• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Kursi Dan Meja Berdasarkan Antropometri Pada Sekolah Sd Siti Hajar Chapter III VII

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Kursi Dan Meja Berdasarkan Antropometri Pada Sekolah Sd Siti Hajar Chapter III VII"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Ergonomi

Istilah ergonomi berasal dari bahasa latin Ergo, yang berarti kerja dan

Nomos, artinya aturan/hukum alam, dan dapat didefenisikan sebagai studi tentang

aspek aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain.

Penerapan ergonomi pada umumnya merupakan aktivitas rancang bangun

atau rancang ulang. Hal ini dapat meliputi perangkat keras seperti misalnya

perkakas kerja, bangku kerja, platform, kursi, pegangan alat kerja, pintu jendela

dan lain-lain. Tujuan ergonomi adalah untuk meningkatkan produktivitas tenaga

kerja pada suatu institusi atau organisasi. Hal ini dapat terjadi apabila terjadi

kesesuaian antara pekerja dengan pekerjaannya. Tujuan pendekatan ergonomi

dalam perancangan tempat kerja adalah agar terjadi keserasian antara manusia

dengan sistem kerja (man-machine system) atau dapat dikatakan bahwa desain

sistem kerja harus menjadikan tenaga kerja dapat bekerja secara layak.

Disiplin ilmu yang terkait secara ergonomi dalam perancangan tempat

kerja antara lain studi metode kerja, antropometri, tata letak dan fasilitas ruang

kerja, faal kerja dan biomekanik, keselamatan dan kesehatan kerja, hubungan dan

(2)

3.2 Antropometri

Ilmu yang secara khusus mempelajari tentang pengukuran tubuh manusia

guna merumuskan perbedaan-perbedaan ukuran pada tiap individu atau kelompok

dan lain sebagainya disebut antropometri. Pelopor bidang ini adalah seorang ahli

matematika berkebangsaan Belgia bernama Quetlet, dimana pada tahun 1870

memperkenalkan karyanya yang berjudul Anthropometrie.

Data antropometri merupakan data ukuran dimensi tubuh manusia. Data

antropometri sangat berguna dalam perancangan suatu produk dengan tujuan

mencari keserasian produk dengan manusia yang memakainya. Dengan demikian

tidak hanya memberikan kerpuasan pada pemakai produk saja, tetapi juga pada

pembuat produk.

Untuk mendapatkan suatu perancangan optimum dari suatu ruang dan

fasilitas akomodasi maka hal-hal yang perlu diperhatikan adalah faktor-faktor

seperti panjang dari suatu dimensi tubuh manusia baik dalam keadaan statis

maupun dinamis. Pengukuran statis dilakukan pada tubuh manusia yang berada

dalam posisi diam. Dimensi yang diukur pada antropometri statis diambil secara

lurus dan dilakukan pada permukaan tubuh.

Jika antropometri dipraktekkan dengan cara pengukuran yang sederhana,

seseorang dapat saja mengumpulkan data-datanya dengan mudah dan hasilnya

tidak akan terlalu menyimpang jauh dari yang sebenarnya. Namun, sebenarnya

ada banyak faktor rumit yang perlu dipertimbangkan. Faktor penyebabnya adalah

ukuran tubuh manusia sangat bervariasi. Terdapat beberapa faktor yang

(3)

1. Jenis kelamin

Secara distribusi statistik ada perbedaan yang signifikan antara dimensi tubuh

pria dan wanita. Pria dianggap lebih panjang dimensi tubuhnya daripada

wanita.

2. Suku bangsa

Seperti telah diketahui bahwa perbedaan dimensi tubuh antara suku bangsa

yang satu dengan yang lain juga berbeda. Dalam hal ini dimensi tubuh

penduduk Indonesia biasanya lebih pendek dari penduduk Amerika.

3. Usia

Digolongkan atas beberapa kelompok usia yaitu balita, anak-anak, remaja,

dewasa dan lanjut usia. Hal ini jelas berpengaruh terutama jika desain

diaplikasikan untuk antropometri anak-anak. Antropometrinya akan cenderung

terus meningkat sampai batas usia dewasa. Namun setelah menginjak usia

dewasa, tinggi badan manusia mempunyai kecenderungan untuk menurun.

4. Jenis pekerjaan

Beberapa jenis pekerjaan tertentu menuntut adanya persyaratan dalam seleksi

karyawan atau stafnya. Misalnya buruh dermaga harus mempunyai postur

tubuh yang relatif lebih besar dibandingkan dengan karyawan perkantoran pada

umumnya.

5. Pakaian

Hal ini juga merupakan sumber variabilitas yang disebabkan oleh bervariasinya

iklim yang berbeda dari satu tempat ke tempat lainnya terutama untuk daerah

(4)

6. Kehamilan pada wanita

Faktor ini jelas akan mempunyai pengaruh perbedaan yang berarti kalau

dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil, terutama yang berkaitan dengan

analisis perancangan produk dan analisis perancangan kerja.

7. Cacat tubuh secara fisik

Suatu perkembangan yang menggembirakan pada dekade terakhir dengan

diberikannya skala prioritas pada rancang bangun fasilitas akomodasi untuk

para penderita cacat tubuh secara fisik. Misalnya ada jalur khusus untuk kursi

roda.

3.2.1 Dimensi Antropometri

Dimensi antropometri merupakan ukuran tubuh pada posisi tertentu. Data

ini dapat dimanfaatkan guna menetapkan dimensi ukuran produk yang akan

dirancang dan disesuaikan dengan dimensi tubuh manusia yang akan

mengoperasikan atau menggunakannya. Data antropometri tubuh yang diukur

menurut Hartono (2012) dalam panduan survei data antropometri dapat dilihat

pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Pengukuran Data Antropometri

No Dimensi tubuh Definisi

1 Tinggi tubuh Tinggi tubuh jarak vertikal dari lantai ke bagian paling atas kepala.

2 Tinggi mata Jarak vertikal dari lantai ke bagian luar sudut mata kanan.

3 Tinggi bahu Jarak vertikal dari lantai ke bagian atas bahu kanan atau ujung tulang bahu kanan.

4 Tinggi siku Jarak vertikal dari lantai ke titik terbawah di sudut siku bagian kanan.

(5)

Sumber : Jurnal Panduan Survei Data Antropometri (Hartono, 2012)

Tabel 3.1 Pengukuran Data Antropometri Lanjutan

ruas kanan.

No Dimensi tubuh Definisi

7 Tinggi ujung jari Jarak vertikal dari lantai ke ujung jari tengah tangan kanan.

8 Tinggi dalam

posisi duduk Jarak vertikal dari alas duduk ke bagian paling atas kepala.

9

Tinggi mata

dalam posisi

duduk

Jarak vertikal dari alas duduk ke bagian luar sudut mata kanan.

10

Tinggi bahu

dalam posisi

duduk

Jarak vertikal dari alas duduk ke bagian atas bahu kanan.

11

Tinggi siku

dalam posisi

duduk

Jarak vertikal dari alas duduk ke bagian bawah lengan bawah

tangan kanan.

12 Tebal paha Jarak vertikal dari alas duduk ke bagian paling atas dari paha kanan.

13 Panjang lutut Jarak horizontal dari bagian belakang pantat (pinggul) ke bagian depan lulut kaki kanan.

14 Panjang popliteal Jarak horizontal dari bagian belakang pantat (pinggul) ke bagian belakang lutut kanan.

15 Tinggi lutut Jarak vertikal dari lantai ke tempurung lutut kanan.

16 Tinggi popliteal Jarak vertikal dari lantai ke sudut popliteal yang terletak di bawah paha, tepat di bagian belakang lutut kaki kanan.

17 Lebar sisi bahu Jarak horizontal antara sisi paling luar bahu kiri dan sisi paling luar bahu kanan.

18 Lebar bahu

bagian atas Jarak horizontal antara bahu atas kanan dan bahu atas kiri.

(6)

Sumber : Jurnal Panduan Survei Data Antropometri (Hartono, 2012)

Tabel 3.1 Pengukuran Data Antropometri Lanjutan 20 Tebal dada

Jarak horizontal dari bagian belakang tubuh ke bagian dada

untuk subyek laki-laki atau ke bagian buah dada untuk subyek

wanita.

21 Tebal perut Jarak horizontal dari bagian belakang tubuh ke bagian paling menonjol dibagian perut.

22 Panjang lengan

atas

Jarak vertikal dari bagian bawah lengan bawah kanan ke

bagian atas bahu kanan.

No Dimensi tubuh Definisi

23 Panjang lengan

bawah

Jarak horizontal dari lengan bawah diukur dari bagian belakang siku kanan kebagian ujung dari jari tengah.

24 Panjang rentang

tangan ke depan

Jarak dari bagian atas bahu kanan ke ujung jari tengah tangan kanan dengan siku dan pergelangan tangan kanan lurus.

25

Panjang bahu genggaman tangan ke depan

Jarak dari bagian atas bahu kanan ke pusat batang silinder yang digenggam oleh tangan kanan, dengan siku dan pergelangan tangan lurus.

26 Panjang kepala Jarak horizontal dari bagian paling depan dahi (bagian tengah antara dua alis) ke bagian tengah kepala.

27 Lebar kepala Jarak horizontal dari sisi kepala bagian kiri ke sisi kepala bagian kanan, tepat di atas telinga.

28 Panjang tangan

Jarak dari lipatan pergelangan tangan ke ujung jari tengah tangan kanan dengan posisi tangan dan seluruh jari lurus dan terbuka.

29 Lebar tangan Jarak antara kedua sisi luar empat buku jari tangan kanan yang diposisikan lurus dan rapat.

30 Panjang kaki Jarak horizontal dari bagian belakang kaki (tumit) ke bagian paling ujung dari jari kaki kanan.

31 Lebar kaki Jarak antara kedua sisi paling luar kaki.

32 Panjang rentangan

tangan ke samping

Jarak maksimum ujung jari tengah tangan kanan ke ujung jari tengah tangan kiri.

33 Panjang rentangan

siku

Jarak yang diukur dari ujung siku tangan kanan ke ujung siku tangan kiri.

(7)

Sumber : Jurnal Panduan Survei Data Antropometri (Hartono, 2012)

Data-data dari hasil pengukuran atau disebut dengan data antropometri

digunakan sebagai data untuk perancangan peralatan. Adapun gambar dari

pengukuran data antropometri pada posisi berdiri dan posisi duduk dapat dilihat

pada Gambar 3.1 dan Gambar 3.3. tangan ke atas

dalam posisi berdiri

digenggam oleh telapak tangan kanan.

35

Tinggi genggaman ke atas dalam posisi duduk

Jarak vertikal dari alas duduk ke pusat batang silinder.

36

Panjang

genggaman tangan ke depan

(8)

Gambar 3.1 Kelompok Dimensi Tubuh yang Diukur dalam Posisi Berdiri

Aplikasi perancangan alat yang memperhatikan dimensi antropometri

(9)

25

7 29

Sumber Handbook Ergonomics and Design A Referensi Guide (Openshaw et al. 2006)

Gambar 3.2 Perancangan Tongkat yang Memperhatikan Dimensi Antropometri Tubuh Dalam Posisi Berdiri

Sumber : Jurnal Panduan Survei Data Antropometri (Hartono, 2012)

(10)

Aplikasi perancangan alat yang memperhatikan dimensi antropometri

tubuh dalam posisi duduk ditampilkan pada Gambar 3.4 berikut:

17

12

16 19

19

14 10

Sumber: Handbook Ergonomics and Design A Referensi Guide (Openshaw et al. 2006)

Gambar 3.4 Perancangan Kursi Kantor Ergonomis yang Memperhatikan Dimensi Antropometri Tubuh Dalam Posisi Duduk

Terdapat tiga prinsip dalam pemakaian data antropometri tersebut yaitu:

1. Prinsip perancangan produk berdasarkan individu ekstrim

Prinsip ini digunakan apabila fasilitas kerja yang dirancang dapat dipakai

dengan enak dan nyaman oleh sebagian besar orang-orang yang memakainya

yang biasanya minimal oleh 95 % pemakai.

2. Prinsip perancangan produk fasilitas yang bisa disesuaikan

Prinsip ini digunakan untuk merancang fasilitas agar fasilitas tersebut bisa

dirubah-ubah ukurannya sehingga cukup fleksibel dioperasikan oleh setiap

orang yang memiliki berbagai macam ukuran tubuh.

3. Prinsip perancangan produk dengan ukuran rata-rata

Dalam hal ini rancangan produk didasarkan terhadap ukuran rata-rata tubuh

(11)

3.2.2. Aplikasi Distribusi Normal Dalam Penetapan Data Antropometri

Untuk penetapan data antropometri ini, pemakaian distribusi normal akan

umum diterapkan. Dalam statistik, distribusi normal dapat diformulasikan

berdasarkan harga rata-rata (mean, X ) dan simpangan standarnya (standard

deviation, σX) dari data yang ada. Dari nilai yang ada maka persentil dapat

ditetapkan sesuai dengan tabel probabilitas distribusi normal. Dengan persentil,

dalam hal ini adalah suatu nilai yang menunjukkan persentase tertentu dari orang

yang memiliki ukuran pada atau dibawah nilai tersebut. Sebagai contoh 95-th

persentil akan menunjukkan 95% populasi akan berada pada atau dibawah ukuran

tersebut, sedangkan 5-th persentil akan menunjukkan 5% populasi akan berada

pada atau dibawah ukuran itu. Dalam antropometri ukuran 95-th akan

menggambarkan ukuran manusia yang terbesar dan 5-th persentil sebaliknya akan

menunjukkan ukuran terkecil. Pemakaian nilai-nilai persentil yang umum

diaplikasikan dalam perhitungan data antopometri dapat dijelaskan dalam Gambar

3.5 dan Tabel 3.2.

Sumbe

sumberr : Buku Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya (Nurmianto, 2008)

Gambar 3.5 Distribusi Normal dengan Data Antropometri

1,96 σX 1,96 σX

X

2,5% 95%

2,5%

N(X, σX)

2,5-th til

(12)

Dari Gambar 3.5 diatas, kemudian dilakukan perhitungan persentil dengan

rumus berdasarkan distribusi normal yang dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Persentil dan Cara Perhitungan Dalam Distribusi Normal

Sumber : Buku Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya (Nurmianto, 2008)

Perbedaan ukuran tubuh manusia dengan persentil antropometri

ditampilkan pada Gambar 3.6

Sumber: Handbook Ergonomics and Design

A Referensi Guide (Openshaw et al. 2006)

Gambar 3.6 Perbedaan Ukuran dengan Persentil Manusia

Persentil Perhitungan

1-st Χ- 2.325 σX

2.5-th Χ- 1.96 σX

5-th Χ- 1.645 σX

10-th Χ- 1.28 σX

50-th Χ

90-th Χ+ 1.28 σX

95-th Χ+ 1.645 σX

97.5-th Χ+ 1.96 σX

(13)

Menurut Panero dan Zelnik (2003) ada beberapa data antropometri yang

dibutuhkan untuk mendesain kursi sekolah sehingga posisi duduk tidak

menimbulkan keluhan otot dan kelelahan. Data antropometri yang dibutuhkan

tersebut dan tujuan pengukurannya adalah sebagai berikut.

1. Tinggi siku pada posisi duduk, adalah tinggi mulai dari tepi atas permukaan

tempat duduk hingga bagian bawah dari siku. Tujuan pengukurannya adalah

untuk menentukan ketinggian meja sekolah.

2. Tinggi lipatan dalam lutut (tinggi popliteal), adalah tinggi dari lantai hingga

bagian bawah paha tepat di belakang lutut, ketika orang berada dalam posisi

duduk tegak. Lutut dan pergelangan kaki dalam posisi tegak lurus, dengan

bagian bawah paha dan bagian belakang lutut langsung menyentuh permukaan

tempat duduk.

3. Lebar pinggul, adalah jarak terbesar dari panggul. Tujuan pengukurannya

adalah untuk menentukan lebar alas kursi.

4. Lebar bahu, adalah jarak horisontal terbesar antara tepi luar bahu kiri dan

kanan. Tujuan pengukurannya adalah untuk menentukan lebar sandaran kursi.

5. Tinggi bahu posisi duduk, adalah tinggi dari permukaan tempat duduk hingga

titik pertengahan bahu antara leher dan akromion. Tujuan pengukurannya

adalah untuk menentukan tinggi maksimal sandaran yang memberikan

dukungan pada daerah lumbar.

6. Jarak dari pantat hingga lipatan dalam lutut (panjang popliteal), adalah jarak

horisontal dari bagian belakang pantat hingga bagian belakang lutut. Tujuan

(14)

Secara keseluruhan dimensi antropometri siswa untuk mendesain kursi

sekolah dapat dicermati pada Gambar 3.7.

A

B

C

D

E

F

Keterangan: A = Tinggi Popliteal, B = Panjang popliteal, C = Lebar pinggul,

D = Tinggi bahu posisi duduk, E = Lebar bahu, F = Tinggi siku posisi

duduk

Sumber: Handbook Dimensi Manusia & Ruang Interior (Panero dan Zenik. 2006)

Gambar 3.7 Pedoman Dimensi Antropometrik Untuk Desain Kursi Sekolah

3.3 Postur Kerja

Pertimbangan-pertimbangan yang berkaitan dengan postur kerja dapat

membantu mendaptkan postur kerja yang nyaman bagi pekerja, baik itu postur

kerja berdiri, duduk, angkat maupun angkut. Beberapa jenis pekerjaan akan

memerlukan postur kerja tertentu terkadang tidak menyenangkan. Kondisi kerja

seperti ini memaksa dalam jangka waktu yang lama. Hal ini akan mengakibatkan

(15)

cacat tubuh. Untuk menghindari postur kerja yang demikian,

pertimbangan-pertimbangan ergonomis antara lain menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Mengurangi keharusan pekerja untuk bekerja dengan postur kerja

membungkuk dengan frekuensi kegiatan yang sering dalam jangka waktu

yang lama.

2. Pekerja tidak seharusnya menggunakan jarak jangkauan maksimal.

3. Pekerja tidak seharusnya duduk atau berdiri pada saat bekerja untuk waktu

yang lama dengan kepala. Leher, dada atau kaki berada dalam postur kerja

miring.

4. Operator tidak seharusnya dipaksa bekerja alam frekuensi atau periode waktu

yang lama dengan tangan atau lengan berada dalam posisi diatas level siku

yang normal.

Postur duduk memerlukan lebih sedikit energi dari pada berdiri, karena

hal ini dapat mengurangi banyaknya beban otot statis pada kaki. Seorang operator

yang bekerja dalam postur duduk memerlukan sedikit istirahat dan secara

potensial lebih produktif. Sedangkan postur berdiri merupakan sikap siaga baik

fisik maupun mental, sehingga aktivitas kerja yang dilakukan lebih cepat, kuat dan

lebih teliti. Berdiri lebih melelahkan daripada duduk dan energi yang dikeluarkan

lebih banyak 10-15% dibandingkan duduk.

Beberapa masalah berkenaan dengan postur kerja yang sering terjadi

sebagai berikut:

1. Hindari kepala leher yang mendongkak.

(16)

3. Hindari postur memutar atau asimetris.

4. Sediakan sandaran bangku yang cukup sebagai tempat penyangga tulang

belakang. Tulang belakang terdiri dari 33 tulang dan 24 tulang yang

membentuk columna yaitu 7 tulang vertebraservikalis, 12 vertebra torakalis,

5 vertebra lumbalis, dan 5 tulang vertebra sacrum yang menyatu menjadi

sacrum dan 3 sampai 5 tulang koksigeal yang menyatu dengan tulang

coccygeus. Columna vertebra menyangga berat tubuh manusia dalam posisi

tegak yang secara mekanik melawan pengaruh gaya gravitasi agar tubuh tetap

tegak. Adapun gambar columna vertebra ditampilkan pada Gambar 3.8.

Kerja seseorang dihasilkan dari tugas pekerjaan. Rancangan tempat kerja

dan karakteristik individu seperti ukuran dan bentuk tubuh. Pertimbangan untuk

semua komponen dibutuhkan analisa postur dan peracangan tempat kerja.

3.4 Standard Nordic Questionnaire (SNQ)

Standard Nordic Questionnaire (SNQ) merupakan salah satu alat ukur

yang biasa digunakan untuk mengenali sumber penyebab keluhan kelelahan otot.

Melalui Standard Nordic Questionnaire dapat diketahui bagiab-bagian otot yang

mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak sakit sampai

sangat sakit pada pekerja. melalui analisis peta tubuh maka dapat diestimasi jenis

dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja. Dimensi-dimensi

tubuh tersebut dapat dibuat dalam format Standard Nordic Questionnaire.

Standard Nordic Questionanire dibuat atau disebarkan untuk mengetahui

(17)

Questionnaire bersifat subjektif, karena rasa sakit yang dirasakan tergantung pada

kondisi fisik masing-masing individu. Keluhan rasa sakit pada bagian tubuh

akibat aktivitas kerja tidaklah sama antara satu orang dengan orang lain.

Sumber: Lelytotalia. Columna vertebralis. Wordpress.com

Gambar 3.8 Susunan Tulang Belakang (Columna Vertebra)

(18)

Untuk mendesain peralatan secara ergonomis yang digunakan dalam

kehidupan sehari-hari seharusnya disesuaikan dengan manusia dilingkungan

tersebut. Apabila tidak ergonomis akan menimbulkan berbagai dampak negatif

bagi manusia tersebut. Richard (2001) menyebutkan bahwa saat ini terdapat 80%

orang hidup setelah dewasa mengalami nyeri bagian tubuh belakang (back pain)

salah satunya dikarena kondisi yang tidak ergonomis.

Gambaran desain produk ergonomis berdasar antropometri dapat dilihat

pada Gambar 3.9 dibawah ini. Agar dapat mendesain suatu alat sesuai dengan

ukuran manusia, maka dalam mendesain produk harus disesuaikan dengan ukuran

terbesar (95th percentile) dan ukuran terkecil tubuh (5th percentile) atau hasil

kalibrasi ukuran setiap bagian tubuh (antropometri). Produk yang didesain sesuai

dengan hasil kalibrasi antropometri disebut desain produk ergonomi.

Produk: - benda kerja - instalasi

Manusia pengguna produk

Kalibrasi antropometri tubuh pengguna produk :

- Mean

- Standar deviasi - Ukuran antropometri (5th, 50th, 95th percentile)

Produk Ergonomis

(19)

Model perancangan produk ada 2 jenis yaitu model deskriptif dan model

preskriptif.

1. Model Deskriptif

Model deskriptif berfokus pada solusi, heuristik (pengalaman sebelumnya

bersifat umum). Model perancangan deskriptif terdiri dari beberapa fase yang

ditampilkan pada Gambar 3.10 berikut.

Kebutuhan

Analisis masalah dan spesifikasi produk dan perencanaan

Perancangan konsep produk

Perancangan produk

Evaluasi produk hasil rancangan

Dokumen untuk pembuatan produk

Sumber: Engineering Design Methods: Strategies For Product Design (Nigel Cross,1942)

Gambar 3.10 Model Perancangan Deskriptif

a. Kebutuhan

Produk yang akan dibuat haruslah dikaji tentang kebenaran akan

kebutuhannya.

b. Analis masalah dan spesifikasi produk dan perencanaan

Hasil analisis masalah adalah pernyataan masalah, kendala yang

membatasi solusi masalah dan kriteria-kriteria yang harus dipenuhi.

(20)

Konsep produk adalah solusi-solusi alternatif dari masalah dalam bentuk

skema. Fase ini dikenal sebagai fase pencarian konsep-konsep produk

yang memenuhi fungsi dan karakteristik produk. Fase perancangan ini

menuntut semua kemampuan dan kreativitas perancang.

d. Perancangan produk

Solusi-solusi dalam bentuk skema dikembangkan lebih lanjut menjadi

produk atau benda teknik yang dibentuk, dan dimensi

komponen-komponen yang ditentukan.

e. Evaluasi produk hasil rancangan

Produk hasil fase perancangan haruslah dapat spesifikasi produk yaitu

dapat memenuhi fungsinya, karakteristik seperti yang diisyaratkan.

f. Dokumen (gambar dan spesifikasi) pembuatan produk

Gambar hasil rancangan produk terdiri dari gambar semua komponen

produk lengkap dengan geometrinya, dimensi, kekasaran/kehalusan

permukaan dan material, gambar susunan, spesifikasi yang memuat

keterangan-keterangan yang tidak dapat dimuat pada gambar dan bill of

material

2. Model Preskriptif

Seiring dengan model yang hanya menguraikan proses perancangan yang

heuristik dan konvensional, muncullah usaha model preskriptif dari proses

tersebut. Cara pengerjaan baru ini menawarkan prosedur yang lebih

algoritmatik dan sistematik untuk diikuti, dan biasanya dianggap menyediakan

(21)

lebih algoritmatik dan sistematik untuk diikuti, dan biasanya dianggap

menyediakan metodologi perancangan. Model perancangan ini terdiri dari :

a. Metode Zeid

Metode yang ditawarkan meliputi proses perancangan dan proses

pembuatan, ditambah feedback dari pemasaran untuk pengembangan

produk. Model perancangan Zeid dapat dilihat pada Gambar 3.11 berikut:

Proses perancangan

Proses pembuatan

Sumber: Engineering Design Methods: Strategies For Product Design (Nigel Cross,1942)

Gambar 3.11 Proses Perancangan Zeid

b. Metode French

Diagram alir model cara merancang deskriptif dari French sebagaimana

dicantumkan pada Gambar 3.12. Pada diagram alir tersebut, lingkaran

menunjukkan hasil kegiatan yang mendahuluinya, sedangkan segiempat

(22)

Kebutuhan

Analisis Masalah

Pernyataan Masalah

Perancangan Konsep

Skets terpilih

Pemberian bentuk pada skets

Detail

Gambar Produk

Feedback

Sumber: Engineering Design Methods: Strategies For Product Design (Nigel Cross,1942)

Gambar 3.12 Diagram Alir Cara Merancang French

c. Metode VDI

Metode VDI (Verein Deutcher Ingenieure) atau Persatuan Insinyur Jerman

dikembangkan dari pengalaman engineer-engineer Jerman. Model cara

(23)

Sumber: Engineering Design Methods: Strategies For Product Design (Nigel Cross,1942)

Gambar 3.13 Model Cara Merancang VDI

d. Metode Pahl & Beitz

Metode Pahl & Beitz mengambil pengalaman insinyur-insinyur Jerman

(VDI), maka mereka merumuskan metode sendiri. Metode ini lebih

sistematis pada perencanaan dan desain konsep. Model cara merancang

(24)

Sumber: Engineering Design Methods: Strategies For Product Design (Nigel Cross,1942)

(25)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu jenis penelitian yang

bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematik, faktual dan akurat tentang

fakta-fakta dan sifat-sifat suatu objek atau populasi tertentu. Penelitian ini

bertujuan untuk mendeskripsikan desain aktual, keluhan pada saat menggunakan

meja dan kursi yang tidak ergonomis dan perancangan meja dan kursi sekolah

berdasarkan antropometri siswa. Aplikasi usulan perancangan meja dan kursi

sekolah bertujuan dapat meminimalkan keluhan musculoskeletal disorders pada

siswa.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Siti Hajar yang beralamat di

jalan Letjen Jamin Ginting Km. 16 Gg. Paya Bundung 26 Simpang Selayang,

Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan November 2013 sampai April 2014.

4.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang diamati adalah siswa kelas I sampai kelas VI yang

berumur 5 sampai 11 tahun di Sekolah Dasar Siti Hajar, Medan. Subjek yang

(26)

4.4 Kerangka Berfikir

Keluhan musculoskeletal pada beberapa bagian tubuh siswa disebabkan

oleh design meja dan kursi yang tidak ergonomis dan tidak sesuai dengan dimensi

antropometri tubuh siswa. Perancangan meja dan kursi usulan dirancang untuk

mendapatkan perancangan meja dan kursi yang ergonomis dan sesuai dengan

antropometri tubuh siswa sehingga dapat meminimalkan resiko musculoskeletal

disorders. Adapun kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada

Gambar 4.1.

Keluhan Musculoskeletal

Disorders

Perancangan kursi dan meja yang ergonomis berdasarkan

antropometri Desain yang tidak

ergonomis

Sumber : Pengolahan Data

Gambar 4.1 Kerangka Berfikir

4.5 Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer dan

data sekunder.

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari pengamatan, wawancara dan

pengukuran langsung terhadap subjek penelitian di lapangan antara lain:

a. Data hasil Standard Nordic Questionaire

Data Standard Nordic Questionaire diperoleh dengan melakukan

penyebaran kuesioner terhadap siswa serta melakukan wawancara dan

(27)

b. Data dimensi meja dan kursi sekolah

Data dimensi meja dan kursi sekolah diperoleh dengan melakukan

pengukuran langsung.

c. Data postur tubuh siswa

Data postur tubuh siswa diperoleh dengan melakukan pengamatan dan

dengan melakukan pengukuran terhadap sudut tubuh siswa saat belajar

menggunakan meja dan kursi

d. Data dimensi tubuh siswa

Data dimensi tubuh siswa diperoleh dengan melakukan pengukuran

dimensi antropometri tubuh secara langsung.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari tempat objek penelitian dan

bukan pengukuran langsung terhadap objek penelitian di lapangan, data

sekunder yang diperoleh adalah gambaran umum sekolah. Data gambaran

umum tentang sekolah ini meliputi data tentang sejarah sekolah, jumlah siswa

dan jumlah guru, fasilitas sekolah, struktur organisasi sekolah dan visi misi

sekolah. Data gambaran sekolah ini diperoleh dari arsip sekolah, website

resmi sekolah dan papan pengumuman sekolah.

4.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah

(28)

a. Teknik observasi yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap postur

tubuh siswa saat menggunakan meja dan kursi sekolah, melakukan

penyebaran Standard Nordic Questionaire dan melakukan pengukuran

langsung terhadap dimensi tubuh siswa serta dimensi meja dan kursi sekolah.

b. Teknik wawancara yaitu melakukan wawancara kepada siswa mengenai

keluhan musculoskeletal yang dialami siswa serta mengenai kesesuaian

dimensi tubuh siswa dengan dimensi meja dan kursi sekolah.

c. Teknik dokumentasi yaitu memperoleh data mengenai gambaran umum

sekolah berupa dokumen-dokumen yang mendukung pengerjaan laporan.

d. Teknik kepustakaan yaitu mempelajari teori-teori yang berhubungan dengan

pemecahan masalah dari berbagai buku dan jurnal yang sesuai dengan

permasalahan yang diamati pada Sekolah Dasar Siti Hajar medan.

4.7 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk membantu dalam

pengumpulan data dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Instrumen Penelitian

No. Alat Ukur Fungsi

1 Standard Nordic

Qustionaire

Digunakan untuk identifikasi awal untuk menilai keluhan muskuloskeletal yang dialami siswa

2 Kamera Canon Mengambil foto tentang postur tubuh siswa

4 Velvy meter Mengukur dimensi tubuh siswa

5 Kursi ergonomis Digunakan sebagai alat dudukan siswa saat pengukuran

6 Timbangan Mengukur berat badan siswa

7 Goniometer Mengukur sudut yang dibentuk tubuh siswa.

8 Meteran Mengukur dimensi meja dan kursi sekolah dan dimensi tubuh siswa

(29)

Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah siswa SD Siti Hajar.

Adapun jumlah populasi dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Jumlah Populasi Siswa Sekolah Dasar Siti Hajar No Kelas Jumlah Siswa Total

Laki-laki Perempuan

1 I 71 59 130

2 II 63 44 107

3 III 47 55 102

4 IV 52 40 92

5 V 44 42 86

6 VI 30 33 63

Total 307 273 580

Sumber: Tata Usaha Sekolah Dasar Siti Hajar

Jumlah Sampel dalam penelitian ini diambil berdasarkan penentuan

jumlah sampel Slovin, dimana diperoleh jumlah sampel sebesar 237 sampel.

Teknik sampling yang digunakan dalam pengumpulan data antropometri adalah

Purposive sampling. Purposive sampling dipilih karena dalam pemilihan sampel

dilakukan melalui proses seleksi secara tidak random karena pihak sekolah telah

memberi batasan dimana pemilihan responden hanya dapat diambil pada jam

pelajaran tertentu (Senitari, Olahraga, Sempoa, Calistung, Seni Budaya

Keterampilan) dan waktu istirahat. Responden ditentukan oleh staff guru yang

mengajar pada jadwal pelajaran berlangsung.

Jumlah sampel penelitian yang diambil berdasarkan tingkatan kelas

(30)

Tabel 4.3 Jumlah Sampel Berdasarkan ProportionateStratified Sampling

No Kelas Populasi Sampel

1 I 130 55

2 II 107 45

3 III 102 45

4 IV 92 40

5 V 86 40

6 VI 63 30

Total 580 255

Sumber: Pengolahan Data

4.9 Tahap Penelitian

Tahap penelitian dalam penelitian ini ditampilkan pada Gambar 4.2.

4.10 Tahap Pengumpulan Data

Adapun langkah-langkah pengumpulan data yaitu:

1. Pengumpulan data siswa berupa nama siswa, umur dan jenis kelamin siswa

yang diperoleh dari arsip sekolah.

2. Keluhan musculoskeletal didata dengan mengisi Standard Nordict Questionaire

saat menggunakan meja dan kursi sekolah. Cara pengisian kuesioner tersebut

dilakukan dengan memberikan tanda silang (Х) atau (√) pada lembar jawaban

yang tersediasesuai dengan keluhan yang dirasakan.

3. Data postur tubuh siswa diperoleh dengan melakukan pengukuran terhadap

sudut yang dibentuk tubuh siswa saat belajar yang didata dengan worksheet

(31)

4. Data dimensi tubuh siswa berupa tinggi bahu dalam posisi duduk, tinggi

popliteal, tinggi siku duduk, panjang rentang tangan kedepan, panjang rentang

siku yang diukur dengan menggunakan meteran dalam posisi duduk. Panjang

popliteal, panjang lutut, panjang telapak tangan, lebar sisi bahu, lebar pinggul,

dalam posisi duduk diukur dengan velvymeter martin.

5. Dimensi meja dan kursi sekolah diukur dengan menggunakan meteran.

6. Gambaran umum sekolah diperoleh dari wawancara pada bagian tata usaha

sekolah, arsip sekolah, papan pengumuman sekolah, dan website resmi

sekolah Siti Hajar.

4.11 Tahap Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari pengumpulan data, selanjutnya diolah untuk

mendapatkan suatu gambaran mengenai perancangan meja dan kursi. Blok

diagram pengolahan data dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Penentuan modus keluhan berdasarkan kuisioner SNQ

Penilaian postur kerja dengan metode RULA

Perhitungan dimensi aktual kursi dan meja

Perhitungan data antropometri

Perancangan kursi dan meja berdasarkan model French

Sumber : Pengolahan Data

(32)

Studi Pendahuluan - studi pustaka

- Pengamatan langsung pada sekolah

Analisis Pemecahan Masalah 1. Analisis Standard Nordict Questionnaire

2. Analisis meja dan kursi aktual 3. Analisis postur tubuh siswa

4. Analisis ergonomi rancangan meja dan kursi siswa sekolah

Pengolahan Data 1. Tabulasi dan rekapituasi SNQ

2. Penilaian postur tubuh dengan metode RULA 3. Perhitungan data antropometri tubuh siswa yaitu:

a. Perhitungan rata-rata dan standard deviasi b. Uji keseragaman data

c. Uji kecukupan data d. Uji kenormalan data e. Perhitungan persentil

4. Perancangan meja dan kursi sekolah dengan metode perancangan French

Data primer

1. Data hasil Standard Nordic Questionnaire

2. Data dimensi meja dan kursi sekolah 3. Data gambar pergerakan tubuh siswa saat

belajar atau data postur tubuh siswa 4. Data dimensi tubuh siswa 5. Gambaran Umum Sekolah

Penetapan Tujuan 1Gambaran Umum Sekolah - visi dan misi sekolah

- jumlah siswa dan guru - struktur organisasi - fasilitas sekolah - aktivitas sekolah Pengumpulan data

(33)

4.12 Analisis Pemecahan Masalah

Adapun langkah-langkah analisis pemecahan masalah yaitu:

1. Analisis hasil Standart Nordic Questinnaire yang telah dibagikan kepada

siswa untuk mengetahui tingkat keluhan musculoskeletal yang dialami oleh

siswa yang menjadi landasan dalam menentukan perbaikan rancangan meja

dan kursi sekolah.

2. Analisis dimensi meja dan kursi aktual yang tidak ergonomis dan

membandingkannya dengan dimensi meja dan kursi hasil perancangan.

3. Analisis postur tubuh siswa aktual untuk mengetahui postur yang tidak sesuai

dengan postur belajar yang alami sehingga dapat ditentukan dimensi meja dan

kursi yang harus diperbaiki.

4. Analisis perancangan meja dan kursi sekolah yang mempertimbangkan prinsip

perancangan berdasarkan antropometri siswa sehingga siswa merasa nyaman

menggunakannya.

4.13 Pelaksanaan Penelitian

Pelaksaanaan penelitian dalam melakukan pengamatan dan pengumpulan

data dilaksanakan dengan urutan kegiatan sebagai berikut.

1. Pengamatan pendahuluan disekolah SD Siti Hajar, terhadap kursi dan meja

yang digunakan para siswa saat belajar.

2. Penyebaran kuisioner pendahuluan Standard Nordic Questionaire kepada

siswa SD Siti Hajar untuk memperoleh keluhan subjektif siswa sebagai akibat

(34)

3. Penentuan dimensi tubuh yang diukur sesuai terhadap kebutuhan perancangan

kursi dan meja.

4. Pendataan siswa sebagai responden yang akan diukur.

5. Melakukan pengukuran antropometri tubuh setiap siswa. Mekanisme dalam

jadwal pelaksanaan pengumpulan data penelitian dapat dilihat pada Gambar

4.4.

08:00 08:30 12:20

Persiapan

Pengukuran dimensi antropometri

13:00 15:00

Istirahat

Pengukuran dimensi antropometri

Sumber : Pengumpulan Data

(35)

BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa siswi kelas I

sampai dengan kelas VI SD Siti Hajar. Jumlah sampel yang digunakan adalah

sebanyak 255. Sampel penelitian ini diambil berdasarkan teknik sampel

proportionate stratified yang merupakan teknik pengambilan sampel dengan

populasi yang memiliki strata yang relevan terhadap penelitian. Teknik sampling

proportionatestratified digunakan karena peneliti akan merancang meja dan kursi

berdasarkan dimensi antropometri pada 3 tingkatan kelas dan umur siswa. Data

responden yang dijadikan sampel dapat dilihat pada Lampiran 1.

Meja dan kursi yang digunakan pada Sekolah Dasar Siti Hajar memiliki

ukuran yang sama mulai dari kelas I sampai dengan kelas VI. Sikap duduk siswa

kelas 1 hingga kelas 6 saat menggunakan meja dan kursi sekolah ditampilkan

pada Tabel 5.1.

Berdasarkan paparan pada Tabel 5.1 tampak bahwa meja dan kursi terlalu

tinggi dan lebar bagi siswa sehingga membuat posisi kaki siswa mulai dari kelas

satu hingga kelas enam berada dalam keadaan menggantung (tidak menyentuh

lantai) saat menggunakan kursi dan meja. Tinggi meja membuat lengan siswa

terangkat hampir sejajar dengan bahu saat menulis. Lebar kursi juga terlalu besar

sehingga posisi duduk siswa maju kedepan dan tidak bersandar hal ini membuat

(36)

Tabel 5.1 Sikap Duduk Siswa Kelas I Hingga Kelas VI Saat Menggunakan Meja dan Kursi Sekolah

KELAS I KELAS II KELAS III

(37)

5.1 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data hasil Standard

Nordic Qustionaire untuk mengetahui keluhan yang dialami siswa, data postur

tubuh siswa dengan metode RULA untuk mengetahui level resiko dan tindakan

yang harus diambil, dan data dimensi meja dan kursi serta data antropometri

dimensi tubuh siswa sebagai dasar perancangan kursi dan meja.

5.1.1 Data Hasil Standard Nordic Qustionaire

Penilaian dengan Standard Nordic Questionnaire digunakan untuk

mengetahui level keluhan musculoskeletal yang dialami siswa serta dinilai dengan

pemberian bobot nilai, yaitu:

1. Untuk tidak ada keluhan diberikan bobot nilai 0

2. Untuk keluhan agak sakit diberikan bobot nilai 1

3. Untuk keluhan sakit diberikan bobot nilai 2

4. Untuk keluhan sangat sakit diberikan bobot nilai 3.

kategori keluhan yang dirasakan siswa saat belajar adalah sebagai berikut:

1. Tidak sakit (dengan skor 0), hal ini apabila siswa tidak merasakan keluhan yang

berarti terhadap bagian tubuh.

2. Rasa agak sakit (dengan skor 1), hal ini apabila siswa hanya merasakan rasa

nyeri sesekali saja ataupun kesemutan.

3. Rasa sakit (dengan skor 2), hal ini apabila siswa sering merasakan rasa nyeri

(38)

4. Rasa sangat sakit (dengan skor 3), hal ini apabila siswa mengalami rasa pegal

dan nyeri yang lama (masih dirasakan walaupun pekerjaan sudah selesai atau

sudah sampai dirumah).

Data rekapitulasi SNQ ditampilkan pada Lampiran 3 dan persentase jenis

keluhan ditampilkan pada Tabel 5.2.

5.1.2 Data Spesifikasi Meja dan Kursi Sekolah

Meja dan kursi SD Siti Hajar terbuat dari kayu dan dicat berwarna coklat

serta memiliki ukuran yang sama pada semua kelas. Gambar meja dan kursi

sekolah serta spesifikasinya dalam (cm) ditampilkan pada Tabel 5.3.

5.1.3 Data Postur Kerja Siswa

Postur kerja siswa dalam hal ini merupakan sikap ataupun posisi tubuh

siswa saat belajar menggunakan meja dan kursi sekolah. Posisi tubuh siswa pada

saat belajar dengan menggunakan meja dan kursi sekolah adalah menulis

menggambar dan membaca. Faktor kenyamanan pada saat menulis yaitu jika meja

yang digunakan sesuai dengan tinggi siku pengguna pada saat duduk. Sedangkan

faktor kenyamanan pada saat duduk yaitu jika paha pengguna terbentuk horizontal

serta betis pengguna terbentuk vertikal dengan kaki dan kaki menyentuh lantai.

Data postur kerja siswa diperoleh berdasarkan posisi tubuh siswa yang dominan

saat menggunakan meja dan kursi sekolah untuk dianalisis dengan menggunakan

(39)

Tabel 5.3 Data Spesifikasi Meja dan Kursi Sekolah SD Siti Hajar

Meja Spesifikasi Meja

Kursi Spesifikasi Kursi

(40)

5.1.4 Data Antropometri Siswa

Data antropometri siswa yang diukur dalam penelitian didasarkan pada

perancangan kursi dan meja menurut Panero dan Zelnik (2003) yaitu:

1. Tinggi bahu dalam posisi duduk (TB) digunakan sebagai penentuan ukuran

tinggi sandaran kursi.

2. Tinggi siku dalam posisi duduk (TSD) digunakan sebagai penentuan ukuran

tinggi meja.

3. Tinggi popliteal (TPO) digunakan sebagai penentuan ukuran tinggi landasan

dudukan kursi dan tinggi meja.

4. Panjang popliteal (PPo) digunakan sebagai penentuan ukuran panjang kursi.

5. Lebar sisi bahu (LB) digunakan sebagai penentuan ukuran panjang sandaran

kursi

6. Lebar pinggul (LP) digunakan sebagai dasar penentuan ukuran lebar kursi

Selain keenam dimensi antropometri diatas terdapat beberapa dimensi

tambahan yang dibutuhkan perancang dalam merancang meja dan kursi sekolah.

Dimensi antropometri tambahan yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:

1. Panjang rentang tangan ke depan (PRT) digunakan sebagai penentuan ukuran

lebar meja.

2. Panjang rentang siku (PRS) digunakan sebagai penentuan ukuran panjang

meja.

3. Panjang telapak tangan (PT), dan panjang lutut (PL) digunakan untuk

penentuan jarak laci meja terhadap ruang kaki.

(41)

5.2 Pengolahan Data

5.2.1 Data Hasil Standard Nordic Questionnaire

Data hasil Standard Nordic Questionnaire diolah kedalam bentuk

persentasi dan diolah kedalam bentuk pie chart. Pie chart persentasi keluhan

musculoskletal disorders siswa secara kumulatif ditampilkan pada Gambar 5.1

dan pie chart persentasi keluhan musculoskletal disorders siswa perkelas

ditampilkan pada Lampiran 7.

Keterangan: Penjabaran Nomer Keluhan dapat dilihat pada lampiran 2 Sumber: Hasil Pengolahan Data

Gambar 5.1 Pie Chart Persentasi Keluhan Musculoskletal Disorders Siswa 0

Persentasi Keluhan agak sakit

(42)

Berdasarkan pie chart persentasi keluhan musculoskletal disorders secara

kumulatif untuk kategori agak sakit dan kategori sakit diatas, dapat diketahui

bahwa keluhan tertinggi pada kategori agak sakit terdapat pada keluhan no 1 yaitu

keluhan pada leher bagian bawah sebesar 6 % pada pie chart atau sebesar 46 %

pada persentasi keluhan Tabel 5.2, keluhan no 0 yaitu keluhan pada leher atas

sebesar 5% pada pie chart atau sebesar 40 % pada persentasi keluhan Tabel 5.2,

dan keluhan no 5 yaitu keluhan pada anggota tubuh bagian punggung sebesar 5 %

pada pie chart atau sebesar 43 % pada persentasi keluhan Tabel 5.2.

Keluhan kategori sakit terdapat pada keluhan no 0 yaitu keluhan pada

leher atas sebesar 11% pada pie chart atau sebesar 44 % pada persentasi keluhan

Tabel 5.2, keluhan no 15 yaitu keluhan pada pergelangan tangan kanan sebesar 10

% pada pie chart atau sebesar 41 % pada persentasi keluhan Tabel 5.2, keluhan no

5 yaitu keluhan pada punggung sebesar 8 % pada pie chart atau sebesar 33 %

pada persentasi keluhan Tabel 5.2, dan keluhan no 17 yaitu keluhan pada tangan

kanan sebesar 6% pada pie chart atau sebesar 26 % pada persentasi keluhan Tabel

5.2.

5.2.2 Penilaian Postur Kerja dengan Metode RULA

Hasil penilaian postur kerja siswa dengan metode RULA untuk siswa

kelas I sampai dengan kelas VI dengan postur tubuh yang paling dominan

dilakukan saat menggunakan meja dan kursi saat belajar ditampilkan pada

Gambar 5.2 sampai dengan Gambar 5.7 dan rekapitulasi hasil penilaian dengan

(43)

Tabel 5.4 Rekapitulasi Penilaian Postur Kerja Siswa

Siswa Gambar Keterangan Skor

Akhir

4. Putaran pergelangan tangan : berada pada posisi

tengah dari putaran

5. Aktivitas : Pengulangan

6. Beban : < 2 kg

7. Leher : 350 dan bengkok

8. Batang tubuh : 150

9. Kaki : Tidak seimbang

2

tengah dari putaran

5. Aktivitas : Pengulangan

6. Beban : < 2 kg

7. Leher : 30 0 dan bengkok

8. Batang tubuh : 25

(44)

5.2.3 Perhitungan Data Antropometri Tubuh Siswa 5.2.3.1 Perhitungan Rata-rata dan Standar Deviasi

Rumus yang digunakan dalam perhitungan nilai rata-rata untuk

masing-masing dimensi tubuh adalah:

n

Contoh perhitungan untuk data dimensi TS (Tinggi Siku duduk). Nilai

rata-rata pada dimensi Tinggi siku duduk untuk kelas I adalah:

14,5

Dalam penentuan standar deviasi yaitu penyimpangan nilai rata-rata yang

standar. Rumusnya adalah seperti berikut:

(

)

Contoh perhitungan nilai standar deviasi pada data dimensi TS (Tinggi

Siku duduk) untuk kelas I adalah sebagai berikut:

(45)

5.2.3.2 Uji Keseragaman Data

Uji keseragaman data digunakan untuk mengendalikan data yang ditolak

karena tidak seragam. Apabila dari data yang sudah dikumpulkan terdapat data

yang tidak seragam (out of control), maka data tersebut akan dibuang. Setelah itu

dilakukan revisi data dengan membuang data yang out of control kemudian

melakukan perhitungan untuk nilai rata-rata, standar deviasi, BKA dan BKB

kembali. Pada uji keseragaman data antropometri ini digunakan tingkat keyakinan

95% dan tingkat ketelitian 5%, digunakan nilai z = 1,96. Revisi yang dilakukan

adalah sebanyak 2 kali, apabila setelah revisi kedua data tersebut belum juga

seragam, maka data dimensi tersebut diasumsikan telah seragam. Adapun rumus

yang digunakan dalam menghitung BKA (batas kelas atas) dan BKB (batas kelas

bawah) adalah sebagai berikut:

σ 1,96 X

BKA= + BKB=X−1,96σ

Apabila X min > BKB dan Xmax < BKA, maka data seragam.

Apabila X min < BKB dan Xmax > BKA, maka data tidak seragam.

Untuk dimensi tinggi siku duduk, perhitungan BKA dan BKB adalah

sebagai berikut.

BKA = X+1,96σ BKB = X−1,96σ = 14,5 + 1,96 (1,92) = 14,5 – 1,96 (1,92)

= 18,2 = 10,7

Kemudian, hasil uji keseragaman data dibuat dalam bentuk peta kontrol.

Adapun peta kontrol uji keseragaman data untuk dimensi tinggi siku duduk siswa

kelas satu dapat dilihat pada Gambar 5.8. Sedangkan peta kontrol dimensi

(46)

5.2.3.3 Uji Kecukupan Data

Kegunaan dari uji kecukupan data adalah untuk menganalisa jumlah

pengukuran apakah data yang diambil merepresentasikan populasinya, dimana

data sampel yang diambil sudah cukup mewakili populasi. Untuk uji kecukupan

data yang digunakan pada perhitungan dengan tingkat ketelitian 5% dan tingkat

keyakinan 95% digunakan rumus N’ sebagai berikut :

( )

2

Apabila N’<N maka data dinyatakan cukup

Apabila N’>N maka data dinyatakan belum cukup

Perhitungan dicontohkan untuk data dimensi tinggi siku duduk (TS) kelas

I, dengan diketahui terlebih dahulu dihitung ∑ X =795 dan ∑ X2 = 11691 maka

Berdasarkan perhitungan data hasil pengukuran yang dilakukan sudah

cukup untuk melakukan perancangan produk. Dengan cara yang sama seperti di

atas, maka hasil uji kecukupan data pengukuran 9 dimensi tersebut dapat dilihat

(47)
(48)

5.2.3.4 Uji Kenormalan Data

Uji kenormalan data digunakan untuk mengetahui apakah data yang telah

dikumpulkan termasuk dalam sebaran normal. Pengujian dilakukan dengan bantuan

software SPSS yaitu pengujian sebaran data normal dengan uji Kolmogorov Smirnov

for Normality Test (KSTest). Hasil dari pengujian sebaran data untuk setiap kelas

dengan Kolmogorov-Smirnov Test ditampilkan pada Tabel 5.6.

Tabel 5.6 Uji Kenormalan Data Kelas I Sampai Kelas VI

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test (Kelas I)

TB TS TPo PRT PT PRS PL PPo LB LPi

Differences .109

.117 .139 .189 .124 .148 .117 .198 .148 .149 .171

.076 .117 .139 .189 .124 .145 .098 .198 .148 .149 .171

-.109 -.079 -.098 -.166 -.075 -.148 -.117 -.141 -.139 -.129 -.131

Kolmogorov-Smirnov Z .797 1.031 1.379 .909 1.058 .866 1.472 1.098 1.096 1.245

Asymp. Sig. (2-tailed) .549 .239 .045 .381 .213 .441 .026 .179 .181 .090

a. Test distribution is Normal.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test (Kelas II)

TB TS TPo PRT PT PRS PL PPo LB LPi

(49)

5.2.3.5 Perhitungan Persentil

Setelah dilakukan perhitungan data antropometri tubuh siswa kelas I sampai

kelas 6, selanjutnya akan ditentukan nilai persentil. Nilai persentil yang dicari adalah

nilai persentil 5th, 50th, dan 95th. Perhitungan nilai persentil data antropometri siswa

dapat dilihat pada Tabel 5.7.

Tabel 5.7 Perhitungan Persentil Siswa Kelas 1 Sampai Kelas VI

Kelas 1

Dimensi Stdev 5 th 5o th 95 th

Tinggi Bahu Duduk 39 3 35 39 43

Tinggi Siku Duduk 15 2 11 15 18

Tinggi Popliteal 31 1 28 31 33

Panjang Rentang Tangan 50 3 44 50 55 Panjang Telapak Tangan 14 1 12 14 15 Panjang Rentang Siku 61 5 53 61 68

Panjang Lutut 38 2 35 38 41

Panjang Popliteal 32 2 29 32 35

Lebar Bahu 31 2 27 31 35

Libar Pinggul 25 2 22 25 28

Sumber: Hasil Pengolahan Data

5.3 Perancangan Meja dan Kursi Sekolah Berdasarkan Langkah-langkah Perancangan Menurut French

Cara merancang berdasarkan langkah-langkah French terdiri dari 4 langkah

yaitu:

1. Analisis masalah.

Hasil dari analisis masalah adalah pernyataan masalah, kendala yang membatasi

solusi masalah dan kriteria-kriteria yang harus dipenuhi.

(50)

Konsep produk adalah solusi-solusi alternatif dari masalah dalam bentuk skema.

Fase ini dikenal sebagai fase pencarian konsep produk yang memenuhi fungsi dan

karakteristik produk. Fase perancangan ini menuntut semua kemampuan dan

kreativitas perancang.

3. Pemberian bentuk.

Solusi-solusi dalam bentuk skema dikembangkan lebih lanjut menjadi produk

atau benda teknik yang dibentuk.

4. Detail

Perincian merupakan fase akhir dimana memberikan ukuran detail dari poin-poin

yang perlu ditentukan.

Adapun penjabaran langkah perancangan kursi dan meja berdasarkan tahapan

merancang French adalah dijabarkan sebagai berikut:

5.3.1 Analisis Masalah

Masalah yang terdapat dalam fasilitas belajar (meja dan kursi) yang

digunakan saat belajar adalah sebagai berikut:

1. Ketidaksesuaian dimensi kursi dan meja terhadap dimensi tubuh siswa.

Ketidaksesuaian tersebut terdiri dari:

a. Tinggi tempat duduk siswa tidak sesuai dengan tinggi popliteal siswa. Hal

tersebut membuat kaki siswa menggantung (tidak menyentuh lantai) dan

berada pada posisi kaki yang tidak seimbang saat belajar.

b. Tinggi meja tidak sesuai dengan tinggi siku siswa dalam posisi duduk. Hal

(51)

meja yang tidak sesuai juga membuat badan siswa maju kedepan saat

menulis.

c. Lebar kursi tidak sesuai dengan panjang popliteal siswa sehingga membuat

siswa maju kedepan saat duduk sehingga banyak bagian kursi yang tidak

digunakan dan membuat posisi tubuh yang tidak seimbang.

Ketidaksesuaian dimensi kursi dan meja memberikan dampak keluhan

musculoskeletal bagi siswa terutama pada bagian leher atas, bagian lengan kanan

atas, bagian tangan kanan, bagian punggung dan bagian kaki.

2. Fungsi laci yang terdapat pada meja tidak dapat digunakan sesuai fungsinya hal

ini disebabkan ketidaksesuaian tinggi laci terhadap tebal tas siswa sehari-hari.

3. Kursi dan meja yang digunakan memiliki ukuran yang sama untuk setiap kelas

mulai dari kelas satu hingga kelas enam padahal dimensi tubuh siswa yang duduk

dikelas 1 jauh berbeda dengan siswa yang duduk dikelas lainya.

Kendala yang dihadapi dalam perancangan adalah perancangan tidak dapat

memenuhi kesesuaian 100% terhadap seluruh siswa SD Siti Hajar namun dapat

memenuhi bagi mayoritas rata-rata siswa untuk setiap kelas. Untuk memenuhi

kesesuaian perancangan meja dan kursi yang ergonomis terhadap dimensi

antropometri siswa pada setiap kelas maka perancangan meja dan kursi dibagi

kedalam dua konsep yaitu konsep tetap (one piece/fix) dan konsep adjustable.

Dimana konsep tersebut dibagi kedalam tiga kelompok yaitu:

Tingkatan I : Perancangan kursi dan meja untuk kelas I dan II

Tingkatan II : Perancangan kursi dan meja untuk kelas III dan IV

(52)

Adapun kriteria-kriteria yang harus dipenuhi dalam perancangan meja dan

kursi yang ergonomis adalah sebagai berikut:

1. Pertimbangan antropometrik. Pertimbangan antropometrik dalam perancangan

meja dan kursi menurut Panero dan Zelnik (2003) adalah sebagai berikut:

a. Tinggi tempat duduk dimana posisi duduk memungkinkan telapak kaki untuk

menapak pada permukaan lantai.

b. Kedalamam landasan sesuai terhadap jarak dari pantat kelipatan dalam lutut.

c. Sandaran punggung yang dapat menopang bagian kecil punggung dan

tersedia tempat tambahan bagi penonjolan daerah pantat.

2. Meja dan kursi yang dirancang dapat memenuhi fungsi utama dan tambahannya.

Fungsi utama kursi adalah sebagai alas penyangga punggung dan bokong saat

belajar sedangkan fungsi utama meja adalah sebagai alas tempat tangan dan buku

pelajaran saat melakukan aktivitas belajar. Fungsi tambahan yang ingin

dirancang adalah laci meja sebagai tempat penyimpanan atau peletakan tas siswa.

3. Dimensi ukuran meja dan kursi ditentukan melalui persentil data antropometri.

Penentuan persentil disesuaikan terhadap pemenuhan mayoritas dimensi tubuh

siswa.

4. Perancangan fungsi tambahan laci meja dapat memenuhi persyaratan bagi ruang

kaki siswa saat belajar.

5.3.2 Perancangan Konsep

Berdasarkan pernyataan masalah, kendala dan kriteria yang harus dipenuhi

(53)

ingin dilakukan terdiri dari dua konsep yaitu konsep perancangan meja dan kursi

yang bersifat tetap (one piece) dan konsep adjustable. Konsep yang bersifat tetap

terdiri dari satu kursi dan satu meja dengan fungsi tambahan laci dan dimensi yang

sesuai terhadap mayoritas siswa pada setiap tingkatan kelas. Salah satu keuntungan

dengan konsep ini adalah stabilitas produk, karena tidak ada bagian yang perlu

dirakit. Konsep perancangan adjustable terdiri dari kursi dan meja yang dapat

disesuaikan tinggi dan lebarnya pada kursi dan dapat disesuaikan tingginya pada

meja. Adapun skema konsep perancangan meja dan kursi ditampilkan pada Gambar

5.9

5.3.3 Pemberian Bentuk Pada Skets

Solusi-solusi dalam skema dikembangkan lebih lanjut menjadi produk atau

benda teknik yang dibentuk. Adapun gambar teknik perancangan meja dan kursi

ergonomis berdasarkan antropometri dan tingkatan kelas yang sesuai dengan konsep

perancangan fix dan adjustable ditampilkan pada Tabel 5.8.

5.3.4 Detail

Detail atau perincian merupakan fase akhir dimana memberikan ukuran detail

dari poin-poin yang perlu ditentukan. Adapun detail dari variabel dimensi

perancangan meja dan kursi sekolah secara ergonomis berdasarkan persentil

(54)

Tabel 5.8 Pemberian Bentuk pada Perancangan Konsep Fix

Kursi Meja

Bagian Gambar Keterangan Bagian Gambar Keterangan

Sandaran kayu

Alas dudukan kayu Alas meja kayu

Rangka kaki

kursi kayu

Rangka

kaki meja kayu

Produk akhir Produk

(55)

Tabel 5.8 Pemberian Bentuk pada Perancangan Lanjutan Konsep Adjustable

Kursi Meja

Bagian Gambar Keterangan Bagian Gambar Keterangan

Sandaran

Busa

Metal

Alas dudukan

Busa

Metal

Alas meja

Kayu

Metal

Rangka kaki kursi

Metal

Karet

Rangka kaki meja

Metal

Karet

Produk akhir Produk akhir

(56)

Fasilitas

Meja yang ergonomis

Tpo+TS PRS PRT Utama

Tambahan Tempat penyimpanan tas

Adjustable

(57)

1. Tinggi dudukan kursi

Tinggi dudukan kursi ditentukan dari tinggi popliteal siswa. Ukuran Tinggi

kursi pada konsep perancangan fix diambil dari data antropometri siswa dengan

persentil 5th. Persentil 5th digunakan karena tekanan yang terjadi dibagian

bawah paha adalah salah satu penyebab ketidaknyaman. Kondisi ini muncul

bila permukaan tempat duduk terlalu tinggi letaknya. Tinggi tempat duduk

yang dapat mengakomodasi pemakai dengan tinggi popliteal terkecil juga dapat

membuat nyaman pengguna dengan tinggi popliteal lebih besar (panero &

zelnik 2003). Tinggi minimum dudukan kursi pada konsep adjustable diambil

dari persentil 5th dan tinggi maksimum diambil dari persentil 95th.

2. Panjang kursi

Panjang kursi ditentukan dari panjang popliteal siswa. Dalam hal ini ukuran

panjang kursi ditentukan dengan data antropometri siswa yang terkecil yaitu

dengan persentil 5th. Persentil 5th digunakan karena dapat mengakomodasi

jumlah terbesar pemakainya. Ukuran panjang minimum dudukan kursi siswa

pada konsep adjustable diambil dari persentil 5th dan ukuran panjang

maksimum diambil dari persentil 95th.

3. Lebar kursi

Lebar kursi ditentukan dari lebar pinggul siswa. Dalam hal ini ukuran lebar

kursi ditentukan dengan data antropometri siswa yang terbesar yaitu dengan

persentil 95th. Persentil 95th digunakan agar dapat mengakomodasi jumlah

(58)

4. Tinggi sandaran punggung kursi

Tinggi sandaran punggung ditentukan dari tinggi bahu dalam posisi duduk.

Dalam hal ini ukuran tinggi sandaran punggung kursi ditentukan dengan data

antropometri siswa yang terbesar yaitu dengan persentil 95th. Persentil 95th

digunakan agar dapat mengakomodasi jumlah terbesar pemakainya.

5. Panjang sandaran punggung kursi

Panjang sandaran punggung kursi ditentukan dari lebar sisi bahu siswa. Dalam

hal ini ukuran panjang sandaran punggung kursi ditentukan dari data

antropometri siswa yang terbesar yaitu dengan persentil 95th. Persentil 95th

digunakan agar dapat mengakomodasi jumlah terbesar pemakainya.

6. Panjang meja

Panjang meja ditentukan oleh panjang rentang siku. Dalam hal ini ukuran

panjang meja ditentukan dengan data persentil 50th siswa. Persentil 50th

digunakan agar dapat mengakomodasi keseluruhan pemakainya.

7. Lebar meja

Lebar meja ditentukan oleh panjang rentang tangan ke depan. Dalam hal ini

ukuran lebar meja ditentukan dengan data antropometri siswa rata-rata yaitu

dengan persentil 50th.

8. Tinggi meja

Tinggi meja ditentukan oleh tinggi popliteal ditambah dengan tinggi siku

dalam posisi duduk. Pada konsep fix tinggi meja diambil dari data antropometri

(59)

diambil dari persentil 5th dan penentuan tinggi maksimum diambil dari

persentil 95th.

9. Jarak laci dan Tinggi laci

Laci digunakan sebagai tempat penyimpanan tas bagi siswa. Meja dirancang

dengan membuat laci di bagian tengah hingga kebelakang meja agar tidak

mengganggu area ruang kaki saat belajar. Jarak laci terhadap area kaki

ditentukan dengan pengurangan dimensi panjang lutut dengan panjang

popliteal ditambah dengan panjang telapak tangan. Persentil yang digunakan

pada panjang lutut, panjang popliteal dan panjang telapak tangan adalah

persentil 95th, 5th dan 50th .

Rekapitulasi detail perancangan meja dan kursi beserta spesifikasinya

berdasarkan konsep fix dan konsep adjustable ditampilkan pada Tabel 5.9. Detail

gambar akhir perancangan meja dan kursi berdasarkan tingkatan pada kedua konsep

ditampilkan pada Tabel 5.10 sampai Tabel 5.11 dan gambar produk akhir setiap

(60)

Tabel 5.10 Detail Perancangan Kursi dan Meja Berdasarkan Konsep Adjustable

Detail

Tingkatan Kursi Meja

Tingkatan I

(61)

Tabel 5.10 Detail Perancangan Kursi dan Meja Berdasarkan Konsep Adjustable Lanjutan Detail

Tingkatan Kursi Meja

Tingkatan III

Tabel 5.11 Detail Perancangan Kursi dan Meja Berdasarkan Konsep Fix

Detail

Tingkatan Kursi Meja

(62)

Tabel 5.11 Detail Perancangan Kursi dan Meja Berdasarkan Konsep Fix Lanjutan Detail

Tingkatan Kursi Meja

Tingkatan II

(63)
(64)
(65)

BAB VI

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.1 Analisis Standard Nordic Questionnaire

Berdasarkan persentasi keluhan musculoskeletal disorders siswa pada Tabel

5.2 dapat diketahui bahwa keluhan sangat sakit dialami siswa pada bagian

pergelangan tangan kanan sebesar 5.9 % hal ini dikarenakan sikap belajar menulis,

menggambar dilakukan siswa dengan menggunakan tangan kanan. Keluhan ini

tergolong kecil karena sikap belajar siswa tergolong kedalam jenis pekerjaan yang

ringan dengan tugas menulis ataupun menggambar.

Berdasarkan persentasi keluhan musculoskeletal disorders siswa pada Tabel

5.2 dan Gambar 5.1 keluhan sakit sering dialami siswa pada leher bagian atas

sebesar 44 %, keluhan pada pergelangan tangan kanan sebesar 41 %, keluhan pada

punggung sebesar 33 %, dan keluhan pada tangan kanan sebesar 26 %. Keluhan

sakit pada leher bagian atas dan punggung dikarenakan posisi tubuh siswa yang

membungkuk karena meja terlalu tinggi dengan siswa. Keluhan pada pergelangan

tangan kanan dan tangan kanan dikarenakan meja terlalu tinggi sehingga lengan

atas tangan siswa naik keatas hampir sejajar saat menulis.

Berdasarkan persentasi keluhan musculoskeletal disorders siswa pada Tabel

5.2 dan Gambar 5.1, keluhan agak sakit dialami siswa pada bagian leher bagian

bawah sebesar 46 %, keluhan pada bagian punggung sebesar 43 %, keluhan pada

kaki kiri sebesar 45 % dan keluhan pada leher atas sebesar 40 %. Keluhan pada

(66)

berada dalam keadaan yang tidak seimbang hal ini dikarenakan tinggi kursi terlalu

tinggi bagi siswa. Keluhan yang dialami siswa tersebut diakibatkan oleh

ketidaksesuaian meja dan kursi sekolah dengan siswa. Ketidaksesuaian dimensi

tubuh siswa dengan tinggi meja, tinggi kursi dan panjang kursi.

6.2 Analisis Kondisi Aktual Meja dan Kursi Sekolah

Kondisi aktual meja dan kursi dianalisis untuk mendapatkan gambaran

perbaikan rancangan meja dan kursi yang ergonomis untuk siswa. Gambaran meja

dan kursi aktual ditampilkan pada Gambar 6.1 berikut.

Gambar 6.1. Meja dan Kursi Sekolah Aktual

Berdasarkan gambaran meja dan kursi aktual yang digunakan disekolah

terlihat bahwa laci meja tidak digunakan sesuai fungsinya. Siswa menyimpan atau

meletakkan tasnya pada sandaran kursi, hal ini dikarenakan tinggi laci meja tidak

(67)

Gambar 6.2 Kondisi Aktual Siswa saat Menggunakan Meja dan Kursi

Berdasarkan Gambar 6.2 tampak bahwa tinggi kursi tidak sesuai dengan

tinggi popliteal siswa (lebih tinggi) sehingga membuat posisi kaki siswa mulai dari

kelas satu hingga kelas enam berada dalam keadaan menggantung (tidak

menyentuh lantai) saat menggunakan kursi. Menurut Panero Zelnik (2003)

landasan tempat duduk yang terlalu tinggi menyebabkan paha tertekan dan

peredaran darah terhambat. Posisi kaki yang tidak menapak dengan baik diatas

permukaan lantai mengakibatkan melemahnya stabilitas tubuh. Tinggi meja

membuat lengan siswa terangkat hampir sejajar dengan bahu saat menulis hal ini

akan menyebabkan tekanan pada jaringan lengan dan mengakibatkan terhambatnya

peredaran darah, kelelahan, ketidaknyamanan, dan sakit pada bagian lengan.

Lebar kursi tidak sesuai dengan panjang popliteal siswa (lebih besar)

sehingga membuat posisi duduk siswa maju kedepan dan tidak bersandar. Menurut

Gambar

Tabel 3.2 Persentil dan Cara Perhitungan Dalam Distribusi Normal
Gambar 3.7 Pedoman Dimensi Antropometrik Untuk Desain Kursi Sekolah
Gambar 3.8 Susunan Tulang Belakang (Columna Vertebra)
Gambar 3.9 Chart Desain Produk Ergonomis Berdasar Antropometri
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada masa sekarang ini tentu kita tahu bahwa perkembangan game sangatlah pesat, hampir semua kalangan suka bermain game dari mulai anak anak sampai orang dewasa sekalipun suka

sekurangnya salah satu dari zat gizi mikro (seng, vitamin A, vitamin B12) Yusnaini Pengaruh konsumsi jambu biji ( psidium guajava ) terhadap perubahan kadar hemoglobin pada

helm berstandar SNI saat mengendarai sepeda motor pada jarang &gt; 100m, 56% memasang spion sesuai standar, 74% menggunakan knalpot sesuai standar dan 77% menggunakan

Secara substansi penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana penerapan klausula eksonerasi dalam perjanjian telekomunikasi tersebut serta bagaimana perlindungan

Hariyono (2012) yang menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara stres kerja dengan kelelahan kerja perawat di Rumah Sakit Islam Yogyakarta PDHI dengan taraf signifikan

of maintaining harmony among religions Indonesia is a multicultural especially. dakam religion make Indonesia become very vulnerable to

Khalayak sasaran adalah petani (Kelompok Tani) di Kelurahan Talang Keramat. LPM menurunkan Tim Pengabdian yang akan melakukan kegiatan bagi petani. Kegiatan ini berupa

Dalam bagian ini dibahas tentang data yang dianalisis, mengestimasi model rataan dan volatilitas return indeks pasar, mengestimasi regresi CAPM terdistribusi