• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI KEGIATAN

3.3 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan selama proses pengelolaan kualitas air pada budidaya udang vaname, dapat dilihat pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 Alat yang Digunakan Selama Pengelolaan Kualitas Air

No Alat Kegunaan

1 Tambak Wadah budidaya

2 Kincir Digunakan untuk menyuplai oksigen

3 Pompa Memompa air masuk kedalam wadah budidaya 4 Anco Digunakan untuk mengontrol pakan

5 Ember Sebagai tempat pakan, probiotik dan pengapuran 6 Termometer untuk mengukur suhu

7 Handrefraktometer untuk mengukur kadar garam ( salinitas) 8 pH Meter Digunakan untuk mengukur pH air 9 Timbangan Digunakan untuk menimbang pakan dll.

10 Gelas Ukur untuk menakar probiotik 11 Keranjang/ Basket Digunakan untuk tempat udang

12 Genset sebagai alat pembangkit listrik cadangan

3.3.2 Bahan

Bahan yang digunakan selama proses pengelolaan kualitas air pada budidaya udang vaname, dapat dilihat pada Tabel 3.2

Tabel 3.2 Bahan yang Digunakan pada Pengelolaan Kualitas Air

No Bahan Kegunaan

1 Udang Vaname Organisme yang dibudidayakan

2 Probiotik untuk menguraikan bahan organik dalam air 3 Kapur Dolomit untuk memperbaiki pH air

4 Kapur Kaptan Untuk mengikat partikel-partikel kasar dalam air 5 Air Tawar Untuk membersihkan alat-alat yang telah digunakan 6 Air Laut Sebagai media budidaya

7 Dedak dan Ragi untuk menumbuhkan pakan alami 8 Kaporit Untuk membunuh bakteri maupun Virus 9 Kupri Sulfat (CuSO4) Untuk membunuh alga

10 Nuvet Plus Untuk membunuh Crustacea

3.4 Metode Pelaksanaan 3.4.1 Persiapan

Pengeringan

Pengeringan bertujuan untuk mrngeluarkan air yang tersisa pada tambak dan untuk membunuh hama dan penyakit yang ada pada tambak.

a. Alat dan bahan disiapkan.

b. Pipa pengeluaran dan central drain dibuka.

c. Tambak didiamkan selama 2-3 hari.

Pembersihan Dasar Tambak

Pembersihan dasar tambak bertujuan untuk membunuh lumut yang menempel pada HDPE dan memutus siklus hidup hama dan penyakit

a. Alat dan bahan disiapkan.

b. Lumut yang menempel pada dinding dan dasar tambak disikat.

c. Dinding dan dasar tambak di semprot dengan air.

d. Air yang mengendap dikeluarlkan melalui central drain.

Perbaikan Wadah

Perbaikan wadah bertujuan untuk memperbaiki wadah yang rusak agar air tidak merembes melalui kebocoran HDPE dan mencegah masuknya hama dan penyakit

a. Alat dan bahan disiapkan.

b. Kebocoran HDPE ditambal menggunakan spon busa dan lem.

Pengapuran

Pengapuran dilakukan untuk meningkatkan pH pada tambak dan membunuh siklus hidup hama dan penyakit

a. Alat dan bahan disiapkan.

b. Kapur ditebar merata ke dasar tambak.

Setting Kincir

Setting kincir bertujuan untuk memperbaiki posisi kincir agar mendapatkan posisi yang dapat menyentralkan partikel pada dasar tambak

a. Kincir disiapkan sesuai kebutuhan dengan jumlah 1 kincir untuk 150 m2. b. Titik kincir ditentukan dan pemberat ditempatkan 4 titik untuk 1 kincir.

c. Settingan kincir dipastikan dapat menyentralkan lumpur dan mensuplai oksigen, serta tata letak kincir dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 3.1 Tata Letak Kincir PT. Central Proteina Prima Pengisian Air

Pengisisan air bertujuan untuk mempersiapkan media budidaya a. Alat dan bahan disiapkan.

b. Pompa dinyalakan dan air dialirkan ke petakan hingga ketinggian 120 cm.

Sterilisasi Air

Sterilisasi air bertujuan untuk membunuh organisme pathogen dalam air yang dapat membawa penyakit

a. Alat dan bahan disiapkan.

b. Copper sulphate ditebar dengan dosis 5 ppm secara merata dan kincir dioperasikan.

c. Nuvvet plus ditebar dengan dosis 1.5 – 2 ppm secara merata dan didiamkan selama 24 jam.

d. Hari berikutnya, dilakukan penebaran kaporit dengan dosis 20 ppm dan diamkan selama 2-3 hari sampai residu hilang.

Pembentukan Air Media

Pembentukan air media bertujuan untuk menumbuhkan pakan alami sebagai pakan alami bagi udang

a. Alat dan bahan disiapkan.

b. Fermentasi yang terbuat dari campuran dedak dan ragi ditebar untuk merata.

c. Didiamkan selama 24 jam dengan kincir beroperasi.

d. Hari berikutnya, super NB ditebar sebanyak 800 ml secara merata.

e. Aplikasi fermentasi dan super NB dilakukan 2 hari sekali.

3.4.2 Pemeliharaan Pengelolaan Air Penggunaan Tandon

Penggunaan tandon bertujuan untuk menampung air untuk pergantian air yang dilakukan setiap hari

a. Air dipompa dari sumur bor.

b. Air dikaporit dengan dosis 15-20 ppm dan kincir dioperasikan selama 2-3 jam.

c. Diendapkan selama 2-3 hari dan selanjutnya air dialirkan ke petakan.

Pengapuran

Pengapuran bertujuan untuk menetralkan pH dan mengeraskan cangkang udang

a. Alat dan bahan disiapkan.

b. Menimbang kapur dolomit dengan dosis 3 ppm.

c. Kapur dimasukkan ke dalam ember dan dicairkan dengan menambahkan air petakan.

d. Kapur ditebar secara merata di permukaan air.

Penebaran bakteri nitrifikasi

Penebaran bakteri nitrifikasi bertujuan untuk menumbuhkan bakteri pengurai dalam tambak

a. Alat dan bahan disiapkan.

b. Bakteri nitrifikasi ditakar menggunakan gelas ukur dengan dosis 0,5–1 ppm.

c. Bakteri nitrifikasi dimasukkan ke dalam ember.

d. Diaduk hingga homogen.

e. Bakteri nitrifikasi ditebar pada permukaan air secara merata.

Penebaran fermentasi

Penebaran fermentasi bertujuan untuk menumbuhkan plankton sebagai pakan alami udang

a. Alat dan bahan disiapkan.

b. Dedak ditimbang menggunakan timbangan digital dengan dosis 3 ppm.

c. Ragi ditimbang menggunakan timbangan analitik dengan dosis 15 gram/ kg dedak.

d. Dedak, ragi dan air dihomogenkan dalam ember sampai kental.

e. Ember ditutup dan didiamkan selama 48 jam.

f. Fermentasi dicampur dengan air dan ditebar secara merata dipermukaan air.

Pergantian Air

Pergantian air dilakukan untuk membuang kotoran pada dasar tambak dan tetap mempertahankan tinggi air

a. Air dari tandon dipompa masuk ke petak budidaya melalui saluran inlet pada sore.

b. Sirkulasi dihentikan pada pukul 09.00 pagi hari.

Pengukuran Parameter Kualitas Air Pengukuran Suhu Air

Pengukuran suhu air bertujuan untuk mengontrol kualitas air a. Thermometer yang terpasang pada jembatan anco diangkat.

b. Nilai suhu dilihat pada skala thermometer.

Pengukuran Salinitas

Pengukuran salinitas bertujuan untuk mengontrol kualitas air a. Hand refraktometer disiapkan.

b. Kaca prisma hand refraktometer dikalibrasi dengan akuadest sehingga nilai menunjukkan angka 0 (nol).

c. Air diteteskan pada kaca prisma.

d. Hand refraktometer diarahkan ke cahaya yang terang untuk melihat nilai Salinitas dan dicatat hasilnya.

Pengukuran Kecerahan

Pengukuran kecerahan bertujuan untuk mengontrol kualitas air

a. Secchi disk disiapkan.

b. Secchi disk dimasukkan ke dalam media budidaya secara perlahan-lahan.

c. Jika piringan secchi disk tidak terlihat lagi maka nilai kecerahan dapat di lihat dari skala sebagai T1 dan dicatat.

d. Secchi disk diangkat perlahan-lahan sampai piringan terlihat.

e. Skala pada secchi disk dilihat dan dicatat sebagai nilai kecerahan T2.

f. Selanjutnya nilai kecerahan didapat dengan menjumlahkan T1+T2 .

2 Pengukuran pH

Pengukuran pH bertujuan untuk mengontrol kualitas air

a. Alat dan bahan disiapkan.

b. Mengambil air sampel petakan.

c. pH meter dicelupkan pada sampel dan muncul nilai pH pada monitor alat.

3.5 Analisa Data

Data dianalisa secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk grafik dan tabel.

Rumus yang digunakan dalam analisis parameter yang diamati yaitu:

a. ABW (Average Body Weight) dihitung dengan rumus Effendi (1997):

ABW

=

Berat udang yang disampling jumlah udang yang disampling

b. Biomassa (kg) dihitung dengan rumus Effendi (1997):

= Jumlah tebar benur x SR x ABW

c. Populasi (ekor) dihitung dengan rumus Effendi (1997):

= Populasi (ekor) = Ʃ udang tertangkap (ekor) x luas lahan (m2) Luas bukaan jala

d. SR (Survival Rate)

SR adalah tingkat kelangsungan hidup yang dihitung dengan rumus Effendi (1997):

Rumus : SR = Wt x 100%

Wo

Keterangan:

SR : Tingkat kelangsungan hidup (%)

Wt : Jumlah hasil panen awal udang vaname (ekor) Wo : Jumlah awal pemeliharaan udang vaname (ekor)

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI

4.1 Lokasi Perusahaan

CV. Megah Prima Agronusa didirikan pada tahun 2017, Pada mulanya hanya memiliki 7 tambak budidaya dan 3 petak tandon, namun tahun 2018 dibangun 4 petak pemeliharaan dan 3 petak tandon. CV. Megah Prima Agronusa adalah salah satu perusahaan yang bermitra dengan PT. Central Proteina Prima, Tbk.

Tambak CV. Megah Prima Agronusa yang terletak di Desa Gending, Kecamatan Gending, Kabupaten Probolinggo Provinsi Jawa Timur. Sebelah utara berbatasan dengan perumahan penduduk dan laut utara gending, sebelah selatan berbatasan dengan perkebunan penduduk, sebelah barat berbatasan dengan perumahan penduduk serta sungai Gending, dan sebelah timur berbatasan dengan peternakan ayam.

4.2 Struktur Organisasi

Tenaga kerja yang terdapat pada tambak CV. Megah Prima Agronusa dengan pendidikanDIII , SMA, dan SMK. Adapun struktur organisasi di tambak CV. Megah Prima Agronusa, Gending dapat dilihat pada gambar 4.1

Gambar 4.1 Struktur Organisasi di Tambak CV. Megah Primah Agronusa CV. Megah Prima Agronusa

Manager

Teknisi

Asisten Teknisi 2 Asisten Teknisi 1

Feeder Feeder

Feeder

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kualitas Air

Hasil pengukuran kualitas air selama pemeliharaan udang vaname pada tambak intensif dapat dilihat pada Tabel 5.1

Tabel 5.1 Kualitas Air pada Pemeliharaan Udang Vaname pada Tambak Intensif CV. Megah Prima Agronusa Gending Probolinggo

No Parameter Kualitas Air

Derajat keasaman (pH) yaitu tingkat keasaman air yang dinyatakan dalam pH air. Dalam kegiatan budidaya berlangsung pH air yang diperoleh pada budidaya udang vaname di tambak intensif berkisar antara 7,7–9,4 (Gambar 5.1), dimana angka ini sudah sedikit melewati angka yang optimal hal ini disebabkan oleh tingkat kepadatan plankton pada perairan.

Gambar 5.1 pH Air pada Tambak Intensif CV. Megah Prima Agronusa

0

pH air tambak pada pagi hari lebih rendah dibanding pada sore hari karena adanya aktifitas fotosintesis oleh fitoplankton pada sore hari yang meyerap CO2, sedangkan pada pagi hari tidak terjadi fotosintesis sehingga CO2 melimpah karena hasil respirasi oleh udang maupun phytoplankton. Pengelolaan kualitas air jika pH dalam suatu perairan tidak berada pada kisaran yang oplimal atau standar kehidupan udang vaname yaitu dengan melakukan pengapuran guna untuk menstabilkan pH.

Menurut Ahmad (1991), nilai pH yang baik bagi udang untuk hidup dan tumbuh berkembang memerlukan midium dengan kisaran pH 6,8–8,5. Pada pH dibawah 4,5 atau diatas 9,0 udang akan mudah sakit, lemah dan nafsu makan menurun, bahkan udang cenderung keropos dan berlumut.

5.1.2 Salinitas

Salinitas merupakan jumlah total garam terlarut yang terukur dalam sampel air dalam satuan ppt ( part per thousand) dan salinitas merupakan aspek kualitas air yang mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan udang. Nilai salinitas yang diperoleh selama kegiatan budidaya berkisar antara 12–21,5 ppt (Gambar 5.2).

Gambar 5.2 Salinitas pada Tambak Intensif CV. Megah Prima Agronusa

0

Salinitas yang paling rendah didapat pada hari ke-91 - 104 yaitu 12 ppt.

Hal ini disebabkan karena seringnya terjadi hujan yang dapat menurunkan nilai salinitas dan nilai salinitas yang paling tertinggi didapat pada awal pemeliharaan yaitu hari ke- 13-19 yaitu 21,5 ppt ini desebabkan karena belum pernah dilakukan pergantian air sehingga terjadi penguapan air dan meningkatnya kadar garam karena jumlah air yang semakin sedikit.

Menurut Soemardjati dan Suriawan (2007), udang vaname dapat tumbuh pada salinitas 15–28 ppt, dan jika semakin tinggi akan memacu laju metabolisme didalam tubuh udang untuk proses osmoregulasi sehingga disatu sisi udang lebih banyak membutuhkan oksigen, disisi lain konsentrasi oksigen di dalam air semakin menurun karena difusi oksigen dari udara terhambat.

5.1.3 Kecerahan

Kecerahan merupakan tingkat atau kemampuan cahaya matahari menembus air dan kecerahan juga menunjukkan populasi plankton dan kandungan material terlarut dalam air. Berdasarkan hasil pengukuran, kecerahan yang diperoleh selama kegiatan budidaya berlangsung berkisar antara 20–120 cm (Gambar 5.3).

Gambar 5.3 Kecerahan Air pada Tambak Intensif CV. Megah Prima Agronusa

0

Kecerahan yang diporoleh pada awal pemeliharaan sampai umur ke-27 tidak berada pada kisaran yang normal karena tingkat kepadatan plankton masih kurang, ini dikarenakan susahnya pembentukan plankton akibat cuaca yang kurang baik. Untuk mempertahankan kecerahan perairan maka kita harus lakukan penebaran fermentasi yang merupakan sumber nutrien untuk pertumbuhan plankton.

Nilai kecerahan yang optimal bagi budidaya udang berkisar antara 35–45 cm (Suyanto 2009). Kecerahan sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan, padatan tersuspensi, dan salah satu penyebab meurunnya daya cerah dan seringnya terjadi blooming karena makin suburnya dasar tambak akibat timbunan sisa-sisa makanan serta tingginya kepadatan plankton (Effendie 2000).

5.1.4 Suhu

Suhu merupakan derajat panas dinginnya suatu perairan yang diukur dalam satuan °C dan suhu merupakan salah satu faktor penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme. Perubahan suhu yang drastis dalam budidaya udang vaname dapat menyebabkan udang stress karena suhu tidak berada dalam kisaran yang optimal.

Selama kegiatan budidaya udang vaname nilai suhu yang didapat berkisar antara 26–32 °C (Gambar 5.4), hal ini menunjukkan suhu sedikit melebihi kisaran yang optimal yang diakibatkan oleh kondisi cuaca. Suhu air dipengaruhi oleh radiasi cahaya matahari, suhu udara, cuaca dan lokasi. Radiasi matahari merupakan faktor utama yang mempengaruhi naik turunnya suhu air. Sinar

matahari menyebabkan panas air di permukaan lebih cepat dibanding badan air yang lebih dalam.

Densitas air turun dengan adanya kenaikan suhu sehingga permukaan air dan air yang lebih dalam tidak dapat tercampur dengan sempurna. Hal ini akan menyebabkan terjadinya stratifikasi suhu (themal stratification) dalam badan air, dimana akan terbentuk tiga lapisan air yaitu : epilimnion, hypolimnion dan thermocline. Epilimnion adalah lapisan atas yang suhunya tinggi. Hypolimnion

ialah lapisan bawah yang suhunya rendah. Sedangkan thermocline adalah lapisan yang berada di antara epilimnion dan hypolimnion yang suhunya turun secara drastis (Boyd 1990). Dalam kolam budidaya, kondisi semacam ini dapat diatasi dengan pengadukan air oleh aerator atau kincir (paddle wheel).

Bila suhu dibawah 18°C, nafsu makan udang akan turun, dan bila dibawah 12°C atau diatas 40°C dapat menimbulkan kematian bagi udang. Suhu tinggi dapat mengakibatkan produksi enzim dan perkembangbiakan bakteri, suhu optimum bagi udang vaname antara 26–32°C, tetapi suhu terbaik bagi udang 28–

30°C (Sulisnarto 2008).

Gambar 5.4 Suhu pada Tambak Intensif CV. Megah Prima Agronusa

0

5.2 Panen

Panen merupakan tahap akhir dari suatu periode siklus budidaya, karena dengan dilakukannya panen udang dalam suatu tambak maka tidak ada lagi proses pemeliharaan, proses panen dilakukan pada saat kondisi cuaca normal. Udang dapat dipanen setelah memasuki ukuran pasar (100–30 ekor/kg).

Penebaran dolomit dilakukan untuk mendapatkan kulit udang yang baik, dilakukan sebelum panen dengan dosis 6–7 ppm. Dari kegiatan budidaya udang vaname di tambak intensif, pemanenan dilakukan pada umur 113 hari dengan hasil panen yang diperoleh adalah 3.634 kg dan hasil ini sudah mencapai target yang diinginkan karena dalam suatu pemeliharaan selain melakukan pengontrolan pakan hal yang harus dilakukan untuk memperoleh hasil yang maksimal yaitu pengelolaan kualitas air yang baik (Tabel 5.2).

Tabel 5.2 Produksi Udang Vaname di Tambak Intensif CV. Megah Prima

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Nilai ukur kualitas air berkisar : pH 7,7 – 9,4, salinitas 12 – 21,5 ppt, kecerahan 20 – 125 cm, dan suhu 26 – 32o C dan masih dalam batas toleransi udang.

2. Lama pemeliharaan 113 hari, MBW yang didapatkan 27,02 g/ekor, biomassa 3.647,5 kg, dan SR 92,34 %

3. Kualitas air berada pada nilai yang dapat ditolransi oleh udang vaname sehingga nilai kelangsungan hidup tinggi.

6.2 Saran

Kualitas air merupakan salah satu fakor budidaya udang vaname yang sangat penting diperhatikan, oleh sebab itu perlu dilakukan pengontrolan kualitas air agar tetap pada kisaran yang optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Adiwijaya, D., Sapto, P.R., Sutikno, E., Sugeng, & Subiyanto. 2003. Budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) Sistem tertutup yang ramah lingkungan. Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau, Jepara, 29 hal.

Ahmad T. 1991. Pengelolaan perubahan mutu air yang penting dalam tambak udang intensif. Direktorat jenderal perikanan bekerja sama dengan

International Development Recearch Center. Infish manual Seri No. 25.

Amri K, Kanna I. 2008. Budidaya Udang Vannamei. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Boone. 1931. Penaeus vannamei. http://www.fao.org

Boyd . 1990. Water quality in pond for aquaculture. Alabama: Auburn Universitas Birmingham Publishing Co.

, Fast AW. 1992. Pond monitoring and management In. Fast AW and Lester LJ (Eds). Marine Shrimp Culture : Principles and Practices: 497 – 514

Clifford HC. 1994. Semi intensive sensation : A Case Study in Marine Shrimp Pond Management. World Aquaculture 25 (3) : 10

Dewantoro. 2001. Udang Vaname Pertambahan Berat Mutlak. Jakarta. Penebar Sawadaya

Edhy WA, Januar P dan Kurniawan. 2003. Plankton di Lingkungan PT.

Centralpertiwi Bahari, Suatu Pendekatan Biologi dan Manajemen Plankton Dalam Budidaya Udang. Laboratorium Central Departement, Aquaculture Division, PT Centralpertiwi Bahari. Lampung

Effendi. 1997. Biologi Perikanan. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama.

Effendi H. 2000. Telaah Kualitas Air : Bagi pengelolaan sumberdaya dan lingkungan perairan. Jurusan Managemen Sumberdaya Perairan.FPIK.

IPB. Bogor. Karakteristik Fisika Kimia Sedimen dan Hubungannya Dengan Struktur Komunitas Makrozoobenthos Di Perairan Teluk Kendari 258 hal.

[FAO] Food dan Aquaculture Organization. 2011. Penaeus vannamei (Boone 1931). http://www.fao.org/fishery/culturedspecies/Litopenaeus_vannamei Fera, V. 2004. Pembenihan Udang Vaname di PT. Birulaut Khatulistiwa Kalianda

Lampung Selatan. [Laporan magang]. IPB Bogor: Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan.

Haliman RW, Adijaya S. 2005. Udang Vannamei, Pembudidayaan dan Prospek Pasar Udang Putih yang Tahan Penyakit. Jakarta: Penebar Swadaya.

Kilawati. 2012. Pengaruh Penambahan Serbuk Daun Binahong (Andredera cordifolia) Dalam Pakan Terhadap Kelulushidupan dan Histopatologi Hepatopankreas Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) yang Diinfeksi Bakteri Vibrio harveyi. Semarang.

Kordi MG. 2010. Pakan Udang. Jakarta : Akademia

Mustofa AG. 1999. Prinsip-prinsip Pengelolaan Kualitas Air Kolam Ikan.

Program Studi Ilmu Perairan. Institut Pertanian Bogor.

Sari NW. 2009. Pengelolaan Kualitas Air Pada Pembesaran Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) di Tambak Intensif Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Takalar [Tugas Akhir]. Pangkep: Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

Soemardjati W dan Suriawan A. 2007. Petunjuk teknis budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) di tambak. Departemen kelautan dan perikanan.

Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Balai Budidaya Air Payau Situbondo. 30 hal.

[SOP CP PRIMA] Standar Operasional Prosedur CP Prima. 2010. Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei). Surabaya.

Susaptoyono, Yogyo, 2007. Ekspor Udang Masih Andalan. Artikel pada http://www.dkp.go.id

Sutende, D., Afandi, M. 2009. Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Semi Intensif dengan Metode Sirkulasi Tertutup untuk Menghindari Serangan Virus. Jurnal Ilmiah Peikanan dan Kelautan Vol 1 No 2. 121 – 127 hal.

Suyanto R, Takarina EP. 2009. Panduan Budidaya Udang Windu. Jakarta:

Penebar Swadaya.

Tricahyo E. 1995. Biologi dan Kultur Udang Windu (Panaeus Monodon). Jakarat:

Akademika Pressindo.

Yuniasari D. 2009. Pengaruh Pemberian Bakteri Nitrifikasi Dan Denitrifikasi Serta Molase Dengan C/N Rasio Berbeda Terhadap Profil Kualitas Air, Kelangsungan Hidup, Dan Pertumbuhan Udang Vaname Litopenaeus Vannamei [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Zakaria AS. 2010. Manajemen Pembesaran Udang Vannamei (Litopenaeus Vannamei) Di Tambak Udang Binaan Dinas Kelautan Dan Perikanan [skripsi]. Surabaya: Universitas Airlangga.

LAMPIRAN

xlix

Lampiran 1. Hasil Pengukuran Insitu Kualitas Air

Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore Pagi Sore

1

l

Lampiran 2 Kegiatan Pembesaran Udang Vaname

li

1. Pengeringan dan pembersihan 2. Perbaikan Konstruksi

3. Penebaran Copper Sulfat 4. Pengapuran

5. Pengukuran kecerahan air 6. Panen Parsial

lii

7. Kapur gamping 8.Copper Sulphate

9. Nuvet Plus 10. Kaporit

11. Ragi 12. Dedak

liii

13. Pembuatan Fermentasi 14.Super NB

15. Bio Solution 16. Bi Klin

16. Vitamin C 17. Pakan Irawan

liv

RIWAYAT HIDUP

NAMA : Reza Aditya Putra

NIM : 1622010044

TEMPAT/TANGGAL LAHIR : Tampinna/ 18 Juni 1998

JURUSAN : Budidaya Perikanan

PROGRAM STUDI : Budidaya Perikanan

PENGALAMAN ORGANISASI : 1. Wakil Sekretaris Himpunan Mahasiswa Budidaya Perikanan (HIMADIKA) 2017 2. Ketua Umum Himpunan Mahasiswa

Budidaya Perikanan (HIMADIKA) 2018 3. Anggota Ikatan Pelajar Mahasiswa Indonesia Luwu (IPMIL)

PELATIHAN / SEMINAR : 1. Seminar budidaya perikanan di Politani ,2016 2. Ujian kompetensi keahlian di Politani,

2017

3. Seminar Nasional di Unhas, 2017 4. Seminar Nasional di IPB, 2018

ALAMAT : Tampinna, kecematan Angkona.

Kabupatan Luwu Timur, provinsi Sulawesi Selatan

TELEPON : 081372278873

E-MAIL : rezhaa000@gmail.com

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggung jawabkan secara hukum.

Pangkep, 30 Juni 2019

Reza Aditya Putra

Dokumen terkait