• Tidak ada hasil yang ditemukan

TERITORIALITAS DAN INTERAKSI MULTI-ETNIK DI TANJUNG BENOA, BALI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TERITORIALITAS DAN INTERAKSI MULTI-ETNIK DI TANJUNG BENOA, BALI"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

i

TESIS

TERITORIALITAS DAN INTERAKSI MULTI-ETNIK

DI TANJUNG BENOA, BALI

STEFFANY ONGELINA NIM 1191861010

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2013

(2)

ii

TERITORIALITAS DAN INTERAKSI MULTI-ETNIK

DI TANJUNG BENOA, BALI

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister

pada Program Magister, Program Studi Teknik Arsitektur, Program Pascasarjana Universitas Udayana

STEFFANY ONGELINA NIM 1191861010

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2013

(3)

iii

(4)

iv

Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal 29 November 2013

Panitian Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor

Universitas Udayana, No.: 3225 /UN 14.4/HK/2013, Tanggal 28 November 2013

Ketua : Dr. Ir. Syamsul Alam Paturusi, MSP.

Anggota :

1. Prof. Dr. Ir. Sulistyawati, MS.,MM., M.Mis., DTh. 2. G. A. M. Suartika, ST. MEngSc., PhD.

3. Dr. Eng I Wayan Kastawan, ST., MA.

(5)

v

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertandatangan dibawah ini : Nama : Steffany Ongelina NIM : 1191861010 Program Studi : Magister Arsitektur

Judul Tesis : Teritorialitas dan Interaksi Multi-etnik di Tanjung Benoa, Bali

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat.

Apabila di kemudian hari terbukti plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No.17 Tahun 2010 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 4 Desember 2013 Yang membuat pernyataan,

(6)

vi

UCAPAN TERIMAKASIH

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan Puja dan Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-Nya maka tesis yang berjudul “Teritorialitas dan Interaksi Multi-etnik di Tanjung Benoa, Bali”, dapat diselesaikan dengan waktu yang telah ditentukan.

Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan mengetahui bagaimana perilaku dan aktivitas interaksi sosial multi-etnik yang terjadi di kawasan penelitian dan gambaran kegiatan interaksi multi-etnik pada ruang teritorialitas etnik di Tanjung Benoa, Bali serta faktor yang melatarbelakanginya.

Dalam penyusunan tugas tesis ini tentunya tidak terlepas dari kesulitan-kesulitan dan masalah, namun berkat bantuan dari para dosen bimbingan dan berbagai pihak, maka kesulitan dan masalah yang timbul dapat teratasi dengan baik. Untuk itu pada kesempatan ini saya sampaikan terima kasih kepada para pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan tesis ini.

Ucapan terima kasih kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, SP. S (K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Udayana.

Dr. Ir. Syamsul Alam Paturusi, MSP., selaku dosen pembimbing I yang telah membantu memberikan masukan yang positif untuk pembuatan tesis yang benar. Prof. Dr. Ir. Sulistyawati, MS., MM., M.Mis, sebagai pembimbing II yang telah memberikan masukan yang membangun dan membantu mencari literatur

(7)

vii

untuk mendukung teori yang akan digunakan untuk memecahkan masalah yang ada dan memudahkan dalam penyelesaian tesis ini.

Selain pembimbing yang banyak membantu penyempurnaan tesis, terdapat pula dosen penguji yang turut memberikan masukan. Dr. Ni Ketut Pande Dewi Jayanti, ST., MEngSc. selaku dosen penguji I, G.A.M. Suartika, ST., MEngSc., PhD. selaku Ketua Program Teknik Arsitektur dan pengganti penguji I dan Dr. Eng. I Wayan Kastawan, ST, MA., selaku dosen penguji II yang telah memberikan ilmu dan bimbingan yang dapat menyempurnakan tesis tentang masyarakat multi-etnik di Tanjung Benoa. Dr. I Nyoman Widya Paramadhyaksa, ST., MT. selaku penguji III yang berusaha untuk menemukan hal yang dapat menjadi bahan penelitian serta menemukan fokus yang sesuai untuk mempertajam penelitian dalam bidang arsitektur dan hubungannya dengan interaksi multi-etnik. Terdapat banyak dosen arsitektur yang turut memberikan saran positif, sehingga tesis ini memiliki nilai yang lebih, yaitu Dr. Ir. I Putu Rumawan, MSi. dan Ir. Ciptadi Trimarianto, Ph.D., selaku dosen arsitektur atas masukannya dalam menyempurnakan penulisan tesis ini dan saran agar lebih bermanfaat bagi pembaca.

Tidak lupa dengan dukungan besar dari anggota keluarga dan seluruh teman yang telah bekerja sama untuk membantu dalam memeriksa penulisan tesis dan proses pengumpulan data, baik data primer maupun data sekunder. Data yang terkumpul sangat membantu dalam penulisan tesis ini.

Data ditemukan dengan bantuan berbagai pihak terkait, sehingga data yang diperlukan bisa didapatkan dengan mudah, seperti anggota dari Kelurahan

(8)

viii

Tanjung Benoa, Bendesa Adat Tanjung Benoa (I Nyoman Wana Putra), Kelian Banjar Anyar (I Wayan Wadio), KeIlian Banjar Panca Bhinneka (Suardi Indrajaya) dan Pemangku Klenteng (Kisun). Terdapat pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan seluruhnya yang telah banyak memberikan informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan penelitian ini. Tentu saja terima kasih juga untuk para masyarakat setempat yang dengan ikhlas menerima, membantu dan menjawab pertanyaan yang peneliti ajukan.

Semoga apa yang tertuang dalam tesis ini dapat bermanfaat bagi para masyarakat untuk menambah wawasan mengenai bagaimana menciptakan integrasi yang baik, ditambah dengan bagaimana suatu interaksi sosial yang berhubungan dengan aktivitas dan waktu dapat mempengaruhi ruang di suatu kawasan. Selain itu semoga pemerintah juga dapat menggunakan penelitian ini untuk perencanaan dalam menata ataupun mengembangkan kawasan di Tanjung Benoa dan tidak menutup kemungkinan digunakan di kawasan lainnya.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini jelas jauh dari kesempurnaan disebabkan keterbatasan waktu dan kemampuan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran, kritik serta masukan yang positif demi kesempurnaan tesis ini. Terima kasih.

(9)

ix ABSTRAK

Tanjung Benoa didiami oleh lima etnik, yaitu etnis Bali, Tionghoa, Bugis, Jawa dan Palue. Hubungan etnis ini tidak bertentangan melainkan dapat menciptakan suatu interaksi antar etnik yang baik. Fenomena ini ingin dilihat lebih mendalam dengan melihat perilaku masyarakat multi-etnik, khususnya dalam berinteraksi secara sosial. Penelitian lebih ditekankan dari perspektif domain arsitektur, maka akan dilihat hubungan pemanfaatan ruang teritorialitas etnik dengan aktivitas interaksi sosial multi-etnik.

Berdasarkan latar belakang tersebut terdapat permasalahan, yaitu: (1) bagaimana perilaku dan waktu terjadinya aktivitas interaksi multi-etnik; (2) bagaimana gambaran aktivitas interaksi multi-etnik pada ruang teritorialitas satu etnik; (3) bagaimana dan apa faktor-faktor yang melatarbelakangi aktivitas interaksi multi-etnik pada ruang teritorialitas satu etnik di Tanjung Benoa, Bali. Terdapat beberapa teori yang digunakan untuk memecahkan masalah, yaitu teori

behavioral setting, teritorialitas, seting, sakral dan profan, perilaku sosial dan teori interaksi sosial. Seluruh teori digunakan untuk memecahkan masalah yang timbul dalam penelitian ini.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penerapan metode adalah penelitian kualitatif etnografi. Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan survei yang akan membantu untuk mendapatkan gambaran menyeluruh di Tanjung Benoa. Berdasarkan masalahnya, maka penelitian bersifat deskripsi (memotret) fenomena sosial dan hubungannya dengan ruang.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi, survei berupa wawancara dan dokumen yang berupa studi literatur. Data hasil observasi dan wawancara dianalisis dengan teori. Hasil penelitian menemukan bahwa interaksi multi-etnik secara keruangan dan perilaku yang terjadi berbeda antar etnik di setiap teritori etnik. Perbedaan ini dilatarbelakangi oleh faktor religi, personal, kesenian, organisasi sosial, mata pencaharian dan ketersediaan lahan.

(10)

x ABSTRACT

Tanjung Benoa is inhabited by five ethnic groups namely Balinese, Chinese, Bugis, Javanese and ethnic Palue. The relationship between these ethnic groups create a harmonious interaction between one another. This phenomena will be looked into more deeply by observing multi-ethnic behaviors, especially during interactions. The study emphasized from the perspective of the architecture domain, it will be seen the effects of multi-ethnics activity towards spatial usage especially in spatial ethnic territory what is research focused.

The study focused on the discussion of: (1) how the behavior and when the interaction activities ethnics happen; (2) how a visualization of multi-ethnics interaction activities in territoriality an ethnic; (3) how and what factors that serve as background for the multi-ethnics interaction activities in territoriality an ethnic in Tanjung Benoa, Bali. There are some theory used to find out and understand focused on the discussion. i.e. behavioral setting theory, territoriality, setting, sacred and profane, social behavior and social interaction theory.

The method used in this research is ethnographic qualitative research. The approach used in this study is a survey approach that will help to get an overall view in Tanjung Benoa. Based on the problems, the research is a social and space phenomena description.

Techniques for data gathering include observations, surveys (interviews) and documents as literature studies. Observations and interviews results were analyzed by theory. The results show spatial and behavioral multi-ethnic interactions differ from each ethnic in each ethnic territory. These differences are caused by religious factors, personal, art, social organization, livelihood and availability of land.

(11)

xi RINGKASAN

Tanjung Benoa didiami oleh lima etnik, yaitu etnis Bali, Tionghoa, Bugis, Jawa dan Palue. Hubungan etnis ini tidak bertentangan melainkan dapat menciptakan suatu interaksi antar etnik yang baik. Fenomena ini ingin dilihat lebih mendalam dengan melihat perilaku masyarakat antar multi-etnik, khususnya dalam berinteraksi secara sosial. Penelitian lebih ditekankan dari perspektif domain arsitektur, maka akan dilihat pengaruh interaksi sosial terhadap pemanfaatan ruang yang akan menciptakan pola ruang interaksi multi-etnik.

Berdasarkan latar belakang tersebut terdapat tiga poin permasalahan, yaitu: (1) bagaimana perilaku dan waktu terjadinya aktivitas interaksi multi-etnik; (2) bagaimana gambaran aktivitas interaksi multi-etnik pada ruang teritorialitas satu etnik; (3) bagaimana dan apa faktor-faktor yang melatarbelakangi aktivitas interaksi multi-etnik pada ruang teritorialitas satu etnik di Tanjung Benoa, Bali.

Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui dan memahami hubungan sosial multi-etnik yang ada di Tanjung Benoa. Hubungan sosial ini dapat dilihat dari berbagai hal, peneliti melihat dari segi kegiatan atau perilaku dan wadah (ruang yang merupakan teritorial suatu etnik, yaitu tempat peribadatan, pemakaman, bale banjar dan pasar desa yang ada di Tanjung Benoa) yang digunakan untuk menampung aktivitas tersebut, sehingga akhirnya dapat diketahui penggunaan ruang teritorialitas etnik di kawasan Desa Adat Tanjung Benoa ini. Tujuan khusus pada penelitian ini adalah untuk menjawab ketiga pertanyaan yang timbul.

Terdapat beberapa teori yang digunakan untuk memecahkan masalah, yaitu teori behavioral setting, teritorialitas, seting, sakral dan profan, perilaku sosial dan teori interaksi sosial. Seluruh teori digunakan untuk memecahkan masalah yang timbul dalam penelitian ini.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penerapan metode adalah penelitian kualitatif etnografi. Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan survei yang akan membantu untuk mendapatkan gambaran menyeluruh di Tanjung Benoa. Berdasarkan masalahnya, maka penelitian bersifat deskripsi (memotret) fenomena sosial dan hubungannya dengan ruang.

Tanjung Benoa terletak di kaki Pulau Bali, tepatnya di Kelurahan Tanjung Benoa, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung. Kelurahan Tanjung Benoa dapat dibagi menjadi dua desa adat, yaitu Desa Adat Tanjung Benoa di Utara dan Desa Adat Tengkulung di Selatan. Lokasi penelitian yang dipilih adalah Desa Adat Tanjung Benoa karena lokasi permukiman masyarakat multi-etnik yang masih banyak terdapat di daerah ini dibandingkan dengan permukiman yang terdapat di Desa Adat Tengkulung. Teknik pengumpulan data di lokasi penelitian

(12)

xii

yang dilakukan adalah observasi, survei berupa wawancara dan dokumen yang berupa studi literatur.

Hasil dari penelitian ini adalah aktivitas yang dilakukan dibatasi oleh ruang, ruang yang digunakan hanya fasilitas peribadatan dan pemakaman yang merupakan fokus penelitian, sehingga aktivitas yang dilakukan antar-etnik hanya aktivitas keagamaan, kegiatan kesenian dan kemasyarakatan. Kegiatan keagamaan dilakukan di pura, klenteng dan masjid. Kegiatan kesenian dilakukan di klenteng yang mengadakan pertunjukan barongsai yang dilakukan pada saat-saat tertentu. Kegiatan kemasyarakat adalah kegiatan yang dilakukan untuk kerukunan dalam kehidupan sosial. Kegiatan tersebut domina dilakukan pada bale banjar dan pasar desa. Dilihat dari aktivitas yang dilakukan diketahui perilaku multi-etnik dominan adalah tindakan tradisional, yaitu tindakan yang diulang secara teratur, menjadi kebiasaan, tidak menjadi persoalan kebenaran dan keberadaannya. Tindakan semacam ini adalah tindakan warisan yang diturunkan dari generasi yang lalu atau berlaku secara turun temurun.

Aktivitas antar-etnik secara keruangan berbeda-beda. Dalam fasilitas peribadatan, (a) Pura, hubungan etnik Bali dan Tionghoa dapat berlangsung di seluruh pura, bahkan hingga kebagian yang sakral dan perilaku yang terjadi adalah kegiatan keagamaan. Etnik Bali dan Bugis ruang yang dapat digunakan bersama hanya jaba sisi dan aktivitas adalah kegiatan kesenian. Interaksi etnik Bali dengan etnik lainnya, terjadi di luar dari areal pura. (b) Klenteng, ruang interaksi yang menggunakan seluruh ruang yang ada di klenteng adalah etnis Bali dan kegiatan adalah kegiatan keagamaan dan kesenian. Hubungan etnis Tionghoa dengan etnik lainnya adalah halaman dari klenteng dan berhubungan dalam kegiatan kesenian. (c) Masjid merupakan teritorialitas dari etnik Bugis. Dalam berinteraksi dengan etnik Jawa ruang yang digunakan seimbang dengan pemilik teritori. Hubungan dengan etnik lain tidak seluas dengan etnik Jawa.

Pada pemakaman penggunaan ruang interaksi berbeda. Pada Setra Bali, etnik Tionghoa dapat menggunakan hampir seluruh ruang yang ada. Etnik Bugis dalam berinteraksi di sini juga cukup luas ruang interaksinya. Hubungan etnis Bali dengan etnik lainnya ruang aktivitasnya cukup terbatas, hanya pada bagian profan. Pada Setra Bugis, interaksi yang penggunaan ruangnya paling dominan adalah interaksi dengan etnik Jawa, sedangkan dengan etnik lainnya hanya pada saat adanya pemakaman. Pemakaman Tionghoa penggunaan ruang dan perilaku seluruh etnik sama dan ruang sakral hanya dapat digunakan pada saat ada upacara pemakaman.

Tempat ibadah dan pemakaman telah didapatkan hasil, berikutnya adalah

bale banjar. Masing-masing bale banjar dimiliki oleh anggota banjar yang terdiri baik dari satu etnik maupun dua etnik. Bale banjar pada desa adat ini dominan digunakan bersama dengan etnik lain yang bukan pemilik teritori pada saat

(13)

xiii

adanya undangan untuk menghadiri pesta pernikahan yang diadakan di bale banjar ataupun pada saat adanya pertunjukan kesenian, seperti kesenian etnik Bali berupa Ogoh-ogoh dan kesenian Bugis berupa Tari Rhodat. Bale banjar pada umumnya juga digunakan bersama dengan etnik lain pada saat kegiatan kemasyarakatan seperti istirahat sambil berbincang pada saat sebelum ataupun sesudah pertunjukan kesenian yang dilakukan.

Pasar desa disimpulkan merupakan teritorialitas dari etnik Bali karena dikelola oleh etnik Bali yang merupakan etnik dominan di Desa Adat Tanjung Benoa ini. Interaksi yang terjadi di pasar desa ini secara keruangan dan perilaku sama, kecuali dengan etnik Tionghoa. Etnik Tionghoa memiliki penggunaan ruang yang luas dibandingkan dengan etnik lainnya yang ada.

Terdapat enam faktor yang melatarbelakangi aktivitas interaksi multi-etnik pada teritorialitas etnik, yaitu faktor religi, personal, kesenian, sosial, mata pencaharian dan terakhir adalah faktor keterbatasan ruang.

(14)

xiv DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM………... i

PRASYARAT GELAR………... ii

LEMBAR PERSETUJUAN……… iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI……… iv

LEMBAR PERNYATAAN………. v

UCAPAN TERIMAKASIH………. vi

ABSTRAK………..………. ix

ABSTRACT………. x

RINGKASAN……….. xi

DAFTAR ISI……… xiv

DAFTAR TABEL……… xvii

DAFTAR GAMBAR………... xviii

DAFTAR LAMPIRAN……… xxi

BAB I PENDAHULUAN……… 1

1.1 Latar Belakang……….……. 1

1.2 Rumusan Masalah……….…… 7

1.3 Tujuan Penelitian……….. 8

1.4 Manfaat Penelitian……… 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN……….. 11

2.1 Kajian Pustaka………...………...…. 11

2.1.1 Hubungan Ruang dan Perilaku………... 12

2.1.2 Pola Ruang………...………..…. 13

2.1.3 Teritorialitas……… 15

2.1.4 Pola Interaksi Sosial Multi-etnik………... 17

2.2 Konsep………...……….... 22

2.2.1 Teritorialitas……....………….………...………….. 22

2.2.2 Interaksi Multi-etnik…….………..………..……….. 23

2.2.3 Tanjung Benoa……… 25

2.3 Landasan Teori………..……… 26

2.3.1 Behavioral Setting (Seting Perilaku)……..……… 26

2.3.2 Teori Teritorialitas………...…………... 31

2.3.3 Teori Seting………. 45

2.3.4 Teori Sakral dan Profan………..…… 47

2.3.5 Teori Perilaku Sosial………... 50

(15)

xv

2.4 Model Penelitian………...………. 62

BAB III METODE PENELITIAN………..66

3.1 Rancangan Penelitian………..…..…… 66

3.2 Lokasi Penelitian………...………..………….. 67

3.3 Jenis dan Sumber Data………..…...…………. 71

3.4 Instrumen Penelitian………..……… 75

3.5 Teknik Sampling………76

3.6 Teknik Pengumpulan Data……… 78

3.7 Analisis Data………. 82

3.8 Penyajian Hasil Analisis Data………....……... 84

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……… 86

4.1 Hasil………... 86

4.1.1 Gambaran Umum Tanjung Benoa……….. 87

4.1.1.1Geografi……….. 88 4.1.1.2Demografi………... 89 4.1.1.3Kebudayaan……….…89 4.1.1.4Ekonomi……….. 91 4.1.1.5Politik……….. 92 4.1.1.6Sarana Umum………..92

4.1.2 Etnik di Desa Adat Tanjung Benoa……….... 97

4.1.2.1Etnik Tionghoa………...….97

4.1.2.2Etnik Bali………...…. 101

4.1.2.3Etnik Bugis………... 103

4.1.2.4Etnik Jawa………...…… 108

4.1.2.5Etnik Palue (Flores)……… 109

4.2 Pembahasan………... 111

4.2.1 Perilaku dan Aktivitas Interaksi Multi-etnik di Tanjung Benoa, Bali…………..………...……...….. 112

4.2.1.1Perilaku Interaksi Multi-etnik………. 113

4.2.1.2Aktivitas Interaksi Multi-etnik………...…… 118

4.2.2 Gambaran Aktivitas Interaksi Multi-etnik pada Ruang Teritorialitas Satu Etnik di Tanjung Benoa, Bali……….... 143

4.2.3 Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Aktivitas Interaksi Multi-etnik pada Ruang Teritorialitas Satu Etnik di Tanjung Benoa, Bali ………...…...……… 222

(16)

xvi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 234

5.1 Kesimpulan……… 234

5.1.1 Perilaku Sosial dan Aktivitas Interaksi Multi-etnik di Tanjung Benoa, Bali………... 233

5.1.2 Gambaran Aktivitas Interaksi Multi-etnik pada Ruang Teritorialitas Satu Etnik di Tanjung Benoa, Bali..……….. 236

5.1.3 Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Aktivitas Interaksi Multi-etnik pada Ruang Teritorialitas Satu Etnik di Tanjung Benoa, Bali…….……….. 238

5.2 Saran……….. 243

DAFTAR PUSTAKA……….. 246

(17)

xvii DAFTAR TABEL

3.1 Jenis dan Sumber Data……….………...………… 74

3.2 Teknik Pengumpulan Data………...……... 81

3.3 Penyajian Hasil Analisis Data………...……….. 85

4.1 Pola Ruang Permukiman Kelurahan Tanjung Benoa………....……. 88

4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Tanjung Benoa, Tahun 2012....89

4.3 Persentase Mata Pencaharian di Tanjung Benoa, Tahun 2012…….…... 91

4.4 Pembagian Aktivitas Berdasarkan Tindakan Sosial…………..…..….….. 128

4.5 Aktivitas Etnik Bali dan Tionghoa………..……... 123

4.6 Aktivitas Etnik Bali dan Bugis………... 125

4.7 Aktivitas Etnik Bali dan Jawa………. 127

4.8 Aktivitas Etnik Bali dan Palue……… 129

4.9 Aktivitas Etnik Tionghoa dan Bugis………...… 131

4.10 Aktivitas Etnik Tionghoa dan Jawa……… 132

4.11 Aktivitas Etnik Tionghoa dan Palue………... 134

4.12 Aktivitas Etnik Bugis dan Jawa………..……… 136

4.13 Aktivitas Etnik Bugis dan Palue………. 138

(18)

xviii

DAFTAR GAMBAR

2.1 Syarat Interaksi Sosial………..………...58

2.2 Jarak Komunikasi………..………..59

2.3 Model Penelitian……….… 65

3.1 Rancangan Penelitian………...………... 67

3.2 Peta Pulau Bali………...………. 68

3.3 Peta Kabupaten Badung…….………...……….. 68

3.4 Kecamatan Kuta Selatan…….………..……….. 68

3.5 Peta Wilayah Kelurahan Tanjung Benoa………...….………...……. 69

3.6 Lokasi Penelitian di Desa Adat Tanjung Benoa……..……….…...……. 69

3.7 Letak Lima Banjar di Tanjung Benoa yang Menjadi Kawasan Penelitian. 70 4.1 Letak Sarana Peribadatan dan Pemakaman……… 95

4.2 Letak Fasilitas Umum………. 96

4.3 Wangkang………..………. 99

4.4 Lokasi Permukiman Etnik Tionghoa (Sebelum Pelabuhan Pindah ke Benoa)……….……… 100

4.5 Lokasi Permukiman Etnik Tionghoa Saat Ini…………...…………...….. 101

4.6 Lokasi Permukiman Etnik Bali………...……...…...…. 103

4.7 Kapal Pinisi………...……….. 105

4.8 Kapal Pinisi di Tanjung Benoa……….……..… 105

4.9 Lokasi Permukiman Etnik Bugis di Lingkungan Banjar Panca Bhinneka. 107 4.10 Lokasi Permukiman Etnik Jawa di Lingkungan Banjar Panca Bhinneka.. 109

4.11 Lokasi Permukiman Etnik Palue, Flores………...……….……. 111

4.12 Aktivitas Interaksi Etnis Bali dan Tionghoa…………...……… 120

4.13 Aktivitas Interaksi Etnis Bali dan Bugis…………...……….. 124

4.14 Aktivitas Interaksi Etnik Bali dan Jawa…………...………... 126

4.15 Aktivitas Interaksi Etnik Bali dan Palue…………...……….. 128

4.16 Aktivitas Interaksi Etnik Tionghoa dan Bugis…………...………. 130

4.17 Aktivitas Interaksi Etnik Tionghoa dan Jawa…………...……….. 132

4.18 Aktivitas Interaksi Etnik Tionghoa dan Palue…………...………. 133

4.19 Aktivitas Interaksi Etnis Bugis dan Jawa………134

4.20 Aktivitas Interaksi Etnik Bugis dan Palue…………...………... 138

4.21 Aktivitas Interaksi Etnik Jawa dan Palue…………...……….139

4.22 Tri Mandala………146

4.23 Pura dengan Dua Halaman………..146

4.24 Area Pura Dalem Ning dan Zona Keruangan Etnis Tionghoa……… 147

4.25 Area Pura Dalem Ning dan Zona Keruangan Etnis Bugis……….. 150

4.26 Area Pura Dalem Ning dan Zona Keruangan Etnis Jawa………... 151

4.27 Area Pura Dalem Ning dan Zona Keruangan Etnis Palue……….. 152

4.28 Area Klenteng Caow Eng Bio dan Sifat Ruang……….. 155

4.29 Area Klenteng Caow Eng Bio dan Zona Keruangan Etnis Bali…………. 158

4.30 Area Klenteng Caow Eng Bio dan Zona Keruangan Etnis Bugis……….. 159

4.31 Area Klenteng Caow Eng Bio dan Zona Keruangan Etnis Jawa………… 160

4.32 Area Klenteng Caow Eng Bio dan Zona Keruangan Etnis Palue………... 161

(19)

xix

4.34 Area Masjid Jami’ Mujahidin (Lantai 1) dan Zona Keruangan Etnis Bali,

Tionghoa dan Palue……….164

4.35 Area Masjid Jami’ Mujahidin dan Zona Keruangan Etnis Jawa………… 165

4.36 Zona Sakral dan Profan pada Setra Bali………. 167

4.37 Area Setra Bali dan Zona Keruangan Etnis Tionghoa………168

4.38 Area Setra Bali dan Zona Keruangan Etnis Bugis………..169

4.39 Area Setra Bali dan Zona Keruangan Etnis Jawa………...……… 170

4.40 Area Setra Bali dan Zona Keruangan Etnis Palue……….………. 170

4.41 Zona Sakral dan Profan pada Setra Bugis……….. 171

4.42 Area Setra Bugis dan Zona Keruangan Etnis Bali………..172

4.43 Area Setra Bugis dan Zona Keruangan Etnis Tionghoa………. 172

4.44 Area Setra Bugis dan Zona Keruangan Etnis Jawa……… 173

4.45 Area Setra Bugis dan Zona Keruangan Etnis Palue………...…… 174

4.46 Area Pemakaman Dharma Yasa dan Zona Keruangan Etnis Bali……….. 175

4.47 Area Pemakaman Dharma Yasa dan Zona Keruangan Etnis Bugis, Jawa dan Palue………. 176

4.48 Area Bale Banjar Kertha Pascima dan Zona Keruangan Etnis Tionghoa.. 178

4.49 Area Bale Banjar Kertha Pascima dan Zona Keruangan Etnis Bugis, Jawa dan Palue……….... 179

4.50 Area Bale Banjar Tengah dan Zona Keruangan Etnis Bugis………. 180

4.51 Area Bale Banjar Tengah dan Zona Keruangan Etnis Jawa………...181

4.52 Area Bale Banjar Tengah dan Zona Keruangan Etnis Palue……….. 181

4.53 Area Bale Banjar Purwa Santhi dan Sifat Ruang………... 182

4.54 Area Bale Banjar Purwa Santhi dan Zona Keruangan Etnis Bugis……… 183

4.55 Area Bale Banjar Purwa Santhi dan Zona Keruangan Etnis Jawa………. 184

4.56 Area Bale Banjar Purwa Santhi dan Zona Keruangan Etnis Palue……… 184

4.57 Area Bale Banjar Anyar dan Zona Keruangan Etnis Tionghoa…………. 185

4.58 Area Bale Banjar Anyar dan Zona Keruangan Etnis Bugis………... 186

4.59 Area Bale Banjar Anyar dan Zona Keruangan Etnis Jawa……….187

4.60 Area Bale Banjar Anyar dan Zona Keruangan Etnis Palue……… 187

4.61 Area Bale Banjar Panca Bhinneka dan Zona Keruangan Etnis Jawa……. 188

4.62 Area Bale Banjar Panca Bhinneka dan Zona Keruangan Etnis Bali, Tionghoa dan Palue……….189

4.63 Area Pasar Desa dan Zona Keruangan Etnis Tionghoa……….. 190

4.64 Area Pasar Desa dan Zona Keruangan Etnis Bugis, Jawa dan Palue……. 191

4.65 Area Pura Dalem Ning dan Perilaku Etnis Tionghoa………. 193

4.66 Area Pura Dalem Ning dan Perilaku Etnis Bugis………... 194

4.67 Area Pura Dalem Ning dan Perilaku Etnis Jawa dan Palue……… 195

4.68 Area Klenteng Caow Eng Bio dan Perilaku Etnis Bali………...196

4.69 Area Klenteng Caow Eng Bio dan Perilaku Etnis Bugis, Jawa dan Palue. 197 4.70 Area Masjid Jami’ Mujahidin dan Perilaku Etnis Jawa………….………. 198

4.71 Area Masjid Jami’ Mujahidin dan Perilaku Etnis Bali, Tionghoa dan Palue……… 199

4.72 Area Setra Bali dan Perilaku Etnis Tionghoa………. 200

4.73 Area Setra Bali dan Perilaku Etnis Bugis dan Jawa………... 201

(20)

xx

4.75 Area Setra Bugis dan Perilaku Etnis Jawa……….. 203

4.76 Area Setra Bugis dan Perilaku Etnis Bali dan Tionghoa……… 204

4.77 Area Setra Bugis dan Perilaku Etnis Palue………. 205

4.78 Area Pemakaman Dharma Yasa dan Perilaku Etnis Bali………... 206

4.79 Area Pemakaman Dharma Yasa dan Perilaku Etnis Bugis, Jawa dan Palue……… 207

4.80 Area BaleBanjar Kertha Pascima dan Perilaku Etnis Tionghoa………... 208

4.81 Area Bale Banjar Kertha Pascima dan Perilaku Etnis Bugis, Jawa dan Palue……… 209

4.82 Area BaleBanjar Tengah dan Perilaku Etnis Bugis………... 210

4.83 Area BaleBanjar Tengah dan Perilaku Etnis Jawa……… 211

4.84 Area BaleBanjar Tengah dan Perilaku Etnis Palue………... 212

4.85 Area BaleBanjar Purwa Santhi dan Perilaku Etnis Bugis………. 213

4.86 Area BaleBanjar Purwa Santhi dan Perilaku Etnis Jawa dan Palue…….. 214

4.87 Area BaleBanjar Anyar dan Perilaku Etnis Tionghoa………... 215

4.88 Area BaleBanjar Anyar dan Perilaku Etnis Bugis………. 216

4.89 Area BaleBanjar Anyar dan Perilaku Etnis Jawa dan Palue………. 217

4.90 Area BaleBanjar Panca Bhinneka dan Perilaku Etnis Jawa…………..… 218

4.91 Area Bale Banjar Panca Bhinneka dan Perilaku Etnis Bali, Tionghoa dan Palue………. 219

4.92 Area Pasar Desa dan Perilaku Etnis Tionghoa………...…… 220

4.93 Area Pasar Desa dan Perilaku Etnis Bugis, Jawa dan Palue………...…… 221

(21)

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Tabel Kajian Pustaka……… 257 2. Pedoman Wawancara……….……….. 263 3. Foto-foto Peneliti di Lokasi Penelitian………. 264 4. Surat Izin Mengadakan Penelitian di Kelurahan Tanjung Benoa………… 265

(22)

xxii

TESIS

TERITORIALITAS DAN INTERAKSI MULTI-ETNIK

DI TANJUNG BENOA, BALI

STEFFANY ONGELINA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2013

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia Merdeka yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk

Oleh karena itu, untuk mengembangkan sebuah konsep smart city perlu juga dukungan unsur teknologi maju, seperti informatika melalui aplikasi-aplikasi yang mudah

Dahulukan apa yang harus di selesaikan hari ini dan yang bisa dikerjakan nanti.65 Selain Mu’afi, Ade Bagus Permana Putra Jurusan PGMI selaku Ketua DEMA FITK UIN Malang juga

kitab baik bahasa jawa maupun indonesia juga menulis hal-hal yang penting.3 Hasil penelitian dan kajian teori yang sudah dipaparkan adanya kesamaan teori dan hasil penelitian,

Oleh karena itu, untuk indikator-indikator baik dari segi standar akuntansi pemerintahan maupun good governance dengan nilai terendah, sebaiknya terus dioptimalkan untuk

Berdasarkan hasil bilangan Formzahl (N f = 1,705) maka dapat disimpulkan bahwa tipe pasut di perairan Pantai Slamaran Pekalongan adalah tipe pasut campuran

Kualitas multimedia pembelajaran Tekanan Zat Akker dilihat dari validitas, kepraktisan dan keefektifan, sebagaimana dikemukakan oleh [5] dan [7] dimana dalam penelitian

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan Kepercayaan Pelanggan terhadap Retensi Pelanggan, diketahui bahwa nilai signifikansi 0,036 < 0,05 dan nilai