• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

32

model klasikal (ceramah). Dalam mengajarkan materi operasi hitung pecahan, guru memberi contoh untuk mengerjakan penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian pecahan. Selanjutnya siswa dapat mengerjakan sampai seluruh anak bisa mengerjakan materi operasi hitung pecahan menggunakan pendekatan tutor sebaya.. Diharapkan dengan adanya tutor ini siswa semakin memahami isi pelajaran.

Siswa dinyatakan tuntas belajar jika KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), yang dimiliki siswa skornya sama atau di atas 6,5. Jika siswa belum mencapai skor 6,5 dinyatakan belum tuntas dalam belajar

4.1. Deskripsi Kondisi Prasiklus (Kondisi Awal)

Berdasarkan data hasil nilai ulangan dalam tabel 4.1 menunjukkan bahwa, siswa kelas V SD Negeri Krandon Lor 02 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2011-2012 dapat ditunjukkan dari rekapitulasi hasil ulangan siswa yang sebagian besar masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM 6,5).

Berikut ini adalah tabel data perolehan nilai tentang operasi hitung pecahan tersebut. Tabel 4.1 Distribusi Ketuntasan Belajar Matematika

No

. Standar KetuntasanAngka Ketuntasan Jumlah Siswa Presentase

1 < 6,5 Tidak Tuntas 13 61,90%

2 6,5 Tuntas 8 38,09%

Jumlah 21

Nilai tertinggi 8,0

(2)

33

Dari tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa pembelajaran Matematika materi operasi hitung pecahan siswa kelas V SD Negeri Krandon Lor 02 yang berjumlah 21 siswa yang terdiri dari 10 siswa laki-laki, 11 siswa perempuan. Berdasarkan data hasil nilai ulangan mata pelajaran Matematika materi operasi hitung pecahan siswa memperoleh hasil yang kurang. Hal tersebut dapat ditunjukkan dari hasil ulangan siswa materi operasi hitung pecahan yaitu 62% atau 13 siswa belum tuntas, belajar sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal (6,5) yang ditetapkan dan yang tuntas sesuai dengan KKM hanya 38,09% atau 8 siswa.

Kondisi tersebut dapat digambarkan menggunakan diagram sebagai berikut:

Gambar 4.1 Diagram hasil belajar siswa sebelum ada tindakan

Dari data di atas dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa materi operasi hitung pecahan kelas V masih rendah. Hal ini karena siswa kelas V masih belum memahami konsep operasi hitung pecahan. Dengan kondisi seperti ini peneliti melakukan penelitian tindakan kelas sesuai rencana seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dengan rancangan penelitian menggunakan pendekatan tutor sebaya yang akan diterapkan dalam dua siklus.

33

Dari tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa pembelajaran Matematika materi operasi hitung pecahan siswa kelas V SD Negeri Krandon Lor 02 yang berjumlah 21 siswa yang terdiri dari 10 siswa laki-laki, 11 siswa perempuan. Berdasarkan data hasil nilai ulangan mata pelajaran Matematika materi operasi hitung pecahan siswa memperoleh hasil yang kurang. Hal tersebut dapat ditunjukkan dari hasil ulangan siswa materi operasi hitung pecahan yaitu 62% atau 13 siswa belum tuntas, belajar sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal (6,5) yang ditetapkan dan yang tuntas sesuai dengan KKM hanya 38,09% atau 8 siswa.

Kondisi tersebut dapat digambarkan menggunakan diagram sebagai berikut:

Gambar 4.1 Diagram hasil belajar siswa sebelum ada tindakan

Dari data di atas dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa materi operasi hitung pecahan kelas V masih rendah. Hal ini karena siswa kelas V masih belum memahami konsep operasi hitung pecahan. Dengan kondisi seperti ini peneliti melakukan penelitian tindakan kelas sesuai rencana seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dengan rancangan penelitian menggunakan pendekatan tutor sebaya yang akan diterapkan dalam dua siklus.

PRA SIKLUS

TUNTAS 38% BELUM TUNTAS 61%

33

Dari tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa pembelajaran Matematika materi operasi hitung pecahan siswa kelas V SD Negeri Krandon Lor 02 yang berjumlah 21 siswa yang terdiri dari 10 siswa laki-laki, 11 siswa perempuan. Berdasarkan data hasil nilai ulangan mata pelajaran Matematika materi operasi hitung pecahan siswa memperoleh hasil yang kurang. Hal tersebut dapat ditunjukkan dari hasil ulangan siswa materi operasi hitung pecahan yaitu 62% atau 13 siswa belum tuntas, belajar sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal (6,5) yang ditetapkan dan yang tuntas sesuai dengan KKM hanya 38,09% atau 8 siswa.

Kondisi tersebut dapat digambarkan menggunakan diagram sebagai berikut:

Gambar 4.1 Diagram hasil belajar siswa sebelum ada tindakan

Dari data di atas dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa materi operasi hitung pecahan kelas V masih rendah. Hal ini karena siswa kelas V masih belum memahami konsep operasi hitung pecahan. Dengan kondisi seperti ini peneliti melakukan penelitian tindakan kelas sesuai rencana seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dengan rancangan penelitian menggunakan pendekatan tutor sebaya yang akan diterapkan dalam dua siklus.

TUNTAS 38% BELUM TUNTAS 61%

(3)

4.2 Deskripsi Pelaksanaan Siklus I

Dalam Siklus I terdapat 2 kali pertemuan dengan rincian sebagai berikut: 1. Perencanaan

Sebelum mengadakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) materi operasi hitung pecahan, peneliti mempelajari materi operasi hitung pecahan, Perangkat pembelajaran juga dipersiapkan lembar kerja, lembar evaluasi Siklus I, rubrik penelitian dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) serta silabus.

Untuk memperlancar pelaksanaan pembelajaran siswa diorganisasi menjadi 4 kelompok diketuai oleh satu tutor yang telah ditentukan oleh guru sebelum pembelajaran dimulai. Pengorganisasian dilakukan secara heterogen oleh guru agar antar kelompok lebih berimbang. Keberimbangan ini tidak hanya dilihat dari jenis kelamin. Namun dilihat dari jenis kemampuan. Dari jenis kelamin kelas yang terdiri dari 21 siswa dengan 10 siswa laki-laki, 11 siswa perempuan, maka masing-masing kelompok jumlah anggotanya tidak sama. Perbandingan laki-laki atau perempuan juga tidak sama.

2. Tindakan dan Observasi a. Pertemuan Pertama 1) Kegiatan Awal

Pertemuan pertama ini berlangsung pada hari Senin, 19 Maret 2012 pukul 07.00 WIB, untuk mengawali pembelajaran ini guru mengucapkan salam, mengkondisikan siswa, mengabsen kelas dan melakukan apersepsi dengan bertanya pada siswa mengenai materi operasi hitung pecahan khususnya pada penjumlahan pecahan. Berdasarkan jawaban dari siswa guru menegaskan tentang materi yang akan diajarkan yaitu melakukan penjumlahan berbagai bentuk pecahan. Sebelumnya guru menjelaskan model pembelajaran yang akan digunakan yakni pendekatan tutor sebaya.

2) Kegiatan Inti

Kegiatan inti meliputi beberapa kegiatan yaitu menjelaskan materi, meminta siswa dibagi menjadi kelompok- kelompok kecil yang heterogen. Siswa pandai disebar dalam setiap kelompok dan bertindak sebagai tutor, masing-masing kelompok diberi tugas mempelajari sub materi menjumlahkan berbagai bentuk pecahan, tutor membantu teman dalam kelompoknya

(4)

35

untuk memahami materi. Terlebih dulu guru menjelaskan materi kepada tutor, tutor kembali ke kelompoknya dan menjelaskan materi kepada teman dalam kelopoknya, setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja LKS.

3) Kegiatan Akhir

Guru bersama dengan siswa menarik kesimpulan dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum jelas, dari materi yang telah dipelajari. Guru mengadakan evaluasi pembelajaran materi operasi hitung pecahan khususnya menjumlahkan berbagai bentuk pecahan. Guru mengadakan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.

b. Pertemuan Kedua

Tindakan ini dilaksanakan pada hari Rabu, 21 Maret 2012, beberapa kegiatan sebagai berikut:

1) Kegiatan Awal

Pertemuan ini berlangsung pada pukul 07.00 WIB. Kegiatan pada pertemuan kedua meliputi guru bertanya pada siswa: “Bagaimana menurut kalian materi penjumlahan pecahan yang kita pelajari pada minggu yang lalu?” Berdasarkan jawaban dari siswa guru menegaskan tentang materi yang akan dipelajari yaitu pengurangan berbagai bentuk pecahan. Kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran.

2) Kegiatan Inti

Kegiatan inti meliputi beberapa kegiatan yaitu menjelaskan materi pengurangan berbagai bentuk pecahan dengan pendekatan tutor sebaya, kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran.

Siswa dibagi menjadi kelompok- kelompok kecil yang heterogen. Siswa pandai disebar dalam setiap kelompok dan bertindak sebagai tutor, masing-masing kelompok diberi tugas mempelajari sub materi menjumlahkan berbagai bentuk pecahan, tutor membantu teman dalam kelompoknya untuk memahami materi. Terlebih dulu guru menjelaskan materi kepada tutor, tutor kembali ke kelompoknya dan menjelaskan materi kepada teman dalam kelopoknya, setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja LKS.

(5)

3) Kegiatan Akhir

Guru bersama siswa menarik kesimpulan dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum jelas dari materi yang telah dipelajari. Guru mengadakan evaluasi pembelajaran tentang materi operasi hitung pecahan khususnya pada penjumlahan dan pengurangan berbagai bentuk pecahan.

Hasil Tindakan dan Observasi a. Hasil Observasi

Hasil observasi kinerja guru Siklus I, pertemuan pertama, guru memberikan motivasi dalam kegiatan pembelajaran dan waktu yang digunakan kurang maksimal karena masih ada beberapa aspek observasi kinerja guru yang belum terlaksana secara optimal. Hasil observasi aktivitas siswa pada Siklus I pertemuan pertama siswa masih kurang memperhatikan penjelasan tutor, siswa kurang kompak dalam pemberian tugas penjumlahan brbagai bentuk pecahan pada waktu kerja kelompok sehingga perlu diperbaiki lagi.

b. Hasil Tindakan

Berdasarkan kegiatan yang dilaksanakan pada Siklus I kemudian diambil data secara kuantitatif melalui penilaian unjuk kerja hasil belajar materi penjumlahan berbagai bentuk pecahan maka dapat diperoleh nilai tertinggi yang dicapai sebelum tindakan sebesar 8,0 dan nilai terendah 4,2. Siswa yang telah mencapai KKM 6,5 ada 8 siswa (38,09%), sedangkan yang belum mencapai KKM 65 sebanyak 13 siswa (61,90%). Pada Siklus I nilai tertinggi yang bisa dicapai siswa telah meningkat yaitu 10, sedangkan nilai terendah 4,0. Siswa yang mencapai KKM 65 sebanyak 14 anak (66%) sedangkan siswa yang belum mencapai KKM 6,5 ada 7 anak (33%). Berikut ini tabel perolehan nilai siklus I.

(6)

37

Tabel 4.2 Ketuntasan belajar Siklus I

No Standar Ketuntasan Jumlah siswa Presentase

Keterangan 1. <6,5 Tidak Tuntas 7 33% 2.. 6,5 Tuntas 14 67% Jumlah 21 100% Nilai Tertinggi 10 Nilai Terendah 4,0

Adapun hasil belajar Matematika dengan pendekatan tutor sebaya siswa telah mencapai 66% karena dari 21 siswa yang memperoleh nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal 65 ada 7 siswa, sedangkan 14 siswa telah memperoleh nilai65 KKM.

Kondisi tersebut dapat digambarkan menggunakan diagram sebagai berikut.

Gambar 4. 2 Diagram Ketuntasan Siklus I

37

Tabel 4.2 Ketuntasan belajar Siklus I

No Standar Ketuntasan Jumlah siswa Presentase

Keterangan 1. <6,5 Tidak Tuntas 7 33% 2.. 6,5 Tuntas 14 67% Jumlah 21 100% Nilai Tertinggi 10 Nilai Terendah 4,0

Adapun hasil belajar Matematika dengan pendekatan tutor sebaya siswa telah mencapai 66% karena dari 21 siswa yang memperoleh nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal 65 ada 7 siswa, sedangkan 14 siswa telah memperoleh nilai65 KKM.

Kondisi tersebut dapat digambarkan menggunakan diagram sebagai berikut.

Gambar 4. 2 Diagram Ketuntasan Siklus I

Siklus I

Tuntas 66% Belum Tuntas 33%

37

Tabel 4.2 Ketuntasan belajar Siklus I

No Standar Ketuntasan Jumlah siswa Presentase

Keterangan 1. <6,5 Tidak Tuntas 7 33% 2.. 6,5 Tuntas 14 67% Jumlah 21 100% Nilai Tertinggi 10 Nilai Terendah 4,0

Adapun hasil belajar Matematika dengan pendekatan tutor sebaya siswa telah mencapai 66% karena dari 21 siswa yang memperoleh nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal 65 ada 7 siswa, sedangkan 14 siswa telah memperoleh nilai65 KKM.

Kondisi tersebut dapat digambarkan menggunakan diagram sebagai berikut.

Gambar 4. 2 Diagram Ketuntasan Siklus I

Tuntas 66% Belum Tuntas 33%

(7)

3. Refleksi

Refleksi dan analisis hasil tes (unjuk kerja) pada Siklus I terdapat 14 siswa yang tuntas 7 siswa belum tuntas belajar, sehingga perlu diadakan perbaikan pembelajaran. Dari hasil pelaksanaan pembelajaran Siklus I diketahui masih terdapat beberapa siswa yang malu bertanya dan menjawab pertanyaan tutor selain itu ada beberapa siswa yang kurang memperhatikan penjelasan tutor sebaya pada proses pembelajaran berlangsung serta ada sebagian siswa kurang memahami materi Operasi hitung pecahan (menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan).

Akan tetapi pada Siklus I telah terjadi peningkatan pembelajaran materi Operasi hitung pecahan (menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan) yaitu pada kondisi awal yang dapat dilihat pada ketuntasan pembelajaran dari 38,09% naik menjadi 66% pada hasil tes (unjuk kerja) Siklus I. Berdasarkan kekurangan-kekurangan yang terjadi pada Siklus 1, ada 7 siswa yang nilainya belum mencapai KKM yang ditentukan yaitu 65. Maka peneliti akan memperbaiki dalam pelaksanaan pembelajaran pada Siklus II, agar pembelajaran materi Operasi hitung pecahan tercapai secara optimal. Hal yang perlu dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran pada Siklus II antara lain dengan cara:

a. Sebelum masuk kepelajaran inti, guru mengadakan apersepsi terlebih dahulu

b. Pembentukan kelompok diatur setelah guru menjelaskan langkah – langkah pembelajaran agar siswa tidak gaduh dalam kelompok belajar.

c. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal yang belum dipahami. 4.3 Deskripsi Siklus II

Praktik pembelajaran pada Siklus II dilaksanakan dengan melihat kekurangan dan kelebihan pada Siklus I. Pelaksanaan Siklus II merupakan upaya perbaikan pada Siklus I dengan lebih memberi semangat kepada siswa dalam penggunaan pendekatan tutor sebaya.

(8)

39

Dalam Siklus II, terdapat dua kali pertemuan dengan rincian sebagai berikut: 1. Perencanaan

Persiapan yang dilakukan peneliti untuk melaksanakan pertemuan Siklus II ini meliputi: a. menyusun RPP;

b. penyusunan skenario pembelajaran dengan pendekatan tutor agar tujuan pembelajarna dapat tercapai secara optimal.

2. Pelaksanaan Tindakan a. Pertemuan Pertama

Tindakan ini dilaksanakan pada hari Senin, 26 Maret 2012 melalui beberapa kegiatan sebagai berikut:

1) Kegiatan Awal

Pertemuan ini berlangsung pada pukul 07.00 WIB, sebelum pembelajaran dimulai, ruang telah ditata rapi sesuai persiapan pembelajaran, seperti: dua buah kursi untuk guru kelas dan peneliti yang bertindak sebagai observer. Untuk mengawali pembelajaran guru mengadakan apersepsi berupa tanya jawab materi pembagian berbagai bentuk pecahan. 2) Kegiatan Inti

Kegiatannya seperti kegiatan pada Siklus I. Kegiatan inti meliputi beberapa kegiatan yaitu menjelaskan materi pembagian berbagai bentuk pecahan dengan pendekatan tutor sebaya, kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran.

Siswa dibagi menjadi kelompok- kelompok kecil yang heterogen. Siswa pandai disebar dalam setiap kelompok dan bertindak sebagai tutor, masing-masing kelompok diberi tugas mempelajari sub materi menjumlahkan berbagai bentuk pecahan, tutor membantu teman dalam kelompoknya untuk memahami materi. Terlebih dulu guru menjelaskan materi kepada tutor, tutor kembali ke kelompoknya dan menjelaskan materi kepada teman dalam kelopoknya, setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja LKS.

(9)

3). Kegiatan Akhir

Guru mengucapkan ucapan selamat kepada siswa dengan nilai tertinggi 100 dan mengucapkan selamat berlatih kembali untuk menghadapi pembelajaran Matematika menggunakan pendekatan tutor sebaya untuk melengkapi tugas individu.

b. Pertemuan Kedua

Tindakan ini dilaksanakan pada hari Rabu 28 Maret 2012 melalui beberapa kegiatan sebagai berikut:

1) Kegiatan Awal

Pertemuan kedua ini berlangsung pada pukul 07.00 WIB. Sebelum pembelajaran ruangan telah ditata rapi sesuai persiapan. Untuk mengawali pembelajaran guru mengadakan apersepsi berupa tanya jawab tentang perkalian berbagai bentuk pecahan.

2) Kegiatan Inti

Kegiatannya seperti kegiatan pada Siklus I. Kegiatan inti meliputi beberapa kegiatan yaitu menjelaskan materi perkalian berbagai bentuk pecahan dengan pendekatan tutor sebaya, kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran.

Siswa dibagi menjadi kelompok- kelompok kecil yang heterogen. Siswa pandai disebar dalam setiap kelompok dan bertindak sebagai tutor, masing-masing kelompok diberi tugas mempelajari sub materi menjumlahkan berbagai bentuk pecahan, tutor membantu teman dalam kelompoknya untuk memahami materi. Terlebih dulu guru menjelaskan materi kepada tutor, tutor kembali ke kelompoknya dan menjelaskan materi kepada teman dalam kelopoknya, setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja LKS.

3). Kegiatan Akhir

Guru mengevaluasi kegiatan belajar mengajar di kelas. 3. Hasil Tindakan

a. Hasil Observasi

Hasil observasi kriteria guru Siklus II sangat baik (keterangan lengkap lihat lampiran). Hasil observasi aktifitas siswa pada Siklus II sangat baik (keterangan lengkap lihat lampiran). Pada siklus II dilaksanakan , siswa antusias mengikuti pembelajaran Matematika, siswa merasa senang dan sebagian besar siswa memiliki keaktifan, konsentrasi dan mampu bekerja

(10)

41

sama dengan baik. Hal ini bisa dilihat pada hasil lembar observasi siswa setelah siklus II pada lampiran.

b. Hasil Belajar Siswa

Berdasarkan tindakan yang dilaksanakan pada Siklus II pertemuan pertama, yaitu nilai tertinggi yang dicapai pada Siklus I sebesar 10 dan nilai terendah 4,0. Siswa yang telah mencapai KKM 65 ada 14 siswa (66%), sedangkan yang belum mencapai KKM 65 sebanyak 7 siswa (33%). Pada Siklus II nilai tertinggi yang bisa dicapai siswa telah meningkat yaitu 10 sedangkan nilai terendah 6,0. Siswa yang mencapai KKM 6,5 sebanyak 19 anak (90%) dan siswa yang tidak mencapai KKM 6,5 ada 2 anak (10%). Berikut tabel perolehan nilai Siklus II.

Tabel 4.3 Ketuntasan belajar Siklus II

No Standar Ketuntasan Jumlah siswa Presentase

Keterangan 1. <6,5 Tidak Tuntas 2 10% 2.. 6,5 Tuntas 19 90% Jumlah 21 100% Nilai Tertinggi 10 Nilai Terendah 6,0

Adapun hasil belajar materi operasi hitung pecahan mencapai 90% dari 21 siswa sedangkan siswa yang memperoleh nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal 6,5 ada 2 siswa (10%). Kondisi tersebut digambarkan menggunakan diagram sebagai berikut:

(11)

Gambar 4.3 Diagram Ketuntasan Belajar Siklus II

Gambar 4.3 di atas mendiskripsikan persentase hasil belajar matematika operasi hitung pecahan menggunakan pendekatan tutor sebaya dari 21 siswa pada Siklus II yaitu siswa yang tuntas adalah siswa yang mendapatkan nilai sama dengan atau lebih besar dari KKM 6,5, sedangkan siswa yang tidak tuntas adalah siswa yang mendapat nilai di bawah KKM 6,5 masih ada 2 siswa (10%).

4. Refleksi

Berdasarkan refleksi dan analisis hasil tes (unjuk kerja) pada Siklus II terdapat 19 siswa yang tuntas dan ada 2 siswa yang tidak tuntas belajar. Dari hasil pelaksanaan pembelajaran Siklus II diketahui bahwa terdapat peningkatan pembelajaran Matematika tentang Operasi hitung pecahan. Hal ini dapat dilihat pada ketuntasan hasil belajar siswa yang sudah mencapai KKM.

Gambar 4.3 Diagram Ketuntasan Belajar Siklus II

Gambar 4.3 di atas mendiskripsikan persentase hasil belajar matematika operasi hitung pecahan menggunakan pendekatan tutor sebaya dari 21 siswa pada Siklus II yaitu siswa yang tuntas adalah siswa yang mendapatkan nilai sama dengan atau lebih besar dari KKM 6,5, sedangkan siswa yang tidak tuntas adalah siswa yang mendapat nilai di bawah KKM 6,5 masih ada 2 siswa (10%).

4. Refleksi

Berdasarkan refleksi dan analisis hasil tes (unjuk kerja) pada Siklus II terdapat 19 siswa yang tuntas dan ada 2 siswa yang tidak tuntas belajar. Dari hasil pelaksanaan pembelajaran Siklus II diketahui bahwa terdapat peningkatan pembelajaran Matematika tentang Operasi hitung pecahan. Hal ini dapat dilihat pada ketuntasan hasil belajar siswa yang sudah mencapai KKM.

Siklus II

Tuntas 90% Belum Tuntas 10%

Gambar 4.3 Diagram Ketuntasan Belajar Siklus II

Gambar 4.3 di atas mendiskripsikan persentase hasil belajar matematika operasi hitung pecahan menggunakan pendekatan tutor sebaya dari 21 siswa pada Siklus II yaitu siswa yang tuntas adalah siswa yang mendapatkan nilai sama dengan atau lebih besar dari KKM 6,5, sedangkan siswa yang tidak tuntas adalah siswa yang mendapat nilai di bawah KKM 6,5 masih ada 2 siswa (10%).

4. Refleksi

Berdasarkan refleksi dan analisis hasil tes (unjuk kerja) pada Siklus II terdapat 19 siswa yang tuntas dan ada 2 siswa yang tidak tuntas belajar. Dari hasil pelaksanaan pembelajaran Siklus II diketahui bahwa terdapat peningkatan pembelajaran Matematika tentang Operasi hitung pecahan. Hal ini dapat dilihat pada ketuntasan hasil belajar siswa yang sudah mencapai KKM.

Tuntas 90% Belum Tuntas 10%

(12)

43

4.4. Perbandingan Ketuntasan Belajar Pada Prasiklus, Siklus I dan Siklus II Tabel 4.4 Perbandingan Hasil belajar Pra Siklus, Siklus I, Siklus II

No. Nilai (X) Ketuntasan JumlahKondisi Awal% JumlahSiklus I % JumlahSiklus II% 1. 2. < 6,56,5 Belum tuntas Tuntas 13 8 6238 147 3367 192 1090 Jumlah 21 100 21 100 21 100 Nilai terendah 4,0 4,0 6,0 Nilai tertinggi 8,0 10 10

Berdasarkan tabel 4.4 perbandingan hasil pembelajaran materi operasi hitung pecahan dapat dijelaskan bahwa pada kondisi awal ada 13 siswa (61,09%) yang belum tuntas karena mendapat nilai di bawah KKM (6,5), sedangkan 8 siswa (38,09%) telah tuntas karena mendapat nilai di atas KKM (6,5). Nilai tertinggi yang dicapai hanya 8,0 dan nilai terendahnya 4,0. Karena terdapat 61,09% siswa yang belum tuntas maka diadakan pembelajaran menggunakan pendekatan tutor sebaya, metode teknik tes, alatnya dapat berbentuk butir tes.

Pada evaluasi Siklus I terlihat peningkatan tentang pembelajaran operasi hitung pecahan siswa yang cukup dibanding kondisi awal, siswa kelas V SD Krandon Lor 02 telah mencapai hasil belajar materi operasi hitung pecahan 66% karena dari 21 siswa yang memperoleh nilai mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 6,5 sebanyak 14 siswa dan 7 siswa lainnya masih memperoleh nilai di bawah KKM. Nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 10 dan nilai terendah 4.0 Kemudian tindakan dilanjutkan dengan Siklus II agar pembelajaran Matematika materi Operasi hitung pecahan siswa bisa mencapai 80%. Dalam Siklus II nilai terendah yang diperoleh siswa 6,0 dan nilai tertinggi 10. Pembelajaran Matematika materi Operasi hitung pecahan harus dicapai sesuai dengan indikator kinerja yang penulis harapkan adalah minimal 80% dari jumlah siswa keseluruhan. Hasil belajar Matematika secara umum sudah berhasil walaupun tidak bisa mencapai 100% dari jumlah siswa keseluruhan, namun siswa yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan KKM yang ditentukan yaitu 6,5

(13)

sebanyak 19 siswa (90%). Sedangkan siswa yang tidak mencapai KKM 6,5 hanya 2 siswa (10%).

Berdasarkan hasil penelitian di atas maka dapat diketahui peningkatan hasil belajar materi operasi hitung pecahan siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan tutor sebaya Hasil belajar siswa berdasarkan ulangan harian (unjuk kerja), tes dari Siklus I dan Siklus II selalu mengalami kenaikan.

Bila dituangkan dalam bentuk grafik maka akan tampak perbandingan pembelajaran Matematika materi operasi hitung pecahan sebagai berikut.

Perbandingan Hasil Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Gambar 4.4 Diagram perbandingan hasil belajar Matematika 4.5. Pembahasan Hasil Penelitian

4.5.1 Pembahasan Siklus I

Fokus perbaikan pada penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar matematika melalui pendekatan tutor sebaya. Suryo dan Amin (1984:51) mengemukakan bahwa pendekatan tutor sebaya ini merupakan strategi yang menarik sebab seorang atau beberapa orang siswa yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu siswa-siswa tertentu yang mengalami kesulitan belajar. Kelebihan strategi ini adalah dapat melibatkan seluruh siswa dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada orang lain.

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 Pra Siklus 38%

sebanyak 19 siswa (90%). Sedangkan siswa yang tidak mencapai KKM 6,5 hanya 2 siswa (10%).

Berdasarkan hasil penelitian di atas maka dapat diketahui peningkatan hasil belajar materi operasi hitung pecahan siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan tutor sebaya Hasil belajar siswa berdasarkan ulangan harian (unjuk kerja), tes dari Siklus I dan Siklus II selalu mengalami kenaikan.

Bila dituangkan dalam bentuk grafik maka akan tampak perbandingan pembelajaran Matematika materi operasi hitung pecahan sebagai berikut.

Perbandingan Hasil Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Gambar 4.4 Diagram perbandingan hasil belajar Matematika 4.5. Pembahasan Hasil Penelitian

4.5.1 Pembahasan Siklus I

Fokus perbaikan pada penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar matematika melalui pendekatan tutor sebaya. Suryo dan Amin (1984:51) mengemukakan bahwa pendekatan tutor sebaya ini merupakan strategi yang menarik sebab seorang atau beberapa orang siswa yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu siswa-siswa tertentu yang mengalami kesulitan belajar. Kelebihan strategi ini adalah dapat melibatkan seluruh siswa dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada orang lain.

Pra Siklus Siklus I Siklus II 38% 67% 90% 62% 33% 10% Tuntas Belum Tuntas

sebanyak 19 siswa (90%). Sedangkan siswa yang tidak mencapai KKM 6,5 hanya 2 siswa (10%).

Berdasarkan hasil penelitian di atas maka dapat diketahui peningkatan hasil belajar materi operasi hitung pecahan siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan tutor sebaya Hasil belajar siswa berdasarkan ulangan harian (unjuk kerja), tes dari Siklus I dan Siklus II selalu mengalami kenaikan.

Bila dituangkan dalam bentuk grafik maka akan tampak perbandingan pembelajaran Matematika materi operasi hitung pecahan sebagai berikut.

Perbandingan Hasil Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Gambar 4.4 Diagram perbandingan hasil belajar Matematika 4.5. Pembahasan Hasil Penelitian

4.5.1 Pembahasan Siklus I

Fokus perbaikan pada penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar matematika melalui pendekatan tutor sebaya. Suryo dan Amin (1984:51) mengemukakan bahwa pendekatan tutor sebaya ini merupakan strategi yang menarik sebab seorang atau beberapa orang siswa yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu siswa-siswa tertentu yang mengalami kesulitan belajar. Kelebihan strategi ini adalah dapat melibatkan seluruh siswa dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada orang lain.

Tuntas Belum Tuntas

(14)

45

Berdasarkan hasil penelitian, kegiatan pembelajaran di kelas V SD N Krandon Lor 02 Kabupaten Semarang terlihat bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa setelah diadakan pembelajaran dengan pendekatan tutor sebaya, sebelum diadakan tindakan skor rata-rata 60 dan setelah diadakan tindakan penelitian pada siklus I nilai rata-rata menjadi 60 dengan nilai tertinggi 10 dan nilai terendah 4,0. Hasil ini menunjukkan bahwa pembelajaran telah berhasil baik dengan indikator keberhasilannya >80 dengan tingkat keberhasilan 67% dari jumlah siswa sebanyak 21 siswa, dan pada siklus I ini hasil belajar siswa sudah meningkat, tetapi masih ada yang belum tuntas dengan persentase 33%. Walaupun persentase ini sudah cukup besar namun belum memenuhi ketuntasan yang ingin dicapai sebesar 80% dari seluruh siswa sehingga perlu dilakukan tindakan siklus II.

Perolehan hasil belajar pada siklus I ini masih belum optimal, beberapa kekurangan dalam penelitian tindakan siklus I ini antara lain dalam menyampaikan tujuan pembelajaran guru terlalu cepat, sehingga siswa kurang mengerti apa yang harus dia pahami ketika pembelajaran, selain itu pemberian kesimpulan pada ahir pembelajaran perlu dilakukan bersama-sama siswa, perlu dilakukan penataan tempat duduk agar ketika pembelajaran siswa dapat terlayani semua, dalam manajemen waktu pembelajaran perlu ditingkatkan sehingga pembelajaran belangsung efektif dan efisien. Semua siswa harus beraktifitas positif dalam pembelajaran sehingga siswa memperoleh manfaat pembelajaran melalui pendekatan tutor sebaya.

4.3.2 Pembahasan Siklus II

Perbaikan hasil belajar siswa pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan baik peran guru, prosentase pembelajaran maupun prosentase ketuntasan belajar. Namun demikian hasil belajar siswa belum maksimal. Dari kegiatan refleksi teridentifikasi bahwa dalam menyampaikan tujuan pembelajaran guru terlalu cepat, selain itu pemberian kesimpulan pada ahir pembelajaran belum dilakukan bersama-sama dengan siswa. penataan tempat duduk yang kurang optimal, kemudian kurang tepatnya manajemen waktu pembelajaran. Belum semua siswa beraktifitas positif dalam pembelajaran.

(15)

Selanjutnya pada siklus II penelitian perbaikan hasil belajar siswa difokuskan pada kekurangan di siklus I. Selama proses pembelajaran, siswa tampak lebih beraktifitas positif. Pada penelitian siklus I ketuntasan hasil belajar sebesar 67% dan nilai rata-rata 6,4 dengan nilai tertinggi 10 dan nilai terendah 4,0. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 90% dan nilai rata-rata meningkat menjadi 7,9 dengan nilai tertinggi 10 dan skor terendah 6,0. Meskipun belum dapat mencapai 100%, namun dapat dikatakan bahwa siswa telah mencapai ketuntasan belajar karena telah memenuhi standar ketuntasan belajar 80%.

Sampai pada perbaikan hasil belajar siklus II, masih ditemukan 2 siswa (10%) dalam satu kelas yang belum berhasil mencapai KKM. Hal ini bukan karena kemampuan siswa yang kurang dalam pembelajaran namun karena kurang aktifnya mereka ketika diskusi bersama dibanding dengan siswa yang lain sehingga mempengaruhi nilai proses mereka.

4.5.3 Pembahasan Perbandingan Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II

Pada kondisi awal (pra siklus) sebelum diadakan penelitian tindakan di kelas V SD N Krandon Lor 02 Kabupaten Semarang nilai rata-rata 6,0 dan setelah diadakan tindakan penelitian pada siklus I nilai rata-rata menjadi 6,4 dengan nilai tertinggi 10 dan nilai terendah 4,0. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar dengan tingkat keberhasilan 67% dari jumlah siswa sebanyak 21 siswa, tetapi masih terdapat 33% siswa belum tuntas sehingga perlu diadakan pelaksanaan tindakan siklus II. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 90% dan nilai rata-rata meningkat menjadi 7,9 dengan nilai tertinggi 10 dan nilai terendah 6,0. Meskipun belum dapat mencapai 100%, namun dapat dikatakan bahwa siswa telah mencapai ketuntasan belajar sebab telah memenuhi standar ketuntasan belajar 80%.

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini terbukti bahwa melalui pendekatan tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V di SD Negeri Krandon Lor 02 pada semester II tahun ajaran 2011-2012.

Gambar

Gambar 4.1 Diagram hasil belajar siswa sebelum ada tindakan
Gambar 4. 2 Diagram Ketuntasan Siklus I
Tabel 4.3 Ketuntasan belajar Siklus II
Gambar 4.3 Diagram Ketuntasan Belajar Siklus II
+2

Referensi

Dokumen terkait

indeks LQ45 tahun 2009-2012; (2) Price Earning Ratio (PER) memiliki pengaruh positif signifikan terhadap harga saham perusahaan pada indeks LQ45 tahun 2009-2012; (3)

melakukan penelitian dalam bentuk skripsi yang berjudul “Peranan Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Konsumen yang Datang Untuk Menikmati Hidangan di Miyazaki

Hasil penelitian sebagai berikut: (1) nilai karakter pelaut yang sudah dikembangkan pada taruna Pertikepel adalah nilai karakter pelaut disiplin; (2) nilai- nilai karakter

[r]

Berdasarkan uraian hasil studi pendahuluan sebelumnya, menarik minat peneliti untuk menggali lebih jauh mengenai “ hubungan antara tingkat pengetahuan dan peran orang

Kategori sangat valid dilihat dari hasil pengembangan pada LKS ini dengan kegiatan berpikir kreatif Ayo Berkreasi melalui aksi bersih lingkungan pada LKS, diikuti

Hasil penelitian ini diambil dari data observasi aktivitas siswa pada setiap pertemuan, wawancara kepada sampel terpilih, dan dokumentasi, kemudian dapat disimpulkan

Oleh karena itu, penelitian ini bermaksud untuk menganalisis pengaruh belanja pemerintah dan pembiayaan bank syariah terhadap pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan data panel