BAB III BAB III PENGUJIAN
PENGUJIAN B U C KLIN GB U C KLIN G
3.1 Pendahuluan 3.1 Pendahuluan
Buckling
Buckling merupakan keadaan ketidakstabilan yang mengarah pada modus merupakan keadaan ketidakstabilan yang mengarah pada modus kegagalan. Secara teoritis,
kegagalan. Secara teoritis, buckling buckling disebabkan oleh bifurkasi dalam solusi untuk disebabkan oleh bifurkasi dalam solusi untuk persamaan
persamaan keseimbangan keseimbangan statis. statis. Adapun Adapun definisi definisi lain lain mengenaimengenai bucklingbuckling adalah suatuadalah suatu proses
proses dimana dimana suatu suatu struktur struktur tidak tidak mampu mampu mempertahankan mempertahankan bentuk bentuk aslinya.aslinya. Konsekuensi
Konsekuensi buckling buckling pada dasarnya adalah masalah geometrik dasar, dimana terjadi pada dasarnya adalah masalah geometrik dasar, dimana terjadi lendutan besar sehingga akan mengubah bentuk struktur. Fenomena tekuk atau
lendutan besar sehingga akan mengubah bentuk struktur. Fenomena tekuk atau buckling buckling dapat terjadi pada sebuah kolom, lateral
dapat terjadi pada sebuah kolom, lateral buckling buckling balok, pelat dan cangkang ( balok, pelat dan cangkang ( shell shell ).). Dari mekanika bahan kita tahu bahwa hanya kolom yang sangat pendek dapat Dari mekanika bahan kita tahu bahwa hanya kolom yang sangat pendek dapat dibebani hngga tegangan lelehnya; keadaan yang umum adalah tekuk (
dibebani hngga tegangan lelehnya; keadaan yang umum adalah tekuk (buckling buckling ), atau), atau lenturan mendadak akibat ketidakstabilan, terjadi sebelum kekuatan bahan batang lenturan mendadak akibat ketidakstabilan, terjadi sebelum kekuatan bahan batang sepenuhnya tercapai. Jadi, pengetahuan tentang kestabilan batang tekan perlu bagi sepenuhnya tercapai. Jadi, pengetahuan tentang kestabilan batang tekan perlu bagi mereka yang merencanakan struktur baja.
mereka yang merencanakan struktur baja. Dalam prakteknya,
Dalam prakteknya, bucklingbuckling ditandai oleh kegagalan secara tiba-tiba padaditandai oleh kegagalan secara tiba-tiba pada structural dalam material karena adanya tegangan yang tinggi, dimana tegangan aktual structural dalam material karena adanya tegangan yang tinggi, dimana tegangan aktual lebih kecil dibandingkan tegangan maksimum dari material tersebut. [
lebih kecil dibandingkan tegangan maksimum dari material tersebut. [ Mechanics Mechanics ofof Materials 8th edition
Materials 8th edition, 2012], 2012]
3.1.1
3.1.1 Latar Latar BelakangBelakang
Dalam dunia perancangan khususnya untuk perancangan struktur dan mesin Dalam dunia perancangan khususnya untuk perancangan struktur dan mesin dinyatakan bahwa terdapat tiga karakteristik penting yang harus diperhatikan oleh dinyatakan bahwa terdapat tiga karakteristik penting yang harus diperhatikan oleh seorang perancang, ketiga karakteristik tersebut adalah kekuatan, kekakuan,dan seorang perancang, ketiga karakteristik tersebut adalah kekuatan, kekakuan,dan stabilitas. Kekuatan diartikan sebagai kemampuan struktur dalam menerima beban stabilitas. Kekuatan diartikan sebagai kemampuan struktur dalam menerima beban tertentu
tertentu tanpa tanpa mengalami mengalami tegangan tegangan berlebih. berlebih. Kekakuan Kekakuan diartikan diartikan sebagaisebagai kemampuan
kemampuan struktur struktur dalam dalam dalam dalam menerima menerima beban beban tanpa tanpa melewati melewati batas batas deformasideformasi yang telah ditentukan. Sedangkan kestabilan diartikan sebagai kemampuan struktur yang telah ditentukan. Sedangkan kestabilan diartikan sebagai kemampuan struktur dalam menerima beban tanpa mengalami perubahan formasi struktur (roboh) secara dalam menerima beban tanpa mengalami perubahan formasi struktur (roboh) secara mendadak. Tinjaulah sebuah tongkat yang panjangnya satu meter yang mempunyai luas mendadak. Tinjaulah sebuah tongkat yang panjangnya satu meter yang mempunyai luas
penampang
penampang sebesar sebesar pensil. pensil. Jika Jika tongkat tongkat tersebut tersebut berdiri berdiri pada pada ujungnya ujungnya maka maka kitakita dapat
dapat menyimpulkan menyimpulkan bahwa bahwa tegangan tegangan pada pada alasnya alasnya adalah adalah berat berat total total tongkat tongkat dibagidibagi dengan luas penampangnya. Berat total tongkat ini tidak menyebabkan tongkat gagal dengan luas penampangnya. Berat total tongkat ini tidak menyebabkan tongkat gagal karena terjadi deformasi yang berlebihan pada ujung tongkat atau patah. Tetapi karena terjadi deformasi yang berlebihan pada ujung tongkat atau patah. Tetapi stabilitas tongkat tersebut sangat genting, dengan sedikit tiupan angin saja maka tongkat stabilitas tongkat tersebut sangat genting, dengan sedikit tiupan angin saja maka tongkat tersebut akan roboh, sehingga analisa kekuatan dan kekakuan tidak ada artinya jika tersebut akan roboh, sehingga analisa kekuatan dan kekakuan tidak ada artinya jika stabilitas sebuah struktur rendah. Contoh diatas merupakan hal yang nyata bahwa stabilitas sebuah struktur rendah. Contoh diatas merupakan hal yang nyata bahwa stabilitas memegang peranan yang sama dalam struktur
stabilitas memegang peranan yang sama dalam struktur 3.1.2
3.1.2 Tujuan Tujuan PraktikumPraktikum
Dalam praktikum ini para praktikan diharapkan mampu: Dalam praktikum ini para praktikan diharapkan mampu: 1.
1. Mengetahui karakteristikMengetahui karakteristik buckling buckling akibat tumpuan yang berbeda akibat tumpuan yang berbeda 2.
2. Mengetahui prinsip kerja dan bagianMengetahui prinsip kerja dan bagian – – bagian alat peraga fenomena bagian alat peraga fenomena buckling buckling 3.
3. Mengetahui faktor-faktor Mengetahui faktor-faktor yyang mempengaruhiang mempengaruhi buckling buckling 4.
4. Mengetahui aplikasiMengetahui aplikasi buckling buckling dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan sehari-hari 5.
5. Membandingkan data teoritik dan data actual pada pengujianMembandingkan data teoritik dan data actual pada pengujian buckling buckling .[Jobsheet.[Jobsheet Praktikum Fenomena Dasar Mekanika, 2016]
Praktikum Fenomena Dasar Mekanika, 2016] 3.2
3.2 Dasar Dasar TeoriTeori Buckling
Buckling adalah suatu fenomena dimana struktur kehilangan bentuk aslinya adalah suatu fenomena dimana struktur kehilangan bentuk aslinya karena pembebanan yang diberikan melewati batas beban kritisnya.
karena pembebanan yang diberikan melewati batas beban kritisnya. Buckling Buckling pada pada struktur yaitu timbul kerutan, bengkok atau lekukan pada struktur yang dapat dilihat struktur yaitu timbul kerutan, bengkok atau lekukan pada struktur yang dapat dilihat secara maskroskopis. Beban
secara maskroskopis. Beban buckling buckling adalah beban teradalah beban terkecil kecil yang diasumsikan uyang diasumsikan untukntuk mencapai kesetimbangan netral atau kesetimbangan
mencapai kesetimbangan netral atau kesetimbangan equilibriumequilibrium.. Buckling Buckling terjadi terjadi karena adanya penambahan tegangan dari luar serta adanya pergeseran yang terjadi karena adanya penambahan tegangan dari luar serta adanya pergeseran yang terjadi secara spontan.[Jhonson, 2006]
secara spontan.[Jhonson, 2006] 3.2.1 Stabilitas
3.2.1 Stabilitas
Stabilitas merupakan keadaan dimana perubahan geometri pada struktur atau Stabilitas merupakan keadaan dimana perubahan geometri pada struktur atau komponen struktur di bawah gaya tekan mengakibatkan kehilangan kemampuan untuk komponen struktur di bawah gaya tekan mengakibatkan kehilangan kemampuan untuk menahan beban). Konsep stabilitas struktur dapat digambarkan dengan tiga cara, yaitu menahan beban). Konsep stabilitas struktur dapat digambarkan dengan tiga cara, yaitu sebagai berikut:
1. Stabilitas berdasarkan posisi keseimbangan.
Sebuah bola dalam posisi keseimbangan di atas permukaan cekung bila diberi gangguan beban yang dapat mengakibatkan sedikit perpindahan struktur akan kembali pada semula.Posisi ini disebut posisi keseimbangan stabil ( stable equilibrium).
2. Stabilitas berdasarkan sistem kekakuan.
Sistem struktur berderajat kebebasan tertentu, hubungam gaya dan perpindahan sistem dinyatakan dalam fungsi matriks kekakuan. Jika fungsi matriks kekakuan positive definite, sistem dikatakan stabil.
3. Stabilitas berdasarkan prinsip energi potensial total nol.
Pada sistem elastis selalu menunjukkan tendensi keadaan dimana energi potensial total pada keadaan minimum. Sistem dalam keseimbangan stabil jika deviasi dari keseimbangan keadaan semula meningkatkan total energi potensial, dan sebaliknya keadaan tidak stabil jika deviasi dari keseimbangan semula mengurangi total energi potensial sistem. [Jhonson, 2006]
Gambar 3.1 Konsep stabilitas digambarkan bola di atas bidang lengkung [Jhonson, 2006]
3.2.2 Persamaan Euler Untuk Kolom
Jika kita ingin menentukan beban kritis (Pcr ) pada sebuah kolom, maka pendekatan yang kita gunankan adalah menentukan kemungkinan konfigurasi beban dari kolom. Karena kolom dapat diasumsikan sebagai sebuah balok yang ditempatkan pada posisi vertikal dan dibebani dengan beban aksial maka pendekatan yang kita
gunakanpun adalah pendekatan dalam menganalisa balok. Anggaplah kolom mempunyai panjang L yang segaris dengan sumbu vertikal, x adalah jarak dari ujung A sampai suatu titik di Q dari kurva elastisnya dan y adalah defleksi pada titik tersebut seperti terlihat pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2 Diagram benda bebas untuk buckling[Jhonson, 2006]
Dari sini kita dapat menganalisa suatu momen dititik Q
M = -Py (3.1)
Substitusi persamaan (3.1) dengan persamaan
(3.2)
(3.3)
(3.4)
Persamaan di atas merupakan diferensial homogen orde dua. Jika kita melakukan manipulasi,
Maka kita akan memperoleh
(3.6)
Persamaan diatas merupakan persamaan gerak harmonis sederhana dengan variabelnya adalah x, sehingga solusi umum untuk persamaan di atas adalah
y = A sin px + B cos px (3.7)
Dengan memasukan syarat batas yang telah ditentukan sebelumnya maka kita dapat menemukan solusinya.
Untuk y = 0, x = 0
y(0) = 0 = A sin p(0) + B cos p(0) sehingga B = 0 Untuk y = 0, x = L
y(L) = 0 = A sin p(L) + B cos p(L) 0 = A sin pL
Persamaan diatas dapat dipenuhi jika A = 0 atau sin pL = 0. Untuk kondisi yang pertama jika terpenuhi maka y = 0 dan itu berarti kolom tetap lurus, untuk kondisi yang
kedua kita memerlukan p.L = n.π, jika kita kembalikan lagi pada persamaan 5 maka diperoleh . L = n π sehingga kita dapat memperoleh Pcr.
(3.8)
karena Pcr adalah beban terkecil yang menyebabkan kolom melengkung maka n diambil 1 sehingga,
(3.9)
dengan I adalah momen inersia penampang terkecil dan Le adalah panjang kolom efektif. Persamaan (3.8) juga dikenal sebagai persamaan Euler (Leonard Euler 1707-1783). Persamaan diatas merupakan persamaan dasar yang digunakan untuk menghitung beban kritis (Pcr ) untuk kombinasi tumpuan yang berbeda dengan mengganti Le dengan nilai tertentu seperti terlihat pada Gambar 3.3.
Gambar 3.3 Perbandingan L-Le untuk berbagai tumpuan[http://www.mathworks.com,2016] 3.2.3 Batasan Persamaan Euler
Modulus elastisitas E yang telah digunakan untuk menurunkan persamaan (3.8). Untuk memberikan batasan yang penting ini kita akan menggunakan definisi yang lain. I = Ar 2 dimana A adalah luas penampang dan r adalah jari-jari girasinya. Dengan
memasukan persamaan Euler, kita akan memperoleh :
(3.10)
(3.11) dimana L/r adalah perbandingan kerampingan kolom (slenderness ratio).
Persamaan 3.10 menunjukan bahwa tegangan kritis adalah sebanding dengan modulus elastisitas material dan berbanding terbalik dengan kuadrat perbandingan kerampingan kolom. Dengan memplot tegangan kritis sebagai or dinat dan perbandingan kerampingan sebagai asist kita akan mendapatkan sebuah grafik hiperbola yang disebut grafik hiperbola Euler. Persamaan Euler berlaku hanya pada daerah grafik dibawah batas proporsional mater ial. Dari grafik ini kita juga dapat mengklasifikasikan kondisi batas antara beban aksial dengan momen lentur. Tegangan kritis juga berpengaruh
Gambar 3.4 (a) Diagram tegangan-regangan (b) perbandingan tegangan kritis kolom.[Jhonson, 2006]
Gambar 3.5Grafik perbandingan tegangan kritis-rasio kerampingan spesimen untuk material baja.[Jhonson, 2006]
3.2.4 Aplikasi Buckling Dalam Kehidupan Sehari-hari 1. Buckling pada penyangga mobil.
Penyangga mobil ini di gunakan untuk menyangga mobil agar tetap berdiri di saat mobil sedang di gunakan. Penyangga harus mampu menahan beban pada mobil dan juga Penyangga memiliki tekanan yang lebih besar sehingga akan menyebabkan
terjadilahbuckling saat penyangga itu tidak kuat menahan beban.
Gambar 3.6 Buckling Pada Penyangga mobil [http://romantiecz.com, 2016] 2. Velg Ban
Velg ban saat digunakan pasti mengalami pembebanan, hal inilah yang yang nantinya akan menyebabkan buckling pada velg ban (sepeda, motor atau mobil). Untuk menghindari pembebanan berlebih pada satu titik, maka d ilakukan perhitungan yang serius dalam mendesain velg.
Gambar 3.7 Velg [http://lensaotomotif.com/harga-velg-motor-terbaru/, 2015] 3.3 Metodologi Pengambilan Data
3.3.1 Alat Percobaan
Alat percobaan dan alat bantu percobaan yang digunakan adalah: 1. Dongkrak Hidrolik
Dongkrak hidrolik berfungsi sebagai pemberi beban tekanan pada spesimen uji, seperti ditunjukkan pada Gambar 3.8.
a 2. Pressure Gauge
Pressure Gauge berfungsi untuk memberikan informasi besarnya tekanan yang diberikan pada spesimen uji, seperti yang ditunjukknan pada Gambar 3.8.
Gambar 3.8 (a) Dongkrak hidrolik (b) Pressure gauge[Lab. Getaran dan Diagnosa Mesin Teknik Mesin UNDIP, 2016]
3. Sliding Bar
Sliding Bar berfungsi untuk memompa sistem hidrolik sampai kontak dengan sliding bar A.
Gambar 3.9 Sliding Bar [Lab. Getaran dan Diagnosa Mesin Teknik Mesin UNDIP, 2016]
4. Dial Indicator
Dial Indicator berfungsi untuk mengukur berapa besar pengaruh gaya yang diterima oleh spesimen
Gambar 3.10 Dial Indicator [Lab. Getaran dan Diagnosa Mesin Teknik Mesin
UNDIP, 2016]
5. Spi
Spi berfungsi untuk mengubah tumpuan engsel menjadi tumpuan jepit
Gambar 3.11 Spi [Lab. Getaran dan Diagnosa Mesin Teknik Mesin UNDIP,
6. Tumpuan
Tumpuan berfungsi untuk memberi tumpuan pada spesimen uji
Gambar 3.12 Tumpuan[Lab. Getaran dan Diagnosa Mesin Teknik Mes in UNDIP, 2016]
7. Alat bantu percobaan
Alat bantu percobaan yang digunakan adalah: a. Pemberat
Pemberat berfungsi sebagai pemberi beban awal pada prosesbuckling b. Kunci L
Kunci L berfungsi untuk mengencangkan tumpuan c. Hydrolic Stick
Fungsi untuk memompa pressure gauge agar tekanan tidak berubah
(a) (b) (c)
Gambar 3.13 Alat bantu percobaan [Lab. Getaran dan Diagnosa Mesin Teknik Mesin UNDIP, 2016]
3.3.2 Spesimen Uji
Spesimen uji yang digunakan untuk percobaan adalah sebagai ber ikut:
1. Spesimen 1
Material : Kuningan
Dimensi : 530 x 25,4 x 3,9 mm
Gambar 3.14 Spesimen 1 [Lab. Getaran dan Diagnosa Mesin Teknik Mesin UNDIP,
2016]
2. Spesimen 2
Material : Kuningan
Dimensi : 530 x 25,4 x 3,3 mm
Gambar 3.15 Spesimen 2 [Lab. Getaran dan Diagnosa Mesin Teknik Mesin UNDIP,
3.3.3 PROSEDUR PERCOBAAN
3.3.3.1 Prosedur Percobaan Untuk Mencari Beban Aksial dan Transversal
Prosedur percobaan yang harus dilakukan pada saat melakukan percobaan untuk mencari perbandingan beban dan defleksi adalah sebagai berikut:
1. Melakukan percobaan 1-5 seperti pada prosedur percobaan untuk mencari beban kritis
2. Memasang anak timbangan pada mekanisme pemberat untuk memberikan beban mula-mula ( preload ).
3. Melakukan setting nol dial indikator pada spesimen untuk mengukur defleksi spesimen.
4. Memompa sistem hidrolik perlahan dan mengamati tekanan sampai tekanan yang diinginkan.
5. Mencatat untuk setiap tekanan yang terbaca pada pressure gauge sekaligus defleksi yang dihasilkannya.
6. Memompa kembali sistem hidrolik dan catatlah kembali tekanan dan defleksi yang dihasilkannya.
7. Jika percobaan telah selesai, bukalah semua peralatan yang telah dipasang dan ditempatkan pada tempat semula.[Jobsheet Praktikum Fenomena Dasar Mekanika,
2016]
3.3.3.2 Prosedur Percobaan Untuk Mencari Tekanan Kritis
Prosedur percobaan yang harus dilakukan pada saat melakukan percobaan untuk mencari beban kritis adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan peralatan bantu percobaan seperti hydrolic stick , kunci cekam (kunci L), dan spesimen percobaan (material kuningan, dimensi 530x25,4x3,9 mm dan dimensi 530x25,4x3,3 mm)
2. Menyesuaikan jarak antara sliding bar A dan sliding bar B sesuai dengan panjang spesimen.
3. Memasang pin pada sliding barB.
4. Memasang spesimen pada pencekam dengan memasukkan kedua ujung spesimen pada rahang pencekam dan kemudian menguncinya dengan menggunakan kunci L. 5. Mengencangkan baut by pass pada sistem hidrolik.
6. Mengukur panjang awal Xo pada mistar ukur.
7. Memompa sistem hidrolik sampai kontak dengan sliding bar A.
8. Memompa sistem hidrolik perlahan-lahan dan amatilah tekanan yang terukur pada pressure gauge.
9. Menghentikan pemompaan jika tekanan tetap atau cenderung menurun.
10. Mengukur besarnya perubahan panjang spesimen terhadap sumbu x akibat terkena buckling .
11. Membuka baut by pass untuk menurunkan tekanan menjadi nol.
12. Melakukan langkah 5 sampai 11 untuk melakukan percobaan dengan variasi tekanan awal yang berbeda.
13. Memasang spi pada salah satu pencekam untuk mengubah kombinasi tumpuan dari tumpuan pin-pin menjadi tumpuan jepit-pin.
14. Melakukan langkah 12 untuk memperoleh data tumpuan pin-jepit
15. Jika percobaan telah selesai, bukalah semua peralatan yang telah dipasang dan ditempatkan pada tempat semula.[Jobsheet Praktikum Fenomena Dasar Mekanika, 2016]
3.3.3.3 Data Praktikum
Mencari Beban Kritis (Pcr) Material : Kuningan
Dimensi : 530 x 25,4 x 3,3 mm
Tabel 3.1 Percobaan 1, Spesimen 1, waktu percobaan: 11.03
Tumpuan: Pin-Pin Tumpuan: Pin-Jepit Tumpuan: Jepit-Jepit
No Tekanan (Kgf/cm2) No Tekanan (Kgf/cm2) No Tekanan (Kgf/cm2) 1 5 1 11 1 12 2 5.5 2 11 2 12 3 5 3 11 3 11 4 5 4 11 4 12 5 5.5 5 10 5 12 6 5.5 6 10 6 12 7 5.5 7 10 7 12.5 8 5.5 8 9 8 12 9 5.5 9 9 9 12 10 5 10 9 10 12
rata 5.3 rata 10.1 rata 11.95
Tabel 3.2 Percobaan 2, Spesimen 1, waktu percobaan: 11.10
Tumpuan: Pin-Pin Tumpuan: Pin-Jepit Tumpuan: Jepit-Jepit
No Tekanan (Kgf/cm2) No Tekanan (Kgf/cm2) No Tekanan (Kgf/cm2) 1 6 1 6 1 11.5 2 6 2 6 2 11.5 3 5.5 3 6 3 12 4 5 4 6 4 11 5 5 5 5.5 5 11 6 5.5 6 6 6 11
7 5 7 6 7 12
8 4.5 8 6 8 12
9 6 9 5.5 9 11
10 5.5 10 6 10 11
rata 5.4 rata 5.9 rata 11.4
Material : Kuningan
Dimensi : 530 x 25,4 x 3,9 mm
Tabel 3.3 Percobaan 1, Spesimen 2, waktu percobaan: 11.24
Tumpuan: Pin-Pin Tumpuan: Pin-Jepit Tumpuan: Jepit-Jepit
No Tekanan (Kgf/cm2) No Tekanan (Kgf/cm2) No Tekanan (Kgf/cm2) 1 10 1 15 1 17 2 10 2 15 2 17 3 10 3 15 3 16 4 10 4 17 4 17.5 5 9.5 5 16 5 17 6 10 6 16 6 17 7 10 7 19 7 17 8 9.5 8 19 8 16.5 9 10 9 18 9 17 10 9.5 10 18 10 16.5
rata 9.85 rata 16.80 rata 16.85
Tabel 3.4 Percobaan 2, Spesimen 2, waktu percobaan: 11.29
Tumpuan: Pin-Pin Tumpuan: Pin-Jepit Tumpuan: Jepit-Jepit
No Tekanan (Kgf/cm2) No Tekanan (Kgf/cm2) No Tekanan (Kgf/cm2) 1 9.5 1 16 1 17.5 2 10 2 16.5 2 18
3 10 3 16.5 3 17 4 10 4 16 4 16.5 5 11 5 17 5 17 6 10 6 16.5 6 17 7 10 7 15.5 7 17 8 10 8 15.5 8 17 9 10.5 9 16 9 17.5 10 11 10 18 10 17.5
rata 10.20 rata 16.35 rata 17.20
Tabel 3.5 Percobaan Defleksi Spesimen 1
Tumpuan Beban (Kg) Tekanan (Kgf/cm2) Defleksi (cm) Pin-Pin 1.5 6 2.5 Pin-Jepit 1.5 6 2 Jepit-Jepit 1.5 11,5 2
Tabel 3.6 Percobaan Defleksi Spesimen 2
Tumpuan Beban (Kg) Tekanan (Kgf/cm2) Defleksi (cm) Pin-Pin 1.5 9,5 3,3 Pin-Jepit 1.5 16 3 Jepit-Jepit 1.5 17,5 3.5
3.4 Hasil dan Pembahasan 3.4.1 Analisa Data Pcr Teoritis
Dimana : b = Lebar spesimen (cm) H = Tebal spesimen (cm) Le = Panjang efektif spesimen (cm) E = Modulus elastisitas (kgf/cm2) I = Momen Inersia (cm4) Pcr= Beban kritis (kgf) A = Tumpuan pin-pin (x = 1) B = Tumpuan pin-jepit (x = 0,7) C = Tumpuan jepit-jepit (x = 0,5) Spesimen 1 Material : Kuningan Dimensi : 530 x 25,4 x 3,3 mm
Tabel 3.7 Perhitungan analisa Pcr Teoritis spesimen 1
No. B(cm) H(cm) Le (cm) I (cm4) E (kgf/cm2) Pcr Teoritis
A 2,54 0,33 53 7,606x10-3 972809 25,99
B 2,54 0,33 37,1 7,606x10-3 972809 53,06 C 2,54 0,33 26,5 7,606x10-3 972809 103,99
Spesimen 2
Material : Kuningan
Dimensi : 530 x 25,4 x 3,9 mm
Tabel 3.8 Perhitungan analisa Pcr Teoritis spesimen 2
No. B(cm) H(cm) Le (cm) I (cm4) E (kgf/cm2) Pcr Teoritis A 2,54 0,39 53 1,255x10-2 972809 42,92 B 2,54 0,39 37,1 1,255x10-2 972809 87,54 C 2,54 0,39 26,5 1,255x10-2 972809 171,67
3.4.2 Analisa Data Pcr Aktual
Merupakan hubungan antar beban yang diberikan pada sistem hidrolik dan tekanan yang dihasilkan, yaitu :
Y = 4,2408x + 1,6 Dimana :
Y = Beban yang diberikan pada sisitem hidrolik (Kgf) X = Tekanan yang dihasilkan sistem hidrolik (Kgf/cm2)
Spesimen 1
Material : Kuningan
Dimensi : 530 x 25,4 x 3,3 mm
Tabel 3.9 Perhitungan Pcr Aktual Spesimen 1
Tumpuan Pin-Pin Pin-jepit Jepit-jepit Pin-Pin Pin-jepit Jepit-jepit Percobaan (Kgf/cm2) (Kgf/cm2) (Kgf/cm2) (Kgf) (Kgf) (Kgf)
1 5,3 10,1 11,95 24,08 44,43 52,28 2 5,4 5,9 11,4 24,50 26,62 49,95
1. Perhitungan (Pin-Pin) Y = 4,2408(5,3) + 1,6 Y = 24,08 Kgf 2. Perhitungan (Pin-Jepit) Y = 4,2408(10,1) + 1,6 Y = 44,43 Kgf 3. Perhitungan (Jepit-Jepit) Y = 4,2408(11,95) + 1,6 Y = 52,28 Kgf Spesimen 2 Material : Kuningan Dimensi : 530 x 25,4 x 3,9 mm
Tabel 3.10 Perhitungan Pcr Aktual Spesimen 2
Tumpuan Pin-Pin Pin-jepit Jepit-jepit Pin-Pin Pin-jepit Jepit-jepit Percobaan (Kgf/cm2) (Kgf/cm2) (Kgf/cm2) (Kgf) (Kgf) (Kgf) 1 9,85 16,8 16,85 43,37 72,85 73,06 2 10.20 16,35 17,20 44,86 70,94 74,54 1. Perhitungan (Pin-Pin) Y = 4,2408(9,85) + 1,6 Y = 43,37 Kgf 2. Perhitungan (Pin-Jepit) Y = 4,2408(16,8) + 1,6 Y = 72,85 Kgf 3. Perhitungan (Jepit-Jepit) Y = 4,2408(16,85) + 1,6 Y = 73,06 Kgf
3.4.3 Perbandingan Antara Pcr Teoritis dan Pcr Aktual
Perhitungan penyimpangan (error ) aktual diperoleh dari perhitungan beban secara teori dan perhitungan beban hasil percobaan.
Dimana Ea = Error absolut
Tabel 3.11 Penyimpangan pada spesimen 1
Tumpuan Pcr Teori Pcr Pengujian Ea (%)
1 2 Rata-rata
Pin-Pin 25,99 24,08 24,50 24,29 6,54% Pin-Jepit 53,06 44,43 26,62 35,3 33,05% Jepit-Jepit 103,99 52,28 49,95 51,12 50,85%
Tabel 3.12 Penyimpangan pada spesimen 2
Tumpuan Pcr Teori Pcr Pengujian Ea (%)
1 2 Rata-rata
Pin-Pin 42,92 43,37 44,86 44,11 2,78% Pin-Jepit 87,54 72,85 70,94 71,89 17,88% Jepit-Jepit 171,67 73,06 74,54 73,80 57,01%
3.4.4 Analisa Tegangan Akibat Gaya Transversal
Dimana: M = Momen akibat gaya transversal
Y = Defleksi pada sumbu netral spesimen B = Lebar Spesimen (cm)
H = Tebal Spesimen (cm)
Tabel 3.13 Perhitungan analisa tegangan akibat gaya transversal pad a spesimen 1
Tumpuan Beban (Kg) Defleksi (cm) Momen (Kgf.cm) Tegangan ma (kgf/cm2) Pin-Pin 1,5 2,5 39,75 13065,34 Pin-Jepit 1,5 2 39,75 10452,27 Jepit-Jepit 1,5 2 39,75 10452,27 Momen P.l = = 39,75 kgf.cm kgf/cm2
Tabel 3.14 Perhitungan analisa tegangan akibat gaya transversal pad a spesimen 2
Tumpuan Beban (Kg) Defleksi (cm) Momen (Kgf.cm) Tegangan ma (kgf/cm2) Pin-Pin 1,5 3,3 39,75 Pin-Jepit 1,5 3 39,75 9502 Jepit-Jepit 1,5 3,5 39,75 11085,66
Momen P.l = = 39,75 kgf.cm
kgf/cm2
3.4.5 Analisa Tegangan Gaya Aksial (P)
Dimana: P = Gaya Aksial (Kgf) B = Lebar Spesimen (cm) H = Tebal Spesimen (cm)
Tabel 3.15 Tegangan aksial pada spesimen 1
Tumpuan Tekanan (kgf/cm2) Beban (kgf) Tegangan (kgf/cm2)
Pin-Pin 6 24,50 29,23
Pin-Jepit 6 26,62 31,76
Jepit-Jepit 11,5 49,95 59,60
Tabel 3.16 Tegangan aksial pada spesimen 2
Tumpuan Tekanan (kgf/cm2) Beban (kgf) Tegangan (kgf/cm2)
Pin-Pin 9,5 44,86 47,93
Pin-Jepit 16 70,94 75,80
3.4.6 Pembahasan
3.4.6.1 Pembahasan Pcr Aktual dan Teoritis
Dari perhitungan data di tabel 3.7 didapatkan Pcr teoritis untuk spesimen 1, nilai Pcr teoritis yang didapatkan dari tabel 3.7 nilai Pcr untuk tumpuan pin-pin adalah 25,99. Untuk tumpuan pin-jepit niali Pcrnya adalah 53,06 dan untuk tumpuan jepit-jepit nilai pcrnya adalah 103,99. Sedangkan nilai Pcr yang didapatkan dari data percobaan pada tabel 3.9 didapatkan nilai Pcr untuk tumpuan pin adalah 24,29. Untuk tumpuan pin- jepit nilai Pcrnya adalah 35,3 dan untuk tumpuan jepit-jepit nilai Pcrnya adalah 51,12.
Grafik perbandingan nilai Pcr teoritis dengan Pcr aktual untuk spesimen 1:
Gambar 3.16 Grafik perbandingan Pcr teoritis dengan Pcr aktual percobaan spesimen 1
Dari grafik di atas didapatkan bahwa Pcr aktual yang didapat hasil pengujian tidak sesuai dengan pcr teoritis yang didapatkan dari hasil perhitungan. Pada Pcr teoritis nilai Pcr teoritis semakin tinggi bila pada spesimen uji di tumpu dengan tumpuan jepit. Hal ini terlihat seperti pada grafik yang semakin naik pada Gambar 3.16 Sedangkan pada perhitungan percobaan didapatkan hasil yang berbeda pada Pcr teoritis. Pada percobaan dengan tumpuan pin-pin sudah terlihat berbeda dari Pcr teoritis, hal ini dikarenakan pemasangan dan mekanisme tumpuan yang kurang bekerja dengan
maksimal. Pada percobaan pin jepit, terlihat perbedaan yang semakin besar dari Pcr teoritis. Hal ini disebabkan oleh spesimen yang telah digunakan pada percobaan pin-pin sehingga semakin mudah melengkung. Dan pada percobaan jepit-jepit sangat jauh berbeda dari perbedaan bahkan lebih kecil dari percobaan pin-jepit karena spesimen uji
telah digunakan berkali-kali pada percobaan pin-pin dan pin jepit.
Untuk spesimen 2, untuk perlakuan tumpuan pin-pin, nilai Pcr teoritisnya adalah 42,92. Sedangkan untuk tumpuan pin-jepit, nilai Pcr nya adalah 87,54 dan untuk tumpuan jepit-jepit nilai Pcr nya adalah 171,67. Pada perhitungan data percobaan pada tabel 3.10, untuk tumpuan pin-pin didapatkan nilai Pcr nya adalah 44,11. Untuk tumpuan pin-jepit nilai Pcr nya adalah 71,89 dan untuk tumpuan jepit-jepit nilai Pcr nya adalah
73,8.
Grafik perbandingan nilai Pcr teoritis dengan Pcr aktual untuk spesimen 2:
Gambar 3.17 Grafik perbandingan Pcr teoritis dengan Pcr aktual percobaan spesimen 2
Dari grafik di atas didapatkan bahwa Pcr aktual yang didapat hasil pengujian tidak sesuai dengan Pcr teoritis yang didapatkan dari hasil perhitungan. Pada Pcr teoritis nilai Pcr teoritis semakin tinggi bila pada spesimen uji di tumpu dengan tumpuan jepit. Pada percobaan dengan tumpuan pin-pin sudah terlihat hampir
menyerupai dari Pcr teoritis, hal ini dikarenakan pemasangan dan mekanisme tumpuan yang kurang bekerja dengan maksimal. Pada percobaan pin jepit, terlihat perbedaan yang semakin besar dari Pcr teoritis. Hal ini disebabkan oleh spesimen yang telah digunakan pada percobaan pin-pin sehingga semakin mudah melengkung. Dan pada percobaan jepit-jepit sangat jauh berbeda dari perbedaan bahkan lebih kecil dari percobaan pin-jepit karena spesimen uji telah digunakan berkali-kali pada percobaan pin-pin dan pin jepit.
3.4.6.2 Pembahasan Beban Axial dan Transversal
Dari pengujian gaya transversal spesimen 1 didapatkan sebesar 7918,33 kgf/cm2 pada tumpuan pin-pin, 6334,66 kgf/cm2 pada tumpuan pin-jepit dan 6334,66 kgf/cm2 pada tumpuan jepit-jepit. Untuk spesimen 2 didapatkan tegangan maksimum sebesar 10452,20 kgf/cm2 untuk tumpuan pin-pin, 9502 kgf/cm2 untuk tumpuan pin-jepit, dan 11085,66 kgf/cm2 untuk tumpuan jepit-jepit.
Dari pengujian tegangan gaya aksial pada spesimen 2 didapatkan sebesar 29,23 kgf/cm2 pada tumpuan pin-pin, 31,76 kgf/cm2 pada tumpuan pin-jepit dan 59,60 kgf/cm2 pada tumpuan jepit-jepit. Pada spesimen 2 didapatkan sebesar 47,93 kgf/cm2 pada tumpuan pin-pin, 75,80 kgf/cm2 pada tumpuan pin-jepin dan 79,64 kgf/cm2 pada
tumpuan jepit-jepit.
Dapat dilihat tegangan transversal lebih besar dibanding tegangan axial, maka untuk proses perancangan kolom batang untuk kestabikan hal ini harus diperhatikan.
3.5 KESIMPULAN DAN SARAN 3.5.1 Kesimpulan
1. Karakteristik tiap-tiap tumpuan mempunyai nilai yang berbeda-beda perhitungan
secara teoritis jepit-jepit > pin-jepit > pin-pin.
2. Hasil perhitungan Pcr aktual tidak sesuai dengan besarnya Pcr teoritis,
contohnya pada spesimen 1, Pcr teoritis untuk tumpuan jepit-jepit sebesar 103,99 sedangkan Pcr aktualnya 51,12 hal ini terjadi karena spesimen telah digunakan pada percobaan sebelumnya dengan tumpuan lain, sehingga spesimen semakin mudah
melengkung.
3. Prinsip kerja alat ini adalah dengan menggunakan sistem hidrolik manual dalam
pembebanannya.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi buckling adalah jenis material, panjang
kolom, dan jenis tumpuannya.
5. Fenomena buckling dalam kehidupan sehari-hari sangat banyak ditemui,
contohnya Kaleng minuman yang diberi tekanan dan kemudian terjadi buckling.
3.5.2 Saran
1. Dalam melakukan pengujian, praktikan harus teliti dalam membaca skala agar
tidak terjadi kesalahan.
2. Dalam pengujian hendaknya kita mempelajari modul terlebih dahulu sebelum