• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Komparasi Kelayakan Finansial Budidaya Udang Sistem Intensif, Semi-intensif, dan Sistem Tradisional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Komparasi Kelayakan Finansial Budidaya Udang Sistem Intensif, Semi-intensif, dan Sistem Tradisional"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN

KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Sistem Pengelolaan Usaha Tani Udang

Budidaya udang di tambak ialah kegiatan usaha pemeliharaan atau pembesaran

udang mulai dari ukuran benih (benur) sampai menjadi ukuran yang layak

dikonsumsi. Secara alami, benih udang masuk ke dalam tambak bersama air

pasang yang mengairi tambak. Produksi udang yang diperoleh tidak menentu

karena hanya bergantung dari banyak dan sedikit benih udang yang ada secara

alamiah di laut di sekitar pertambakan.

Memang ternyata banyak segi-segi dalam teknik budi daya udang yang dapat

diperbaiki atau diinovasi. Antara lain, benih udang dapat dipilih yang lekas

tumbuh dan jenisnya banyak digemari. (berekonomis penting). Kesuburan tambak

bisa ditingkatkan dengan cara pemupukan dan pengelolaan air yang lebih besar

sehingga daya dukung untuk memelihara udang lebih baik. Pengendalian hama

lebih diintensifkan. Konstruksi petakan tambak, konstruksi tanggul dan saluran

pengairannya diperbaiki sehingga kualitas air tabak dapat dikendalikan secara

lebih baik dan cocok untuk kehidupan udang yang hendak dipeliharanya.

Sistem budi daya udang di tambak yang berkembang sekarang dikenal ada tiga

tingkatan menurut kategori penerapan tehnologi, yaitu tingkat budidaya sederhana

(tradisional, ekstensif), tingkat budidaya madya (semi intensif), dan tingkat

(2)

Budi daya udang sistem tradisional masih mendominasi tambak-tambak rakyat di

Indonesia. Sistem ini memang sangat sederhana, sehingga pengelolaannya tidak

rumit namun hasilnya sangat rendah, antara 50-500 kg/ha/musim tanam.

Budi daya udang sistem semi-intensif atau madya merupakan sistem yang sudah

maju. Persiapan tambak mengikuti pola umum yaitu : pengeringan, pembajakan,

pemupukan, dan pengapuran. Padat penebaran antara 15-30 ekor/m2 untuk udang

windu dan 40 ekor/m2 untuk udang vanname. Untuk pengelolaan air, tambak

dilengkapi dengan pompa air dan kincir. Pemberian pakan dilakukan secara

kontinu sebanyak 2-3 kali sehari. Pakan yang diberikan berupa pelet yang

mengandung protein 30-40%. Dengan pengelolaan yang baik hasil panen tambak

intensif mencapai 2-3 ton/ha/musim.

Budi daya udang secara intensif menerapkan padat penebaran tinggi dan

pengelolaan optimal. Padat pengelolaan optimal. Padat penebaran udang windu

antara 30-50 ekor/m2 dan udang vanname antara 40.199 ekor/m2. Pemberian

pakan dilakukan 4-6 kali sehari. Hasil panen yang diharapkan adalah 4-8 ton/ha/

musim dan 6-10 ton/ha/musim untuk udang vanname (Kordi, 2010).

2.1.2. Pembiayaan Usaha Tani Udang

Dalam meningkatkan produksi pada usaha budidaya udang untuk memenuhi

syarat gizi diperlukan pakan buatan, yang dimaksud pakan buatan ialah pakan

yang diramu dari berbagai macam bahan. Pakan harus mengandung nutrisi yang

lengkap dan seimbang bagi kebutuhan ikan atau udang. Karena nutrisi merupakan

salah satu aspek yang sangat penting, jika makanan yang diberikan pada ikan

mempunyai nilai nutrisi yang cukup tinggi, maka tidak saja memberikan

(3)

hewan lainnya, udang juga memerlukan nutrien tertentu dalam jumlah tertentu

pula untuk pertumbuhan, pemeliharaan tubuh dan pertahanan diri terhadap

penyakit. Nutrien ini meliputi protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral.

a. Protein

Kebutuhan udang akan protein akan lebih besar dibandingkan dengan organisme

lainnya. Fungsi protein di dalam tubuh udang antara lain untuk : Pemeliharaan

jaringan, Pembentukan jaringan, mengganti jaringan yang rusak, pertumbuhan.

Umumnya protein yang dibutuhkan oleh udang dalam prosentase yang lebih

tinggi dibandingkan dengan hewan lainnya. Protein merupakan nutrien yang

paling berperan dalam menentukan laju pertumbuhan udang. Kebutuhan udang

akan protein berbeda-beda untuk setiap stadia hidupnya, pada stadis larva

kebutuhan protein lebih tinggi dibandingkan setelah dewasa. Hal ini disebakan

pada stadia larva pertumbuha udang lebih pesat dibanding yang dewasa.

Disamping itu sumber protein yang didapatkan oleh udang juga berbeda-beda. Hal

ini sesuai dengan kebiasaan makan dari udang dimana pada stadia larva mereka

cenderung bersifat karnivora. Makanan yang baik bagi udang Vanname adalah

yang mengandung protein paling bagus minimal 30% serta kestabilan pakan

dalam air minimal bertahan selama 3-4 jam setelah ditebar.

b.Lemak

Lemak merupakan komponen nutrisi penting yang dibutuhkan untuk

perkembangan udang. Nutrisi ini berperan sebagai sumber energi utama dalam

reproduksi dan penentu kualitas telur dan naupli. Lemak mengandung kalori

(4)

karena perannya sebagai sumber energi sangat besar meskipun kadarnya dalam

makanannya relatif kecil. Fungsi lemak dalam tubuh udang antara lain:

-Sumber energi

-Membantu penyerapan kalsium dan vitamin A dari makanan

Asam lemak penting bagi udang adalah asam linolenat, asam lemak ini banyak

terdapat pada bagian kepala udang, didalam tubuh udang kelebihan lemak

disimpan dalam bentuk trigliserida. Disamping asam lemak essensial udang juga

membutuhkan klesterol dalam makanannya, sebab udang tak mampu mensintesa

nutrien itu dalam tubuh udang. Kolesterol berperan dalam proses moulting.

Penambahan kolesterol di dalam tubuh udang melalui makanan akan sangat

berpengaruh pada kadar kolesterol, kebutuhan kolesterol diperkirakan sebanyak

0,5%.

c. Karbohidrat

Berbeda dengan hewan lainnya karbohidrat dalam tubuh udang tidak digunakan

sebagai sumber energi utama. Kebutuhan udang akan karbohidrat relatif sedikit.

Pendayagunaan akan karbohidrat di dalam tubuh udang tergantung dari jenis

karbohidrat

d. Vitamin dan Mineral

Kebutuhan udang akan vitamin relatif lebih sedikit, tetapi kekurangan salah satu

vitamin dapat menghambat pertumbuhan. Tiap-tiap jenis vitamin mempunyai

fungsi yang berbeda-beda, secara umum kegunaan vitamin bagi udang adalah

untuk:

• Pigmentasi, peranan dari vitamin A (karoten)

(5)

Kelebihan vitamin akan bersifat racun atau antagonis terhadap fungsi fisiologis

udang.

Sumber mineral utama bagi udang adalah air laut. Mineral dalam tubuh udang

berperan dalam pembentukan jaringan, proses metabolisme, pigmentasi dan untuk

mempertahankan keseimbangan osmisis cairan tubuh dengan lingkungannya.

Kebutuhan udang akan unsur Ca dan P yang optimum bagi udang diperkirakan

1,2 : 1,0. Kelebihan mineral dalam tubuh akan dapat menurunkan laju

pertumbuhan dan mengganggu pigmentasi udang.

Keuntungan pemberian pakan hidup pada induk udang adalah dikarenakan

ketersediaan hormon atau prekusor-prekusor yang dikandungnya. Keberhasilan

pemberian biomas artemia untuk pakan induk udang dikarenakan keberadaan

hormon spesifik atau rantai analog peptida dari artemia yang cocok dan

dibutuhkan oleh udang. Keunggulan cacing polikaeta digunakan sebagai pakan

untuk maturasi induk udang dikarenakan kandungan hormon metil farnesoat yang

dapat meningkatkan kinerja reproduksi. (anonymousa, 2015)

Benih udang atau benur (benih urang) dapat berasal dari hasil tangkapan di alam

atau dari hasil pembenihan di balai benih. Benih udang vanname, karena

merupakan udang introduksi, sepenuhnya berasal dari pembenihan di balai benih

atau hatchri (hatchery). Bahkan untuk memproduksi benih udang vanname, induk

pun sebagian besar masih diimpor dari Amerika (Kordi, 2010).

Penebaran benur dilakukan pada pagi atau sore hari setelah cuaca tidak panas lagi,

hal ini dilakukan untuk mencegah kematian benur yang tinggi. Untuk mencegah

agar jangan sampai terjadi kematian yang tinggi, maka diadakan adaptasi atau

(6)

aklimatisasi benur yaitu penambahan air pengangkut benih dengan air tambak

secara bertahap sedikit demi sedikit, karena suhu dan salinitas dapat menyebabkan

kegagalan di saat penebaran. Cara mengadaptasi benur adalah mula-mula air

pengangkut yang berisi benur dicampur dengan air tambak sebanyak 1/5 nya,

selang waktu 2 – 3 jam kemudian ditambahi lagi 1/5 nya, begitu seterusnya

sampai suhu dan salinitas air tersebut sesuai kondisi air tambak. Menurut Kordi

(2010), salinitas adalah konsentrasi seluruh larutan garam yang diperoleh dalam

air laut.

2.1.3. Aspek Sosial Ekonomi Komunitas Udang

Analisis sosial berkaitan dengan kebiasaan-kebiasaan dan implikasi soaial lebih

luas dari investasi yang diusulkan, dimana pertimbangan-pertimbangan sosial

harus dipikirkan secara cermat agar dapat menentukan apakah suatu proyek yang

diusulkan tanggap (responsive) terhadap keadaan soial. Sejauh mana proyek dapat

memberi manfaat secara inplisit dan eksplisit terhadap pendistribusian pendapat

serta penciptaan lapangan pekerjaan. Selain itu analisis juga perlu

mempertimbangkan pengaruh negatif dari proyek terhadap dampak sosial seperti

kehilangan pekerjaan akibat adopsi teknologi atau penerapan alat-alat mekanis

yang mengurangi keterlibatan manusia (Gittinger, 1986).

Aspek sosial juga merupakan salah satu aspek yang paling menentukan

karakteristik dari sistem jaringan. Aspek ini tidak hanya berkaitan dengan masalah

teknis tetapi juga dengan maslah tradisi atau keyakinan masyarakat sekitar.

Dengan mengetahui bagaimana aspek sosial tersebut maka kita dapat menentukan

(7)

Selain aspek sosial masyarakat setempat aspek yang tidak bisa lepas dari analisis

ini adalah aspek ekonomi. Seperti aspek sosial, aspek ini lebih ditekankan pada

ekonomi seperti mata pencaharian masyarakat setempat, pendapatan masyarakat

serta kebiasaan masyarakat setempat dalam menilai suatu materi seperti nilai

lahan.

2.1.4. Kelayakan Finansial dan Ekonomi Usaha Tani Udang

Aspek-aspek finansial dari persiapan dan analisis proyek menerangkan

pengaruh-pengaruh finansial dari suatu proyek yang diususlkan terhadap pihak-pihak yang

terlibat didalamnya. Tujuan utama analisis finansial adalah untuk menentukan

proyeksi mengenai anggaran yang akan digunakan secara efisien dengan cara

mengestimasi penerimaan dan pengeluaran pada saat pelaksanaan proyek serta

pada masa-masa yang akan datang setiap tahunnya (Gittinger, 1986)

Biaya produksi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan saat memproduksi suatu

komoditi. Biaya produks i meliputi upah pekerjaan, pembayaran bunga, sewa serta

pembelian bahan baku. Biaya produksi dapat dibedakan menjadi biaya tetap dan

biaya variabel. Biaya tetap atau biaya fixed cost (FC) adalah biaya yang tidak

tergantung pada tingkat output variable cost. Sedangkan biaya variabel (VC)

adalah biaya-biaya yang berubah sesuai dengan perubahan output (Aryad, 1993).

Keunggulan dari penggunaan analisis titik impas (Break-Even) adalah bahwa itu

mampu memberikan perkiraan yang cepat tentang seberapa banyak produk yang

harus dijual untuk impas dan berapa besar keuntungan yang dapat diperoleh jika

volume penjualan lebih tinggi. Jika perusahaan beroperasi mendekati titik impas

ini, kemungkinan untuk dapat melihat apa yang dapat dilakukan untuk

(8)

yang sederhana, tidak perlu menghitung biaya marjinal dan pendapatan marjinal,

karena harga dan rata-rata biaya per unut diasumsikan konstan ( Lamb, 2001 ).

Masa Pembayaran kembali atau payback period dari suatu investasi

menggambarkan panjangnya waktu yang diperlukan agar dana yang tertanam

pada suatu investasi dapat diperoleh kembali seluruhnya. Bila payback period dari

suatu investasi yang diusulkan lebih pendek dari payback period maksimum maka

usul investasi tersebut dapat diterima. Sebaliknya jika payback period dari suatu

investasi lebih panjang dari payback period maksimum maka usul investasi

tersebut seharusnya ditolak. Kriteria ini bukan alat ukur provitability tetapi alat

pengukur rapidity kembalinya dana, dan metode ini mengabaikan nilai waktu

(Gittinger, 1986).

Dalam fungsi biaya jangka pendek dikenal biaya produksi total (Total Cost), biaya

tetap total (Total Fixed Cost), biaya variabel total (Total Variable Cost), serta

biaya rata-rata (Average Cost), dan biaya marjinal (Marjinal Cost). Sedangkan

dalam fungsi penerimaan dikenal penerimaan total (Total Revenue), penerimaan

rata-rata (Average Revenue), dan penerimaan marjinal (Marjinal Revenue). Selisih

antara penerimaan total dengan biaya total merupakan laba/keuntungan

perusahaan. Hubungan antara penerimaan, biaya, dan laba dibahas dalam suatu

analisis titik impas (Firdaus, 2009)

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Teknis Budidaya Usaha Tambak Udang Menurut Sistem Pengelolaan

Sistem budi daya udang di Indonesia berkembang dengan cepat dari sistem

(9)

Sayangnya perkembangan teknologi budi daya udang yang cepat dan cara budi

daya udang yang benar.

Teknologi budi daya udang intensif benar-benar hanya berkutat pada peningkatan

padat penebaran yang tinggi, penggunaan pakan berkualitas dan cukup, serta

penggunaan pakan berkualitas dan cukup, serta penggunaan kincir dan pompa air.

Dengan kata lain, budidaya udang intensif hanya sebatas untuk meraup

keuntungan sebesar-besarnya.

Budidaya udang sistem ekstensif atau tradisional masih mendominasi

tambak-tambak rakyat di Indonesia. Sistem ini memang sangat sederhana,sehingga

pengelolaannya tidak rumit namun hasilnya memang sangat rendah.

Pada awal dikenalnya sistem buduidaya udang, yang dimaksud tambak ekstensif

adalah tambak yang sistem pengelolaannya benar-benar bergantung pada

kemurahan alam. Benih udang dimasukkan ke dalam tambak bersamaan dengan

pengisian air tambak. Jadi benih tersebut benar-benar dijebak dan dibiarkan dalam

waktu tertentu kemudian ditangkap/dipanen. Karena itu, tambak berisi puluhan

atau bahkan ratusan spesies udang dan ikan laut.

Berkembang lebih lanjut, tambak tradisional mulai diberi pupuk dan udang di

tambak diberi pakan tambahan secara tidak teratur. Padat penebaran ditingkatkan

hingga mencapai 15 ekor/m2 dengan persiapan tambak yang baik, meliputi

pengeringan, pembajakan, pemupukan, dan pengapuran.

Budidaya udang sistem semi-intensif atau madya merupakan sistem yang sudah

maju. Persiapan tambak mengikuti pola umum yaitu: pengeringan, pembajakan,

pemupukan, dan pengapuran. Padat penebaran antara 15-30 ekor/m2 untuk windu

(10)

dilengkapi dengan pompa air dan kincir. Pemberian pakan dilakukan secara

kontinu sebanyak 2-3 kali sehari. Pakan yang diberikan berupa pelet yang

mengandung protein 30-40%.

Budi daya udang secara intensif menerapkan padat penebaran tinggi dan

pengelolaan optimal. Padat penebaran udang windu antara 30-50 ekor/m2 dan

udang vanname 40-100 ekor/m2. Pemberian pakan dilakukan 4-6 kali sehari.

Secara umum terlihat makin tinggi padat penebaran makin lambat pertumbuhan

udang. Pada padat penebaran sampai 40.000 ekor/ha belum memerlukan kincir

air, padat penebaran sampai dengan 75.000 ekor/ha cukup dengan 1 kincir air,

sedangkan untuk padat penebaran diatas 300.000 ekor/ha perlu 8-10 unit kicir

air/ha.

Penerapan sistem intensif hanya dapat diterapkan pada lahan tambak yang luas,

terutama untuk menyediakan tambak bagi tandon, bak filter, dan air limbah

(Kordi, 2010).

2.2.2. Komponen Biaya Usaha Tambak Udang

Keberhasilan usahatani dimulai dari awal yaitu penentuan tujuan dan harapan

yang diinginkan karena segala kegiatan harus mengarah pada tujuan-tujuan

tersebut. Namun demikian sering kali petani karena kesibukannya tidak

menganggap penting penentuan tujuan. Mereka menganggap mengelola usahatani

adalah kewajiban dan pekerjaan sehari-hari yang dari dulu hingga saat ini hanya

begitu-begitu saja, tidak berubah dan tanpa tujuan yang pasti. Dengan demikian

untuk mengukur keberhasilan dikemudian hari akan mengalami kesulitan

(11)

Setiap petani memperhitungkan biaya dan hasil, betapapun hasil primitif atau

majunya metode bertaninya pertimbangan mengenai biaya selalu mencakup jerih

payah yang dikeluarkan. Biaya tunai untuk peralatan dan bahan yang

dipergunakanpun diperhitungkannya. Petani memperhitungkan pula dana-dana

ketika menghadapi berbagai resiko kegagalan panen, kemungkinan jatuhnya harga

pasar pada waktu panen dan ketidakpastian tentang efektifnya metode baru yang

sedang ia pertimbangkan masukan dan keluaran mencakup biaya dan hasil pada

pertanian primitif. Biaya utama adalah kegiatan jerih payah dan keterampilan

petani beserta keluarganya. Setelah pertanian lebih maju semakin banyak biaya

dan penerimaan yang berupa uang tunai. Uang yang dibayaar untuk sarana dan

peralatan produksi dan kadang-kadang untuk membayar upah tenaga kerja, upah

diterima dari penjualan berbagai komoditi atau produk (Mosher, 1987).

Biaya/Ongkos produksi adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh

perusahaan untuk memperoleh faktor produksi dan bahan mentah yang akan

digunakan untuk produksi. Biaya produksi jangka pendek, jangka waktu dimana

sebagian faktor produksi tidak dapat ditambah jumlahnya.

Beberapa Pengertian Biaya Produksi Jangka Pendek

• Biaya Total (TC)

Keseluruhan biaya produksi yang dikeluarkan

TC = TFC + TVC

• Biaya Tetap Total (TFC)

Keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi yang

tidak dapat diubah jumlahnya.

(12)

Keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi yang

dapat diubah jumlahnya.

• Biaya Tetap rata-rata

AFC = TFC/Q

• Biaya Variabel rata-rata

AVC = TVC/Q

• Biaya Total rata-rata

AC = TC/Q

(Murtiasih, 2000)

Untuk penerimaan dihitung dengan menggunakan rumus, sebagai berikut:

�� =�.��

Dimana:

TR = Total Penerimaan

Y = Jumlah Produksi

Py = Harga Produk

Perhitungan jumlah pendapatan dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut:

Pd = TR - TC

Keterangan :

Pd = Pendapatan

TR = Total Revenue

TC = Total Cost

(Soekartawi, 1993)

(13)

Ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana

seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efesien dan efektif untuk

tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan

efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka

miliki sebaik-baiknya dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumber daya

tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input) (

Soekartawi, 1995).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan usahatani meliputi faktor interndan

faktor ekstern diantaranya adalah: faktor-faktor pada usahatani itu sendiri (intern)

seperti; petani pengelola, tanah usahatani, tenaga kerja, modal, tingkat teknologi,

kemampuan petani mengalokasikan penerimaan keluarga dan jumlah keluarga,

faktor-faktor diluar usahatani (ekstern) antara lain; tersedianya sarana transportasi

dan komunikasi, aspek-aspek yang menyangkut pemasaran hasil dan bahan

usahatani (harga hasil, harga saprodi dan lain-lain) serta sarana penyuluhan bagi

petani.

Secara sektoral, sektor pertanian terdiri dari sub-sektor pertanian tanaman pangan,

sektor perkebunan, sektor peternakan, sektor perikanan, dan

sub-sektor kehutanan. Dari semuanya, sub-sub-sektor pertanian tanaman pangan

khususnya padi merupakan penghidupan bagi sebagian besar penduduk

indonesia. Komoditas hasil pertanian juga sangat berperan penting dalam

memantapkan ketahanan pangan, ketahanan ekonomi, kestabilan ekonomi dan

kestabilan politik (Adiratma, 2004).

(14)

Teori kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu

keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha/proyek yang

direncanakan. Pengertian layak dalam penelitian ini adalah kemungkinan dari

gagasan usaha/proyek yang akan dilaksanakan memberikan manfaat (benefit),

dalam arti financial benefit maupun dalam arti social benefit. Layaknya suatu

gagasan usaha/proyek dalam arti social benefit tidak selalu menggambarkan layak

dalam arti financial benefit , hal ini tergantung dari segi penilaian yang dilakukan

(Ibrahim, 2009).

Setiap sektor usaha yang akan didirikan, dikembangkan, dan di perluas ataupun

dilikuidasi selalu didahului dengan satu kegiatan yang disebut studi kelayakan.

Metode penyusunan studi kelayakan tidak ada yang baku, namun pada umumnya

terdiri atas beberapa aspek, yaitu: (1) aspek pasar dan pemasaran; (2) aspek teknis

produksi dan teknologis; (3) aspek manajemen; (4) aspek legal dan perizinan, dan

(5) aspek keuangan (Subagyo, 2007).

Suatu kriteria investasi merupakan suatu alat apakah suatu usaha yang

dilaksanakan layak atau tidak layak. kriteria tersebut adalah sebagai berikut :

1. Break Event Point (BEP)

Secara umum BEP adalah suatu keadaan dimana produksi dalam suatu perusahaan

tidak ada untung tidak ada rugi, impas antara biaya yang dikeluarkan perusahaan

dengan pendapatan yang diterima.

Manfaat Break Event Point (BEP)

(a) Jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak

mengalami kerugian.

(15)

(c) Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita

rugi.

(d) Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan volume

penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh.

Keterbatasan Break Even Point (BEP)

(a) Biaya Tetap (Fixed cost) haruslah konstan selama periode atau range of output

tertentu

(b) Biaya Variable (Variable cost) dalam hubungannya dengan sales haruslah

konstan

(c) Sales price per unit tidak berubah dalam periode tertentu

(d) Sales mix adalah konstan

2. R/C Ratio

R/C adalah perbandingan antara penerimaan penjualan dengan biaya-biaya yang

dikeluarkan selama proses produksi hingga menghasilkan produk (Soekartawi,

2000).

2.3. Kerangka Pemikiran

Dalam melakukan kegiatan budidaya tambak udang, ada terdapat 3 jenis sistem

pemeliharaan udang. Yaitu dengan sistem tradisional, sistem semi-intensif dan

sistem intensif. Setiap sistem tersebut mempunyai perbedaan dalam tingkat padat

tebar udang didalam tambak tersebut. Pada sistem tradisional padat penebaran

udang sekitar 8-10 ekor/m2, sedangkan pada sistem semi-intensif padat

penebarannya sekitar 15-30 ekor/m2, dan pada sistem intensif padat tebarnya

sekitar 30-50 ekor/m2. Dengan meningkatnya padat tebar pada sistem

(16)

semakin padatnya penebaran dalam suatu tambak dapat menyebabkan bebebarapa

masalah yaitu: penyakit udang dan rendahnya kelangsungan hidup. Setiap sistem

pemeliharaan udang tersebut akan mempengaruhi tahapan produksi usaha tani

antara lain persiapan benih, pengelolaan tambak, pembesaran benih, pemeliharaan

bibit, pemberian pakan dan pengendalian penyakit.

Dalam melakukan usaha budidaya udang dibutuhkan berbagai faktor-faktor

produksi yang akan dapat meningkatkan produksi udang. Faktor-faktor produksi

tersebut adalah modal, luas lahan dan tenaga kerja. Modal biasanya digunakan

untuk pembiayaan produksi dan sarana produksi misalnya dalam hal pembelian

bibit, pakan dan lain sebagainya. Modal juga dapat digunakan untuk investasi

usaha tambak udang ini seperti pembelian pompa air, generator set dan lain

sebagainya.

Setelah dilakukan usaha budidaya udang maka udang akan berproduksi dan

menghasilkan. Hasil dari kegiatan budidaya ini akan dipanen dan dijual kepada

pedagang dengan harga jual yang sesuai dengan biaya produksinya dan kualitas

dari produk yang dihasilkan. Dengan adanya harga jual yang dihasilkan dari

kegiatan budidaya tersebut maka petani akan memperoleh feedback berupa

penerimaan biaya dari harga jual tersebut. Penerimaan ini diperoleh berdasarkan

jumlah produksi yang petani hasilkan dan harga jual yang ditawarkan. Dari

penerimaan ini, diperoleh pendapatan, dimana pendapaan diperoleh dari jumlah

penerimaan dikurangi seluruh biaya. Secara skematis kerangka pemikiran dapat

(17)

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan :

(18)

2.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori yang sudah disusun, maka diajukan hipotesis

penelitian sebagai berikut :

1. Terdapat perbedaan yang nyata biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja,

curahan tenaga kerja, total biaya produksi budidaya tambak udang menurut

sistem pengelolaan didaerah penelitian.

2. Terdapat perbedaan yang nyata produktifitas usaha tambak udang menurut

sistem pengelolaan.

3. Terdapat perbedaan yang nyata kelayakan finansial usaha tani tambak udang

Gambar

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Menimbang, bahwa Majelis Hakim telah berusaha mendamaikan Pemohon dan Termohon supaya hidup rukun lagi sebagai suami istri yang baik dengan mediasi, akan tetapi

Elektroforegram hasil PCR sampel kode 798 menggunakan tiga pasang primer (inhA, rpoB, dan katG) dibandingkan dengan sampel kode K menggunakan empat pasang primer

5. Lingkaran kelima merupakan zona penglaju yang merupakan tempat kelas menengah dan kaum berpenghasilan tinggi. b) Teori sektor (sector concept) yang dikemukakan oleh Hommer

Edisi khusus, Mei 2005 2 Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan Jasmani 2005 Vidya Karya, Tahun XXIII, Oktober 2005 3 Modifikasi Permainan Softball di Sekolah Dasar 2005 JPJI,

dan mengontrol strategi pemasaran yang dibuatnya, agar perusahaan dapat bersaing di pasar tertentu dengan tujuan untuk meningkatkan volume penjualan sehingga nantinya akan

Evaluasi Upaya Meningkatkan Keaktifan dalam Proses Pembelajaraan Pada Materi HAM Pembahasan terhadap permasalahan penelitian maupun hipotesis tindakan berdasarkan analisis

Pengawasan hak konsumen atas keamanan dalam mengkonsumsi makanan pangan industri rumah tangga berdasarkan Undang -Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Seperti yang terjadi di wilayah RT 05 RW 06 Kelurahan Tanjung Rhu, Kecamatan Limapuluh, Kota Pekanbaru, panitia yang telah ditunjuk oleh Ketua RW 06 telah diberikan