• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Sipatokkong BPSDM Sulawesi Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Sipatokkong BPSDM Sulawesi Selatan"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

298 JSBPSDM 1(3) (2020), 298-303.

Jurnal Sipatokkong BPSDM Sulawesi Selatan

https://ojs.bpsdmsulsel.id/

Penanaman nilai-nilai pendidikan karakter siswa sekolah dasar melalui permainan ma’bong

Muhammad Tahir G.

Universitas Pejuang Republik Indonesia (UPRI) Email: muhammadtahirupri2020@gmail.com

ABSTRACT

Student character education in elementary schools is an effort to build student character early. The quality of students is expected to achieve character that has character, discipline, enthusiasm, honesty and good cooperation. Elementary school students need to be instilled early on about the values of character education. In this era of globalization, children play gadgets more often than go out to play with friends, for that the solution to the problem is to reintroduce traditional games that are no less exciting than online games,one of which is Ma'Bong's game.

Keywords: Character education, elementary school students, Ma'Bong game. ABSTRAK

Pendidikan karakter siswa di sekolah dasar merupakan suatu upaya untuk membangun karakter siswa secara dini. Kualitas siswa yang diharapkan untuk mencapai karakter yang memiliki akhlak, kedispilinan, semangat, kejujuran dan kerjasama yang baik. Siswa sekolah dasar perlu ditanamkan sedari awal mengenai nilai-nilai pendidikan karakter. Di era globalisasi ini anak-anak lebih sering bermain gadget dibandingkan keluar bermain bersama temannya, untuk itu solusi dari masalah tersebut yaitu dengan memperkenalkan kembali permainan tradisional yang tidak kalah serunya dibandingkan permainan online salah satunya yaitu permaianan Ma’Bong. Kata Kunci: Pendidikan Karakter, Siswa Sekolah Dasar, Permainan Ma’Bong

© 2020 Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Provinsi Sulawesi Selatan

PENDAHULUAN

Pendidikan anak adalah hal yang penting mengingat anak tumbuh dan berkembang sangat cepat. Keterampilan sosial adalah salah satu hal dasar yang harus dikembangkan mengingat bahwa anak akan memerlukan bantuan orang lain dan berinteraksi dengan orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku anak akan dipengaruhi oleh lingkungannya serta menanamkan pemahaman konsep tertentu pada apa saja yang telah ditanamkan dilingkungan anak itu berada. (Huda, 2016).

Fenomena permasalahan bangsa yang terjadi saat ini begitu kompleks. Mulai dari permasalahan agama, budaya, sosial, politik, hukum, ekonomi dan lain-lain. Permasalahan yang sangat urgent saat ini ialah perilaku generasi penerus bangsa yang kian menyimpang. Khususnya siswa sekolah dasar yang menjadi titik pusat untuk bagaimana cara sehingga perilaku generasi bangsa itu tidak terus menerus mengikuti dampak teknologi sekarang ini.

(2)

299 Siswa sekolah dasar saat ini berdasarkan pengamatan oleh (Huda, 2016) lebih cenderung bermain dengan sendirinya, kurangnya sosialisasi dengan anak-anak lainnya, anak cenderung menyukai mengganggu temannya dan sering membantah dan sukar diatur. Penanaman pendidikan karakter sejak awal adalah solusi dari permasalahan untuk menanamkan sejak awal nilai-nilai pendidikan karakter. Banyaknya kasus dikalangan anak saat ini khususnya pada proses pendidikan suatu kasus yang dinilai bertindak curang seperti mencontek dan mencontoh pekerjaan dari temannya sendiri tanpa ada rasa bersalah pada anak tersebut (Listrianti, 2019).

Melihat karakter orang terdahulu dibanding sekarang sangat mengalami perubahan derastis karena dahulu anak-anak biasanya bermain dengan teman-temannya. Mereka lebih sering mengalami interaksi sosial dibanding jaman sekarang yang berinteraksi dengan teman dunia mayanya. Membahas mengenai permainan tradisional ada banyak permainan yang sangat mendukung penanaman nilai-nilai pendidikan karakter siswa sekolah dasar. Karena pada dasarnya anak-anak sekarang sudah jarang mengetahui permainan tradisional yang pernah orang tuanya mainkan ditempo dulu. Permainan tradisional sekarang ini sudah sangat terasing khususnya dikalangan anak-anak (Burhanuddin, 2017).

PEMBAHASAN

Pendidikan adalah upaya sadar dan terencana dalam proses pembimbingan dan pembelajaran bagi individu agar tumbuh berkembang menjadi kepribadian yang mandiri, berakhlak, berilmu, dan bertanggung jawab. Pendidikan merupakan pencapaian tingkat kedewasaan dengan bentuk suatu proses sadar yang dilakukan untuk menumbuhkan dan mengembangkan rohani secara optimal (Ramdhani, 2014). Seluruh masyarakat mempunyai hak untuk pendidikan. Pembangunan bangsa dan negara adalah peran dari pendidikan.

Karakter berarti setiap orang yang memiliki pengetahuan mengenai potensi dirinya ditandai dengan nilai-nilai yang positif seperti percaya diri, tanggung jawab, mandiri, rela berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati janji, adil, rendah hati, malu berbuat salah, pemaaf, berhati lembut, setia, bekerja keras, tekun, teliti, berinisiatif, berpikir positif, disiplin dan nilai positif lainnya (Andriani, 2012). Karakter seorang individu adalah bagaimana tingkah lakunya dilihat dari keadaan asli seorang individu tersebut (Nuraida, 2016).

Kesimpulan dari kedua definisi diatas ialah pendidikan karakter yaitu proses bimbingan dalam mengetahui kebenaran, kebaikan dan melaksanakan aturan yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari. Sesuatu aspek dimana dilihat dari keadaan aslinya dan diberikan sebuah upaya. Upaya dimana seorang bisa merubah aspek menjadi sebulai nilai kebenaran. Pendidikan dan moral dan akhlak merupakan esensi dan makna dalam pendidikan karakter. Sehingga dalam pendidikan karakter dapat membentuk pribadi yang baik maupun warga masyarakat dan negara yang baik pula. Oleh karena itu pendidikan jasmani merupakan salah satu dari pendidikan untuk menanamkan pendidikan karakter. Pendidikan karakter juga memiliki sebuah esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuan dari penanaman pendidikan karakter adalah membentuk sebuah pribadi anak supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat dan warga negara yang baik (Zainuddin, 2013).

Nilai karakter terhadap diri sendiri menurut (Aeni, 2014) meliputi: adil, jujur, mawas diri, disiplin, kasih sayang, kerja keras, pengambil risiko, berinisiatif, kerja cerdas, kreatif,

(3)

300 berfikir jauh kedepan, berfikir matang, bersahaja, bersemangat, berfikir konstruktif, bertanggung jawab, bijaksana, cerdik, cermat, dinamis, efisien, gigih, tangguh, ulet, berkemauan keras, hemat, kukuh, lugas, mandiri, menghargai kesehatan, pengendalian diri, produktif, rajin, tekun, percaya diri, tertib, tegas, sabar, dan ceria. Pendidikan karakter ialah sebuah sistem penanaman nilai-nilai karakter meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk dapat melaksanakan nilai-nilai tersebut. Pendidikan tidak akan hanya mencetak peserta didik yang cerdas, akan tetapi juga mempunyai suatu budi pekerti dan sopan santun, oleh karena itu pembangunan suatu karakter dan pendidikan karakter menjadi sebuah hal yang menjadi keharusan (Listrianti, 2019).

Perkembangan teknologi sekarang sudah berkembang dengan pesat seiring berjalannya waktu. Melihat perkembangan Anak-anak sekolah dasar rata-rata memiliki pendidikan karakter yang terbilang rendah. Contohnya saja kurangnya interaksi dengan teman sebayanya secara langsung, kurangnya kejujuran dan semangat sportivitas sudah jarang terlihat di era sekarang ini. Oleh karena itu penanaman nilai-nilai pendidikan karakter harus digalakkan sehingga siswa memiliki karakter yang baik. Ada berbagai cara yang telah diupayakan untuk menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter siswa sekolah dasar tetapi sebagian siswa masih acuh tak acuh karena pikiran siswa diumurnya yang masih dini ini mereka lebih menyukai bermain. Solusi untuk menanamkan nilai-nilai pendidikan yaitu dengan memprkenalkan permainan tradisonal sehingga siswa secara tidak langsung ditanamkan nilai-nilai pendidikan karakter pada permainan tersebut.

Pada awalnya Permainan tradional merupakan usaha manusia untuk mengisi waktu luangnya dengan bermain dan sebagai sarana hiburan. permainan anak tradisional juga merupakan suatu perwujudan dari tingkah laku manusia yang dilakukan dalam kegiatan fisik dan mental, dan merupakan hasil budaya manusia yang terwujud dari serentetan nilai-nilai yang menurut masyarakat atau kelompok suku-bangsa pendukungnya diakui keberadaannya. Nilai-nilai ini dapat dimanfaatkan sebagai sarana pembinaan dan pengembangan nilai-nilai budaya bangsa (Baharuddin, 2017).

Permainan anak tradisional yang terdapat di daerah-daerah yang ada di wilayah Indonesia mempunyai berbagai macam bentuk serta beragam pula cara memainkannya. Selain itu juga mempunyai berbagai macam nama yang diberikan pada bentuk-bentuk permainan, kadangkala macam-macam permainannnya sama, namun nama yang diberikan di daerah yang satu dengan di daerah yang lain berbeda. Permainan tradisional digunakan dalam salah satu strategi meningkatkan aktifitas sosial dan kinestetik. Anak yang sudah ketergantungan dengan gadged dan internetnya tinggi maka aktifitas sosial anak menjadi berkurang, karena anak cenderung mengurung diri dan susah beradaptasi dengan lingkungannya ketimbang di dunia mayanya (Muhammad Ragil Kurniawan, 2018).

Tanpa kita sadari bahwa permainan tradisional sangat mendukung penanaman nila-nilai pendidikan karakter sejak dini. Salah satu permainan tradisional yang berada di Sulawesi Selatan, Kabupaten Soppeng, Kecamatan Marioriawa yaitu Permainan Ma’Bong sempat menjadi permainan yang sangat sering dimainkan oleh anak jaman dahulu. Permainan Ma’Bong tidak kalah serunya dengan permainan game online.

Kegiatan bermain permainan Ma’Bong merupakan kegiatan yang sudah tidak asing bagi dunia anak khususnya anak-anak yang berada di daerah Soppeng karena permainan Ma’Bong ini sangat sederhana dan tidak membutuhkan biaya yang banyak karena media yang digunakan adalah media yang memang sudah ada disekitar lingkungan sekolah seperti, batu yang dilapis oleh kertas yang warna warni, pohon-pohon dan bentuk-bentuk balok

(4)

301 dengan menaruh media berada di tengah garis yang sudah dilingkar. Bermain Ma’Bong merupakan permainan yang termasuk dalam permainan aktif, karena untuk menyelesaikan kegiatan bermain Ma’Bong ini, anak akan mengekspresikan diri ke dalam kelompok bermain, berkolaborasi, berinteraksi, berpartisipasi secara aktif dengan teman-temannya (Huda, 2016).

Permainan Ma’Bong adalah istilah permainan yang disebut oleh warga Soppeng. Permainan Ma’Bong dalam arti bahasa indonesia yaitu Permainan Benteng. Permainan ini menggunaka alat yaitu 2 “Batu”. Terdiri atas 2 kelompok yang berusaha untuk menjaga batunya dan berusaha menginjak batu lawannya.

Batu merupakan simbol dari nyawa kelompok tersebut. Jika salah satu anggota kelompok yang lebih lama meninggalkan batunya kemudian “kawa” oleh kelompok lawan otomatis kelompok tersebut disimpan kepenjara kelompok lawan. Satu sentuhan pada salah satu pemain akan membebaskan semua tawanan asalkan mereka masih saling bersentuhan. Tawanan akan mencoba merentangkan tangan sejauh mungkin untuk mempersempit jarak antara mereka dengan benteng mereka. Hal itu akan mempermudah teman sekelompok mereka untuk membebaskan dan terhindar dari sentuhan pemain lawan. Saat benteng memiliki tawanan, akan ada beberapa pemain yang diam di benteng untuk menjaga tawanan. Apabila salah satu kelompok tersebut berhasil menginjak batu tim lawannya maka orang itu akan berteriak “BONG” sehingga kelompok tersebut memenangkan permainan (Ukasyah & Irfansyah, 2015).

Berdasarkan sumber data dari (Zainuddin, 2013) yaitu nilai-nilai pendidikan karakter melalui permainan Ma’Bong yaitu pertama keberanian karena dalam permainan anak dilatih bermain kencang, diam dibatu/bong untuk memancing dan berlari mengejar. Kedua kejujuran karena mengakui tertangkap lawan, mengakui menjadi tawanan lawan, keluar dari garis, mematuhi peraturan, bersikap terus terang. Ketiga tanggung jawab karena menjaga pertahanannya menjaga agar tidak di bong, menjaga sesama tim, menjaga kekompakan tim, tanggap terhadap serangan, selalu kerjasama tim.

Adapun nilai pendidikan karakter yang ditanamkan dalam permainan Ma’Bong adalah: a. Kebersamaan merupakan nilai pendidikan karakter yang utama dalam permainan ini karena permainan Ma’Bong adalah permainan yang terdiri dari dua kelompok sehingga anak-anak dilatih kebersamaannya dengan anggota kelompoknya untuk berhasil menginjak batu tim lawan.

b. Semangat sportivitas disini bagaimana anak-anak dilatih untuk tidak bermain curang pada saat bermain. Berusaha untuk membangun semangat sportivitas sehingga permainan dapat berjalan dengan lancar tanpa ada kebencian didalamnya.

c. Sikap lapang dada sebagaimana kelompok yang kalah harus berusaha menerima kekalahannya dan berlatih lagi. Kemudian menyusun kembali strategi sehingga dapat memenangkan permainan dikemudian hari.

d. Tanggung jawab dari permainan disini dimana semua anggota kelompok bertanggung jawab untuk menjaga batu yang dismbolkan sebagai nyawanya sehingga anak-anak dilatih mengemban sikap amanah dalam permainan tersebut.

e. Pantang menyerah dimana anak-anak yang dikawa tidak menyerah begitu saja dia akan berusaha untuk berhasil kembali mengambil nyawanya dalam permainan ini. Melalui kegiatan tersebut anak diajarkan untuk pantang menyerah dalam segala hal.

f. Empati disini dimana anggota kelompok harus empati dan berusaha menyelamatkan temannya yang berada dipenjara lawan sehingga anak-anak ditanamkan rasa empati kepada teman sekelompoknya.

(5)

302 Permainan Ma’Bong mempunyai alasan sehingga permainan tersebut sangat tepat dipilih sebagai penanaman nilai-nilai pendidikan karakter sebagai keterampilan sosial bagi anak. Berdasarkan penilitian (Huda, 2016) kegiatan bermain Ma’Bong ini dilakukan dengan cara membentuk kelompok dan kerjasama yang baik pada anak kemudian bermain Ma’Bong ini menggunakan jenis-jenis media yang mudah didapatkan, bermain Ma’Bong akan menyenangkan bagi anak karena media yang digunakan sederhana. Permainan ini sudah menjadi barang tentu tanggung jawab bersama untuk membina dan mendidik anak-anak bangsa yang memiliki keterampilan sosial yang baik sehingga mampu menjadi pemimpin di kemudian hari.

KESIMPULAN

Pendidikan karakter yaitu proses bimbingan dalam mengetahui kebenaran, kebaikan dan melaksanakan aturan yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari. Banyak hal yang memicu menurunnya pendidikan karakter anak sekolah dasar saat karena perkembangan teknologi yang berkembang pesat. Salah satu cara untuk menanamkan nila-nilai pendidikan karakter untuk anak sekolah dasar saat ini yaitu dengan memperkenalkan kembali permainan tradisional yang pernah dimainkan oleh anak zaman dulu.

Permainan Ma’Bong ialah salah satu permainan yang dapat menanamkan nila-nilai pendidikan karakter anak sekolah dasar baik itu mengenai sikapnya, agama, hingga budaya. Nilai-nilai pendidikan karakter melalui permainan Ma’Bong yang paling menonjol adalah tanggung jawab dan keberanian. Melihat zaman sekarang teknologi semakin berkembang dan permainan tradisional sudah mulai dilupakan, hal tersebut tidak menjadi alasan untuk memperkenalkan kembali permaianan. Permainan Ma’Bong mempunyai alasan sehingga permainan tersebut sangat tepat dipilih sebagai penanaman nilai-nilai pendidikan karakter sebagai keterampilan sosial bagi anak.

Orang tua serta para pendidik sebaiknya memerhatikan kondisi anak sekolah dasar saat ini. Memperkenalkan permainan tradisional sangat disarankan sehingga anak-anak tidak mengandalkan gadget serta perbuatan yang mengarah hal yang negatif untuk masa depan anak. Lingkungan masyarakat juga sebagai upaya bentuk kerja sama sehingga anak dapat berinteraksi dan mengajak teman sebayanya untuk bermain layaknya anak sehingga anak tidak harus lagi berdiam diri dirumah dan tertutup dari teman sebayanya apalagi tetangganya. Permainan tradisonal seharusnya diperkenalkan kembali kepada anak-anak khususnya anak sekolah dasar dimana pada masa anak tumbuh dan berkembang. Apabila anak sekolah dasar diperkenalkan tentang permainan tradisional, mereka dapat merasakan betapa serunya bermain permainan tradisional dan merasakan perbedaan bermain gadget dan mengurung diri, itulah menjadi senjata kita sebagai orang tua memanfaatkan keadaan tersebut sehingga anak bisa menanamkan pendidikan karakter dari awal.

DAFTAR PUSTAKA

Aeni, A. N. (2014). Pendidikan Karakter Untuk Siswa SD dalam Perspektif Islam. Mimbar Sekolah Dasar, 1(1), 50-58.

Andriani, T. (2012). Permainan Tradisional Dalam Membentuk Karakter Anak Usia Dini. Jurnal Sosial Budaya, 9(1), 121-134.

Burhanuddin, W. (2017). Kampanye Pelestarian Permainan Tradisional Anak (Bugis Makassar) Propinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan (JKIP), 4(2), 169-171.

(6)

303 Huda, K. (2016). Peningkatan Keterampilan Sosial Melalui Bermain Benteng-Bentengan (Penelitian

Tindakan pada Kelas b TK Nurul Arafah nw, Desa Sambelia, Kec. Sambelia Tahun 2016). Jurnal Bimbingan dan Konseling, 1(2), 153 - 163.

Kurniawan, M. R. (2018). Permainan Tradisional Yogyakarta Sebagai Sumber Belajar Alternatif Berbasis Kearifan Lokal Bagi Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran, 8(2), 98-111.

Listrianti, F. (2019). Urgency Of Character Education In Min 1 Probolinggo. Jurnal Pedagogik, 6(1), 258.

Nuraida, N. (2016). Pengembangan Nilai-Nilai Karakter Melalui Pendidikan Pencak Silat Untuk Anak Usia Dini (Studi Kasus Di Paguron Pencak Silat Galura Panglipur Bandung). Tunas SIliwangi, 2(1), 59-77.

Ramdhani, M. A. (2014). Lingkungan Pendidikan Dalam Implementasi Pendidikan Karakter. Jurnal Pendidikan Universitas Garu, 8(1), 28-37.

Ukasyah Q.A.P, I. (2015). Identifikasi Faktor-Faktor Permainan Tradisional Bebentengan Sebagai Basis Perancangan Game Pemicu Peningkatan Sistem Motorik Anak. Jurnal Sosioteknologi, 14(2), 124-139.

Zainuddin, A. (2013). Mengintegrasikan Permainan Tradisional Sebagai Olahraga Rekreasi Pendidikan Untuk Mengembangkan Karaktersiswa Kelas V Di Sdn 2 Jogoroto Jombang Tahun Pelajaran 2012/2013. Bravo’s Jurnal, 1(3), 126-132.

Referensi

Dokumen terkait

Bagi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Formasi Tahun Anggaran 2010, yang Surat Keputusan Pengangkatannya telah selesai diproses (daftar nama terlampir) dapat mengambil Surat Keputusan

Melalui perancangan media komunikasi visual sebagai sarana promosi Carissa Cuci Mobil Otomatis (CCMO), dan untuk menjaga eksistensi menghadapi pesaingnya,

Seorang nyai berperan di dalam transformasi modernisasi di Jawa pada khususnya, transformasi modernisasi yang penulis maksud adalah proses perubahan kebiasaan atau budaya

Menurut Edward Djamaris dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian Filologi, metode landasan dipakai apabila menurut tafsiran, nilai naskah jelas berbeda sehingga ada satu

Hal ini didukung oleh pernyataan Siagian (dalam Syamsi, 1995) bahwa pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan

Batas aliran lalu lintas yang ada pada suatu ruas jalan dilampaui, maka rata-rata kecepatan lalu lintas akan turun sehingga pada saat kecepatan mulai turun maka

Babakan Baru RT.03/03 Desa Rumpin

iii Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, berkat rahmat dan kasihnya kita dapat mengikuti kegiatan Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia yang diselenggarakan