• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bronchopneumonia Pada Anak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bronchopneumonia Pada Anak"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BRONCHOPNEUMONIA PADA ANAK

BRONCHOPNEUMONIA PADA ANAK

I.

I.

DEFINISI

DEFINISI

Pneumonia adalah : pr

Pneumonia adalah : proses infeksi ak

oses infeksi akut yang

ut yang mengenai jaringan par

mengenai jaringan paru-paru (alveoli).

u-paru (alveoli).

Berdasarkan letak anatomis dibagi menjadi 3 yaitu pneumonia lobaris, pneumonia

Berdasarkan letak anatomis dibagi menjadi 3 yaitu pneumonia lobaris, pneumonia

lobularis (bronchopneumonia) dan

lobularis (bronchopneumonia) dan pneumonia interstitialis (bronkiolitis).

pneumonia interstitialis (bronkiolitis).

Bronchopneumonia adalah proses infeksi akut yang menyerang bronkus paru.

Bronchopneumonia adalah proses infeksi akut yang menyerang bronkus paru.

II.

II.

ETIOLOGI

ETIOLOGI

1.

1. Bakteri : Pneumokokus merupakan penyebab utama pneumonia, dimana pada anak-

Bakteri : Pneumokokus merupakan penyebab utama pneumonia, dimana pada

anak-anak serotipe 14, 1, 6, dan 9, Streptokokus dimana pada anak-anak-anak-anak dan bersifat

anak serotipe 14, 1, 6, dan 9, Streptokokus dimana pada anak-anak dan bersifat

progresif, Stafilokokus, H. Influenza, Klebsiela, M. Tuberkulosis, Mikoplasma

progresif, Stafilokokus, H. Influenza, Klebsiela, M. Tuberkulosis, Mikoplasma

pneumonia.

pneumonia.

2.

2.  Virus : Virus adeno, Virus pa

 Virus : Virus adeno, Virus parainfluenza, Virus influenza, Virus respiratori

rainfluenza, Virus influenza, Virus respiratori sinsisial.

sinsisial.

3.

3. Jamur : Kandida, Histoplasma, Koksidioides.

Jamur : Kandida, Histoplasma, Koksidioides.

4.

4. Protozoa : Pneumokistis karinii.

Protozoa : Pneumokistis karinii.

5.

5. Bahan kimia :

Bahan kimia :

a.

a.  Aspirasi maka

 Aspirasi makanan/susu/isi lambung

nan/susu/isi lambung

 b.

 b. Keracunan hidrokarbon (minyak tanah, bensin, dan sebagainya).

Keracunan hidrokarbon (minyak tanah, bensin, dan sebagainya).

III.

III.

PATOFISIOLOGI

PATOFISIOLOGI

Terjadinya pneumonia tergantung kepada virulensi MO, tingkat kemudahan dan luasnya

Terjadinya pneumonia tergantung kepada virulensi MO, tingkat kemudahan dan luasnya

daerah paru yang terkena serta penurunan daya tahan tubuh. Pneumonia dapat terjadi

daerah paru yang terkena serta penurunan daya tahan tubuh. Pneumonia dapat terjadi

pada orang normal tanpa kelainan imunitas yang jelas. Factor predisposisi antara lain

pada orang normal tanpa kelainan imunitas yang jelas. Factor predisposisi antara lain

 berupa

 berupa kebiasaan

kebiasaan merokok,

merokok, pasca

pasca infeksi

infeksi virus,

virus, penyakit

penyakit jantung

jantung kronik,

kronik, diabetes

diabetes

mellitus, keadaan imunodefisiensi, kelainan atau kelemahan struktur organ dada dan

mellitus, keadaan imunodefisiensi, kelainan atau kelemahan struktur organ dada dan

penurunan kesadaran. Juga adanya tindakan invasife: infuse, intubasi, trakeostomi,

penurunan kesadaran. Juga adanya tindakan invasife: infuse, intubasi, trakeostomi,

(2)

pemasangan ventilator. Lingkungan tempat tinggal, misalnya dip anti jompo,

pemasangan ventilator. Lingkungan tempat tinggal, misalnya dip anti jompo,

penggunaan antibiotic, dan obat suntik IV serta keadaan alkoholik meningkatkan

penggunaan antibiotic, dan obat suntik IV serta keadaan alkoholik meningkatkan

kemungkinan terinfeksi kuman gram negative.

kemungkinan terinfeksi kuman gram negative.

Pneumonia diharapkan akan sembuh setelah terapi 2-3 minggu. Bila lebih lama perlu

Pneumonia diharapkan akan sembuh setelah terapi 2-3 minggu. Bila lebih lama perlu

dicurigai adanya infeksi kronik oleh bakteri anaerob atau non bakteri seperti oleh jamur,

dicurigai adanya infeksi kronik oleh bakteri anaerob atau non bakteri seperti oleh jamur,

mikrobakterium atau parasit.

mikrobakterium atau parasit.

IV.

IV.

TANDA DAN GEJALA 

TANDA DAN GEJALA 

Gejala

Gejala

Bakterial/

Bakterial/ Tipikal

Tipikal

No

Non

n bacterial/Atipikal

bacterial/Atipikal

Pola

Pola campuran

campuran

Foto dada

Foto dada

Lebih tua

Lebih tua

Cepat

Cepat

Konstitusional dan

Konstitusional dan

respirasi

respirasi

Produktif

Produktif

Purulen/berdarah

Purulen/berdarah

Sering

Sering

Sering

Sering

Segmen/lobar

Segmen/lobar

Bakteri

Bakteri

Muda

Muda

Lebih lambat

Lebih lambat

Konstitusional

Konstitusional

Tidak

Tidak

 Negatif/mukoid

 Negatif/mukoid

Jarang

Jarang

Jarang

Jarang

Tidak ada Interstitial,

Tidak ada Interstitial,

difus

difus

Mikoplasma/virus/ jamur

Mikoplasma/virus/ jamur

Lebih tua

Lebih tua

Cepat

Cepat

Konstitusional

Konstitusional

Tidak menonjol

Tidak menonjol

Dapat purulen

Dapat purulen

Sering

Sering

Jarang

Jarang

Ringan, Var:

Ringan, Var:

Patchy infiltrate.

Patchy infiltrate.

Bakteri-presentasi

Bakteri-presentasi

atipikal,

atipikal,

tuberculosis,

tuberculosis,

legionella, klamida

legionella, klamida

(3)

 V.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 

1.  Anamnesis,

Setiap anak dengan batuk, sesak nafas yang timbulnya tidak mendadak, demam,

harus dicurigai pneumonia.

2. Pemeriksaan fisik,

Dapat ditemukan sesak nafas (dispnue), nafas cepat (takipnue), nafas cuping hidung,

sianosis. Pada paru terdapat retraksi dinding dada, perkusi sonor sampai redup relatif,

suara nafas vesikuler atau subbronkhial sampai bronchial, ronki basah halus nyaring

atau krepitasi.

3. Laboratorium,

Darah pada pneumonia bakteri menunjukkan jumlah lekosit meningkat, dengan

hitung jenis bergeser ke kiri. Analisis gas darah, pO

2

turun (ada hipoksia), dapat asidosis

(respiratorik).

 VI.

TERAPI MEDIS

Pada penyakit yang ringan, mungkin virus tidak perlu antibiotic. Pada penderita

 yang rawat inap (penyakit berat) harus segera diberi antibiotic. Pemilihan jenis

antibiotic didasarkan atas umur, keadaan umum penderita dan dugaan kuman

penyebab.

Umur 3 bulan-5 tahun, bila toksis mungkin disebabkan oleh Streptokokus pneumonia,

Hemofilus influenza atau Stafilokokus. Pada umumnya tidak dapat diketahui kuman

penyebabnya, maka secara praktis dipakai :

Kombinasi :

Penisilin prokain 50.000-100.000 KI/kg/24jam IM, 1-2 kali sehari, dan Kloramfenikol

50-100 mg/kg/24 jam IV/oral, 4 kali sehari.

 Atau kombinasi :

 Ampisilin 50-100 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari dan Kloksasilin 50 mg/kg/24 jam

IM/IV, 4 kali sehari.

 Atau kombinasi :

Eritromisin 50 mg/kg/24 jam, oral, 4 kali sehari dan Kloramfenikol (dosis sda).

Umur < bulan, biasanya disebabkan oleh : Streptokokus pneumonia, Stafilokokus atau

Entero bacteriaceae.

Kombinasi :

Penisilin prokain 50.000-100.000 KI/kg/24jam IM, 1-2 kali sehari, dan Gentamisin 5-7

mg/kg/24 jam, 2-3 kali sehari.

 Atau kombinasi :

Kloksasilin 50 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari dan Gentamisin 5-7 mg/kg/24 jam,

2-3 kali sehari.

Kombinasi ini juga diberikan pada anak-anak lebih 3 bulan dengan malnutrisi berat

atau penderitaimmunocompromized.

 Anak-anak > 5 tahun, yang non toksis, biasanya disebabkan oleh :

(4)

-

Penisilin prokain IM atau

-

Fenoksimetilpenisilin 25.000-50.000 KI/kg/24 jam oral, 4 kali sehari atau

-

Eritromisin (dosis sda) atau

-

Kotrimoksazol 6/30 mg/kg/24 jam, oral 2 kali sehari.

Mikoplasma pneumonia : Eritromisin (dosis sda).

Bila kuman penyebab dapat diisolasi atau terjadi efek samping obat (misalnya alergi)

atau hasil pengobatan tidak memuaskan, perlu dilakukan reevaluasi ap akah perlu dipilih

antibiotic lain.

Lamanya pemberian antibiotic bergantung pada :

-

kemajuan klinis penderita

-

 jenis kuman penyebab

Indikasi rawat inap :

1.  Ada kesukaran napas, toksis.

2. Sianosis

3. Umur kurang dari 6 bulan

4.  Adanya penyulit seperti empiema

5. Diduga infeksi Stafilokokus

6. Perawatan di rumah kurang baik.

Pengobatan simptomatis :

1. Zat asam dan uap.

2. Ekspetoran bila perlu

Fisioterapi :

1. Postural drainase.

2. Fisioterapi dengan menepuk-nepuk.

 VII.

PENGKAJIAN

a.Identitas.

Umumnya anak dengan daya tahan terganggu akan menderita pneumonia berulang atau

tidak dapat mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Selain itu daya tahan tubuh yang

menurun akibat KEP, penyakit menahun, trauma pada paru, anesthesia, aspirasi dan

pengobatan antibiotik yang tidak sempurna.

 b.Riwayat Keperawatan.

i. Keluhan utama.

 Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, diserai pernapasan cuping

hidupng, serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang disertai muntah dan

diare.atau diare, tinja berdarah dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan muntah.

ii. Riwayat penyakit sekarang.

Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas

selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-40

o

C dan

kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.

(5)

iii. Riwayat penyakit dahulu.

Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun.

iv. Riwayat kesehatan keluarga.

 Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran pernapasan dapat

menularkan kepada anggota keluarga yang lainnya.

c.

Riwayat kesehatan lingkungan.

Menurut Wilson dan Thompson, 1990 pneumonia sering terjadi pada musim hujan dan

awal musim semi. Selain itu pemeliharaan ksehatan dan kebersihan lingkungan yang

kurang juga bisa menyebabkan anak menderita sakit. Lingkungan pabrik atau banyak

asap dan debu ataupun lingkungan dengan anggota keluarga perokok.

d. Imunisasi.

 Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat penyakit

infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena system pertahanan tubuh yang tidak

cukup kuat untuk melawan infeksi sekunder.

e.

Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.

f.

Nutrisi.

Riwayat gizi buruk atau meteorismus (malnutrisi energi protein = MEP).

6. Pemeriksaan persistem.

a.

Sistem kardiovaskuler.

Takikardi, iritability.

 b.

Sistem pernapasan.

Sesak napas, retraksi dada, melaporkan anak sulit bernapas, pernapasan cuping

hdidung, ronki, wheezing, takipnea, batuk produktif atau non produktif, pergerakan

dada asimetris, pernapasan tidak teratur/ireguler, kemungkinan friction rub, perkusi

redup pada daerah terjadinya konsolidasi, ada sputum/sekret. Orang tua cemas dengan

keadaan anaknya yang bertambah sesak dan pilek.

c.

Sistem pencernaan.

 Anak malas minum atau makan, muntah, berat badan menurun, lemah. Pada orang tua

 yang dengan tipe keluarga anak pertama, mungkin belum memahami tentang tujuan

dan cara pemberian makanan/cairan personde.

d.

Sistem eliminasi.

 Anak atau bayi menderita diare, atau dehidrasi, orang tua mungkin belum memahami

alasan anak menderita diare sampai terjadi dehidrasi (ringan sampai berat).

e.

Sistem saraf.

Demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis terus pada anak-anak atau

malas minum, ubun-ubun cekung.

f.

Sistem lokomotor/muskuloskeletal.

Tonus otot menurun, lemah secara umum,

g.

Sistem endokrin.

Tidak ada kelainan.

h.

Sistem integumen.

(6)

Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis, pucat, akral hangat, kulit

kering, .

i.

Sistem penginderaan.

Tidak ada kelainan.

 VIII.

DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi bronkus

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

ketidakmampuan pemasukan b.d faktor biologis.

3. Kekurangan volume cairan b. D kegaga;an mekanisme pengaturan

4. Defisit perawatan diri : mandi, makan, toileting berhubungan dengan kelemahan.

IX.

RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosis

Perencanaan

 NOC

NIC

Bersihan jalan nafas

tidak efektif

 berhubungan dengan

sekresi bronkus

Setelah dilakukan perawatan 3x24

 jam klien dapat:

mempertahankan kepatenan

 jalan nafas.

Mempertahankan ventilasi

 berkurang

Dg Indikator:

Tidak ada spasme

Tidak ada cemas

Tidak ada suara tambahan

RR normal

Mampu bernafas dalam

Ekspansi dan simetris

Tidakada retraksi dada

Mudah bernafas

Tidak dyspnea

 NIC: airway manajement

Aktifitas:

.Buka jalan nafas

.Atur posisi yang

memungkinkan ventilasi

maximum

.dengarkan suara nafa

.Monitor dan oksigenasi

.pantau kelembaban

oksigenasi pasien

.Kaji status pernafasan

.minta pasien tidur/duduk

dengan kepala fleksi, otot

 bahu rileks dan lutut menekuk

.Anjurkan paien nafas dalam

dan batuk efektif

(7)

Diagnosis

Perencanaan

 NOC

NIC

Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

 berhubungan dengan

ketidakmampuan

 pemasukan b.d faktor

 biologis.(Sesak nafas)

 NOC: Status nutrisi, setelah

diberikan penjelasan dan

 perawatan selama 4x 24

 jam kebutuhan nutrisi ps

terpenuhi dg:

Indikator:

Pemasukan nutrisi yang adekuat

Pasien mampu menghabiskan

diet yang dihidangkan

Tidak ada tanda-tanda

malnutrisi

 Nilai laboratorim, protein total

8-8 gr%, Albumin 3.5-5.4 gr%,

Globulin 1.8-3.6 gr%, HB tidak

kurang dari 10 gr %

Membran mukosa dan

konjungtiva tidak pucat

 NIC: Eating disorder

manajemen

Aktifitas:

. Tentukan kebutuhan kalori

harian

. Ajarkan klien dan keluarga

tentang pentingnya nutrient

. Monitoring

TTV

dan

nilai Laboratorium

. Monitor intake dan output

. Pertahankan

kepatenan

 pemberian nutrisi parenteral

. Pertimbangkan nutrisi enteral

. Pantau adanya Komplikasi GI

 NIC: terapi gizi

Aktifitas:

. Monitor masukan makanan/

minuman dan hitung kalori

harian secara tepat

. Kaloborasi ahli gizi

. Pastikan dapat diet TKTP

. Berikan perawatan mulut

. Pantau hasil labioratoriun

 protein, albumin, globulin,

HB

. Jauhkan benda-benda yang

tidak enak untuk dipandang

seperti urinal, kotak drainase,

 bebat dan pispot

. Sajikan

makanan

hangat

dengan variasi yang menarik

(8)

 NOC

NIC

Kekurangan volume

cairan b.d kegagalan

mekanisme pengaturan

atau regulasi

 NOC: Hidrasi, keseimbangan

cairan adekuat, selama dilakukan

tindakan keperawatan 5x24 jam

keseimbangan cairan pasien

adekuat

Indikator:

Urine output 30ml/jam

TTV dalam batas normal

Turgor kulit baik, membran

mukosa lembab, urine jernih

Manajemen cairan

Hitung kebutuhan cairan

harian klien

Pertahankan intake output

tercatat secara adekuat

Monitor status hidrasi

Monitor nilai laboratorium

yang sesuai

Monitor TTV

Berikan cairan secara tetap

Tingkatkan masukan peroral

Libatkan keluargadalam

membantu peningkatan

masukan cairan

Monitoring cairan

. Pantau keadaan urine

. Monitor nilai lab urine

. Monitor membran mukosa,

turgor, dan tanda haus

. Monitor cairan per IV line.

Pertahankan pemberian terapi

cairan peri infus.

Diagnosis

Perencanaan

 NOC

NIC

Defisit perawatan diri :

mandi, makan, toileting

 berhubungan dengan

kelemahan.

: Perawatan diri : (mandi,

 berpakaian), setelah diberi

motivasi perawatan selama

2x24 jam, ps mampu melakukan

mandi dan berpakaian sendiri dg:

Indikator:

Tubuh bebas dari bau dan menjaga

keutuhan kulit

Menjelaskan cara mandi dan

 berpakaian secara aman

 NIC: Membantu perawatan

diri pasien

Aktifitas:

Tempatkan alat-alat mandi

disamping TT ps

Libatkan keluarga dan ps

Berikan bantuan selama ps

masih mampu mengerjakan

sendiri

NIC: ADL berpakaian

(9)

Informasikan pd ps dlm

memilih

pakaian

selama

 perawatan

Sediakan pakaian di tempat

yg mudah dijangkau

Bantu berpakaian yg sesuai

Jaga privcy ps

Berikan pakaian pribadi yg

digemari dan sesuai

X.

DAFTAR PUSTAKA 

Gordon,et.al,2001,

Nursing

Diagnoses

:

definition

&

Classification

2001-2002,Philadelpia,USA

Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume 3, EGC,

Jakarta

Haryani dan Siswandi, 2004, Nursing Diagnosis: A Guide To Planning Care, available

on: www.Us.Elsevierhealth.com

Jong, W, 1997, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC Jakarta

McCloskey, 1996, Nursing Interventions Classification (NIC),Mosby, USA

Ralph

&

Rosenberg,

2003, Nursing

Diagnoses: Definition

&

Classification

2005-2006, Philadelphia USA

(10)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN BRONCHOPNEUMONI A. KONSEP DASAR

1. Pengertian

Bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak Infiltrat (Whalley and Wong, 1996).

Bronchopneumina adalah frekwensi komplikasi pulmonary, batuk produktif yang lama, tanda dan gejalanya biasanya suhu meningkat, nadi meningkat, pernapasan meningkat (Suzanne G. Bare, 1993).

Bronchopneumonia disebut juga pneumoni lobularis, yaitu radang paru -paru yang disebabkan oleh bakteri, virus,  jamur dan benda-benda asing (Sylvia Anderson, 1994).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lo bus paru-paru yang ditandai dengan adanya be rcak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh bakteri,virus, jamur dan benda asing.

2. Etiologi

Bakteri : Diplococus Pneumonia, Pneumococcus, Stretococcus Hemoliticus Aureus, Haemophilus Influenza, Basilus Friendlander (Klebsial Pneumoni), Mycobacterium Tuberculosis.

Virus : Respiratory syntical virus, virus influenza, virus sitomegalik.

Jamur : Citoplasma Capsulatum, Criptococcus Nepromas, Blastomices Dermatides, Cocedirides Immitis,  Aspergillus Sp, Candinda Albicans, Mycoplasma Pneumonia. Aspirasi benda asing.

Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya Bronchopnemonia adalah daya tahan tubuh yang menu run misalnya akibat malnutrisi energi protein (MEP), penyakit menahun, pengobatan antibiotik yang tidak sempurna.

3. Patofisiologi

Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh virus penyebab

Bronchopneumonia yang masuk ke saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan broncus dan alveolus. Inflamasi bronkus ditandai adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Bila penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adal ah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis.

Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak napas, dan napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang be rpungsi untuk melembabkan rongga fleura. Emfisema (tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru) adalah tindak lanjut dari pembedahan. Atelektasis mngakibatkan peningkatan frekuensi napas, hipoksemia, acidosis respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan yang a kan mengakibatkan terjadinya gagal napas. Secara singkat patofisiologi dapat digambarkan pada skema proses.

4. Manifestasi klinis

Biasanya didahului infeksi traktus respiratorius bagian atas. Penyakit ini umumnya timbul mendadak, suhu meningkat 39-40O C disertai menggigil, napas sesak dan cepat, batuk-batuk yang non produktif “napas bunyi”

pemeriksaan paru saat perkusi redup, saat auskultasi suara napas ronchi basah yang halus dan nyaring. Batuk pilek yang mungkin berat sampai terjadi insufisiensi pernapasan dimulai dengan infeksi saluran bagian atas, penderita batuk kering, sakit kepala, nyeri otot, anoreksia dan kesulitan menelan.

5. Pemeriksaan penunjang

1. Pengambilan sekret secara broncoscopy dan fungsi paru untuk preparasi langsung, biakan dan test resistensi dapat menemukan atau mencari etiologinya, tetapi cara ini tidak rutin dilakukan karena sukar.

2. Secara laboratorik ditemukan le ukositosis biasa 15.000 – 40.000 / m dengan pergeseran LED meninggi. 3. Foto thorax bronkopeumoni terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu atau beberapa lobus, jika pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus.

6. Penatalaksanaan

Kemotherapi untuk mycoplasma pneumonia, dapat diberikan Eritromicin 4 X 5 00 mg sehari atau Tetrasiklin 3 – 4 mg sehari.

Obat-obatan ini meringankan dan mempercepat penyembuhan terutama pada kasus yang berat. Obat-obat penghambat sintesis SNA (Sintosin Antapinosin dan Indoksi Urudin) dan interperon inducer seperti polinosimle, poliudikocid pengobatan simtomatik seperti :

(11)

1.

1. Istirahat, umumnya penderita tidak perlu dirawat, cukup istirahat dirumah. 2. Simptomatik terhadap batuk.

3. Batuk yang produktif jangan ditekan dengan antitusif

4. Bila terdapat obstruksi jalan napas, dan lendir serta ada febris, diberikan broncodilator. 5. Pemberian oksigen umumnya tidak diperlukan, kecuali untuk kasus berat. Antibiotik yang

paling baik adalah antibiotik yang sesuai dengan penyebab yang mempunyai spektrum sempit.

7. Komplikasi

Komplikasi dari bronchopneumonia adalah :

a. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.

b. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.

c. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam j aringan paru yang meradang. d. Infeksi sitemik

e. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial. f. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

8. Tumbuh kembang anak usia 6 – 12 tahun

Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran berbagai organ fisik berkaitan dengan masalah

perubahan dalam jumlah, besar, ukuran atau dimensi tingkat sel. Pertambahan berat badan 2 – 4 Kg / tahun dan pada anak wanita sudah mulai mengembangkan ciri sex sekundernya.

Perkembangan menitikberatkan pada aspek diferensiasi bentuk dan fungsi termasuk perubahan sosial dan emosi.

a. Motorik kasar 

1. Loncat tali 2. Badminton 3. Memukul

4. Motorik kasar dibawah kendali kognitif dan secara bertahap meningkatkan irama dan kehalusan.

b. Motorik halus

1. Menunjukan keseimbangan dan koordinasi mata dan tangan

2. Dapat meningkatkan kemampuan menjahit, membuat model dan bermain alat musik.

c. Kognitif 

1. Dapat berfokus pada lebih dari satu asfek dan situasi

2. Dapat mempertimbangkan sejumlah alternatif dalam pemecahan masalah 3. Dapat membalikan cara kerja dan melacak urutan kejadian kembali sejak awal 4. Dapat memahami konsep dahulu, sekarang dan yang akan datang

d. Bahasa

1. Mengerti kebanyakan kata-kata abstrak

2. Memakai semua bagian pembicaraan termasuk kata sifat, kata keterangan, kata penghubung dan kata depan 3. Menggunakan bahasa sebagai alat komuniukasi verbal

4. Dapat memakai kalimat majemuk dan gabungan

9. Dampak hospitalisasi

Hospitalisasi atau sakit dan dirawat di RS bagi anak dan keluarga akan menimbulkan stress dan tidak merasa aman. Jumlah dan efek stress tergantung pada persepsi anak dan keluarga terhadap kerusakan penyakit dan pengobatan.

Penyebab anak stress meliputi ; 1. Psikososial

Berpisah dengan orang tua, anggota keluarga lain, teman dan perubahan peran 2. Fisiologis

(12)

3. Lingkungan asing

Kebiasaan sehari-hari berubah 4. Pemberian obat kimia

Reaksi anak saat dirawat di Rumah sakit usia sekolah (6-12 tahun)

1. Merasa khawatir akan perpisahan dengan sekolah dan teman sebayanya 2. Dapat mengekpresikan perasaan dan mampu bertoleransi terhadap rasa nyeri 3. Selalu ingin tahu alasan tindakan

4. Berusaha independen dan produktif Reaksi orang tua

1. Kecemasan dan ketakutan akibat dari seriusnya penyakit, prosedur, pengobatan dan dampaknya terhadap masa depan anak

2. Frustasi karena kurang informasi terhadap prosedur dan pengobatan serta tidak familiernya peraturan Rumah sakit

B. ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORITIS 1. Pengkajian

a. Riwayat kesehatan

1) Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya : batuk, pilek, demam. 2) Anorexia, sukar menelan, mual dan muntah.

3) Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas seperti malnutrisi. 4) Anggota keluarga lain yang mengalami sakit saluran pernapasan

5) Batuk produktif, pernafasan cuping hidung, pernapasan cepat dan dangkal, gelisah, sianosis b. Pemeriksaan fisik

1) Demam, takipnea, sianosis, pernapasan cuping hidung 2) Auskultasi paru ronchi basah

3) Laboratorium leukositosis, LED meningkat atau normal

4) Rontgent dada abnormal (bercak, konsolidasi yang tersebar pada kedua paru) c. Factor fsikologis / perkembangan memahami tindakan

1) Usia tingkat perkembangan

2) Toleransi / kemampuan memahami tindakan 3) Koping

4) Pengalaman terpisah dari keluarga / orang tua 5) Pengalaman infeksi saluran p ernafasan sebelumnya d. Pengetahuan keluarga / orang tua

1) Tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit saluran pernapasan 2) Pengalaman keluarga tentang penyakit saluran pernafasan

3) Kesiapan / kemauan keluarga untuk belajar merawat anaknya

2. Diagnosa keperawatan

1) Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan sekret. 2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan p erubahan kapiler alveoli. 3) Defisit volume cairan berhubungan dengan output yang berlebihan.

4) Resti pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh be rhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat. 5) Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi

6) Kurang pengetahuan orang tua tentang perawatan klien berhubungan dengan kurangnya informasi. 7) Cemas anak berhubungan dengan dampak hospitalisasi

3. Intervensi Diagnosa 1

Tujuan : Bersihan jalan nafas kembali efektif. KH : sekret dapat keluar.

Rencana tindakan :

1. Monitor status respirasi setiap 2 jam, kaji ada nya peningkatan pernapasan dan bunyi napas abnormal. 2. Lakukan suction sesuai indikasi.

(13)

3. Beri terapi oksigen setiap 6 jam

4. Ciptakan lingkungan / nyaman sehingga pasien dapat tidur dengan tenang 5. Beri posisi yang nyaman bagi pasien

6. Monitor analisa gas darah untuk mengkaji status pernapasan 7. Lakukan perkusi dada

8. Sediakan sputum untuk kultur / test sensitifitas

Diagnosa 2

Tujuan : pertujaran gas kembali normal.

KH : Klien memperlihatkan perbaikan ventilasi, pertukaran gas secara optimal dan oksigenisasi jaringan secara adekuat

Rencana tindakan :

1. Observasi tingkat kesadaran, status pernafasan, tanda -tanda cianosis 2. Beri posisi fowler sesuai program / semi fowler

3. Beri oksigen sesuai program 4. Monitor AGD

5. Ciprtakan lingkungan yang nyaman 6. Cegah terjadinya kelelahan

Diagnosa 3.

Tujuan : Klien akan mempertahankan cairan tubuh yang normal KH : Tanda dehidrasi tidak ada.

Rencana tindakan :

1. Catat intake dan output cairan (balanc cairan) 2. Anjurkan ibu untuk tetap memberikan cairan peroral

3. Monitor keseimbangan cairan , membran mukosa, turgor kulit, nadi cepat, kesadaran menurun, tanda -tanda vital.

4. Pertahankan keakuratan tetesan infus

5. Observasi tanda-tanda vital (nadi, suhu, respirasi)

Diagnosa 4.

Tujuan : Kebuituhan nutrisi terpenuhi.

KH : Klien dapat mempertahankan/meningkatkan pemasukan nutrisi.. Rencana tindakan :

1. Kaji status nutrisi klien

2. Lakukan pemeriksaan fisik abdomen klien (auskultasi, perkusi, palpasi, dan inspeksi) 3. Timbang BB klien setiap hari.

4. Kaji adanya mual dan muntah 5. Berikan diet sedikit tapi sering

6. Berikan makanan dalam keadaan hangat 7. kolaborasi dengan tim gizi

Diagnosa 5

Tujuan : Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh.

KH : Hipertermi/peningkatan suhu dapat teratasi dengan proses infeksi hilang Rencana tindakan :

1. Observasi tanda-tanda vital

2. Berikandan anjurkan keluarga untuk memberikan kompres dengan air pada daerah dahi dan ketiak 3. Libatkan keluarga dalam setiap tindakan

4. Berikan minum per oral

5. Ganti pakaian yang basah oleh keringat

6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat p enurun panas.

Diagnosa 6

Tujuan : Pengetahuan orang tua klien tentang proses penyakit anaknya meningkat setelah dilakukan tindakan keperawatan

(14)

KH : Orang tua klien mengerti tentang penyakit anaknya. Rencana tindakan :

1. Kaji tingkat pengetahuan o rang tua klien tentang proses penyakit anaknya 2. Kaji tingkat pendidikan orang tua klien

3. Bantu orang tua klien untuk mengembangkan rencana asuhan keperawatan dirumah sakit seperti : diet, istirahat dan aktivitas yang sesuai

4. Tekankan perlunya melindungi anak.

5. Jelaskan pada keluarga klien tentang Pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pengobatan, pencegahan dan komplikasi dengan memberikan penkes.

6. Beri kesempatan pada orang tua klien untuk bertanya tentang hal yang belum d imengertinya

Diagnosa 7

Tujuan : Cemas anak hilang

KH : Klien dapat tenang, cemas hilang, rasa nyaman terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan Rencana tindakan :

1. Kaji tingkat kecemasan klien

2. Dorong ibu / keluarga klien mensufort anaknya dengan cara ibu selalu didekat klien. 3. Fasilitasi rasa nyaman dengan cara ibu berperan serta merawat anaknya

4. Lakukan kunjungan, kontak dengan klien 5. Anjurkan keluarga yang lain mengunjungi klien 6. Berikan mainan sesuai kesukaan klien dirumah

4. Evaluasi

Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan Brochopneumonia dalah : a. Pertukaran gas normal.

b. Bersihan jalan napas kembali efektif c. Intake dan output seimbang

d. Intake nutrisi adekuat

e. Suhu tubuh dalam batas normal f. Pengetahuan keluarga meningkat g. Cemas teratasi

Sumber Dari :

(15)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN BRONCHOPNEUMONI

 April 23, 2009

A. KONSEP DASAR

1. Pengertian

Bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa

lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak Infiltrat (Whalley and Wong,

1996).

Bronchopneumina adalah frekwensi komplikasi pulmonary, batuk produktif yang

lama, tanda dan gejalanya biasanya suhu meningkat, nadi meningkat, pernapasan meningkat

(Suzanne G. Bare, 1993).

Bronchopneumonia disebut juga pneumoni lobularis, yaitu radang paru-paru yang

disebabkan oleh bakteri, virus,jamur dan benda-benda asing (Sylvia Anderson, 1994).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

Bronkopneumonia adalah radang paru yang mengenai satu atau beberapa lobus

paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh

bakteri,virus, jamur dan benda asing.

2. Etiologi

Bakteri : Diplococus Pneumonia, Pneumococcus, Stretococcus Hemoliticus Aureus, Haemophilus Influenza, Basilus Friendlander (Klebsial Pneumoni), Mycobacterium Tuberculosis.

Virus : Respiratory syntical virus, virus influenza, virus sitomegalik.

Jamur : Citoplasma Capsulatum, Criptococcus Nepromas, Blastomices Dermatides,

Cocedirides Immitis, Aspergillus Sp, Candinda Albicans, Mycoplasma Pneumonia. Aspirasi

benda asing.

Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya Bronchopnemonia adalah daya tahan tubuh yang menurun misalnya akibat malnutrisi energi protein (MEP), penyakit menahun, pengobatan antibiotik yang tidak sempurna.

3. Fatofisiologi 

Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh virus penyebab Bronchopneumonia yang masuk ke saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan broncus dan alveolus. Inflamasi bronkus ditandai adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Bila penyebaran kuman

(16)

sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis.

Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak napas, dan napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang berpungsi untuk melembabkan rongga fleura. Emfisema (tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru) adalah tindak lanjut dari pembedahan. Atelektasis mngakibatkan peningkatan frekuensi napas, hipoksemia, acidosis respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya gagal napas. Secara singkat patofisiologi dapat digambarkan pada skema proses.

4. Manifestasi klinis

Biasanya didahului infeksi traktus respiratorius bagian atas. Penyakit ini umumnya timbul mendadak, suhu meningkat 39-40O C disertai menggigil, napas sesak dan cepat, batuk-batuk yang non produktif “napas bunyi” pemeriksaan paru saat perkusi redup, saat auskultasi suara napas ronchi basah yang halus dan nyaring.

Batuk pilek yang mungkin berat sampai terjadi insufisiensi pernapasan dimulai

dengan infeksi saluran bagian atas, penderita batuk kering, sakit kepala, nyeri otot,

anoreksia dan kesulitan menelan.

1. Pemeriksaan penunjang

1. Pengambilan sekret secara broncoscopy dan fungsi paru untuk preparasi langsung, biakan

dan test resistensi dapat menemukan atau mencari etiologinya, tetapi cara ini tidak rutin

dilakukan karena sukar.

2. Secara laboratorik ditemukan leukositosis biasa 15.000

 –

 40.000 / m dengan pergeseran

LED meninggi.

3. Foto thorax bronkopeumoni terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu atau beberapa

lobus, jika pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa

lobus.

1. Penatalaksanaan

Kemotherapi untuk mycoplasma pneumonia, dapat diberikan Eritromicin 4 X 500 mg sehari atau Tetrasiklin 3 – 4 mg sehari.

Obat-obatan ini meringankan dan mempercepat penyembuhan terutama pada

kasus yang berat. Obat-obat penghambat sintesis SNA (Sintosin Antapinosin dan Indoksi

Urudin) dan interperon inducer seperti polinosimle, poliudikocid pengobatan simtomatik

seperti :

1.

1. Istirahat, umumnya penderita tidak perlu dirawat, cukup istirahat dirumah. 2. Simptomatik terhadap batuk.

(17)

3. Batuk yang produktif jangan ditekan dengan antitusif

4. Bila terdapat obstruksi jalan napas, dan lendir serta ada febris, diberikan broncodilator.

5. Pemberian oksigen umumnya tidak diperlukan, kecuali untuk kasus berat. Antibiotik yang paling baik adalah antibiotik yang sesuai dengan penyebab yang mempunyai spektrum sempit.

7. Komplikasi 

Komplikasi dari bronchopneumonia adalah :

a. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru

merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.

b. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura

terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.

c. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.

d. Infeksi sitemik

e. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.

f. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

1. Tumbuh kembang anak usia 6 – 12 tahun

Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran berbagai organ fisik

berkaitan dengan masalah perubahan dalam jumlah, besar, ukuran atau dimensi tingkat sel.

Pertambahan berat badan 2

 –

  4 Kg / tahun dan pada anak wanita sudah mulai

mengembangkan ciri sex sekundernya.

Perkembangan menitikberatkan pada aspek diferensiasi bentuk dan fungsi termasuk

perubahan sosial dan emosi.

a. Motorik kasar

1. Loncat tali

2. Badminton

3. Memukul

4. Motorik kasar dibawah kendali kognitif dan secara bertahap meningkatkan irama dan

kehalusan.

b. Motorik halus

1. Menunjukan keseimbangan dan koordinasi mata dan tangan

(18)

c. Kognitif

1. Dapat berfokus pada lebih dari satu asfek dan situasi

2. Dapat mempertimbangkan sejumlah alternatif dalam pemecahan masalah

3. Dapat membalikan cara kerja dan melacak urutan kejadian kembali sejak awal

4. Dapat memahami konsep dahulu, sekarang dan yang akan datang

d. Bahasa

1. Mengerti kebanyakan kata-kata abstrak

2. Memakai semua bagian pembicaraan termasuk kata sifat, kata keterangan, kata

penghubung dan kata depan

3. Menggunakan bahasa sebagai alat komuniukasi verbal

4. Dapat memakai kalimat majemuk dan gabungan

7. Dampak hospitalisasi

Hospitalisasi atau sakit dan dirawat di RS bagi anak dan keluarga akan menimbulkan

stress dan tidak merasa aman. Jumlah dan efek stress tergantung pada persepsi anak dan

keluarga terhadap kerusakan penyakit dan pengobatan.

Penyebab anak stress meliputi ;

1. Psikososial

Berpisah dengan orang tua, anggota keluarga lain, teman dan perubahan peran

2. Fisiologis

Kurang tidur, perasaan nyeri, imobilisasi dan tidak mengontrol diri

3. Lingkungan asing

Kebiasaan sehari-hari berubah

4. Pemberian obat kimia

Reaksi anak saat dirawat di Rumah sakit usia sekolah (6-12 tahun)

(19)

2. Dapat mengekpresikan perasaan dan mampu bertoleransi terhadap rasa nyeri

3. Selalu ingin tahu alasan tindakan

4. Berusaha independen dan produktif

Reaksi orang tua

1. Kecemasan dan ketakutan akibat dari seriusnya penyakit, prosedur, pengobatan dan

dampaknya terhadap masa depan anak

2. Frustasi karena kurang informasi terhadap prosedur dan pengobatan serta tidak

familiernya peraturan Rumah sakit

B. ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORITIS

1. Pengkajian

a. Riwayat kesehatan

1) Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya : batuk, pilek, demam.

2) Anorexia, sukar menelan, mual dan muntah.

3) Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas seperti malnutrisi.

4) Anggota keluarga lain yang mengalami sakit saluran pernapasan

5) Batuk produktif, pernafasan cuping hidung, pernapasan cepat dan dangkal, gelisah,

sianosis

b. Pemeriksaan fisik

1) Demam, takipnea, sianosis, pernapasan cuping hidung

2) Auskultasi paru ronchi basah

3) Laboratorium leukositosis, LED meningkat atau normal

4) Rontgent dada abnormal (bercak, konsolidasi yang tersebar pada kedua paru)

c. Factor fsikologis / perkembangan memahami tindakan

1) Usia tingkat perkembangan

2) Toleransi / kemampuan memahami tindakan

3) Koping

(20)

4) Pengalaman terpisah dari keluarga / orang tua

5) Pengalaman infeksi saluran pernafasan sebelumnya

d. Pengetahuan keluarga / orang tua

1) Tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit saluran pernapasan

2) Pengalaman keluarga tentang penyakit saluran pernafasan

3) Kesiapan / kemauan keluarga untuk belajar merawat anaknya

2. Diagnosa keperawatan

1) Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan sekret.

2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan kapiler alveoli.

3) Defisit volume cairan berhubungan dengan output yang berlebihan.

4) Resti pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi

yang tidak adekuat.

5) Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi

6) Kurang pengetahuan orang tua tentang perawatan klien berhubungan dengan kurangnya

informasi.

7) Cemas anak berhubungan dengan dampak hospitalisasi

3. Intervensi

Diagnosa 1

Tujuan : Bersihan jalan nafas kembali efektif.

KH : sekret dapat keluar.

Rencana tindakan :

1. Monitor status respirasi setiap 2 jam, kaji adanya peningkatan pernapasan dan bunyi

napas abnormal.

2. Lakukan suction sesuai indikasi.

3. Beri terapi oksigen setiap 6 jam

(21)

5. Beri posisi yang nyaman bagi pasien

6. Monitor analisa gas darah untuk mengkaji status pernapasan

7. Lakukan perkusi dada

8. Sediakan sputum untuk kultur / test sensitifitas

Diagnosa 2

Tujuan : pertujaran gas kembali normal.

KH : Klien memperlihatkan perbaikan ventilasi, pertukaran gas secara optimal dan

oksigenisasi jaringan secara adekuat

Rencana tindakan :

1. Observasi tingkat kesadaran, status pernafasan, tanda-tanda cianosis

2. Beri posisi fowler sesuai program / semi fowler

3. Beri oksigen sesuai program

4. Monitor AGD

5. Ciprtakan lingkungan yang nyaman

6. Cegah terjadinya kelelahan

Diagnosa 3

.

Tujuan : Klien akan mempertahankan cairan tubuh yang normal

KH : Tanda dehidrasi tidak ada.

Rencana tindakan :

1. Catat intake dan output cairan (balanc cairan)

2. Anjurkan ibu untuk tetap memberikan cairan peroral

3. Monitor keseimbangan cairan , membran mukosa, turgor kulit, nadi cepat, kesadaran

menurun, tanda-tanda vital.

4. Pertahankan keakuratan tetesan infus

5. Observasi tanda-tanda vital (nadi, suhu, respirasi)

Diagnosa 4

.

(22)

Tujuan : Kebuituhan nutrisi terpenuhi.

KH : Klien dapat mempertahankan/meningkatkan pemasukan nutrisi..

Rencana tindakan :

1. Kaji status nutrisi klien

2. Lakukan pemeriksaan fisik abdomen klien (auskultasi, perkusi, palpasi, dan inspeksi)

3. Timbang BB klien setiap hari.

4. Kaji adanya mual dan muntah

5. Berikan diet sedikit tapi sering

6. Berikan makanan dalam keadaan hangat

7. kolaborasi dengan tim gizi

Diagnosa 5

Tujuan : Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh.

KH : Hipertermi/peningkatan suhu dapat teratasi dengan proses infeksi hilang

Rencana tindakan :

1. Observasi tanda-tanda vital

2. Berikandan anjurkan keluarga untuk memberikan kompresdengan air pada daerah dahi

dan ketiak

3. Libatkan keluarga dalam setiap tindakan

4. Berikan minum per oral

5. Ganti pakaian yang basah oleh keringat

6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat penurun panas.

Diagnosa 6

Tujuan : Pengetahuan orang tua klien tentang proses penyakit anaknya meningkat setelah

dilakukan tindakan keperawatan

KH : Orang tua klien mengerti tentang penyakit anaknya.

Rencana tindakan :

(23)

1. Kaji tingkat pengetahuan orang tua klien tentang proses penyakit anaknya

2. Kaji tingkat pendidikan orang tua klien

3. Bantu orang tua klien untuk mengembangkan rencana asuhan keperawatan dirumah sakit

seperti : diet, istirahat dan aktivitas yang sesuai

4. Tekankan perlunya melindungi anak.

5. Jelaskan pada keluarga klien tentang Pengertian, penyebab, tanda dan gejala,

pengobatan, pencegahan dan komplikasi dengan memberikan penkes.

6. Beri kesempatan pada orang tua klien untuk bertanya tentang hal yang belum

dimengertinya

Diagnosa 7

Tujuan : Cemas anak hilang

KH : Klien dapat tenang, cemas hilang, rasa nyaman terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan

Rencana tindakan :

1. Kaji tingkat kecemasan klien

2. Dorong ibu / keluarga klien mensufort anaknya dengan cara ibu selalu didekat klien.

3. Fasilitasi rasa nyaman dengan cara ibu berperan sertamerawat anaknya

4. Lakukan kunjungan, kontak dengan klien

5. Anjurkan keluarga yang lain mengunjungi klien

6. Berikan mainan sesuai kesukaan klien dirumah

4. Evaluasi

Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan Brochopneumonia dalah :

a. Pertukaran gas normal.

b. Bersihan jalan napas kembali efektif

c. Intake dan output seimbang

d. Intake nutrisi adekuat

(24)

f. Pengetahuan keluarga meningkat

g. Cemas teratasi

(25)

Gambar

Foto dadaFoto dada Lebih tuaLebih tuaCepatCepat Konstitusional danKonstitusional danrespirasirespirasiProduktifProduktifPurulen/berdarahPurulen/berdarahSeringSeringSeringSeringSegmen/lobarSegmen/lobar BakteriBakteri MudaMuda Lebih lambatLebih lambat Konsti

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil perhitungan pengaruh langsung maupun pengaruh tidak langsung konflik peran ganda yang terdiri dari konflik pekerjaan-keluarga dan konflik keluarga-pekerjaan

Nama Tempat Kerja Praktek : Bidang Data dan Teknologi Informasi DPR-RI Nama Pembimbing Lapangan : M.Chairudin. Jabatan Pembimbing Lapangan :

Setianagara, Kecamatan Cibeureum, Kota Tasikmalaya Bertindak untuk dan atas nama : Dewan Pengurus Cabang Partai Kebangkitan Bangsa

penulisan tesis yang berjudul “ Keanekaragaman Spesies Ikan yang Terdapat di Pulau Jefman, Distrik Salawati Utara, Kabupaten Raja Ampat ”. Penulisan tesis ini terlaksana

sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia.. Akan tetapi, berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku

Istilah kecerdasan emosi pada mulanya dilontarkan oleh dua ahli psikologi, yakni Peter Salovey, dari Universitas Harvard, dan John Mayer, dari Universitas New

Ketiga, memperbaiki diri peserta didik dari berbagai sifat dan amal tidak terpuji (amal al- syai‟at) yang telah dilakukannya, baik dipandang dari perspektif agama

Penelitian untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat tradisional, cara meramu, cara pengobatan, khasiatnya, dan upaya masyarakat