• Tidak ada hasil yang ditemukan

REDESAIN MEJA DAN KURSI BERDASARKAN ANTROPOMETRI: KASUS SD NEGERI X

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "REDESAIN MEJA DAN KURSI BERDASARKAN ANTROPOMETRI: KASUS SD NEGERI X"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

47

REDESAIN MEJA DAN KURSI BERDASARKAN ANTROPOMETRI:

KASUS SD NEGERI X

Silvia

1

, A. Rahim Matondang

2

, Listiani Nurul Huda

2

Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara Jl. Almamater Kampus USU, Medan 20155

Email: silvia.zhang91@gmail.com1 Email:

listiani@usu.ac.id

2

Abstrak. Perabot kelas terdiri dari meja dan kursi, merupakan fasilitas fisik yang penting karena aktivitas belajar siswa banyak dihabiskan di dalam kelas. Antropometri merupakan faktor penting dalam perancangan perabot kelas agar pengguna memiliki sikap duduk yang baik. Penelitian berlokasi di salah satu SD negeri di Kota Medan. Sikap duduk siswa tidak nyaman dengan batang tubuh membungkuk 12 sampai 30, tinggi kursi lebih tinggi 1cm sampai 13cm dari tinggi popliteal siswa, 50% siswa memiliki posisi bahu terangkat (berkontraksi), dan jarak baca 100 % siswa dengan meja kurang dari 15cm. Penelitian menggunakan Standard Nordic Questionnaire (SNQ) untuk mengidentifikasi keluhan yang dirasakan siswa dan penilaian postur duduk menggunakan metode RULA. Keluhan sakit paling besar pada bagian leher (22,7%), lengan bawah (28,22%), bahu (22,08%), dan punggung (20,25%). Postur duduk siswa memiliki skor 6 sampai 7 (diperlukan tindakan segera dan sekarang juga). Data antropometri siswa yang dikumpulkan yaitu tinggi bahu duduk, tinggi siku duduk, tebal paha, panjang popliteal, lebar bahu, lebar pinggul, dan panjang lengan bawah. Data tersebut diuji dan dilakukan perhitungan persentil 5th, 50th, dan 95th. Redesain meja dan kursi menggunakan prinsip perancangan ukuran fixed yaitu tinggi duduk kursi dan tinggi meja diturunkan masing-masing 36% dan 46% dari tinggi yang digunakan. Hasil redesain menurunkan risiko postur menjadi level risiko bernilai 3 dengan kategori diperlukan tindakan beberapa waktu ke depan. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambahkan analisis dari segi aspek manufaktur dan studi kelayakan terhadap hasil redesain.

Kata kunci: Meja, Kursi, Sekolah Dasar, Antropometri, SNQ, RULA

Abstract. Class furniture (table and chair) is an important physcical facility because students spent most of their time in classroom. Anthropometry is a crucial factor that need to be considered in designing class furniture. Anthropometry is used so it can facilitate students with a proper seating posture. The research take place in one of the government primary school in Medan. Observation shows that students have improper seating postures, such as forward bend back 12 to 30, chairs height higher 1cm to 13cm from students’ popliteal height, 50% have contraction shoulders, and 100% students have reading distance least than 15cm. This research uses Standard Nordic Questionnaire (SNQ) to identificate pain that the students feel and RULA method to analyze seating postures. Most pain is at the neck (22,7%), lower arm (28,22%), shoulder (22,08%), and back (20,25%). Students seating postures are analyzed using RULA method with score 6 to 7 (action soon and now). The anthropometry dimensions used are shoulder seating height, elbow seating height, hip breadth, popliteal length, shoulder breadth, waist breadth, and lower arm length. These data are then used to calculate percentile 5th, 50th, and 95th. Redesign of the class furniture uses principles of design with fixed dimensions. After redesign chair height is reduced 36% from the actual height, and table height is reduced 46% from the actual height. The risk level is decreased to 3 which means that students’ seating posture has low risk level. Further research is to add manufacture and feasibility study in the redesign.

Keyword: Table, Chair, Primary School, Anthropometry, SNQ, RULA

1

Mahasiswa Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

(2)

48

1. PENDAHULUAN

Perabot kelas merupakan fasilitas fisik yang penting karena aktivitas belajar siswa banyak dihabiskan di dalam kelas seperti membaca, menggambar, menulis dan kegiatan lainnya. Sekolah harus menyediakan perabot kelas yang dapat memenuhi kebutuhan siswa karena jika digunakan perabot kelas yang memiliki rancangan tidak baik dalam jangka waktu lama dapat memberikan dampak buruk terhadap kesehatan siswa.

Data antropometri adalah kumpulan dimensi tubuh manusia yang digunakan untuk menentukan dimensi fisik tempat kerja, peralatan, perabot, dan pakaian. Pengukuran antropometri merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam perancangan perabot kelas guna menentukan dimensi perabot kelas yang tepat dan dapat memfasilitasi pengguna dengan sikap duduk yang baik. Pheasant (2003) mengemukakan bahwa fungsi dari perabot kursi adalah untuk menunjang postur agar stabil dan nyaman digunakan pada beberapa waktu, dan sesuai dengan aktivitas atau tugas yang akan dikerjakan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Shivarti (2012), penelitian menemukan adanya ketidaksesuaian tinggi kursi, kedalaman kursi, dan tinggi meja yang ada di sekolah terhadap dimensi antropometri siswa seperti tinggi popliteal, panjang popliteal, dan tinggi siku duduk. Ketidaksesuaian ini dapat menyebabkan bagian bawah paha tertekan dan mengganggu sirkulasi darah. Sirkulasi darah berfungsi dalam menyalurkan oksigen dan jika terganggu, bagian paha akan merasakan gejala kram.

Qutubuddin (2013) juga melakukan penelitian dan menemukan bahwa rancangan dimensi meja seharusnya ditentukan berdasarkan jangkauan lengan minimum, tinggi siku duduk dan panjang lengan. Penyangga kaki meja dan kursi seharusnya dapat digeser ke atas dan bawah.

Penerapan ilmu ergonomi dan antropometri dalam perancangan tempat kerja dan lingkungan kerja ditunjukkan dengan dilakukannya analisis perabot sekolah di salah satu sekolah dasar negeri Medan. Tempat belajar siswa harus dirancang dengan memperhatikan kenyamanan tubuh agar dapat menunjang proses belajar secara efektif dimana siswa berada dalam posisi duduk di sekolah untuk jangka waktu yang cukup lama sekitar 3 jam 45 menit dengan waktu istirahat 2 kali 15 menit dalam sehari. Studi pendahuluan dilakukan dan ditemukan adanya ketidaksesuaian dimensi meja dan kursi dengan dimensi antropometri siswa.

Fenomena awal yang terlihat adalah sikap duduk siswa ketika melakukan kegiatan dengan meja dan kursi kelas yang tidak nyaman seperti posisi membungkuk, kaki siswa yang menggantung, dan bahu yang terangkat. Jarak baca siswa sangat dekat dengan meja dimana jarak baca yang diusulkan minimum 30

cm. Hampir 100% siswa kelas I sampai kelas V yang memiliki jarak baca di bawah 30 cm. Meja yang digunakan untuk siswa kelas I memiliki tinggi 76 cm dan tinggi mata duduk siswa (sitting eye height) rata-rata 88 cm. Siswa kelas I dan II dengan persentase 60% lebih sering berdiri untuk menulis, menggambar, dan melakukan aktivitas lainnya yang membutuhkan meja. Hal ini disebabkan oleh jarak meja dengan tinggi mata duduk mereka kurang dari 15 cm sehingga siswa tersebut sulit untuk melihat buku di meja dalam keadaan duduk. Kaki siswa yang menggantung akibat tingginya tinggi duduk kursi dapat mengakibatkan penekanan sirkulasi darah di bagian kaki. Keseluruhan siswa kelas I dan kelas II menggunakan kursi dengan kaki tidak berpijak ke lantai. Penggunaan meja dengan bahu terangkat terlihat sebanyak 50% pada siswa kelas I. Selain observasi visual, siswa diberikan pertanyaan mengenai keluhan yang dirasakan ketika sedang belajar menggunakan meja dan kursi kelas. Persentase siswa kelas III diperoleh 50% merasakan sakit di bagian leher atas, siku, lengan bawah, paha dan bagian betis. Adanya fenomena tersebut mendorong untuk dilakukannya penelitian mengenai kesesuaian ukuran meja dan kursi berdasarkan antropometri siswa.

2. METODE PENELITIAN

2.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di salah satu Sekolah Dasar Negeri X di Kota Medan, Sumatera Utara. Penelitian ini dimulai pada tahun 2013 sampai awal tahun 2014.

2.2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang diamati adalah keseluruhan siswa kelas I yang berumur 4 sampai 5 tahun di Sekolah Dasar Negeri X Medan. Hal ini dilakukan karena jumlah keseluruhan siswa di kelas dapat diamati dan diteliti dengan baik. Jumlah populasi pada penelitian ini adalah 31 siswa kelas I Sekolah Dasar Negeri X Medan.

2.3. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Human Body Martin berfungsi untuk mengukur dimensi tubuh, kursi antropometri untuk mengukur dimensi tubuh dalam posisi duduk, timbangan untuk mengukur berat badan, meteran untuk mengukur dimensi meja dan kursi sekolah serta dimensi tubuh, goniometer untuk mengukur sudut inklinasi tubuh, kamera untuk mengambil foto postur tubuh, dan kuisioner SNQ untuk mengetahui keluhan yang dialami oleh siswa.

(3)

49

2.4. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Prosedur dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Studi pustaka pemahaman dan pembelajaran lebih

dalam terhadap redesain produk secara ergonomis. Teori ini diperoleh dari buku, jurnal penelitian dan draft tugas sarjana yang berhubungan dengan topik penelitian.

2. Studi pendahuluan dengan wawancara dan pengamatan langsung terhadap siswa ketika sedang belajar untuk mengetahui adanya gejala keluhan muskuloskeletal dari siswa serta untuk mengetahui kesesuaian meja dan kursi sekolah dengan dimensi tubuh siswa.

3. Identifikasi masalah untuk mengetahui pentingnya desain meja dan kursi sekolah yang ergonomis bagi siswa.

4. Perumusan masalah yang ditemukan dalam penelitian berupa adanya keluhan muskuloskeletal yang dialami siswa yang disebabkan oleh postur tubuh siswa ketika menggunakan meja dan kursi siswa yang tidak ergonomis.

5. Penentuan tujuan dan manfaat penelitian perancangan ulang meja dan kursi sekolah secara ergonomis berdasarkan antropometri tubuh siswa sekolah dasar. Sedangkan mamfaat penelitian agar hasil redesain meja dan kursi sekolah dapat digunakan dengan lebih efektif, nyaman, aman, sehat, dan efisien.

6. Pengumpulan data untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian.

7. Pengolahan data mulai dari tahap awal pengolahan data berupa tabulasi data Standard Nordic Questionnaire sampai dengan dihasilkannya hasil rancangan usulan meja dan kursi sekolah.

8. Analisis pemecahan masalah untuk mengetahui apakah hasil rancangan telah mencapai hasil rancangan maksimal yang sesuai dengan prinsip ergonomi.

9. Kesimpulan hasil akhir dari penelitian dan acuan bagi penelitian selanjutnya serta saran yang dianggap penting bagi pihak yang bersangkutan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Analisis Standard Nordic Questionnaire

Kuisioner SNQ merupakan tools yang digunakan untuk mengidentifikasi keluhan yang dirasakan siswa pada 28 bagian tubuh yang ditanyakan dalam kuisioner. Skala pada kuisioner ada 4 yaitu “tidak sakit”, “agak sakit”, “sakit”, dan “sangat sakit”. Kuisioner dibagikan kepada seluruh siswa di SDN X dari kelas I sampai kelas VI. Anggota tubuh yang paling sering mengalami keluhan yang dirasakan siswa ada 8 bagian tubuh yaitu leher bagian atas, leher bagian bawah, bahu kanan, punggung, lengan bawah kanan,

paha kanan, betis kiri, dan betis kanan. Keluhan rasa sakit ini merupakan keluhan yang dirasakan ketika sedang belajar menggunakan meja dan kursi kelas (Tabel 1).

Tabel 1 menunjukkan persentase keluhan pada bagian tubuh yang mengalami MSDs paling tinggi. Keluhan pada bagian kaki siswa akibat dari tinggi kursi yang lebih tinggi menyebabkan kaki siswa menggantung di udara dan memberikan tekanan pada paha. Tempat duduk yang terlalu dalam menyebabkan siswa duduk dengan posisi betis tertekan oleh kursi yang dapat dilihat dari keluhan sakit pada betis kiri dan betis kanan. Ukuran meja kelas yang tidak sesuai dengan dimensi tubuh siswa juga merupakan penyebab rasa sakit yang sering dialami siswa. Tinggi meja yang terlalu tinggi menyebabkan siswa menulis dengan bahu dan lengan atas terangkat. Siswa sering mengalami keluhan sangat sakit di bagian bahu kanan dan lengan atas kanan. Kebanyakan siswa di SDN X menulis menggunakan tangan kanan sehingga keluhan sakit pada lengan bawah kanan sering dialami siswa. Selain itu, tinggi meja yang terlalu tinggi menyebabkan kepala siswa sering diangkat dan hal itu menyebabkan keluhan sakit di leher bagian atas dan leher bagian bawah. Tinggi meja yang terlalu tinggi juga berdampak pada keluhan sangat sakit di punggung karena terlalu tinggi sehingga siswa tidak dapat menulis sambil bersandar pada kursi. Meja yang terlalu rendah juga dapat menyebabkan posisi siswa membungkuk yang juga faktor penyebab rasa sakit di punggung.

Tabel 1 Persentase Keluhan Musculoskeletal Disorders Tertinggi

No.

Keluhan Jenis Keluhan

Keluhan Agak Sakit

(%)

Keluhan Sakit (%)

0 Sakit di leher bagian

atas 20,9 17,2

1 Sakit di leher bagian

bawah 20,9 13,5

3 Sakit di bahu kanan 16,0 8,6

5 Sakit di punggung 17,8 14,1

13 Sakit di lengan bawah

kanan 28,2 11,0

19 Sakit di paha kanan 28,2 14,7

22 Sakit di betis kiri 20,2 14,7

23 Sakit di betis kanan 18,4 14,7

3.2. Analisis Postur Duduk Siswa

Posisi duduk yang diambil untuk dinilai menggunakan metode RULA adalah posisi duduk yang paling sering dilakukan oleh siswa dan paling ekstrim untuk skor RULA. Rapid Upper Limb Assessment adalah penilaian yang difokuskan pada bagian atas tubuh

(4)

50

sehingga sesuai untuk kegiatan aktivitas belajar di sekolah yang menggunakan meja dan kursi untuk menulis, membaca, menggambar, dan lainnya. Gambaran dan penilaian model siswa saat menggunakan meja dan kursi hasil perancangan dapat dilihat pada Tabel 2.

Skor RULA yang ditunjukkan pada Tabel 2 mengusulkan agar dilakukan tindakan perbaikan terhadap postur siswa kelas I sampai kelas VI. Adanya keluhan sakit yang teridentifikasi terjadi pada siswa dan dengan hasil penilaian postur yang nilainya tinggi antara 6-7 maka perbaikan rancangan terhadap meja dan kursi kelas harus dilakukan.

Tabel 2 Penilaian Postur Tubuh Siswa Menggunakan Hasil Perancangan

Skor RULA Level Tindakan

7 Investigate and implement change

(Diperlukan tindakan sekarang juga)

7 Investigate and implement change

(Diperlukan tindakan sekarang juga)

6 Further investigation, change soon

(Diperlukan tindakan segera)

7 Investigate and implement change

(Diperlukan tindakan sekarang juga)

7 Investigate and implement change

(Diperlukan tindakan sekarang juga)

7 Investigate and implement change

(Diperlukan tindakan sekarang juga) Penilaian RULA dengan nilai 6-7 memiliki level risiko tinggi yaitu risko akibat postur duduk siswa dengan punggung membungkuk. Grandjean (2009) mengemukakan bahwa postur duduk dengan posisi punggung tegak menyebabkan tekanan diantara lumbar 3 dan lumbar 4 sebesar 140% sedangkan tekanan sebesar 190% terjadi ketika postur duduk membungkuk ke depan. Semakin besar sudut yang dibentuk ketika duduk akan menyebabkan tekanan pada lumbar semakin kecil. Penekanan pada lumbar dapat mengakibatkan risiko cedera tulang belakang. Postur bahu siswa yang terangkat ke atas akibat tinggi meja yang tidak sesuai menyebabkan skor RULA yang diperoleh besar. Hal ini disebabkan kontraksi dari otot trapezius ketika posisi bahu terangkat sebesar 20% sedangkan ketika posisi bahu normal hanya 1% otot yang berkontraksi. Semakin besar kontraksi yang dilakukan otot, maka semakin banyak pembakaran energi yang terjadi sehingga siswa akan cepat merasakan sakit pada bagian bahu.

3.3. Analisis Pengolahan Data Antropometri

Salah satu faktor yang mempengaruhi antropometri tubuh adalah faktor umur yang diketahui bahwa umur setiap siswa berbeda untuk tingkatan yang berbeda pula. Akan tetapi, ukuran meja dan kursi

yang disediakan untuk siswa kelas I memiliki jenis dan ukuran yang sama. Ketidaksesuaian antara ukuran meja dan kursi kelas dengan dimensi antropometri siswa dihitung menggunakan persamaan yang dikemukakan oleh Parcells. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Ketidaksesuain Ukuran Meja dan Kursi

Dimensi Kelas Dimensi

(cm) Sebelum Redesain Setelah Redesain Kedalaman Kursi I 28,24 Tidak Sesuai Sesuai II 29,35 Tidak Sesuai Sesuai III 29,90 Tidak Sesuai Sesuai IV 30,96 Sesuai Sesuai V 32,28 Tidak Sesuai Sesuai VI 34,04 Sesuai Sesuai Tinggi Duduk I 24,97 Tidak Sesuai Sesuai II 31,44 Tidak Sesuai Sesuai III 30,35 Tidak Sesuai Sesuai IV 31,41 Tidak Sesuai Sesuai V 32,73 Tidak Sesuai Sesuai VI 34,49 Tidak Sesuai Sesuai Panjang Kursi I 27,05 Tidak Sesuai Sesuai II 30,22 Tidak Sesuai Sesuai III 28,15 Tidak Sesuai Sesuai IV 30,72 Tidak Sesuai Sesuai V 34,31 Tidak Sesuai Sesuai VI 32,93 Tidak Sesuai Sesuai Tinggi Meja I 41,23 Tidak Sesuai Sesuai II 49,02 Tidak Sesuai Sesuai III 48,30 Tidak Sesuai Sesuai IV 47,55 Tidak Sesuai Sesuai V 50,50 Tidak Sesuai Sesuai VI 51,84 Tidak Sesuai Sesuai

Hasil perhitungan pada Tabel 3 menunjukkan bahwa dimensi meja dan kursi yang sekarang digunakan pada SD Negeri X tidak disesuaikan dengan kebutuha dimensi tubuh anak. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dimensi meja dan kursi yang sesuai untuk siswa sekolah dasar.

(5)

51

Perancangan ulang meja dan kursi kelas dengan menggunakan prinsip perancangan fixed berdasarkan antropometri menggunakan sistem persentil untuk menentukan ukuran yang akan dirancang.

Untuk tinggi duduk, persentil 5th tinggi popliteal yang disarankan agar dapat mengakomodasi siswa-siwa bertubuh pendek menggunakan kursi kelas dengan nyaman. Persentil 5th juga digunakan pada dimensi panjang popliteal dalam menentukan ukuran kedalaman kursi; tinggi bahu duduk untuk ukuran tinggi kursi. Sedangkan untuk merancang panjang kursi menggunakan persentil 95 th sehingga dapat mengakomodasi lebih banyak siswa terutama siswa yang gemuk. Rancangan ulang meja dan kursi kelas yang akan digunakan siswa SDN X berdasarkan kriteria: 1. Tinggi duduk, diperbolehkan maksimal berdasarkan nilai persentil 5th tinggi popliteal dan ditambahkan kelonggaran 0,45 cm untuk tinggi hak sepatu siswa. 2. Kedalaman kursi, tidak boleh melebihi ukuran

panjang popliteal dari siswa yang paling pendek sehingga digunakan persentil 5th.

3. Panjang kursi, ditentukan menggunakan lebar pinggul siswa yang paling besar. Panjang kursi harus cukup lebar untuk mengakomodasi paha dan pakaian siswa dan juga kenyamanan dari anggota tubuh lengan. Thariq merekomendasikan persentil 95 th ditambahkan 15% kelonggaran untuk pakaian.

4. Tinggi kursi, menggunakan persentil 5th dari tinggi bahu duduk siswa.

5. Lebar sandaran kursi, menggunakan persentil 95th dari lebar bahu siswa. Apabila lebar bahu lebih kecil dari panjang kursi maka disamakan dengan panjang kursi.

6. Tinggi meja, tinggi maksimum meja = tinggi duduk + tinggi fungsional siku + kelonggaran 0,45 cm untuk hak sepatu. Tinggi fungsional siku = 0,8517 (persentil 5th dari tinggi siku duduk) + 0,1483 (persentil 5th dari tinggi bahu duduk)

7. Panjang meja, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 32 Tahun 2011 tentang standar dan spesifikasi teknis rehabilitasi ruang kelas rusak, pembangunan ruang kelas baru beserta

perabotnya, dan pembangunan ruang

perpustakaan beserta perabotnya untuk SD/SDLB kategori meja dengan siswa ganda adalah 120 cm. 8. Kedalaman meja, panjang lengan bawah digunakan

untuk menentukan dimensi kedalaman kursi dengan prinsip perancangan rata-rata persentil 50th.

9. Tinggi laci, sekurang-kurangnya 2 cm lebih tinggi dari tinggi duduk ditambahkan dengan tebal paha siswa.

Spesifikasi ukuran meja dan kursi untuk siswa kelas I dengan prinsip perancangan fixed dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Spesifikasi Ukuran Meja dan Kursi Kelas Fixed

Kelas Dimensi Ukuran

(cm) Gambar I Tinggi Kursi 58,27 Kedalaman Kursi 28,24 Tinggi Duduk 24,97 Panjang Kursi 27,05 Lebar Sandaran 27,84 Tinggi Meja 41,23 Panjang Meja 120 Lebar Meja 29,55 Tinggi Laci 33,30

Tindakan merancang ulang meja dan kursi kelas berdasarkan antropometri siswa sehingga diharapkan dapat meminimalisasi ketidaksesuaian dimensi tubuh siswa dengan dimensi meja dan kursi. Sudut tubuh yang dibentuk siswa dengan menggunakan meja dan kursi hasil redesain disimulasikan kembali menggunakan AutoCAD.

Lengan atas siswa membentuk sudut 13, lengan bawah 7, pergelangan tangan 35, leher dan punggung 0. Berdasarkan data sudut postur tubuh siswa tersebut, level risiko kegiatan dinilai dengan metode RULA dan diperoleh nilai 3 (level risiko kecil) dan kategori tindakan yaitu diperlukan tindakan beberapa waktu ke depan. Pada saat menulis menggunakan meja dan kursi hasil redesain, posisi tubuh siswa tidak membungkuk dan bahu siswa tidak terangkat. Tekanan yang diberikan pada lumbar tulang belakang menurun menjadi 140% dan otot trapezius yang berkontraksi menjadi 1% sehingga siswa tidak merasakan keluhan sakit pada bagian tubuh setelah belajar.

4. KESIMPULAN

Kesimpulan dari hasil redesain meja dan kursi kelas berdasarkan antropometri diperoleh postur duduk siswa saat menggunakan meja dan kursi kelas sebelum redesain memiliki skor RULA 6-7 dengan kategori tindakan perbaikan segera atau sekarang juga, sedangkan postur duduk siswa ketika menggunakan meja dan kursi hasil redesain berkurang menjadi skor RULA 3 yang secara teoritis merupakan level risiko rendah dengan kategori tindakan beberapa waktu ke

(6)

52

depan. Ukuran meja dan kursi sebelum redesain tidak sesuai dengan dimensi antropometri siswa sekolah dasar menurut persamaan Parcell.

DAFTAR PUSTAKA

Grandjean, E. dan K. H. E. Kroemer. 2009. Fitting The Task to The Human. Edisi Kelima. London: Taylor & Francis.

Grimes, P. dan S. Legg. (2004), “Musculoskeletal Disorders (MSD) in Students As a Risk Factor for Adult MSD: A Review of The Multiple Factors Affecting Posture, Comfort and Health in Classroom Environments”, Journal of the Human-Environmental System, Vol. 7.

Hartono, Markus. 2012. Panduan Survei Data Antropometri. Surabaya: Jurusan Teknik Industri, Universitas Surabaya.

Ismaila, S. O. Et al, (2013), “Anthropometric Design of Furniture for Use in Tertiary Institutions in Abeokuta, South-Western Nigeria”, Engineering Review, Vol. 33.

Parcells, Claudia et al, (1999), “Mismatch of Classroom Furniture and Student Body Dimensions”, Journal Of Adolescent Health, Vol. 24.

Pheasant, Stephen. 2003. Bodyspace Antropometry, Ergonomics and the Design of Work. Second Edition. United States: Taylor & Francis e-Library.

Qutubuddin et al, (2013), “Anthropometric Consideration for Designing Student Desks in Engineering Colleges”, International Journal of Current Engineering and Technology.

Roebuck, J. A. et al. 1975. Engineering Anthropometry Methods. New York: John Wiley & Sons. Shivarti et al, (2012), “Design Compability of Classroom

Furniture in Urban and Rural Preschools”, IOSR Journal Of Humanities And Social Science (JHSS), Vol. 6.

Sinulingga, Sukaria. 2011. Metode Penelitian. Edisi Pertama. Medan: USU Press.

Gambar

Tabel  1  menunjukkan  persentase  keluhan  pada  bagian  tubuh  yang  mengalami  MSDs  paling  tinggi
Tabel 2 Penilaian Postur Tubuh Siswa Menggunakan   Hasil Perancangan

Referensi

Dokumen terkait

Secara substansi penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana penerapan klausula eksonerasi dalam perjanjian telekomunikasi tersebut serta bagaimana perlindungan

Website ini juga menyediakan informasi mengenai program-program yang ditawarkan, jadwal, biaya yang dikenakan pada tiap levelnya, serta informasi lainnya. Berdasarkan atas

[r]

Pada masa sekarang ini tentu kita tahu bahwa perkembangan game sangatlah pesat, hampir semua kalangan suka bermain game dari mulai anak anak sampai orang dewasa sekalipun suka

Khalayak sasaran adalah petani (Kelompok Tani) di Kelurahan Talang Keramat. LPM menurunkan Tim Pengabdian yang akan melakukan kegiatan bagi petani. Kegiatan ini berupa

Sentuhan ringan mencakup pijatan sangat ringan yang bisa membuat bulu-bulu halus berdiri dengan mengelus permukaan luar lengan ibu, mulai dari tangan sampai siku

Tambang, iarbon ofset) berbasis pada iomoditas eisport. • Kepentingan iaum iapitalisme di indonesia masih mengunaian sistem sosial yang feodalisme dimana monopoli tanah merupaian

Hal ini menunjukkan bahwa Semakin tinggi dosis pupuk kandang ayam Peningkatan C- Organik tersebut mungkin disebabkan oleh kadar C-Organik yang terkandung dalam