• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelayakan Bisnis Tambak Udang Vaname Teknologi Supra Intensif di CV Dewi Windu Sulawesi Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kelayakan Bisnis Tambak Udang Vaname Teknologi Supra Intensif di CV Dewi Windu Sulawesi Selatan"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

KELAYAKAN BISNIS TAMBAK UDANG VANAME

TEKNOLOGI SUPRA INTENSIF DI CV DEWI WINDU

SULAWESI SELATAN

RIJAL PURWA ILMIAWAN

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kelayakan Bisnis Tambak Udang Vaname Teknologi Supra Intensif di CV Dewi Windu, Sulawesi Selatan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

Rijal Purwa Ilmiawan

(4)
(5)

ABSTRAK

RIJAL PURWA ILMIAWAN. Kelayakan Bisnis Tambak Udang Vaname Teknologi Supra Intensif di CV Dewi Windu Sulawesi Selatan. Dibimbing oleh HENY K. DARYANTO.

Udang adalah salah satu komoditas pangan perikanan unggulan di pasar global dan domestik. Permintaan pasar yang tinggi belum diimbangi oleh ketersediaan suplai produksi akibat dari produktifitas produksi yang rendah. Penelitian ini menganalisa kelayakan bisnis tambak udang vaname teknologi supra intensif pada skala usaha kecil dan menengah. Metode analisis menggunakan analisa non finansial yaitu aspek teknis, menejemen organisasi dan dampak sosial lingkungan. Analisis finansial mengkaji kelayakan usaha berdasarkan kriteria NPV, IRR, Net B/C, dan Payback periode. Analisis sensitivitas diuji terhadap kenaikan harga pakan, benur, dan tarif dasar listrik per tahun masing- masing sebesar 14 persen, 10.7 persen dan 21.5 persen. Analisis

switching valuedilakukan untuk melihat batas maksimal kenaikan harga input dan

penurunan jumlah produksi. Hasil analisis kelayakan bisnis tambak udang vaname teknologi supra intensif skala kecil dan menengah layak untuk dijalankan. Hasil uji sensitivitas menunjukkan bahwa usaha tambak udang supra intensif pada skala kecil dan menengah sensitive terhadap penurunan jumlah produksi. Batas maksimal penurunan produksi pada skala kecil sebesar 43.9 persen dan 28 persen untuk skala menengah.

Kata kunci: bisnis, kelayakan udang, supra intensif, switching value, vaname

ABSTRACT

RIJAL PURWA ILMIAWAN. Business Feasibility of Vaname Shrimp Farming Using Supra Intensive Technology at CV. Dewi Windu Sulawesi Selatan. Supervised by HENY K. DARYANTO.

(6)
(7)

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

KELAYAKAN BISNIS TAMBAK UDANG VANAME

TEKNOLOGI SUPRA INTENSIF DI CV DEWI WINDU

SULAWESI SELATAN

RIJAL PURWA ILMIAWAN

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Segenap puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa

ta’ala atas segala karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Kelayakan Bisnis Tambak Udang Vaname Teknologi Supra Intensif di CV Dewi Windu, Sulawesi Selatan”. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah pada junjungan Nabi Muhammad SAW.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Heny K. Daryanto, MEc selaku dosen pembimbing, Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS selaku pembimbing akademik, Tintin Srianti, SP. MM dan Yanti Nuraeni Muflikh, SP. MAbuss selaku penguji komisi pendidikan. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Hassanudin Atjo Kepala Dinas Perikanan Sulawesi Tengah sekaligus pemilik CV Dewi Windu Sulawesi Selatan dan segenap karyawan tambak. Terimakasih kepada Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS atas saran dan supportnya kepada penulis. Ucapan terimakasih juga disampakan kepada orang tua, seluruh keluarga dan Anugrah Novianti S.Gz atas segala doa dan kasih sayangnya. Saya ucapkan terima kasih kepada seluruh sahabat seperjuangan yang telah senantiasa selalu memberikan motivasi, kerjasama dan persahabatan teman-teman di Departemen Agribisnis yang telah membantu selama perkuliahan dan sahabat R. Arginia SE yang telah membantu penulis selama pengolahan data.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2014

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL v

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN xv

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 5

Manfaat Penelitian 5

Ruang Lingkup Penelitian 6

TINJAUAN PUSTAKA 6

InvestasiTambak Udang 6

Pengaruh Faktor TeknisPada Biaya Produksi Tambak Udang 7

Teknologi Tambak Udang Indonesia 8

Kelayakan Aspek Non Finansial 9

KERANGKA PEMIKIRAN 10

Kerangka Pemikiran Teoritis 10

Studi Kelayakan Bisnis 11

Aspek- Aspek Studi Kelayakan Bisnis 11

Aspek Teknis 11

Aspek Menejemen dan Organisasi 11

Aspek Sosial dan Lingkungan 11

Aspek Finansial 12

Kerangka Pemikiran Operasional 13

METODE 15

Lokasi dan Waktu Penelitian 15

Jenis data dan Sumber Data 15

Metode Pengumpulan Data 16

Pengolahan Analisis Data 16

Analisis Aspek Teknis 16

Analisis Aspek Manajemen dan Organisasi 17

Analisis Aspek Sosial dan Lingkungan 17

Analisis Aspek Finansial 18

Asumsi Dasar 19

GAMBARAN UMUM 20

Gambaran Umum CV. Dewi Windu 20

Sejarah Pengembangan TeknologiTambak Supra Intensif 21 Fasilitas Produksi Tambak Udang Supra Intensif diCV Dewi Windu 21

Input Produksi 27

HASIL DAN PEMBAHASAN 32

Analisis Aspek Teknis 32

Analisis Aspek Menejemen dan Organisasi 41

(13)

Analisis Aspek Finansial 43 Analisis Perbandingan Usaha Tambak Udang Supra Intensif Skala Kecil dan

Menengah 56

SIMPULAN DAN SARAN 57

Simpulan 57

Saran 57

DAFTAR PUSTAKA 58

LAMPIRAN 60

(14)

DAFTAR TABEL

1. Produksi dan permintaan udang dunia tahun 2012-2013 1 2. Produksi udang budidaya dan tangkap di Indonesia 2009-2013 2 3. Volume dan nilai ekspor udang Indonesia 2009-2013 2 4. Kriteria spesifikasi teknologi tambak budidaya udang vaname 8

5. Rincian sumber data berdasarkan jenis data 15

6. Jenis dan bentuk pakan yang digunakan oleh CV Dewi Windu 28 7. Rincian dan kebutuhan jumlah pakan udang skala luas petak kecil

(1000m2) di CV Dewi Windu selama satu siklus 28

8. Dosis dan jumlah pemberian probiotik skala kecil (1 000m2) 29 9. Dosis dan jumlah pemberian probiotik skala menengah (2 500m2) 29 10.Rincian penggunaan listrik operasional tambak skala kecil (1 000m2) di

CV Dewi Windu 30

11.Rincian penggunaan listrik operasional tambak sekenario skala

menengah (2 500m2) 30

12.Parameter kualitas air untuk budidaya udang vaname 32 13.Penerimaan hasil panen tambak udang vaname supra intensif skala luas

tambak kecil dan menengah 45

14.Biaya investasi tambak udang vaname supra intensif dengan skala kecil

(1 000 m2) di CV Dewi Windu 46

15.Biaya investasi sekenario tambak udang vaname supra intensif dengan

skala luas menengah (2 500 m2) 47

16.Biaya tetap usaha tambak udang vaname supra intensif skala kecil dan

menengah 49

17.Biaya variable tambak udang supra intensif skala kecil dan menengah 50 18.Laba bersih usaha tambak udang supra intensif skala kecil dan

menengah 51

19.Kriteria kelayakan investasi tambak udang supra intensif skala usaha

kecil dan menengah 52

20.Kelayakan investasi usaha tambak skala kecil dan menengah sebelum dan setelah kenaikan harga pakan 14 persen per tahun 53 21.Kelayakan investasi usaha tambak skala kecil dan menengah sebelum

dan setelah kenaikan harga benur 10.7 persen per tahun 54 22.Kelayakan investasi usaha tambak pada skala kecil dan menengah

sebelum dan setelah kenaikan harga TDL 21.5 persen per tahun 54 23.Hasil switching value usaha tambak udang supra intensif skala kecil dan

menengah 55

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka pemikiran operasional penelitian 14

2. Central drain berbentuk matahari 22

3. Kincir berkekuatan 2HP (horse power) 22

4. Roots blower 23

5. Automatic feeder 23

6. Small troll (alat ukur kualitas air digital) 24

7. (a) Timbangan digital, dan (b) timbangan duduk 24

(15)

9. (a) Jaring kondom, dan (b) screen 25

10. Anco (alat ukur kontrol nafsu makan udang) 26

11. Saringan 200 mesh 26

12. (a) Gudang pakan dan (b) ruang panen 27

13. Konstruksi petak tambak udang teknologi supra intensif 35 14. Tata letak kincir (a) petak persegi 8 buah kincir dan (b) petak tambak

persegi panjang 10 buah kincir 35

15. Alur aktifitas teknis tambak udang supra intensif 40

16. Layout tambak udang supra intensif di CV Dewi Windu 41

17. Struktur organisasi di CV Dewi Windu 42

DAFTAR LAMPIRAN

1 Produksi tambak udang supra intensif skala kecil (1 000 m2) 61 2 Produksi tambak udang supra intensif skala menengah (2 500 m2) 62

3 Cash flow usaha tambak udang supra intensif skala kecil (1 000 m2) 63

4 Cash flow tambak udang supra intensif skala menengah (2 500 m2) 65

5 Laba bersih tambak tambak udang supra intensif skala kecil (1 000 m2) 67 6 Laba bersih tambak udang supra intensif skala menengah (2 500 m2) 67

7 Cash flow sensitivitas kenaikan harga pakan 14 persen per tahun pada

usaha tambak skala kecil (1 000 m2) 68

8 Cash flow sensitivitas kenaikan harga benur 10.7 persen per tahun pada

usaha tambak skala kecil (1 000 m2) 69

9 Cash flow sensitivitas kenaikan harga TDL 12.5. persen per tahun pada

usaha tambak skala kecil (1 000 m2) 69

10 Cash flow sensitivitas kenaikan harga pakan 14 persen per tahun pada

usaha tambak skala menengah (2 500 m2) 70

11 Cash flow sensitivitas kenaikan harga benur 10.7 persen per tahun pada

usaha tambak skala menengah (2 500 m2) 70

12 Cash flow sensitivitas kenaikan harga TDL 21.5 persen per tahun pada

usaha tambak skala menengah (2 500 m2) 71

13 Cash flow switching value harga pakan pada usaha tambak skala kecil

(1 000 m2) 72

14 Cash flow switching value harga benur pada usaha tambak skala kecil

(1 000 m2) 72

15 Cash flow switching value harga TDL pada usaha tambak skala kecil

(1 000 m2) 73

16 Cash flowswitching value penurunan produksi pada usaha tambak skala

kecil (1 000 m2) 74

17 Cash flow switching value harga pakan pada usaha tambak skala

menengah (2 500 m2) 75

18 Cash flow switching value harga benur pada usaha tambak skala

menengah (2 500 m2) 76

19 Cash flow switching value harga listrik pada usaha tambak skala

menengah (2 500 m2) 77

20 Cash flowswitching value penurunan produksi pada usaha tambak skala

(16)
(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Permintaan konsumsi pangan global semakin bertambah dan berkembang seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk serta perubahan selera masyarakat global. Tingkat pertumbuhan penduduk dunia sebesar 1.3 persen per tahun ikut menambah jumlah permintaan kebutuhan pangan global (PRB 2013). Dinamika kebutuhan pangan global berkembang seiring dengan kesadaran masyarakat akan kesehatan yang beralih pada kebiasaan gaya hidup sehat dari konsumsi “red meat

(daging sapi, kambing dsb) menjadi “white meat” (ikan & seafood). Perubahan

selera tersebut mempengaruhi jumlah konsumsi ikan per kapita penduduk dunia yang meningkat sebesar 9.37 persen dari tahun 2011 ke tahun 2012 (NMFS 2012). Konsumsi ikan per kapita terdiri dari komoditas ikan laut, termasuk udang dan ikan air tawar yang dikonsumsi oleh penduduk dunia.

Udang (Litopenaeus sp) merupakan komoditas konsumsi perikanan unggulan di pasar global, namun ketersediaan suplainya belum tercukupi. Jurnal

Agricultural Outlook (OECD-FAO) tahun 2013, menjabarkan bahwa permintaan

pasar udang dunia belum tercukupi oleh suplai udang dunia yang turun akibat

penyakit“Early Mortality Syndrome” (EMS). Penyakit tersebut melanda beberapa

negara produsen udang seperti China, Thailand, Malaysia, Vietnam, dan Meksiko (Listianingsih 2013). Negara konsumsi udang terbesar dunia adalah negara Amerika, Uni Eropa, dan Jepang. Jumlah total permintaan udang dunia di tahun 2013 sebesar 4.18 juta ton namun baru tercukupi oleh suplai udang dunia sebesar 3.08 juta ton. Hal tersebut menunjukkan adanya gap jumlah produksi dengan permintaan udang minus 1.10 juta ton. Jumlah produksi dan permintaan udang dunia dapat dilihat di Tabel 1 berikut.

Tabel 1 Produksi dan permintaan udang dunia tahun 2012-2013

Sumber: OECD-FAO (2014)

Indonesia sebagai negara produsen udang berpeluang untuk meningkatkan ekspor udang di pasar internasional karena di tahun 2013 memiliki market share

(18)

Upaya peningkatan produksi telah dilakukan oleh Indonesia untuk merespon peluang pasar global dan domestik melalui produksi budidaya udang. Budidaya udang memberikan kepastian keberlanjutan usaha, karena dapat di prediksi jumlah produksi dibandingkan dengan tangkapan udang di alam. Komoditas produksi udang budidayadi Indonesia terdiri dari dua jenis yaitu, Udang Vaname

(Litopenaeus vannamei) dan Udang Windu (Litopenaeus monodon). Produksi

udang budidaya dan tangkapan di Indonesia tahun 2009 sampai2013dimuat pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2 Produksi udang budidaya dan tangkap di Indonesia 2009-2013

Sumber

Produksi Udang

Tahun (ton) Pertumbuhan

2012-2013 (%)

2009 2010 2011 2012 2013

Budidaya 338 060 380 972 400 385 415 703 544 979 31.09

Tangkap 236 870 227 326 260 618 263 032 262 020 -0.38

Total Produksi 574 930 608 298 661 003 678 735 806 999 18.89

Sumber: Diolah dari Kelautan dan Perikanan dalam Angka, Triwulan I (KKP 2014)

Teknologi intensifikasi diperlukan untuk meningkatkan produksi udang budidaya Indonesia dalam mengejar jumlah permintaan udang global dan domestik. Peningkatan produksi budidaya udang berdampak positif pada volume dan nilai ekspor udang Indonesia yang mengalami peningkatan. Nilai ekspor udang Indonesia meningkat 665.8juta USD di tahun 2013 selaras dengan peningkatan volume ekspor udang sebesar 11 273ton (KKP 2014). Volume dan nilai ekspor udang Indonesia tahun 2009 sampai 2013 dimuat pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3 Volume dan nilai ekspor udang Indonesia 2009-2013

Tahun

Volume Ekspor Nilai Ekspor Udang

Nilai (ton) Pertumbuhan (%) Nilai 1 000(USD) Pertumbuhan (%)

2009 150 989 - 1 007 481 -

2010 145 092 -3.91 1 056 399 4.86

2011 158 062 8.94 1 309 674 23.98

2012 162 068 2.53 1 304 149 -0.42

2013 173 341 6.96 1 970 000 51.06

Sumber: Diolah dari Kelautan dan Perikanan Dalam Angka, Triwulan I (KKP 2014)

Teknologiintensifikasi budidaya tambak udang supra intensif diciptakan oleh CV Dewi Windu pada tahun 2013 di Kabupaten Barru, provinsi Sulawesi Selatan. Provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu wilyah dari sembilan sentra produksi udang nasional. Teknologi ini lahir karena pada umumnya produktifitas tambak udang di Kabupaten Barru rendah yaitu 0.31 ton/ha (DKP SulSel 2012). Hal tersebut terjadi karena petambak pada umumnya menggunakan teknologi tradisional (ekstensif).

(19)

sebesar 153 ton udang/ha dari teknologi sebelumnya hanya 70 ton udang/ha. Teknologi ini menerapkan budidaya dengan padat tebar tinggi 1 000 ekor/m2, dibandingkan teknologi ekstensif dan intensif sebelumnya hanya sebesar 50 sampai 120 ekor/m2. Hal tersebut membuat teknologi supra intensif berbeda secara teknis dengan teknologi sebelumya dengan adanya perbedaan aktifitas teknis, menejerial organisasi dan dampak lingkungan yang ditimbulkan. Berikutnya teknologi ini menggunakan luas petak tambak yang lebih kecil dibandingkan tambak konvensional pada umumnya, sehingga memudahkan pengontrolan dan pengawasan. Hal tersebut menjadikan teknologi ini lebih tinggi tingkat keberhasilan SR (survival rate) yaitu 90 persen dibandingkan dengan teknologi sebelumnya yang hanya 70-80 persen. Teknologi ini baru dilakukan pada luasan petak tambak ukuran kecil 1 000 m2 dan 1 200 m2. Teknologi ini belum di analisa pada luas petak tambak ukuran menengah 2 500 m2. Karena pada umunya petambak di Indonesia dan khususnya di Sulawesi Selatan memiliki luas petak tambak berukuran menengah.

Perumusan Masalah

Modal investasi yang besar dibutuhkan untuk membangun tambak udang teknologi supra intensif. Modal tersebut digunakan untuk investasi konstruksi tambak beton, plastik HDPE, instalasi central drain, blower, instalasi blower, alat ukur kualitas air digital, dan automatic feeder. Pengadaan peralatan dan teknologi pendukung tersebut harus dipenuhi selama kegiatan budidaya pada lahan tambak yang minim dan padat penebaran tinggi.

Modal investasi CV Dewi Windu dalam pengembangan teknologi supra intensif menggunakan modal investasi yang bersumber dari modal pribadi. Analisis kelayakan finansial dan non finansial secara mendetail, belum diketahui apakah usaha ini mendatangkan keuntungan atau kerugian bagi CV Dewi Windu. Investasi yang besar dengan risiko budidaya yang tinggi dibandingkan dengan

opportunity cost of capital atau discount rate DR 12.72 persen dari return of

investment saham perusahaan go public menjadi acuan untuk melihat seberapa

layak bisnis ini. Teknologi supra intensif saat ini baru di kembangkan pada skala kecil dengan luas tambak berukuran 1 000 m2 di CV Dewi Windu yang berbeda dengan luas petak tambak pada umumnya seluas 2 500 m2 bersekala usaha menengah. Hal tersebut menunjukkan belum adanya analisis teknologi ini dapat dikembangkan dengan luas petak tambak skala kecil atau menengah. Kajian ilmiah analisis kelayakan finansial dan non finansial dilakukan mendetail terhadap variabel-variabel yang dapat mempengaruhi keberlanjutan usaha seperti kenaikkan harga input dan penurunan output jumlah hasil produksi.

Aspek Non Finansial penelitian ini di fokuskan pada aspek teknis, aspek menejemen organisasi, dan aspek dampak lingkungan dari kegiatan tambak udang supra intensif. Aspek teknis teknologi supra intensif di kaji berdasarkan kelayakan lokasi, pemilihan teknologi, penentuan skala produksi, dan penentuan layout

(20)

sebanyak 1 000 ekor/m2 dengan produktifitas produksi 153 ton/ha. Namun analisis penurunan maksimal produksi teknologi ini belum dianalisis lebih rinci berapa skala maksimal penurunan produksi teknologi ini. Pemilihan mesin untuk perlengkapan teknis di pilih berdasarkan kapasitas daya dan manfaat alat tersebut sesuai dengan kondisi dan skala usaha yang digunakan. Aspek menejemen organisasi kerja selama proses budidaya berlangsung diamati dari sisi pelaksanaan jadwal usaha dan efisiensi penggunaan tenaga kerja. Aspek sosial lingkungan dilihat dari dampak positif dan negatif yang ditimbulkan.

Analisis kelayakan finansial menganalisa aspek investasi peralatan teknis yang dipakai selama proses produksi dari awal kegiatan, aktifitas pemeliharaan, hingga aktifitas panen serta mencatat kebutuhkan biaya apa saja dan berapa jumlahnya untuk keperluan biaya (biaya operasional). Hal ini dikarenakan peralatan pendukung yang di investasikan untuk teknologi supra intensif berbeda bentuk dan jumlahnya dengan alat-alat investasi teknologi intensif dan konvensional. Pengamatan aspek finansial terbatas pada biaya-biaya operasional yang diperlukan di amati sesuai dengan aktifitas teknis operasi yang dilakukan selama berjalannya teknologi supra intensif pada skala luas petak tambak kecil dan menengah. Analisis kelayakan finansial akan dinyatakan layak apabila nilai hasil uji sesuai dengan kategori kelayakan finansial (NPV, Net B/C, IRR dan

Payback periode).

Keberlangsungan teknologi ini, bergantung pada ketersediaan energi listrik, karena sebagian besar teknologi yang digunakan membutuhkan tenaga listrik untuk beroperasi. Kebutuhan listrik teknologi tambak supra intensif besarnya tidak jauh berbeda dengan tambak intensif berada dalam kategori golongan industri (14KVA- 200KVA). Trend kenaikan tarif dasar listrik dari tahun 2004 sampai 2011 mengalami kenaikan sebesar 32.5 persen dari Rp600/kwh di tahun 2004 menjadi Rp795/kwh di tahun 2011. Rata-rata kenaikan tarif dasar listrik per tahun sebesar 21.5 persen. Kepekaan terhadap biaya pakan juga di uji karena adanya fluktuasi pada harga pakan. Sejak tahun 2007, harga pakan udang semula Rp8 000/kg naik menjadi Rp12 000/kg di tahun 2012 atau mengalami kenaikan harga rata-rata per tahun sebesar 14 persen. Padat tebar benur yang tinggi membutuhkan biaya operasional pengadaan benur yang besar, kenaikan harga benur periode tahun 2011 sampai 2014 naik 35.7 persen dengan rata-rata per tahun naik 10.7 persen.

Uji sensitivitas terhadap kenaikan harga listrik, harga pakan, dan harga benur penting untuk mengetahui kenaikan input mana yang paling sensitif terhadap kelayakan bisnis pada skala petak tambak ukuran kecil dan menengah. Berikutnya, teknologi supra intensif di CV Dewi Windu belum di analisis batas maksimal penurunan produksi yang dapat merugikan usaha jika jumlah produksi turun. Analisis batas maksimal penurunan produksi berfungsi sebagai ukuran batas kelayakan bisnis terhadap jumlah hasil produksi. Nilai maksimal persentase kenaikan harga input produksi yang paling sensitif dan batas penurunan jumlah produksi menjadi informasi kelayakan usaha teknologi supra intensif terhadap pengembalian modal investasi di CV Dewi Windu.

(21)

1. Bagaimana kelayakan usaha tambak udang vaname supra intensif CV Dewi Windu dilihat dari aspek non finansial seperti aspek teknis, aspek menejemen organisasi dan aspek sosial lingkungan?

2. Bagaimana kelayakan investasi (NPV, Net B/C, IRR, dan PP) usaha tambak udang vaname supra intensif dilihat dari aspek finansial pada skala petak tambak kecil dan menengah?

3. Bagaimana tingkat kepekaan kelayakan usaha tambak udang vaname supra intensif secara finansial pada skala petak tambak kecil dan menegah terhadap perubahan kenaikan harga per tahun input produksi (pakan, benur dan tariff dasar listrik) masing-masing 14 persen, 21.5 persen, dan 10.7 persen?

4. Berapa besar batas maksimal kenaikan harga input produksi dan batas penurunan maksimal hasil produksi udang vaname yang mempengaruhi kelayakan usaha pada skala petak tambak kecil dan menegah melalui uji

switching value?

5. Bagaimana perbandingan kelayakan usaha tambak udang vaname supra intensif pada skala petak tambak kecil dan menegah?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis kelayakan usaha tambak udang supra intensif CV Dewi Windu dari aspek nonfinansial dan aspek finansial yang fokus pada aspek teknis, aspek menejemen organisasi dan aspek sosial lingkungan.

2. Mengevaluasi kriteria kelayakan investasi teknologi supra intensif di CV Dewi Windu dilihat dari aspek finansial padaskala petak tambak kecil dan menengah.

3. Menganalisis tingkat kepekaan kelayakan usaha tambak udang supra intensif finansial pada skala petak tambak kecil dan menengah terhadap kenaikan harga input per tahun (pakan 14 persen, benur 21.5 persen, dan listrik 10.7 persen).

4. Mencari batas maksimal kenaikan biaya input dan batas penurunan maksimal jumlah hasil produksi usaha tambak udang supra intensif pada skala petak tambak kecil dan menengah.

5. Membandingkan kelayakan usaha tambak udang vaname supra intensif pada skala petak tambak kecil dan menegah.

Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis melatih kemampuan dan aplikasi ilmu kelayakan bisnis yang telah di dapat selama kuliah, dan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis Penyelenggaraan Khusus Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

(22)

input (pakan, tarif dasar listrik, benur), dan penurunan output (jumlah produksi).

3. Bagi pengusaha tambak udang Indonesia, menjadi informasi tambahan kelayakan investasi dan manajemen pengembangan teknologi udang supra intensif.

4. Sebagai bahan informasi, pustaka dan pengetahuan mengenai studi kelayakan bisnis tambak udang vanamei bagi peneliti selanjutnya dan masyarakat umum.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitin di fokuskan pada teknologi budidaya tambak udang vaname supra intensif di tambak CV Dwi Windu pada skala usaha kecil dengan luas petak tambak 1 000 m2 dan analisis skala petak tambak menengah dengan luas 2 500 m2. Data primer didapat melalui wawancara secara langsung dan observasi pengamatan di lapang. Data sekunder berupa harga jual dan data produksi tambak selama periode produksi tahun 2013. Studi kelayakan ini membahas kelayakan dari aspek teknis (lokasi usaha, skala produksi, pemilihan teknologi, dan layout

usaha), aspek menejemen organisasi, aspek sosial lingkungan dan aspek finansial. Aspek hukum dan pasar tidak dibahas pada penelitian ini, karena CV Dewi Windu sudah memiliki badan hukum usaha. Aspek pasar untuk udang tidak dikaji lebih dalam karena udang menjadi komoditas unggulan perikanan. Aspek finansial hanya membahas analisis kriteria investasi (perkiraan cash flow, Net

Present Value, Net Benefit Cost, IRR, dan analisis kepekaan terhadap kenaikan

harga input produksi (pakan 14 persen, benur 10.7 persen, dan tarif dasar listrik 21.5 persen). Perbandingan opportunity cost of capital atau discount rate DR nilai investasi yang digunakan sebesar 12.72 persen, berdasarkan return of investment

saham dari perusahaan go public PT Astra Agro Lestari periode tahun 2013. Hasil perhitungan pada aspek finansial menggunakan cashflow yang diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel.

TINJAUAN PUSTAKA

Investasi Tambak Udang

(23)

Investasi pembuatan konstruksi tambak beton pada budidaya intensif berfungsi untuk membuat struktur kolam tambak yang kokoh, mencegah kebocoran, dan dengan tata letak air yang sistematis. Pembuatan tambak beton membutuhkan investasi besar karena menggunakan bahan material pondasi yang kuat untuk konstruksi dinding tambak beton.

Investasi kincir dan paddle wheel berfungsi untuk memenuhi kebutuhan oksigen terlarut di dalam air pada budidaya dengan padat penebaran tinggi. Kincir juga berfungsi untuk mengaduk air tambak agar tidak terjadi stratifikasi parameter kualitas air. Berikutnya kincir berfungsi untuk menjaga kualitas air tambak dengan terbentuknya arus air mengumpulkan sendimen kotoran di dasar tambak menuju pusat pembuangan kolam central drain (Andriyanto 2013).

Usaha meningkatkan produktifitas produksi udang vaname dapat dilakukan melalui expansi lahan secara ekstensifikasi dan intensifikasi. Pengembangan intensifikasi dilakukan melalui perbaikan teknis dan penggunaan metode teknologi baru. Perluasan dengan intensifikasi dilakukan salah satunya dengan meningkatkan padat penebaran, meningkatkan survival rate dan menurunkan FCR

(Feeding Conversion Rate) pada pakan dilakukan dengan teknologi budidaya

intensif (Diatin 2010).

Pengaruh Faktor Teknis Pada Biaya Produksi Tambak Udang

Modal kerja tambak udang difungsikan untuk biaya operasional, kebutuhan input produksi yang terdiri dari tenaga kerja, biaya pengadaan benur, biaya pakan, biaya pupuk, biaya pestisida dan biaya bahan bakar. Variabel produksi tersebut tidak saling dipengaruhi satu sama lain, melainkan mempengaruhi faktor produksi. Apabila ada peningkatan faktor produksi salah satunya, padat penebaran dan jumlah pakan yang diberikan akan memperbesar hasil produksi (Andriyanto 2013). Ling (2012) mengklasifikasikan persentase biaya-biaya produksi sesuai dengan teknologi budidaya tambak semi intensif dan intensif udang vaname. Teknologi budidaya intensif membutuhkan komposisi persentase biaya produksi yang lebih besar di bandingkan dengan teknologi semi intensif. Persentasi biaya produksi yang terbesar digunakan untuk biaya pakan, benih dan listrik. Persentase biaya pakan sebesar 63 persen, biaya benih dan listrik sebesar 8 persen.

Biaya pakan menjadi elemen terbesar pada biaya produksi tambak udang vaname. Persentase biaya produksi pada teknologi intensif udang windu menunjukkan biaya pakan sebesar 69.24 persen, benur 8.12 persen, dan biaya

listrik 0.45 persen (Ruslan 2004). Biaya operasional produksi tambak

sewaktu-waktu dapat meningkat akibat oleh adanya perubahan kenaikan harga pakan,

sehingga berpengaruh pada kelangsungan bisnis.

Biaya pengadaan benur menjadi biaya produksi terbesar ke dua setelah

biaya pakan. Meinugraheni (2004) pada penelitian kelayakan bisnis tambak udang

(24)

modal pinjaman dari bank. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya sensitifitas perubahan harga input dari kenaikan harga benur.

Teknologi tambak udang modern menggunakan padat penebaran tinggi membuat kebutuhan biaya energi listrik besar. Hal ini menurut Ling (2012) biaya listrik menjadi urutan terbesar ke tiga setelah biaya pakan dan benur. Hasil penelitian Taparhudee (2009) menyebutkan bahwa dalam penggunaan aerator

paddle wheel satu kali siklus tambak udang intensif memerlukan biaya energi

listrik sebesar Rp21 648 000/ha. Kebutuhan industri tambak udang masuk ke dalam kategori golongan industri (14KVA- 200KVA). Kenaikan tarif dasar listrik di Indonesia dari tahun 2004 sampai tahun 2011 mengalami kenaikan sebesar 32.5 persen dengan rata-rata kenaikan TDL per tahun sebesar 10.4 persen. Hal ini menjadikan listrik sebagai salah satu aspek produksi yang sensitif terhadap perubahan harga.

Teknologi Tambak Udang Indonesia

Pengembangan teknologi perikanan budidaya tambak dirancang dalam upaya optimalisasi pemanfaatan lingkungan pesisir untuk mendapatkan manfaat dari potensi yang dimanfaatkan. Menurut (Triyatmo 2013) dalam disertasinya pemanfaatan area pesisir dengan teknologi budidaya udang vanamei secara tradisional hanya memanfaatkan pasang-surut air laut dengan menghasilkan produktivitas jumlah panen yang cukup rendah karena belum adanya aktifitas pengamatan dan perawatan air secara terkontrol. Sebaliknya budidaya tambak secara intensif dan semi intensif menggunakan tambahan investasi teknologi. Berdasarkan perbedaan spesifikasi teknologi budidaya udang vanamei secara tradisional, semi intensif, dan ekstensif, kriteria budidaya dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.

Tabel 4 Kriteria spesifikasi teknologi tambak budidaya udang vaname

Paramenter Spesifikasi Teknologi

Intensif Semi Intensif Ektensif

Luas petak ≤ 0.5 ha > (0.5-1.0) > 0.1

Bentuk petakan bujur sangkar/ pesegi

panjang

bujur sangkar/

pesegi panjang tidak ada persyaratan

Pembuangan Caren (central drain) (central drain) saluran/ parit keliling

Pematang tanah/ beton tanah tanah

Pintu Air 2 (terpisah, pintu

buang di tengah)

2 (terpisah, pintu

buang di tengah) 1 atau 2

Kedalaman air(Cm) 100-120 100-120 60-80

Sistem irigasi close system semi close system open system

Aerator 1 PK/600 kg udang 1 PK 1000kg utang -

Pompa air mutlak mutlak tidak tersedia

Padat tebar(ekor/ 2) 100-125 25-50 5-10

Pakan pakan buatan pakan buatan alami pakai alami

Produksi (kg/ha/MT) >8.000 2.400-4.000 800-1600

(25)

Kelayakan Aspek Non Finansial

Kelayakan aspek non finansial mencakup aspek pasar, aspek teknis, aspek hukum, aspek menejemen organisasi, dan aspek sosial lingkungan. Kelayakan aspek non finansial pada penelitian ini fokus membahas pada aspek teknis, aspek menejemen organisasi dan aspek sosial lingkungan. Aspek teknis usaha tambak udang yang perlu diperhatikan adalah ketersediaan sumber daya dan jarak sumber daya produksi dengan lokasi usaha, sumber air serta sumber listrik. Hal tersebut dikemukaan oleh Wiranto (2010) pada penelitiannya bahwa ketersediaan sumber air yang tepat sesuai dengan kriteria hidup udang memudahkan secara teknis pemeliharaan dan keberlangsungan budidaya. Berikutnya penelitian Wicaksono (2010) membahas efisiensi rantai pasok udang yang akan efisien dari segi biaya apabila tambak udang dekat dengan sumber bahan baku. Oleh karena itu sebaiknya jarak antara lokasi usaha dengan sumber bahan baku tidak terlalu jauh sehingga efisien dalam segi biaya pengadaannya.

Aspek menejemen dan organisasi dinyatakan layak jika usaha dijalankan sesuai dengan perencanaan, pencatatan data, terdapat kesiapan tenaga kerja untuk menjalankan bisnis, dan bisnis tersebut dapat dibangun sesuai dengan waktu yang telah diperkirakan (Suliyanto 2010). Pernyataan tersebut dapat dibuktikan oleh Simatupang (2013) dengan adanya ketersediaan tenaga kerja yang kompeten dan struktur organisasi yang ramping, pembagian tugas dan wewenang jelas pada usaha ikan hias neon tetra berjalan sesuai dengan waktu yang direncanakan.

Aspek sosial dan lingkungan, usaha yang dilakukan harus dapat memberikan kontribusi positif terhadap masyarakat dan ikut serta dalam menjaga kelestarian lingkungan. Hal tersebut dibuktikan oleh Simatupang (2013) bahwa adanya usaha perikanan memberikan kontribusi positif terhadap warga sekitar dengan penciptaan lapangan pekerjaan. Sebaliknya dampak negatif hasil produksi budidaya dapat di minimalisir melalui pengendapan limbah hasil budidaya di kolam reservoir.

Kelayakan Aspek Finansial

Aspek finansial usaha yang akan dan sedang dijalankan dinyatakan layak secara finansial apabila memenuhi 4 kriteria investasi yaitu Net B/C >1, NPV >0, IRR diatas discount rate dan payback periode yang kurang dari umur bisnis atau proyek. Penelitian yang menunjukkan adanya pengaruh perubahan investasi teknologi tambak udang tradisional ke teknologi intensif diteliti oleh Lawaputri (2011) yang menunjukkan hasil nilai NPV Rp1 795 791 822 lebih besar dari nol, nilai Net B/C sebesar 1.18 yang lebih besar dari 1 dengan IRR sebesar 26 persen yang lebih besar dari discount rate suku bunga pinjaman bank 8 persen saat itu layak untuk dijalankan. Penelitian kelayakan investasi dengan ada atau tidaknya perbaikan teknis pada skala petak tambak yang berbeda diteliti oleh Diatin (2010) menunjukkan hasil kelayakan investasi dengan adanya perbaikan teknis lebih besar nilai NPV, Net B/C dan IRR tingkat pengembalian investasi modal.

(26)

Rp12 000 per kg menghasilkan nilai NPV positif, Net B/C > 1 dan IRR lebih besar dari suku bunga yang berlaku masih layak untuk dijalankan. Namun kenaikan harga pakan menjadikan NPV turun yang semula Rp1 625 456 413 menjadi Rp758 934 791. Nilai net B/C pun ikut turun yang semula 2.28 menjadi 1.58 setelah adanya kenaikan pakan. Nilai IRR pun ikut turun menjadi 33.57 persen yang semula 51.84 persen sebelum adanya kenaikan harga pakan.

Analisis switching value di uji untuk mencari skala maksimal kenaikan harga input dan menunjukkan seberapa kuat usaha mesih dapat bertahan hingga keuntungan sama dengan 0. Penelitian udang dengan menggunakan analisis

switching value sebelumnya belum dilakukan, sehingga belum ada tinjauan

pustaka sebagai rujukan penelitian.

Ke tiga penelitian terdahulu memberikan gambaran pada penulis untuk meneliti kelayakan bisnis tambak udang vaname teknologi supra intensif dengan skala luas petak tambak kecil dan menengah di CV Dewi Windu Sulawesi Selatan mengenai analisis biaya dan manfaat serta laba rugi. Kesamaan dari peneliti terdahulu dengan penelitian penulis adalah alat analisis kelayakan finansialNPV

(Net Present Value), IRR (Inernal Rate Return), Net B/C (Net Benefit Cost Ratio),

PP (Payback Period). Selain kajian terhadap aspek kelayakan, penelitian ini juga

menganlisis switching value. Analisis ini berguna untuk mengetahui batasan kenaikan variabel-variabel input (pakan, benur, TDL) dan batas penurunan jumlah produksi, terhadaptingkat kelayakan usaha teknologi supra intensif pada skala petak tambak kecil dan menengah.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Bisnis didefinisikan sebagai keseluruhan kegiatan yang direncanakan dan dijalankan oleh perorangan atau kelompok secara teratur dengan cara menciptakan, memasarkan, baik barang maupun jasa, baik dengan tujuan mencari keuntungan maupun tidak bertujuan mencari keuntungan (Suliyanto 2010). Berdasarkan definisi tersebut, dilihat dari tujuan bisnis dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok. Bisnis yang berorientasi keuntungan (Profit Oriented)

didirikan untuk memperoleh keuntungan untuk meningkatkan kesejahteraan pemilik dan karyawan serta untuk mengembangkan usaha lebih lanjut. Contohnya perusahaan pembuat benih, perusahaan pembesaran udang vaname, perusahaan pengolahan hasil pertanian dan sejenisnya. Sebaliknya, bisnis yang tidak berorientasi pada keuntungan (Non Profit Oriented) didirikan dengan tujuan utama kepentingan sosial. Contohnya seperti Yayasan Sosial Jompo dan sejenisnya.

(27)

Studi Kelayakan Bisnis

Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian yang bertujuan untuk memutuskan apakah sebuah ide bisnis layak untuk dilaksanakan atau tidak. Sebuah ide bisnis dinyatakan layak dilaksanakan apabila ide tersebut dapat mendatangkan manfaat yang lebih besar bagi semua pihak (stakeholder) dibandingkan dampak negatif yang ditimbulkan (Suliyanto 2010). Beberapa aspek yang perlu diperhatikan yaitu aspek non finansial dan aspek finansial dan diantara aspek-aspek tersebut saling berkaitan dalam memenuhi kriteria kelayakan suatu bisnis. Studi kelayakan bisnis dibagi kedalam aspek non finansial (aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya, aspek lingkungan) dan aspek finansial (Nurmalina et al. 2009).

Aspek- Aspek Studi Kelayakan Bisnis

Aspek kelayakan bisnis non finansial pada penelitian ini mengkaji aspek teknis, aspek menejemen organisasi dan aspek sosial lingkungan pada tambak udang supra intensif. Berikutnya aspek finansial penelitian ini akan mengkaji rugi laba suatu proyek investasi terhadap usaha tambak udang vaname supra intensif skala luas tambak kecil dan menengah dilihat dari kelayakan investasi melalui kajian nilai NPV (Net Present Value), Net B/C (Benefit Cost), IRR (Internal Rate

of Return), Payback Periode, analisa sensitivitas dan switching value.

Aspek Teknis

Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun. Teknik juga merupakan penerapan ilmu dan teknologi untuk menyelesaikan permasalahan melalui pengetahuan, dan pengalaman praktis dalam mendesain bisnis. Aspek ini dianalisis dengan tujuan memberi jawaban kelayakan secara teknis dan pilihan teknologi yang tepat untuk diterapkan. Melalui kajian aspek teknis ini akan terungkap berbagai kebutuhan dalam pelaksanaan bisnis, bagaimana proses produksi dilakukan, kapasitas produksi, mesin produksi, jenis teknologi yang digunakan dan layout usaha (Suliyanto 2010). Aspek ini dibutuhkan dalam menentukan jenis teknologi yang digunakan. Kegagalan bisnis di masa yang akan datang dapat diantisipasi melalui pemahaman aspek teknis. Berdasarkan analisis ini pula dapat diketahui rancangan awal penaksiran biaya investasi termasuk biaya eksploitasinya (Nurmalina et al.2009).

Aspek Menejemen dan Organisasi

Pelaksanaan pembangunan bisnis harus direncanakan dengan baik agar tidak terjadi hal-hal yang menghambat berjalanya bisnis. Kegiatan perencanaan pembangunan bisnis berkaitan dengan kesiapan tenaga kerja, perencanaan dan penjadwalan proyek, analisis jabatan pekerja, proyeksi kebutuhan tanaga kerja, dan struktur organisasi kerja. Oleh karena itu aspek menejemen dan organisasi diperlukan untuk melihat apakah bisnis dapat dijalankan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan dan apakah tersedia sumber daya manusia mumpuni untuk menjalankan bisnis (Suliyanto 2010).

Aspek Sosial dan Lingkungan

(28)

manfaat terhadap lingkungan lokasi bisnis tersebut seperti semakin ramai daerah tersebut, lalu lintas semakin ramai dengan adanya listrik, telepon, dan sarana penunjang lainnya. Aspek sosial juga memberikan apakah ada dampak ekonomi peningkatan pendapatan masyarakat, pendapatan pajak yang ditimbulkan dari adanya suatu bisnis. Suliyanto (2010) menjelaskan apakah bisnis dapat berpengaruh terhadap perubahan lingkungan yang akan datang terhadap bisnis. Suatu bisnis dapat menimbulkan berbagai aktifitas dari hasil aktifitasnya sehingga berdampak pada lingkungan sekitar lokasi bisnis. Aspek lingkungan layak jika bisnis dapat memberikan manfaat besar dibandingkan dampak negatif terhadap wilayah tersebut.

Aspek Finansial

Pada analisis finansial, selain analisis rugi laba diperlukan juga analisis suatu proyek investasi terhadap kas, hal ini dilakukan agar investor dapat melakukan investasi dan membayar kewajiban finansial. Menurut Nurmalina et al.(2010), cashflow disusun untuk menunjukan perubahan kas selama 1 periode tertentu serta memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukan dari mana sumber-sumber kas dan penggunaannya.

Kriteria kelayakan investasi secara finansial yang digunakan dalam penelitian ini antara lain meliputi: Kriteria-kriteria yang menentukan kelayakan investasi diantaranya adalah NPV (Net Present Value), IRR (Inernal Rate Return), Net B/C (Net Benefit Cost Ratio), PP (Payback Period), analisis sensitivitas

danswitching value) Setiap kriteria digunakan untuk menentukan layak atau

tidaknya suatu proyek untuk dijalankan. 1. NPV (Net Present Value)

NPV (Net Present Value) adalah selisish antara nilai sekarang manfaat dengan arus biaya.NPV juga dapat diartikan sebagai nilai sekarang dari arus kas yang ditimbulkan oleh investasi. Suatu bisnis dikatakan layak jika NPV > 0 yang artinya bisnis menguntungkan atau memberikan manfaat. Sedangkan apabila NPV < 0 maka bisnis tidak layak untuk dijalankan.

2. IRR (Internal Rate of Return)

Internal Rate of Return atau tingkat discount rate yang menghasilkan

NPV sama dengan nol dan untuk melihat seberapa besar pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan. Suatu bisnis dikatakan layak bila dapat memberikan nilai IRR yang lebih besar dari tingkat discount rate yang berlaku. Sebaliknya suatu bisnis dinyatakan tidak layak bila nilai IRR lebih kecil dari

discount rate yang berlaku.

3. Net B/C (Net Benefit Cost Ratio)

Net Benefit Cost Ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai

positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Kriteria investasi Net B/C digunakan untuk mengetahui sampai sejauh mana manfaat yang diterima oleh bisnis dapat menutup seluruh biaya yang dikeluarkan dan mempunyai modal lagi bagi kelanjutannya.

(29)

4. PP (Payback Period)

Payback Period atau tingkat pengembalian adalah suatu indikator untuk

menilai kelayakan suatu bisnis atau usaha yang akan dijalankan. Semakin cepat modal itu dapat kembali, semakin baik suatu proyek untuk diusahakan karena modal yang kembali dapat dipakai untuk membiayai kegiatan lain. Kriteria suatu bisnis dikatakan layak apabila Payback Period kurang dari umur bisnis. 5. Analisis Sensitivitas dan Switching value

Pengembangan bisnis pada dasarnya menghadapi ketidakpastian karena dipengaruhi perubahan-perubahan, baik dari sisi penerimaan atau pengeluaran yang pada akhirnya akan mepengaruhi kegiatan usaha atau proyek. Variasi dari analisis sensitivitas adalah nilai pengganti (switching value). Menutur Gittinger (1986) dalam Nurmalina et al. (2010), menjelaskan bahwa analisis switching

value merupakan perhitungan untuk mengukur perubahan maksimum dari

perubahan suatu komponen inflow (penurunan harga output, penurunan produksi) atau perubahan komponen outflow (peningkatan harga input atau peningkatan biaya produksi) yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak. Oleh karena itu perubahan jangan melebihi nilai tersebut. Bila melebihi maka bisnis menjadi tidak layak untuk dijalankan. Perhitungan ini mengacu kepada berapa besar perubahan terjadi sampai NPV= 0.

Kerangka Pemikiran Operasional

Permintaan udang dunia meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk sehingga menaikan jumlah konsumsi udang. Walaupun demikian ketersediaan udang dunia sedang mengalami penurunan produksi oleh serangan penyakit EMS di negara-negara produksi udang dunia. Jumlah total permintaan udang dunia di tahun 2013 sebesar 4.18 juta ton namun baru tercukupi oleh suplai udang dunia sebesar 3.08 juta ton. Hal tersebut menunjukkan adanya gap jumlah produksi dengan permintaan udang sebesar 1.10 juta ton.

Teknologi intensifikasi diperlukan untuk meningkatkan produksi udang budidaya Indonesia dalam memenuhi permintaan udang global dan domestik. Teknologi intensifikasi budidaya tambak udang supra intensif diciptakan oleh CV Dewi Windu pada tahun 2013 di Kabupaten Barru, provinsi Sulawesi Selatan. Teknologi ini lahir karena pada umumnya produktifitas tambak udang di Kabupaten Baru rendah yaitu 0.31 ton/ha (DKP SulSel 2012). Hal tersebut terjadi karena petambak pada umumnya menggunakan teknologi tradisional.

(30)

Aspek non finansial pada penelitian ini akan meneliti khusus pada aspek teknis, menejemen organisasi dan sosial lingkungan. Aspek finansial yang dianalisis adalah NPV (Net Present Value), IRR (Inernal Rate Return), Net B/C

(Net Benefit Cost Ratio), PP (Payback Period) dan analisis kepekaan terhadap

kenaikan harga per tahun input produksi (pakan 14 persen, benur 10.7 persen, dan tarif dasar listrik 21.5 persen) pada skala luas tambak kecil dan menengah. Imbangan pengembalian modal investasi pribadi discount rate 12.72 persen mengacu pada return of investment pembelian saham perusahaan terbuka. Evaluasi batas maksimal kenaikan harga input dan penurunan maksimal hasil produksi diteliti melalui uji switching value. Bagan kerangka pemikiran operasional penelitian ini dijelaskan oleh Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka pemikiran operasional penelitian

Pengembangan teknologi budidaya tambak udang supra intensif oleh CV Dewi Windu

Kelayakan bisnis tambak udang vaname teknologi supra intensif

Diperlukan teknologi Intensifikasi untuk meningkatkan jumlah produksi udang

Kendala

Jumah permintaan udang belum tercukupi karena jumlah produksi turun dan masih rendahnya produktifitas produksi

Permintaan udang global dan domestik meningkat per tahun seiring dengan pertambahan jumlah penduduk serta

perubahan selera konsumsi

Tidak Layak Layak

Analisis Sensitivitas

 Kenaikan harga pakan 14%

 Kenaikan harga benur 10.7%

 Kenaikan harga listrik 21.5%

Analisis Switching value terhadap variabel

input (pakan, benur, listrik) dan variabel output (penurunan produksi).

Analisis Kelayakan Investasi

 NPV

 Net B/C

 IRR

Payback Period

Analisis Kelayakan Non Finansial

Aspek Teknis

Aspek Menejemen Organisasi

Aspek Sosial dan Lingkungan

Skala luas petak

tambak kecil (1 000m2)

Skala luas petak tambak

(31)
(32)

Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan diskusi dengan pemilik sekaligus penggagas budidaya tambak teknologi supra intensif dan staffnya seperti teknisi dan sekertaris perusahaan (dalam segi pencatatan data). Teknik observasi dilakukan dengan mengamati kegiatan teknis budidaya tambak dengan teknologi supra intensif yang meliputi, proses persiapan wadah tambak dan kelengkapan teknologi alat pendukung, mengamati aktifitas menejemen budidaya yang dilakukan hingga panen dan penjualan yang dilakukan. Observasi lapang juga dilakukan dengan mengamati peralatan investasi dan biaya apa saja yang di keluarkan serta biaya yang dikeluarkan untuk membeli peralatan dalam penerapan teknologi supra intensif. Pengamatan harga beli input produksi serta pengamatan harga output dari hasil tambak udang dilakukan dengan cara wawancara bertanya pada pengepul udang untuk mendapatkan angka ril di lapangan untuk bahan analisis pengolahan data selanjutnya.

Metode pemilihan responden yang digunakan pada kegiatan penelitian ini adalah purposive sampling. Responden sengaja dipilih oleh peneliti dengan syarat pihak yang bersangkutan memiliki hubungan keterkaitan langsung dengan usaha tambak dan mengetahui jelas aktivitas serta kegiatan yang berkaitan dengan teknologi tambak udang vanamei supra intensif.

Pengolahan Analisis Data

Data kualitatif akan diolah dan disajikan secara deskriptif mencari kelayakan lokasi usaha, skala produksi, pemilihan teknologi, layout usaha, organisasi kerja dan dampak sosial lingkungan. Data kuantitatif yang diperoleh khususnya tentang data penjualan yang dilakukan dan biaya-biaya baik investasi maupun operasional yang dikeluarkan oleh tambak percontohan udang vaname supra intensif dengan pengeolaan menggunakan Microsoft Excel. Pemilihan program tersebut digunakan dengan alasan mudah di operasikan.Data kualitatif diolah dan disajikan secara deskriptif.

Analisis Aspek Teknis

Aspek ini dilakukan dengan menganalisis usaha harus terus menerus memastikan bahwa pekerjaan secara teknis berjalan dengan lancar dan perkiraan-perkiraan secara teknis cocok dengan kondisi sebenarnya. Pengamatan aspek teknis fokus pada empat aspek yang diperhatikan menurut (Suliyanto 2010) yaitu penentuan luas lokasi bisnis, penentuan skala bisnis, pemilihan mesin teknologi, dan layout tambak. Aspek teknis dikatakan layak jika lokasi usaha penentuan skala bisnis, pemilihan mesin dan teknologi, dan layout ruangan dapat menghasilkan secara optimal serta mendukung kegiatan pengembangan usaha dalam memperoleh laba.

Analisa pengamatan deskriptif pada empat aspek teknis harus memperhatikan: 1. Penentuan lokasi bisnis memiliki pengaruh besar terhadap biaya operasional

dan biaya investasi. Penentuan lokasi bisnis layak apabila:

 Tersedia air laut budidaya, diukur menggunakan alat ukur kualitas air.

(33)

 Dekat dengan lokasi bisnis agar efisien dalam biaya transportasi.

 Tersedia sumber energi, air, dan sarana komunikasi sebagai fasilitas pendukung yang mendukung penggunaan teknologi

 Tersedia fasilitas transportasi dilakukan dengan pengamatan langsung. 2. Penentuan skala produksi ditentukan dengan kemampuan maksimal jumlah dan

volume produksi.

3. Pemilihan mesin dan peralatan teknologi supra intensif dinyatakan layak jika : a. Kemampuan mesin dan peralatan sesuai dengan luas dan skala produksi

yang di rencanakan. Hal ini untuk menghindari idle capacity yang akan menimbulkan pemborosan.

b. Tersedianya pemasok : peralatan yang digunakan harus mudah diperoleh beserta onderdil peralatannya, agar efisien dan tidak membutuhkan buaya besar dalam pengadaanya.

c. Umur ekonomis : taksiran umur ekonomis sesuai dengan proyeksi umur bisnis, jangan sampai umur ekonomi mesin terlalu pendek sehingga “habis” sebelum mencapai pengembalian tingkat investasi.

4. Layout pabrik merupakan keseluruhan bentuk penempatan fasilitas-fasilitas

yang diperlukan dalam produksi. Penentuan layout layak jika sesuai dengan kriteria; 1) jarak angkut antar bagian produksi mudah, 2) aliran teknis produksi baik, 3) efektif penggunaan ruang wilayah, 4) luwes dan indah, 5) memberikan keselamatan atas barang-barang yang diangkut ke tambak produksi, 6) memungkinkan dapat melakukan perluasan bisnis, 7) meminimalisir biaya produksi/ pemborosan, 8) memberikan jaminan keamanan dan kesehatan sesuai syarat K3 (keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja).

Analisis Aspek Manajemen dan Organisasi

Analisis aspek manajemen dilakukan untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan aspek manajemen pada usaha tambak udang vaname supra intensif seperti struktur organisasi, pembagian tugas dan wewenang karyawan. Analisis aspek manajemen dilakukan secara deskriptif untuk mengetahui apakah fungsi manajemen dapat diterapkan dengan contoh kondisi yang sebenarnya pada usaha tambak udang supra intensif. Aspek menejemen dan orgaisasi dinyatakan layak jika usaha tersebut dapat dilakukan sesuai waktu yang telah diperkirakan dan kesiapan tenaga kerja untuk menjalankanya.

Analisis Aspek Sosial dan Lingkungan

(34)
(35)

NPV2 = NPV yang bernilai negatif

Jika ternyata IRR lebih besar dari tingkat opportunity cost of capital atau

discount rate yang telah ditentukan berdasarkan return of investment penjualan

saham perusahaan terbuka PT AALI tahun 2013 sebesar 12.72 persen, maka usaha tambak supra intensif layak untuk dilakukan.

Payback Period

Payback Period adalah jumlah tahun yang dibutuhkan untuk menutupi

pengeluaran awal. Kriteria ini mengukur kecepatan proyek dalam mengembalikan biaya awal, maka ia menghitung arus kas yang dihasilkan dan bukan besarnya keuntungan akuntasi. Usaha layak untuk dilaksanakan jika payback period lebih kecil dari umur proyek. Secara matematis payback period dapat dirumuskan sebagai berikut:

�� = �

Keterangan:

PP = Jumlah waktu (tahun) yang diperlukan untuk mengembalikan modal investasi yang ditanamkan.

I = Besarnya biaya investasi yang diperlukan.

Ab = Manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya.

Kriteria kelayakan investasi berdasarkan PP, yaitu PP< n, artinya usaha layak untuk dilaksanakan.

Analisis Sensitivitas dan Switching value

Analisis sensitivitas dilakukan terhadap kenaikan harga input produksi (pakan 14 persen , benur 10.7 persen, dan tarif dasar listrik 21.5 persen) seberapa besar pengaruh kenaikan input tersebut pada kelayakan bisnis tambak supra intensif skala kecil dan menengah. Selanjutnya dilakukan uji switching

valuemerupakan perhitungan untuk mengukur perubahan maksimum dari

perubahan suatu komponen inflow (penurunan harga output, penurunan produksi) atau perubahan komponen outflow (peningkatan harga input / peningkatan biaya produksi) yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak. Oleh karena itu perubahan jangan melebihi nilai tersebut. Bila melebihi maka bisnis menjadi tidak layak untuk dijalankan. Perhitungan ini mengacu kepada berapa besar perubahan terjadi sampai NPV = 0.

Asumsi Dasar

Analisis kelayakan usaha tambak supra intensif menggunakan beberapa asumsi yaitu:

1. Luas lahan tambak supra intensif yang di amati di lapangan berukuran skala kecil (1 000m2 -1 200 m2) dan asumsi skenario skala menengah (2 500m2). 2. Harga yang digunakan dalam penelitian adalah harga konstan, baik harga

input maupun harga output dari kegiatan pembesaran tambak udang vanamei supra intensif.

(36)

4. Biaya investasi dikeluarkan pada tahun ke-1 sebagai tahun persiapan usaha. 5. Umur bisnis dimulai tahun ke-0 dan umur bisnis berdasarkan umur ekonomis

petak tambak (plastik HDPE 0.75 cm) dan konstruksi selama 8 tahun.

6. Uji sensitivitas kenaikan input harga dilihat dari data historis 5 tahun terakhir (harga pakan 14 persen, benur 10.7 dan TDL 21.5 persen)terhadap skala petak tambak kecil dan menengah. Analisa kenaikan harga naik per tahunnya selama umur bisnis.

7. Tingkat discount rate yang digunakan yaitu 12.72 persen berdasarkan tingkat

return of investment saham terbuka PT AALI tahun 20131, alasan pemilihan

tingkat discount rate tersebut dikarenakan investasi tambak jumlahnya besar dan memiliki risiko tinggi sehingga di bandingkan dengan opportunity cost of

capital jika modal investasi ke saham perusahaan terbuka.

8. Petambak menggunakan modal pribadi.

9. Switching value mencari nilai maksimal kenaikan harga input (pakan, benur,

TDL) dan nilai maksimal penurunan output jumlah produksi.

10. Harga beli benih Rp38, harga beli pakan Rp12 000/kg dan harga tarif dasar listrik Rp795/kwh.

11. Input produksi kegiatan termasuk ke dalam biaya operasional biaya variabel dihitung dalam 1 tahun produksi. SR skala kecil 94 persen dan 90 persen SR skala menengah

12. Masa pemeliharaan satu siklus udang vaname selama 114 hari.

13. Pajak penghasilan digunakan sebesar 25 persen dari penerimaan laba sebelum pajak (EBT). Mengikuti peraturan UU terbaru No 36 tahun 2013 pasal 3 ayat 4. Bagi perusaan yang penerimaan kotor nya melebihi 4.8 miliar per tahun dikenakan pajak penghasilan 25 persen tidak ikut pajak flat final 1 persen (yang penerimaan kotornya kurang dari 4.8 miliar per tahun).

14. Pajak PBB mengikuti undang-undang peraturan daerah di Kabupaten Baru, Sulawesi Selatan.

15. Penyusutan berdasarkan metode garis lurus dimana harga beli dikurangi dengan nilai sisa kemudian dibagi dengan umur ekonomis.

GAMBARAN UMUM

Gambaran Umum CV. Dewi Windu

CV. Dewi Windu terletak di pinggir jalan km 139 trans Makassar-Parepare, Desa Kupa, Kecamatan Mallusetasi, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan.Batas wilayah tambak sebelah utara berbatasan dengan rumah nelayan Desa Buaka, Selatan dengan lahan pantai, sebelah Barat berbatasan langsung dengan Selat Makassar, dan Timur berbatasan langsung dengan jalan nasional trans Sulawesi. Kegiatan bisnis yang dilakukan adalah tambak udang vaname dan hatchery udang windu. CV. Dewi Windu ini didirikan bertujuan untuk memperoleh keuntungan

(profit) dari hasil tambak udang vaname dan hatchery udang windu, sehingga

terus berupaya melakukan pengembangan guna mencapai tujuan usaha.

1

(37)

Sejarah Pengembangan TeknologiTambak Supra Intensif

CV. Dewi Windu didirikan pada tahun 1991 oleh Bpk. Hassanudin Atjo memulai dengan membuka tambak udang windu. Seiring perkembangan usaha, pada tahun 1993 membuka hatchery udang windu yang sampai saat ini masih beroprasi. Usaha tambak udang windu miliknya sempat mengalami pasang surut saat terjadinya krisis ekonomi di tahun 1998 dan booming penyakit EMS udang windu di tahun 1999. Sehingga pada tahun 2000 tambaknya beralih ke komoditas udang vaname.

Perkembangan pasar udang vaname yang meningkat pesat, di tunjukkan oleh tingginya permintaan udang vaname di pasar domestik dan global. Perkembangan tersebut di respon positif oleh pemilik CV Dewi Windu dengan menciptakan teknologi intensifikasi tambak udang vaname guna meningkatkan produksi dan daya saing udang Indonesia. Uji coba dan riset telah dilakukan oleh CV Dewi Windu sejak tahun tahun 2013, menemukan teknologi intensifikasi yang mampu menghasilkan produktivitas panen udang vaname mencapai 15ton pada petak kolam berukuran 1 000m2.

Teknologi intensifikasi ini dinamakan teknologi tambak udang vaname supra intensif. Teknologi ini ber prinsip pada lima subsistem yaitu; Penggunaan Benih Bermutu, Pengendalian Kesehatan Lingkungan, Standarisasi Sarana dan Prasarana Penunjang, Penggunaan Teknologi Tepat Guna, dan Manajemen Usaha Berkelanjutan (Atjo 2013). Penerapan ke lima prinsip budidaya tersebut mampu menghasilkan output produksi yang tinggi melalui intensifikasi penerapan padat tebar udang vaname yang tinggi dengan padat penebaran 1 000 ekor benur per m2.

Fasilitas Produksi Tambak Udang Supra Intensif diCV Dewi Windu

Fasilitas produksi yang digunakan oleh CV Dewi Windu dalam kegiatan usaha tambak udang vaname teknologi supra intensif ,menggunakan fasilitas utama dan peralatan pendukung sebagai berikut:

1. Petak Tambak

Spesifikasi petak tambak yang mendukung keberhasilan tambak udang teknologi supra intensif menggunakan ukuran luas tambak kecil 1 000m2dengan dimensi (34m x 31m x 3m) dan 1 200m2 berdimensi (41m x 31m x 3m). Penelitian ini menggunakan analisis skenario luas tambak ukuran menengah di asumsikan sebesar 2 500m2 (50m x 50m). Tambak yang digunakan menggunakan konstruksi beton dilapisi oleh plastik HDPE dengan ketebalan 0.75cm. Konstruksi petak tambak beton dilapisi plastik HDPE ini dianggap memiliki keunggulan yaitu efisien waktu yang singkat pada masa pengeringan, mudah dibersihkan dan tidak porositas atau kebocoran. Umur ekonomis tambak ini selama 8 tahun dengan adanya pergantian plastik HDPE.

2. Central Drain

(38)

ukuran paku 10cm, paralon ini terhubung ke pipa goyang yang berada di dekat

outlet. Bentuk central drain dapat dilihat pada Gambar 2 sebagai berikut.

3. Kincir

Kincir adalah komponen peralatan yang harus ada dalam teknologi supra intensif. Kincir memiliki tiga fungsi yaitu; pertama berfungsi untuk mensuplai ketersediaan oksigen terlarut dalam air, kedua menghasilkan arus air agar air di dalam tambak terus berputar sehingga homogenitas kualitas air di semua titik dan tidak ada stratifikasi suhu, dan ketiga membuat putaran air untuk mendorong sisa pakan, sisa molting dan feses ke satu titik central drain. Kincir yang digunakan oleh CV Dewi Windu berkapasitas 2HP (horse power) dengan empat sayap kincir di setiap unit nya. Umur ekonomis kincir digunakan selama 5 tahun. Jumlah total kincir yang digunakan untuk skala petak tambak kecil per petak dua berjumlah 8 sampai 10 buah kincir/petak tambak, sedangkan untuk sekenario petak tambak ukuran menengah sebanyak 23 buah kincir per petak tambak. Harga skincir Rp3 000 000 per satu unitnya Berikut foto kincir dapat dilihat pada Gambar 3.

4. Blower

Blower adalah alat yang berfungsi untuk mensuplai ketersediaan oksigen di dalam air melalui gelembung udara yang dihasilkannya. Fungsi lain blower untuk mendorong percampuran air agar tidak ada stratifikasi suhu, selain itu blower juga menambah energi panas untuk menjaga suhu air agar tetap stabil. Blower yang digunakan oleh CV Dewi Windu berjenis Roots Blower memiliki daya 20HP atau setara dengan 15 000 watt dengan output sebesar 6 inch (dim). Harga beli blower

Gambar 3 Kincir berkekuatan 2HP (horse power)

(39)

Rp43 000 000/ buah dengan umur ekonomis pemakaian selama 5 tahun. Gambar

Roots Blower dapat dilihat pada Gambar 4 sebagai berikut.

5.Pompa Air Laut

Pompa air laut adalah alat yang berfungsi untuk memompa air laut ke dalam petak tambak. Pompa air laut yang digunakan oleh CV Dewi Windu yaitu pompa celup submersible ber kapasitas 6 kubik per menit. Daya listrik yang dipakai sebesar 10 HP atau sebesar 7 500 watt.Pompa air laut ini di letakkan 200 m dari bibir pantai dan terhubung dengan pipa 6 inci menuju petak tambak. Harga satuan pompa ini Rp20 000 000, dengan umur ekonomis pemaiakain pompa submersible

ini sampai 5 tahun.

6. Automatic Feeder

Automatic feeder adalah alat pelontar pakan otomatis yang berfungsi untuk

membantu menyebarkan pemberian pakan di petak tambak. Alat ini memiliki daya 300 watt dan mampu menyebar pakan sejauh 7 sampai 9 m dengan rotari putaran dinamo yang di setting menggunakan timer otomatis sesuai feeding time. Alat ini diaktifkan untuk memberi pakan pada malam hari. Harga satuan Rp8 000 000 /buah dengan umur ekonomis sampai 5 tahun. CV Dewi Windu memiliki alat ini berjumlah 3 buah. Berikut Gambar automatic feeder dapat dilihat pada Gambar 5.

7. Alat Uji Kualitas Air

Alat uji kualitas air adalah alat yang berfungsi untuk mengontrol kualitas air pada petak tambak. Alat ukur kualitas air untuk mengukur 6 parameter kualitas air

Gambar 4 Roots blower

(40)

yaitu (DO, Suhu, pH, Salinitas, Alkalinitas, Amoniak) kemudian hasilnya dilaporkan secara digital ke Handphone. Alat ini berfungsi memantau perubahan kualitas air agar selalu terpantau dan dapat mengambil keputusan untuk pengelolaan kualitas air. Harga satuan alat ukur kualitas air ini Rp12 000 000/ buah dengan umur ekonomis sampai 10 tahun. Berikut Gambar alat tersebut dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Small troll (alat ukur kualitas air digital) Gambar milik CV Dewi Windu 2013 dengan seizin pemilik tambak (reproduksi secara utuh) 8. Genset

Genset adalah alat pembangkit listrik yang digunakan sebagai pengganti apabila energi listrik PLN padam. Genset yang digunakan oleh CV Dewi Windu berkapasitas 150 KVA dengan tipe silent agar tidak menimbulkan polusi suara. CV Dewi Windu memiliki genset sebanyak satu buah. Genset ini membutuhkan 35 liter solar per jam untuk menghasilkan energi 150 KVA apabila listrik PLN mengalami pemadaman. Rata-rata pemadaman listrik di Barru selama (5-3) jam, namun frekuensi pemadaman saat ini cenderung jarang. Harga satuan genset sebesar Rp283 162 000/ buah dengan umur ekonomis selama 20 tahun.

9. Timbangan Digital dan Timbangan Duduk

Timbangan digital adalah alat ukur bobot yang berfungsi untuk mengukur bobot udang yang digunakan pada saat sampling, panen parsial dan panen total untuk mengukur bobot udang. Kapasitas timbangan yang digunakan adalah 500kg dengan daya listrik 20 watt. Sedangkantimbangan duduk digunakan untuk sampling bobot pertumbuhan udang setiap 10 hari sekali. Timbangan duduk bekerja secara mekanik tanpa energi listrik dan bobot maksimal 100kg.Harga satuan timbangan digital Rp3 000 000/buah dengan umur ekonomis selama 10 tahun. Berikutnya, harga satuan timbangan duduk Rp500 000/buah dengan umur ekonomis selama 5 tahun. Gambar timbangan digital dan timbangan duduk dapat dilihat pada Gambar 7 berikut.

Gambar 7 (a) Timbangan digital, dan (b) Timbangan duduk

(41)

10. Jala Nilon

Jala Panen adalah alat untuk menangkap udang, alat ini digunakan pada saat sampling, dan panen parsial udang. Diameter jala berukuran 4m. Jala ini terbuat dari nilon plastik dan diberi pemberat pada bagian bawahnya. CV Dewi Windu memiliki jala nilon berjumlah 10 buah dengan harga satuanya Rp60 000/buah. Jala nilon tersebut memiliki umur ekonomis selama 5 tahun. Berikut jala panen dapat dilihat pada Gambar 8.

11. Jaring Kondom & screen

Jaring kondom adaah alat yang berfungsi untuk menjaring udang pada saat panen total, alat inidipasang di pintu outlet pada tambak. Ukuran mata jaring yang digunakan berukuran 1 dengan panjang jaring sepanjang 15m atau seberat 6kg karena penjualan di jual per kg. Harga beli jaring kondom Rp75 000/kg dengan umur ekonomis selama 5 tahun. Berikutnya screen adalah alat yang berfungsi untuk menjaga agar udang tidak keluar di pintu outlet selama masa pemeliharaan.

Screen ini dibuat dari kain strimin dengan dimensi ukuran (3 m x 2 m). CV Dewi

Windu memasangkan screen pada pintu outlet di setiap petak tambak. Harga strimin Rp8 000/m, dengan umur ekonomis selama 5 tahun. Foto jaring kondom

dan screen dapat dilihat pada Gambar 9 sebagai berikut.

12. Selang Spiral

Selang sepiral adalah alat yang berfungsi untuk shifon kotoran tambak dengan panjang 25m dan diameter 2 inci (dim). Selain itu selang sepiral juga dipakai untuk mengalirkan air ke tambak pada saat pencucian dan pembersihan tambak. Harga selang sepiral Rp60 000/m dengan umur ekonomis selama 5 tahun. 13. Anco

Anco adalah alat sederhana yang berfungsi untuk kontrol nafsu makan udang yang di letakkan pada dasar tambak dengan ukuran 40 cm x 40 cm. Letak

Gambar 8 Jala Panen Parsial

(a) (b)

Gambar

Tabel 3  Volume dan nilai ekspor udang Indonesia 2009-2013
Tabel 4  Kriteria spesifikasi teknologi tambak budidaya udang vaname
Gambar 1  Kerangka pemikiran operasional penelitian
Tabel 5 Rincian sumber data berdasarkan jenis data
+7

Referensi

Dokumen terkait

&#34;Keberhasilan Budidaya Udang Windu (Penaeus uzonodort Fab.) dalam Tambak Intensif yang Menggunakan Petak Perlakuan Air&#34; yang dibimbing oleh Dr. Chairul

Terdapat perbedaan yang nyata kelayakan finansial usaha tani tambak udang. menurut

Hasil analisis pada udang tambak intensif dan udang tambak tradisional dapat disimpulkan bahwa selama proses penyimpanan dari hari ke-0 hingga hari ke-8, udang menunjukkan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari performa udang vaname yang dipelihara dengan sistem semi intensif pada kondisi air tambak dengan kelimpahan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari performa udang vaname yang dipelihara dengan sistem semi intensif pada kondisi air tambak dengan kelimpahan

Dari penulisan tugas akhir ini dapat dilihat bahwa sistem kegiatan pengelolaan budidaya pembesaran pada udang vaname (Litopenaeus vannamei) di Tambak Intensif PT?.

Pelaksanaan kegiatan pengelolaan kualitas air budidaya udang vaname pada tambak intensif yang berlangsung di UD.Sukses Sejahtera Bali, dengan menggunakan tambak plastik

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai kisaran konsentrasi nitrogen terlarut dan fosfat dalam air tambak selama masa pemeliharaan udang vaname sistem