Pencegahan yang ditempuh terhadap pemcemaran udara tergantung dari sifat

dan sumber polutannya. Pencegahan yang paling sederhana dilakukan yaitu

menggunakan masker sebagai pelindung untuk menghindari terjadinya gangguan

kesehatan. Pencegahan disesuaikan dengan kebutuhan dengan memperhatikan

(37)

Upaya pencegahan pencemaran udara di Indonesia, berdasarkan periode

waktunya terbagi menjadi dua:

1. Jangka pendek

Kegiatan-kegiatan jangka pendek di Indonesia untuk mencegah terjadinya

pencemaran udara antara lain:

a. Sosialisasi melalui media cetak dan elektronik berkaitan dengan bahaya

pencemaran udara bagi kelangsungan hidup manusia dan perubahan ekosistem

pada alam semesta.

b. Relokasi kawasan industri yang berada di tengah kota ke daerah pinggiran kota

dengan pengembangan suatu daerah hijau (green belt) yang mengitari kawasan

industri yang akan dibangun.

c. Penyelenggaraan analisis dampak lingkungan (Amdal) secara rutin di

pabrik-pabrik yang berada di tengah kota atau di dekat lokasi permukiman penduduk.

d. Penyelenggaraan uji emisi gas buangan dari kendaraan bermotor secara berkala

dan pembentukan system pemantauan pencemaran udara di setiap sudut kota.

e. Perbaikan sarana transportasi darat terutama armada angkutan kota agar lebih

manusiawi (aman, nyaman, dan murah) sehingga dapat mengurangi penggunaan

kendaraan pribadi.

f. Penerapan program 3 in 1 pada kendaraan pribadi selama jam-jam sibuk,

terutama di jalan-jalan protokol di pusat kota.

g. Pengawasan dan pelarangan pembakaran hutan terutama saat musim kemarau

(38)

Upaya jangka panjang di Indonesia untuk mencegah terjadinya pencemaran

udara, antara lain:

a. Perencanaan tata ruang kota yang mengacu pada wawasan kesehatan lingkungan.

b. Mengganti bahan bakar untuk industri dan kendaraan bermotor dengan bahan

bakar yang ramah lingkungan,misalnya bahan bakar gas dan biosolar yang

berasal dari minyak kelapa sawit.

c. Membangun sarana transportasi perkotaan dengan mempergunakan kereta api

bawah tanah (subway station).

d. Melakukan penghijauan atau membuat taman di setiap sudut kota.

e. Mempersiapkan suatu undang-undang tentang kesehatan lingkungan untuk

menjamin terpeliharanya kualitas lingkungan (Chandra, 2006).

2.2. Karbon Monoksida (CO) 2.2.1. Sumber Karbon Monoksida

Karbon monoksida berupa gas dan merupakan komponen esensial untuk

kehidupan organisme, dan juga merupakan unsur pokok minor atmosfer sekitar 0,4

%. Bertambahnya gas CO pada umumnya terjadi karena pembakaran batu bara,

minyak, dan gas dalam skala besar. Akibat dari pembakaran yang berlebihan maka

terjadi akumulasi CO2 di atmosfer sehingga suhu bumi meningkat. Distribusi gas

karbon dioksida adalah atmosfer, teresfer dalam lautan, sebagai bahan bakar dalam

fosil dan dalam lautan bersifat hidup dan sedimen (Sunu, 2001).

Karbon monoksida berasal dari pembakaran tidak sempurna bensin di dalam

mobil, pembakaran di perindustrian, pembangkit listrik, pemanas timah, pembakaran

(39)

Menurut Fardias (2003) pembebasan CO ke atmosfer sebagai akibat aktivitas

manusia lebih nyata, misalnya dari transportasi, pembakaran minyak, gas, arang atau

kayu, proses- proses industri seperti industri besi, petroleum, kertas dan kayu

pembuangan limbah padat, dan sumber- sumber lain termasuk kebakaran hutan.

Transportasi menghasilkan CO paling banyak diantara sumber- sumber CO lainnya,

terutama dari kendaraan- kendaraan yang menggunakan bensin sebagai bahan bakar.

Sumber CO yang kedua adalah pembakaran hasil- hasil pertanian seperti sampah,

sisa- sisa kayu di hutan, dan sisa- sisa tanaman di perkebunan. Sumber CO yang

ketiga setelah transportasi dan pembakaran adalah proses- proses industri, yang

merupakan sumber CO terbesar yaitu industri besi dan baja.

Semakin tinggi suhu hasil pembakaran maka jumlah gas CO yang terdisosiasi

menjadi CO dan O akan semakin banyak, suhu tinggi merupakan pemicu terjadinya

gas CO. Sumber pencemaran gas CO terutama berasal dari pembakaran bahan bakar

fosil (minyak maupun batubara) pada mesin- mesin penggerak transportasi.

Penyebaran gas CO di udara tergantung pada keadaan lingkungan, untuk daerah

perkotaan yang banyak kegiatan industrinya dan lalu lintasnya padat, udaranya sudah

banyak tercemar oleh gas CO, sedangkan daerah pinggiran kota atau desa, cemaran

CO di udara relatif sedikit. Ternyata tanah yang masih terbuka dimana belum ada

bangunan di atasnya, dapat membantu penyerapan gas CO, karena mikroorganisme

yang ada di dalam tanah mampu menyerap gas CO yang terdapat di udara. Angin

dapat mengurangi konsentrasi gas CO pada suatu tempat karena dipindahkan ke

(40)

2.2.2. Pengaruh Karbon Monoksida Terhadap Kesehatan

Pengaruh beracun CO terhadap tubuh terutama disebabkan oleh reaksi antara

CO dengan hemoglobin (Hb) di dalam darah. Hemoglobin di dalam darah secara

normal berfungsi dalam sistem transport untuk membawa oksigen dalam bentuk

Oksihemoglobin (O2Hb) dari sel- sel tubuh ke paru- paru. Dengan adanya CO

hemoglobin dapat membentuk karboksihemoglobin. Jika reaksi demikian terjadi,

maka kemampuan darah untuk mentranspor oksigen menjadi berkurang.

Faktor penting yang menentukan pengaruh CO terhadap tubuh manusia adalah

konsentrasi COHb yang terdapat di dalam darah, dimana semakin tinggi persentase

hemoglobin yang terikat dalam bentuk COHb, semakin parah pengaruhnya terhadap

kesehatan manusia (Fardiaz, 2003).

Pengaruh Karbon monoksida (CO) terhadap tubuh manusia tidak sama untuk

manusia yang satu dengan yang lain. Daya tahan tubuh manusia ikut menentukan

toleransi tubuh terhadap pengaruh adanya karbon monoksida (Wardhana, 2004).

Keracunan gas monoksida (CO) dapat ditandai dari keadaan yang ringan berupa

pusing, sakit kepala dan mual. Keadaan yang lebih berat dapat berupa menurunnya

kemampuan gerak tubuh, gangguan pada sistem kardiovaskuler, serangan jantung

(41)
[image:41.612.113.525.84.267.2]

Tabel 2.1. Pengaruh Konsentrsi CO di Udara dan Pengaruhnya Pada Tubuh Bila Kontak Terjadi Pada Waktu yang Lama

Konsentrasi CO di Udara (ppm)

Konsentrasi COHB dalam darah (%)

Gangguan Pada Tubuh 3 5 10 20 40 60 80 100 0,98 1,3 2,1 3,7 6,9 10,1 13,3 16,5 Tidak ada Belum begitu terasa System syaraf sentral

Panca indera Fungsi jantung

Sakit kepala Sulit bernafas Pingsan-kematian

Sumber: Wardhana, 2004

2.3. Nitrogen Dioksida

2.3.1. Sumber Nitrogen Dioksida

Nitrogen Oksida sering disebut dengan NOx karena oksida nitrogen mempunyai

dua macam bentuk yang sifatnya berbeda, yaitu gas NO2 dan gas NO. Sifatnya gas

NO2 adalah berwarna dan berbau, warna gas NO2 adalah merah kecoklatan dan

berbau tajam menyengat hidung (Wardhana, 2001).

Nitrogen oksida (NO) mempunyai kemmpuan membatasi kadar oksigen dalam

darah juga mudah bereaksi dengan oksigen membentuk NO2. Apabila NO2 bertemu

dengan uap air di udara atau dalam tubuh manusia maka akan terbentuk HNO3 yang

dapat merusak tubuh (Sastrawijaya, 2009).

Kontributor terbesar dari polutan NO2 adalah kendaraan bermotor dan dari

sumber menetap yang membakar minyak. Oleh karena itu pencemar ini terkonsentrasi

pada daerah urban dimana kendaraan bermotor, industri dan berbagai macam pabrik

banyak beroperasi. NO2 terdapat di udara sekitar 78%, Nitrogen sebagai gas buang

(42)

karburator kemudian ke silinder karena dibutuhkan komponen oksigennya (Sarudji,

2010).

Pencemaran udara di perkotaan cenderung meningkat termasuk konsentrasi NO2

yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah pegunungan. Emisi NO2 dipengaruhi

oleh kepadatan penduduk karena sumber utama NO2 yang diproduksi manusia adalah

dari pembakaran terutama kendaraan bemotor, produksi energy dan pembakaran

sampah. Sebagian besar emisi NO2 sebagai akibat dari kegiatan manusia dengan

berbagai kepentingannya berasal dari pembakaran arang, gas alam dan bensin (Sunu,

2001).

Untuk mengetahui perubahan konsentrasi NOx di udara berlangsung sebagai

berikut:

1. Konsentarsi NO dan NO2 tetap stabil sebelum matahari terbit.

2. Konsentrasi NO mulai meningkat pada pagi hari bersamaan dengan aktivitas

manusia, terutama kendaraan bermotor.

3. Pada siang hari, sinar matahari memancarkan sinar ultraviolet sehingga konsentrasi

NO2 meningkat karena perubahan NO primer menjadi NO2 sekunder.

4. Dengan menurunnya konsentrasi NO di bawah 0,1 ppm, maka konsentrasi ozon

(O3) meningkat.

5. Konsentrasi NO mulai meningkat kembali apabila intensitas energi sinar matahari

cenderung menurun pada sore hari.

6. O3 yang terkumpul sepanjang hari akan bereaksi dengan NO yang berakibat

(43)

Konsentrasi NO di udara daerah perkotaan biasanya 10 – 100 kali lebih tinggi

daripada di uadar daerah pedesaan. Konsentrasi NOx di udara daerah perkotaan dapat

mencapai 0,5 ppm. Sumber utama polutan NO adalah dari kegiatan manusia seperti

pembakaran yang disebabkan oleh kendaraan, produksi energi dan pembuangan

[image:43.612.111.507.228.564.2]

sampah (Agusnar, 2007).

Tabel 2.2. Sumber Pencemaran NO2 di Udara

Sumber Pencemaran % Bagian % Total

Transportasi

- Mobil bensin - Mobil diesel - Pesawat terbang - Kereta api - Kapal laut - Sepeda motor dll Pembakaran stasioner

- Batu bara - Minyak

- Gas alam (termasuk LPG & kerosin) - Kayu

Proses industri

Pembuangan limbah padat Lain-lain:

- Kebakaran hutan

- Pembakaran batu

bara sisa

- Pembakaran limbah pertanian

- Pembakaran lain-lain

32,0 2,9 0,0 1,9 1,0 1,5 19,4 4,8 23,3 1,0 5,8 1,0 1,5 0,0 39,3 48,5 1,0 2,9 8,3

Sumber: (Wardhana, 2001).

2.3.2. Pengaruh NO2 Terhadap Kesehatan

Sekalipun NO adalah gas yang toksik, namun NO2 adalah lebih berbahaya

disbanding NO. Nitrogen dioksida dalam darah akan bergabung secara kimiawi

(44)

dan mendistribusikan oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Efek lokal gas ini adalah

iritasi pada mata, dan iritasi pada membrane mukosa saluran pernapasan atas. Efek

sistemik terjadi pada paru, iritasi pada paru yang hebat menyebabkan pulmonary

edema. Kerusakan pada bronchioles yang terjadi secara perlahan menyebabkan

obstruksi pada saluran nafas atas (Sarudji, 2010).

NO2 adalah gas yang toksik bagi manusia, efek yang terjadi tergantung pada

dosis serta lamanya pemaparan yang diterima seseorang. Konsentrasi NO2 yang

berkisar antara 50-100 ppm dapat menyebabkan peradangan paru-paru bila terpapar

beberapa menit saja. Pada fase ini orang masih dapat sembuh kembali dalam waktu

6-8 minggu. Konsentrasi 150-200 ppm dapat menyebabkan pemampatan bronchioli dan

disebut bronchiolitis fibrosis obliterans, orang dapat meninggal dalam waktu 3-5

minggu setelah pemaparan. Konsentrasi lebih dari 500 ppm dapat mematikan dalam

waktu 2-10 hari (Soemirat, 2009).

Menurut Mukono (2005), apabila udara tercemar oleh gas NO2 dan bereaksi

dengan uapa air maka akan menjadi korosif dan memberikan efek terhadap mata,

paru dan kulit.

a. Terhadap alat pernafasan

Iritasi terhadap paru akan menyebabkan edema paru setelah terpapar oleh gas

NO2 selama 48 – 72 jam, apabila terpapar dengan dosis yang meningkat akan

menjadi fatal.

b. Terhadap mata

Iritasi mata dapat terjadi apabila NO2 berupa uap yang pekat

(45)

Iritasi terhadap kulit dapat terjadi apabila kulit kontak dengan uap air nitrogen

akan menyebabkan luka bakar.

d. Efek lain (terhadap darah)

Kadar nitrogen pada konsentrasi tertentu dapat bereaksi dengan darah.

2.3.3. Pengaruh Nitrogen Dioksida Terhadap Tanaman

Adanya konsentrasi Nitrogen dioksida di udara dapat mengakibatkan kerusakan

tanaman, tetapi sulit ditentukan apakah kerusakan tersebut disebabkan langsung oleh

NO2 atau karena polutan skunder yang diproduksi dalam siklus fotolitik NO2.

Percobaan dengan cara fumigasi tanaman-tanaman dengan NO2 menunjukan adanya

bintik-bintik pada daun. Fumigasi yaitu pengasapan dengan gas fumigant untuk

menghilangkan kuman-kuman (Sunu, 2001).

2.4. Sulfur Dioksida (SO2) 2.4.1. Sumber Sulfur Dioksida

Sulfur dioksida adalah pencemar udara yang banyak dihasilkan oleh

pembakaran bahan bakar minyak. Ikatan belerang yang menarik untuk diamati adalah

SO2 (sulfur dioksida), SO3 (sulfur trioksida), H2SO3 (asam sulfur) dan H2SO4

(Sarudji, 2010).

Gas SO2 dapat bersumber dari bahan bakar batu bara yang dipakai untuk

pemanas ruangan atau memasak di dapur. Proporsi kadar gas SO2 di dalam dan di

luar ruangan adalah sekitar 50% (Mukono, 2008).

Sumber pencemaran SO2 yang berada berada di atmosfer berasal dari kegiatan

(46)

merupakan sumber utama polutan SO2, tetapi pembakaran bahan bakar pada

sumbernya merupakan sumber utama polutan SO2, misalnya pembakaran batu arang,

minyak bakar, gas, kayu, dan sebagainya. Sumber SO2 yang kedua adalah dari

proses- proses industri seperti industri pemurnian petroleum, industri asam sulfat,

industri peleburan baja, dan sebagainya (Fardiaz, 2003).

2.4.2. Pengaruh Sulfur dioksida Terhadap Kesehatan

Sulfur dioksida adalah gas yang tidak dapat terbakar dan tidak berwarna.

Konsentrasi untuk deteksi indera perasa adalah 0,3-1 ppm di udara dan ambang bau

adalah 0,5 ppm. Gas ini merangsang pedas (pungent) dan iritan. Pada konsentrasi 6

ppm Sulfur dioksida menyebabkan iritasi pada hidung dan tenggorokan

(Nasopharingitis), pada kadar yang rendah 95% dari SO2 yang dihirup diserap oleh

selaput lendir (mukosa) saluran pernapasan atas (hidung dan tenggorokan). Pada

kadar yang tinggi SO2 akan mengadakan penetrasi ke dalam saluran pernafasan

bagian bawah (Broncheoli sampai ke Alveoli). Penetrasi ini dapat pula terjadi pada

konsentrasi rendah apabila udara yang dihirup mengandung partikel halus yang

mengabsorbsi SO2 (Siswanto dalam sarudji, 2010).

Menurut Fardiaz (2003) SO2 dianggappolutan berbahaya bagi kesehatan

terutama terhadap orang tua dan penderita yang mengalami penyakit kronis pada

(47)
[image:47.612.108.532.89.325.2]

Tabel 2.3. Pengaruh SO2 Terhadap Manusia

Konsentrasi (ppm) Pengaruh

3-5 8-12 20 20 20 50-100 400-500

Jumlah terkecil yang dapat dideteksi dari baunya.

Jumlah terkecil yang segera mengakibatkan iritasi tenggorokan.

Jumlah terkecil yang segera mengakibatkan iritasi mata.

Jumlah terkecil yang mengakibatkan batuk.

Maksimum yang diperbolehkan untuk kontak dalam waktu yang lama.

Maksimum yang diperbolehkan untuk kontak dalam waktu yang singkat (30 menit).

Berbahaya meskipun kontak secara singkat.

Sumber: (Fardiaz 2003)

2.4.3. Pengaruh Sulfur Dioksida Terhadap Tanaman

Kerusakan tanaman oleh Sulfur dioksida (SO2) dipengaruhi oleh dua faktor,

yaitu konsentrasi SO2 dan waktu kontak. Kerusakan parah dapat dimungkinkan bila

terjadi kontak dengan SO2 pada konsentrasi tinggi, dengan gejala beberapa bagian

daun memucat, kering dan akhirnya mati. Kerusakan kronis dapat terjadi bila kontak

dengan SO2 dalam waktu yang lama, yang ditandai daun dengan warna kuning karena

terhambatnya mekanisme pembentukan klorofil.Kerusakan akut pada tanaman

disebabkan oleh kemampuan tanaman untuk mengubah SO2 yang diabsorbsi menjadi

Asam sulfat (H2SO4), selanjutnya menjadi sulfat. Sulfat yang terbentuk pada daun

akan menyatu dengan sulfat yang diabsorbsi melalui akar, dan jika akumulasinya

cukup tinggi akan berakibat dengan gugurnya daun (Sunu, 2001).

Tanaman bervariasi dari spesies ke spesies dalam sensitivitasnya terhadap

(48)

disebabkan oleh kondisi lingkungan seperti suhu, air tanah, konsentrasi nutrient, dan

sebagainya (Fardiaz, 2003).

2.4.4. Pengaruh Sulfur dioksida Terhadap Bahan Lain

Kerusakan akibat SO2 terhadapbahan lain terutama disebabkan oleh asam sulfat

yang yang diproduksi jika SO3 bereaksi dengan uap air di atmosfer. Salah satu

pengaruh SO2 terhadap bahan lain adalah terhadap cat, dimana waktu pengeringan

dan pengerasan beberapa cat meningkat jika mengalami kontak dengan SO3 (Fardiaz,

2003).

2.5. Industri

2.5.1. Industri dan Klasifikasinya

Industri mencakup sejumlah aktivitas yang bermacam-macam, masing-masing

dengan potensi yang dapat mempengaruhi kesehatan para pekerja, keluarga mereka

dan masyarakat luas. Istilah itu meliputi pula industri-industri berat (misalnya

snelters) dan industry-industri ringan (misalnya assembling peralatan elektronik).

Industri berkisar dari usaha-usaha informal yang kecil dengan satu atau dua pekerja

sampai yang besar dengan ribuan karyawan ( Kustanto, 2001).

Menurut Kristanto (2004) secara garis besar indutsri dapat diklasifikasikan

sebagai berikut:

1. Industri dasar atau hulu

Industri hulu memiliki sifat sebagai berikut: padat modal, berskala besar,

menggunakan teknologi maju dan teruji. Lokasinya selalu dipilih dekat dengan

bahan baku yang mempunyai sumber energi sendiri, dan pada umumnya lokasi ini

(49)

2. Industri hilir

Industri hilir merupakan perpanjangan proses industri hulu. Pada umumnya

industri ini mengolah bahan setengah jadi menjadi barang jadi, lokasinya selalu

usahakan dekat pasar, menggunakan teknologi madya dan teruji, padat karya.

3. Industri kecil

Industri kecil banyak berkembang di pedesaan dan perkotaan, memiliki peralatan

sederhana. Walaupun hakikat produksinya sama dengan industri hilir, tetapi

system pengolahannnya lebih sederhana. Sistem tata letak pabrik maupun

pengolahan limbah belum mendapat perhatian.

2.5.2. Dampak Industri

Pada dasarnya kegiatan suatu industri adalah mengolah masukan (input)

menjadi keluaran (output). Pengamatan terhadap sumber pencemar sektor industri

dapat dilaksanakan pada masukan, proses maupun pada keluarannya dengan melihat

spesifikasi dan jenis limbah yang diproduksi (Kristanto, 2004).

Gangguan-gangguan kesehatan yang terkait dengan industrialisasi mencakup

tidak hanya proses produksi tetapi juga berkaitan dengan bahan mentah, bahan bakar,

dan limbah pada waktu proses, diangkut, dan ditangani serta efek-efek terhadap

kesehatan yang ditimbulkan dari produk-produk dan limbah-limbah (Kusnanto,

2001).

2.6. Kawasan Non Industri (Perumahan) 2.6.1. Persayaratan Perumahan

(50)

perlengkapan pelayanan yang diperlukan, berguna untuk kesehatan jasmani, rohani,

dan keadaan sosialnya, baik untuk keluarga maupun individu (Sarudji, 2010).

Dua aspek yang paling mempengaruhi pembentukan rumah tinggal adalah caara

hidup penghuni dan lingkungan hidup dimana bangunan rumah tinggal tersebut

didirikan. Dikatakan paling mempengaruhi karena dua aspek ini yang selalu

dipertimbangkan penghuni bila hendak membangun rumah (Aulia, 2008).

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) R.I. No.929/ Menkes/ SK/

1999 persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan meliputi parameter sebagai

berikut:

1. Lokasi

a. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai, aliran

lahar, tanah longsor, gelombang tsunami, daerah gempa, dan sebagainya.

b. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah atau

bekas tambang.

c. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti jalur

pendaratan penerbangan.

2. Kualitas udara

Menurut (Keputusan Menteri Kesehatan, 1999) kualitas udara ambient di

lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas beracun dan memenuhi syarat

baku mutu lingkungan sebagai berikut:

a. Gas H2S dan NH3 secara biologis tak terdeteksi.

b. Debu dengan diameter kurang dari 10 µg maksimum 150 µg / m3.

(51)

d. Debu maksimum 350 mm3 / m2 per hari.

3. Kebisingan dan Getaran

a. Kebisingan dianjurkan 45 dB.A. dianjurkan 55 dB.A.

b. Tingkat getaran maksimum 350 mm / detik.

4. Kualitas tanah di daerah perumahan dan pemukiman

a. Kandungan Timah hitam (pb) maksimum 300 mg / kg.

b. Kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg / kg.

c. Kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg / kg.

d. Kandungan Benzol (a) pyrene maksimum 1 mg / kg.

5. Prasarana dan sarana lingkungan

a. Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan konstruksi

yang aman dari kecelakaan.

b. Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vector penyakit.

c. Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan kontruksi jalan tidak

mengganggu kesehatan, konstruksi trotoar tidak membahayakan pejalan kaki dan

penyandang cacat, jembatan harus memiliki pagar pengaman, lampu penerang

jalan tidak menyilaukan.

d. Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas air yang memenuhi

persyaratan kesehatan.

e. Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah dan limbah rumah tangga harus

memenuhi syarat kesehatan.

(52)

g. Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, komunikasi, tempat kerja,

tempat hiburan, tempat pendidikan, kesenian, dan sebagainya.

h. Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya.

i. Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadi kontaminasi

makanan yang dapat menimbulkan keracunan.

6. Vektor penyakit

a. Indeks lalat harus memenuhi syarat.

b. Indeks nyamuk di bawah 5%.

( Keputusan Menteri Kesehatan, 1999)

7. Penghijauan

Pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan pelindung dan

juga berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan kelestarian alam (Keputusan Menteri

(53)

2.7. Kerangka Konsep

MB TMB B

Ket:

1. MB: Melebihi Baku Mutu

2. TMB: Tidak melebihi Baku Mutu

Yang mempengaruhi kadar Karbon monoksida dan Sulfur dioksida di udara 1. kecepatan angin

3. Kelembaban 4. Suhu

5. Jumlah kendaraan bermotor 6. Jarak tanaman penyerap polutan udara

Kawasan Industri Medan (KIM) I

1. Jalan Nusa Barung

2. Jalan Pulau Sumatera

3. Perbatasan KIM I dan KIM II

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 41 Tahun 1999

Kawasan Non Industri (Medan Johor)

1. Jalan Abdul Haris Medan

2. Jalan Karya Wisata

(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei bersifat deskriptif untuk mengetahui kadar CO,

NO2 dan SO2 di Kawasan Industri Medan dan kawasan non industri di kota medan.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian pertama di lakukan di kawasan industri Medan I dengan titik

pengambilan sampel:

1. Titik pertama pengambilan sampel di jalan Nusa Barung KIM I

2. Titik ketiga pengambilan sampel di jalan Pulau Sumatera KIM I

3. Titik keempat pengambilan sampel di perbatasan KIM I dan KiM II

Lokasi penelitian kedua dilakukan di kawasan Medan Johor dengan titik

pengambilan sampel:

1. Titik pertama pengambilan sampel di jalan Karya Jaya

2. Titik kedua pengambilan sampel di jalan A. H. Nasution

3. Titik ketiga pengambilan sampel di jalan Karya Wisata

3.2.2. Waktu Penelitian

(55)

3.3. Objek Penelitian

Objek penelitian pada penelitian ini adalah karbon monoksida (CO), NO2 dan

Sulfur dioksida (SO2) di Kawasan Industri Medan dan kawasan non industri di kota

Medan.

3.4. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah Kawasan Industri Medan (KIM I) dimana sampel

diambil di Jalan Nusa Barung, Jalan Pulau Sumatera, dan perbatasan KIM I dan KIM

II. Dan di Kawasan perumahan Medan Johor dimana sampel di ambil di Jalan A.H

Nasution, Jalan Karya Wiasata, Jalan Karya Jaya.

Alasan pengambilan titik sampeldi Kawasan Industri Medan:

1. Jalan Pulau sumatera: jalan ini merupakan jalan utama, banyak dilalui oleh

kendaraan bermotor dan di jalan ini juga terdapat industri yang mengeluarkan

asap.

2. Jalan Nusa Barung: jalan ini banyak dilalui oleh kendaraan bermotor.

3. Perbatasan antara KIM I dan KIM II: terdapat simpang empat dan lampu lalu

lintas sehingga menyebabkan kendaraan sering mengantri dan udara di jalan ini

terlihat sangat kotor, selain itu di jalan ini juga terdapat industri yang terlihat

mengeluarkan asap hitam.

Alasan pengambilan titik sampel dikawasan non industri:

1. Jalan AH. Nasution: jalan ini merupakan jalan protokol dan dilalui oleh banyak

kendaraan bermotor seperti mobil dan sepeda motor, selain itu di jalan ini juga

(56)

2. Jalan Karya wisata: jalan ini banyak dilalui oleh kendaraan bermotor dan jalan

ini merupakan kawasan pemukiman penduduk.

3. Jalan Karya Jaya: jalan ini banyak dilalui oleh kendaraan bermotor dan

merupakan kawasan pemukiman penduduk.

3.5 Metode Pengumpulan Data 3.5.1. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil pengukuran karbon

monoksida (CO), Nitrogen dioksida (NO2) dan sulfur dioksida (SO2) yang diperoleh

dari hasil pengukuran langsung.

3.5.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari literatur, penelitian sebelumnya dan instansi

terkait lainnya.

3.6 Teknik Analisa Data

3.6.1. Teknik Pengambilan Sampel

Penelitian dilakukan di tiga titik yang telah ditentukan, pengukuran karbon

monoksida (CO), Nitrogen dioksida (NO2) dan sulfur dioksida (SO2) dilakukan

selama satu jam di setiap titiknya, pengukuran dilakukan selama 2 hari,di Kawasan

Industri Medan (KIM I) pengukuran dimulai pada pukul 11.00 Wib sampai dengan

pukul 16.00 Wib karena pada jam tersebut merupakan puncak dari kepadatan lalu

lintas. Dan di kawasan non industri (kawasan perumahan Johor) pengukuran

dilakukan pada pukul 16.00 Wib pada saat jam pulang kerja. Lalu hasil yang didapat

dianalis di BTKLPP (Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian

(57)

3.6.2. Prosedur Pengukuran Karbon monoksida (CO) di Udara Ambien

Pengukuran kadar CO

Gambar

Tabel 2.1. Pengaruh Konsentrsi CO di Udara dan Pengaruhnya Pada Tubuh
Tabel 2.2. Sumber Pencemaran NO2 di Udara
Tabel 2.3. Pengaruh SO2 Terhadap Manusia
Tabel 4.1. Hasil Pengukuran Kadar Karbon Monoksida (CO) di Kawasan Industri Medan dan Kawasa Non Industri di Kota Medan 3
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dari uraian latar belakang tersebut maka permasalahan yang timbul adalah berapakah kadar besi dan amonia yang terdapat pada air sungai kawasan industri (sungai Juanda dan

Air hujan yang jatuh di Kawasan industri Medan bersifat asam yaitu. dengan nilai pH rata-rata air hujan yang tertampung di areal

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kadar gas CO tertinggi 10 ppm terdapat pada titik keenam dan kadar gas CO terendah 5 ppm terdapat pada titik

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis pohon peneduh jalan di Kawasan Industri Medan (KIM) 1 dan terminal Pinang Baris, jenis pohon yang memiliki kadar timbal (Pb)

Pola distribusi lichenes pada Kawasaan Industri Medan adalah berkelompok dengan nilai tertinggi 62 pada spesies Parmelia glabratula dan pada Terminal Pinang Baris

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kadar gas CO tertinggi 10 ppm terdapat pada titik keenam dan kadar gas CO terendah 5 ppm terdapat pada titik

bahwa kadar timbal (Pb) sebagian diatas ambang batas normal dengan nilai kadar tertinggi 32,71 µg/dl dan kadar terendah yaitu pada sampel grafik No 18 dengan kadar nilai -4,5

Terjadinya resistensi masyarakat terhadap kawasan industri medan yaitu perlawanan yang dilakukan oleh masyarakat terhadap rencana pelepasan portal di