• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA TAMBAK PEMBESARAN INTENSIF UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI CV. MEGAH PRIMA AGRONUSA, JAWA TIMUR TUGAS AKHIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA TAMBAK PEMBESARAN INTENSIF UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI CV. MEGAH PRIMA AGRONUSA, JAWA TIMUR TUGAS AKHIR"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA TAMBAK PEMBESARAN INTENSIF UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei)

DI CV. MEGAH PRIMA AGRONUSA, JAWA TIMUR

TUGAS AKHIR

Oleh :

REZA ADITYA PUTRA 1622010044

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERIKANAN JURUSAN BUDIDAYA PERIKANAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP

2019

(2)
(3)
(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu oleh naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Pangkep, 20 Mei 2019 Yang menyatakan,

Reza Aditya Putra

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini tepat waktu.

Dengan tersusunnya laporan tugas akhir ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Muh. Zakkir dan Rais selaku pembimbing lapangan yang sempat meluangkan waktunya untuk membimbing selama kegiatan praktik berlangsung;

2. Bapak Ir. Rimal Hamal, M.P. selaku pembimbing pertama dan Ir. H.

Bustamin, M.P. selaku pembimbing kedua yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis sampai terselesainya laporan tugas akhir ini;

3. Bapak Ardiansyah, S.Pi., M.Biotech.St., Ph.D. selaku Ketua Jurusan Budidaya Perikanan; dan

4. Bapak Dr. Ir. Darmawan, M.P. selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Pangkep

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun penulis harapkan untuk memperbaiki kedepannya. Semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.

Pangkep, 30 Juni 2019

Penulis

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGESAHAN ii

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI iii

PERNYATAAN iv

KATA PENGANTAR v

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN x

ABSTRAK xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan dan Manfaat ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi ... 3

2.2 Morfologi ... 3

2.3 Habitat dan Penyebaran ... 5

2.4 Parameter Kualitas Air ... 6

BAB III METODOLOGI KEGIATAN 3.1 Waktu dan Tempat 16 3.2 Metode Pengumpulan Data ... 16

3.2.1 Data Primer ... 16

3.2.2 Data Sekunder ... 16

3.3 Alat dan Bahan 16

(7)

Halaman 3.3.1 Alat ... 16

3.3.2 Bahan 17

3.4 Metode Pelaksanaan 18

3.4.1 Persiapan 18

3.4.2 Pemeliharaan 20

3.5 Analisa Data 22

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI

4.1 Lokasi Perusahaan ... 23 4.2 Struktur Organisasi ... 23 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kualitas Air 25

5.1.1 pH Air ... 25 5.1.2 Salinitas ... 26 5.1.3 Kecerahan... 27

5.1.4 Suhu 28

5.2 Panen 30

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan 31

6.2 Saran 31

DAFTAR PUSTAKA ... 32 LAMPIRAN

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Alat yang Digunakan Selama Pengelolaan Kualitas Air 17 Tabel 3.2 Bahan yang Digunakan Selama Pengelolaan Kualitas Air ... 17 Tabel 5.1 Kualitas Air pada Pemeliharaan Udang Vaname pada

Tambak Intensif CV. Megah Prima Agronusa Gending

Probolinggo 25

Tabel 5.2 Produksi Udang Vaname di Tambak Intensif

CV. Megah Prima Agronusa Gending Probolinggo,

Jawa Timur 30

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Morfologi Udang vaname (Data PKPM) ... 4 Gambar 3.1 Tata Letak Kincir PT. Central Proteina Prima ... 19 Gambar 4.1 Struktur Organisasi di Tambak CV.Megah

Prima Agronusa ... 24 Gambar 5.1 pH Air pada Tambak Intensif CV. Megah

Prima Agronusa ... 25 Gambar 5.2 Salinitas pada Tambak Intensif CV. Megah

Prima Agronusa ... 26 Gambar 5.3 Kecerahan Air pada Tambak Intensif CV. Megah

Prima Agronusa ... 27 Gambar 5.4 Suhu pada Tambak Intensif CV. Megah Prima

Agronusa ... 29

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Hasil Pengukuran Insitu Kualitas Air ... 36 Lampiran 2. Kegiatan Pembesaran Udang Vaname ... 38

(11)

ABSTRAK

REZA ADITYA PUTRA, 1622010044. Pengelolaan Kualitas Air Pada Tambak Pembesaran Intensif Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) di CV. Megah Prima Agronusa, Jawa Timur. Dibimbing oleh Rimal Hamal dan Bustamin.

Pelaksanaan kegiatan manajemen kualitas air budidaya udang vaname pada tambak plastik yang berlangsung di CV. Megah Prima Agronusa Gending,Probolinggo, Jawa Timur.

Pertumbuhan udang vaname sangat dipengaruhi oleh kualitas air, oleh karena itu kualitas air harus berada pada kisaran yang optimal untuk mencapai pertumbuhan udang yang baik. Tambak semi intensif yang digunakan seluas 1.250 m2, jumlah tebar 193.002 ekor, dan padat tebar 159/m2. Adapun nilai kualitas air yang diperoleh dengan beberapa parameter yaitu pH 7,7–9,4, salinitas 12–21,5 ppt, kecerahan 20–125 cm, suhu 26–32°C. MBW akhir yang diperoleh selama budidaya adalah 37,03 g/ekor yang dipelihara selama 113 hari dengan biomassa 3.647,5 kg dan SR 92,34%.

Kata kunci: udang vaname, kualitas air, pertumbuhan

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Udang vaname adalah salah satu komoditas yang menjadi “trend” di industri budidaya perikanan (Kilawati, 2012). Bahkan udang ini sudah laku dijual pada saat berukuran 7,0 – 10,0 gram/ekor atau pada saat udang berumur sekitar 60 hari di tambak (Sutende dan Affandi, 2009). Hampir 80% ekspor udang vaname Indonesia dialokasikan untuk memenuhi permintaan pasar dari negara Uni Eropa , Jepang, dan Amerika Serikat (Fera, 2004). Saat ini, tingkat pemanfaatan dari penangkapan di laut mengalami kendala akibat larangan penggunaan alat penangkapan ikan pukat hela (trawls) dan pukat tarik (seine nets) di wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia oleh menteri perikanan (Nomor 2/Permen-Kp/2015), sehingga andalan utamanya adalah udang vaname hasil budidaya di tambak. Dengan tingkat produksi sebesar 17% per tahun (Susaptoyono, 2007).

Udang vaname sangat cepat diterima oleh masyarakat karena memiliki keunggulan yaitu: tingkat komsumsi pakan rendah, produktifitasnya tinggi, lebih mudah dibudidayakan, relatif lebih tahan penyakit dari pada udang jenis lainnya (Kordi, 2010). Menurut Nurjanah (2009), udang vaname memiliki keunggulan lain yaitu pertumbuhan yang baik pada salinitas 5-50 ppt, toleran terhadap kepadatan tinggi (>70 ekor/m²) dan tumbuh dengan pakan berprotein rendah serta bertoleransi baik terhadap lingkungan buatan.

Kegiatan pembesaran udang vaname yang sedang berkembang adalah budidaya yang dilakukan secara intensif yang ditandai dengan padat tebar yang tinggi, padat modal serta teknologi. Tahapan-tahapan pembesaran udang vaname

(13)

dimulai dari tahapan pertama persiapan lahan yang meliputi pengeringan, perbaikan konstruksi, pengapuran, pemupukan, pemberantasan hama dan pengisian air. Tahap kedua penebaran benih mulai dari padat tebar, jumlah tebar dan waktu serta cara penebaran benih. Tahap ketiga untuk budidaya udang yaitu pemeliharaan yang meliputi menajemen kualitas air, manajemen pakan, pengendalian hama penyakit dan sampling serta tahap terakhir yaitu panen dan pasca panen.

Keberhasilan budidaya udang vaname tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kualitas air. Kualitas air yang baik akan mendukung keberhasilan budidaya udang vaname, untuk mendapatkan kualitas air yang baik dilakukan tindakan pengelolaan air yang tepat agar menghasilkan kualitas air yang layak untuk memacu pertumbuhan dan perkembangan udang vaname.

1.2 Tujuan dan Manfaat

Tugas akhir ini bertujuan untuk menguraikan teknik pengelolaan kualitas air pada pembesaran udang vaname di tambak intensif.

Manfaat tugas akhir ini untuk memperluas wawasan dan keahlian mahasiswa dalam melakukan pengelolaan air pada budidaya udang vaname di Tambak intensif.

(14)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi

Udang vaname digolongkan ke dalam genus panaeid pada Arthropoda.

Ada ribuan spesies di filum ini, namun yang mendominasi perairan berasal dari subfilum Crustacea. Ciri-Ciri subfilum Crustacea yaitu memiliki tiga pasang kaki berjalan yang berfungsi untuk mencapit, terutama dari ordo Decapoda (Haliman dan Adijaya 2005). Klasifikasi udang vaname menurut Boone (1931) yaitu :

Filum : Artrhopoda Kelas : Crustacea Subkelas : Melacostraca

Ordo : Decapoda

Familia : Panaeidae Genus : Panaeus Subgenus : Litopenaeus

Spesies : Litopenaeus vannamei Boone

2.2 Morfologi

Morfologi merupakan ilmu yang mempelajari bentuk dan struktur tubuh organisme. Secara morfologis tubuh udang vaname dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu kepala (chepalotorax), badan (abdomen) dan ekor (uropoda).

Cephalotorax merupakan penyatuan antara kepala dan dada, terdiri dari 13 ruas (segmen). Bentuk morfologi udang vaname, dapat dilihat pada Gambar 2.1

(15)

Gambar 2.1 Morfologi Udang Vaname (Data PKPM)

Bagian kepala terdiri dari lima ruas dan setiap ruas terdapat sepasang anggota gerak yaitu antennula, antenna, mandibula, maxilla I dan maxilla II.

Bagian dada terdapat delapan ruas dengan anggota gerak maxilliped tiga pasang dan periopoda (kaki jalan) lima pasang, pada ujung kaki jalan pertama, kedua dan ketiga terdapat capit yang disebut chela dan chepalotorax ditutupi oleh kulit keras yang disebut kelopak kepala (carapace) pada bagian lateral dan dorsal yang berfungsi melindungi organ penting di dalamnya seperti insang, lambung, jantung dan hepatopankreas. Ujung depan carapace terdapat cucuk yang bentuknya lancip, melengkung seperti huruf S dan bergerigi yang disebut rostrum yang mempunyai rumus gerigi 5-8/2-4 atau rata-rata 6/3 yang artinya pada bagian dorsal terdapat 5-8 gerigi dan pada bagian ventral terdapat 2-4 gerigi (Haliman dan Adijaya 2005).

Udang vaname memiliki sepasang mata facet (majemuk) yang bertangkai dan dapat bergerak lateral terdapat pada kepala bagian antero-dorsal (atas depan).

Mulut terdapat pada bagian ventral kepala di antara madibula dan maxilliped, sedangkan thelicum pada udang betina terletak diantara kaki jalan kelima.

Telson

(16)

Abdomen terdiri dari enam ruas, lima ruas pertama mempunyai sepasang anggota badan berupa kaki renang (pleopoda) dan pada bagian ventral diantara kaki renang pertama terdapat petasma. Ruas keenam tidak terdapat kaki renang, ujungnya langsung tersambung dengan ekor kipas (uropoda) yang terdiri dari sepasang ekor luar (exopoda), sepasang ekor dalam (endopoda) dan satu telson yang berbentuk runcing (FAO 2011) .

2.3 Habitat dan Penyebaran

Habitat udang berbeda-beda tergantung dari jenis dan persyaratan hidup dari tingkatan daur hidupnya. Udang vaname hidup pada kolom air sehingga dapat dibudidayakan dengan padat tebar tinggi dan pada dasarnya udang bersifat bentik dan hidup pada permukaan dasar laut, habitat yang disukai oleh udang yaitu dasar laut yang lumer (soft) yang biasanya campuran lumpur dan pasir, udang vaname bersifat aktif mencari makan pada malam hari (nocturnal) dan eurhyhaline yaitu toleran terhadap kisaran salinitas yang lebar (Dewantoro 2011).

Populasi udang vaname dapat ditemukan di Pantai Pasifik Barat,sepanjang Peru bagian Utara, Amerika Tengah sampai Meksiko bagian Utara, yang mempunyai suhu air normal 20oC sepanjang tahun dan sampai saat ini udang vaname paling banyak dibudidayakan di negara-negara seperti Thailand, Indonesia, Vietnam dan India. Udang dewasa hidup dan memijah di laut lepas dan larva akan bermigrasi yang menghabiskan masa larvanya sampai post larva di pantai atau di daerah mangrove, setelah melakukan perkawinan dan pemijahan udang akan kembali ke habitat semula (Brown 1991 dalam Zakaria 2010).

(17)

2.4 Parameter Kualitas Air

Kualitas air adalah kondisi suatu perairan yang dicerminkan dari hasil pengukuran parameter-parameter tertentu pada perairan tersebut. Kualitas air yang baik akan mendukung pertumbuhan dan perkembangan udang vaname secara optimal yang perlu dikontrol secara seksama. Salah satu faktor yang utama penentu keberhasilan produksi budidaya udang adalah pengelolaan kualitas air, karena udang adalah hewan air yang segala kehidupan, kesehatan, dan pertumbuhannya tergantung pada kualitas air sebagai media hidupnya (Tricahyo 1995).

Pengukuran kualitas air selama pemeliharaan udang penting dilakukan untuk mengetahui gejala-gejala yang terjadi sebagai akibat perubahan salah satu parameter kualitas air. Beberapa parameter kualitas air yang perlu dijaga yaitu suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut, alkalinitas, total organik matter, amonium, nitrit, nitrat dan phospat serta kepadatan vibrio dan plankton.

Suhu Air

Suhu air dapat mempengaruhi kelangsungan hidup, pertumbuhan, reproduksi, pergantian kulit dan metabolisme udang. Suhu juga berpengaruh terhadap kelarutan gas-gas, kecepatan reaksi unsur dan senyawa yang terkandung dalam air (Boyd 1990).

Kisaran suhu air tambak yang baik bagi kehidupan udang vaname berkisar 24−32oC. Guncangan suhu yang bisa ditoleransi adalah tidak lebih dari 2oC sehingga perubahan suhu yang mendadak akan langsung berpengaruh pada kehidupan udang dan suhu 26oC menyebabkan nafsu makan turun hingga 50%

dan jika suhu naik >30oC udang akan mengalami stres yang disebabkan oleh

(18)

tingginya kebutuhan oksigen, untuk menghindari kenaikan suhu terutama pada musim kemarau dapat dilakukan pendalaman atau menaikkan permukaan air dengan memasukkan air baru yang suhunya lebih rendah (Van Wyk et al dalam Yuniasari 2009).

Suhu air pada bagian dasar dipengaruhi oleh kepadatan partikel yang dapat menghalangi penetrasi cahaya masuk kedalam air sehingga dalam proses budidaya perlu dilakukan pengelolaan kualitas air dengan melakukan pengukuran yang menggunakan thermometer serta dapat dilakukan pada pagi dan sore hari (Amri dan Kanna 2008).

Salinitas

Salintas adalah jumlah berat (g) zat padat yang terkandung dalam satu kg air laut. Salintas merupakan salah satu aspek kualitas air yang penting karena mempengaruhi pertumbuhan udang (Schlieper 1972 dalam Mustofa 1999).

Salinitas lingkungan yang optimal dibutuhkan udang untuk menjaga kandungan air dalam tubuhnya (terutama sel tubuh) agar dapat melangsungkan proses metabolisme dengan baik. Dinding sel bersifat semipermeable, yaitu saling tarik menarik antara larutan di dalam sel dengan larutan yang berada dalam lingkungannya karena tekanan osmotik dan Jika kadar garam dalam sel lebih tinggi dari lingkungannya, maka air dari lingkungan akan masuk ke dalam sel sehingga sel akan membesar. Demikian sebaliknya jika kadar garam lingkungannya lebih besar dari sel tubuh, maka cairan dalam sel akan tertarik keluar sehingga udang akan kurus dan langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi rendahnya salinitas tersebut adalah dengan menambah input air laut.

Sebaliknya jika salinitas terlalu tinggi, salinitas diturunkan dengan membuang

(19)

sebagian air di dalam tambak dan menggantinya dengan air tawar sehingga salinitas optimal dapat dicapai (Suyanto dan Takarina 2009).

Udang dapat tumbuh optimal pada kisaran salinitas 15−25 ppt dan salinitas yang tinggi (>40 ppt) sering terjadi pada musim kemarau. Salinitas dapat dilihat dengan melakukan pengukuran yang menggunakan refraktometer atau salinometer (Amri dan Kanna 2008).

Kecerahan

Kecerahan dipengaruhi oleh populasi plankton dan bahan padatan yang tersuspensi dalam petakan. Tingginya populasi plankton atau konsentrasi padatan tersuspensi dalam air, akan makin rendah kecerahan. Kecerahan yang bagus dalam budidaya udang vaname adalah kecerahan yang diakibatkan oleh plankton, bukan dari padatan tersuspensi. Kecerahan yang diakibatkan oleh padatan tersuspensi terjadi pada budidaya vaname di tambak tanah dengan aerasi 16 HP per hektar, semakin padat densitas tebar makin cepat terjadi air milky. Densitas fitoplankton pada tambak tanah tidak bisa berkembang dengan baik karena aktifitas fotosintesis terganggu, sinar matahari terhalang oleh partikel-partikel lumpur yang tersuspensi (Edhy et al 2010).

Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman didefinisikan secara konvensional sebagai – Log [H+].

pH merupakan parameter air yang berpengaruh secara langsung terhadap udang yang dibudidayakan. Nilai pH yang normal untuk tambak udang berkisar antara 6−9. Khusus untuk udang vaname, kisaran pH yang optimum adalah 7,5−8,5 (Wyban dan Sweeny 1991).

(20)

Nilai pH diatas 10 dapat mematikan udang, sedangkan pH di bawah 5 mengakibatkan pertumbuhan udang menjadi lambat. Budidaya udang di tambak, guncangan pH air tidak begitu mengkhawatirkan karena air laut mempunyai daya penyangga atau buffer yang cukup kuat. Proses pembusukan dan kadar karbon dioksida yang tinggi dapat berpengaruh pada pH sehingga untuk mengatasi terjadinya guncangan pH perlu diusahakan penggantian air sesering mungkin dan pengoprasian aerator terutama pada pagi hari (Suyanto dan Takarina 2009).

Guncangan pH yang bisa ditoleransi adalah tidak lebih dari 0,5 dan dalam budiaya udang, kita menginginkan agar nilai pH perairan tambak adalah sama atau mendekati sama dengan nilai pH tubuh udang. Hal ini ditujukan agar udang tidak mengalami stres dalam menyesuaikan pH tubuh dengan lingkungannya.

Jika nilai pH perairan tambak berada di bawah kisaran yang distandarkan, maka kita harus menaikkan nilai pH tersebut dengan cara pemberian kapur, demikian sebaliknya jika pH perairan, kita turunkan misalnya dengan cara pemberian saponin aktif. Derajat keasaman air dapat diukur dengan menggunakan pH meter atau kertas lakmus dan pengukuran dilakukan setiap 5 hari sekali pada pagi dan siang hari (Haliman dan Adijaya 2005).

Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen)

Kandungan oksigen terlarut sangat mempengaruhi metabolisme tubuh udang. Oksigen dalam perairan berasal dari difusi O2 dari atmosfer serta aktivitas fotosintesis oleh fitoplankton maupun tanaman lainnya. Oksigen yang bisa dimanfaatkan udang adalah oksigen terlarut (Amri dan Kanna 2008).

Kandungan oksigen terlarut yang baik untuk kehidupan udang vaname adalah >3 ppm dan sebaiknya berada pada kisaran 4−8 ppm. Oksigen dibutuhkan

(21)

oleh udang untuk proses pembakaran protein, lemak, dan karbohidrat sehingga menghasilkan energi (Hains Worth 1981 dalam Mustofa 1999).

Oksigen terlarut merupakan parameter utama kualitas air yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang serta kebutuhan konsumtif metabolisme tubuh udang yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas (berenang, reproduksi dan pertumbuhan). Pengaruh langsung oksigen adalah efektifitas penggunaan pakan serta proses metabolisme udang secara tidak langsung berpengaruh terhadap kondisi kualitas air.

Rendahnya kandungan oksigen terlarut di dalam tambak sering terjadi pada periode musim kemarau yang tidak berangin dan tanda sederhana terjadinya kekurangan oksigen yaitu udang berenang dipermukaan air atau berkumpul di sekitar inlet air tambak. Pada malam hari suhu menjadi rendah yang diikuti dengan meningkatnya aktivitas fitoplankton sehingga mengakibatkan turunnya kandungan oksigen. Upaya untuk meningkatkan oksigen terlarut di dalam tambak dapat dilakukan dengan menggunakan kincir dan ada dua metode penentuan oksigen terlarut yang dapat diandalkan yaitu metode elektrometris dan metode winkler atau biasa disebut metode titrasi. Metode elektrometris lebih banyak digunakan dan lebih mudah diaplikasikan di lapangan dengan menggunakan DO meter (Amri dan kanna 2008).

Alkalinitas

Alkalinitas merupakan kemampuan untuk menetralkan asam dalam air.

Alkalinitas diukur dengan penambahan asam hingga pH mencapai 4,5. Air yang mempunyai kestabilan pH yang baik terhadap penambahan asam atau basa disebut air yang terbuffer dengan baik (Fast 1983 dalam Mustofa 1999).

(22)

Parameter ini secara tidak langsung menunjukkan tingkat kesuburan tambak karena konstribusinya dalam penyediaan CO2 untuk keperluan fotosintesa dan HCO3 dalam penyediaan unsur penyangga (buffer ). Alkalinitas diukur dengan metode titrasi setiap 3 hari sekali. Nilai optimal alkalinitas dalam tambak adalah 90−150 ppm (SOP CP Prima 2010).

Amri dan Kanna (2008) menyatakan bahwa nilai alkalinitas yang kurang dari 90 ppm dilakukan dengan cara pengapuran dosis 5 ppm. Jenis kapur hidroksida (Ca(OH)2) dapat diaplikasikan untuk menaikkan alkalinitas sekaligus menaikkan pH air, namun bila pH sudah tinggi jenis kapur yang digunakan adalah kapur pertanian (CaCO3) atau penggunaan kapur Dolomit (CaMg (CO3)2).

Total Organik Matter (TOM)

Total organik matter (TOM) menggambarkan kandungan bahan organik total suatu perairan yang terdiri dari bahan organik terlarut, tersuspensi dan koloid. Peningkatan kandungan N-organik dalam air disebabkan sisa pakan yang tidak dikonsumsi, kotoran udang, kematian plankton dan bahan organik yang masuk pada saat pergantian air (Suyanto dan Takarina 2009).

Boyd (1992) mengatakan bahwa kandungan bahan organik yang optimal 20 ppm dan kandungan bahan organik yang tinggi >60 ppm menunjukkan kualitas air yang menurun. Kandungan total bahan organik merupakan sumber terjadinya senyawa yang dapat meracuni udang dalam proses anaerob. Selanjutnya dijelaskan, bahwa pengukuran bahan organik dilakukan setiap minggu baik pada petak pembesaran udang maupun petak tandon. Bila kandungan air tambak mencapai 50 ppm maka perlu dilakukan penurunan yaitu dengan cara pergantian

(23)

atau penambahan air dari petak tandon namun, cara ini dapat dilakukan kalau petak tandon kandungan bahan organiknya lebih rendah.

Amonium (NH4+)

Amonium atau amonia terionisasi dengan rumus kimia NH4+ yang merupakan bentuk nitrogen anorganik yang tereduksi, tergantung konsentrasi dan komposisi perbandingan antara keduanya terhadap pH dan suhu (Kordi 2010).

Pengukuran amonium dapat dilakukan dengan test kit, amonium dapat menyuburkan perairan tapi bagi tambak intensif penyuburan yang berlebihan tidak dikehendaki. Amonium akan dirombak menjadi nitrit dan nitrit akan dirombak menjadi nitrat, proses ini dinamakan nitrifikasi yang dilakukan oleh bakteri genus Nitrosomonas (Edhy et al 2010).

Nitrit (NO2)

Nitrit diperoleh dari hasil perombakan amonia oleh bakteri aerob Nitrosomonas menjadi nitrit (NO2) dan kemudian menjadi nitrat (NO3) oleh bakteri Nitrobactery (Clifford 1994).

Kisaran optimal nitrit untuk budidaya vaname yaitu 0,01-0,05 ppm (Adiwijaya et al 2003). Konsentrasi nitrit pada kondisi normal sangat jarang konsentrasi mematikan udang. Bila kadar oksigen dalam air tinggi, senyawa ini akan teroksidasi menjadi nitrat (NO3) yang dapat dimanfaatkan oleh fitoplankton sebagai nutrient. Senyawa ini diukur sebagai salah satu indikator kesuburan tambak, kekurangan unsur N ini dapat disuplai dengan pemupukan (Urea) dan Pengukuran senyawa ini menggunakan spektrofotometer.

(24)

Nitrat (NO3)

Nitrat adalah bentuk senyawa nitrogen yang merupakan sebuah senyawa yang stabil dan merupakan zat nutrisi yang dibutuhkan dalam jumlah banyak oleh fitoplakton untuk tumbuh dan berkembang, serta sebagai salah satu indikator kesuburan tambak (Kordi 2010)

Nitrat dapat berasal dari pupuk yang digunakan dan dari oksidasi nitrit oleh bakteri Nitrobaktery yang akan mengubah amoniak menjadi nitrit dan nitrit menjadi nitrat. Besarnya kadar nitrat di dalam tambak yang bisa ditoleransi berada pada kisaran 0,4 ppm (Edhy et al 2010).

Phospat (PO4-3)

Phospat merupakan faktor pembatas produktivitas plankton sehingga kehadirannya di dalam air tambak harus selalu dimonitor. Total phospat tidak berubah konsentrasinya secara harian, seperti terjadi dengan pH, oksigen terlarut, dan parameter kualitas air yang lain. Namun, total phospat juga bisa berubah dengan cepat setelah pemberian pupuk. Hal tersebut dapat berubah dalam beberapa hari dan tergantung dengan fluktuasi kelimpahan fitoplankton atau konsentrasi padatan tersuspensi (Edhy et al 2010). Dijelaskan lebih lanjut, ketika tambak dikeringkan khususnya sekitar 20–25% limbah tambak terakhir mengandung total phospat yang tinggi. Sampel yang diambil pada setiap minggu biasanya akan menggambarkan kondisi phospat yang bagus pada limbah tambak udang. Sampel dikumpulkan dalam botol plastik, disimpan dalam es, dan dianalisis dalam 12 jam setelah pengambilan dan analisis total phospat memerlukan sampel air yang dilarutkan dalam asam atau direaksikan dengan

(25)

oksidator. Perubahan fosfor partikulat dan phospat organik terlarut menjadi orthophosphate terlarut dapat diukur dengan spektrofotometer.

Plankton

Plankton adalah organisme renik yang pada umumnya bergerak melayang di dalam air dan distribusinya selalu dipengaruhi gerakan massa air. Dikenal ada dua golongan besar plankton yaitu fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton adalah jasad renik perairan yang masuk dalam golongan tumbuh-tumbuhan, sedang zooplankton masuk dalam golongan hewan. Parameter kualitas air ini tercermin dari warna dan transparansi perairan. Perairan yang didominansi fitoplankton dari golongan chlorophyta, maka warna air akan nampak hijau, kalau didominansi oleh diatomae, maka warna air akan coklat. Fungsi utama dari fitoplankton dalam perairan adalah pemasok oksigen terbesar (pada siang hari), pakan alami dan penjaga kestabilan ekosistim tambak (Edhy et al 2010).

Fitoplankton merupakan sumber produktivitas primer dalam tambak udang yang menggunakan nutrien anorganik dan sinar matahari (Ultraviolet) dalam menghasilkan bahan organik dalam bentuk karbohidrat dan oksigen melalui proses fotosintesis. Fotosintesis merupakan proses fototropik dimana tumbuhan yang berklorofil menggunakan energi cahaya untuk mereduksi karbon anorganik menjadi karbohidrat. Oksigen yang dibebaskan dalam proses fotosintesis merupakan sumber utama oksigen terlarut (DO) dalam tambak. dalam mengelola parameter ini yang terpenting adalah bagaimana kita bisa membuat jenis plankton yang beragam, bukan didominasi oleh satu jenis plankton saja. Suatu perairan hanya didominansi oleh satu jenis plankton, kekhawatirannya adalah jika plankton tersebut terkena gangguan dan mati massal, maka perairan akan menjadi bening.

(26)

Pengukuran jumlah dan jenis plankton dilakukan setelah ada permintaan ke pihak laboratorium (Edhy et al 2003).

Vibrio

Vibrio adalah salah satu jenis bakeri yang tergolong marine bakteri dan vibrio bersifat aerob dan ada yang bersifat anaerob. Keberadaan bakteri vibrio dalam perairan tambak, dibedakan dalam dua golongan koloni, yaitu golongan koloni kuning dapat memfermentasi sukrose dan koloni hijau tidak dapat memfermentasi sukrose sehingga toksisitasnya lebih tinggi dari warna kuning.

Pengamatan terhadap vibrio dapat menggunakan media selektif Tiosulfat Sitrat Bile Salt (TCBS) dan standar vibrio dalam budidaya udang vaname yaitu

<3 x 103 cfu/ml, jika perairan tambak mempunyai nilai vibrio di atas standar maka dilakukan siphon dan penambahan probiotik keperairan tambak. Pengukuran vibrio dilakukan setiap dua kali dalam seminggu (Sari 2009).

(27)

BAB III METODOLOGI KEGIATAN

3.1 Waktu dan Tempat

Tugas akhir ini disusun berdasarkan kegiatan Pengalaman Kerja Praktik Mahasiswa (PKPM) yang dilaksanakan selama tiga bulan, mulai dari tanggal 22 Januari sampai tanggal 23 April 2019 di tambak CV. Megah Prima Agronusa.

Desa Gending Kecamatan Gending Kabupaten Probolinggo Provinsi Jawa Timur.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

3.2.1 Data Primer

Data primer diperoleh dengan cara mengamati, menghitung, atau mengukur secara langsung serta wawancara dengan teknisi pada saat kegiatan PKPM.

3.2.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dengan cara penelusuran literatur atau pustaka yang relevan dengan pengelolaan kualitas air pada budidaya udang vaname di tambak intensif.

3.3 Alat dan Bahan 3.3.1 Alat

Alat yang digunakan selama proses pengelolaan kualitas air pada budidaya udang vaname, dapat dilihat pada Tabel 3.1

(28)

Tabel 3.1 Alat yang Digunakan Selama Pengelolaan Kualitas Air

No Alat Kegunaan

1 Tambak Wadah budidaya

2 Kincir Digunakan untuk menyuplai oksigen

3 Pompa Memompa air masuk kedalam wadah budidaya 4 Anco Digunakan untuk mengontrol pakan

5 Ember Sebagai tempat pakan, probiotik dan pengapuran 6 Termometer untuk mengukur suhu

7 Handrefraktometer untuk mengukur kadar garam ( salinitas) 8 pH Meter Digunakan untuk mengukur pH air 9 Timbangan Digunakan untuk menimbang pakan dll.

10 Gelas Ukur untuk menakar probiotik 11 Keranjang/ Basket Digunakan untuk tempat udang

12 Genset sebagai alat pembangkit listrik cadangan

3.3.2 Bahan

Bahan yang digunakan selama proses pengelolaan kualitas air pada budidaya udang vaname, dapat dilihat pada Tabel 3.2

Tabel 3.2 Bahan yang Digunakan pada Pengelolaan Kualitas Air

No Bahan Kegunaan

1 Udang Vaname Organisme yang dibudidayakan

2 Probiotik untuk menguraikan bahan organik dalam air 3 Kapur Dolomit untuk memperbaiki pH air

4 Kapur Kaptan Untuk mengikat partikel-partikel kasar dalam air 5 Air Tawar Untuk membersihkan alat-alat yang telah digunakan 6 Air Laut Sebagai media budidaya

7 Dedak dan Ragi untuk menumbuhkan pakan alami 8 Kaporit Untuk membunuh bakteri maupun Virus 9 Kupri Sulfat (CuSO4) Untuk membunuh alga

10 Nuvet Plus Untuk membunuh Crustacea

(29)

3.4 Metode Pelaksanaan 3.4.1 Persiapan

Pengeringan

Pengeringan bertujuan untuk mrngeluarkan air yang tersisa pada tambak dan untuk membunuh hama dan penyakit yang ada pada tambak.

a. Alat dan bahan disiapkan.

b. Pipa pengeluaran dan central drain dibuka.

c. Tambak didiamkan selama 2-3 hari.

Pembersihan Dasar Tambak

Pembersihan dasar tambak bertujuan untuk membunuh lumut yang menempel pada HDPE dan memutus siklus hidup hama dan penyakit

a. Alat dan bahan disiapkan.

b. Lumut yang menempel pada dinding dan dasar tambak disikat.

c. Dinding dan dasar tambak di semprot dengan air.

d. Air yang mengendap dikeluarlkan melalui central drain.

Perbaikan Wadah

Perbaikan wadah bertujuan untuk memperbaiki wadah yang rusak agar air tidak merembes melalui kebocoran HDPE dan mencegah masuknya hama dan penyakit

a. Alat dan bahan disiapkan.

b. Kebocoran HDPE ditambal menggunakan spon busa dan lem.

(30)

Pengapuran

Pengapuran dilakukan untuk meningkatkan pH pada tambak dan membunuh siklus hidup hama dan penyakit

a. Alat dan bahan disiapkan.

b. Kapur ditebar merata ke dasar tambak.

Setting Kincir

Setting kincir bertujuan untuk memperbaiki posisi kincir agar mendapatkan posisi yang dapat menyentralkan partikel pada dasar tambak

a. Kincir disiapkan sesuai kebutuhan dengan jumlah 1 kincir untuk 150 m2. b. Titik kincir ditentukan dan pemberat ditempatkan 4 titik untuk 1 kincir.

c. Settingan kincir dipastikan dapat menyentralkan lumpur dan mensuplai oksigen, serta tata letak kincir dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 3.1 Tata Letak Kincir PT. Central Proteina Prima Pengisian Air

Pengisisan air bertujuan untuk mempersiapkan media budidaya a. Alat dan bahan disiapkan.

b. Pompa dinyalakan dan air dialirkan ke petakan hingga ketinggian 120 cm.

Sterilisasi Air

(31)

Sterilisasi air bertujuan untuk membunuh organisme pathogen dalam air yang dapat membawa penyakit

a. Alat dan bahan disiapkan.

b. Copper sulphate ditebar dengan dosis 5 ppm secara merata dan kincir dioperasikan.

c. Nuvvet plus ditebar dengan dosis 1.5 – 2 ppm secara merata dan didiamkan selama 24 jam.

d. Hari berikutnya, dilakukan penebaran kaporit dengan dosis 20 ppm dan diamkan selama 2-3 hari sampai residu hilang.

Pembentukan Air Media

Pembentukan air media bertujuan untuk menumbuhkan pakan alami sebagai pakan alami bagi udang

a. Alat dan bahan disiapkan.

b. Fermentasi yang terbuat dari campuran dedak dan ragi ditebar untuk merata.

c. Didiamkan selama 24 jam dengan kincir beroperasi.

d. Hari berikutnya, super NB ditebar sebanyak 800 ml secara merata.

e. Aplikasi fermentasi dan super NB dilakukan 2 hari sekali.

3.4.2 Pemeliharaan Pengelolaan Air Penggunaan Tandon

Penggunaan tandon bertujuan untuk menampung air untuk pergantian air yang dilakukan setiap hari

a. Air dipompa dari sumur bor.

b. Air dikaporit dengan dosis 15-20 ppm dan kincir dioperasikan selama 2-3 jam.

(32)

c. Diendapkan selama 2-3 hari dan selanjutnya air dialirkan ke petakan.

Pengapuran

Pengapuran bertujuan untuk menetralkan pH dan mengeraskan cangkang udang

a. Alat dan bahan disiapkan.

b. Menimbang kapur dolomit dengan dosis 3 ppm.

c. Kapur dimasukkan ke dalam ember dan dicairkan dengan menambahkan air petakan.

d. Kapur ditebar secara merata di permukaan air.

Penebaran bakteri nitrifikasi

Penebaran bakteri nitrifikasi bertujuan untuk menumbuhkan bakteri pengurai dalam tambak

a. Alat dan bahan disiapkan.

b. Bakteri nitrifikasi ditakar menggunakan gelas ukur dengan dosis 0,5–1 ppm.

c. Bakteri nitrifikasi dimasukkan ke dalam ember.

d. Diaduk hingga homogen.

e. Bakteri nitrifikasi ditebar pada permukaan air secara merata.

Penebaran fermentasi

Penebaran fermentasi bertujuan untuk menumbuhkan plankton sebagai pakan alami udang

a. Alat dan bahan disiapkan.

b. Dedak ditimbang menggunakan timbangan digital dengan dosis 3 ppm.

c. Ragi ditimbang menggunakan timbangan analitik dengan dosis 15 gram/ kg dedak.

(33)

d. Dedak, ragi dan air dihomogenkan dalam ember sampai kental.

e. Ember ditutup dan didiamkan selama 48 jam.

f. Fermentasi dicampur dengan air dan ditebar secara merata dipermukaan air.

Pergantian Air

Pergantian air dilakukan untuk membuang kotoran pada dasar tambak dan tetap mempertahankan tinggi air

a. Air dari tandon dipompa masuk ke petak budidaya melalui saluran inlet pada sore.

b. Sirkulasi dihentikan pada pukul 09.00 pagi hari.

Pengukuran Parameter Kualitas Air Pengukuran Suhu Air

Pengukuran suhu air bertujuan untuk mengontrol kualitas air a. Thermometer yang terpasang pada jembatan anco diangkat.

b. Nilai suhu dilihat pada skala thermometer.

Pengukuran Salinitas

Pengukuran salinitas bertujuan untuk mengontrol kualitas air a. Hand refraktometer disiapkan.

b. Kaca prisma hand refraktometer dikalibrasi dengan akuadest sehingga nilai menunjukkan angka 0 (nol).

c. Air diteteskan pada kaca prisma.

d. Hand refraktometer diarahkan ke cahaya yang terang untuk melihat nilai Salinitas dan dicatat hasilnya.

Pengukuran Kecerahan

Pengukuran kecerahan bertujuan untuk mengontrol kualitas air

(34)

a. Secchi disk disiapkan.

b. Secchi disk dimasukkan ke dalam media budidaya secara perlahan-lahan.

c. Jika piringan secchi disk tidak terlihat lagi maka nilai kecerahan dapat di lihat dari skala sebagai T1 dan dicatat.

d. Secchi disk diangkat perlahan-lahan sampai piringan terlihat.

e. Skala pada secchi disk dilihat dan dicatat sebagai nilai kecerahan T2.

f. Selanjutnya nilai kecerahan didapat dengan menjumlahkan T1+T2 .

2 Pengukuran pH

Pengukuran pH bertujuan untuk mengontrol kualitas air

a. Alat dan bahan disiapkan.

b. Mengambil air sampel petakan.

c. pH meter dicelupkan pada sampel dan muncul nilai pH pada monitor alat.

3.5 Analisa Data

Data dianalisa secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk grafik dan tabel.

Rumus yang digunakan dalam analisis parameter yang diamati yaitu:

a. ABW (Average Body Weight) dihitung dengan rumus Effendi (1997):

ABW

=

Berat udang yang disampling jumlah udang yang disampling

b. Biomassa (kg) dihitung dengan rumus Effendi (1997):

= Jumlah tebar benur x SR x ABW

c. Populasi (ekor) dihitung dengan rumus Effendi (1997):

= Populasi (ekor) = Ʃ udang tertangkap (ekor) x luas lahan (m2) Luas bukaan jala

(35)

d. SR (Survival Rate)

SR adalah tingkat kelangsungan hidup yang dihitung dengan rumus Effendi (1997):

Rumus : SR = Wt x 100%

Wo

Keterangan:

SR : Tingkat kelangsungan hidup (%)

Wt : Jumlah hasil panen awal udang vaname (ekor) Wo : Jumlah awal pemeliharaan udang vaname (ekor)

(36)

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI

4.1 Lokasi Perusahaan

CV. Megah Prima Agronusa didirikan pada tahun 2017, Pada mulanya hanya memiliki 7 tambak budidaya dan 3 petak tandon, namun tahun 2018 dibangun 4 petak pemeliharaan dan 3 petak tandon. CV. Megah Prima Agronusa adalah salah satu perusahaan yang bermitra dengan PT. Central Proteina Prima, Tbk.

Tambak CV. Megah Prima Agronusa yang terletak di Desa Gending, Kecamatan Gending, Kabupaten Probolinggo Provinsi Jawa Timur. Sebelah utara berbatasan dengan perumahan penduduk dan laut utara gending, sebelah selatan berbatasan dengan perkebunan penduduk, sebelah barat berbatasan dengan perumahan penduduk serta sungai Gending, dan sebelah timur berbatasan dengan peternakan ayam.

4.2 Struktur Organisasi

Tenaga kerja yang terdapat pada tambak CV. Megah Prima Agronusa dengan pendidikanDIII , SMA, dan SMK. Adapun struktur organisasi di tambak CV. Megah Prima Agronusa, Gending dapat dilihat pada gambar 4.1

(37)

Gambar 4.1 Struktur Organisasi di Tambak CV. Megah Primah Agronusa CV. Megah Prima Agronusa

Manager

Teknisi

Asisten Teknisi 2 Asisten Teknisi 1

Feeder Feeder

Feeder

(38)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kualitas Air

Hasil pengukuran kualitas air selama pemeliharaan udang vaname pada tambak intensif dapat dilihat pada Tabel 5.1

Tabel 5.1 Kualitas Air pada Pemeliharaan Udang Vaname pada Tambak Intensif CV. Megah Prima Agronusa Gending Probolinggo

No Parameter Kualitas Air

Kisaran

Pengukuran Batas Optimum (CP. Prima)

1 pH 7,7–9,4 7,5–8,5

2 Salinitas (ppt) 12–21.5 15–30

3 Kecerahan (cm) 20–125 25–30

4 Suhu (°C) 26–32 27–31

5.1.1 pH Air

Derajat keasaman (pH) yaitu tingkat keasaman air yang dinyatakan dalam pH air. Dalam kegiatan budidaya berlangsung pH air yang diperoleh pada budidaya udang vaname di tambak intensif berkisar antara 7,7–9,4 (Gambar 5.1), dimana angka ini sudah sedikit melewati angka yang optimal hal ini disebabkan oleh tingkat kepadatan plankton pada perairan.

Gambar 5.1 pH Air pada Tambak Intensif CV. Megah Prima Agronusa

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 6 11 16 21 26 31 36 41 46 51 56 61 66 71 76 81 86 91 96 101 106 111

NILAI PH

HARI PEMELIHARAAN

Pagi Sore

(39)

pH air tambak pada pagi hari lebih rendah dibanding pada sore hari karena adanya aktifitas fotosintesis oleh fitoplankton pada sore hari yang meyerap CO2, sedangkan pada pagi hari tidak terjadi fotosintesis sehingga CO2 melimpah karena hasil respirasi oleh udang maupun phytoplankton. Pengelolaan kualitas air jika pH dalam suatu perairan tidak berada pada kisaran yang oplimal atau standar kehidupan udang vaname yaitu dengan melakukan pengapuran guna untuk menstabilkan pH.

Menurut Ahmad (1991), nilai pH yang baik bagi udang untuk hidup dan tumbuh berkembang memerlukan midium dengan kisaran pH 6,8–8,5. Pada pH dibawah 4,5 atau diatas 9,0 udang akan mudah sakit, lemah dan nafsu makan menurun, bahkan udang cenderung keropos dan berlumut.

5.1.2 Salinitas

Salinitas merupakan jumlah total garam terlarut yang terukur dalam sampel air dalam satuan ppt ( part per thousand) dan salinitas merupakan aspek kualitas air yang mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan udang. Nilai salinitas yang diperoleh selama kegiatan budidaya berkisar antara 12–21,5 ppt (Gambar 5.2).

Gambar 5.2 Salinitas pada Tambak Intensif CV. Megah Prima Agronusa

0 5 10 15 20 25

1 5 9 13 17 21 25 29 33 37 41 45 49 53 57 61 65 69 73 77 81 85 89 93 97 101 105 109 113

Nilai Salinitas

Hari Pemeliharaan Pagi Sore

(40)

Salinitas yang paling rendah didapat pada hari ke-91 - 104 yaitu 12 ppt.

Hal ini disebabkan karena seringnya terjadi hujan yang dapat menurunkan nilai salinitas dan nilai salinitas yang paling tertinggi didapat pada awal pemeliharaan yaitu hari ke- 13-19 yaitu 21,5 ppt ini desebabkan karena belum pernah dilakukan pergantian air sehingga terjadi penguapan air dan meningkatnya kadar garam karena jumlah air yang semakin sedikit.

Menurut Soemardjati dan Suriawan (2007), udang vaname dapat tumbuh pada salinitas 15–28 ppt, dan jika semakin tinggi akan memacu laju metabolisme didalam tubuh udang untuk proses osmoregulasi sehingga disatu sisi udang lebih banyak membutuhkan oksigen, disisi lain konsentrasi oksigen di dalam air semakin menurun karena difusi oksigen dari udara terhambat.

5.1.3 Kecerahan

Kecerahan merupakan tingkat atau kemampuan cahaya matahari menembus air dan kecerahan juga menunjukkan populasi plankton dan kandungan material terlarut dalam air. Berdasarkan hasil pengukuran, kecerahan yang diperoleh selama kegiatan budidaya berlangsung berkisar antara 20–120 cm (Gambar 5.3).

Gambar 5.3 Kecerahan Air pada Tambak Intensif CV. Megah Prima Agronusa

0 50 100 150

1 6 11 16 21 26 31 36 41 46 51 56 61 66 71 76 81 86 91 96 101 106 111

Nilai Kecerahan

Hari pemeliharaan Pagi Sore

(41)

Kecerahan yang diporoleh pada awal pemeliharaan sampai umur ke-27 tidak berada pada kisaran yang normal karena tingkat kepadatan plankton masih kurang, ini dikarenakan susahnya pembentukan plankton akibat cuaca yang kurang baik. Untuk mempertahankan kecerahan perairan maka kita harus lakukan penebaran fermentasi yang merupakan sumber nutrien untuk pertumbuhan plankton.

Nilai kecerahan yang optimal bagi budidaya udang berkisar antara 35–45 cm (Suyanto 2009). Kecerahan sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan, padatan tersuspensi, dan salah satu penyebab meurunnya daya cerah dan seringnya terjadi blooming karena makin suburnya dasar tambak akibat timbunan sisa-sisa makanan serta tingginya kepadatan plankton (Effendie 2000).

5.1.4 Suhu

Suhu merupakan derajat panas dinginnya suatu perairan yang diukur dalam satuan °C dan suhu merupakan salah satu faktor penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme. Perubahan suhu yang drastis dalam budidaya udang vaname dapat menyebabkan udang stress karena suhu tidak berada dalam kisaran yang optimal.

Selama kegiatan budidaya udang vaname nilai suhu yang didapat berkisar antara 26–32 °C (Gambar 5.4), hal ini menunjukkan suhu sedikit melebihi kisaran yang optimal yang diakibatkan oleh kondisi cuaca. Suhu air dipengaruhi oleh radiasi cahaya matahari, suhu udara, cuaca dan lokasi. Radiasi matahari merupakan faktor utama yang mempengaruhi naik turunnya suhu air. Sinar

(42)

matahari menyebabkan panas air di permukaan lebih cepat dibanding badan air yang lebih dalam.

Densitas air turun dengan adanya kenaikan suhu sehingga permukaan air dan air yang lebih dalam tidak dapat tercampur dengan sempurna. Hal ini akan menyebabkan terjadinya stratifikasi suhu (themal stratification) dalam badan air, dimana akan terbentuk tiga lapisan air yaitu : epilimnion, hypolimnion dan thermocline. Epilimnion adalah lapisan atas yang suhunya tinggi. Hypolimnion

ialah lapisan bawah yang suhunya rendah. Sedangkan thermocline adalah lapisan yang berada di antara epilimnion dan hypolimnion yang suhunya turun secara drastis (Boyd 1990). Dalam kolam budidaya, kondisi semacam ini dapat diatasi dengan pengadukan air oleh aerator atau kincir (paddle wheel).

Bila suhu dibawah 18°C, nafsu makan udang akan turun, dan bila dibawah 12°C atau diatas 40°C dapat menimbulkan kematian bagi udang. Suhu tinggi dapat mengakibatkan produksi enzim dan perkembangbiakan bakteri, suhu optimum bagi udang vaname antara 26–32°C, tetapi suhu terbaik bagi udang 28–

30°C (Sulisnarto 2008).

Gambar 5.4 Suhu pada Tambak Intensif CV. Megah Prima Agronusa

0 5 10 15 20 25 30 35

1 5 9 13 17 21 25 29 33 37 41 45 49 53 57 61 65 69 73 77 81 85 89 93 97 101 105 109 113

Nilai Suhu

Hari Pemeliharaan Pagi Sore

(43)

5.2 Panen

Panen merupakan tahap akhir dari suatu periode siklus budidaya, karena dengan dilakukannya panen udang dalam suatu tambak maka tidak ada lagi proses pemeliharaan, proses panen dilakukan pada saat kondisi cuaca normal. Udang dapat dipanen setelah memasuki ukuran pasar (100–30 ekor/kg).

Penebaran dolomit dilakukan untuk mendapatkan kulit udang yang baik, dilakukan sebelum panen dengan dosis 6–7 ppm. Dari kegiatan budidaya udang vaname di tambak intensif, pemanenan dilakukan pada umur 113 hari dengan hasil panen yang diperoleh adalah 3.634 kg dan hasil ini sudah mencapai target yang diinginkan karena dalam suatu pemeliharaan selain melakukan pengontrolan pakan hal yang harus dilakukan untuk memperoleh hasil yang maksimal yaitu pengelolaan kualitas air yang baik (Tabel 5.2).

Tabel 5.2 Produksi Udang Vaname di Tambak Intensif CV. Megah Prima Agronusa Gending Probolinggo, Jawa Timur

Lama Pemeliharaan

(hari)

Luas (m2)

Jumlah tebar (ekor)

Berat

(g/ekor) SR (%) Biomassa (kg)

113 1.250 193.002 27,02 92,34 3.647,5

(44)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Nilai ukur kualitas air berkisar : pH 7,7 – 9,4, salinitas 12 – 21,5 ppt, kecerahan 20 – 125 cm, dan suhu 26 – 32o C dan masih dalam batas toleransi udang.

2. Lama pemeliharaan 113 hari, MBW yang didapatkan 27,02 g/ekor, biomassa 3.647,5 kg, dan SR 92,34 %

3. Kualitas air berada pada nilai yang dapat ditolransi oleh udang vaname sehingga nilai kelangsungan hidup tinggi.

6.2 Saran

Kualitas air merupakan salah satu fakor budidaya udang vaname yang sangat penting diperhatikan, oleh sebab itu perlu dilakukan pengontrolan kualitas air agar tetap pada kisaran yang optimal.

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Adiwijaya, D., Sapto, P.R., Sutikno, E., Sugeng, & Subiyanto. 2003. Budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) Sistem tertutup yang ramah lingkungan. Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau, Jepara, 29 hal.

Ahmad T. 1991. Pengelolaan perubahan mutu air yang penting dalam tambak udang intensif. Direktorat jenderal perikanan bekerja sama dengan

International Development Recearch Center. Infish manual Seri No. 25.

Amri K, Kanna I. 2008. Budidaya Udang Vannamei. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Boone. 1931. Penaeus vannamei. http://www.fao.org

Boyd . 1990. Water quality in pond for aquaculture. Alabama: Auburn Universitas Birmingham Publishing Co.

, Fast AW. 1992. Pond monitoring and management In. Fast AW and Lester LJ (Eds). Marine Shrimp Culture : Principles and Practices: 497 – 514

Clifford HC. 1994. Semi intensive sensation : A Case Study in Marine Shrimp Pond Management. World Aquaculture 25 (3) : 10

Dewantoro. 2001. Udang Vaname Pertambahan Berat Mutlak. Jakarta. Penebar Sawadaya

Edhy WA, Januar P dan Kurniawan. 2003. Plankton di Lingkungan PT.

Centralpertiwi Bahari, Suatu Pendekatan Biologi dan Manajemen Plankton Dalam Budidaya Udang. Laboratorium Central Departement, Aquaculture Division, PT Centralpertiwi Bahari. Lampung

Effendi. 1997. Biologi Perikanan. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama.

Effendi H. 2000. Telaah Kualitas Air : Bagi pengelolaan sumberdaya dan lingkungan perairan. Jurusan Managemen Sumberdaya Perairan.FPIK.

IPB. Bogor. Karakteristik Fisika Kimia Sedimen dan Hubungannya Dengan Struktur Komunitas Makrozoobenthos Di Perairan Teluk Kendari 258 hal.

[FAO] Food dan Aquaculture Organization. 2011. Penaeus vannamei (Boone 1931). http://www.fao.org/fishery/culturedspecies/Litopenaeus_vannamei Fera, V. 2004. Pembenihan Udang Vaname di PT. Birulaut Khatulistiwa Kalianda

Lampung Selatan. [Laporan magang]. IPB Bogor: Fakultas Perikanan dan

(46)

Ilmu Kelautan.

Haliman RW, Adijaya S. 2005. Udang Vannamei, Pembudidayaan dan Prospek Pasar Udang Putih yang Tahan Penyakit. Jakarta: Penebar Swadaya.

Kilawati. 2012. Pengaruh Penambahan Serbuk Daun Binahong (Andredera cordifolia) Dalam Pakan Terhadap Kelulushidupan dan Histopatologi Hepatopankreas Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) yang Diinfeksi Bakteri Vibrio harveyi. Semarang.

Kordi MG. 2010. Pakan Udang. Jakarta : Akademia

Mustofa AG. 1999. Prinsip-prinsip Pengelolaan Kualitas Air Kolam Ikan.

Program Studi Ilmu Perairan. Institut Pertanian Bogor.

Sari NW. 2009. Pengelolaan Kualitas Air Pada Pembesaran Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) di Tambak Intensif Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Takalar [Tugas Akhir]. Pangkep: Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

Soemardjati W dan Suriawan A. 2007. Petunjuk teknis budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) di tambak. Departemen kelautan dan perikanan.

Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Balai Budidaya Air Payau Situbondo. 30 hal.

[SOP CP PRIMA] Standar Operasional Prosedur CP Prima. 2010. Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei). Surabaya.

Susaptoyono, Yogyo, 2007. Ekspor Udang Masih Andalan. Artikel pada http://www.dkp.go.id

Sutende, D., Afandi, M. 2009. Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Semi Intensif dengan Metode Sirkulasi Tertutup untuk Menghindari Serangan Virus. Jurnal Ilmiah Peikanan dan Kelautan Vol 1 No 2. 121 – 127 hal.

Suyanto R, Takarina EP. 2009. Panduan Budidaya Udang Windu. Jakarta:

Penebar Swadaya.

Tricahyo E. 1995. Biologi dan Kultur Udang Windu (Panaeus Monodon). Jakarat:

Akademika Pressindo.

Yuniasari D. 2009. Pengaruh Pemberian Bakteri Nitrifikasi Dan Denitrifikasi Serta Molase Dengan C/N Rasio Berbeda Terhadap Profil Kualitas Air, Kelangsungan Hidup, Dan Pertumbuhan Udang Vaname Litopenaeus Vannamei [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

(47)

Zakaria AS. 2010. Manajemen Pembesaran Udang Vannamei (Litopenaeus Vannamei) Di Tambak Udang Binaan Dinas Kelautan Dan Perikanan [skripsi]. Surabaya: Universitas Airlangga.

(48)

LAMPIRAN

(49)

xlix

Lampiran 1. Hasil Pengukuran Insitu Kualitas Air

Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore

1

2 19,5 19,5 125 125 28 29,8 9,2 9,2

3 19,5 19,5 125 125 28 29,8 9,2 9,2

4 19,5 19,5 125 115 28 30,5 9,2 9,2

5 19,5 19,5 115 105 27,5 30 9,3 9,2

6 19,5 19,5 120 110 28 30 9,3 9,3

7 19,5 19,5 105 85 28 30 9,3 9,3

8 19,5 19,5 90 75 27 30 9,3 9,3

9 19,5 19,5 80 65 28 30 9,3 9,3

10 19,5 19,5 55 60 29 30 9,3 9,4

11 19,5 19,5 60 50 28,5 31 9,3 9,3

12 19,5 19,5 55 40 29 31 9,3 9,4

13 21,5 21,5 40 40 29 31 9,4 9,4

14 21,5 21,5 40 37 29 31 9,3 9,4

15 21,5 21,5 40 35 29 31,5 9,3 9,3

16 21,5 21,5 55 45 29 31 9,2 9,2

17 21,5 21,5 40 37 28 31 9,2 9,2

18 21,5 21,5 50 45 28 31 9,1 9

19 21,5 21,5 50 50 29 31 8,9 8,9

20 20,5 20,5 55 45 29 31 8,7 8,9

21 19,5 19,5 55 40 29 31 8,9 8,9

22 19,5 19,5 40 35 28 31 8,9 9

23 19,5 19,5 45 40 28 30 9 8,9

24 19,5 19,5 40 35 27 30 8,7 8,9

25 19,5 19,5 40 35 27 29 8,7 8,8

26 19,5 19,5 35 30 28 30 8,7 8,9

27 19,5 19,5 35 30 28 29 8,7 8,8

28 19,5 19,5 35 30 28 30 8,7 8,8

29 19,5 19,5 33 30 28 30 8,6 8,8

30 19,5 19,5 35 32 28 30 8,6 9

31 19,5 19,5 35 35 28 29 8,6 9

32 19,5 19,5 35 35 27 28 8,7 9

33 19,5 19,5 35 45 27 30 8,8 9

34 19,5 19,5 47 45 27 28,5 8,9 9

35 17,5 17,5 50 45 27 29 8,8 8,8

36 17,5 17,5 50 45 28 30 8,5 8,9

37 17,5 17,5 47 45 28 31 8,9 8,8

38 17,5 17,5 40 37 28 31 8,9 9

39 17,5 17,5 45 35 29 32 8,8 9

40 17,5 17,5 40 35 29,5 30 8,8 8,9

41 16,5 16,5 40 35 29 31 8,7 9

42 16,5 16,5 35 30 29 31 8,7 9

43 16,5 16,5 35 35 29 31 8,7 9

44 16,5 16,5 45 45 28,5 29 8,7 8,8

45 16,5 16,5 60 50 28 30 8,3 8,8

46 16,5 16,5 65 50 28 30 7,7 7,8

47 16,5 16,5 60 45 28 30 7,9 8

48 15 15 55 45 27 29 8 8,2

49 15 15 45 30 28 31 8,1 8,3

50 15 15 40 35 28 31 8,1 8,3

51 15 15 40 35 28 29 8,1 8,2

52 15 15 45 40 28 30 8,1 8,2

53 15 15 45 35 28 30 8 8,3

54 15 15 40 30 28 29 8,2 8,1

55 15 15 43 37 27 27 8,7 8,8

56 15 15 40 30 26 28 8,6 9,1

57 15 15 30 30 27 29 8,6 9,1

Salinitas Kecerahan Suhu pH

Umur

Gambar

Gambar 2.1 Morfologi Udang Vaname  (Data PKPM)
Gambar 4.1 Struktur Organisasi di Tambak CV. Megah Primah Agronusa CV. Megah Prima Agronusa
Gambar 5.1 pH Air pada Tambak Intensif CV. Megah Prima Agronusa
Gambar 5.2 Salinitas pada Tambak Intensif CV. Megah Prima Agronusa
+3

Referensi

Dokumen terkait

Saat ini Kementerian Kelautan dan Perikanan, berdasarkan kondisi faktual yang terjadi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, menyusun Pedoman Pengelolaan Sabuk Pantai

Delapan tujuan MDGs yang harus di laksanakan oleh setiap negara yang mendeklarasikannya yaitu; 1) menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, 2) mencapai pendidikan dasar

Manajemen pakan dalam budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) dilakukan secara intensif merupakan hal yang sangat perlu diperhatikan baik dari segi penentuan jenis

Udang akan tumbuh dengan baik pada lingkungan budidaya yang kualitas airnya baik, kualitas air media budidaya berpengaruh langsung terhadap kehidupan udang yang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi pemustaka terhadap koleksi Digital Talking Book di Perpustakaan Digital Pertuni DPD Jateng sekaligus untuk

Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi VI Yogyakarta, semua media komunikasi yang digunakan berada pada kategori sedang atau cukup baik, sehingga semua media

Jenis penelitian ini adalah eksperimen (true experiment) karena dalam penelitian ini dilakukan perlakuan, yaitu pemberian ekstrak jahe dengan konsentrasi yang berbeda dan

Akuntansi sumber daya manusia juga telah mengembangkan dari tradisi yang paralel dalam manajemen karyawan yang dikenal sebagai “aliran sumber daya manusia”