• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II ACUAN TEORITIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II ACUAN TEORITIK"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

5

BAB II

ACUAN TEORITIK 2.1. Geometri

Geometri merupakan cabang matematika yang pertama kali diperkenalkan oleh Thales (624-547 SM) yang berkenaan dengan relasi ruang. Dari sejarah, geometri yang sistematis pertama kali disusun oleh Euclides (300 SM) dalam bukunya “The Elements", dan buku ini digunakan sampai berabad- abad.

A. Pengertian Geometri

Pengertian geometri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan Nasional, 2013), adalah cabang matematika yang menerangkan sifat-sifat garis, sudut, bidang dan ruang, atau bisa juga disebut sebagai ilmu ukur. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan Nasional, 2013), arti kata geometri berasal dari bahasa Yunani yaitu geo, greek yang artinya bumi dan metro yang artinya mengukur. Sehingga geometri lebih dikenal dengan ilmu ukur. Dan menurut arti istilah, geometri adalah ilmu mengenai bangun, bentuk, dan ukuran benda-benda, telaah atau sifat-sifat tetap (invarian) dari elemen-elemen yang diketahui, di bawah pengaruh grup-grup transformasi khusus.

Geometri merupakan bagian dari matematika yang banyak mempunyai kegunaan dalam kehidupan sehari-hari. Geometri bisa digunakan para ahli sipil dalam bangun dan keruangan. Beberapa bangun geometri seperti segitiga, persegi, trapesium, limas digunakan dalam bidang arsitektur dan industri.

Jadi, geometri merupakan cabang ilmu matematika yang mempelajari tentang sifat dan hubungan antara titik, garis bidang dan ruang serta pengukuruan-pengukurannya.

(2)

6

B. Unsur-unsur Geometri

Menurut Defantri (Tampubolon, 2013), dalam buku Element karya Euclide ada yang disebut dengan istilah primitive. Istilah primitive ditunjukkan untuk konsep-konsep sederhana yang mudah dipahami dan sulit dibuatkan batasannya. Yang kemudian oleh para ahli geometri modern, konsep-konsep tersebut dikelompokkan ke dalam istilah-istilah yang tidak didefinisikan (undefined). Dalam struktur geometri modern khususnya dan matematika pada umumnya, terdapat istilah-istilah yang telah disepakati dan menjadi pedoman bagi semua orang yang mempelajari geomtri, matematika, atau cabang matematika lainnya.

Istilah-istilah tersebut adalah:

1. Unsur-unsur yang tidak didefinisikan, 2. Unsur-unsur yang didefinisikan, 3. Aksioma/ postulat, dan

Teorema/ dalil/ rumus.Berdasarkan istilah-istilah diatas, maka dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur dalam geometri terdiri dari 2 unsur, yakni unsur yang tidak dapat didefinisikan dan unsur yang didefinisikan.

Unsur yang tidak didefinisikan adalah konsep primitif yang mudah dipahami namun sulit untuk didefinisikan. Seperti titik, garis dan bidang. Apabila dipaksakan untuk membuat definisi dari unsur primitif tersebut maka akan terjadi blunder. Misalnya ada sebuah definisi mengenai titik, seperti titik adalah sesuatu yang menempati tempat. Kemudian harus dilanjutkan lagi dengan mendefinisikan tempat itu apa, misal tempat itu adalah noktah yang ada pada bidang. Selanjutnya harus mendefinisikan apa itu noktah, dan seterusnya. Sehingga dalam definisi terdapat definisi, begitu seterusnya. Oleh karena itu, semua sifat demikian termasuk kedalam kategori unsur yang tidak didefinisikan.

(3)

7 Unsur yang yang didefinisikan adalah konsep yang mempunyai definisi atau batasan. Sehingga dengan adanya definisi, maka konsep-konsep tersebut menjadi jelas, tidak ambigu atau bermakna ganda. Syarat sebuah definisi adalah harus singkat, padat, jelas dan tidak mengandung pengertian ganda. Unsur yang didefinisian adalah konsep yang dikembangkan dari unsur yang tidak didefinisikan. Misalnya sinar garis, ruas garis, segitiga, segiempat adalah unsur yang dikembangkan dari konsep garis.

Karena unsur yang didefinisikan merupakan konsep yang dikembangkan dari unsur yang tidak didefinisikan, maka dibawah ini dijelaskan beberapa unsur yang tidak didefinisikan.

1. Titik

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, bahwa titik termasuk ke dalam unsur yang tidak didefisikan. Unsur sederhana ini mudah dipahami namun akan menjadi blunder (berbelit) ketika hendak didefinisikan.

Dalam geometri, titik adalah konsep abstrak yang tidak berwujud atau tidak berbentuk, tidak mempunyai ukuran, tidak mempunyai berat atau tidak mempunyai panjang, lebar dan juga tinggi. Titik merupakan ide atau gagasan abstrak yang hanya ada dalam benak orang yang memikirkannya.

Untuk melukiskan atau menggambarkan titik, diperlukan simbol atau model. Gambar simbol atau model untuk titik digunakan noktah seperti di bawah ini. Noktah sebuah titik biasanya diberi nama. Nama untuk sebuah titik umumnya menggukan huruf kapital yang diletakkan dekat titik tersebut. Di bawah ini merupakan contoh titik A, titik B dan titik C.

Gambar 2.1

(4)

8 2. Garis

Garis adalah konsep ang tidak dapat dijelaskan dengan menggunakan kata-kata sederhana atau kalimat simpel. Karena garis juga dikelompokkan ke dalam unsur yang tidak didefinisikan. Garis adalah ide atau gagasan abstrak yang bentuknya lurus, memanjang ke dua arah, tidak terbatas atau tidak bertitik akhir dan tidak tebal.

Garis adalah ide atau gagasan yang hanya ada dalam benak pikiran orang yang memikirkannya. Menggambar model garis dapat dilakukan dengan membuat goresan alat tulis pada bidang tulis, kertas atau papan tulis dengan bentuk yang lurus. Atau model garis dapat dibuat dengan menggambar salah satu sisi penggaris.

Berikut adalah model garis yang diberi tanda dengan anak panah pada kedua ujungnya, yang menandakan bahwa garis tersebut memanjang ke-dua arah dan tidak mempunyai titik akhir (Minds, 2003)

Gambar 2.2

Contoh garis yang tidak mempunyai titik akhir

Menamai sebuah garis dapat dilakukan dengan menggunakan dua cara, dibawah ini adalah dua cara memberi nama terhadap garis. Pertama dengan sebuah huruf kecil pada salah satu ujung garis, seperti pada gambar 2.3 (a) diberi nama garis y. kedua dua menggunakan dua huruf besar yan diletakkan pada dua titik garis tersebut, pada gambar 2.3 (b) diberi nama garis AB.

Gambar 2.3 Contoh penamaan garis

2.3 (a) Garis y 2.3 (b) garis AB

(5)

9 Garis disebut juga unsur geometri satu dimensi. Karena garis adalah konsep yang hanya memiliki unsur panjang saja (linier)

Istilah garis yang lain yang perlu diketahui adalah Sinar Garis dan Ruas Garis. Gabungan antara sebuah titik dengan himpunan titik-titik setengah garis yang dinamakan sinar garis. Sinar garis adalah bagian dari garis yang memanjang ke satu arah dengan panjang tidak terhingga. Memodelkan sebuah sinar garis dapat dilakukan seperti gambar-gambar di atas, dimulai dari sebuah titik yang dinamakan titik pangkal dan memanjang ke satu arah memberi nama sebuah sinar garis biasanya menggunakan dua huruf kapital. Berikut adalah contoh Sinar TB.

Gambar 2.4

Contoh penamaan Sinar Garis

Sedangkan ruas garis adalah bagian dari setengah garis. Ruas garis adalah himpunan titik yang memanjang dengan posisi lurus dan dibatasi oleh dua buah titik. Contoh Ruas garis AB

Gambar 2.5

Contoh penamaan Ruas Garis

3. Bidang

Bidang adalah unsur lain dalam geometri yang tidak dapat dijelakan menggunakan definisi sederhana seperti halnya garis dan titik.

2.3 (a)

(6)

10 Bidang adalah ide atau gagasan abstrak yang hanya ada dalam benak pikiran orang yang memikirkannya. Bidang diartikan sebagai permukaan yang rata, meluas ke segala arah dengan tidak terbatas. Bidang masuk kedalam bangun dua dimensi, karena bidang dibentuk oleh dua unsur yaitu panjang dan lebar.

Model bidang dapat digambarkan oleh bagian dari benda, misalnya bagian permukaan kaca, permukaan daun pintu, lembaran kertas atau dinding tembok kelas yang rata.

Memberi nama sebuah bidang dapat menggunakan sebuah huruf kecil atau huruf-huruf Yunani seperti α (alpa), β (Beta), γ (Gamma) yang diletakkan di daerah dalam bidang tersebut. Atau menggunakan huruf-huruf kapital yang disimpan di titik-titik sudut bidang tersebut. Berikut contoh penamaan bidang.

Gambar 2.6 Contoh penamaan bidang

2.6 (a) Bidang α (alpa) 2.6 (b) Bidang ABCD

4. Ruang

Ruang diartikan sebagai unsur geometri yang memiliki panjang, lebar dan tinggi yang terus mengembang tidak terbatas. Oleh karenanya ruang disebut sebagai bangun tiga dimensi karena memiliki unsur panjang, lebar dan tinggi (Rich, 2005). Ruang didefinisikan sebagai kumpulan dari titik-titik.

(7)

11

C. Macam-macam Geometri

Geometri dapat dibedakan menjadi 2 macam, ada geometri bidang dan juga geometri ruang.

1. Geometri Bidang

Geometri bidang disebut juga geometri datar atau geometri dimensi dua merupakan keseluruhan bangun itu terletak pada satu bidang. Ada beberapa bangun datar, di antaranya terdapat persegi panjang, segitiga, trapesium, lingkaran, dan belah ketupat.

Persegi Panjang

Gambar 2.7 Persegi Panjang

Pengukuran pada persegi panjang:

( )

Segitiga

Gambar 2.8 Segitiga

Rumus Luas segitiga ABC sama dengan setengah kali alas kali tinggi atau

Rumus Keliling segitiga ABC sama dengan pajang ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ atau C B A D

(8)

12 Trapesium

Gambar 2.9 Trapesium

Rumus Luas trapesium ABCD sama dengan setengah jumlah panjang sisi yang sejajar kali tinggi atau ( )

Rumus Keliling trapesium ABCD sama dengan pajang ̅̅̅̅

̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ atau Belah Ketupat

Gambar 2.9 Belah ketupat

Rumus luas belah ketupat adalah Rumus Keliling belah ketupat adalah

2. Geometri Ruang

Geometri ruang mencakup bangun ruang dan bangun datar yang merupakan bagian dari bangun ruang. Suatu bangun termasuk bangun ruang apabila titik-titik yang membentuk bangun itu tidak semuanya terletak pada satu bidang yang sama.Terdapat beberapa

(9)

13 macam bentuk yang termasuk geometri ruang, di antaranya balok, prisma, dan tabung.

D. Pengukuran dalam Geometri

Mengacu pada buku „Sembilan bab tentang seni matematika‟ yang dibuat sekitar tahun 179 oleh Liu Hui, bahwa pengukuran atau masalah yang dibahas dalam geometri diantaranya adalah menghitung luas dan volume (Satyanegara & Aini, 2012).

1. Luas

Luas menurut Kamus Matematika (Hollands, 1995) adalah besaran yang menyatakan ukuran dua dimensi, suatu bagian permukaan yang dibatasi dengan jelas, biasanya suatu daerah yang dibatasi oleh kurva tertutup. Berdasarkan pembahasan pada buku Kalkulus Jilid 1 (Purcell, Varberg, & Steven E. Rigdon, 2013), bila berbicara masalah luas, maka hal tersebut tidak akan lepas dari pembahasan Integral tentu. (definite integral). Newton dan Leibniz adalah tokoh-tokoh yang memperkenalkan versi awal konsep integral tentu, namun Riemann-lah yang memberikan definisi modern.

Tinjaulah suatu partisi P dari selang [ ] menjadi n selang bagian (tidak perlu sama panjang) menggunakan titik-titik

dan andaikan . Pada tiap selang bagian [ ], ambilah sebuah titik sembarang ̅ (yang mungkin saja sebuah titik ujung); sebut saja titik tersebut sebagai titik sampel untuk selang bagian ke-i. sebuah contoh dari konstruksi ini diperlihatkan dari gambar dibawah ini dengan n=6:

(10)

14 Gambar 2.7

Sebuah Partisi dari [ ] dengan titik sampel ̅

Dari gambar 2.1, maka terbentuklah penjumlahan:

∑ ( ̅ )

Sebut saja, sebagai jumlah Riemann untuk yang berpadanan dengan partisi P. Jumlah Riemann ditafsirkan sebagai jumlah aljabar dari luas. Perhatikan gambar dibawah ini:

Gambar 2.8

Tafsiran geometri pada jumlah Riemann

A1 didefinisikan sebagai luas dari segi-empat.

Jadi, untuk mencari luas sebuah daerah yang dibatasi oleh kurva tertutup dapat terlebih dahulu membuat barisan-barisan polygon yang kemudian carilah jumlah luas dari segi-4 yang terbentuk. 2. Volume

Volume atau isi menurut Kamus Matematika (Hollands, 1995) adalah penghitungan seberapa banyak ruang yang bisa ditempati dalam suatu objek. Objek itu bisa berupa benda yang beraturan ataupun benda yang tidak beraturan. Benda yang beraturan misalnya

(11)

15 balok, kubus, silinder, limas, kerucut, dan bola.sedang benda yang tidak beraturan misalnya bebatuan yang ditemukan di jalan.

2.2. Masjid Agung Sang Cipta Rasa

A. Sejarah Masjid Agung Sang Cipta Rasa

Bangunan Masjid Agung Sang Cipta Rasa merupakan satu kesatuan dan satu komplek dengan bangunan keraton Kasepuhan Cirebon. Masjid Agung Sang Cipta Rasa secara administratif berada di kampung Kasepuhan Kelurahan Kasepuhan Kecamatan Lemah Wungkuk.

Menurut keterangan dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Kebudayaan, 2015), masjid yang menjadi saksi sejarah panjang perkembangan Islam di Cirebon ini didirikana oleh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati). Terdapat beberapa versi tahun pendirian Masjid ini. Menurut Keraton Kasepuhan, Masjid Agung Sang Cipta Rasa dibangun pada tahun 1500 M. Secara resmi, Pemerintah Jawa Barat menyebutkan bahwa tahun 1498 M sebagai tahun berdirinya Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Sementara beberapa sejarawan bahkan menyebutkan bahwa tahun pendirian masjid ini adalah 1489 M, 1480 M, atau 1478 M.

Dalam sejarah pembangunan Masjid Agung Cirebon ini, Sunan Kalijaga mendapat kehormatan untuk mendirikan Sokoguru, yaitu kepingan-kepingan kayu yang disusun menjadi tiang sekatal. Namun, pada tahun 1549 masjid ini terbakar. Ditempat yang sama kemudian dibangun masjid yang baru yaitu Masjid Agung Sang Cipta Rasa yang sekarang ini.

Masjid Agung Sang Cipta Rasa merupakan masjid tertua di Cirebon. Nama masjid ini sendiri diambil dari kata “sang” yang artinya keagungan, “cipta” yang artinya dibangun dan “rasa” yang artinya digunakan. Sementara penduduk Cirebon pada masa itu menamainya Masjid Pakungwati, karena terletak di kompleks Keraton Pakungwati.

(12)

16 Letak Masjid Agung Sang Cipta Rasa tersebut sudah cocok menghadap Kiblat. Lurus dengan Baitullah di Makkah. Sementara menurut P. S. Sulendraningrat dalam buku yang ditulis oleh T.D Sujana (Sujana, 2003) yang mengukur pas kiblatnya arah shalat tersebut merupakan ilham Sunan Kalijaga. Beliau-lah yang berhari-hari I‟tikaf dan selalu melaksanakan shalat malam memohon petunjuk Allah SWT agar letak Baith Masjid ini menjadi pas dan lurus mengarah ke arah kiblat Baitullah di Makkah. Oleh karena itu, Sunan Cirebon memberi nama masjid ini Sang Ciptarasa, yang artinya masjid ini benar-benar merupakan hasil rasa batin yang jernih, kalbu yang sejati dan merupakan perenungan serta pendekatan diri dengan sang pencipta.

Menurut H. A. Dasuki (Dasuki, 1978), pembangunan masjid ini melibatkan 500 pekerja dari Cirebon dan Demak, yang dipimpin oleh Wali Songo, dan yang mengawasi pembangunan pekerjaan itu ialah Sunan Kalijaga dan Raden Sepat dari Demak. Raden Sepat (Raden Sepet) adalah seorang arsitek Majapahit yang menjadi tahanan perang Demak-Majapahit. Raden Sepat di datangkan langsung dari Demak sebagai imbalan yang diberikan oleh Demak kepada Cirebon karena telah membantu mengirim pasukan dalam penyerangan ke Majapahit.

Raden Sepat berperan dalam membawa tukang-tukang dari Majapahit. Bahkan, menurut cerita dalam babad dikatakan bahwa serambi utama Masjid Agung Sang Cipta Rasa berasal dari kota Majapahit. Raden Sepat merancang bagian utama Masjid berbentuk bujur sangkar dengan luas 400m2. Tempat imam menghadap ke Barat dengan tingkat kemiringan 300 arah Barat Laut. Menurut cerita rakyat, pembangunan Masjid Agung Sang Cipta Rasa ini hanya dalam Tempo satu malam.

Masjid Agung Sang Cipta Rasa sedikitnya telah mengalami lima kali pemugaran. Tahun 1934, pemerintah Hindia Belanda melakukan perbaikan masjid secara keseluruhan, dipimpin oleh Ir. Krijgsman. Pada tahun 1960 Pangeran Sulaeman Sulendraningrat,

(13)

17 Habib Syekh dan R. Amartapura memperbaiki atap dan talang. Tahun 1972 – 1974, Pemerintah Daerah Kota Cirebon memperbaiki serambi depan. Pada tahun 1975 – 1976, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan melaksanakan pemugaran bangunan inti yang dilanjutkan pada tahun 1976 – 1978 memugar tiang Sokoguru, tempat wudlu, peturasan, bangunan tengah, samping kiri-kanan dan penggantian atap sirap kayu jati. Menurut Hendra Gunawan (Gunawan, 2013), Purna pugar Masjid Agung Sang Cipta Rasa dilaksanakan pada tanggal 23 Februari 1978.

B. Bagian-bagian Masjid Agung Sang Cipta Rasa

1. Kubah/ Atap

Bentuk atap Masjid Agung Sang Cipta Rasa adalah limasan bertingkat tiga. Tidak seperti kebanyakan masjid-masjid lain yang ada di Indonesia, ada sesuatu yang unik dari Masjid Agung Sang Cipta Rasa ini, yaitu tidak memiliki momolo.

Gambar 2.10

Masjid Agung Sang Cipta Rasa

Menurut Penuturan Bapak Hasan Muhjiddin (Rohani, 2012), bahwa Masjid Agung Sang Cipta Rasa dulunya mempunyai kubah/ momolo, tetapi suatu ketika muadzin yang biasa mengumandangkan adzan tiba-tiba sakit dan meninggal sampai akhirnya muadzin tersebut diganti dan mengalami pergantian sebanyak 3x, akan tetapi mengalami hal yang sama seperti muadzin pertama yaitu tiba-tiba sakit dan meninggal.

(14)

18 Kemudian para wali pun berserah diri dan meminta petunjuk dari Allah untuk menyelesaikan masalah tersebut. Akhirnya diadakanlah adzan yang dilakukan oleh 7 mu‟adzin secara bersamaan, yang konon menyebabkan momolo yang ada ada Masjid Agung Sang Cipta Rasa ini meledak dan berpindah ke Banten. Adzan yang dikumandangkan oleh 7 mu‟adzin ini yang kemudian sampai saat ini dikenal sebagai adzan pitu.

2. Gerbang

Gambar 2.11

Gerbang Masjid Agung Sang Cipta Rasa

Kata “Gerbang”, dalam bahasa lokal lebih dikenal sebagai “Gapura”. Adapun menurut Husein (Hendriyana, 2009), dalam budaya masa Islam, “Gerbang” atau “Gapura” diartikan sebagai lambang pintu ampunan. Karena Gapura sebenarnya berasal dari bahasa Arab yaitu “Ghafuro” yang berarti ampunan.

Dengan kata lain, gapura merupakan prasyarat utama yang harus dilewati sebelum masuk lebih jauh ke dalam suatu wilayah. Karena dalam karya tulis ini mengangkat tema mengenai Gerbang Masjid, maka wilayah yang dimaksudkan adalah wilayah Cinta kepada Allah SWT. Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :

ِ َّللَّا ىَلِإ ِد َلَِبْلا ُّبَحَأ َلاَق َمَّلَس َو ِهْيَلَع ُ َّللَّا ىَّلَص ِ َّللَّا َلىُس َر َّنَأ َة َرْي َرُه يِبَأ ْنَع اَهُقا َىْسَأ ِ َّللَّا ىَلِإ ِد َلَِبْلا ُضَغْبَأ َو اَهُد ِجاَسَم

(15)

19 Dari Abu Hurairah -radhiyallahu‟anhu- Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda, “Bagian negeri yang paling Allah cintai adalah masjid-masjidnya, dan bagian negeri yang paling Allah benci adalah pasar-pasarnya.” (HR. Muslim dalam Kitab al-Masajid wa Mawadhi‟ as-Shalah)

Jadi, masjid merupakan sebuah tempat yang paling Allah cintai. Sebelum jauh lebih dalam memasuki wilayah masjid, harus terlebih dahulu melewati sebuah pintu masuk yang disebut dengan Gapura (Pintu ampunan). sebelum memasuki area masjid, dianjurkan untuk terlebih dahulu mengesampingkan urusan duniawi. Fokuskan hati hanya kepada yang tercinta, yaitu Allah SWT. Mohon ampunlah kepada-Nya agar ibadah yang dilakukan menjadi lebih khusyuk.

Allah berfirman dalam Al-qur‟an surah Al-Jin ayat 18:

        

Artinya: “ Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.” (QS. al-Jin:18)

Masjid Agung Sang Cipta Rasa memiliki 6 pintu masuk/ gerbang. Tiga gerbang berada di bagian depan masjid, 1 gerbang di bagian samping dan 2 gerbang di bagian belakang masjid. Dari ke-enam pintu gerbang yang ada di Masjid Agung Sang Cipta Rasa, gerbang utama masjid-lah yang menjadi objek penelitian penulis.

Menurut T.D. Sujana (Sujana, 2003), pemugaran untuk menutup baith masjid dengan menggunakan bata kosod ini dilakukan pada zaman Panembahan Ratu (± abad ke-17 Masehi). Sistem kosod seperti yang termuat dalam Harian online Rakyat Cirebon (Cirebon, 2016) merupakan sistem perekatan bata dengan cara menggosokkan bata satu ke bata lainnya, tanpa menggunakan semen. Pintu utama

(16)

20 Masjid Agung Sang Cipta Rasa berbentuk gerbang yang bernuansa kala dan makara dengan motif ornamentik kombinasi patran dan motif tepren.

Pada Tahun 1965 – 1967, pemugaran dilakukan kembali dengan mengubah tembok sekeliling yang semula bata kosod/ kutakosod diganti dengan pasangan bata dengan adukan serta diberi hiasan bata berbentuk wajikan. Sedangkan pintu utama/ gapura lama dibiarkan, tetapi ditambah dengan tulisan kaligrafi yang di desain langsung oleh T.D. Sujana atas perintah ketua panitia perbaikan Masjid Agung Sang Cipta Rasa, H. Sumanta.

Masjid Agung Sang Cipta Rasa memiliki tiga gerbang di bagian depannya tapi hanya satu gerbang di sebelah utara (kanan) ini yang paling sering dibuka di hari hari biasa menjelang waktu sholat. Diluar waktu sholat pengunjung harus melewati gerbang belakang dengan melewati jalan setapak di sebelah kanan tembok utara masjid atau lebih ke kanan dari foto di atas.

Secara keseluruhan, total gerbang yang mengelilingi Masjid Agung Sang Cipta Rasa jumlahnya ada enam. Tiga gerbang pada bagian depan masjid, 1 gerbang pada bagian samping dan 2 gerbang lainnya terdapat di bagian belakang masjid.

3. Soko Guru

Gambar 2.12

(17)

21 Soko guru artinya pilar/ tiang. Masjid Agung Sang Cipta Rasa memiliki sokoguru tidak hanya empat tapi dua belas. Semua tiang tersebut terbuat dari kayu jati dengan diameter sekitar 60 cm dan tinggi mencapai 14 m.

Rangkaian rumit saling silang pasangan kayu konstruksi di dalam masjid ini benar benar melemparkan kita ke masa lalu mengingat teramat sulit untuk menemukan bangunan baru dengan rancangan yang serupa. Atap puncak masjid (wuwungan) ditopang oleh dua sokoguru paling tengah. Dan diantara dua sokoguru ini yang menjadi titik tengah bangunan utama sekaligus menjadi titik berdirinya muazin saat mengumandangkan azan termasuk azan pitu (azan tujuh) saat sholat Jum‟at.

4. Maksurah

Gambar 2.13

Maksurah Masjid Agung Sang Cipta Rasa

Layaknya sebuah masjid kerajaan, di Masjid Agung Sang Cipta Rasa ini juga disediakan tempat sholat khusus bagi keluarga kerajaan atau Maksurah berupa area yang dipagar dengan pagar kayu berukir. Ada dua Maksurah di dalam masjid ini. satu maksurah di shaf paling depan sebelah kanan mihrab dan mimbar diperuntukkan bagi Sultan dan Keluarga keraton Kasepuhan. Serta satu Maksurah di

(18)

22 shaf paling belakang disamping kiri pintu utama diperuntukkan bagi Sultan dan keluarga keraton Kanoman.

Maksurah, banyak ditemui di masjid masjid tua Arabia, Afrika Utara hingga wilayah wilayah bekas kekuasaan emperium Turki Usmani. Fungsi awalnya adalah sebagai perlindungan bagi Sultan dan pejabat tinggi kerajaan selama melaksanakan sholat di masjid dari kemungkinan serangan fisik terhadap petinggi kerajaan. Di dalam maksurah ini pada masanya juga dilengkapi dengan senjata ringan pembelaan diri seperti tombak dan lainnya.

5. Mihrab

Gambar 2.14

Mihrab Masjid Agung Sang Cipta Rasa

Mihrab merupakan suatu ruangan atau relung di dalam masjid, letaknya dibagian paling depan masjid. Fungsinya sebagai tempat imam tatkala sedang memimpin shalat berjama‟ah dan sebagai penunjuk arah kiblat ke Masjidil haram di Makkah. Mihrab Masjid Agung Sang Cipta Rasa terbuat dari batu batu pualam berukuran floral, ukuran nya adalah yang berpusat pada bentuk yang menyerupai bunga matahari pada bagian puncak mihrab.

Adanya bentuk bunga matahari di mihrab masjid ini mengingatkan kita pada bentuk Surya Majapahit yang merupakan lambang kebesaran Kerajaan Majapahit. Memang tak mengerankan,

(19)

23 karena konon memang proses pembangunan masjid ini turut melibatkan Raden Sepat yang tak lain adalah panglima pasukan Majapahit yang kalah perang dalam serangannya ke Demak di masa kekuasaan Raden Fatah dan kemudian memeluk Islam.

Seluruh bagian mihrab masjid ini menggunakan batu pualam putih. Selain ukiran floral dibagian atas mihrab, juga terdapat dua pilar pualam disisi kiri dan kanannya. Konon pilar ini di ukir oleh Sunan Kali Jaga dalam bentuk kelopak bunga teratai. Selain ukiran floral di sisi kiri dan kanan bagian depan mihrab ini terdapat ukiran geometris yang sangat menarik serupa dengan ukiran pada dinding depan masjid. Di bagian mihrab juga terdapat tiga buah ubin bertanda khusus yang melambangkan tiga ajaran pokok agama, yaitu Iman, Islam, dan Ihsan. Ubin tersebut dipasang oleh Sunan Gunung Jati, Sunan Bonang, dan Sunan Kalijaga pada awal berdirinya masjid.

6. Mimbar

Gambar 2.15

Mimbar Masjid Agung Sang Cipta Rasa

Ada dua mimbar yang serupa di dalam masjid ini. dua duanya penuh dengan ukiran yang sangat indah. Satu mimbar diletakkan di sisi mihrab yang digunakan saat sholat Jum‟at dan dua hari raya sedangkan mimbar yang lainnya diletakkan disebelah maksurah merupakan mimbar lama yang sudah tidak dipakai lagi. Pada bagian kaki mimbarnya ada bentuk seperti kepala macan, mengingatkan pada kejayaan Prabu

(20)

24 Siliwangi raja Padjajaran yang tak lain adalah Kakek dari Sunan Gunung Jati dari garis Ibu.

C. Hiasan/ Ornamen pada Masjid Agung Sang Cipta Rasa

Dalam rangka memperindah bangunan masjid, design interior banyak ditemukan hampir di setiap masjid-masjid besar di dunia Islam. Dari mulai Cordova, Damaskus, Madinah, Makkah, Baghdad, Kuffah, sampai di India dan masjid-masjid di nusantara Indonesia.

Pada dinding luar ruang mihrab Masjid Agung Sang Cipta Rasa, terdapat hiasan tempelan piring porselin yang sangat menarik perhatian karena warnanya yang mencolok. Hiasan semacam ini pada tembok keliling di halaman masjid.

Tidak perlu heran karena salah satu dari istri Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati yang bernama Ong Tien berasal dari Tiongkok. Menurut Bapak Nasiruddin (Rohani, 2012) bahwa adanya ornamen-ornamen yang berasal dari Tiongkok tersebut membuktikan bahwa Sunan Gunung Jati menyebarkan agama Islam sampai ke Tiongkok.

Dibagian dalam maupun luar Masjid Agung Sang Cipta Rasa, lebih didominasi dengan hiasan piring porselen karena piring-piring tersebut sebagai simbol bersatunya umat-umat Islam dengan orang-orang China. Masjid Agung Sang Cipta Rasa juga ditopang dengan tiang-tiang yang besar. Salah satu tiang tersebut sangat menarik untuk dilihat karena terbuat dari serpihan-serpihan kayu yang diikat menjadi satu yang dikenal dengan soko tatal. Tiang-tiang tersebut menopang atap masjid, sehingga menambah kecantikan dari masjid itu sendiri.

Seperti masjid-masjid pada umumnya, khususnya masjid-masjid di Indonesia, Masjid Agung Sang Cipta Rasa juga mempunyai bedug yang diberi nama Sang Guru Mangir atau Kyai Buyut Tesbur Putih yang digantung pada sebuah balok melintang diantara dua pengeret. Bedug tersebut berukuran panjang 1 meter dan diameter 0,8 meter.

(21)

25

2.3. Penelitian yang Relevan

Berangkat dari latar belakang, rumusan masalah dan tujuan yang hendak di capai dalam penelitian ini, maka penulis mengacu pada sumber data yang memiliki relevansi dengan penelitian ini, diantaranya adalah:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Rohani (58110023) dari Jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab Dakwah Ushuluddin IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Rohani menyatakan (Rohani, 2012) bahwa pola arsitektur masjid-masjid kuno di Cirebon memunyai ciri khas tersendiri dibandingkan dengan masjid-masjid kuno yang ada di daerah lain. Bagian-bagian arsitektr yang sangat umum ditemukan pada masjid-masjid kuno di Cirebon di antaranya yaitu terdapat mihrab, mimbar, kubah, tempat bersuci/wudhlu, tempat ibadah dan bedug.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Wulan Nastiarini dari Fakultas Sastra Universitas Indonesia

Murwani menyatakan (Nastiarini, 1993), bahwa Bangunan Mesjid Agung Sang Cipta Rasa memiliki arsitektur lokal atau tradisional, yang terbukti antara lain: dindingnya yang tidak menyangga atap dan atapnya bertingkat. Selain itu, mesjid ini mempunyai beberapa keistimewaan: mihrabnya tepat ke arah kiblat (jarang terdapat di mesjid-mesjid kuno Indonesia), memiliki 2 buah maksurah, beratap limasan dan dijumpai pelayonan (bangunan tempat memandikan jenazah).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui arsitektur yang mempengaruhi bangunan Mesjid Agung Sang Cipta Rasa. Dikaitkan dengan 3 tujuan penelitian arkeologi, maka tujuan yang ingin dicapai adalah merekonstruksi sejarah kebudayaan. Penelitian ini berbeda dengan apa yang akan penulis teliti, yaitu merujuk pada aspek geometri dan religi yang terdapat pada ornamen gerbang Masjid Agung Sang Cipta Rasa.

(22)

26 3. Penelitian yang dilakukan oleh Asih Rahayu dari Universitas

Pendidikan Indonesia

Asih (Rahayu, 2015) menyatakan bahwa Terdapat 29 macam motif hias bangunan utama Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Ornamen geometris berjumlah 16 motif, yang paling banyak diterapkan yaitu tumpal (untu walang) dan antefiks. Ornamen non-geometris berjumlah 13, yang paling banyak diterapkan yaitu motif floratif (sulur, daun, dan bunga) dengan jenis bunganya adalah teratai.

Ornamen Masjid Agung Sang Cipta Rasa secara keseluruhan memiliki makna filsafat Cirebon yang menjelaskan tentang hubungan antara Tuhan, manusia, dan alam yang terkait Islam. Mayoritas tentang ketauhidan dan berhubungan dengan ibadah Selain itu, ada pula ornamen-ornamen yang memiliki makna simbolik sebagai Wali Sanga dan ornamen-ornamen yang berfungsi sebagai tolak bala.

4. Skripsi Aspek Geometri pada Struktur Atap Rumah Adat Kudus oleh Malihatul Isnaini dari Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang

Malihatul (Isnaini, 2015) menyatakan bahwa geometri yang ada pada atap Joglo Pencu ada dua, yaitu geometri bidang dan geometri ruang. Untuk geometri bidang terdapat bentuk trapesium sama kaki, trapesium siku-siku, dan segitiga. Geometri ruang terdapat bentuk prisma tegak segitiga dan bangun ruang sebarang. Atap Joglo Pencu dibagi menjadi dua bagian, yaitu atap bagian depan / belakang dan bagian samping. Atap bagian depan merupakan bagian yang menghadap pada Pakiwan (kamar mandi), sedangkan atap bagian samping merupakan bagian dari sisi samping dari rumah adat Kudus.

Pada atap bagian depan terdiri dari dua bentuk trapesium sama kaki dan satu bentuk trapesium siku-siku, yang masing-masing dinamakan trapesium depan atas, trapesium depan tengah, dan trapesium depan bawah. Pada atap bagian samping kanan terdiri dari satu segitiga dan dua trapesium sama kaki yang dinamakan trapesium samping tengah dan trapesium samping bawah. Pada atap bagian

(23)

27 samping kiri terdiri dari satu segitiga dan satu trapesium sama kaki yang dinamakan trapesium samping tengah.

Pada atap bagian depan, trapesium depan atas mempunyai sudut kaki 69o yang sama dengan sudut kaki trapesium depan bawah. Begitupun dengan atap bagian samping atas dan bawah, segitiga sama kaki mempunyai sudut kaki 53o yang hampir sama dengan trapesium samping bawah yang mempunyai sudut kaki 52o. Sedangkan bagian tengah yaitu trapesium depan tengah dan trapesium samping tengah mempunyai sudut kaki yang lebih kecil yaitu 64o dan 49o.

(24)

28

2.4. Kerangka Berpikir

Masjid merupakan tempat beribadah umat Islam. Arsitektur, bentuk ataupun ornamen dari sebuah masjid tentu berbeda-beda disetiap wilayah. Hal ini sangat erat kaitannya dengan sejarah dan kebudayaan dari masing-masing wilayah. Cirebon juga memiliki masjid yang kental akan nilai sejarah dan kebudayaan. Dari beberapa masjid yang ada di Cirebon, Masjid Agung Sang Cipta Rasa merupakan masjid tertua yang ada di wilayah Cirebon. Sebagaimana telah dipaparkan bahwa Masjid Agung Sang Cipta Rasa memiliki tiga gerbang di bagian depannya. Setiap gerbang memiliki struktur dan ornamen yang kaya dengan aspek geometris. Fokus penelitian di sini mengenai struktur dan ornamen Masjid Agung Sang Cipta Rasa.

Di antara struktur dan ornamen gerbang Masjid Agung Sang Cipta Rasa, dapat dilihat menggunakan konsep matematika. Konsep matematika adalah suatu objek matematika yang sangat luas cakupannya. Sehingga dapat dipersempit dengan konsep geometri. Dalam penelitian ini, akan mengarah pada gerbang Masjid Agung Sang Cipta Rasa akan diteliti aspek geometrinya.

Jika dilihat dari bentuknya, gerbang pada Masjid Agung Sang Cipta Rasa ini memiliki bentuk yang sangat simetris. Atau dalam konsep matematika dikenal sebagai pencerminan. Karena adanya keseimbangan antara sisi kanan dan kiri gerbang tersebut. Bukan hanya bentuk atau struktur nya saja yang simetri, tetapi ornamen-ornamennya pun sangat simetri antara sisi dan kanan. Jika dikaitkan dengan geometri bidang, struktur dan ornamen gerbang Masjid Agung Sang Cipta Rasa ini sangat kaya dengan bentuk geometri. Seperti segitiga, trapesium, lingkaran, persegi dan persegi panjang.

Setelah mengetahui bentuk-bentuk geometri bidang yang terdapat pada struktur dan ornamen gerbang Masjid Agung Sang Cipta Rasa, kemudian penulis akan melakukan penngukuran untuk memperoleh luas dari masing-masing bangun tersebut dan juga akan dilakukan pengukuran mengenai refleksi atau pencerminan ornamen gerbang masjid tersebut.

(25)

29 Sehingga setelah memperoleh pengukuran tersebut, penulis akan dapat menyimpulkan bahwa struktur gerbang Masjid Agung Sang Cipta Rasa menggunakan aspek geometri refleksi, sedangkan ornamen-ornamennya menggunakan aspek geometri bidang seperti segitiga, trapesium, belah ketupat, setengah lingkaran, persegi panjang dan persegi. Sehingga dapat dianalisis keterpakaian aspek geometri dalam struktur dan ornamen Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Kemudian setelah dianalisis dari aspek geometrinya, penulis akan mencoba meneliti juga dari aspek religinya. Apa makna yang terkandung dalam bentuk dan ornamen Masjid Agung Sang Cipta Rasa tersebut.

Bagan 2.1

Kerangka Berpikir Aspek Geometri dan Aspek Religi pada Gerbang Masjid Agung Sang Cipta Rasa

Gambar

Gambar 2.6  Contoh penamaan bidang

Referensi

Dokumen terkait

Hendro Gunawan, MA

Sistem ini digunakan untuk mengurusi administrasi tunjangan biaya kesehatan yang ditanggung oleh perusahaan jika ada karyawan yang sakit dan kemudian berobat di rumah sakit atau

publikasi ilmiah dosen harus mengakomodir kepentingan karir dosen sinkronisasi dengan visi-misi program studi yang menjadi homebase masing- masing dosen. Sitasi

Standar Akuntansi Pemerintahan adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan t wajib baik untuk pemerintah pusat maupun

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengetahui model pembelajaran langsung berbantuan media ALG dalam meningkatkan pencapaian kompetensi pembuatan pola bebe anak

ular tangga jajanan anak sebagai media edukasi gizi dalam memilih jajanan sehat untuk anak sekolah dasar menggunakan warna yang cerah dan menarik sesuai dengan

Part 302 and, to the best of my knowledge and belief, the importing country has instituted and maintains a system for the control of these substances; the drugs

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis rendah yaitu 1 g/kgBB sudah dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus, sedangkan pada dosis seduhan jahe 3 g/kgBB juga