PENGARUH KECEPATAN ANGIN DAN SUHU UDARA TERHADAP KADAR GAS PENCEMAR KARBON MONOKSIDA (CO) DI UDARA
SEKITAR KAWASAN INDUSTRI MEDAN (KIM)
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains
SETIA TAMPUBOLON 050801001
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : PENGARUH KECEPATAN ANGIN DAN SUHU
UDARA TERHADAP KADAR GAS PENCEMAR KARBON MONOKSIDA (CO) DI UDARA SEKITAR KAWASAN INDUSTRI MEDAN (KIM)
Kategori : SKRIPSI
Nama : SETIA TAMPUBOLON
Nomor Induk Mahasiswa : 050801001
Program Studi : SARJANA (SI) FISIKA
Departemen : FISIKA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Diluluskan di
Medan, 4 Desember 2010
Diketahui/Disetujui oleh
Departemen Fisika FMIPA USU Pembimbing
Ketua,
Dr. Marhaposan Situmorang Drs. Herli Ginting, MS
LEMBAR PERNYATAAN
PENGARUH KECEPATAN ANGIN DAN SUHU UDARA TERHADAP KADAR GAS PENCEMAR KARBON MONOKSIDA (CO) DI UDARA
SEKITAR KAWASAN INDUSTRI MEDAN (KIM)
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, 4 Desember 2010
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala kasih, karunia dan kemurahanNya yang telah memberikan kesehatan, kekuatan,
hikmat dan kebijaksanaan hingga skripsi ini berhasil diselesaikan dalam waktu yang
telah ditetapkan.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa
tidak mungkin bagi penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini tanpa
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan penulis menyampaikan
terima kasih yang sebesar-besarnya secara khusus kepada Ayahanda tecinta M.
Tampubolon, dan Ibunda tercinta P. br Pangaribuan, serta abang, kakak dan
adik-adikku tersayang yang selalu mendukung saya dalam penyelesaian skripsi ini baik
dukungan dalam segi moril, materi maupun doa dan telah bersusah payah dengan
kemampuannya membiayai sejak dari penulis memasuki perkuliahan di USU.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada bapak Drs. Herli Ginting,
MS selaku pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan bimbingan,
dorongan dan masukan kepada saya dan juga kepada para dosen penguji saya ucapkan
terimakasih banyak atas saran dan masukan yang telah membantu penulis untuk
melengkapi skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Kakanda
Faisal. M, S.Si selaku staf pegawai di BTKLPPM yang telah memberikan panduan
dan arahan kepada saya untuk menyempurnakan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga
ditujuka n kepada Ketua dan Sekretaris Departemen Dr. Marhaposan Situmorang dan
Dra. Justinon, M.Si, Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, dan semua dosen pada Departemen
Fisika FMIPA USU yang dengan tulus memberikan pelajaran mata kuliah di kelas dan
banyak memberikan masukan demi penyempurnaan skripsi ini.
Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada teman-teman
seperjuangan Fisika semuanya Elyunus Z, Jona B H, Eko H T, Erwin H S, Efdianus
yang selalu memberikan dukungan dan membantu saya dalam penyelesaian skripsi
ini. Dan terimakasih juga buat teman-teman satu kos yang telah memberikan doa dan
motivasi kepada penulis dan semua teman-teman dimana pun berada yang tidak dapat
disebutkan satu per satu terima kasih banyak, semoga Tuhan Yesus memberkati kita
semua.
Menyadari atas keterbatasan ilmu yang dimiliki penulis dan keterbatasan
waktu, penulis menyadari bahwa laporan tugas akhir ini masih jauh dari sempuna,
untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan segala saran dan
kritik yang bersifat membangun demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.
Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam menjaga kesehatan lingkungan serta dalam
melindungi atmosfer kita.
Pengaruh Kecepatan Angin Dan Suhu Udara Terhadap Kadar Gas Pencemar Karbon Monoksida (CO) Di Udara Sekitar Kawasan Industri Medan (KIM)
ABSTRAK
The Effect Of Wind Speed And Air Temperature On The Concentration Of Pollutant Gases Carbon Monoxide (CO) In The Air Around Medan Industrial
Estate (KIM)
ABSTRACT
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan i
Lembar Pernyataan ii
Penghargaan iii
Abstrak v
Abstract vi
Daftar Isi vii
Daftar Tabel ix
Daftar Gambar x
BAB I Pendahuluan
1.1Latar Belakang 1
1.2Permasalahan 3
1.3Batasan Masalah 4
1.4Tujuan Penelitian 4
1.5Manfaat Penelitian 4
1.6Tempat Penelitian 4
1.7Sistematika Penulisan 5
BAB II Tinjauan Pustaka
2.1 Pengertian Pencemaran Udara 6
2.2 Komponen Pencemaran Udara 8
2.2.1 Gas Karbon monoksida (CO) 9
2.2.2 Dampak pencemaran gas karbon monoksida (CO) 11
2.3 Kecepatan Angin 13
2.4 Suhu Udara 16
2.5 Baku Mutu Udara Ambien 17
BAB III Metodologi Penelitian
3.1 Alat-alat Penelitian 21
3.2 Diagram Alir Penelitian 22
3.3 Prosedur Penelitian 23
3.4.Grid Lokasi Penelitian 24
3.5 Posisi dan Jarak Pengambilan Tiap Titik Sampel 25
3.6 Teknik Analisa Data 25
3.6.1 Hubungan fungsional antara variabel 26
3.6.2 Regresi linier sederhana 26
3.6.3 Regresi linier ganda 27
BAB IV Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil Penelitian 29
4.2 Pembahasan 30
(Area KIM)
4.2.3 Analisa hubungan kadar gas CO terhadap kecepatan angin 32 4.2.4 Analisa hubungan kadar gas CO terhadap suhu udara 34 4.2.5 Analisa regresi linier berganda pada kadar gas CO 36
BAB V Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan 40
5.2 Saran 41
Daftar Pustaka 42
DAFTAR TABEL
Halaman
Table 2.1. Komposisi udara bersih 7
Table 2.2. Komponen pencemaran udara 8
Tabel 2.3. Sumber pencemaran gas CO 11
Tabel 2.4. Klasifikasi kadar CO dan efeknya terhadap manusia 13
Tabel 2.5. Kategori stabilitas atmosfer 14
Tabel. 2.6. Baku mutu udara ambien 18
Tabel 3.1. Koordinat lokasi pengambilan sampel 25
Tabel 4.1. Data hasil penelitian 29
Tabel 4.2. Perbandingan kadar gas CO hasil penelitian dengan baku
mutu udara ambien Nasional (26 ppm) dalam pengukuran
1 jam 30
Tabel 4.3. Data kadar CO dan Jarak pengambilan sampel 31
Tabel 4.4. Hubungan kadar gas CO terhadap kecepatan angin 32
Tabel 4.5. Hubungan kadar gas CO terhadap suhu udara 34
Tabel 4.6. Hubungan kadar gas CO terhadap kecepatan angin dan
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Perbandingan kadar pencemar dan kecepatan angin 15
Gambar 3.1. Skema penyebaran titik sample 24
Gambar 4.1. Grafik hubungan kadar gas CO (ppm) terhadap
kecepatan angin (m/s) 33
Gambar 4.2. Grafik hubungan kadar gas CO (ppm) terhadap suhu
udara (0C) 35
Gambar 4.3. Grafik 3 dimensi hubungan kadar gas CO (ppm)
terhadap kecepatan angin (m/s) dan suhu udara (0C) 37
Gambar 4.4. Kontur hubungan kadar gas CO (ppm) terhadap
Pengaruh Kecepatan Angin Dan Suhu Udara Terhadap Kadar Gas Pencemar Karbon Monoksida (CO) Di Udara Sekitar Kawasan Industri Medan (KIM)
ABSTRAK
The Effect Of Wind Speed And Air Temperature On The Concentration Of Pollutant Gases Carbon Monoxide (CO) In The Air Around Medan Industrial
Estate (KIM)
ABSTRACT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Udara merupakan unsur yang sangat penting untuk mempertahankan
kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan semuanya membutuhkan udara untuk
mempertahankan hidupnya. Udara bersih yang dibutuhkan untuk kehidupan di bumi
merupakan gas yang tidak tampak, tidak berbau, tidak berwarna maupun berasa. Akan
tetapi udara yang benar-benar bersih sudah sulit diperoleh, khususnya di daerah yang
banyak industri. Kebutuhan akan udara bersih semakin meningkat seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk di dunia, hal ini perlu diantisipasi agar tidak krisis
udara yang sehat oleh karena itu udara perlu dijaga dan di perhatikan kesehatannya.
Udara dikatakan normal dan dapat mendukung kehidupan manusia apabila
komposisinya terdiri dari sekitar 78 % nitrogen; 20 % oksigen; 0,93 % argon; 0.03 %
karbon dioksida (CO2) dan sisanya terdiri dari neon (Ne), helium (He), metan (CH4)
dan hidrogen (H2
Pencemaran udara merupakan pencemaran lingkungan yang sedang
bergejolak pada masa sekarang sebagai akibat pertumbuhan manusia, perkembangan
teknologi, serta aktifitas manusia sehari-hari. Pencemaran udara saat ini khususnya di
kawasan industri yang ada di Indonesia mulai dirasakan menjadi masalah yang cukup
memprihatinkan. Perkembangan industri di Indonesia saat ini meningkat sejalan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Industri selalu diikuti masalah pencemaran
lingkungan terutama yang berhubungan dengan proses kegiatan di industri tersebut.
(Banumas dan Punjabi, 1998), salah satunya daerah industri di kota medan. Kawasan
Industri Medan (KIM) memiliki luas total sekitar 514 hektar, berjarak sekitar 10 km
dari pusat kota medan dan saat ini terdapat 86 perusahaan swasta nasional dan 17 ). Apabila terjadi penambahan gas-gas lain yang menimbulkan
gangguan serta perubahan komposisi tersebut, maka udara dikatakan sudah tercemar.
perusahaan asing yang menempati lokasi tersebut serta berdampingan dengan
pemukiman penduduk. (wikipedia.org/wiki/kawasan_industri_medan).
Sudah sejak lama diketahui bahwa gas CO dalam jumlah banyak
(konsentrasi tinggi) dapat menyebabkan gangguan kesehatan bahkan juga dapat
menimbulkan kematian, inila
Karbon monoksida (CO) apabila terhirup ke dalam paru-paru akan ikut peredaran
darah dan akan menghalangi masuknya oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini
dapat terjadi karena gas CO bersifat racun, ikut bereaksi secara metabolis dengan
darah. Ikatan karbon monoksida dengan darah (karboksihemoglobin) lebih stabil dari
pada ikatan oksigen dengan darah (oksihemoglobin). Keadaan ini menyebabkan darah
menjadi lebih mudah menangkap gas CO dan menyebabkan fungsi vital darah sebagai
pengangkut oksigen terganggu. Dalam keadaan normal konsentrasi CO di dalam darah
berkisar antara 0,2 % sampai 1,0 % dan rata-rata sekitar 0,5 %. Disamping itu kadar
CO dalam darah dapat seimbang selama kadar CO di atmosfer tidak meningkat dan
kecepatan pernafasan tetap konstan. (Mukono, Pencemaran Udara dan Pengaruhnya
Terhadap Gangguan Saluran Pernafasan, 1997).
Keracunan gas karbon monoksida dapat ditandai dari keadaan ringan,
berupa pusing, rasa tidak enak pada mata, sakit kepala, dan mual. Keadaan yang lebih
berat dapat berupa detak jantung meningkat, rasa tertekan di dada, kesukaran bernafas,
kelemahan otot-otot, gangguan pada sistem kardiovaskuler, serangan jantung sampai
pada kematian.
Gas karbon monoksida dihasilkan oleh pembakaran tidak sempurna dari
pembakaran bahan bakar fosil. Nilai ambang batas zat pencemar karbon monoksida
dalam udara adalah 30.000 µg/Nm3 (26 ppm) dalam pengukuran satu jam. Kadar
pancemar di udara selain dipengaruhi oleh jumlah sumber pencemar, parameter
meteorologi juga mempengaruhi kadar pencemar di udara sehingga kondisi
lingkungan tidak dapat diabaikan. Kecepatan angin dan suhu udara adalah bagian dari
parameter meteorologi yang dapat mempengaruhi kadar pencemar di udara.
Hasil simulasi program komputer dengan menggunakan Gaussian Plume
Model oleh Nugroho bahwa dispersi pencemar dari suatu sumber titik akan
berlangsung lambat pada kecepatan angin rendah. Kecepatan angin menentukan
seberapa banyak udara pencemar tersebut mula-mula tercampur, dan ketidakteraturan
kecepatan serta arah angin menentukan laju pencemar ketika terbawa dalam arah
angin. Faktor ini yang menentukan suatu daerah akan tercemar dan seberapa cepat
kadar pencemar menipis akibat percampuran dengan udara lingkungan setelah bahan
tersebut meninggalkan sumbernya.
Jadi untuk mengatasi hal ini, diperlukan upaya pencegahan diawali dengan
pemberitahuan kepada pihak industri dan masyarakat tentang tingkat pencemaran
udara disekitar pemukiman penduduk. Kualitas udara dapat dievaluasi dengan
melakukan pengukuran konsentrasi pencemar dalam udara disekitar pemukiman
penduduk. Untuk itu peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul pengaruh
kecepatan angin dan suhu udara terhadap kadar gas pencemar karbon monoksida (CO)
di udara sekitar Kawasan Industri Medan (KIM).
1.2. Permasalahan
Dari latar belakang tersebut, maka permasalahan yang diajukan adalah :
1. Berapa besar kadar gas CO di daerah pemukiman penduduk sekitar Kawasan
Industri Medan.
2. Bagaimana pengaruh kecepatan angin terhadap kadar gas CO
3. Bagaimana pengaruh suhu udara terhadap kadar gas CO
di sekitar
Kawasan Industri Medan.
di sekitar Kawasan
1.3. Batasan Masalah
Pada penelitian ini masalah dibatasi untuk pengukuran sesaat dalam mengukur kadar
zat pencemar karbon monoksida (CO), kecepatan angin serta suhu udara di sekitar
Kawasan Industri Medan (KIM).
1.4. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui seberapa besar kadar gas pencemar karbon monoksida
(CO) yang terkandung dalam udara di sekitar Kawasan Industri Medan.
b. Untuk memantau pengaruh kecepatan angin dan suhu udara terhadap kadar
gas pencemar karbon monoksida (CO).
c. Membandingkan kadar gas pencemar karbon monoksida (CO) dengan baku
mutu udara ambien.
1.5. Manfaat Penelitian
a. Sebagai informasi kepada masyarakat khususnya yang tinggal di sekitar
Kawasan Industri Medan tentang tingkat pencemaran udara oleh CO di
sekitar tempat tinggal mereka.
b. Memberikan informasi tentang pengaruh kecepatan angin dan suhu udara
terhadap kadar gas pencemar karbon monoksida (CO).
c. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi berbagai pihak yang terkait
terhadap pencemaran udara.
.
1.6. Tempat Penelitian
Laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantas
1.7. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan masing-masing bab adalah sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan
Bab ini mencakup latar belakang penelitian, tujuan penelitian, batasan
masalah, manfaat penelitian, tempat penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II Tinjauan Pustaka
Bab ini berisi tentang teori yang mendasari penelitian.
BAB III Metodologi Penelitian
Bab ini membahas tentang alat-alat yang digunakan dalam penelitian,
diagram alir penelitian, prosedur penelitian, grid lokasi penelitian,
posisi pengambilan sampel, dan teknik analisa data.
BAB IV Hasil dan Pembahasan
Bab ini membahas tentang hasil penelitian dan menganalisis data yang
diperoleh dari penelitian.
BAB V Kesimpulan dan Saran
Menyimpulkan hasil-hasil yang didapat dari penelitian dan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Perkembangan industri di Indonesia saat ini meningkat sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan. Industri selalu diikuti masalah pencemaran
lingkungan terutama yang berhubungan dengan proses kegiatan industri tersebut.
Industri-industri besar yang menggunakan bahan bakar fosil banyak menghasilkan gas
buang yang dapat menyebabkan pencemaran udara. Semua kegiatan dalam bidang
industri pada mulanya dimasukan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia,
ternyata pada sisi lain dapat menimbulkan dampak yang justru merugikan
kelangsungan hidup manusia. Hal ini dapat dilihat dari terjadinya masalah
pencemaran udara.
2.1. Pengertian Pencemaran Udara
Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing
di dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan
normalnya. Keberadaan zat atau bahan asing di dalam udara dalam jumlah tertentu
serta berada di dalam udara dalam waktu yang cukup lama, akan dapat mengganggu
kehidupan manusia, hewan maupun binatang. (Pohan, 2002).
Udara merupakan campuran beberapa macam gas yang perbandingannya
tidak tetap, tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan udara dan lingkungan
sekitarnya. Udara merupakan atmosfer yang berada di sekeliling bumi yang fungsinya
sangat penting bagi kehidupan di bumi. Dalam udara terdapat oksigen (O2) untuk
bernafas, karbondioksida untuk proses fotosintesis oleh klorofil daun dan ozon (O3)
untuk menahan sinar ultraviolet. Udara mengandung sejumlah oksigen, merupakan
komponen esensial bagi kehidupan, baik manusia maupun makhluk hidup lainnya.
Udara yang normal merupakan campuran gas-gas meliputi 78 % N2; 20 % O2; 0,93 %
Ar ; 0,03 % CO2 dan sisanya terdiri dari neon (Ne), helium (He), metan (CH4) dan
hidrogen (H2). Sebaliknya, apabila terjadi penambahan gas-gas lain yang
sudah tercemar/terpolusi. Giddings (1973) mengemukakan bahwa atmosfer pada
keadaan bersih dan kering akan didominasi oleh 4 gas penyusun atmosfer, yaitu
78,09% N2; 20,95% O2; 0,93% Ar; dan 0,032% CO2, sedangkan gas-gas lainnya
sangat kecil konsentrasinya. Komposisi udara kering, yaitu semua uap air telah
dihilangkan dan relatif konstan. Susunan (komposisi) udara bersih dan kering dapat
dilihat pada Tabel 2.1 di bawah ini.
Table 2.1. Komposisi udara bersih
Komponen
Konsentrasi dalam volume
(ppm) (%)
Nitrogen (N2) 780.800 78.08
Oksigen (O2) 209.460 20.946
Argon (Ar) 9.340 0.934
Karbon diosida (CO2) 320 0.032
Neon (Ne) 18.2 1.82 x 10-3
Helium (He) 5.2 5.2 x 10-4
Metana (CH4) 1.5 1.5 x 10-4
Krypton (Kr) 1.0 1.0 x 10-4
H2 0.5 5.0 x 10-5
H2O 0.2 2.0 x 10-5
CO 0.1 1.0 x 10-5
Xe 0.08 8.0 x 10-6
O3 0.02 2.0 x 10-6
NH3 0.006 6.0 x 10-7
NO2 0.001 1.0 x 10-7
NO 0.0006 6.0 x 10-8
SO2 0.0002 2.0 x 10-8
H2S 0.0002 2.0 x 10-8
Giddings (1973)
Perubahan kualitas udara dapat berupa perubahan sifat-sifat fisis maupun
penambahan salah satu komponen kimia yang terkandung dalam udara, yang lazim
dikenal sebagai pencemaran udara. Kualitas udara yang dipergunakan untuk
kehidupan tergantung dari lingkungannya.
Apabila susunan udara mengalami perubahan dari susunan keadaan
normalnya seperti tersebut diatas dan kemudian mengganggu kehidupan manusia
maka udara telah tercemar (Arya Wardana, Wisnu,2001).
2.2. Komponen Pencemaran Udara
Komponen pencemaran udara bisa mencemari udara secara sendiri-sendiri,
atau dapat pula mencemari udara secara bersama-sama. Jumlah komponen
pencemaran udara tersebut tergantung pada sumbernya. Udara di daerah perkotaan
yang mempunyai banyak kegiatan industri dan teknologi serta lalu-lintas yang padat,
udaranya relatif sudah tidak bersih lagi. Udara di daerah industri kotor tekena
bermacam-macam pencemar. Dari beberapa macam komponen pencemar udara, maka
yang paling banyak berpengaruh dalam pencemaran udara adalah
komponen-komponen berikut ini. (Arya Wardana,2001).
Table 2.2. Komponen pencemaran udara
No Pencemar Simbol
1 Karbon monoksida CO
2 Nitrogen oksida NOx
3 Belerang oksida SOx
4 Hidro karbon HC
5 Partikel -
Di atmosfer, berbagai polutan udara akan melalui berbagai proses. Baik
pencampuran antara polutan yang satu dengan yang lain yang pada akhirnya akan
meningkatkan komposisi polutan itu sendiri bahkan memunculkan jenis polutan yang
baru. Namun alam mempunyai prosesnya sendiri yang secara alamiah dapat
mengurangi maupun memindahkan konsentrasi berbagai partikulat tersebut sebagai
kemudian mengalami transportasi, dispersi atau pengumpulan karena kondisi
meteorologi maupun topografi. (Neiburger, 1995).
2.2.1. Gas karbon monoksida (CO)
Apabila bahan bakar fosil atau bahan organik misalnya minyak tanah,
bensin atau bahan kayu yang terbakar, proses pembakarannya tidak sempurna maka
atom karbon akan bereaksi dengan satu atom oksigen dan terbentuk gas karbon
monoksida (CO). Gas ini mempunyai sifat lebih ringan dari udara, tidak berbau, tidak
berwarna. (Supriyono, 1999). Gas CO ini mempunyai potensi bersifat racun yang
berbahaya karena mampu membentuk ikatan yang kuat dengan pigmen darah yaitu
haemoglobin. (Ebenezer, dkk, 2006). Karbon monoksida (CO) adalah suatu gas yang
tidak berwarna, tidak berbau dan juga tidak berasa. Karbon monoksida yang terdapat
di alam terbentuk dari beberapa proses berikut:
a. Pembakaran tidak lengkap terhadap karbon atau komponen yang
mengandung karbon.
b. Reaksi antara karbon dioksida dan komponen yang mengandung karbon
pada suhu tinggi.
c. Pada suhu tinggi, karbon dioksida terurai menjadi CO dan O
Gas CO sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dengan
udara, berupa gas buangan. Kota besar yang padat lalu lintasnya akan banyak
menghasilkan gas CO sehingga kadar CO dalam udara relatif tinggi dibandingkan
dengan daerah pedesaan. Secara alamiah gas CO dapat juga terbentuk walaupun
jumlahnya relatif sedikit, seperti gas hasil kegiatan gunung berapi, proses biologi dan
lain-lain..
Karbon monoksida terdiri dari satu atom yang secara kovalen berikatan
dengan satu atom oksigen. Dalam ikatan ini, terdapat dua ikatan kovalen dan satu
Karbon monoksida dihasilkan dari pembakaran tak sempurna dari senyawa
karbon, sering terjadi pada mesin pembakaran dalam. Karbon monoksida terbentuk
apabila terdapat kekurangan oksigen dalam proses pembakaran. Karbon dioksida
mudah terbakar dan menghasilkan lidah api berwarna biru, menghasilkan karbon
dioksida. Walaupun ia bersifat racun, CO memainkan peran yang penting dalam
teknologi modern, yakni merupakan prekursor banyak senyawa karbon.
Reaksi pembentukan CO lebih cepat daripada reaksi pembentukan CO2,
sehingga pada hasil akhir pembakaran masih mungkin terdapat gas CO. Apabila
pencampuran bahan bakar dan udara tidak rata, maka masih ada bahan bakar (karbon)
yang tidak berhubungan dengan oksigen dan keadaan ini menambah kemungkinan
terbentuknya gas CO yang terjadi pada suhu tinggi dengan mengikuti reaksi sebagai
berikut :
O2 + 2C → 2 CO
Selain daripada itu, pada reaksi pembakaran yang menghasilkan panas
pada suhu tinggi yaitu sekitar diatas 800 0C akan membantu terjadinya penguraian
(disosiasi) gas CO2 menjadi gas CO dan O yang mengikuti reaksi berikut ini :
CO2 → CO + O
Semakin tinggi suhu hasil pembakaran maka jumlah gas CO2 yang
terdisosiasi menjadi CO dan O akan semakin banyak. Suhu tinggi merupakan pemicu
terjadinya gas CO. Sumber pencemaran gas CO terutama dari pemakaian bahan fosil
(minyak ataupun batubara) pada mesin-mesin penggerak transportasi. Gas CO
sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dengan udara, berupa gas
buangan. Kota besar yang padat lalu lintasnya akan banyak menghasilkan gas CO
sehingga kadar CO dalam udara meningkat. Berikut adalah tabel hasil penelitian di
Tabel 2.3. Sumber pencemaran gas CO
Sumber Pencemaran % bagian % total
Transportasi : 63.8
- mobil bensin 59.0
- mobil diesel 0.2
- pesawat terbang 2.4
- kereta api 0.1
- sepeda motor dll 1.8
Pembakaran stasioner : 1.9
- batubara 0.8
- minyak 0.1
- gas alam (dapat diabaikan) 0.0
- kayu 1.0
Proses Industri : 9.6 9.6
Pembuangan Limbah Padatan : 7.8 7.8
Lain-lain : 16.9
- Kebakaran Hutan 7.2
- Pembakaran batubara sisa 1.2
- Pembakaran limbah pertanian 8.3
- Pembakaran lain-lainnya 0.2
100 100
Penyebaran gas CO di udara tergantung pada keadaan lingkungan. Untuk
daerah kota yang banyak kegiatan industrinya dan padat lalu lintasnya, udaranya
sudah banyak tercemar gas CO sedangkan daerah pedesaan, pencemaran gas CO
relatif sedikit. Ternyata tanah yang masih terbuka belum terdapat bangunan diatasnya
dapat membantu penyerapan gas CO. Hal ini disebabkan oleh mikroorganisme yang
ada di dalam tanah mampu menyerap gas CO yang terdapat diatas tanah terbuka,
disamping itu angin juga dapat mengurangi konsentrasi gas CO pada suatu tempat
karena terbawa angin ketempat lain.
2.2.2 Dampak pencemaran gas karbon monoksida (CO)
Sudah sejak lama diketahui bahwa gas CO dalam jumlah banyak (kadar
yang tinggi) dapat menyebabkan gangguan kesehatan bahkan dapat juga menimbulkan
kematian. Karbon monoksida apabila terhirup ke dalam paru-paru akan ikut peredaran
dapat terjadi karena gas CO bersifat racun metabolis, ikut bereaksi secara metabolis
dengan darah. Seperti halnya oksigen, gas CO mudah bereaksi dengan darah.
CO menghalangi darah dalam menggangkut oksigen sehingga darah
kekurangan oksigen dan jantung bekerja lebih berat. Bila seseorang menghirup CO
pada kadar tinggi dan waktu tertentu dapat menimbulkan pingsan, bahkan kematian.
CO di udara dapat mengganggu kesehatan manusia. Masyarakat dengan
aktifitas tinggi disekitar lalu lintas padat (polisi, tukang parkir, penjaga pintu tol, dll)
dan pekerja pada tempat dengan hasil sampingan CO (bengkel kendaraan bermotor,
industri logam, industri bahan bakar, industri kimia), merupakan kelompok yang
paling dirugikan.
Dampak dari CO bervariasi tergantung dari status kesehatan seseorang,
antara lain dapat memperparah kelompok penderita gangguan jantung dan paru-paru,
kelahiran premature dan berat badan bayi, dll.
Keracunan gas CO dapat ditandai dengan keadaan ringan berupa pusing
sakit kepala dan mual. Keadaan yang lebih berat lagi dapat ditandai dengan
menurunnya kemampuan gerak tubuh, gangguan pada sistem kardiovaskular, serangan
jantung sampai kepada kematian. Pertolongan bagi orang yang keracunan gas CO
pada tingkat yang relatif ringan dapat dilakukan dengan membawa korban ketempat
udara yang bersih dan memberikan kesempatan kepada korban untuk menarik nafas
dalam-dalam.
Karbon monoksida (CO) apabila terhirup ke dalam paru-pari akan ikut
peredaran darah dan akan menghalangi masuknya oksigen yang dibutuhkan oleh
tubuh. Hal ini dapat terjadi karena gas CO bersifat racun, ikut bereaksi secara
metabolis dengan darah (hemoglobin) :
Ikatan karbon monoksida dengan darah (karboksihemoglobin) lebih stabil
daripada ikatan oksigen dengan darah (oksihemoglobin). Keadaan ini menyebabkan
darah menjadi lebih mudah menangkap gas CO dan menyebabkan fungsi vital darah
sebagai pengangkut oksigen. Dalam keadaan normal konsentrasi CO di dalam darah
berkisar antara 0,2% sampai 1,0%, dan rata-rata sekitar 0,5%. Disamping itu kadar
CO dalam darah dapat seimbang selama kadar CO di atmosfer tidak meningkat dan
kecepatan pernafasan tetap konstan.
Berdasarkan persamaan hubungan kadar CO Hb dalam darah dengan kadar
CO di udara tersebut diatas diperoleh pengaruh kadar CO di udara terhadap manusia
dalam waktu yang lama dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.4. Klasifikasi kadar CO dan efeknya terhadap manusia
Kadar CO di udara
(ppm)
Kadar COHb dalam darah
(%)
Gangguan pada tubuh
3 0.98 Tidak ada
5 1.3 Belum begitu terasa
10 2.1 Sistem saraf sentral
20 3.7 Panca indera
40 6.9 Fungsi jantung
60 10.1 Sakit kepala
80 13.3 Sulit bernafas
100 16.5 Pingsan, kematian
(Mukono, 1997)
2.3.Kecepatan Angin
Kecepatan angin dalam data klimatologi adalah kecepatan angin horizontal
pada ketinggian 2 meter dari permukaan tanah yang ditanami dengan rumput, jadi
jelas merupakan angin permukaan yang dilaluinya. Kecepatan angin pada dasarnya
ditentukan oleh perbedaan tekanan udara antara tempat asal dan tujuan angin (sebagai
Perubahan arah dan kecepatan angin menunjukkan arah penyebaran dan
fluktuasi konsentrasi di atmosfer. Perubahan angin juga dipakai untuk menentukan
kelas stabilitas atmosfer. Stabilitas atmosfer yang didefenisikan oleh ASME
(American Society Of Mechanical Engineer’s) dibagi menjadi 4 kategori yang dapat
dikaitkan dengan kategori stabilitas PGT (Pasquill, Giffort, dan Turner), sebagai
berikut :
Sangat labil : Kelas A dan B
Labil : Kelas C
Netral : Kelas D
Stabil : Kelas E dan F
Kelima kelas stabilitas atmosfer berdasarkan pengamatan meteorologi permukaan
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.5. Kategori Stabilitas atmosfer
Kecepatan angin
permukaan pada 10 m (m/detik)
Siang Malam
Isolasi Mendung tipis /
awan permukaan lebih dari 4/8
Awan kurang dari 3/8
Kuat Sedang Lemah
< 2 A A – B B B -
2 – 3 A – B B C D E
3 – 5 B B – C C D E
5 – 6 B C – D D D D
> 6 C D D D D
Faktor gejala angin kencang bergejolaknya kuat sehingga konsentrasi
pencemar menjadi menurun, sedangkan angin reda bergejolaknya lemah sehingga
konsentrasi pencemar menjadi pekat. Misalkan pencemar di injeksikan ke dalam
atmosfer mempunyai kecepatan satu satuan per detik. Tiap satuan dinyatakan degan
sebuah gelembung. Gambar a menunjukkan kecepatan angin 4 m/detik, sehingga
gelumbung pencemar terpisah sejauh 4 m, sedangkan dalam gambar b kecepatan
m. Jika faktor angin saja yang diperhatikan maka konsentrasi pencemar pada gambar
b lebih pekat 2 kali dari konsentrasi pencemar dalam gambar a.
V = 4 m/s V = 2 m/s
E = 1/detik E = 1/detik
(a) Kecepatan angin 4 m/s (b) Kecepatan angin 2 m/s
Gambar 2.1. Perbandingan kadar pencemar dan kecepatan angin
Kecepatan angin pada dasarnya ditentukan oleh perbedaan tekanan udara
antara tempat asal dan tujuan angin (sebagai faktor pendorong) dan resistensi medan
yang dilaluinya. Hubungan antara kecepatan angin dan karateristik permukaan dapat
dilihat pada rumus berikut :
[
u*/kk]
.Ln[
(Z ZM d)/(ZM)]
u = + − ………(2.1)
Dengan :
u = kecepatan angin (m/det)
u* = velositas friksi (m/det)
kk = konstanta Von karman (0.4)
Z = ketinggian dari permukaan tanah
ZM = parameter kekasaran momentum (momentum rougbness parameter)
d = ketinggian alihan permukaan (zero plane displacement)
(Lakitan, 1994).
Angin kencang bergejolak kuat sehingga konsentrasi pencemar menjadi
encer sedangkan angin reda bergolaknya lemah sehingga konsentrasi pencemar
2.4. Suhu udara
Suhu merupakan karateristik inherent, dimiliki oleh suatu benda yang
berhubungan dengan panas dan energi. Suhu udara akan berubah dengan nyata selama
periode 24 jam. Perubahan suhu udara berkaitan erat dengan proses pertukaran energi
yang berlangsung di atmosfer. Serapan energi sinar matahari akan mengakibatkan
suhu udara meningkat. Suhu udara harian maksimum tercapai beberapa saat setelah
intensitas cahaya maksimum pada saat berkas cahaya jatuh tegak lurus yakni pada
waktu tengah hari.
Sebagian radiasi pantulan dari permukaan bumi juga akan diserap oleh
gas-gas dan partikel-partikel atmosfer. Karena kerapatan udara dekat permukaan lebih
tinggi dan lebih berkesempatan untuk menyerap radiasi pantulan dari permukaan
bumi, maka pada siang hari suhu udara dekat permukaan akan lebih tinggi
dibandingkan pada lapisan udara yang lebih tinggi, sebaliknya pada malam hari
terutama saat menjelang subuh, suhu udara dekat permukaan akan menjadi lebih
rendah dibandingkan dengan suhu udara pada lapisan udara yang lebih tinggi.
(Lakitan, 2002). Pada siang hari dengan kondisi cuaca cerah suhu udara akan tinggi
akibat sinar matahari yang diterima sehingga akan mengakibatkan pemuaian udara.
Pemuaian udara mengakibatkan pengenceran konsentrasi gas pencemar.
Perubahan suhu pada setiap ketinggian mempunyai pengaruh yang besar
pada pergerakan zat pencemar udara di atmosfer. Perubahan suhu ini disebut lapse
rate. Turbulensi yang terjadi tergantung pada suhu. Di atmosfer sendiri diharapkan
akan terjadi penurunan suhu dan tekanan sesuai dengan pertambahan tinggi. Udara
ambien dan adiabatic lapse rates mempengaruhi terbentuknya stabilitas atmosfer.
Dalam keadaan dimana suhu sekumpulan udara lebih tinggi dari sekitarnya, maka
kerapatan dari udara yang bergerak naik dengan kecepatan rendah lebih kecil daripada
kerapatan udara lingkungannya dan udara berhembus secara continue. Pada saat udara
bergerak turun akan terbentuk aliran udara vertikal dan turbulensi terbentuk. Keadaan
atmosfer dalam kondisi di atas dikatakan tidak stabil (unstable). Ketika sekumpulan
udara menjadi lebih dingin dibandingkan dengan udara sekitarnya, sekumpulan udara
sekumpulan udara yang lebih hangat dan akan kembali ke elevasi semula. Dalam
kondisi atmosfer seperti ini, gerakan vertikal akan diabaikan oleh proses pendinginan
adiabatik atau pemanasan, dan atmosfer akan menjadi stabil (stable). Jika sekumpulan
udara terbawa ke atas akan melalui bagian yang mengalami penurunan tekanan dan
akibatnya kumpulanan udara itu akan menyebar. Ekspansi tadi memerlukan kerja
untuk melawan lingkungannya dan terjadi penurunan temperatur. Biasanya proses ini
berlangsung singkat karena itu untuk menganalisanya dilakukan anggapan tidak
terjadi transfer panas pada sekumpulan udara yang ditinjau serta sekumpulan udara
mempunyai kerapatan dan suhu sama. Kondisi atmosfer seperti ini dikatakan netral
(neutral) dan dikenal dengan lapse rate adiabatic.
2.5. Baku Mutu Udara Ambien
Udara ambien adalah udara bebas di permukaan bumi pada lapisan
troposfir yang berada di dalam wilayah yuridiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan
dan mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup
lainnya. Udara yang mengelilingi bumi terdiri dari campuran beberapa macam gas
yaitu Nitrogen (N2) sebanyak 78 %, Oksigen (O) sebanyak 20 %. Selain itu terdapat
pula sebagian kecil gas lain seperti argon, helium, krypton, ozon dan lain-lain.
Masuknya beberapa macam bahan kimia dan debu dalam udara maka konsentrasi
udara berubah, sehingga udara menjadi tercemar dan dapat membahayakan
kelangsungan hidup manusia.
Oleh sebab itu dibuatlah suatu standart untuk menentukan kualitas udara
yang disebut baku mutu udara ambien (ambient air quality standart) pada setiap
negara. Baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat, energi dan/atau
komponen yang ada atau yang seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang
Tabel 2.6. Baku Mutu Udara Ambien
No Parameter
Waktu
pengu
kuran
Baku Mutu Metode
analisis Peralatan
1 SO2 1 jam
(Sulfur Dioksida) 900 µg/Nm
Pararosanil
in
3
Spektrofotometer
24 Jam 365 ug/Nm3
1 Thn 60 ug/Nm3
2 CO
(Karbon Monoksida) 1 jam
30.000 µg/Nm3 NDIR
(26 ppm) NDIR Analyzer
24 Jam 10.000 ug/Nm3
3 NO2 1 jam
(Nitrogen Dioksida) 400 µg/Nm Saltzman
3 Spektrofotometer
24 Jam 150 ug/Nm3
1 Thn 100 ug/Nm3
4 O3 (Oksidan) 1 jam 235 µg/Nm
Chemilumi
nescent
3 Spektrofoometer
1 Thn 50 ug/Nm3
5 HC
(Hidro Karbon) 3 jam 160 µg/Nm
Flame Lonization ) 3 Gas Chromatografi 6 PM 24 jam 10
(Partikel < 10 µm) 150 µg/Nm
Gravimetri
c
3 Hi – Vol
PM2,5( *
24 jam )
(Partikel < 2,5) 65 µg/Nm
Gravimetri c
3
Hi – Vol
1 Thn 15 ug/Nm Gravimetri
c
3
Hi – Vol
7 TSP (Debu) 24 jam 230 µg/Nm Gravimetri
c
3
Hi – Vol
1 Thn 90 ug/Nm3
8 Pb ( Timah Hitam) 24 jam 2 µg/Nm Gravimetri
c
3
Hi – Vol
1 Thn 1 ug/Nm3 Ekstraktif
9 Dustfall (Debu Jatuh) 30 hari
10 ton/km2/
Bulan
(pemukiman)
Gravimetri
20 ton/km2/
Bulan (industri)
10 Total Flourides
(as F) 24 jam 3 µg/Nm
Spesific
Ion
3
Impinger/
Countinous
Analyzer
90 hari 0,5 ug/Nm3 Electrode Countinous
Analyzer
11 Flour Indeks 30 hari
40 µg/Nm
Colouri
metric
3
Dari kertas limed
filter
Limed filter
paper
12 Khlorine &
Khlorine Dioksida 24 jam 150 µg/Nm
Spesific
Ion
3
Impinger/
Countinous
Analyzer
13 Sulphat Indeks 30 hari
1 mg/SO3/100
Cm3 Colouri
metric dari lead
Peroksida
Lead peroxida
candle
(Peraturan Pemerintah RI No. 41 tahun 1999)
Catatan :
Nomor 10 s/d 13 Hanya di berlakukan untuk daerah/kawasan Industri Kimia Dasar
Contoh : - Industri Petro Kimia
- Industri Pembuatan Asam Sulfat.
Baku Mutu Udara Ambien memiliki 13 parameter, tiap parameter disertai
dengan nilai maksimalnya. Nilai-nilai tersebut umumnya dinyatakan dalam (µg)
permeter kubik udara dalam kondisi normal (umumnya pada suhu 250 C dan tekanan 1
atmosfer) kualitas udara ambien dikatakan baik jika konsentrasi polutan-polutannya
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Alat-alat Penelitian
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini antara lain :
1. Carbon Analyzer (AQ 5000 Pro)
Berfungsi sebagai perekam gas karbon monoksida (CO) dan suhu udara.
2. Anemometer digital (AM 4201)
Berfungsi untuk mengukur kecepatan angin
3. GPS (GPSmap 60CSx)
Berfungsi untuk menentuk posisi pengambilan data.
4. Stopwatch
3.2 Diagram Alir Penelitian
Mulai
Persiapan
(izin penelitian, peminjaman alat)
Survei lokasi Grid Lokasi
Pengukuran kecepatan angin
Pengambilan sampel CO dan suhu udara
Data CO dan suhu udara
Data kecepatan angin
Pengolahan data
Kesimpulan
3.3 Prosedur Penelitian
1. 25 Juni 2010 survei lokasi untuk menentukan titik-titik pengambilan data
dengan syarat titik daerah tersebut jauh dari jalan yang banyak kendaraannya,
daerahnya lapang, tidak ada pohon yang rindang, tidak dekat bangunan yang
tinggi, masih disekitar pabrik industri dan arah angin datang dari pabrik
menuju titik pengambilan sampel.
2. 26 Juni 2010 hari pertama pengambilan sampel. Setelah tiba di titik tempat
pengambilan data yang telah ditentukan selanjutnya mempersiapkan peralatan.
3. Kemudian di titik pengambilan sampel yang sudah ditentukan langkah pertama
adalah mengaktifkan Carbon Analyzer untuk merekam data gas CO disekitar
titik pengambilan data sekaligus menghidupkan stopwatch.
4. Selama perekaman data berlangsung, kecepatan angin diukur menggunakan
anemometer digital.
5. Setelah 1 jam perekaman data, perekaman dihentikan selanjutnya koordinat
lokasi yang ditentukan oleh GPS dicatat.
6. Selanjutnya mengemas semua peralatan untuk menuju ke titik berikutnya.
7. 28 Juni 2010 hari kedua pengambilan data, kegiatan yang dilakukan seperti
pada hari pertama pada titik yang berikutnya sesuai survei lokasi.
3.4 Grid Lokasi Penelitian
2
3
4
6
5
7
8
Keterangan :
: Kawasan Industri Medan (KIM)
: Titik pengambilan sample
: Arah angin dominan
[image:36.595.135.535.83.685.2]
Gambar 3.1. Skema penyebaran titik sampel 1
3.5. Posisi dan Jarak Pengambilan Tiap Titik Sampel
Tabel 3.1. Koordinat lokasi pengambilan sampel
No Lokasi Koordinat Jarak
(km)
1 Lapangan Jl. Kayu
Putih (Area KIM) N = 3 0
E = 98
39’43.7” 041’28.4” 0
2 Persawahan Jl.
Bantenan N = 3
0
E = 98
39’43.7” 041’28.4” 0,97
3 Persawahan Jl. Lorong
Rahayu N = 3
0
E = 98
39’14.9” 040’05.1” 0,91
4 Persawahan Jl. Rumah
Potong Hewan (RPH) N = 3 0
E = 98
39’08.9” 040’57.3” 1,20
5 Sisi Jl. Tol N = 3039’23.7” E = 98041’19.7” 1,59
6 Lapangan Jl. Kayu
Putih N = 3
0
E = 98
39’43.7” 041’29.4” 2,31
7 Pemukiman Jl.
Pematang Pasir N = 3
0
E = 98
39’52.3” 041’35.3” 2,85
8 Jl. Bundar, Sekolah
Yayasan KAI N = 3
0
E = 98
40’00.1” 041’04.8” 4,01
3.6 Teknik Analisa Data
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya di analisa dengan regresi linier
menggunakan program SPSS versi 11.5 dengan teknik regresi linier. Dalam regresi
linier akan ditentukan hubungan X1, X2 terhadap Y sehingga akan di dapatkan regresi
Y atas X1, X2 selanjutnya dilakukan pengujian koefisien-koefisien regresi dan di
tentukan koefisien determinansi.
Dengan : X1 = Kecepatan angin
X2 = Suhu udara
3.6.1. Hubungan fungsional antara variabel
Untuk analisa regresi dibedakan dua jenis variabel, yaitu variabel bebas
dan variabel tak bebas. Variabel bebas dinyatakan dengan X1, X2,……Xk (k ≥ 1) dan variabel tak bebas akan dinyatakan dengan Y. Dalam hal ini akan ada tiga variabel,
yaitu variabel Y, variabel X1 dan variabel X2 yang masing-masing menyatakan kadar
gas CO, kecepatan angin dan suhu udara. Ketiga variabel ini mempunyai harga
sehingga apabila ada variabel harganya berubah maka variabel lain juga berubah.
Secara matematik dapat dinyatakan dalam persamaan :
Y = F (X1, X2
) 5 . 3 ( .. ... ... ... ... ... ... ... ) ( ) ( ) 4 . 3 ( ... ... ... ... ... ) ( ) )( ( ) ( ) ( 2 2 2 2 2
∑
∑
∑
∑
∑
∑
∑ ∑
∑
∑
− − = − − = i i i i i i i i i i i i i X X n Y X Y X n b X X n Y X X X Y a )…... ………. (3.2)3.6.2. Regresi Linier Sederhana
Bentuk umum regresi linier sederhana dengan sebuah variabel bebas:
Y = a + bX ……….……… (3.3)
Koefisien-koefisien regresi a dan b di hitung dengan rumus :
Untuk menghitung r (koefisien korelasi) digunakan persamaan :
(
)( )
(
)
[
2 2]
[
2( )
2]
...(3.5)∑
∑
∑
∑
−∑
∑
∑
− − = i i i i i i i i Y Y n X X n Y X Y X n r3.6.3. Regresi Linier Ganda
Untuk regresi linier ganda dengan dua variabel bebas digunakan rumus :
Y = ao + a1 X1 + a2 X2...……...………...…..
(3.6)
Koefisen a0, a1 dan a2
) 9 . 3 ( .... ... ... ... ... ... ) 8 . 3 ( ... ... ... .... ... ... ) 7 . 3 ( .... ... ... ... ... ... ... 2 2 2 2 1 1 2 0 2 2 1 2 2 1 1 1 0 1 2 2 1 1 0 i i i i i i i i i i i i i i i X a X X a X a X Y X X a X a X a X Y X a X a n a Y ∑ + ∑ + ∑ = ∑ ∑ + ∑ + ∑ = ∑ ∑ + ∑ + = ∑
dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Harga a0, a1 dan a2 dapat langsung disubstitusikan kepersamaan (3.2) dan diperoleh
model regresi linier Y atas X1 dan X2. a1 berarti perubahan rata-rata Y untuk setiap
perubahan satuan dalam variabel X1. Apabila X1 dan X2 dianggap tetap, maka a2
dianggap sebagai perubahan rata-rata Y untuk setiap perubahan satuan dalam variabel
X2
h F .
Pengujian koefisien regresi linier ganda dapat dilakukan dengan
menggunakan persamaan berikut :
= 1 − −k n JK k JK res reg
JKreg = Jumlah kuadrat regresi
JKres = Jumlah kuadrat residu
n = Banyaknya data
k = Banyaknya variabel yang bebas
Untuk memperoleh JKreg dan JKres digunakan rumus :
JKreg = a1 Σ X1 Y + a2 Σ X2 Y +…………. . + n Σ Xn Y…….
(3.11)
Dengan Σ (Yi - Ŷ)2 adalah deviasi nilai Y disekitar rata-rata.
Untuk menghitung R2
) 13 . 3 ( . ... ... ... ... ... ... ... ...
2 2
∑
= i reg
y JK R
digunakan persamaan :
Dengan x1i = X1i−X1, x2i = X2i−X2..……. xki = Xki−Xk dan yi =Yi−Y
Untuk menguji nyata atau tidak nyata kadar gas CO terhadap pengaruh
kecepatan angin dan suhu udara secara bersama-sama digunakan uji statistik F. Jika
Fhitung > Ftabel dari statistik F dengan dk pembilang = k dan dk penyebut = (n – k –
1) pada taraf nyata 5 % maka persamaan regresi multipel berarti nyata. dalam hal
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
Data hasil penelitian ini dilakukan pada siang hari yaitu pada waktu cerah
dan suhu udara panas, dan penelitian ini dilakukan hanya dengan pengukuran sesaat,
yaitu sekitar 1 (satu) jam per titik sample. Berdasarkan penelitian ini dari alat carbon
analyzer diperoleh konsentrasi gas karbon monoksida (CO) dan suhu udara,
menggunakan alat anemometer diperoleh kecepatan angin, menggunakan Global
[image:41.595.101.550.477.685.2]Position System (GPS) diperoleh titik koordinat tempat pengambilan sampel.
Tabel. 4.1. Data hasil penelitian yang terdiri dari titik koordinat, waktu, kadar CO,
kecepatan angin dan suhu udara
No Koordinat Waktu
(jam)
CO
(ppm)
Kecepatan Angin (m/s)
Suhu
(0C) 1 N = 30
E = 98
39’43.7” 041’28.4” 1 9 0.6 32.5
2 N = 30
E = 98
39’43.7” 041’28.4” 1 5 3.9 32.0
3 N = 30
E = 98
39’14.9” 040’05.1” 1 8 1.7 33.6
4 N = 30
E = 98
39’08.9” 040’57.3” 1 6 2.8 31.3
5 N = 30
E = 98
39’23.7” 041’19.7” 1 7 2.2 32.6
6 N = 30
E = 98
39’43.7” 041’29.4” 1 7 2.4 32.7
7 N = 30
E = 98
39’52.3” 041’35.3” 1 3 2.6 31.1
8 N = 30
E = 98
40’00.1” 041’04.8” 1 4 2.2 28.6
Data penelitian diatas merupakan data hasil pengukuran sesaat,
pengukuran dilakukan selama 1 jam dengan demikian kadar gas karbon monoksida
ambang batas untuk pengukuran 1 (satu) jam. Gas karbon monoksida yang terdeteksi
oleh carbon analyzer diharapkan adalah gas karbon monoksida dari industri, untuk
memperoleh hal tersebut dilakukan usaha meminimalkan faktor pengganggu saat
pengambilan sampel. Usaha yang dapat dilakukan adalah mencari titik pengambilan
sampel dengan kriteria jauh dari jalan yang banyak kendaraan, jauh dari gedung dan
pohon tinggi, di tanah lapang, dan tidak jauh dari sumber (KIM).
4.2. Pembahasan
4.2.1. Analisa kadar gas karbon monoksida (CO)
Nilai kadar gas karbon monoksida (CO) di sekitar Kawasan Industri
Medan (KIM) diperoleh dari alat pendeteksi gas CO yaitu carbon analyzer. Nilai
kadar gas CO akan dibandingkan dengan nilai kadar gas CO pada baku mutu udara
ambien Nasional Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 41 tahun 1999.
Pada baku mutu udara ambien ditetapkan bahwa batas kadar gas CO dalam udara
yang tidak membahayakan sampai 26 ppm. Perbandingan kadar gas CO hasil
penelitian dengan baku mutu udara ambien Nasional dapat dilihat pada tabel di bawah
[image:42.595.111.534.516.754.2]ini.
Tabel 4.2. Perbandingan kadar gas CO hasil penelitian dengan baku mutu udara
ambien Nasional (26 ppm) dalam pengukuran 1 jam
No Lokasi Koordinat CO
(ppm) Keterangan
1
Lapangan Jl. Kayu Putih (Area KIM)
N = 3039’43.7” E = 98041’28.4” 9 B.m NAB
2 Persawahan Jl.
Bantenan N = 3
0
E = 98
39’43.7” 041’28.4” 5 B.m NAB
3 Persawahan Jl.
Lorong Rahayu N = 3 0
E = 98
39’14.9” 040’05.1” 8 B.m NAB
4
Persawahan Jl. Rumah Potong Hewan (RPH)
N = 3039’08.9” E = 98040’57.3” 6 B.m NAB
5 Sisi Jl. Tol N = 3039’23.7” E = 98041’19.7” 7 B.m NAB
6 Lapangan Jl.
Kayu Putih N = 3 0
E = 98
7 Pemukiman Jl.
Pematang Pasir N = 3 0
E = 98
39’52.3” 041’35.3” 3 B.m NAB
8
Jl. Bundar, Sekolah Yayasan KAI
N = 3040’00.1” E = 98041’04.8” 4 B.m NAB
Keterangan : B.m NAB (Belum melewati Nilai Ambang Batas)
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Indonesia nomor 41 tahun 1999
tentang baku mutu udara ambien Nasional bahwa kadar gas CO tidak boleh melewati
dari 26 ppm untuk pengukuran satu jam. Dari tabel 4.2 dapat dilihat Berdasarkan
perbandingan kadar gas karbon monoksida (CO) dengan baku mutu udara ambien
nasional didapatkan bahwa kadar gas CO di sekitar Kawasan Industri Medan (KIM)
belum melewati nilai ambang batas artinya masih berada dalam kondisi yang tidak
membahayakan kesehatan.
4.2.2. Data kadar CO dan jarak pengambilan sampel dari sumber (area KIM)
Data kadar gas CO dan jarak tiap titik sampel dari sumber (Area KIM
[image:43.595.104.530.83.163.2]dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3. Data kadar CO dan Jarak pengambilan sampel
No Lokasi Koordinat CO
(ppm)
Jarak (km)
1
Lapangan Jl. Kayu Putih (Area KIM)
N=3039’43.7” E=98041’28.4” 9 0
2 Persawahan Jl.
Bantenan N=3
0
E=98
39’43.7” 041’28.4” 5 0.97
3 Persawahan Jl.
Lorong Rahayu N=3 0
E=98
39’14.9” 040’05.1” 8 0.91
4
Persawahan Jl. Rumah Potong Hewan (RPH)
N=3039’08.9” E=98040’57.3” 6 1.20
5 Sisi Jl. Tol N=3039’23.7” E=98041’19.7” 7 1.59
6 Lapangan Jl.
Kayu Putih N=3
0
E=98
39’43.7” 041’29.4” 7 2.31
7 Pemukiman Jl.
Pematang Pasir N=3 0
E=98
39’52.3” 041’35.3” 3 2.85
8
Jl. Bundar, Sekolah Yayasan KAI
4.2.3. Analisa hubungan kadar gas CO terhadap kecepatan angin
Data kadar gas karbon monoksida dan kecepatan angin dapat di lihat pada
tabel 4.4. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat grafik hubungan kadar gas karbon
[image:44.595.108.526.292.599.2]monoksida (CO) terhadap kecepatan angin pada gambar 4.2.
Tabel 4.4. Hubungan kadar gas CO terhadap kecepatan angin.
No Lokasi Koordinat CO
(ppm)
Kecepatan Angin
(m/s)
1
Lapangan Jl. Kayu Putih (Area KIM)
N=3039’43.7” E=98041’28.4” 9 0.6
2 Persawahan Jl.
Bantenan N=3
0
E=98
39’43.7” 041’28.4” 5 3.9
3 Persawahan Jl.
Lorong Rahayu N=3 0
E=98
39’14.9” 040’05.1” 8 1.7
4
Persawahan Jl. Rumah Potong Hewan (RPH)
N=3039’08.9” E=98040’57.3” 6 2.8
5 Sisi Jl. Tol N=3039’23.7” E=98041’19.7” 7 2.2
6 Lapangan Jl.
Kayu Putih N=3
0
E=98
39’43.7” 041’29.4” 7 2.4
7 Pemukiman Jl.
Pematang Pasir N=3 0
E=98
39’52.3” 041’35.3” 3 2.6
8
Jl. Bundar, Sekolah Yayasan KAI
Gambar 4.1. Grafik hubungan kadar gas CO (ppm) terhadap kecepatan angin (m/s)
Berdasarkan grafik hubungan kadar gas CO terhadap kecepatan angin
pada gambar 4.1 terlihat bahwa nilai kadar gas karbon monoksida (CO) semakin
rendah jika kecepatan angin semakin besar. Hal ini terjadi karena pada kecepatan
angin yang besar akan mempercepat terjadinya penurunan kadar gas CO, akibat
pergerakan udara maka akan terjadi suatu proses penyebaran gas yang dapat
mengakibatkan penurunan kadar pencemar. Gas CO yang terbawa angin yang akan
lebih cepat menyebar ke daerah yang luas karena terjadi pertambahan volume wadah
dan tidak diikuti pertambahan kadar gas maka terjadi penurunan kadar gas CO.
Berdasarkan grafik diatas diperoleh hubungan kadar gas CO terhadap kecepatan angin
pada regresi linier dengan persamaan Y = -1.391x + 9.325 dengan r2 = 0.414.
Dengan : Y = Kadar gas karbon monoksida CO (ppm)
x = Kecepatan angin (m/s)
r2 = Koefisien determinasi hubungan kadar gas CO terhadap kecepatan
Harga ini menyatakan bahwa kecepatan angin mempengaruhi kadar gas
CO sebesar R = 0.414 atau 41,4 %. Untuk sisanya 58,6 % adalah faktor lain diluar
kecepatan angin.
Berdasarkan nilai koefisien determinasi yang diperoleh bahwa kecepatan
angin mempengaruhi kadar gas karbon monoksida (CO) sebesar r2
4.2.4. Analisa hubungan kadar gas CO terhadap suhu udara
= 0.414 atau 41.4%
nilai rata-rata kecepatan angin terendah adalah 0.6 m/s dengan kadar gas CO 9 ppm.
Karena ini adalah kecepatan angin rendah maka proses penyebaran gas karbon
monoksida (CO) akan berlangsung lambat dan nilai rata-rata kecepatan angin tertinggi
adalah 3.9 m/s dengan kadar gas CO 5 ppm, nilai kadar karbon monoksida (CO)
rendah karena nilai rata-rata kecepatan angin pada titik ini cukup tinggi sehingga
mengakibatkan penyeberan berlangsung dengan cepat.
Data kadar gas karbon monoksida dan suhu udara dapat di lihat pada tabel
4.5. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat grafik hubungan kadar gas karbon
[image:46.595.109.525.457.765.2]monoksida (CO) terhadap suhu udara pada gambar 4.3.
Tabel 4.5. Hubungan kadar gas CO terhadap suhu udara
No Lokasi Koordinat CO
(ppm)
Suhu Udara
(0C)
1
Lapangan Jl. Kayu Putih (Area KIM)
N=3039’43.7” E=98041’28.4” 9 32.5
2 Persawahan Jl.
Bantenan N=3
0
E=98
39’43.7” 041’28.4” 5 32.0
3 Persawahan Jl.
Lorong Rahayu N=3 0
E=98
39’14.9” 040’05.1” 8 33.6
4
Persawahan Jl. Rumah Potong Hewan (RPH)
N=3039’08.9” E=98040’57.3” 6 31.3
5 Sisi Jl. Tol N=3039’23.7” E=98041’19.7” 7 32.6
6 Lapangan Jl.
Kayu Putih N=3
0
E=98
39’43.7” 041’29.4” 7 32.7
7 Pemukiman Jl.
Pematang Pasir N=3 0
E=98
39’52.3” 041’35.3” 3 31.1
8
Jl. Bundar, Sekolah Yayasan KAI
Gambar 4.2. Grafik hubungan kadar gas CO (ppm) terhadap suhu udara (0C)
Dari grafik hubungan kadar gas karbon monoksida (CO) terhadap suhu
udara pada gambar (4.2) menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu udara maka kadar
gas CO akan semakin tinggi. Hal ini terjadi karena reaksi pembakaran yang
menghasilkan panas pada suhu tinggi akan membantu terjadinya penguraian
(disosiasi) gas CO2 menjadi gas CO. Semakin tinggi suhu hasil pembakaran maka
jumlah gas CO2 yang terdisosiasi menjadi CO dan O akan semakin banyak. Nilai
rata-rata suhu udara tertinggi sebesar 33.6 0C dengan kadar gas CO 8 ppm dan Nilai
rata-rata suhu udara terendah sebesar 28.6 0C dengan kadar gas CO 4 ppm.
Hubungan kadar gas karbon monoksida (CO) terhadap suhu udara pada
regresi linier mempunyai persamaan :
Y = -0.969x - 24.69 dengan r2 = 0.526
Dengan : Y = Kadar gas karbon monoksida CO (ppm)
x = Suhu udara (0C)
Harga ini menyatakan bahwa suhu udara mempengaruhi kadar gas CO
sebesar R = 0.526 atau 52.6 %. Untuk sisanya 47,4 % adalah faktor lain diluar suhu
udara.
4.2.5. Analisa regresi linier berganda pada kadar gas CO
Data kadar gas karbon monoksida, kecepatan angin dan suhu udara dapat
di lihat pada tabel 4.6. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat grafik 3 dimensi dan
kontur hubungan kadar gas karbon monoksida (CO) terhadap kecepatan angin dan
[image:48.595.109.521.331.563.2]suhu udara pada gambar (4.4) dan gambar (4.5).
Tabel 4.6. Hubungan kadar gas CO terhadap kecepatan angin dan suhu udara
No CO (ppm) Kecepatan Angin
(m/s)
Suhu Udara (0C)
1 9 0.6 32.5
2 5 3.9 32.0
3 8 1.7 33.6
4 6 2.8 31.3
5 7 2.2 32.6
6 7 2.4 32.7
7 3 2.6 31.1
1 1.5 2 2.5 3 3.5 29
29.5 30 30.5 31 31.5 32 32.5 33 33.5
1 1.5 2 2.5 3 3.5
3 3.4 3.8 4.2 4.6 5 5.4 5.8 6.2 6.6 7 7.4 7.8 8.2 8.6 9
Suhu ( C)
0
CO (ppm)
[image:50.595.128.511.88.561.2]Kecepatan Angin
(m/s)
Untuk menganalisa pengaruh kecepatan angin dan suhu udara secara
bersama-sama terhadap kadar karbon monoksida (CO) dilakukan analisa regresi linier
berganda. dengan menggunakan program SPSS 11.5. Berdasarkan hasil keluaran
output SPSS 11.5 di peroleh persamaan regresi linier berganda yaitu :
Y = -17,586 – 1,114 X1 + 0,826 X2
Keterangan : Y = Karbon Monoksida (CO)
X1 = Kecepatan Angin
X2 = Suhu Udara
Untuk menguji nyata atau tidak nyata pengaruh kecepatan angin dan suhu
udara terhadap kadar gas CO secara bersama-sama digunakan uji statistik F. Jika
Fhitung > Ftabel, . maka persamaan regresi linier berganda bersifat nyata.
Keterangan : Fh = Fhitung
Ftab = Ftabel
Dari hasil output SPSS di peroleh Fh = 8,908. Dari daftar distribusi F
dengan dk pembilang (k) = 2, dk penyebut (n-k-1) = 5 diperoleh harga Ftab= 6,59.
Dari hasil diatas maka diketahui harga Fh (8,908) > Ftab (6,59). Hal ini
berarti regresi linier berganda bersifat nyata, artinya bahwa kecepatan angin dan suhu
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang di peroleh dan analisa data yang telah dilakukan,
dapat disimpulkan bahwa :
1. Pengukuran kadar gas karbon monoksida (CO) yang dilakukan di sekitar
Kawasan Industri Medan (KIM) dengan jarak pengukuran 0 km, 0,97 km, 0,91
km, 1,20 km 1,59 km, 2,31 km, 2,85 km dan 4,01 km mendapatkan hasil kadar
CO yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh pengaruh yaitu kecepatan angin,
suhu udara dan faktor lain yang dapat mempengaruhi kadar gas pencemar.
2. Berdasarkan perbandingan kadar gas karbon monoksida (CO) dengan baku mutu
udara ambien nasional didapatkan bahwa kadar gas karbon monoksida CO di
sekitar Kawasan Industri Medan belum melewati nilai ambang batas artinya
masih berada dalam kondisi yang tidak membahayakan kesehatan. Kadar CO
tertinggi terdapat
3. Hubungan kadar gas karbon monoksida (CO) terhadap kecepatan angin
didapatkan bahwa semakin besar kecepatan angin maka kadar gas CO
di titik pertama dengan kadar 9 ppm dan terendah terdapat di
titik ketujuh dengan kadar 3 ppm.
4. Hubungan kadar gas karbon monoksida (CO) terhadap suhu udara didapatkan
bahwa semakin tinggi suhu udara maka kadar gas CO akan semakin meningkat.
Suhu udara paling tinggi adalah sekitar 33,6 dengan jumlah kadar CO sebesar 8
ppm.
semakin
berkurang. Kecepatan angin tertinggi adalah sekitar 3,9 m/s dengan jumlah
5.2. Saran
1. Kepada peneliti berikutnya di sarankan agar memperbanyak titik pengambilan
sampel dan menyebar ke segala arah dilakukan pada waktu siang, malam, dan
pagi hari untuk memperoleh bagaimana pola penyebaran gas untuk
masing-masing waktu pengambilan sampel dan memperoleh data kadar gas lebih
mendekati yang sebenarnya.
2. Berdasarkan hasil penelitian peneliti menyarankan kepada pihak industri untuk
mengurangi pembuangan gas pada siang hari dan mengalihkannya pada malam
atau pagi hari, karena pada siang hari suhu udara tinggi sehingga menambah
DAFTAR PUSTAKA
Banuwas dan Pujambi, 1998. Industri dan Pencemaran Radionuklida Alam di
Lingkungan, www.batan.go.id/ptkmr/Alara/062.pdf.
Benyamin, lakitan.1994. Dasar-Dasar klimatologi. Jakarta. Rajawali Pers.
Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta. Kanisius.
Giddings, J.S. 1973. Chemistry Man and Environmental Change. New York. Canfield
Press.
Kastiyowati, Indah, 2001. Dampak dan Upaya Penanggulangan Pencemaran Udara,
Puslitbang Tek Balitbang Dephan
Kementrian Negara Lingkungan hidup (KLH). 2007. Memprakirakan Dampak
Lingkungan : Kualitas Udara. Jakarta.
Mukono, Pencemaran Udara dan Pengaruhnya Terhadap Gangguan Saluran
Pernafasan, 1997
Mukono.1999. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya. Airlangga University
Press.
Neiburger. 1995. Memahami Lingkungan Atmosfir Kita. Penerbit ITB
Nurhasmawaty, P. 2003. pencemaran udara. Diakses tanggal 10 Desember 2009.
Pohan, N, 2002. Pencemaran Udara dan Hujan Asam,
library.usu.ac.id/php?op=modload&name=Downloads&file=index®=getit
&lid=1829,Senin,05/07/2010.
Santoso,S, 2008. Paduan Lengkap Menguasai SPSS 16. Jakarta. Penerbit PT Elex
Media Komputindo.
SNI 19-7119.2-2005. Cara uji kadar Nitrogen Dioksida (NO2) dengan metoda Griess
Saltzman menggunakan spektrofotometer. Diakses tanggal 4 desember 2009.
Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Edisi keenam. Bandung. Tarsito.
Wardhana, Dampak Pencemaran Lingkungan, 2001
LAMPIRAN A
GAMBAR ALAT-ALAT PENELITIAN
1. Carbon Analyzer ( Type AQ 5000 Pro)
3. GPS (Type GPSmap 60CSx)
LAMPIRAN B
Tabel 1. Data Penolong Untuk Perhitungan Regresi Linier Sederhana dan Regresi
Linier Berganda Untuk Perhitungan Secara Manual
No X1 X2 Y X12 X22 Y2 X1Y X2Y X1X2
1 0.6 32.5 9 0.36 1056.25 81 5.4 292.5 19.5
2 3.9 32 5 15.21 1024 25 19.5 160 124.8
3 1.7 33.6 8 2.89 1128.96 64 13.6 268.8 57.12 4 2.8 31.3 6 7.84 979.69 36 16.8 187.8 87.64 5 2.2 32.6 7 4.84 1062.76 49 15.4 228.2 71.72 6 2.4 32.7 7 5.76 1069.29 49 16.8 228.9 78.48
7 2.6 31.1 3 6.76 967.21 9 7.8 93.3 80.86
8 2.2 28.6 4 4.84 817.96 16 8.8 114.4 62.92
Jumlah 18.4 254.4 49 48.5 8106.12 329 104.1 1573.9 583.04 Average 2.3 31.8 6.125
Tabel 2 . Data Penolong Untuk Perhitungan uji F Untuk Perhitungan Secara Manual
No X1 X2 Y Ŷ Y- Ŷ (Y- Ŷ)
1 0.6 32.5 9 9.3513 -0.3513 0.123412
2 3.9 32 5 11.7457 -6.7457 45.50447
3 1.7 33.6 8 11.2983 -3.2983 10.87878
4 2.8 31.3 6 10.1615 -4.1615 17.31808
5 2.2 32.6 7 10.8228 -3.8228 14.6138
6 2.4 32.7 7 11.0861 -4.0861 16.69621
7 2.6 31.1 3 9.8075 -6.8075 46.34206
8 2.2 28.6 4 7.1948 -3.1948 10.20675
Jumlah 18.4 254.4 49 81.468 -32.468 161.6836
Tabel Konversi ppm Ke µg/Nm3
No
Konversi ppm Ke µg/Nm
3ppm
µg/Nm
31
9 10306.74
2
5 5725.97
3
8 9161.55
4
6 6871.16
5
7 8016.35
6
7 8016.35
7
3 3435.58
8
4 4580.77
Rumus Konversi ppm Ke µg/Nm3
3
m mg
:
=
45 . 24
) (ppm xBM n
3
Nm g
µ
=
45 . 24
) (ppm xBM n
× 3
10
Keterangan :
Hasil Output Menggunakan SPSS 11.5
:
Hubungan Kadar gas CO terhadap Kecepatan angin
Variables Entered/Removedb
Xa . Enter
Model 1 Variables Entered Variables Removed Method
All requested variables entered. a.
Dependent Variable: Y b.
Model Summaryb
.644a .414 .317 1.679
Model 1
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Predictors: (Constant), X a.
Dependent Variable: Y b.
ANOVAb
11.968 1 11.968 4.247 .085a
16.907 6 2.818
28.875 7 Regression Residual Total Model 1 Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), X a.
Dependent Variable: Y b.
Coefficientsa
9.326 1.663 5.609 .001
-1.392 .675 -.644 -2.061 .085
(Constant) X
Model 1
B Std. Error
Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig.
Residuals Statisticsa
3.90 8.49 6.12 1.308 8
-1.703 1.809 .000 1.000 8
.597 1.292 .793 .293 8
2.61 7.75 5.89 1.506 8
-2.71 1.10 .00 1.554 8
-1.613 .656 .000 .926 8
-1.739 .967 .054 1.034 8
-3.15 2.39 .23 1.986 8
-2.254 .960 -.055 1.192 8
.011 3.273 .875 1.376 8
.014 .547 .153 .180 8
.002 .468 .125 .197 8
Predicted Value Std. Predicted Value Standard Error of Predicted Value
Adjusted Predicted Value Residual
Std. Residual Stud. Residual Deleted Residual Stud. Deleted Residual Mahal. Distance Cook's Distance
Centered Leverage Value
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Dependent Variable: Y a.
Charts
Normal P-P Plot of Regression Stand
Dependent Variable: Y
Observed Cum Prob
1.0