BRONCHOPNEUMONIA PADA ANAK
BRONCHOPNEUMONIA PADA ANAK
I.
I.
DEFINISI
DEFINISI
Pneumonia adalah : pr
Pneumonia adalah : proses infeksi ak
oses infeksi akut yang
ut yang mengenai jaringan par
mengenai jaringan paru-paru (alveoli).
u-paru (alveoli).
Berdasarkan letak anatomis dibagi menjadi 3 yaitu pneumonia lobaris, pneumonia
Berdasarkan letak anatomis dibagi menjadi 3 yaitu pneumonia lobaris, pneumonia
lobularis (bronchopneumonia) dan
lobularis (bronchopneumonia) dan pneumonia interstitialis (bronkiolitis).
pneumonia interstitialis (bronkiolitis).
Bronchopneumonia adalah proses infeksi akut yang menyerang bronkus paru.
Bronchopneumonia adalah proses infeksi akut yang menyerang bronkus paru.
II.
II.
ETIOLOGI
ETIOLOGI
1.
1. Bakteri : Pneumokokus merupakan penyebab utama pneumonia, dimana pada anak-
Bakteri : Pneumokokus merupakan penyebab utama pneumonia, dimana pada
anak-anak serotipe 14, 1, 6, dan 9, Streptokokus dimana pada anak-anak-anak-anak dan bersifat
anak serotipe 14, 1, 6, dan 9, Streptokokus dimana pada anak-anak dan bersifat
progresif, Stafilokokus, H. Influenza, Klebsiela, M. Tuberkulosis, Mikoplasma
progresif, Stafilokokus, H. Influenza, Klebsiela, M. Tuberkulosis, Mikoplasma
pneumonia.
pneumonia.
2.
2. Virus : Virus adeno, Virus pa
Virus : Virus adeno, Virus parainfluenza, Virus influenza, Virus respiratori
rainfluenza, Virus influenza, Virus respiratori sinsisial.
sinsisial.
3.
3. Jamur : Kandida, Histoplasma, Koksidioides.
Jamur : Kandida, Histoplasma, Koksidioides.
4.
4. Protozoa : Pneumokistis karinii.
Protozoa : Pneumokistis karinii.
5.
5. Bahan kimia :
Bahan kimia :
a.
a. Aspirasi maka
Aspirasi makanan/susu/isi lambung
nan/susu/isi lambung
b.
b. Keracunan hidrokarbon (minyak tanah, bensin, dan sebagainya).
Keracunan hidrokarbon (minyak tanah, bensin, dan sebagainya).
III.
III.
PATOFISIOLOGI
PATOFISIOLOGI
Terjadinya pneumonia tergantung kepada virulensi MO, tingkat kemudahan dan luasnya
Terjadinya pneumonia tergantung kepada virulensi MO, tingkat kemudahan dan luasnya
daerah paru yang terkena serta penurunan daya tahan tubuh. Pneumonia dapat terjadi
daerah paru yang terkena serta penurunan daya tahan tubuh. Pneumonia dapat terjadi
pada orang normal tanpa kelainan imunitas yang jelas. Factor predisposisi antara lain
pada orang normal tanpa kelainan imunitas yang jelas. Factor predisposisi antara lain
berupa
berupa kebiasaan
kebiasaan merokok,
merokok, pasca
pasca infeksi
infeksi virus,
virus, penyakit
penyakit jantung
jantung kronik,
kronik, diabetes
diabetes
mellitus, keadaan imunodefisiensi, kelainan atau kelemahan struktur organ dada dan
mellitus, keadaan imunodefisiensi, kelainan atau kelemahan struktur organ dada dan
penurunan kesadaran. Juga adanya tindakan invasife: infuse, intubasi, trakeostomi,
penurunan kesadaran. Juga adanya tindakan invasife: infuse, intubasi, trakeostomi,
pemasangan ventilator. Lingkungan tempat tinggal, misalnya dip anti jompo,
pemasangan ventilator. Lingkungan tempat tinggal, misalnya dip anti jompo,
penggunaan antibiotic, dan obat suntik IV serta keadaan alkoholik meningkatkan
penggunaan antibiotic, dan obat suntik IV serta keadaan alkoholik meningkatkan
kemungkinan terinfeksi kuman gram negative.
kemungkinan terinfeksi kuman gram negative.
Pneumonia diharapkan akan sembuh setelah terapi 2-3 minggu. Bila lebih lama perlu
Pneumonia diharapkan akan sembuh setelah terapi 2-3 minggu. Bila lebih lama perlu
dicurigai adanya infeksi kronik oleh bakteri anaerob atau non bakteri seperti oleh jamur,
dicurigai adanya infeksi kronik oleh bakteri anaerob atau non bakteri seperti oleh jamur,
mikrobakterium atau parasit.
mikrobakterium atau parasit.
IV.
IV.
TANDA DAN GEJALA
TANDA DAN GEJALA
Gejala
Gejala
Bakterial/
Bakterial/ Tipikal
Tipikal
No
Non
n bacterial/Atipikal
bacterial/Atipikal
Pola
Pola campuran
campuran
Foto dada
Foto dada
Lebih tua
Lebih tua
Cepat
Cepat
Konstitusional dan
Konstitusional dan
respirasi
respirasi
Produktif
Produktif
Purulen/berdarah
Purulen/berdarah
Sering
Sering
Sering
Sering
Segmen/lobar
Segmen/lobar
Bakteri
Bakteri
Muda
Muda
Lebih lambat
Lebih lambat
Konstitusional
Konstitusional
Tidak
Tidak
Negatif/mukoid
Negatif/mukoid
Jarang
Jarang
Jarang
Jarang
Tidak ada Interstitial,
Tidak ada Interstitial,
difus
difus
Mikoplasma/virus/ jamur
Mikoplasma/virus/ jamur
Lebih tua
Lebih tua
Cepat
Cepat
Konstitusional
Konstitusional
Tidak menonjol
Tidak menonjol
Dapat purulen
Dapat purulen
Sering
Sering
Jarang
Jarang
Ringan, Var:
Ringan, Var:
Patchy infiltrate.
Patchy infiltrate.
Bakteri-presentasi
Bakteri-presentasi
atipikal,
atipikal,
tuberculosis,
tuberculosis,
legionella, klamida
legionella, klamida
V.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Anamnesis,
Setiap anak dengan batuk, sesak nafas yang timbulnya tidak mendadak, demam,
harus dicurigai pneumonia.
2. Pemeriksaan fisik,
Dapat ditemukan sesak nafas (dispnue), nafas cepat (takipnue), nafas cuping hidung,
sianosis. Pada paru terdapat retraksi dinding dada, perkusi sonor sampai redup relatif,
suara nafas vesikuler atau subbronkhial sampai bronchial, ronki basah halus nyaring
atau krepitasi.
3. Laboratorium,
Darah pada pneumonia bakteri menunjukkan jumlah lekosit meningkat, dengan
hitung jenis bergeser ke kiri. Analisis gas darah, pO
2turun (ada hipoksia), dapat asidosis
(respiratorik).
VI.
TERAPI MEDIS
Pada penyakit yang ringan, mungkin virus tidak perlu antibiotic. Pada penderita
yang rawat inap (penyakit berat) harus segera diberi antibiotic. Pemilihan jenis
antibiotic didasarkan atas umur, keadaan umum penderita dan dugaan kuman
penyebab.
Umur 3 bulan-5 tahun, bila toksis mungkin disebabkan oleh Streptokokus pneumonia,
Hemofilus influenza atau Stafilokokus. Pada umumnya tidak dapat diketahui kuman
penyebabnya, maka secara praktis dipakai :
Kombinasi :
Penisilin prokain 50.000-100.000 KI/kg/24jam IM, 1-2 kali sehari, dan Kloramfenikol
50-100 mg/kg/24 jam IV/oral, 4 kali sehari.
Atau kombinasi :
Ampisilin 50-100 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari dan Kloksasilin 50 mg/kg/24 jam
IM/IV, 4 kali sehari.
Atau kombinasi :
Eritromisin 50 mg/kg/24 jam, oral, 4 kali sehari dan Kloramfenikol (dosis sda).
Umur < bulan, biasanya disebabkan oleh : Streptokokus pneumonia, Stafilokokus atau
Entero bacteriaceae.
Kombinasi :
Penisilin prokain 50.000-100.000 KI/kg/24jam IM, 1-2 kali sehari, dan Gentamisin 5-7
mg/kg/24 jam, 2-3 kali sehari.
Atau kombinasi :
Kloksasilin 50 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari dan Gentamisin 5-7 mg/kg/24 jam,
2-3 kali sehari.
Kombinasi ini juga diberikan pada anak-anak lebih 3 bulan dengan malnutrisi berat
atau penderitaimmunocompromized.
Anak-anak > 5 tahun, yang non toksis, biasanya disebabkan oleh :
-
Penisilin prokain IM atau
-
Fenoksimetilpenisilin 25.000-50.000 KI/kg/24 jam oral, 4 kali sehari atau
-
Eritromisin (dosis sda) atau
-
Kotrimoksazol 6/30 mg/kg/24 jam, oral 2 kali sehari.
Mikoplasma pneumonia : Eritromisin (dosis sda).
Bila kuman penyebab dapat diisolasi atau terjadi efek samping obat (misalnya alergi)
atau hasil pengobatan tidak memuaskan, perlu dilakukan reevaluasi ap akah perlu dipilih
antibiotic lain.
Lamanya pemberian antibiotic bergantung pada :
-
kemajuan klinis penderita
-
jenis kuman penyebab
Indikasi rawat inap :
1. Ada kesukaran napas, toksis.
2. Sianosis
3. Umur kurang dari 6 bulan
4. Adanya penyulit seperti empiema
5. Diduga infeksi Stafilokokus
6. Perawatan di rumah kurang baik.
Pengobatan simptomatis :
1. Zat asam dan uap.
2. Ekspetoran bila perlu
Fisioterapi :
1. Postural drainase.
2. Fisioterapi dengan menepuk-nepuk.
VII.
PENGKAJIAN
a.Identitas.
Umumnya anak dengan daya tahan terganggu akan menderita pneumonia berulang atau
tidak dapat mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Selain itu daya tahan tubuh yang
menurun akibat KEP, penyakit menahun, trauma pada paru, anesthesia, aspirasi dan
pengobatan antibiotik yang tidak sempurna.
b.Riwayat Keperawatan.
i. Keluhan utama.
Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, diserai pernapasan cuping
hidupng, serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang disertai muntah dan
diare.atau diare, tinja berdarah dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan muntah.
ii. Riwayat penyakit sekarang.
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas
selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-40
oC dan
kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.
iii. Riwayat penyakit dahulu.
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun.
iv. Riwayat kesehatan keluarga.
Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran pernapasan dapat
menularkan kepada anggota keluarga yang lainnya.
c.
Riwayat kesehatan lingkungan.
Menurut Wilson dan Thompson, 1990 pneumonia sering terjadi pada musim hujan dan
awal musim semi. Selain itu pemeliharaan ksehatan dan kebersihan lingkungan yang
kurang juga bisa menyebabkan anak menderita sakit. Lingkungan pabrik atau banyak
asap dan debu ataupun lingkungan dengan anggota keluarga perokok.
d. Imunisasi.
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat penyakit
infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena system pertahanan tubuh yang tidak
cukup kuat untuk melawan infeksi sekunder.
e.
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
f.
Nutrisi.
Riwayat gizi buruk atau meteorismus (malnutrisi energi protein = MEP).
6. Pemeriksaan persistem.
a.
Sistem kardiovaskuler.
Takikardi, iritability.
b.
Sistem pernapasan.
Sesak napas, retraksi dada, melaporkan anak sulit bernapas, pernapasan cuping
hdidung, ronki, wheezing, takipnea, batuk produktif atau non produktif, pergerakan
dada asimetris, pernapasan tidak teratur/ireguler, kemungkinan friction rub, perkusi
redup pada daerah terjadinya konsolidasi, ada sputum/sekret. Orang tua cemas dengan
keadaan anaknya yang bertambah sesak dan pilek.
c.
Sistem pencernaan.
Anak malas minum atau makan, muntah, berat badan menurun, lemah. Pada orang tua
yang dengan tipe keluarga anak pertama, mungkin belum memahami tentang tujuan
dan cara pemberian makanan/cairan personde.
d.
Sistem eliminasi.
Anak atau bayi menderita diare, atau dehidrasi, orang tua mungkin belum memahami
alasan anak menderita diare sampai terjadi dehidrasi (ringan sampai berat).
e.
Sistem saraf.
Demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis terus pada anak-anak atau
malas minum, ubun-ubun cekung.
f.
Sistem lokomotor/muskuloskeletal.
Tonus otot menurun, lemah secara umum,
g.
Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan.
h.
Sistem integumen.
Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis, pucat, akral hangat, kulit
kering, .
i.
Sistem penginderaan.
Tidak ada kelainan.
VIII.
DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi bronkus
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan pemasukan b.d faktor biologis.
3. Kekurangan volume cairan b. D kegaga;an mekanisme pengaturan
4. Defisit perawatan diri : mandi, makan, toileting berhubungan dengan kelemahan.
IX.
RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosis
Perencanaan
NOC
NIC
Bersihan jalan nafas
tidak efektif
berhubungan dengan
sekresi bronkus
Setelah dilakukan perawatan 3x24
jam klien dapat:
mempertahankan kepatenan
jalan nafas.
Mempertahankan ventilasi
berkurang
Dg Indikator:
Tidak ada spasme
Tidak ada cemas
Tidak ada suara tambahan
RR normal
Mampu bernafas dalam
Ekspansi dan simetris
Tidakada retraksi dada
Mudah bernafas
Tidak dyspnea
NIC: airway manajement
Aktifitas:
.Buka jalan nafas
.Atur posisi yang
memungkinkan ventilasi
maximum
.dengarkan suara nafa
.Monitor dan oksigenasi
.pantau kelembaban
oksigenasi pasien
.Kaji status pernafasan
.minta pasien tidur/duduk
dengan kepala fleksi, otot
bahu rileks dan lutut menekuk
.Anjurkan paien nafas dalam
dan batuk efektif
Diagnosis
Perencanaan
NOC
NIC
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
ketidakmampuan
pemasukan b.d faktor
biologis.(Sesak nafas)
NOC: Status nutrisi, setelah
diberikan penjelasan dan
perawatan selama 4x 24
jam kebutuhan nutrisi ps
terpenuhi dg:
Indikator:
Pemasukan nutrisi yang adekuat
Pasien mampu menghabiskan
diet yang dihidangkan
Tidak ada tanda-tanda
malnutrisi
Nilai laboratorim, protein total
8-8 gr%, Albumin 3.5-5.4 gr%,
Globulin 1.8-3.6 gr%, HB tidak
kurang dari 10 gr %
Membran mukosa dan
konjungtiva tidak pucat
NIC: Eating disorder
manajemen
Aktifitas:
. Tentukan kebutuhan kalori
harian
. Ajarkan klien dan keluarga
tentang pentingnya nutrient
. Monitoring
TTV
dan
nilai Laboratorium
. Monitor intake dan output
. Pertahankan
kepatenan
pemberian nutrisi parenteral
. Pertimbangkan nutrisi enteral
. Pantau adanya Komplikasi GI
NIC: terapi gizi
Aktifitas:
. Monitor masukan makanan/
minuman dan hitung kalori
harian secara tepat
. Kaloborasi ahli gizi
. Pastikan dapat diet TKTP
. Berikan perawatan mulut
. Pantau hasil labioratoriun
protein, albumin, globulin,
HB
. Jauhkan benda-benda yang
tidak enak untuk dipandang
seperti urinal, kotak drainase,
bebat dan pispot
. Sajikan
makanan
hangat
dengan variasi yang menarik
NOC
NIC
Kekurangan volume
cairan b.d kegagalan
mekanisme pengaturan
atau regulasi
NOC: Hidrasi, keseimbangan
cairan adekuat, selama dilakukan
tindakan keperawatan 5x24 jam
keseimbangan cairan pasien
adekuat
Indikator:
Urine output 30ml/jam
TTV dalam batas normal
Turgor kulit baik, membran
mukosa lembab, urine jernih
Manajemen cairan
Hitung kebutuhan cairan
harian klien
Pertahankan intake output
tercatat secara adekuat
Monitor status hidrasi
Monitor nilai laboratorium
yang sesuai
Monitor TTV
Berikan cairan secara tetap
Tingkatkan masukan peroral
Libatkan keluargadalam
membantu peningkatan
masukan cairan
Monitoring cairan
. Pantau keadaan urine
. Monitor nilai lab urine
. Monitor membran mukosa,
turgor, dan tanda haus
. Monitor cairan per IV line.
Pertahankan pemberian terapi
cairan peri infus.
Diagnosis
Perencanaan
NOC
NIC
Defisit perawatan diri :
mandi, makan, toileting
berhubungan dengan
kelemahan.
: Perawatan diri : (mandi,
berpakaian), setelah diberi
motivasi perawatan selama
2x24 jam, ps mampu melakukan
mandi dan berpakaian sendiri dg:
Indikator:
Tubuh bebas dari bau dan menjaga
keutuhan kulit
Menjelaskan cara mandi dan
berpakaian secara aman
NIC: Membantu perawatan
diri pasien
Aktifitas:
Tempatkan alat-alat mandi
disamping TT ps
Libatkan keluarga dan ps
Berikan bantuan selama ps
masih mampu mengerjakan
sendiri
NIC: ADL berpakaian
Informasikan pd ps dlm
memilih
pakaian
selama
perawatan
Sediakan pakaian di tempat
yg mudah dijangkau
Bantu berpakaian yg sesuai
Jaga privcy ps
Berikan pakaian pribadi yg
digemari dan sesuai
X.
DAFTAR PUSTAKA
Gordon,et.al,2001,
Nursing
Diagnoses
:
definition
&
Classification
2001-2002,Philadelpia,USA
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume 3, EGC,
Jakarta
Haryani dan Siswandi, 2004, Nursing Diagnosis: A Guide To Planning Care, available
on: www.Us.Elsevierhealth.com
Jong, W, 1997, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC Jakarta
McCloskey, 1996, Nursing Interventions Classification (NIC),Mosby, USA
Ralph
&
Rosenberg,
2003, Nursing
Diagnoses: Definition
&
Classification
2005-2006, Philadelphia USA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN BRONCHOPNEUMONI A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak Infiltrat (Whalley and Wong, 1996).
Bronchopneumina adalah frekwensi komplikasi pulmonary, batuk produktif yang lama, tanda dan gejalanya biasanya suhu meningkat, nadi meningkat, pernapasan meningkat (Suzanne G. Bare, 1993).
Bronchopneumonia disebut juga pneumoni lobularis, yaitu radang paru -paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda-benda asing (Sylvia Anderson, 1994).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lo bus paru-paru yang ditandai dengan adanya be rcak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh bakteri,virus, jamur dan benda asing.
2. Etiologi
Bakteri : Diplococus Pneumonia, Pneumococcus, Stretococcus Hemoliticus Aureus, Haemophilus Influenza, Basilus Friendlander (Klebsial Pneumoni), Mycobacterium Tuberculosis.
Virus : Respiratory syntical virus, virus influenza, virus sitomegalik.
Jamur : Citoplasma Capsulatum, Criptococcus Nepromas, Blastomices Dermatides, Cocedirides Immitis, Aspergillus Sp, Candinda Albicans, Mycoplasma Pneumonia. Aspirasi benda asing.
Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya Bronchopnemonia adalah daya tahan tubuh yang menu run misalnya akibat malnutrisi energi protein (MEP), penyakit menahun, pengobatan antibiotik yang tidak sempurna.
3. Patofisiologi
Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh virus penyebab
Bronchopneumonia yang masuk ke saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan broncus dan alveolus. Inflamasi bronkus ditandai adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Bila penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adal ah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis.
Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak napas, dan napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang be rpungsi untuk melembabkan rongga fleura. Emfisema (tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru) adalah tindak lanjut dari pembedahan. Atelektasis mngakibatkan peningkatan frekuensi napas, hipoksemia, acidosis respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan yang a kan mengakibatkan terjadinya gagal napas. Secara singkat patofisiologi dapat digambarkan pada skema proses.
4. Manifestasi klinis
Biasanya didahului infeksi traktus respiratorius bagian atas. Penyakit ini umumnya timbul mendadak, suhu meningkat 39-40O C disertai menggigil, napas sesak dan cepat, batuk-batuk yang non produktif “napas bunyi”
pemeriksaan paru saat perkusi redup, saat auskultasi suara napas ronchi basah yang halus dan nyaring. Batuk pilek yang mungkin berat sampai terjadi insufisiensi pernapasan dimulai dengan infeksi saluran bagian atas, penderita batuk kering, sakit kepala, nyeri otot, anoreksia dan kesulitan menelan.
5. Pemeriksaan penunjang
1. Pengambilan sekret secara broncoscopy dan fungsi paru untuk preparasi langsung, biakan dan test resistensi dapat menemukan atau mencari etiologinya, tetapi cara ini tidak rutin dilakukan karena sukar.
2. Secara laboratorik ditemukan le ukositosis biasa 15.000 – 40.000 / m dengan pergeseran LED meninggi. 3. Foto thorax bronkopeumoni terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu atau beberapa lobus, jika pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus.
6. Penatalaksanaan
Kemotherapi untuk mycoplasma pneumonia, dapat diberikan Eritromicin 4 X 5 00 mg sehari atau Tetrasiklin 3 – 4 mg sehari.
Obat-obatan ini meringankan dan mempercepat penyembuhan terutama pada kasus yang berat. Obat-obat penghambat sintesis SNA (Sintosin Antapinosin dan Indoksi Urudin) dan interperon inducer seperti polinosimle, poliudikocid pengobatan simtomatik seperti :
1.
1. Istirahat, umumnya penderita tidak perlu dirawat, cukup istirahat dirumah. 2. Simptomatik terhadap batuk.
3. Batuk yang produktif jangan ditekan dengan antitusif
4. Bila terdapat obstruksi jalan napas, dan lendir serta ada febris, diberikan broncodilator. 5. Pemberian oksigen umumnya tidak diperlukan, kecuali untuk kasus berat. Antibiotik yang
paling baik adalah antibiotik yang sesuai dengan penyebab yang mempunyai spektrum sempit.
7. Komplikasi
Komplikasi dari bronchopneumonia adalah :
a. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
b. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
c. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam j aringan paru yang meradang. d. Infeksi sitemik
e. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial. f. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
8. Tumbuh kembang anak usia 6 – 12 tahun
Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran berbagai organ fisik berkaitan dengan masalah
perubahan dalam jumlah, besar, ukuran atau dimensi tingkat sel. Pertambahan berat badan 2 – 4 Kg / tahun dan pada anak wanita sudah mulai mengembangkan ciri sex sekundernya.
Perkembangan menitikberatkan pada aspek diferensiasi bentuk dan fungsi termasuk perubahan sosial dan emosi.
a. Motorik kasar
1. Loncat tali 2. Badminton 3. Memukul
4. Motorik kasar dibawah kendali kognitif dan secara bertahap meningkatkan irama dan kehalusan.
b. Motorik halus
1. Menunjukan keseimbangan dan koordinasi mata dan tangan
2. Dapat meningkatkan kemampuan menjahit, membuat model dan bermain alat musik.
c. Kognitif
1. Dapat berfokus pada lebih dari satu asfek dan situasi
2. Dapat mempertimbangkan sejumlah alternatif dalam pemecahan masalah 3. Dapat membalikan cara kerja dan melacak urutan kejadian kembali sejak awal 4. Dapat memahami konsep dahulu, sekarang dan yang akan datang
d. Bahasa
1. Mengerti kebanyakan kata-kata abstrak
2. Memakai semua bagian pembicaraan termasuk kata sifat, kata keterangan, kata penghubung dan kata depan 3. Menggunakan bahasa sebagai alat komuniukasi verbal
4. Dapat memakai kalimat majemuk dan gabungan
9. Dampak hospitalisasi
Hospitalisasi atau sakit dan dirawat di RS bagi anak dan keluarga akan menimbulkan stress dan tidak merasa aman. Jumlah dan efek stress tergantung pada persepsi anak dan keluarga terhadap kerusakan penyakit dan pengobatan.
Penyebab anak stress meliputi ; 1. Psikososial
Berpisah dengan orang tua, anggota keluarga lain, teman dan perubahan peran 2. Fisiologis
3. Lingkungan asing
Kebiasaan sehari-hari berubah 4. Pemberian obat kimia
Reaksi anak saat dirawat di Rumah sakit usia sekolah (6-12 tahun)
1. Merasa khawatir akan perpisahan dengan sekolah dan teman sebayanya 2. Dapat mengekpresikan perasaan dan mampu bertoleransi terhadap rasa nyeri 3. Selalu ingin tahu alasan tindakan
4. Berusaha independen dan produktif Reaksi orang tua
1. Kecemasan dan ketakutan akibat dari seriusnya penyakit, prosedur, pengobatan dan dampaknya terhadap masa depan anak
2. Frustasi karena kurang informasi terhadap prosedur dan pengobatan serta tidak familiernya peraturan Rumah sakit
B. ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORITIS 1. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan
1) Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya : batuk, pilek, demam. 2) Anorexia, sukar menelan, mual dan muntah.
3) Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas seperti malnutrisi. 4) Anggota keluarga lain yang mengalami sakit saluran pernapasan
5) Batuk produktif, pernafasan cuping hidung, pernapasan cepat dan dangkal, gelisah, sianosis b. Pemeriksaan fisik
1) Demam, takipnea, sianosis, pernapasan cuping hidung 2) Auskultasi paru ronchi basah
3) Laboratorium leukositosis, LED meningkat atau normal
4) Rontgent dada abnormal (bercak, konsolidasi yang tersebar pada kedua paru) c. Factor fsikologis / perkembangan memahami tindakan
1) Usia tingkat perkembangan
2) Toleransi / kemampuan memahami tindakan 3) Koping
4) Pengalaman terpisah dari keluarga / orang tua 5) Pengalaman infeksi saluran p ernafasan sebelumnya d. Pengetahuan keluarga / orang tua
1) Tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit saluran pernapasan 2) Pengalaman keluarga tentang penyakit saluran pernafasan
3) Kesiapan / kemauan keluarga untuk belajar merawat anaknya
2. Diagnosa keperawatan
1) Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan sekret. 2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan p erubahan kapiler alveoli. 3) Defisit volume cairan berhubungan dengan output yang berlebihan.
4) Resti pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh be rhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat. 5) Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
6) Kurang pengetahuan orang tua tentang perawatan klien berhubungan dengan kurangnya informasi. 7) Cemas anak berhubungan dengan dampak hospitalisasi
3. Intervensi Diagnosa 1
Tujuan : Bersihan jalan nafas kembali efektif. KH : sekret dapat keluar.
Rencana tindakan :
1. Monitor status respirasi setiap 2 jam, kaji ada nya peningkatan pernapasan dan bunyi napas abnormal. 2. Lakukan suction sesuai indikasi.
3. Beri terapi oksigen setiap 6 jam
4. Ciptakan lingkungan / nyaman sehingga pasien dapat tidur dengan tenang 5. Beri posisi yang nyaman bagi pasien
6. Monitor analisa gas darah untuk mengkaji status pernapasan 7. Lakukan perkusi dada
8. Sediakan sputum untuk kultur / test sensitifitas
Diagnosa 2
Tujuan : pertujaran gas kembali normal.
KH : Klien memperlihatkan perbaikan ventilasi, pertukaran gas secara optimal dan oksigenisasi jaringan secara adekuat
Rencana tindakan :
1. Observasi tingkat kesadaran, status pernafasan, tanda -tanda cianosis 2. Beri posisi fowler sesuai program / semi fowler
3. Beri oksigen sesuai program 4. Monitor AGD
5. Ciprtakan lingkungan yang nyaman 6. Cegah terjadinya kelelahan
Diagnosa 3.
Tujuan : Klien akan mempertahankan cairan tubuh yang normal KH : Tanda dehidrasi tidak ada.
Rencana tindakan :
1. Catat intake dan output cairan (balanc cairan) 2. Anjurkan ibu untuk tetap memberikan cairan peroral
3. Monitor keseimbangan cairan , membran mukosa, turgor kulit, nadi cepat, kesadaran menurun, tanda -tanda vital.
4. Pertahankan keakuratan tetesan infus
5. Observasi tanda-tanda vital (nadi, suhu, respirasi)
Diagnosa 4.
Tujuan : Kebuituhan nutrisi terpenuhi.
KH : Klien dapat mempertahankan/meningkatkan pemasukan nutrisi.. Rencana tindakan :
1. Kaji status nutrisi klien
2. Lakukan pemeriksaan fisik abdomen klien (auskultasi, perkusi, palpasi, dan inspeksi) 3. Timbang BB klien setiap hari.
4. Kaji adanya mual dan muntah 5. Berikan diet sedikit tapi sering
6. Berikan makanan dalam keadaan hangat 7. kolaborasi dengan tim gizi
Diagnosa 5
Tujuan : Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh.
KH : Hipertermi/peningkatan suhu dapat teratasi dengan proses infeksi hilang Rencana tindakan :
1. Observasi tanda-tanda vital
2. Berikandan anjurkan keluarga untuk memberikan kompres dengan air pada daerah dahi dan ketiak 3. Libatkan keluarga dalam setiap tindakan
4. Berikan minum per oral
5. Ganti pakaian yang basah oleh keringat
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat p enurun panas.
Diagnosa 6
Tujuan : Pengetahuan orang tua klien tentang proses penyakit anaknya meningkat setelah dilakukan tindakan keperawatan
KH : Orang tua klien mengerti tentang penyakit anaknya. Rencana tindakan :
1. Kaji tingkat pengetahuan o rang tua klien tentang proses penyakit anaknya 2. Kaji tingkat pendidikan orang tua klien
3. Bantu orang tua klien untuk mengembangkan rencana asuhan keperawatan dirumah sakit seperti : diet, istirahat dan aktivitas yang sesuai
4. Tekankan perlunya melindungi anak.
5. Jelaskan pada keluarga klien tentang Pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pengobatan, pencegahan dan komplikasi dengan memberikan penkes.
6. Beri kesempatan pada orang tua klien untuk bertanya tentang hal yang belum d imengertinya
Diagnosa 7
Tujuan : Cemas anak hilang
KH : Klien dapat tenang, cemas hilang, rasa nyaman terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan Rencana tindakan :
1. Kaji tingkat kecemasan klien
2. Dorong ibu / keluarga klien mensufort anaknya dengan cara ibu selalu didekat klien. 3. Fasilitasi rasa nyaman dengan cara ibu berperan serta merawat anaknya
4. Lakukan kunjungan, kontak dengan klien 5. Anjurkan keluarga yang lain mengunjungi klien 6. Berikan mainan sesuai kesukaan klien dirumah
4. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan Brochopneumonia dalah : a. Pertukaran gas normal.
b. Bersihan jalan napas kembali efektif c. Intake dan output seimbang
d. Intake nutrisi adekuat
e. Suhu tubuh dalam batas normal f. Pengetahuan keluarga meningkat g. Cemas teratasi
Sumber Dari :
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN BRONCHOPNEUMONI
April 23, 2009
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa
lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak Infiltrat (Whalley and Wong,
1996).
Bronchopneumina adalah frekwensi komplikasi pulmonary, batuk produktif yang
lama, tanda dan gejalanya biasanya suhu meningkat, nadi meningkat, pernapasan meningkat
(Suzanne G. Bare, 1993).
Bronchopneumonia disebut juga pneumoni lobularis, yaitu radang paru-paru yang
disebabkan oleh bakteri, virus,jamur dan benda-benda asing (Sylvia Anderson, 1994).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
Bronkopneumonia adalah radang paru yang mengenai satu atau beberapa lobus
paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh
bakteri,virus, jamur dan benda asing.
2. Etiologi
Bakteri : Diplococus Pneumonia, Pneumococcus, Stretococcus Hemoliticus Aureus, Haemophilus Influenza, Basilus Friendlander (Klebsial Pneumoni), Mycobacterium Tuberculosis.
Virus : Respiratory syntical virus, virus influenza, virus sitomegalik.
Jamur : Citoplasma Capsulatum, Criptococcus Nepromas, Blastomices Dermatides,
Cocedirides Immitis, Aspergillus Sp, Candinda Albicans, Mycoplasma Pneumonia. Aspirasi
benda asing.
Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya Bronchopnemonia adalah daya tahan tubuh yang menurun misalnya akibat malnutrisi energi protein (MEP), penyakit menahun, pengobatan antibiotik yang tidak sempurna.
3. Fatofisiologi
Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh virus penyebab Bronchopneumonia yang masuk ke saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan broncus dan alveolus. Inflamasi bronkus ditandai adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Bila penyebaran kuman
sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis.
Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak napas, dan napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang berpungsi untuk melembabkan rongga fleura. Emfisema (tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru) adalah tindak lanjut dari pembedahan. Atelektasis mngakibatkan peningkatan frekuensi napas, hipoksemia, acidosis respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya gagal napas. Secara singkat patofisiologi dapat digambarkan pada skema proses.
4. Manifestasi klinis
Biasanya didahului infeksi traktus respiratorius bagian atas. Penyakit ini umumnya timbul mendadak, suhu meningkat 39-40O C disertai menggigil, napas sesak dan cepat, batuk-batuk yang non produktif “napas bunyi” pemeriksaan paru saat perkusi redup, saat auskultasi suara napas ronchi basah yang halus dan nyaring.
Batuk pilek yang mungkin berat sampai terjadi insufisiensi pernapasan dimulai
dengan infeksi saluran bagian atas, penderita batuk kering, sakit kepala, nyeri otot,
anoreksia dan kesulitan menelan.
1. Pemeriksaan penunjang
1. Pengambilan sekret secara broncoscopy dan fungsi paru untuk preparasi langsung, biakan
dan test resistensi dapat menemukan atau mencari etiologinya, tetapi cara ini tidak rutin
dilakukan karena sukar.
2. Secara laboratorik ditemukan leukositosis biasa 15.000
–
40.000 / m dengan pergeseran
LED meninggi.
3. Foto thorax bronkopeumoni terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu atau beberapa
lobus, jika pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa
lobus.
1. Penatalaksanaan
Kemotherapi untuk mycoplasma pneumonia, dapat diberikan Eritromicin 4 X 500 mg sehari atau Tetrasiklin 3 – 4 mg sehari.
Obat-obatan ini meringankan dan mempercepat penyembuhan terutama pada
kasus yang berat. Obat-obat penghambat sintesis SNA (Sintosin Antapinosin dan Indoksi
Urudin) dan interperon inducer seperti polinosimle, poliudikocid pengobatan simtomatik
seperti :
1.
1. Istirahat, umumnya penderita tidak perlu dirawat, cukup istirahat dirumah. 2. Simptomatik terhadap batuk.
3. Batuk yang produktif jangan ditekan dengan antitusif
4. Bila terdapat obstruksi jalan napas, dan lendir serta ada febris, diberikan broncodilator.
5. Pemberian oksigen umumnya tidak diperlukan, kecuali untuk kasus berat. Antibiotik yang paling baik adalah antibiotik yang sesuai dengan penyebab yang mempunyai spektrum sempit.
7. Komplikasi
Komplikasi dari bronchopneumonia adalah :
a. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru
merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
b. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura
terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
c. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
d. Infeksi sitemik
e. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
f. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
1. Tumbuh kembang anak usia 6 – 12 tahun
Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran berbagai organ fisik
berkaitan dengan masalah perubahan dalam jumlah, besar, ukuran atau dimensi tingkat sel.
Pertambahan berat badan 2
–
4 Kg / tahun dan pada anak wanita sudah mulai
mengembangkan ciri sex sekundernya.
Perkembangan menitikberatkan pada aspek diferensiasi bentuk dan fungsi termasuk
perubahan sosial dan emosi.
a. Motorik kasar
1. Loncat tali
2. Badminton
3. Memukul
4. Motorik kasar dibawah kendali kognitif dan secara bertahap meningkatkan irama dan
kehalusan.
b. Motorik halus
1. Menunjukan keseimbangan dan koordinasi mata dan tangan
c. Kognitif
1. Dapat berfokus pada lebih dari satu asfek dan situasi
2. Dapat mempertimbangkan sejumlah alternatif dalam pemecahan masalah
3. Dapat membalikan cara kerja dan melacak urutan kejadian kembali sejak awal
4. Dapat memahami konsep dahulu, sekarang dan yang akan datang
d. Bahasa
1. Mengerti kebanyakan kata-kata abstrak
2. Memakai semua bagian pembicaraan termasuk kata sifat, kata keterangan, kata
penghubung dan kata depan
3. Menggunakan bahasa sebagai alat komuniukasi verbal
4. Dapat memakai kalimat majemuk dan gabungan
7. Dampak hospitalisasi
Hospitalisasi atau sakit dan dirawat di RS bagi anak dan keluarga akan menimbulkan
stress dan tidak merasa aman. Jumlah dan efek stress tergantung pada persepsi anak dan
keluarga terhadap kerusakan penyakit dan pengobatan.
Penyebab anak stress meliputi ;
1. Psikososial
Berpisah dengan orang tua, anggota keluarga lain, teman dan perubahan peran
2. Fisiologis
Kurang tidur, perasaan nyeri, imobilisasi dan tidak mengontrol diri
3. Lingkungan asing
Kebiasaan sehari-hari berubah
4. Pemberian obat kimia
Reaksi anak saat dirawat di Rumah sakit usia sekolah (6-12 tahun)
2. Dapat mengekpresikan perasaan dan mampu bertoleransi terhadap rasa nyeri
3. Selalu ingin tahu alasan tindakan
4. Berusaha independen dan produktif
Reaksi orang tua
1. Kecemasan dan ketakutan akibat dari seriusnya penyakit, prosedur, pengobatan dan
dampaknya terhadap masa depan anak
2. Frustasi karena kurang informasi terhadap prosedur dan pengobatan serta tidak
familiernya peraturan Rumah sakit
B. ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORITIS
1. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan
1) Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya : batuk, pilek, demam.
2) Anorexia, sukar menelan, mual dan muntah.
3) Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas seperti malnutrisi.
4) Anggota keluarga lain yang mengalami sakit saluran pernapasan
5) Batuk produktif, pernafasan cuping hidung, pernapasan cepat dan dangkal, gelisah,
sianosis
b. Pemeriksaan fisik
1) Demam, takipnea, sianosis, pernapasan cuping hidung
2) Auskultasi paru ronchi basah
3) Laboratorium leukositosis, LED meningkat atau normal
4) Rontgent dada abnormal (bercak, konsolidasi yang tersebar pada kedua paru)
c. Factor fsikologis / perkembangan memahami tindakan
1) Usia tingkat perkembangan
2) Toleransi / kemampuan memahami tindakan
3) Koping
4) Pengalaman terpisah dari keluarga / orang tua
5) Pengalaman infeksi saluran pernafasan sebelumnya
d. Pengetahuan keluarga / orang tua
1) Tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit saluran pernapasan
2) Pengalaman keluarga tentang penyakit saluran pernafasan
3) Kesiapan / kemauan keluarga untuk belajar merawat anaknya
2. Diagnosa keperawatan
1) Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan sekret.
2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan kapiler alveoli.
3) Defisit volume cairan berhubungan dengan output yang berlebihan.
4) Resti pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi
yang tidak adekuat.
5) Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
6) Kurang pengetahuan orang tua tentang perawatan klien berhubungan dengan kurangnya
informasi.
7) Cemas anak berhubungan dengan dampak hospitalisasi
3. Intervensi
Diagnosa 1
Tujuan : Bersihan jalan nafas kembali efektif.
KH : sekret dapat keluar.
Rencana tindakan :
1. Monitor status respirasi setiap 2 jam, kaji adanya peningkatan pernapasan dan bunyi
napas abnormal.
2. Lakukan suction sesuai indikasi.
3. Beri terapi oksigen setiap 6 jam
5. Beri posisi yang nyaman bagi pasien
6. Monitor analisa gas darah untuk mengkaji status pernapasan
7. Lakukan perkusi dada
8. Sediakan sputum untuk kultur / test sensitifitas
Diagnosa 2
Tujuan : pertujaran gas kembali normal.
KH : Klien memperlihatkan perbaikan ventilasi, pertukaran gas secara optimal dan
oksigenisasi jaringan secara adekuat
Rencana tindakan :
1. Observasi tingkat kesadaran, status pernafasan, tanda-tanda cianosis
2. Beri posisi fowler sesuai program / semi fowler
3. Beri oksigen sesuai program
4. Monitor AGD
5. Ciprtakan lingkungan yang nyaman
6. Cegah terjadinya kelelahan
Diagnosa 3
.
Tujuan : Klien akan mempertahankan cairan tubuh yang normal
KH : Tanda dehidrasi tidak ada.
Rencana tindakan :
1. Catat intake dan output cairan (balanc cairan)
2. Anjurkan ibu untuk tetap memberikan cairan peroral
3. Monitor keseimbangan cairan , membran mukosa, turgor kulit, nadi cepat, kesadaran
menurun, tanda-tanda vital.
4. Pertahankan keakuratan tetesan infus
5. Observasi tanda-tanda vital (nadi, suhu, respirasi)
Diagnosa 4.
Tujuan : Kebuituhan nutrisi terpenuhi.
KH : Klien dapat mempertahankan/meningkatkan pemasukan nutrisi..
Rencana tindakan :
1. Kaji status nutrisi klien
2. Lakukan pemeriksaan fisik abdomen klien (auskultasi, perkusi, palpasi, dan inspeksi)
3. Timbang BB klien setiap hari.
4. Kaji adanya mual dan muntah
5. Berikan diet sedikit tapi sering
6. Berikan makanan dalam keadaan hangat
7. kolaborasi dengan tim gizi
Diagnosa 5
Tujuan : Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh.
KH : Hipertermi/peningkatan suhu dapat teratasi dengan proses infeksi hilang
Rencana tindakan :
1. Observasi tanda-tanda vital
2. Berikandan anjurkan keluarga untuk memberikan kompresdengan air pada daerah dahi
dan ketiak
3. Libatkan keluarga dalam setiap tindakan
4. Berikan minum per oral
5. Ganti pakaian yang basah oleh keringat
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat penurun panas.
Diagnosa 6
Tujuan : Pengetahuan orang tua klien tentang proses penyakit anaknya meningkat setelah
dilakukan tindakan keperawatan
KH : Orang tua klien mengerti tentang penyakit anaknya.
Rencana tindakan :
1. Kaji tingkat pengetahuan orang tua klien tentang proses penyakit anaknya
2. Kaji tingkat pendidikan orang tua klien
3. Bantu orang tua klien untuk mengembangkan rencana asuhan keperawatan dirumah sakit
seperti : diet, istirahat dan aktivitas yang sesuai
4. Tekankan perlunya melindungi anak.
5. Jelaskan pada keluarga klien tentang Pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
pengobatan, pencegahan dan komplikasi dengan memberikan penkes.
6. Beri kesempatan pada orang tua klien untuk bertanya tentang hal yang belum
dimengertinya
Diagnosa 7
Tujuan : Cemas anak hilang
KH : Klien dapat tenang, cemas hilang, rasa nyaman terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan