i
UPAYA PENINGKATAN MINAT DAN HASIL
BELAJAR SISWA MELALUI METODE LEARNING
START WITH A QUESTION PADA SISWA KELAS XI
SMAN 1 KENDAL
SKRIPSI
Disajikan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
oleh
Adhi Tya Restu Nugroho 4201410042
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
ii
hari terbukti terdapat plagiat, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
iii
Ujian Skripsi pada
Hari : Kamis
Tanggal : 29 januari 2015
Semarang, 26 Januari 2015
iv
Upaya Peningkatan Minat dan Hasil Belajasr Siswa melalui Metode
Learning Start With A Question pada Siswa Kelas XI SMAN 1 Kendal
disusun oleh
Adhi Tya Restu Nugroho
4201410042
telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES pada
v
“Sesungguhnya kesulitan itu selalu disertai dengan kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain dan hanya kepada
Tuhanlah hendaknya kamu berharap “(QS Al -Insyiroh : 6-8).
Dengan bakat kita dapat pergi melangkah jauh, tetapi dengan kerja keras kita dapat melangkah kemanapun (Hiruma Yoichi).
Bermimpilah! Maka tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu (Andrea Hirata).
Harta yang paling berharga adalah keluarga.
Persembahan
Skripsi ini kami persembahkan untuk orang-orang
terkasih,
Bapakku „Trimo Raharjo‟ dan almarhum ibuku „Sugiarti‟ yang selalu menyayangiku, memberikan nasihat dan
mendoakanku.
Istriku tercinta „Reskyana Juwita Wardhani‟ yang tak kenal lelah mensupportku dan selalu setia bersamaku.
Putriku tersayang „Balqisha Shakelaa Putri Ayana‟ sebagai anugrah terindah dalam hidup.
Teman-teman PGSBI 2010 dan teman-teman Risa Kos yang selalu membuatku tertawa.
Teman-teman Pendidikan Fisika 2010 serta semua pihak yang selalu memberi masukan.
Almamaterku UNNES yang telah memberikanku pengetahuan fasilitas, pengalaman, dan keluarga selama aku belajar.
vi
pada Siswa Kelas XI SMAN 1 Kendal” dapat selesai.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak berupa
saran, bimbingan, maupun petunjuk dan bantuan dalam bentuk lain, maka penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang.
2. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si., Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang.
3. Dr. Khumaedi M.Si., Ketua Jurusan FisikaUniversitas Negeri Semarang.
4. Drs. Sukiswo Supeni Edie, M.Si, Dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada penulis selama
penyusunan skripsi.
5. Sugiyanto, M.Si, Dosen wali yang telah memberikan arahan dan motivasi
kepada penulis selama masa kuliah.
6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Fisika yang telah memberikan bekal
pengetahuan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
7. Sunarto, S.Pd, M.Pd, Kepala SMAN 1 Kendal yang telah memberikan ijin
penelitian.
8. Markamah,S.Pd, M.Pd, Guru Fisika kelas XI SMAN 1 Kendal yang telah
membantu terlaksananya penelitian ini.
9. Guru-guru, karyawan, dan siswa-siswi kelas XI IPA SMAN 1 Kendal
vii
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena
kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini
dapat memberikan manfaat bagi penulis pada khususnya, lembaga, masyarakat,
dan pembaca pada umumnya.
Semarang, 28 Januari 2015
viii
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Drs. Sukiswo Supeni Edie, M.Si.
Kata Kunci : Minat, Hasil Belajar, Learning Start With A Question.
Salah satu penyebab rendahnya minat dan hasil belajar kognitif siswa adalah proses pembelajaran yang masih dimominasi metode ceramah yang berpusat pada guru sehingga siswa tidak terlibat aktif dalam pembelajaran. Model pembelajaran saat ini meyakini bahwa anak akan belajar lebih baik jika mereka ikut aktif dalam proses pembelajaran. Minat dan hasil belajar kognitif siswa yang rendah terjadi pada banyak mata pelajaran, termasuk fisika. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bahwa metode pembelajaran Learning Start With A Question dapat meningkatkan minat dan hasil belajar kognitif siswa pada siswa kelas XI SMAN 1 Kendal tahun ajaran 2014/2015.
ix
HALAMAN PERNYATAAN ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GRAFIK ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian. ... 5
1.5 Pembatasan Masalah. ... 6
1.6 Penegasan Istilah . ... 6
1.6.1 Peningkatan ... 6
1.6.2 Minat………. ... 7
1.6.3 Hasil Belajar ... 7
1.6.4 Metode Learning Start With A Question ... 8
1.7 Sistematika Penulisan Skripsi ... 8
BAB 2 LANDASAN TEORI .. ... 11
2.1 Belajar ……… ... 10
2.2 Metode Pembelajaran ... 11
2.3 Minat ………….. ... 12
x
Question ... 17
2.5.3 Kelebihan dan Kekurangan Metode Learning Start With A Question ... 18
2.5.4 Upaya Peningkatan Minat dan Hasil Belajar Fisika Siswa melalui Metode Learning Start With A Question . 18 2.6 Kerangka Berpikir Penelitian ... 20
2.7 Momentum, Impuls dan Tumbukan ... 23
2.7.1 Momentum dan Impuls ... 23
2.7.2 Hubungan Momentum dengan Impuls ... 23
2.7.3 Hukum Kekekalan Momentum ... 24
2.7.4 Tumbukan ... 25
2.8 Hipotesis ... 26
BAB 3 METODE PENELITIAN ... 27
3.1 Populasi dan Sampel ... 27
3.1.1 Populasi ... 27
3.1.1 Sampel ... 27
3.2 Lokasi, waktu dan subjek penelitian ... 27
3.3 Variabel Penelitian ... 27
3.1.1 Variabel Independen ... 28
3.1.1 Variabel Dependen ... 28
3.4. Prosedur Penelitian... 28
3.5 Metode Pengumpulan Data ... 29
3.5.1 Metode Observasi... 29
3.5.2 Metode Dokumentasi ... 29
3.5.3 Metode Angket ... 29
3.5.4 Metode Tes ... 30
xi
3.7 Metode Analisis Data ... 36
3.7.1 Analisis Tahap Awal ... 36
3.7.2 Analisis Tahap Akhir ... 38
3.7.2.1 Uji Normalitas Data ... 38
3.7.2.2 Uji t-test Satu Pihak ... 39
3.7.2.3 Uji Gain ... 40
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42
4.1 Kegiatan Penelitian ... 42
4.1.1 Pelaksanaan Pembelajaran ... 42
4.1.2 Hasil Belajar Siswa ... 43
4.1.3 Analisis Tahap Akhir ... 46
4.1.3.1 Uji Normalitas ... 46
4.1.3.2 UJi Hipotesis (uji pihak kanan) ... 46
4.2 Pembahasan …. ... 47
4.2.1 Hasil Belajar kognitif ... .. 47
4.2.2 Hasil Belajar Afektif (minat siswa) ... ... 49
BAB 5 PENUTUP……… ... 52
5.1 Kesimpulan……. ... 52
5.2 Saran... ... 52
5.2 Keterbatasan Penelitian... ... 53
DAFTAR PUSTAKA... ………. ... 54
xii
3.2 Hasil uji validitas instrumen tes ... 33
3.3. Tingkat kesukaran instrumen tes ... 36
3.4 Klasifikasi daya pembeda… ... 37
3.5 Daya Pembeda insrumen tes ... 37
3.6 Uji homogenitas sampel penelitian… ... 39
4.1 Hasil belajar kognitif siswa dan afektif siswa ... ... 43
xiii
2.2 Tumbukan dua buah benda... ... 24
4.1 Grafik rata-rata nilai pretest dan posttest siswa ... ... 44
4.2 Grafik presentase rata-rata minat siswa sebelum dan setelah
xiv
2. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 60
3. Daftar Nama Siswa kelas XI MIA 2.1 ... 67
4. Uji Homogenitas Populasi ... 78
5. Analisis Validitas, Tingkat Kesukaran, dan Daya Pembeda Soal ... 70
6. Analisis Reliabilitas Instrumen ... 73
9. Instrumen tes ... 74
10. Kisi-kisi Instrumen tes ... 78
11. Angket Minat Siswa ... 81
13. Lembar Praktikum Impuls dan Momentum ... 83
14. Lembar Praktikum Tumbukan ... 85
15. Hasil Belajar Kognitif Siswa ... 88
16. Analisis Minat Siswa ... 89
20. Uji Normalitas Nilai Posttest Siswa ... 90
21. Analisis Uji t Hasil Belajar Siswa ... 91
22. Analisis Uji t Minat Siswa ... 93
22. Analisis Uji Gain Peningkatan Hasil Belajar Siswa ... 95
22. Analisis Uji Gain Peningkatan Minat Siswa ... 96
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pendidikan merupakan proses yang sangat menentukan untuk
perkembangan individu dan perkembangan masyarakat. Kemajuan suatu
masyarakat dapat dilihat dari perkembangan pendidikanya. Menurut Ihsan (2008:
1), “pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan
potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai
yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan”.
Di Indonesia, tujuan pendidikan nasional dirumuskan dalam
Undang-undang No.20 tahun 2003 pasal 3 yaitu: (i) mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, (ii) mengembangkan
potensi peserta didik, (iii) menjadikan peserta didik manusia yang beriman,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Tujuan pendidikan tersebut dapat tercapai secara optimal apabila guru
sebagai pendidik selalu mengembangkan proses pembelajaran yang sesuai dengan
kondisi terkini. Salah satu masalah yang dihadapi untuk meningkatkan mutu
pendidikan adalah proses pembelajaran yang masih lemah. Trianto (2007: 2)
menyatakan hasil belajar yang masih rendah disebabkan oleh proses pembelajaran
menggunakan metode ceramah dengan suasana kelas cenderung teacher-centered
sehingga membuat siswa pasif.
Mata pelajaran fisika merupakan salah satu mata pelajaran sains yang
diharapkan sebagai sarana mengembangkan kemampuan berpikir analitis deduktif
dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai
peristiwa alam. Tujuan pembelajaran mata pelajaran fisika SMA yang
dicanangkan Depdiknas (2006: 443) adalah: (i) sebagai sarana meningkatkan
keyakinan terhadap tuhan YME, (ii) memupuk sikap ilmiah dan dapat bekerja
sama dengan orang lain, (iii) memberi pengalaman untuk dapat merumuskan
masalah dan mengajukan hipotesis, (iv) mengembangkan kemampuan berpikir
analisis induktif dan deduktif, dan (v) menguasai pengetahuan, konsep, dan
prinsip fisika, serta memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap ilmiah.
Hasil belajar mata pelajaran fisika yang terukur pada nilai rata-rata
ulangan umum masih kurang memuaskan dan membawa keprihatinan para
pendidik khususnya guru-guru fisika. Minat untuk mempelajari konsep-konsep
fisika juga masih rendah. Hasil penelitian Hari (2008) sebagaimana dikutip oleh
Samudra et al. (2014:1) menyatakan bahwa fisika adalah mata pelajaran yang sulit untuk dipelajari dan tidak disukai oleh siswa khususnya siswa SMA. Kondisi
pembelajaran fisika yang seperti itu dan kurangnya minat belajar siswa,
menyebabkan ketuntasan pembelajaran fisika relatif rendah.
SMAN 1 Kendal merupakan sekolah unggulan di Kabupaten Kendal. Nilai
rata-rata siswa yang terukur pada raport tinggi, termasuk mata pelajaran fisika.
metode pembelajaran yang sering digunakan oleh guru adalah metode ceramah
yang berpusat pada guru (teacher-centered). Metode ceramah menyebabkan siswa menjadi cepat bosan dan kurang aktif dalam belajar. Oleh karena itu perlu ada
inovasi baru yang bisa merubah pendekatan pembelajaran dari teacher-centered
menjadi student-centered, agar siswa menjadi lebih aktif dan kondisi kelas menjadi lebih menyenangkan.
Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa pembelajaran fisika di
SMAN 1 Kendal masih belum maksimal. Perlu ada metode pembelajaran yang
lebih baik daripada metode ceramah. Metode pembelajaran yang digunakan harus
mampu memunculkan keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran, yang
meliputi kemampuan untuk bertanya, menjawab pertanyaan, dan mengungkapkan
gagasan dalam diskusi kelompok sehingga aktivitas siswa dalam pembelajaran
dan hasil belajar siswa akan meningkat.
Model pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan keaktifan siswa
adalah model pembelajaran aktif (Active Learning). Active Learning suatu pembelajaran menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk
dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi
kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam
kehidupan mereka (Sanjaya, 2005: 109).
Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk
meningkatkan aktivitas siswa di kelas adalah metode Learning Starts with A Question. Zaini et al. (2008:44) menyatakan “Learning Starts with A Question
mengharuskan siswa untuk membaca materi terlebih dahulu dengan tuuan agar
siswa aktif dalam bertanya Dengan membaca, maka siswa memiliki gambaran
tentang materi yang akan dipelajari sehingga apabila dalam pembelajaran terjadi
kesalahan konsep, dapat dibahas serta dibenarkan secara bersama-sama.
Pembelajaran dengan metode Learning Starts With A Question dimulai dari pertanyaan siswa yang bekerja dalam kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang.
Metode ini dapat merangsang keaktifan belajar siswa karena siswa akan saling
berkelompok dalam membuat pertanyaan dan berbagi pengetahuan ketika
menyelesaikan tugas.
Dari keterangan di atas, penulis mencoba melakukan penelitian dengan
metode pembelajaran Learning Start with A Question untuk diterapkan dalam pembelajaran fisika di SMAN 1 Kendal. Dari hasil penelitian akan diketahui
apakah metode pembelajaran ini efektif atau tidak dalam meningkatkan hasil
belajar siswa.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah: apakah pembelajaran fisika dengan metode
pembelajaran Learning Start With A Question pada siswa kelas XI SMAN 1 Kendal tahun ajaran 2014/2015 dapat meningkatkan hasil belajar kognitif dan
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: meningkatkan hasil
belajar kognitif dan afektif berupa minat siswa melalui metode pembelajaran
Learning Start With A Question pada siswa kelas XI SMAN 1 Kendal tahun ajaran 2014/2015.
1.4
Manfaat Penelitian
Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat bagi:
a. Bagi Siswa
1. Siswa dapat memperoleh cara belajar yang lebih efektif dan
menyenangkan dalam mempelajari materi fisika di kelas.
2. Meningkatkan aktivitas siswa dan keefektifan belajar siswa di dalam kelas.
b. Bagi Guru
1. Mengetahui keunggulan dari metode Learning Start With A Question
dalam meningkatkan minat dan hasil belajar kognitif siswa pada
pembelajaran fisika.
2. Sebagai pertimbangan dalam variasi pembelajaran fisika.
c. Bagi sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk memperkaya
metode pembelajaran yang dipakai saat ini di SMAN 1 Kendal sehingga dapat
meningkatkan potensi belajar siswa.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru bagi penulis
sehingga dapat diterapkan di kehidupan mendatang.
1.5
Pembatasan Masalah
Agar dalam penelitian ini dapat mencapai sasaran dan tujuan yang
diharapkan secara optimal, maka perlu adanya pembatasan masalah sebagai
berikut:
1) Penelitian ini hanya dilaksanakan pada siswa kelas XI MIA 2.1 SMA Negeri
1 Kendal tahun ajaran 2014/2015 dengan materi impuls dan momentum.
2) Penelitian terbatas pada pembelajaran dengan metode Learning Start With A Question untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa.
3) Penelitian ini mengukur peningkatan hasil belajar siswa dalam ranah kognitif,
sedangkan minat siswa termasuk dalam ranah afektif.
1.6
Penegasan Istilah
Untuk menghindari salah penafsiran yang berbeda mengenai judul skripsi,
maka beberapa istilah yang terdapat dalam judul tersebut perlu dijelaskan.
Adapun istilah yang perlu dijelaskan:
1.6.1 Peningkatan
Dalam Kamus Bahasa Indonesia (2008: 1712), kata peningkatan adalah
Sedangkan peningkatan yang penulis maksudkan dalam penelitian ini
adalah proses meningkatkan minat dan hasil belajar siswa dengan cara
meningkatkan keterampilan belajarnya.
1.6.2 Minat
Dalam Kamus Bahasa Indonesia (2008: 957), kata minat berarti
“kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu”.
Menurut Yamin (2009: 80) minat berhubungan erat dengan motivasi.
Motivasi mendorong dan mengarahkan minat belajar untuk tercapai suatu tujuan.
Motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis dalam diri seseorang untuk
dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan dan pengalaman.
Dalam penelitian nanti, penulis akan mengukur minat siswa terhadap mata
pelajaran fisika dengan menggunakan angket yang akan diisi oleh siswa.
1.6.3 Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia
menerima perlakukan dari pengajar.
Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah
psikologi yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa.
Tetapi hal ini sangat sulit dilakukan karena ada hasil belajar yang bersifat
intangible (tak dapat diraba). Oleh karena itu yang dapat dilakukan oleh guru adalah mengamati perubahan tingkah laku yang dapat mencerminkan perubahan
akibat hasil belajar siswa, yaitu di ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik (Syah,
1.6.4 Metode Learning Start With A Question
Menurut Zaini et al. (2008:44), “Learning Start With A Question adalah
suatu metode pembelajaran aktif dalam bertanya”. Metode ini mengharuskan
siswa untuk membaca materi terlebih dahulu. Dengan membaca maka siswa
memiliki gambaran tentang materi yang akan dipelajari, sehingga siswa lebih aktif
dalam pembelajaran. Membaca juga dapat merangsang siswa untuk memetik bahan-bahan pokok penting.
1.7
Sistematika Penulisan Skripsi
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari 3 bagian yaitu sebagai berikut:
1) Bagian awal
Bagian ini terdiri dari halaman judul, halaman pernyataan, halaman
persetujuan, halaman pengesahan, halaman motto dan persembahan, kata
pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.
2) Bagian isi
Bagian ini terdiri dari 5 bab yaitu sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan
Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, pembatasan masalah, penegasan
istilah, dan sistematika penulisan skripsi
Berisi teori-teori yang mendukung dan berkaitan dengan
permasalahan serta hipotesis penelitian
Bab III : Metode Penelitian
Berisi waktu dan lokasi penelitian, populasi dan sampel,
rancangan dan desain penelitian, variabel penelitian, serta teknik
pengumpulan, teknik pengolahan, dan analisis data.
Bab IV : Hasil penelitian dan pembahasan
Berisi hasil-hasil penelitian dan pembahasannya.
Bab V : Penutup
Berisi simpulan dari hasil penelitian dan saran.
3) Bagian Akhir
10
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Belajar
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar
merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti berhasil atau tidaknya
pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses
belajar yang dialami oleh siswa.
Ada banyak definisi tentang belajar yang dikemukakan oleh para ahli.
Skinner sebagaimana dikutip oleh Syah (2003:64), berpendapat belajar adalah
suatu proses adaptasi yang berlangsung secara pogresif. Menurut Chaplin
sebagaimana dikutip oleh Syah (2003:65), belajar adalah proses memperoleh
respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus. Sedangkan menurut
Hintzman sebagaimana dikutip oleh Syah (2003:65), belajar adalah suatu
perubahan yang terjadi dalam diri organisme disebabkan oleh pengalaman yang
dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.
Dari definisi diatas kita tahu bahwa belajar merupakan sebuah proses suatu
kegiatan, bukan suatu hasil maupun tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, tetapi
mengalami. Dan hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan
2.2
Metode Pembelajaran
Proses pembelajaran di kelas pasti melahirkan interaksi antara guru dan
siswa. Guru akan berusaha mengatur lingkungan belajar agar bergairah bagi anak
didik sehingga harus mempersiapkan program pengajaran yang baik dan
sistematis.
Seorang guru harus dapat memahami metode pembelajaran yang akan
diterapkan di kelas. Metode pembelajaran adalah salah satu komponen yang
berperan dalam keberhasilan belajar mengajar. Dengan memahami metode
pembelajaran, maka guru akan lebih baik dalam menyampaikan suatu materi
sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Ada banyak metode yang bisa digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
Ibrahim & Syaodih (2003: 105-107) menjelaskan beberapa metode pembelajaran
yang sering digunakan oleh guru, diantaranya: metode ceramah, metode tanya
jawab, metode diskusi, metode demonstrasi, metode eksperimen, metode
pemberian tugas, metode karyawisata, dan metode sosiodrama (role-playing). Pelaksanaan pembelajaran dengan metode Learning Starts with A Question
termasuk dalam metode tanya jawab, diskusi, dan eksperimen.
Ada dua faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih suatu metode
pembelajaran. Ibrahim & Syaodih (2003: 108) menjelaskannya sebagai berikut:
1) Kesesuaian dengan tujuan instruksional
Setiap metode pembelajaran memiliki kekuatan dan kelemahan. Namun
metode pembelajaran apapun yang digunakan harus jelas tujuan yang dicapai,
setiap program pengajaran memiliki berbagai tujuan instruksional yang berbeda,
sebaiknya digunakan kombinasi berbagi metode mengajar yang relevan, yang
akan membuat proses belajar lebih hidup, aktif, dan bermakna.
2) Keterlaksanaan dilihat dari waktu dan sarana
Dalam memilih metode pembelajaran juga perlu dipertimbangkan waktu
dan sarana yang tersedia. Sebagai contoh metode karyawisata tidak bisa dilakukan
setiap hari. Dalam memilih metode pengajaran hendaknya diupayakan pula agar
dapat terwujud proses belajar-mengajar yang menantang dan bermakna serta
banyak melibatkan keaktifan siswa.
2.3
Minat
Hamalik (2009: 33) menyatakan belajar dengan minat akan mendorong
siswa belajar lebih baik daripada belajar tanpa minat. Minat ini timbul apabila
siswa tertarik akan sesuatu yang sesuai dengan kebutuhannya dan merasakan hal
itu bermakna bagi dirinya. Namun jika sudah ada minat tapi tanpa adanya usaha
yang baik dalam belajar, maka belajar juga akan sulit berhasil.
Menurut Ibrahim & Syaodih (2003: 26-27) setiap anak mempunyai minat
dan kebutuhan sendiri-sendiri. Bahan ajar dan cara penyampaian disesuaiakan
dengan minat dan kebutuhan tersebut. Walaupun hampir tidak mungkin
menyesuaiakan pengajaran dengan minat dan kebutuhan setiap siswa, namun
sedapat mungkin hal tersebut harus dipenuhi. Pengajaran perlu memperhatikan
perhatian. Sesuatu yang menarik minat dan dibutuhkan anak, akan menarik
perhatiannya, dengan demikian mereka akan bersungguh-sungguh dalam belajar.
Dalam penelitian ini, minat belajar siswa termasuk dalam penilaian afektif.
Menurut Krathwol sebagaimana dikutip oleh Phopam & Baker (2005:31-32)
penilaian afektif dibagi dalam lima taraf, yaitu:
1) Memperhatikan
Taraf pertama ini adalah mengenai kepekaan siswa terhadap sesuatu, yaitu
menyangkut kesediaan siswa untuk menerima atau memperhatikannya.
2) Merespon
Pada taraf ini siswa sudah memiliki motivasi yang cukup sehingga mereka
sudah merespon suatu fenomena, tidak hanya memperhatikan saja fenomena
tersebut.
3) Menghayati nilai
Pada taraf ini tampak bahwa siswa sudah menghayati nilai tertentu. Perilaku
siswa sudah cukup konsisten sehingga mereka sudah dipandang sebagai
orang yang sudah menghayati nilai yang bersangkutan.
4) Mengorganisasikan
Dalam mempelajari suatu nilai, siswa akan menghadapi situasi yang
mengandung lebih dari satu nilai. Karena itu siswa perlu mengorganisasikan
nilai-nilai tersebut menjadi suatu sistem sehingga nilai tersebut lebih
memberikan pengarahan terhadapnya.
Pada taksonomi afektif ini siswa telah mendarah-dagingkan nilai-nilai
sedemikian rupa sehingga dalam prakteknya mereka sudah dapat digolongkan
sebagai orang yang memegang nilai atau seperangkat nilai tertentu.
Taraf-taraf di atas digunakan oleh penulis sebagai dasar membuat
instrumen penelitian untuk mengukur seberapa besar minat siswa pada
pembelajaran fisika.
2.4
Hasil Belajar
Pengungkapan hasil belajar meliputi seluruh ranah psikologis yang
berubah sebagai akibat dari pengalaman dan proses belajar siswa. Namun, pada
kenyataannya untuk dapat mengungkapkan hal tersebut sangatlah sulit
dikarenakan beberapa perubahan hasil belajar ada yang bersifat intangible (tidak dapat diraba), oleh karena itu dalam penelitian ini hanya akan diambil cuplikan
perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat
mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar, yaitu perubahan pada
ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik (Syah, 2010: 148). Yamin (2009: 86)
menyatakan hasil belajar dapat diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan,
sikap, dan keterampilan.
Untuk mengungkap hasil belajar pada ketiga ranah (kognitif, afektif, dan
psikomotor), diperlukan indikator-indikator sebagai penunjuk bahwa seseorang
telah berhasil meraih prestasi pada tingkat tertentu. Pengetahuan dan pemahaman
yang mendalam mengenai indikator-indikator prestasi belajar sangat diperlukan
Dalam penelitian ini, peningkatan hasil belajar siswa lebih
menitikberatkan pada penilaian kognitif. Menurut Bloom sebagaimana dikutip
oleh Phopam & Baker (2005: 29-30) penilian kognitif memiliki enam taraf, yaitu:
1) Pengetahuan
Pengetahuan mencakup ingatan tantang sesuatu yang khusus dan umum,
tentang metode dan proses, dan tentang pola struktur.
2) Pemahaman
Taraf ini mencakup bentuk pengertian yang paling rendah. Taraf ini
berhubungan dengan pemahaman yang menunjukkan bahwa siswa
mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat menggunakan bahan
pengetahuan tanpa perlu menghubungkannya dengan yang lain.
3) Aplikasi
Aplikasi mencakup digunakannya abstraksi dalam situasi yang khusus atau
konkret. Abstraksi yang diterapkan dapat berbentuk prosedur, gagasan umum,
atau metode yang digeneralisasikan. Dapat juga berupa ide, prinsip-prinsip
teknis, atau teori-teori yang harus diingat dan diterapkan.
4) Analisis
Analisis mencakup penguraian suatu ide ke dalam unsur-unsur pokoknya
sehingga menjadi lebih jelas. Analisis digunakan untuk memperjelas suatu ide
dan menunjukkan bagaimana ide tersebut disusun.
5) Sintesis
Sintesis mencakup kemampuan menyatakan unsur-unsur atau bagian-bagian
menghubungkan potongan-potongan dan menyusunnya sehingga terbentuklah
pola atau struktur yang sebelumnya belum tampak jelas.
6) Evaluasi
Evaluasi menyangkut penilaian bahan dan metode untuk mencapai tujuan
tertentu.Penilaian kuantutatif dan kualitatif diadakan untuk melihat sejauh
mana bahan dan metode memenuhi kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan
ditentukan oleh siswa sendiri, maupun oleh orang lain.
Taraf-taraf di atas digunakan oleh penulis sebagai dasar membuat
instrumen tes untuk mengukur seberapa besar kemampuan kognitif siswa pada
pembelajaran fisika.
2.5
Pembelajaran Fisika dengan Metode
Learning Start With A
Question
2.5.1 Pengertian Metode Learning Start With A Question
Menurut Zaini et al. (2008:44), “Learning Start With A Question adalah
suatu metode pembelajaran aktif dalam bertanya”. Metode ini mengharuskan
siswa untuk membaca materi terlebih dahulu. Dengan membaca maka siswa
memiliki gambaran tentang materi yang akan dipelajari, sehingga siswa lebih aktif
dalam pembelajaran. Membaca juga dapat merangsang siswa untuk memetik bahan-bahan pokok penting. Pembelajaran dengan metode ini dimulai dari
menjawab pertanyaan siswa yang bekerja dalam kelompok kecil yang berjumlah
Menurut Silberman (2009:144) satu cara menciptakan pola belajar aktif
adalah dengan merangsang siswa untuk bertanya tentang mata pelajaran mereka.
Metode Learning Start With A Question adalah suatu strategi sederhana yang dapat merangsang siswa untuk bertanya, dan bertanya adalah kunci belajar.
Learning Starts with A Question merupakan strategi sederhana yang dapat diaplikasikan pada situasi sehari-hari dalam proses pembelajaran. Metode ini
dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran dan dapat memberikan
langkah untuk berkomunikasi dua arah antara guru dan siswa, sehingga mampu
menggugah keinginan siswa untuk bertanya.
2.5.2 Langkah-langkah Pembelajaran Fisika dengan Metode Learning Start
With A Question
Langkah-langkah dalam menerapkan Learning Starts with a Question
menurut Marno dan Idris (2009: 151-152) adalah sebagai berikut :
1) Bagikan bahan belajar berupa modul atau buku dan mintalah mereka belajar
secara berkelompok.
2) Guru memberikan pertanyaan tentang materi yang akan diajarkan untuk
merangsang keaktifan siswa di awal pembelajaran.
3) Siswa diminta membuat pertanyaan tentang hal-hal yang belum dimengerti.
4) Kumpulkan semua pertanyaan dan kelompokkan jenisnya atau yang paling
banyak dibutuhkan siswa.
5) Mulailah pelajaran dengan menjawab dan menjelaskan hal yang ditanyakan.
2.5.3 Kelebihan dan Kekurangan Metode Learning Start With A Question
Semua metode pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan.
Demikian juga dengan metode Learning Starts with a Question. Susatyo et al.
(2009: 407) menjelaskan beberapa kelebihan dan kekurangan metode ini.
Kelebihan dari metode Learning Starts with a Question adalah: (i) siswa menjadi siap memulai pelajaran, karena siswa belajar terlebih dahulu sehingga
memiliki sedikit gambaran dan menjadi lebih paham setelah mendapatkan
tambahan penjelasan dari guru, (ii) siswa akan lebih aktif untuk membaca, (iii)
materi akan dapat diingat lebih lama, (iv) kecerdasan siswa diasah pada saat siswa
mencari informasi tentang materi tanpa bantuan guru, (v) mendorong tumbuhnya
keberanian mengutarakan pendapat secara terbuka, dan (vi) memperluas wawasan
melalui bertukar pendapat secara kelompok.
Metode Learning Starts with a Question juga memiliki beberapa kelemahan, seperti: ada siswa yang malu untuk bertanya sehingga guru tidak
mengetahui kesulitan yang dialami oleh siswa dan tidak semua siswa membaca
materi pelajaran sehingga siswa sulit untuk memahami konsep materi pelajaran.
2.5.4 Upaya Peningkatan Minat dan Hasil Belajar Fisika Siswa melalui
Metode Learning Start With A Question
Fisika adalah salah satu cabang dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang
mempelajari gejala alam dan menerangkan bagaimana gejala tersebut terjadi.
Supriyadi (2010: 98) menyatakan fisika pada hakikatnya adalah sebuah ilmu
yang memerlukan pemahaman konsep dan model-model ilmiah yang dapat
teori-teori atau rumus-rumus untuk dihafal tetapi fisika juga berisi banyak konsep yang
harus dipahami secara mendalam. Dengan demikian, siswa dituntut untuk dapat
membangun pengetahuan mereka melalui peran aktifnya dalam proses
pembelajaran.
Metode Learning Start With A Question adalah suatu metode pembelajaran aktif dalam bertanya . Ketika siswa aktif dalam bertanya, pembelajaran akan lebih
menyenangkan. Siswa akan terlibat langsung dalam proses pembelajaran sehingga
mereka akan menyukai sistem pembelajaran di kelas. Ketika siswa menyukai
sistem pembelajaran di kelas, maka mereka akan menyukai materi pelajarannya
juga. Ini berarti terjadi peningkatan minat siswa dalam pembelajaran fisika.
Sedangkan dalam peningkatan hasil belajar kognitif siswa, metode
Learning Start With A Question berperan sebagai media dan alat bantu. Metode ini membuat siswa lebih aktif dan kreatif. Aktif untuk bertanya dan menjawab,
serta kreatif untuk belajar sebelum diterangkan dan belajar sendiri bersama teman
satu kelompok. Belajar dalam kelompok membuat siswa dapat mengetahui
kekurangannya dalam mempelajari suatu materi. Ketika siswa aktif bertanya, guru
akan mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa sehingga guru akan fokus
menjelaskan materi yang belum dipahami oleh siswa. Metode ini memungkinkan
siswa dapat membelajari semua materi secara detail sehingga akan meningkatkan
2.6
Kerangka Berpikir Penelitian
Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional secara optimal seperti yang
dirumuskan dalam Undang-undang No.20 tahun 2003 pasal 3, guru sebagai
pendidik harus mengembangkan proses pembelajaran sesuai dengan zaman
sekarang. Salah satu masalah yang dihadapi untuk meningkatkan mutu pendidikan
adalah proses pembelajaran yang masih lemah. Trianto (2007: 2) menyatakan
hasil belajar yang masih rendah disebabkan oleh proses pembelajaran yang
didominasi oleh pembelajaran tradisional. Pembelajaran tradisional menggunakan
metode ceramah dengan suasana kelas cenderung teacher-centered sehingga membuat siswa pasif.
Hasil belajar mata pelajaran fisika yang terukur pada nilai rata-rata
ulangan umum yang masih kurang memuaskan membawa keprihatinan para
pendidik khususnya guru-guru fisika. Minat untuk mempelajari konsep-konsep
fisika juga masih rendah. Hasil penelitian Hari (2008) sebagaimana dikutip oleh
Samudra et al. (2014:1) menyatakan bahwa fisika adalah mata pelajaran yang sulit untuk dipelajari dan tidak disukai oleh siswa khususnya siswa SMA. Kondisi
pembelajaran fisika yang seperti itu dan kurangnya minat belajar siswa,
menyebabkan ketuntasan pembelajaran fisika relatif rendah.
Kegiatan pembelajaran yang sesuai saat ini yaitu kegiatan pembelajaran
yang melibatkan partisipasi aktif siswa dalam membangun makna dan gagasan
untuk berfikir mandiri serta bersikap ilmiah. Pembelajaran yang menarik dan
melibatkan peran aktif siswa, dapat meningkatkan motivasi dan kemampuan
Menurut Silberman (2009:144) satu cara menciptakan pola belajar aktif
adalah dengan merangsang siswa untuk bertanya tentang mata pelajaran mereka.
Metode Learning Start With A Question dapat merangsang siswa untuk bertanya, dan bertanya adalah kunci belajar.
Menurut Zaini et al. (2008:44), “Learning Start With A Question adalah
suatu metode pembelajaran aktif dalam bertanya”. Metode ini mengharuskan
siswa untuk membaca materi terlebih dahulu. Dengan membaca maka siswa
memiliki gambaran tentang materi yang akan dipelajari, sehingga siswa lebih aktif
dalam pembelajaran. Membaca juga dapat merangsang siswa untuk memetik bahan-bahan pokok penting.
Ketika siswa aktif dalam bertanya, pembelajaran akan lebih
menyenangkan. Siswa akan terlibat langsung dalam proses belajar mengajar
sehingga mereka akan menyukai sistem pembelajaran di kelas. Jika siswa telah
menyukai sistem pembelajaran di kelas, maka mereka akan menyukai materi
pelajarannya juga. Dalam hal ini berarti terjadi peningkatan minat siswa dalam
pelajaran fisika.
Metode ini juga dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Metode
ini membuat siswa lebih aktif dan kreatif. Aktif untuk bertanya dan menjawab,
serta kreatif untuk belajar sebelum diterangkan dan belajar sendiri bersama teman
satu kelompok. Ketika belajar dalam kelompok, siswa akan mengetahui
kekurangan dan kelebihannya. Dan ketika siswa aktif bertanya, guru akan
mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa sehingga guru akan fokus
Latar Belakang
1. UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2. Pembelajaran harus sesuai dengan kondisi zaman sekarang. 3. Pentingnya penanaman pemahaman konsep-konsep dasar
pengembangan keterampilan sains dan keterampilan berpikir. 4. Pembelajaran harus menyenangkan dan melibatkan aktivitas siswa
secara optimal.
Identifikasi masalah
1. Pembelajaran tradisionaldengan metode ceramah yang membuat suasana kelas menjadi teacher centered.
2. Siswa memahami konsep fisika dengan pengetahuan teoritis dan menghafal konsep yang dipelajarinya dalam bentuk rumus-rumus sehingga hasil belajar kognitif siswa rendah.
3. Pembelajaran yang membosankan. 4. Kurangnya minat belajar siswa.
Solusi
Pembelajaran aktif dengan metode pembelajaran Learning Start With A Question :
1. Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.
2. Siswa mampu bertanya, menjawab, serta mengemukakan pendapatnya sendiri.
3. Proses pembelajaran aktif, kreatif, dan menyenangkan.
4. Proses pembelajaran langsung sehingga siswa memperoleh konsep,
Tujuan
Meningkatnya minat dan hasil belajar siswa
mengetahui semua materi yang dipelajari secara detail sehingga akan
meningkatkan hasil belajar mereka.
Dari penjelasan diatas, kerangka berpikir penelitian ini secara umum dapat
[image:36.595.111.511.194.732.2]digambarkan sebagai berikut:
2.7
Momentum, Impuls, dan Tumbukan
2.7.1 Momentum dan Impuls
Setiap benda yang bergerak pasti memiliki momentum. “Momentum
sebuah partikel didefinisiskan sebagai hasil kali massa dan kecepatannya” (Tipler, 1998:219). Kecepatan merupakan besaran vektor, maka momentum juga termasuk
besaran vektor yang arahnya sama dengan arah kecepatan benda. Secara
matematis, persamaan momentum dapat ditulis sebagai berikut :
p = mv (2.1)
Impuls benda didefinisikan sebagai hasil kali antara gaya dengan selang
waktu ( t) gaya itu bekerja pada benda. “Gaya yang bekerja biasanya sangt besar
dan bekerja pada waktu yang sangat singkat” (Tipler, 1998:242). Impuls temasuk besaran vektor yang arahnya sama dengan arah gaya. Untuk menghitung besar
impuls dalam satu arah dapat menggunakan persamaan berikut:
I = F t (2.2)
2.7.2 Hubungan Impuls dengan Momentum
Sebuah benda yang massanya m mula-mula bergerak dengan kecepatan vo. Kemudian dalam selang waktu t kecepatan benda tersebut berubah menjadi vt. Menurut hukum II Newton, jika benda menerima gaya yang searah dengan
gerak benda, maka benda akan dipercepat. Percepatan rata- rata yang disebabkan
oleh gaya F sebagai berikut:
= dimana = (2.3)
F. t = mvt–mvo (2.5)
Jadi: I = m(vt– vo) (2.6)
sehingga I = pt–po = p (2.7)
Dari persamaan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk menghitung
impuls dapat dicari dengan menghitung perubahan momentum benda, p.
2.7.3 Hukum Kekekalan Momentum
Dua buah bola bergerak berlawanan arah dan saling mendekati. Bola
pertama massanya m1, bergerak dengan kecepatan v1. Sedangkan bola kedua massanya m2 bergerak dengan kecepatan v2. Jika kedua bola berada pada lintasan yang sama dan lurus, maka pada suatu saat kedua bola akan bertabrakan.
m1v1 m2v2
tabrakan/tumbukan
[image:38.595.145.431.402.516.2]m1v’1 m2v’2
Gambar 2.2 Tumbukan dua buah benda
Dengan memperhatikan analisis gaya tumbukan bola pada gambar diatas
ternyata sesuai dengan pernyataan hukum III Newton. Kedua bola akan
saling menekan dengan gaya F yang sama besar, tetapi arahnya berlawanan. Akibat adanya gaya aksi dan reaksi dalam selang waktu t tersebut, kedua bola
akan saling melepaskan diri dengan kecepatan masing-masing sebesar
Faksi= -Freaksi (2.8)
Impuls yang terjadi selama interval waktu t adalah F1 t = - F2 t. Kita tahu bahwa = t = p , maka persamaannya menjadi seperti berikut:
= - p2 (2.10)
m1v1– m1v'1= - (m2v2– m2v'2) (2.11)
m1v1 + m2v2 = m1v'1+ m2v'2 (2.12)
Dapat diketahui bahwa jumlah momentum awal = jumlah momentum
akhir. Hasil ini dikenal sebagai hukum kekekalan momentum. Menurut Tipler
(1998: 221) hukum kekekalan momentum berbunyi: jika gaya eksternal pada
suatu sistem nol, maka momentum total sistem tetap konstan.
2.7.4 Tumbukan
Berdasarkan sifat kelentingan atau elastisitas benda yang bertumbukan,
tumbukan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu tumbukan lenting sempurna,
tumbukan lenting sebagian, dan tumbukan tidak lenting sama sekali.
Dua buah benda dikatakan mengalami tumbukan lenting sempurna jika
pada tumbukan itu tidak terjadi kehilangan energi kinetik. Jadi, energi kinetik
total kedua benda sebelum dan sesudah tumbukan adalah tetap. Oleh karena
itu, pada tumbukan lenting sempurna berlaku hukum kekekalan momentum dan
hukum kekekalan energi kinetik (Surya, 2003:50-51).
Pada tumbukan tidak lenting sama sekali, terjadi kehilangan energi
kinetik sehingga hukum kekekalan energi mekanik tidak berlaku. Pada
tumbukan jenis ini, kecepatan benda-benda sesudah tumbukan sama besar.
Kebanyakan benda-benda yang ada di alam mengalami tumbukan lenting
hukum kekekalan energi mekanik tidak berlaku. Besarnya kecepatan relatif
juga berkurang dengan suatu faktor tertentu yang disebut koefisien restitusi. Bila
koefisien restitusi dinyatakan dengan huruf e, maka derajat berkurangnya
kecepatan relatif benda setelah tumbukan dirumuskan sebagai berikut:
e = - ( ) (2.13)
Nilai restitusi berkisar antara 0 dan 1 (0 e 1 ). Untuk tumbukan lenting
sempurna, nilai e = 1. Untuk tumbukan tidak lenting nilai e = 0.Sedangkan untuk
tumbukan lenting sebagian mempunyai nilai e antara 0 dan 1 (0 < e < 1).
2.8 Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) = tidak ada peningkatan minat siswa setelah diberikan
pembelajaran dengan metode Learning Start With A Question.
= ada peningkatan minat siswa setelah diberikan pembelajaran dengan
metode Learning Start With A Question.
2) = tidak ada peningkatan hasil belajar siswa setelah diberikan
pembelajaran dengan metode Learning Start With A Question.
= ada peningkatan hasil belajar siswa setelah diberikan
27
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Populasi dan Sampel
3.1.1 Populasi
Pada penelitian ini, yang menjadi populasi adalah siswa kelas XI SMAN 1
Kendal.
3.1.2 Sampel
Pada penelitian ini, yang menjadi sampel adalah siswa kelas XI MIA 2.1.
Penulis mengambil sampel dengan teknik random sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang mencampur subjek-subjek di dalam populasi sehingga
semua subjek dianggap sama. Dengan demikian maka penulis memberi hak yang
sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel.
3.2
Lokasi, Waktu, dan Subjek Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Kendal khususnya
pada siswa kelas XI MIA 2.1 Tahun Ajaran 2014/2015 pada tanggal 10 sampai
dengan 30 November 2014.
3.3
Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan dikaji, yaitu variabel
3.3.1 Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah “metode pembelajaran
Learning Start With A Question”.
3.3.2 Variabe Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah “minat dan hasil belajar
siswa”.
3.4
Prosedur Penelitian
Penelitian yang dilakukan tergolong sebagai penelitian eksperimental.
Menurut Margono (2003: 110) penelitian eksperimental menggunakan suatu
percobaan yang dirancang secara khusus guna membangkitkan data yang
diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Desain penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah one group pretest posttest design. Menurut Arikunto (2006: 78) one group pretest posttest design adalah desain penelitian dengan satu kelompok subjek yang diberikan pretest sebelum eksperimen dan
posttest sesudah ekperimen. Menurut Sugiyono (2009:111) desain penelitian one group pretest posttest design digambarkan sebagai berikut:
Tabel 3.1 One group pretest posttest design
Pretest Perlakuan Posttest
Keterangan:
O1 : nilai pretest atau skor minat siswa sebelum menggunakan metode pembelajarn Learning Start With A Question.
O2 : nilai posttest atau skor minat siswa sesudah menggunakan metode pembelajarn Learning Start With A Question.
X : perlakuan dengan metode pembelajaran Learning Start With A Question.
3.5
Metode Pengumpulan Data
Beberapa metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian ini yaitu:
3.5.1 Metode Observasi
Observasi dilakukan saat guru memberikan materi sehingga bisa
memberikan gambaran kepada peneliti bagaimana metode dan cara mengajar
guru, respon siswa terhadap guru, serta kondisi lingkungan penelitian.
3.5.2 Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi dilakukan melalui pengumpulan data nama siswa,
nilai siswa, dan semua hal yang berkaitan dengan masalah penelitian yang akan
digunakan untuk menguji homogenitas sampel penelitian.
3.5.3 Metode Angket
Angket termasuk ke dalam instrumen non tes, yaitu instrumen yang
digunakan untuk mengukur berbagai aspek selain hasil belajar. Hal-hal yang bisa
Ditinjau dari segi cara menjawab atau strukturnya, angket dibagi menjadi
dua yaitu angket tertutup dan terbuka. Angket tertutup adalah angket yang telah
disediakan alternatif jawabannya sehingga responden tinggal memilih yang sesuai
dengan keadaan dirinya. Angket terbuka adalah angket yang jawabannya belum
disediakan sehingga responden bebas menuliskan apa yang dia rasakan. Satu hal
yang menjadi ciri utama angket adalah tidak ada jawaban benar atau salah
(Sudijono 2006: 84-89).
Dalam penelitian ini angket yang digunakan adalah angket tertutup
dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar minat siswa. Dasar yang
digunakan penulis untuk membuat angket adalah klasifikasi ranah afektif yang
dikemukakan Krathwol dalam Phopam & Baker (2005:31-32), yaitu:
memperhatikan, merespon, menghayati nilai, mengorganisasikan, dan
seperangkan nilai.
3.5.4 Metode Tes
Dalam penelitian ini, metode tes diberikan sebelum perlakuan dalam
bentuk pretest dan sesudah perlakuan dalam bentuk posttest. Pretest bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa, sedangkan postest bertujuan untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa setelah diberikan perlakuan
Dasar yang digunakan penulis untuk membuat instrument tes adalah
klasifikasi ranah kognitif yang dikemukakan Bloom dalam Phopam & Baker
(2005:29-30), yaitu: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sistesis, dan
3.6
Uji Coba Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian harus diujicobakan terlebih dahulu kepada siswa di
luar sampel dengan tujuan untuk menghindari biasnya hasil penelitian. Instrumen
penelitian dalam penelitian ini diujicobakan pada siswa kelas XII IPA 2.
Analisis yang digunakan dalam pengujian instrumen ini meliputi validitas,
reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda soal. Langkah-langkah
analisisnya adalah sebagai berikut:
3.6.1 Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan
dan kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih
mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti
memiliki validitas yang rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat
mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang
diteliti secara tepat (Arikunto, 2006:168).
Validitas suatu tes tidaklah berlaku untuk semua tujuan ukur. Sebuah tes
biasanya hanya menghasilkan ukuran yang valid untuk satu tujuan ukur tertentu.
Oleh karena itu pernyataan valid harus diiringi oleh keterangan yang menunjuk
kepada tujuan, yaitu valid untuk mengukur apa, lebih lanjut bagi siapa. Untuk
menguji validitas instrumen yang berupa tes digunakan rumus Pearson Product Moment Corelation yang dikemukakan oleh Pearson:
Rumus 1 : dengan nilai simpangan
2 2
y x
xy rxy
dengan
x : X - X
y : Y - Y
X : skor rata-rata dari X
Y : skor rata-rata dari Y
xy
r : koefisien korelasi skor item dan skor total
2x : jumlah kuadrat skor item
2y : jumlah kuadrat skor total Rumus 2 : dengan angka kasar
) ( ) ( ) )( ( 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N rxy (3.2)Hasil perhitungan rxy dibandingkan dengan rtabel dengan taraf kesalahan 5%. Jika rxy>rtabel maka instrumen tersebut dikatakan valid (Arikunto, 2006:170). Hasil uji validitas instrumen dari 50 butir soal dapat dilihat pada halaman
[image:46.595.114.514.592.712.2]70-72 dan terangkum pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Hasil uji validitas instrumen tes
No Kriteria Soal Nomor Soal Jumlah
1 Valid
1, 2, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 14, 16,18, 20, 21, 23, 24, 28, 30, 31, 32, 33, 35, 36, 37, 38, 40, 42, 44, 45, 47, 48, 49, 50
33
2
Tidak Valid 3, 8, 12, 13, 15, 17, 19, 22, 25, 26, 27, 29, 34,
Uji validitas instrumen non tes seperti angket, menggunakan validitas isi
dan validitas konstruk. Validitas isi dimaksudkan untuk mengetahui isi dari suatu
alat ukur (bahan, topik, dan substansinya) apakah sudah representatif atau belum.
Validitas isi secara mendasar merupakan suatu pendapat, baik pendapat sendiri
atau orang lain. Adapun validitas konstruk adalah suatu abstraksi dan generalisasi
khusus dan merupakan suatu konsep yang dibuat khusus untuk kebutuhan ilmiah
dan mempunyai pengertian terbatas. Untuk menguji validitas konstruk suatu
unstrumen non tes diperlukan landasan teori dan bukti empiris yang
memperlihatkan ada tidaknya keterkaitan antara konsep dengan
komponen-komponennya (Sudijono 2008: 164-167).
3.6.2 Reliabilitas
Reliabilitas Mengandung pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut
sudah baik. Instrumen yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya
juga. Berapa kalipun diambil, tetap akan sama. Reliabilitas menunjuk pada tingkat
keterandalan sesuatu. Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan
(Arikunto, 2006: 178).
Untuk menghitung koefisien reliabilitas tes dalam penelitian ini adalah
menggunakan rumus Kuder – Richardson 21 (KR-21). Rumus KR-21
r11 = ( ) ( 1- ) (3.3)
Dengan keterangan:
11
k : banyaknya butir soal atau butir pertanyaan
m : skor rata-rata
Vt : varians total (Arikunto, 2006: 189)
Berdasarkan hasil analisis instrumen diperoleh data r11= 0,6713 dan harga
rtabel= 0,329 untuk taraf kesalahan 5% dengan n = 36. Sedangkan hasil analisis tes Dari perhitungan dapat diketahui bahwa r11> rtabel, sehingga perangkat tes dikatakan reliabel. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada halaman 73.
3.6.3 Tingkat Kesukaran
Indeks kesukaran merupakan bilangan yang menunjukkan sukar atau
mudahnya suatu soal. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,00.
Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks
kesukaran 0,00 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,00
menunjukkan bahwa soal itu terlalu mudah (Arikunto, 2009: 207).
Arikunto (2009: 208-210) menyatakan bahwa taraf kesukaran dapat
dihitung melalui perhitungan berikut.
S B P
(3.4)
Keterangan:
P = taraf kesukaran
B = banyak siswa yang menjawab benar
S = jumlah seluruh peserta tes
Indeks kesukaran diklasifikasikan sebagi berikut:
Soal dengan 0,00 P <0,30 adalah soal sukar
Soal dengan 0,70 P < 1,00 adalah soal mudah.
Hasil analisis taraf kesukaran instrumen dari 50 butir soal dapat dilihat
[image:49.595.115.517.223.363.2]pada halaman 70-72 dan terangkum pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Tingkat kesukaran instrumen tes
No Kriteria Soal Nomor Soal
1 Mudah 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 16, 17, 19, 21, 22, 23, 25, 28, 30, 32, 36, 37, 46, 48, 49, 50
2 Sedang 5, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 18, 20, 24, 26, 29, 31, 33, 34, 35, 38, 39, 40, 42, 43, 44, 45, 47
3 Sukar 27, 41
3.6.4 Daya Pembeda Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai dengan siswa yang berkemampuan rendah. Menurut
Arikunto (2006: 213) untuk menghitung besarnya daya pembeda soal bentuk
pilihan ganda rumus yang dipakai adalah:
JB BB JA BA DP
(3.5)
Keterangan:
DP = daya pembeda soal
JA = banyaknya peserta kelas atas
JB = banyaknya peserta kelas bawah
BA = banyaknya kelas atas yang menjawab benar
Daya pembeda membagi soal dalam beberapa kriteria, yaitu: jelek,
cukup, baik, dan baik sekali. Tabel klasifikasi daya pembeda soal selengkapnya
tersaji di bawah ini.
Tabel 3.4 Klasifikasi daya pembeda:
Interval Daya Pembeda Kriteria DP : 0,00 - 0,20
DP : 0,21 - 0,40 DP : 0,41 - 0,70 DP : 0,71 - 1,00
Jelek Cukup Baik Baik sekali
Hasil analisis daya pembeda soal dapat dilihat pada halaman 70-72 dan
[image:50.595.111.512.388.475.2]terangkum pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5 Daya pembeda instrumen tes
No Kriteria Soal Nomor Soal
1 Baik Sekali 16, 30, 33, 42, 50
2 Baik 1, 2, 4, 5, 6, 7, 10, 11, 18, 20, 23, 31, 32, 35, 36, 37, 38, 40, 44, 45, 48
3 Cukup 8, 9, 14, 21, 24, 25, 28, 34, 39, 41, 46, 47, 49 4 Jelek 3, 12, 13, 15, 17, 19, 22, 26, 27, 29, 44
3.7
Metode Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini ada dua tahap yaitu analisis data tahap
awal dan analisis data tahap akhir. Analisis data tahap awal dilakukan uji
homogenitas. Analisis data tahap akhir terdiri dari uji normalitas, uji t-test satu pihak, dan uji gain.
3.7.1 Analisis Data Tahap Awal
Uji homogenitas pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah
populasi mempunyai varians yang sama maka populasi tersebut dikatakan
homogen. Hipotesis statistik yang diuji adalah sebagai berikut:
H0 : 12 22 (Varians antar kelompok tidak berbeda/data homogen).
Ha :12 22 (Varians antar kelas tidak sama/ data tidak homogen). Untuk menguji hipotesis tersebut, digunakan rumus uji Bartlett sebagai berikut:
(3.6)
dengan:
(3.7)
dan
(3.8)
Keterangan:
2
i
S = varian masing-masing kelompok
S = varian gabungan
B = koefisien Barlett
ni = jumlah siswa dalam kelas
Kriteria pengujiannya adalah H0 diterima jika X2hitung < X2tabel dengan
taraf signifikasi 5% yang artinya data yang diuji bersifat homogen (Sudjana, 2005:
263).
Hasil pengujian homogenitas untuk siswa kelas XI MIPA SMAN 1 Kendal
Tabel 3.6 Uji homogenitas sampel penelitian
Kelas Varians N X2hitung X2tabel Kriteria
XI MIA 1 11,08 31
2,108 5,991 Homogen
XI MIA 2.1 8,02 34
XI MIA 2.2 6,73 33
Berdasarkan analisis uji homogenitas yang telah terlampir, setelah
dilakukan perhitungan didapatkan X2hitung = 2,108. Pada taraf signifikasi 5%
dengan dk = 3-1 =2 diperoleh X2tabel sebesar 5,991. Nilai X2hitung < X2tabel sehingga H0 diterima dan populasi kedua kelas homogen. Perhitungan selengkapnya dapat
dilihat pada halaman 68-79.
3.7.2 Analisis Data Tahap Akhir
Sampel diberikan posttest setelah menerima pembelajaran dengan metode
Learning Start With A Question. Dari hasil posttest akan diperoleh data yang digunakan sebagai dasar dalam menguji hipotesis dalam penelitian ini. Analaisis
data tahap akhir terdiri dari:
3.7.2.1Uji Normalitas Data
Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui kenormalan distribusi
data variabel terikat. Uji normalitas data pada penelitian ini menggunakanuji chi-kuadrat dengan rumus:
= (3.9)
Keterangan:
[image:52.595.109.514.154.251.2]= frekuensi pengamatan
= frekuensi yang diharapkan
k = banyaknya kelas
Kriteria pengujian hipotesis adalah membandingkan harga chi kuadrat
perhitungan dengan chi kuadrat tabel, dengan dk = n-1. Jika 2hitung 2tabel, maka data terdistribusi normal.
Jika 2hitung >2tabel, maka data terdistribusi tidak normal.
3.7.2.2Uji t-test Satu Pihak
Pada penelitian ini, untuk mengetahui diterima atau tidaknya hipotesis
penelitian digunakan uji t-test satu pihak.
Data yang digunakan adalah nilai pretest dan posttest siswa serta skor minat siswa sebelum dan setelah pembelajaran. Rumus uji t-test satu pihak dapat dituliskan:
n
s
n
s
n
s
n
s
x
x
r t 2 2 1 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 __ _ __ (3.10) Keterangan: __ 1x
= rata-rata nilai posttest__ 2
x
= rata-rata nilai pretests
1 = simpangan baku nilai posttest [image:53.595.110.285.491.739.2]s
12
= varian nilai posttest
s
22
= varian nilai pretest
r = korelasi antara nilai pretest dengan posttest
Dengan:
, (3.11)
Harga t hitung tersebut dibandingkan dengan harga ttabel dengan dk n1 + n2 – 2, taraf kesalahan 5%. Jika thitung < ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak (Sugiyono, 2007: 197).
3.7.2.3Uji Gain
Uji gain dalam penilitian ini digunakan untuk mengetahui signifikansi metode pembelajaran Learning Start With A Question terhadap minat dan hasil belajar siswa. Signifikasi tersebut dapat dihitung dengan rumus gain
ternormalisasi yang dikemukakan oleh Savinainen & Scott sebagaimana dikutip
oleh Wiyanto (2008:86) sebagai berikut:
S
S
S
pre pre post
g
% 100
(3.12)
Keterangan:
g
= besarnya faktor g
S
pre = skor rata-rata pretest (%)Besarnya faktor g dikategorikan sebagai berikut :
Tinggi: g > 0,7 atau dinyatakan dalam persen g > 70%
Sedang: 0,3 < g ≤ 0,7 atau dinyatakan dalam persen 30 < g ≤ 70%
52
BAB 5
PENUTUP
5.1.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
metode pembelajaran Learning Start With A Question dapat meningkatkan hasil belajar kognitif dan afektif berupa minat pada siswa kelas XI SMAN 1 Kendal
tahun ajaran 2014/2015. Peningkatan hasil belajar kognitif terlihat dari
peningkatan nilai rata-rata posttes dibandingkan nilai rata-rata pretest siswa
dengan faktor gain (g) sebesar 0,455 dan termasuk dalam kategori sedang.
Peningkatan minat siswa terlihat dari peningkatan skor rata-rata angket siswa
sebelum dan sesudah pembelajaran dengan faktor gain (g) sebesar 0,24 yang
termasuk dalam kategori rendah.
5.2.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, penulis menyampaikan
saran sebagai berikut:
1) Bagi peneliti yang ingin melaksanakan metode Learning Start With A Question sebaiknya siswa dikelompokkan berdasarkan tingkat kemampuan yang heterogen (secara nilai atau jenis kelamin) agar setiap kelompok dapat
2) Guru sebaiknya selalu menekankan kepada siswa untuk mempelajari materi
terlebih dahulu agar siswa dapat aktif ketika pembelajaran berlangsung.
3) Bagi guru dan calon guru, metode Learning Start With A Question dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran untuk
meningkatkan aktifitas siswa.
4) Diharapkan ada penelitian lebih lanjut tentang pembelajaran dengan metode
Learning Start With A Question agar dapat membantu tenaga pendidik dalam meningkatkan mutu pendidikan.
5.3.
KETERBATASAN PENELITIAN
Keterbatasan dalam peneltian ini antara lain:
1. Penelitian ini hanya meneliti peningkatan hasil belajar siswa dalam ranah
kognitif dan afektif (minat siswa), tanpa meneliti peningkatan hasil belajar
siswa dalam ranah psikomotorik.
2. Angket minat siswa dalam penelitian ini adalah angket positif sehingga
dimungkinkan ada kecenderungan responden untuk menjawab jawaban
positif tanpa memperhatikan indikator sikap.
3. Penelitian dilakukan terbatas pada satu tempat dalam waktu yang relatif
singkat sehingga jika penelitian ini dilaksanakan di tempat lain
54
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, S. 2009. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan Nasional, 2006. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Jakarta: BSNP.
Departemen Pendidikan Nasional, 2008. Kamus Bahasa Indonesia.Jakarta: Pusat Bahasa.
Hamalik, O. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Ibrahim, R. & N. Syaodih S. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Ihsan, F. 2008. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta Karya.
Kusuma, D.L. & I.N. Parta. 2013. Peningkatan Keaktifan Siswa Melalui Pembelajaran dengan Strategi Learning Start With A Question pada Materi Segitiga dan Segiempat untuk Siswa kelas VII-H SMPN 1 Blitar. FMIPA Universitas Negeri Malang: 7-8. Tersedia di http://jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelBF44977EFB0B3B000F565225136BCA31.pdf [diakses 18-11-2014].
Margono, S. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Marno & M Idris. 2009. Strategi & Metode Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-ruzz Media Group.
Pemerintah Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.
Phopam, W.J. & E.L. Baker. 2005. Teknik Mengajar Secara Sistematis. Jakarta: Rineka Cipta.
Samudra, G.B. et al. 2014. Permasalahan-permasalahan yang Dihadapi Siswa SMA di Kota Singaraja dalam Mempelajari Fisika. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, 4(1): 1-2. Tersedia di http://pasca.undiksha.ac.id/e-journal/index.php/jurnal_ipa/article/view/1093 [diakses 10-12-2014].
Sanjaya, W. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Saputri, G. E. 2011. Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Learning Starts With A Question pada Siswa Kelas VII SMPN 2 Tegowanu Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi. Semarang: FMIPA Universitas Negeri Semarang.
Silberman, M. L. 2009. Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif.
Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.
Sudijono, A. 2006. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitafif,