• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARTIKEL HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN TINDAKAN PERAWAT DALAM MANAJEMEN NYERI PASIEN POST OPERASI DI BANGSAL BEDAH RSUD AMBARAWA OLEH:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ARTIKEL HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN TINDAKAN PERAWAT DALAM MANAJEMEN NYERI PASIEN POST OPERASI DI BANGSAL BEDAH RSUD AMBARAWA OLEH:"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ARTIKEL

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN

TINDAKAN PERAWAT DALAM MANAJEMEN NYERI

PASIEN POST OPERASI DI BANGSAL BEDAH

RSUD AMBARAWA

OLEH:

EKO WANOTO

NIM: 010214A093

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO

UNGARAN

(2)
(3)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN TINDAKAN PERAWAT DALAM MANAJEMEN NYERI PASIEN POST OPERASI

DI BANGSALBEDAH RSUDAMBARAWA Eko Wanoto*

Umi Aniroh,S.Kep.Ns.M.Kes** Siti Haryani, S.Kp., Ns.M.Kes**

*) Mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran

ABSTRAK

Nyeri merupakan pengalaman subyektif yang dapat dialami oleh pasien yang menjalani operasi, nyeri terjadi karena adanya kerusakan jaringan dampak dari pembedahan. Perawat sebagai tenaga kesehatan dapat memberikan intervensi untuk mengurangi nyeri baik farmakologis dan non farmakologis. Tindakan perawat dalam mengatasi nyeri dapat dipengaruhi oleh pengetahuan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pengetahun dengan tindakan perawat dalam manajemen nyeri pasien post operasi di Rumah Sakit Umum Daeah Ambarawa.

Penelitian ini menggunakan design diskriptif analitikdengan pendekatan cros sesctional, teknik pengambilan sampel purposive sampling. Populasinya adalah perawat yang bekerja di ruang bedah Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa. Sampel yang diteliti adalah perawatyang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi sebanyak 29 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang sebelumnya sudah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Analisis data dilakukan dengan bantuan SPSS menggunakan uji non parametris spearman rank.

Hasil penelitian, uji korelasi antara pengetahuan dengan tindakan perawat nilai signifikansi 0,000 pada α 0,05, koeifisen korelasi 0,686, arah korelasi positif. Kesimpulan yang dapat diambil adalah ada hubungan antara pengetahuan dengan tindakan perawat dalam manajemen nyeri post operasi

Kata kunci : Pengetahuan, Tindakan, Manajemen Nyeri

ABSTRACT

Pain is a subjective experience that can be experienced by patients undergoing surgery, the pain occurs because of the impact of surgical tissue damage. Nurses as health professionals can provide interventions to reduce the pain of both pharmacological and non-pharmacological. Actions of nurses in pain management can be influenced by knowledge. The purpose of this study to determine the relationship between knowledge with the actions of nurses in pain management post-surgery patients at the General Hospital Ambarawa elapsed areas.

This study used a descriptive analytic design cros sesctional, purposive sampling technique. The population is a nurse who worked in the operating room Ambarawa General Hospital. The samples studied are nurses who meet the inclusion and exclusion criteria as many as 29 people. The data collection is done by using a questionnaire previously tested the validity and reliability. Data analysis was performed with SPSS using the non-parametric Spearman rank test.

(4)

The results of the study, correlation between knowledge and action nurses on the 0,000 significance value α of 0.05, 0.686 koeifisen correlation, positive correlation direction. The conclusion that can be drawn is that there is a relationship between knowledge and action of nurses in the management of postoperative pain

Keywords: Knowledge, Action, Pain Management

PENDAHULUAN

Pembedahan atau operasi merupakan suatu prosedur medis yang bertujuan sebagai diagnosis atau pengobatan medis atas cidera dan penyakit. Istilah surgery berasal dari bahasa Yunani kheirurgor yang berarti mengerjakan dengan tangan. Tindakan pembedahan dilakukan dengan berbagai macam tujuan misalnya bedah diagnostik untuk mengetahui penyebab dari masalah contoh biopsi payudara, bedah kuratif bertujuan untuk mengatasi masalah dengan mengangkat jaringan atau organ yang terkena seperti apendiktomi (Baradero dkk, 2009).

Proses operasi dilakukan dengan cara membuka dan menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan membuat sayatan setelah bagian yang akan ditangani ditampilkan, dilakukan tindakan perbaikan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka. Setiap pembedahan selalu berhubungan dengan adanya insisi (sayatan) yang merupakan trauma yang menimbulkan berbagai keluhan dan gejala dimana salah satu keluhan yang sering dikemukakan adalah nyeri (Sjamsuhidayat & Win, 2005).

Nyeri merupakan sensasi ketidaknyamanan yang bersifat individual (Asmadi, 2008). Nyeri pada pasien post operasi merupakan nyeri akut yang disebabkan oleh kerusakan jaringan karena adanya insisi pada saat pembedahan yang memiliki karakteristik nyeri awitannya mendadak, intensitas ringan sampai berat, durasinya singkat, meningkatkan respon autonum, komponen psikologis yang berperan adalah ansietas, berhubungan dengan kerusakan jaringan (Brunner &

Suddart, 2005)

Nyeri setelah pembedahan merupakan hal yang normal, namun meskipun demikian nyeri merupakan salah satu keluhan yang paling ditakuti oleh pasien post operasi. Sensasi nyeri mulai terasa sebelum kesadaran klien kembali penuh yang semakin meningkat seiring dengan berkurangnya pengaruh obat anestesi. Nyeri yang dialami oleh pasien post operasi adalah nyeri akut yang terjadi karena adanya luka insisi bekas pembedahan. Nyeri akut yang dirasakan oleh pasien post operasi merupakan penyebab stress, frustasi dan gelisah yang mengakibatkan pasien mengalami gangguan tidur, cemas, tidak nafsu makan dan ekspresi tegang (Perry & Potter, 2006).Selain hal itu nyeri post operasi juga dapat menimbulkan peningkatan laju metabolisme dan curah jantung, kerusakan respon insulin, peningkatan prodiksi kortisol, dan retensi cairan (Brunner & Suddart, 2005).

Pasien dalam merespon terhadap nyeri yang dialaminya dengan cara berbeda-beda, misalnya berteriak, meringis, dan lain-lain. Oleh karena nyeri bersifat subjektif, maka perawat mesti peka terhadap sensasi nyeri yang dialami pasien (Asmadi, 2008).Namun sayangnya belum banyak yang diketahui dan belum dikelola dengan baik, padahal perawat memiliki lebih banyak kesempatan dibandingkan tenaga kesehatan lain untuk membantu menghilangkan nyeri dan efeknya yang membahayakan (Brunner & Suddart,2005).

Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan yang memiliki waktu untuk kontak dengan pasien paling lama memiliki peran penting dalam mengatasi

(5)

keluhan nyeri pasien pasca operasi. Penanganan nyeri pada pasien pasca operasi dibutuhkan pengetahuan dan ketrampilan yang komprehensif agar nyeri segera ditangani.

Notoatmodjo (2012) mengatakan pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap obyek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour).

Hasil penelitian yang dilakukan di Medan tentang pengetahuan perawat dalam penatalaksanaan nyeri pasien pasca operasi didapatkan hasil 52% responden memiliki pengetahuan yang cukup.(Suwenni D,2010). Penelitian lain yang dilakukan Nasution,DE,(2008) didapatkan hasil ada hubungan antara motivasi dengan tindakan perawatan pada pasie pasca bedah di ruang rawat inap RSU Dr Pirngadi Medan. Hasil lain menunjukkan ada hubungan antara sikap dengan tindakan perawat dalam

manajemen nyeri tehnik

distraksi.(Fatmawati A, 2010).

Perawat dengan menggunakan pengetahuannya dapat mengatasi masalah nyeri post operasi baik secara mandiri maupun secara kolaboratif dengan menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan farmakologi dan pendekatan non farmakologi. Pendekatan farmakologi merupakan pendekatan kolaborasi antara dokter dengan perawat yang menekankan pada pemberian obat yang mampu menghilangkan sensasi nyeri (Brunner & Suddart, 2005). Sedangkan pendekatan non farmakologi merupakan pendekatan untuk menghilangkan nyeri dengan menggunakan teknik manajemen nyeri yang meliputi: stimulus dan massage kutaneus, terapi es dan panas, stimulasi syaraf elektris transkutan, distraksi, imajinasi terbimbing, hipnotis dan teknik relaksasi napas dalam (Brunner & Suddart, 2005).

Berdasarkan fenomena diatas maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan tingkat pengetahuan perawat dengan tindakan perawat dalam managemen nyeri pasien post operasi di Bangsal Bedah RSUD Ambarawa”.

METODOLOGI

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif design corelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang bekerja di Ruang Bedah RSUD Ambarawa. Tehnik sampling yang digunakanpurposive samplingSampel yang digunakan sejumlah29 responden.

Penelitian ini dilaksanakan Tanggal 3-5 Februari 2016.di ruang Bedah RSUD Ambarawa.Alat pengumpulan data adalah dengan menggunakan kuesioner yang sudah diuji validitas dan reliabilitasnya. Analisis Univariat berupa distribusi frekuensi untuk variabel pengetahuan, dan tindakan dalam manajemen nyeri. Uji statistik yang digunakan adalah Spearman Rank.

HASIL PENELITIAN

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur dan Masa Kerja

Karakteristik Min Mak Mean Median

Umur 23 51 32.59 32

Masa Kerja 1 35 9.62 10

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui umur rata-rata responden adalah 32.59 tahun dengan umur minimal 23, umur

(6)

maksimal 51, berdasarkan masa kerja rata-rata responden memiliki masa kerja 9.62

tahun dengan masa kerja minimal 1 tahun dan masa kerja terlama 35 tahun.

Tabel 2Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Responden

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase Wanita Pria 19 10 65.5 34.5 Pendidikan Frekuensi Persentase

D3 S1 16 13 55.2 44.8 Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui sebagian berjenis kelamin wanita yaitu 19 responden (65.5%).tingkat pendidikan D3 Keperawatan 16 responden (55.2%).

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Tentang Manajemen Nyeri Post Operasi

Pengetahuan Frekuensi Persentase Baik Cukup Kurang 6 18 5 20.7 62.1 17.2 Jumlah 29 100

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui sebagian besar memiliki pengetahuan sedang sebanyak 18 reponden (62.1%). Tabel 4Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tindakan Perawat dalam Manajemen Nyeri Post Operasi

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui sebagian besar memiliki perilaku yang baik dalam Manajemen Nyeri Post Oparasi yaitu 17 responden (58,6%).

Analisis Bivariat

Hasil uji statistik dengan Spearman Rank didapatkan p value sebesar 0,000< α 0,05 yang berarti ada hubungan antara pengetahuan tentang manajemen nyeri post operasi dengan tindakan perawat dalam manajemen nyeri post operasi. Nilai koefisien korelasi 0,686 yang berarti kekuatan hubungan sedang dan arah korelasi positif artinya semakin baik tingkat pengetahuan maka semakin baik pula

tindakan dalam manajemen

PEMBAHASAN

Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan dalam Manajemen Nyeri Post Operasi

Hasil analisis bivariat yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan manajemen nyeri post operasi dengan tindakan dalam manajemen nyeri post operasi pada penelitian ini menggunakan uji spearman rank. Hasil uji didapatkan p value 0,000 kurang dari nilai α

0,05 yang berarti ada hubungan antara pengetahuan tentang manajemen nyeri post operasi dengan tindakan dalam manajemen nyeri post operasi.

Hasil ini sejalan dengan penelitian lain yang dilakukan Astuti,(2012) tentang hubungan pengetahuan perawat dengan pelaksanaan manajemen nyeri non farmakologi disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan perawat dengan pelaksanaan

Tindakan Frekuensi Persentase

Baik Kurang Baik 17 12 58.6 41,4 Jumlah 29 100

(7)

manajemen nyeri non farmakologi pada pasien pasca operasi bedah mayor dengan hasil koefisien korelasi sebesar 0,476 dan nilai signifikan ρ=0,000.

Penelitian lain tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perawat dalam pelaksanaan manajemen nyeri non-farmakologi pada pasien pasca operasi didapatkan hasil adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan motivasi perawat dengan pelaksanaan manajemen nyeri non-farmakologi pasien pasca operasi, sedangan hubungan beban kerja perawat dengan pelaksanaan manajemen nyeri non-farmakologi pasien pasca operasi, tidak

terdapat hubungan yang

signifikan.(Mudiah, 2013).

Bloom dalam Notoatmojo (2010) menyatakan bahwa domain pengetahuan berasal dari tahu hingga evaluasi. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2012).

Tindakan keperawatan adalah tindakan kolaborasi dengan profesi kesehatan lain dan tindakan mandiri perawat profesional melalui kerjasama berbentuk kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan atau sesuai dengan lingkungan wewenang dan tanggung jawabnya. Tindakan keperawatan mandiri dikenal dengan tindakan independent dan tindakan keperawatan kolaborasi dikenal dengan tindakan interdependent (Hidayat, 2008). Tindakan terjadi setelah seseorang mengetahui stimulus, kemudian mengadakan penilaian terhadap apa yang diketahui dan memberikan respon batin dalam bentuk sikap. Proses selanjutnya

diharapkan subjek akan melaksanakan apa yang diketahui atau disikapinya (Notoatmodjo,2012).

Uji statistik menghasilkan arah korelasi positif. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat pengetahuan yang dimiliki perawat, maka semakin tinggi atau semakin baik tindakannya dalam manajemen nyeri. Begitu pula sebaliknya semakin rendah tingkat pengetahuan yang dimiliki perawat, maka semakin rendah atau semakin kurang kemampuannya dalam melakukan tindakan manajemen nyeri pasien post operasi. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari pengindraan terhadap suatu obyek tertentu, pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat tinggi untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmojo,2012).

Hal ini diperkuat penelitian lain yang menyimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan responden tentang keperawatan pasca operasi maka semakin baik dalam melakukan tindakan keperawatan pasca operasi. Karena itu dari pengalaman dan penelitian terbukti perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari ilmu pengetahuan. Pengetahuan merupakan pangkal dari sikap, sedangkan sikap akan mengarah pada tindakan seseorang (Rahardyan dan Murdeani, 2006)

Pengetahuan yang didapatkan oleh responden sangat berpengaruh terhadap tindakan yang dilakukan oleh perawat dalam manajemen nyeri pada pasien post operasi. Semakin baik pengetahuan perawat maka semakin baik pula tindakan yang dilakukan oleh perawat dalam manajemen nyeri pada pasien post operasi. Pengetahuan tidak selamanya didapatkan dari pendidikan tetapi bisa diperoleh melalui pelatihan maupun seminar (Majid, 2011).

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kusriyati (2005) yang menyimpulkan bahwa pengetahuan perawat yang baik akan

(8)

diikuti oleh meningkatnya keterampilan perawat dalam pemasangan infus di ruang rawat inap RSUD Cilacap. Domain kognitif pengetahuan pada tingkatan aplikasi menjadikan perawat memiliki kemampuan untuk melaksanakan prosedur tetap isap lendir/suction pada situasi atau kondisi sebenarnya. Penelitian lain menunjukan ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan perawat dengan keterampilan melaksanakan prosedur tetap isap lendir/suction di Ruang ICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto (Paryanti, 2007). Penelitian lain juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan perawat tentang pemberian obat terhadap tindakan pendokumentasian keperawatan, dengan p value = 0,000 <α = 0,05 (Endang, 2008).

Pengetahuan diperoleh dari pendidikan, seminar, pelatihan dan pengalaman itu terbukti kebenarannya. Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada responden, bahwa pengetahuan responden diperoleh melalui pendidikan pada waktu duduk di bangku perkuliahan dan seminar maupun pelatihan yang pernah diikuti selama responden menjadi perawat. Oleh karena itu pengetahuan seorang perawat akan suatu hal akan mempengaruhi perilaku perawat tersebut, hal ini sesuai dengan pendapat bahwa perubahan perilaku sebagai tujuan akhir dari pendidikan kesehatan dapat dicapai melalui berbagai cara, salah satunya proses belajar (Maulana, 2009).

Pengetahuan yang baik dari para perawat dapat menjadikan perawat bertindak lebih baik dalam melakukan tindakan keperawatan manajemen nyeri. Dengan pengetahuan yang baik maka perawat dapat lebih dinamis dalam menerima informasi baru yang berkaitan dengan manajemen nyeri. Latar belakang pendidikan mempengaruhi motivasi seseorang dalam bertindak. Perawat yang memiliki latar belakang pendidikan yang lebih tinggi akan memiliki pengetahuan dan

wawasan yang luas dibandingkan yang memiliki pendidikan yang lebih rendah. Pendidikan seseorang dapat meningkatkan kematangan intelektual sehingga dapat membuat keputusan dalam bertindak (Nursalam, 2013).

KESIMPULAN

1. Pengetahuan responden tentang manajemen nyeri post operasi sebagian besar pada ketegori cukup sebanyak 18 reponden (62.1%).

2. Tindakan responden dalam manajemen nyeri post operasi sebagian besar dalam kategori baik yaitu sebanyak 17 responden (58,6%).

3. Ada hubungan antara pengetahuan dengan tindakan dalam manajemen nyeri post operasi dengan p value sebesar 0,000 < α 0,05.

SARAN

Tenaga kesehatan

Perawat hendaknyameningkatkan pengetahuan tentang sifat nyeri, manajemen nyeri non farmakologis melalui kegiatan seminar, pelatihan, sosialisasi internal rumah sakit, Membaca literatur. Melakukan tindakan dalam manajemen nyeri baik farmakologis maupun non farmakologis. Rumah Sakit

Rumah sakit sebaiknya meningkatkan pengetahuan perawat melalui:Kegiatan sosialisasi internal rumah sakit, Mengirim perawat untuk seminar, pelatihan tentang manajemen nyeri.

Bagi Peneliti Lain

Mengembangkan lebih lanjut pada faktor yang mempengaruhi tindakan perawat dalam manajemen nyeri seperti kepercayaan, nilai, ketersediaan sarana prasrana, dukungan.

Institusi Pendikan

Institusi pendidikan keperawatan dapat menjadikan manajemen nyeri post operasisebagai bahan kajian dalam mata kuliah, membekali mahasiswa dengan kemampuan dalam manajemen nyeri.

(9)

DAFTARPUSTAKA

Asmadi,2008,TehnikProseduralKeperawat an:KonsepdanAplikasiKebutuhanDas ar klien, Jakarta:SalembaMedika Astuti SB, 2012, Hubungan Pengetahuan

Perawat Dengan Pelaksanaan Manajemen Nyeri Non Farmakologi Pasien Saras Husada Purworejo. Skripsi. Stikes Muhamadiyah Gombong

AzizAlimul.2008.PengantarKebutuhanDas arManusia:AplikasiKonsepdanProses Keperawatan.

Jakarta:SalembaMedika

Baradero. 2009. Buku Ajar Perawatan Peripoeratif, Jakarta, EGC

Brunner&Suddart.2005.Bukuajarkeperawa tanmedikalbedah,(Edisi8).Alih

bahasa: Andry

HartonoKuncara,ElynaS.LauraSiahaa n&Agung Waluyo. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC.

Endang.2008.Hubunganantara

tingkatpengetahuanperawat tentang pemberian obat dengan tindakan pendokumentasian keperawatan. Skripsi.

Fatmawati A, 2010. Hubungan Antara Sikap Dengan Tindakan Perawat Dalam Manajemen Nyeri Tehnik Distraksi. Tesis. Surakarta. UNS Kusriyati. 2005. Hubungan tingkat

pengetahuan perawat dengan ketrampilan perawatdalam pemasangan infusdiruangrawatinapRSUD Cilacap. Skripsi. Majid,A.,Judha,M.,dkk2011.KeperawatanP erioperatif.Yogyakarta:Gosyen Publishing. MaulanaHDJ. 2009.PromosiKesehatan.Jakarta:Pene rbitBukuKedokteran EGC.

Mudiah S, Supriadi, Sureskiarti E,2013Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perawat Dalam Pelaksanaan Manajemen Nyeri

Non-Farmakologi Pada Pasien Pasca Operasi,Jurnal Husada Mahakam Volume III No. 5, Mei 2013, hal. 200 - 262

Nasution DE, 2008. Pengaruh Motivasi Perawat terhadap tindakan perawatan pada pasien pasca bedah di ruang rawat inap RSU Dr Pirngadi Kota Medan. Tesis. Medan. USU

Notoatmodjo Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Nursalam, 2013. Konsep dan

Penerapan Metodologi Penelitian IlmuKeperawatan.

Jakarta:SalembaMedika.

Paryanti, 2007. Hubungan

tingkatpengetahuanperawatdengan keterampilan melaksanakan prosedurtetap isap lendir/suction di ruang ICU RSUD Prof. Dr. MargonoSoekarjo

Purwokerto.JurnalKeperawatanSoedir man (TheSoedirman Journal of Nursing), Volume2,No.1, Maret 2007 Perry AnneGriffin,PotterPatriciaA.2006. Fundamentalkeperawatan,konsep, klinisdanpraktek,Ed4,Vol2,alihbahasa :Renata Komalasari,Dian Evriyani,EnieNovieastari,AlfrinaHan y danSariKurnianingsih.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Rahardyan& Murdechi(2006).HubunganTingkatP engetahuanPerawattentang Teknik Perawatan LukaPostOperasidenganPencegahan Infeksi NosokomialdiruangRawatInapRmah SakitKepolisianPusatRaden Said Soekanto. ArtikelIlmiah Sjamsuhidajat,R&JongdeWim.2005.Bukuaj arilmubedah.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran, EGC.

Suwenni D. 2010. Pengetahuan Perawat dalam Penatalaksanaan Nyeri Pasien Pasca Operasi Sectio Caesarea di Rumah Sakit Umum Sundari Medan

Gambar

Tabel  2Distribusi  Frekuensi  Berdasarkan Karakteristik Responden

Referensi

Dokumen terkait

(1) Peneliti memberikan bimbingan yang lebih intensif ke masing- masing kelompok belajar dan memotivasi mahasiswa kurang aktif untuk ikut terlibat dalam

According to results observed that the adsorption capacity of silica 65% is greatest, the increase of ratio of chitosan in adsorbent increasing ability to adsorbent to adsorb Cd 2+

Kebutuhan akan informasi bagi masyarakat khususnya pencari kendaraan bermotor roda dua bisa didapatkan melalui media internet, dan member yang ingin menjual ataupun membeli

bahwa untuk menindaklanjuti ketentuan Peraturan Daerah Kota Solok Nomor 2 tahun 2015 tentang bantuan hukum bagi masyarakat miskin pasal 6 ayat (3) yang menyatakan bahwa

Elektronik organizer berbasis web ini merupakan salah satu media dalam internet yang menyediakan informasi dan fasilitas interface untuk mengkomunikasikan data dari personal

Pupuk Bersubsidi adalah barang dalam pengawasan yang pengadaan dan penyalurannya mendapat subsidi dari Pemerintah untuk kebutuhan kelompok tani dan / atau petani di

Penulis berharap dengan menggunakan aplikasi ini dapat mengurangi kemacetan lalu lintas di daerah Cikunir dengan pengaturan lampu lalu lintas dan memperbaiki jalur yang dapat dilalui

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 201 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, maka Kepala Daerah perlu mengatur batas