• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNIK PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA PEMBESARAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) PADA TAMBAK INTENSIF DI PT. SATRIA JAYA SULAWESI TENGGARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TEKNIK PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA PEMBESARAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) PADA TAMBAK INTENSIF DI PT. SATRIA JAYA SULAWESI TENGGARA"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

i

TEKNIK PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA PEMBESARAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei)

PADA TAMBAK INTENSIF

DI PT. SATRIA JAYA SULAWESI TENGGARA

TUGAS AKHIR

NURHOLIS AMANSYAH 1422010396

JURUSAN BUDIDAYA PERIKANAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP

2017

(2)

ii

(3)

iii

RINGKASAN

NURHOLIS AMANSYAH, 1422101396. Pengelolaan Kualitas Air pada Pembesaran Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) di Tambak Intensif, PT. Satria Jaya Sulawesi Tenggara. Dibimbing oleh Ahmad Gufron Mustofa dan Rusli.

Negara Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki garis pantai keempat terpanjang di dunia. Total potensi area pertambakan seluas 1,2 juta Ha dengan potensi efektif untuk budidaya udang seluas 773 ribu Ha lebih. Hal ini merupakan sebuah keuntungan besar bagi kita untuk semakin meningkatkan hasil devisa negara melalui bidang perikanan.

Udang vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan jenis udang introduksi.

Habitat aslinya adalah dari Amerika Latin, tersebar mulai dari perairan Mexiko sampai Peru. Di daerah asalnya udang ini dibudidayakan secara semi intensif hingga intensif. Udang akan tumbuh dengan baik pada lingkungan budidaya yang kualitas airnya baik, kualitas air media budidaya berpengaruh langsung terhadap kehidupan udang yang dipelihara oleh karena itu pengelolaan kualitas air media sangat diperlukan untuk mendukung keberhasilan budidaya udang vaname.

Metode pengumpulan data pada Tugas Akhir ini didasari oleh pelaksanaan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) selama 3 bulan mulai dari 28 Januari sampai 28 April 2017. Data selama kegiatan diperoleh melalui pelaksanaan dan pengamatan secara langsung dari seluruh rangkaian kegiatan, hasil wawancara dengan pembimbing lapangan, dosen pembimbing serta berbagai literatur pendukung yang berkaitan dengan Tugas Akhir ini melalui penelusuran pustaka.

Pelaksanaan kegiatan pengelolaan kualitas air budidaya udang vaname pada tambak intensif yang berlangsung di PT.Satria Jaya Sultra, dengan menggunakan tambak plastik dan pengelolaan air dengan pemberian bakteri menguntungkan untuk memperbaiki kualitas air serta megendalikan lingkungan tambak. Selama kegiatan budidaya berlangsung didapatkan kisaran parameter kualitas air sebagai berikut, kisaran parameter kualitas air pada saat pembesaran udang vaname adalah Kecerahan 37 – 45 cm, Oksigen terlarut 5,6 - 6,7 ppm, Suhu 30 – 35 oC, pH 7,4 - 8,3 ppm, Salinitas 30 – 37 ppt,. Sedangkan hasil panen parsial yang didapat adalah 3705 kg dengan size 83.

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini sesuai yang di harapkan. Tidak lupa penulis ucapkan shalawat dan salam junjungan nabi besar Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya dari alam kegelapan ke alam yang terang benderang yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat di dalam penyusunan tugas akhir ini, oleh karena itu penulis harapkan kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan laporan ini. Penulis juga tidak lepas dari bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr.Ir.Ahmad Ghufron Mustofa, M.Si dan bapak Rusli, S.Pi, M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah banyak memberikan motivasi, pengarahan, petunjuk serta bimbingannya;

2. Bapak Muh.Yusuf selaku pembimbing lapangan di PT. Satria Jaya Sulawesi Tenggara, Saya ucapkan terima kasih atas arahan dan ilmu yang diberikan serta nasehat selama kegiatan;

3. Bapak Ir. Rimal Hamal, M.P., selaku Ketua Jurusan Budidaya Perikanan, dan Ibu Suryati, S.Pi, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Budidaya Perikanan Politeknik Pertanian Negeri Pangkep;

4. Bapak Dr. Ir. Darmawan, M.P. selaku Direktur di Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene dan Kepulauan.

Akhirnya dengan tulus penulis menghaturkan terima kasih kepada Ibunda ST.

Syahlija yang senantiasa memberikan support baik berupa moril maupun material serta beliau senantiasa mengiringi doa hingga penyelesaian studi ini. Terima kasih

(5)

v

kepada saudara dan segenap keluarga besar yang selalu memberi motivasi, doa serta dukungan moril maupun materil. Kepada teman-teman serta semua staf PT.

SATRIA JAYA SULTRA, terima kasih atas partisipasi dan bantuannya dalam penyelesaian tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas akhir masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun penulis sangat diharapkan. Mudah–mudahan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Pangkep, 2017

Penulis

(6)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ii

RINGKASAN iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN viii

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan dan Manfaat ... 2

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi dan Morfologi Udang Vaname ... 3

2.2 Penyebaran dan Habitat Udang Vaname ... 4

2.3 Makanan dan Kebiasaan Makan Udang Vaname ... 5

2.4 Parameter Kualitas Air ... 6

2.4.1 Salinitas………... . 7

2.4.2 Derajat Keasaman ……… . 8

2.4.3 Oksigen Terlarut ……….. 9

2.4.4 Suhu Air ………... 9

2.4.5 Kecerahan ……… III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat ... 11

3.2 Alat dan Bahan ... 11

3.3 Metode Pengambilan Data ... 13

3.2.1 Data Primer ... 13

3.2.2 Data Sekunder ... 14

(7)

vii

Halaman

3.4 Metode Pelaksanaan ... 14

3.4.1 Persiapan Air ... 14

3.4.2 Pengelolaan kualitas air ... 16

3.5 Parameter yang diamati ... 20

3.5.1 Analisis Data ... 20

IV HASILDAN PEMBAHASAN 4.1 Kualitas Air ... 21

4.1.1. Parameter Fisika ... 24

4.1.2. Parameter Kimia ... 4.2 Pertumbuhan Udang Vaname ... 30

4.2.1. Pertumbuhan ... 30

V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 32

5.2 Saran ... 32 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

(8)

viii

DAFTAR TABEL

No. Halaman

Teks

1. Alat yang digunakan selama proses pengelolaan air pada

budidaya udang vaname ... 11 2. Bahan yang digunakan selama Proses pengelolaan air budidaya udang

vaname ... 12 3. Parameter fisika air budidaya udang vaname pada tambak intensif .. 21 4. Parameter kimia air budidaya udang vaname pada tambak semi Intensif 25 5. Pertumbuhan udang vaname ... 16

(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

Teks

1. Morfologi udang vaname ... 4

2. Posisi kincir ... 15

3. Hasil pengukuran kecerahan ... 21

4. Hasil pengukuran salinitas ... 23

5. Hasil pengukuran Suhu... 24

6. Hasil pengukuran oksigen terlarut ... 26

7. Hasil pengukuran pH ... 16

8. Penyakit udang vaname ... 28

9. Pertumbuhan udang vaname ... 30

(10)

x

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

Teks

1. Hasil pengukuran kualitas air ... 35

2. Alat pengukuran kualitas air ... 37

3. Bahan pengelolaan kualitas Air ... 38

4. Pengukuran kualitas air ... 39

5. Pengelolaan kualitas air ... 40

6. Kegiatan budidaya udang vanamei ... 41

(11)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki garis pantai keempat terpanjang di dunia. Total potensi area pertambakan seluas 1,2 juta Ha dengan potensi efektif untuk budidaya udang seluas 773 ribu Ha lebih. Hal ini merupakan sebuah keuntungan besar bagi kita untuk semakin meningkatkan hasil devisa negara melalui bidang perikanan. Komoditas budidaya perikanan saat ini sudah menjadi primadona pangan dunia yang semakin meningkat.

Udang merupakan salah satu komoditi andalan ekspor non migas dari sub sektor perikanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi, permintaan pasar yang sangat tinggi, baik lokal maupun pasar internasional seperti Singapura, USA dan Eropa. Permintaan udang dari tahun ke tahun akan semakin meningkat sehingga usaha budidaya udang vaname di Indonesia cukup mendapat perhatian dari pihak pemerintah maupun swasta.

Udang vaname merupakan salah satu jenis udang yang perlu di budidayakan untuk memenuhi permintaan pasar. Untuk mendukung budidaya udang vaname, maka perlu diperhatikan berbagai faktor seperti pengelolaan kualitas air. Pengeloloaan air harus selalu memenuhi standar parameter kualitas air untuk budidaya udang vaname. Parameter kualitas air meliputi parameter fisika, kimia dan biologi. Kualitas air tambak merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dan kegagalan budidaya udang vaname. Oleh karena itu kualitas air tambak, dalam budidaya udang vaname harus dikelola dengan baik.

1.2 Tujuan dan Manfaat

Tugas akhir ini bertujuan untuk menguraikan teknik pengelolaan kualitas air pada pembesaran udang vaname (Litopenaeus vannamei) di tambak intensif PT. Satria Jaya Sultra.

(12)

Manfaat tugas akhir ini yaitu untuk memperluas wawasan dan mengembangkan kompetensi keahlian mahasiswa dalam berkarya di masyarakat kelak khususnya mengenai pengelolaan kualitas air pada pembesaran udang vaname di tambak intensif.

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Taksonomi dan Morfologi Udang Vaname

Menuru Bonne (1931), taksonomi udang vaname adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Sub Kingdom : Metazoa

Filum : Arthropoda

(13)

SubFilum : Crustacea

Klas : Malacostraca

Sub klas : Eumalacostraca Superordo : Eucarida

Ordo : Decapoda

SubOrdo : Dendrobrachiata

Famili : Penaeidae

Genus : Litopenaeus

Spesies : Litopenaeus vannamei 2.2 Morfologi

Bentuk tubuh yaitu terbagi menjadi tiga bagian antara lain : bagian kepala dan dada (Cephalothorakx), badan (Abdomen) dan ekor. Sedangkan bagian-bagian tubuhnya terdiri dari rostrum, sepasang mata, antenna, sepasang antenula bagian dalam dan luar, tiga buah maxiliped, lima pasang kaki jalan (periopoda), lima pasang kaki renang (pleopoda), sepasang telson dan uropoda (Bonne, 1931).

Udang vaname mempunyai rostrum yang menyerupai lengan pada bagian ujung chepalothorakx di atas mata dan antenula. Rostrum udang vaname mempunyai gigi bagian atas yang berjumlah 2-4 buah dan gigi bagian bawah berjumlah 5-8 buah yang panjang melebihi tingkat antenula dan karapasnya. Morfologi udang vaname dapat dilihat pada Gambar 1.

(14)

Gambar 1. Morfologi udang vaname (Bonne, 2017).

2.3 Penyebaran dan Habitat

Udang vaname hidup di dua habitat dalam siklus hidupnya. Udang dewasa hidup dan bertelur di laut. Telur akan menetas menjadi nauplius, kemudian setelah 45-60 jam akan berkembang menjadi mysis setelah lima hari. Mysis berkembang menjadi post larva setelah empat atau lima hari. Mysis berkembang menjadi post larva setelah empat atau lima hari. Selama stadia nauplius sampai dengan post larva, hidupnya mengikuti gerakan air dan arus laut. Post larva yang hidup di pantai-pantai berkembang menjadi udang muda (juvenile) di rawa-rawa air payau. Setelah dewasa, udang beruaya ke laut untuk memijah (Risaldi, 2013).

Penyebaran udang vaname meliputi Amerika Latin seperti Meksiko, Nikaragua dan Puertorico. Udang ini kemudian diimpor oleh Negara-negara pembudidaya udang di Asia seperti China, India, Thailand, Bangladesh, Vietnam dan Malaysia. Dalam perkembangannya, Indonesia kemudian juga memasukkan udang vaname sebagai salah satu jenis udang budidaya tambak (Amri dan Kanna, 2008).

2.4 Makan dan Kebiasaan Makan

(15)

Udang termasuk golongan omnivore atau pemakan segala, babarapa sumber pakan antara lain udang kecil (rebon), phytoplankton, copepod, polycaeta, larva kerang dan lumut. Pada udang vaname pakan dicari dan diidentifikasi dengan menggunakan sinyal kimiawi berupa getaran oleh bantuan organ sensor yang terdiri dari bulu-bulu halus (setae). Organ sensor ini terpusat pada ujung anterior antenula, bagian mulut, capit, antenna dan maxillipet. Adanya sinyal kimiawi yang ditangkap, udang akan merespon atau mendekati atau menjauhi sumber pakan. Bila pakan mengandung senyawa organic (asam amino) dan lemak maka udang meresponnya de ngan cara mendekati sumber pakan tersebut (Soleh, 2006).

2.5 Parameter Kualitas Air

Amri dan Kanna (2008) menyatakan bahwa sebagai organisme hidup dan berkembang di dalam air, kelangsungan hidup udang vaname dari saat ditebar sampai dipanen sangat dipengaruhi oleh kualitas air tempat udang tersebut dibudidayakan. Itu sebabnya, untuk menghindari kegagalan dalam budidaya udang vaname, pengelolaan kualitas air secara baik dan benar menjadi prioritas utama.

Kualitas air tambak berkaitan erat dengan kondisi kesehatan udang. Kualitas air yang baik mampu mendukung pertumbuhan udang secara optimal. Hal ini berhubungan dengan faktor stres udang akibat perubahan kualitas air di tambak. Beberapa parameter kualitas air yang harus selalu di pantau yaitu suhu, salinitas, pH air, kandungan oksigen terlarut (Dissolved oxygen) dan amonia. Parameter-parameter tersebut akan mempengaruhi proses metabolisme tubuh udang, seperti keaktifan mencari makan, proses pencernaan, dan pertumbuhan udang (Haliman dan Adijaya 2005).

2.5.1 Salinitas

Salinitas merupakan kadar garam atau tingkat keasinan air. Secara ilmiah salinitas didefenisikan sebagai total padatan dalam air setelah semua karbonat dan senyawa organik dioksidasi, bromida dan iodida dianggap sebagai klorida. Besarnya salinitas dinyatakan dalam permil (‰) dan ada

(16)

juga menyebutnya dalam gram per kilogram (ppt). Untuk mengukur salinitas air tambak secara praktis dapat digunakan Handrefraktometer atau salinometer. Dibanding udang jenis lain, udang vaname menyukai air media budidaya dengan salinitas atau kadar garam lebih rendah, yaitu berkisar antara 10 – 35 ‰. Pertumbuhan yang baik (optimal) diperoleh pada kisaran salinitas 15 – 20 ‰ (Amri dan Kanna, 2008).

Salinitas sangat berpengaruh terhadap udang yaitu dalam proses osmoregulasi, dengan adanya salinitas udang juga dapat melakukan penyerapan dan pembuangan air secara terus-menerus hal ini dilakukan untuk mencegah kehilangan air dalam tubuhnya sehingga lama kelamaan terjadi pengerasan exoskeleton (kulit luar). Dalam keadaan seperti ini kondisi udang dapat menjadi stres karena banyak mengeluarkan energi untuk penyesuain terhadap kondisi lingkungan. Disamping itu juga menyebabkan nafsu makan berkurang, sehingga menghambat pertumbuhan. Untuk mengatasi ini, melakukan penggantian air lebih dari 20% perhari dan menaikkan tinggi air tambak mencapai 120 cm sehingga menjamin lingkungan yang baik yang dapat mendukung pertumbuhan udang pemeliharaan (Nasrullah, 2003).

2.5.2 Derajat Keasaman (pH)

Derajat Keasaman (pH) merupakan parameter air untuk mengetahui derajat keasaman suatu perairan. Tingkat kemasaman atau pH pada hakekatnya adalah negatif dari logaritma konsentrasi ion hidrogen (H+). Apabila konsentrasi ion H+ meningkat maka nilai pH menjadi rendah. Demikian sebaliknya, apabila konsentrasi ion H+ menurun, pH meningkat. Perubahan pH air yang besar dalam waktu singkat tidak jarang menimbulkan gangguan fisiologis. Secara tidak langsung pH juga mempengaruhi kehidupan organisme kultivan melalui efeknya terhadap parameter lain seperti tingkat toksik amonia (Haliman dan Adijaya 2005).

(17)

Menurut Mujiman (2000), pH air tambak udang dapat berubah menjadi asam karena meningkatnya benda – benda membusuk dari sisa-sisa pakan atau yang lain. Pada sore hari pH air biasanya lebih tinggi daripada di pagi hari penyebabnya adalah kegiatan fotosintesis fitoplankton dalam air yang menyerap CO2 sehingga menjadi sedikit, sedangkan di pagi hari CO2

banyak sebagai hasil dari kegiatan pernapasan binatang maupun fitoplankton dan juga pembusukan di dalam air.

Air tambak memiliki pH ideal antara 7,5 – 8,5. Umumnya perubahan pH air dipengaruhi oleh sifat tanahnya. Tanah yang mengandung pirit cenderung pH air bersifat masam dan kisaran pH antara 3 – 4. Umumnya pH air tambak pada sore hari lebih tinggi dari pada pagi hari.

Penyebabnya yaitu adanya kegiatan fotosintesis oleh fitoplankton yang menyerap CO2. Sebaliknya pada pagi hari CO2 melimpah sebagai hasil pernafasan udang (Haliman dan Adijaya 2005).

2.5.3 Oksigen Terlarut

Oksigen terlarut (Dissolved oxsigen) yang sering disingkat DO sebagai parameter hidrobiologis, dianggap sangat penting karena keberadaannya menentukan hidup matinya organisme. Ketersediaan oksigen dalam air sangat menentukan kehidupan udang, baik untuk kelangsungan hidup maupun untuk pertumbuhannya. Rendahnya kandungan oksigen di tambak sering terjadi pada periode musim kemarau yang tidak berangin. Di samping itu, pada malam hari di mana suhu menjadi rendah yang diikuti dengan meningkatnya aktivitas fitoplankton, sering mengakibatkan turunnya kandungan oksigen (Amri dan Kanna, 2008). Pada siang hari, tambak akan memiliki angka DO yang cenderung tinggi karena adanya proses fotosintesis plankton yang menghasilkan oksigen. Upaya untuk meningkatkan angka DO dilakukan dengan pemakaian kincir air. Oksigen terlarut yang baik berkisar 4 – 6 ppm (Haliman dan Adijaya 2005).

Oksigen sangat dipengaruhi oleh salinitas, suhu dan tekanan atmosfir. Selain itu oksigen sangat berpengaruh terhadap daya larut dan ketersediaan nutrien penting dalam air. Oksigen

(18)

terlararut merupakan salah satu penyebab utama kematian dan keterlambatan pertumbuhan udang pada tambak semi intensif maupun intensif (Hudaya et al, 1993 dalam Patiroi, 2000)

2.5.4 Suhu Air

Menurut Amri dan Kanna (2008), suhu merupakan salah satu faktor penentu bagi kehiduapan udang. Kisaran suhu air di tambak yang baik bagi kehidupan udang vaname adalah antara 26 0C - 30 0C . Guncangan suhu yang dapat ditoleransi adalah tidak lebih dari 20 C. Untuk itu harus dihindari perubahan suhu secara mendadak karena akan langsung berpengaruh pada kehidupan udang. Jika suhu air tambak turun menjadi dibawah 250C akan menyebabkan daya cerna udang terhadap makanan yang dikonsumsi berkurang. Sebaliknya, jika suhu naik menjadi 300C, udang akan mengalami stres yang disebabkan oleh tingginya kebutuhan oksigen akibat cepatnya metabolisme. Sementara bila suhu berada di bawah 140C maka dapat mengakibatkan kematian udang vaname. Untuk menghindari kenaikan suhu terutama pada musim kemarau, umumnya dilakukan pendalaman atau upaya menaikkan permukaan air dengan memasukkan air baru yang suhunya lebih rendah.

Menurut Haliman dan Adijaya (2005), suhu air di bawah 250 C, umumnya terjadi saat masa – masa peralihan musim antara Juni – Agustus, udang sudah kurang aktif mencari pakan.

Langkah pertama yang harus segera dilakukan yaitu mengurangi jumlah pakan yang diberikan untuk mencegah terjadinya overfeeding. Pada suhu di bawah 250 C, nafsu makan udang berkurang sehingga perlu diambil solusi supaya nafsu makannya kembali membaik dan ketahanan tubuhnya meningkat. Beberapa cara yang dapat diaplikasi yaitu penambahan antraktan (minyak ikan dan minyak cumi), imunostimulan (vitamin C dan peptidoglikan), serta pakan segar (cumi, kepiting dan rebon). Pemberian pakan segar perlu dicermati agar tidak merusak kualitas air tambak. Pemberian pakan tidak boleh berlebih karena pakan tidak terdekomposisi akan menimbulkan senyawa berbahaya bagi kehidupan udang, seperti amoniak dan nitrit.

(19)

2.6 Pengelolaan kualitas air

Budidaya udang yang sehat dengan produktivitas yang tinggi sangat di pengaruhi oleh parameter kualitas air.

Budidaya semi intensif dan intensif dapat dibedakan sari segi ekologinya. Siklus bloming Cyanopphyta, Chlorophyta, dan Diatomae merupakan karakteristik ekologi tambak semi-

intensif. Alga tersebut dasar dari jaringan makanan di dalam tambak yang meliputi alga, Zooplankton, dan udang. Alga berfungsi untuk menyerap karbondioksida dan ammonium serta

menghasilkan oksigen. Untuk itu diperlukan pengelolaan kepadatan alga yang terkait dengan jaringan makanan serta pengaturan konsentrasi oksigen minimum untuk udang yang dicapai dengan keseimbangan pergantian air dan pemberian pakan hingga panen (Boyd, 1990).

Ekologi tambak intensif ditandai oleh produktifitas bakteri heteroktrofik yang berkombinasi dengan proses autotrofik. Sisa pakan dan ekskresi dicerna bakteri sebagai bentuk dasar jaringan makanan di tambak. Udang dan organism di dalam jaringan makananpada kepadatan tinggi memerlukan aerasi mekenik dalam rangka meningkatkan kecukupan oksigen untuk mengimbangi respirasi bakteri dan menjaga keseimbangan aerobik dalam system.

Walaupun aplikasi aerasi mekanik bergantung pada kebutuhan respirasi udang, kapasitas aerasi yang diperlukan pada tambak intensif diperkirakan secara kasar sekitar 5-20 Kw/ha 1 kW untuk setiap 500 kg produksi udang (Boyd, 1998) .

Manipulasi lingkungan untuk mendapatkan produksi lebih besar memerlukan pemahaman fisik dasar serta proses kimia dan biologi (Boyd, 1992).

(20)

III METODEOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Laporan Tugas akhir ini disusun berdasarkan dari hasil kegiatan Pengalaman Kerja Praktik Mahasiswa (PKPM) yang dilaksanakan selama tiga bulan, mulai 28 Januari sampai 28 April 2017 di Tambak Udang Intensif PT.Satria Jaya Sultra di desa Towua Kab.Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara.

3.2 Alat dan Bahan

Tabel 1 Alat yang dipakai selama proses pengelolaan air budidaya udang vaname

NO. Alat Spesifikasi Kegunaan

1 HandRefraktometer 92-ATC Alat untuk mengukur salinitas 2 Sacchi Disk 150 cm Alat untuk mengukur kecerahan

3 pH Meter pH pen Alat untuk mengukur pH air

4 DO Meter DO-5509 Alat untuk mengukur oksigen terlarut

5 Pompa alkon SCR50HX Alat untuk menyipon

6 Pompa celup SCA-0512 Pemompa air dari tendon ke petakan

7 Selang spiral 5 meter Alat penyedot/sipon

8 Timbangan 60 kg Alat untuk menimbang pakan, kapur, kaporit, pupuk

9 Rakit 1 unit Untuk mempermudah pemberian treatmen 10

Ember 18 L Sebagai wadah probiotik

11 Serok 1 unit Alat pengaduk

12 Gabus Wadah fermentasi

13 Paralon 12 inci Alat penyalur air

14 Tambak 3000 m2 Sebagai wadah budidaya

(21)

Bahan yang digunakan selama proses pengelolaan air pada budidaya udang vaname dapat di lihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Bahan yang dipakai selama proses pengelolaan air pada budidaya udang vaname Bahan Spesifikasi Kegunaan

Air Laut Cair Sebagai media budidaya

Air Tawar

Cair Untuk membersihkan alat-alat yang telah digunakan

Alkohol Cair Sebagai bahan untuk menstrilkan alat-alat di laboratorium

Akuadest Cair Untuk menetralkan

Saponin Bubuk Untuk membunuh bibit ikan liar

Bakteri Bacillus sp Cair Untuk menekan pertumbuhan bakteri merugikan

Bakteri Lactobacillus sp Cair Untuk menekan pertumbuhan bakteri vibrio

Dolomit Bubuk Untuk mengoptimalkan Ph

HCL Cair Untuk membunuh kista dan plankton

merugikan

H2O2 Cair Desinfektan pada saat pengeringan

Kaporit Cair Membunuh bibit ikan liar

Bahan yang digunakan pada pengukuran bahan organic

Kaptan Bubuk Bahan yang digunakan untuk

menetralkan pH

Ragi Bubuk Untuk media menumbuhkan bakteri

Dedak Bubuk Bahan fermentasi

Nufaq Cair Desinfektan

Pakan Irawan Padat Makanan udang

BI klin Cair Mengobati penyakit kotoran putih

Kaporit Vitamin C

Bubuk Bubuk

Untuk sterilisasi air di tandon imunstimulan

(22)

3.3 Metode Pengumpulan Data 3.3.1 Data Primer

Data primer didapatkan dan disusun berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran secara langsung pada kegiatan praktik selama pelaksanaan PKPM di Tambak Udang Intensif PT.Satria Jaya Sultra di Desa Towua Kab.Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara.

3.2 Data Sekunder

Data sekunder didapatkan dan disusun berdasarkan dari hasil wawancara dengan pembimbing lapangan serta penelusuran berbagai literatur pendukung yang berkaitan dengan pengelolaan kualitas ai pada pembesaran udang vaname.

3.4 Metode Pelaksanaan 3.4.1.1 Persiapan air media

Persiapan dan Penggunaan Air Tandon a. Alat dan bahan disiapkan

b. Pipa paralon dipasang pada pompa yang berkapasitas 8 silinder dan diarahkan ke sungai.

c. Mesin diisi dengan solar sebanyak 5 Liter

d. Kabel pompa disambung ke instalasi listrik, dan s dilakukan pemompaan air ke tandon melalui saluran air dan diberikan saringan berwarna hijau pada pipa pemasukan pompa.

Pemberantasan Hama

a. Setelah pemasukan air ke dalam tandon dilakukan sterilisasi air pemberian kaporit

b. Kaporit ditimbang dengan dosis 30 ppm sebanyak 108 kg dan dimasukkan ke dalam ember c. Kaporit ditebar secara merata pada petakan tendon

d. Dilanjutkan pengoprasian kincir sebanyak 2 buah untuk menghomogenkan air dengan kaporit e. Pengoprasian kincir selama 12 jam

(23)

Pengisisan Air pada Tambak Pemaliharaan

a. pipa paralon disambung ke pompa celup, kemudian diturunkan ke dalam tambak b. Ujung pipa pemasukan diberi saringan kasa berwarna hijau

c. Kabel pompa disambungkan keinstalasi listrik air, kemudian siap dialirkan di wadah budidaya .

Setting kincir

a. Kincir disiapkan sesuai kebutuhan dengan penentuan 1 kincir untuk 200 m2 b. Kincir yang dipasang berjumlah 12 buah.

c. Titik penentuan kincir ditentukan dan pemberat ditempatkan 4 titik untuk 1 kincir

d. Settingan kincir dipastikan dapat menyentralkan lumpur dan mensusplai oksigen serta pemerataannya seperti pada Gambar 2.

Gambar 2. Posisi kincir

Penutupan dan Pemasangan Pintu Air a. Alat dan bahan disiapkan

b. Papan disusun pada outlet

c. Selah-selah papan dilapisi terpal atau sak pakan kemudian diisi diberi tanah dan air serta diinjak-injak agar tanah rapat sehingga air tidak dapat keluar

d. Tinggi pintu air disesuaikan dengan tinggi pematang

(24)

e. Penutupan pintu selesai maka dapat dilanjutkan dengan pemasukan air

f. Untuk menyuplai air ke dalam petakan hingga tinggi air mencapai 120 cm maka perlu menggunakan pompa air.

Sterilisasi Air Sebelum Pemeliharaan Pemberian Nufaq

a. Setelah pengisian air dilakukan pemeberian nufaq untuk membunuh bibit kepiting liar.

b. Bahan berupa nufaq ditimbang dengan dosis 1 ppm (3,6 kg) menggunakan timbangan yang diletakkan dalam ember

c. Setelah ditimbang lalu bahan ditambahkan air sebanyak 5 liter kemudian di homogenkan dengan cara diaduk dengan menggunakan serok

d. Kemudian setelah bahan sudah diolah lanjut penebaran ke tambak dengan cara melempar bahan dengan menggunakan serok secara merata

Pemberian Kaporit

a. Setelah pemberian nufaq dilanjutkan dengan pemberian kaporit

b. Bahan berupa kaporit dimasukkan ke dalam ember lalu di timbang dengan dosis 30 ppm sebanyak (108 kg) dengan menggunakan timbangan 60 kg

c. Setelah ditimbang bahan ditebar ke dalam petakan yang sudah berisi air.

Pemberian kuprisulfat

a. setelah pemberian kaporit dilanjutkan dengan pemberian kuprisulfat untuk mebunuh bibit tritip, crutasea.

b. Bahan berupa kuprisulfat dimasukkan ke dalam ember lalu di timbang dengan dosis (Alkalinitas total/100) + 0,5 ppm sebanyak (1,8 kg) dengan menggunakan timbangan 60 kg c. Setelah ditimbang bahan ditebar menggunakan serok ke petakan secara merata dengan cara berjalan di atas pematang mengelilingi feeding area.

(25)

Pemberian Saponin

a. Setelah pemeberian kuprisulfat dilanjutkan pemberian saponin untuk membunuh bibit ikan liar b. Bahan berupa saponin dimasukkan ke dalam ember lalu ditimbang dengan dosis 15 ppm sebanyak (54 kg).

c. Setelah bahan ditimbang bahan dilekakan dipinggir pematang yang sudah diisi air dan bahn yang ada dalam ember lalu diberi air sebanyak 5 liter

d. Setelah diberi air lalu bahan yang ada dalam ember ditutup dan didiamkan selama12 jam

e. dan cara penebarannya bahan yang telah direndam selama 12 jam dimasukkan kedalam waring hijau yang telah diikat ujungnya lalu kemeudian ditarik ke dalam air menegelilingi petakan sampai tersisa ampas dari saponin tersebut

3.4.2 Pengukuran Paremeter Kualitas Air pada Tambak Pemeliharaan

Pengukuran DO (Disolved Oksigen) dan Suhu

a. Pengukuran oksigen terlarut dan suhu dilakukan pagi dan sore, setiap hari.

b. DO meter disiapkan

c. Tombol power ditekan untuk menghidupkan DO meter d. Elektroda dimasukkan ke media budidaya

e. Nilai DO adalah disaat nilai DO pada layar stabil (berhenti) dan dicatat f. Tombol power ditekan untuk mematikan DO meter.

g. Elektroda dibilas dengan akuades dan dilap dengan menggunakan tissue.

Pengukuran pH

a. Pengukuran pH dilakukan pada pagi dan sore, setiap hari b. pH pen disiapkan

c. Tombol power pH pen ditekan untuk mengaktifkan pH pen

d. Probe pH pen dimasukkan ke dalam gelas sampel yang berisi air sampel e. Nilai pH adalah ketika nilai pH pada layar stabil atau berhenti

(26)

f. Tombol power ditekan untuk menghentikan operasional alat g. Probe pH pen dibilas dengan akuades dan dilap dengan tissue.

Pengukurn Salinitas

a. pengukuran salinitas dilakukan pagi dan sore hari, setiap hari.

b. Handrefraktometer disiapkan

c. Kaca prisma handrefraktometer dikalibrasi dengan akuadest sehingga nilai menunjukkan angka 0

d. Air sampel dipipet dan diteteskan pada kaca prisma

e. Handrefraktometer diterawang dengan mengarah ke cahaya yang terang untuk melihat nilai Salinitas

f. Nilai salinitas dapat dicatat.

g. Kaca prisma dibilas dengan menggunakan akuades dan dikeringkan dengan menggunakan tissue.

Pengukuran Kecerahan

a. Pengukuran kecerahan dilakukan pagi dan sore, seriap hari b. Seccidisk disiapkan

c. Seccidisk di turunkan ke dalam tambak yang berisikan air

d. Untuk mengetahui tingkat kecerahan maka seccidisk di celupkan sampai warna hitam putih tidak kelihatan maka di dapatkanlah nilai T1 dan untuk nilai ke T2 seccidisk di angkat sampai warna hitam putih kelihatan samar-samar.

e. Jadi untuk mengetahui nilai kecerahan maka digunakan rumus T1+T22 2. Penanganan Kualitas Air Pada Saat Pemeliharaan

Pengapuran

a. Kapur kaptan di tuang ke dalam baskom dengan dosis 10 – 15 ppm (2,5 kg).

b. Kapur kaptan dicairkan dengan menambahkan air petakan hingga mencair

(27)

c. Pencairan kaptan dalam baskom diaduk hingga rata

d. Kaptan siap ditebar secara merata pada wadah budidaya dengan mengikuti feeding area menggunakan rakit.

e. Pengapuran dilakukan 1 × dalam 1 minggu Fermentasi

a. Alat dan Bahan disiapkan

b. Dedak kasar ditandak sampai halus sebanyak 10 kg ke dalam gabus c. Lalu kemudian ditambahkan ragi roti sebanyak 150 grm

d. Setelah itu penambahan air tawar sebanyak 5 liter

e. Setelah bahan semua tercampur lalu kemudia diaduk samapai rata dan didiamkan selama 24 jam tanpa aerasi.

f. Dilanjutkan penebaran meneglilinigi feeding area.

g. Fermentasi dilakukan 2 × dalam 1 minggu

Pemberian Probiotik bacillus sp. dan Penebarannya

a. Air dimasukkan ke dalam ember kapasitas 20 liter yang di isi ½ - nya.

b. Ditambahkan Vitamin B Kompleks sebanyak 100 gram dan molase sebanyak 5 liter kemudian diaduk sampai rata

c. Ditambahkan 3 liter super N.B (bakteri bacillus sp.)

d. Probiotik ditebar secara merata pada media budidaya setiap dengan berjalan sambil menimba masuk ke petakan mengikuti feeding area.

e. Pemberian probiotik dilakukan 2 × dalam 1 minggu Penyiponan

a. Kincir central dimatikan

b. Selang dimasukkan ke media budidaya kemudian salah satu ujung selang spiral dipasang pada central drain

(28)

c. Pintu central dibuka dan ujung spiral yang lain diarahkan ke tempat berkumpulnya lumpur agar lumpur, sisa pakan dan feses tersedot keluar melalui pintu central drain

d. Penyiponan dapat diakhiri ketika dasar tambak sudah bersih e. Selang spiral dilepas pada central dan pintu central ditutup

f. Selang spiral dapat diangkat naik dan kincir dapat dinyalakan kembali.

g. Penyiponan dilakukan 2 × dalam 1 minggu Sampling

a. Udang dijala mengguankan jala lempar yang berdiameter 4 meter dengan mengambil satu titik.

b. Udang yang telah dijala dimasukkan ke dalam baskom yang berisi air c. Udang dipindahkan pada keranjang sampling kemudian airnya ditiriskan d. Timbangan dinolkan dan udang dalam keranjang sampling ditimbang

e. Udang yang telah ditimbang dihitung jumlahnya kemudian dimasukkan kembali ke dalam tambak.

f. Sampling dilakukan sebanyak enam × selama pemeliharaan sebelum panen parsial.

3.4.3 Panen Panen Parsial

a. Udang dijala dengan jala lempar, selanjutnya dimasukkan ke dalam baskom b. Udang dalam baskom ditumpahklan ke dalam basket yang telah dipasangi waring c. Udang dalam basket diangkut ke tempat sortir menggunakan mobil grandong

d. Udang disortir dan ditimbang dalam basket dengan menggunakan timbangan duduk.

e. Udang yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam box dalam mobil untuk diberi es balok.

(29)

3.5 Parameter yang Diamati dan Analisis Data 3.5.1 Parameter yang Diamati

Parameter yang diamati dalam budidaya udang vaname yaitu sebagai berikut : a. Kualitas air seperti suhu, salinitas, oksigen terlarut, pH dan kecerahan.

b. Biomassa udang merupakan berat keseluruhan udang yang dibudidayakan.

c. Populasi merupakan jumlah udang yang ada dalam petakan tambak.

d. SR (Survival rite) merupakan indeks kelulusan hidup udang dalam suatu proses budidaya dari mulai awal udang ditebar hingga udang dipanen.

3.5.2 Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif yang bersumber pada data primer dan data sekunder yang didapatkan selama kegiatan Pengalaman Kerja Praktik Mahasiswa (PKPM).

Rumus yang digunakan dalam analisis data adalah sebagai berikut : a. Populasi adalah jumlah udang yang terdapat pada tambak

Populasi (ekor) = biomassa (kg) : abw (ekor/kg) × 1000 b. Biomassa

Jumlah total berat udang yang ada di tambak (kg) Biomassa (kg) =F/D (kg)

FR (%)

c. Average Body Weight(ABW) Berat rata-rata udang hasil sampling.

ABW (gr) = ∑ berat udang sampling (gr)

∑ udang yang disampling (ekor)

d. Average Daily Gain (ADG)

Pertambahan berat harian dalam satu priode (7 hari).

ADG (gr) = abw II (gr)− abw I (gr) 𝑡 (hari)

(30)

Keterangan :

ABW I = ABW pada sampling pertama (gram) ABW II = ABW pada sampling kedua (gram) T = priode sampling pertama dan kedua (hari)

e. Survival Rate (SR%)

Tingkat kelangsungan hidup dibandingkan pada saat tebar SR = ∑ udang yang hidup (ekor)

∑ udang tebar (ekor)

×

100 % f. Feeding Rate (FR)

FR = Biomassa x FR

g. Ratio konversi pakan (FCR)

Perbandingan antara jumlah pakan yang digunakan dengan berat udang yang ada.

FCR = Pakan yang digunakan (kg) Biomassa udang yang dihasilkan (kg)

Gambar

Gambar 1. Morfologi udang vaname (Bonne, 2017).
Gambar 2. Posisi kincir

Referensi

Dokumen terkait

resentasi Menampilkan sli'e presentasi !erisi >i'eo tentan" lan"ka%-lan"ka% 'an perinta% 'alam instalasi sistem operasi. RPP - Teknik Komputer

Sebagai Tokoh yang sentral dalam pembaharu, Muhammad Fathullah Gulen mempunyai sebuah pemikiran mengenai pembaharuan Islam, yaitu mereformasi paradigma masyarakat

Daya mekanik yang dapat dihitung menggunakan rumus diatas hanya untuk kompresor dengan efisiensi 100 % yang beroperasi pada siklus kompresi ideal dan tidak mewakili daya

Hal ini relevan dengan tekanan anggaran waktu sangat besar akan menyebabkan tingkat stres yang tinggi yang berpengaruh terhadap karakteristik personal auditor

Hasil penelitian diperoleh bahwa efikasi diri dan motivasi belajar siswa memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap hasil belajar siswa, baik secara parsial maupun

7 Perhitungan kadar protein terjerap pada elektroda 21 8 Potensial dan arus oksidasi terhadap variasi pH 22 9 Potensial dan arus oksidasi terhadap pengaruh suhu 22 10

Pada pelaksanaan tindakan siklus I, ditemukan beberapa hal yang berkaitan dengan proses dan hasil pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kinerja guru yang

Sekunder dan Primer Delphi Expert Judgement Kegiatan industri yang mendukung dan sesuai untuk komoditas unggulan seperti kopi, karet, kelapa sawit Faktor penentu