• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Etika Bisnis Islam Cetak Thibbun Nabawi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Etika Bisnis Islam Cetak Thibbun Nabawi"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

“Hai Orang Orang yang beriman Masuklah kamu kedalam Islam Secara Kaafah” (Q.S Al-Baqoroh : 208)

Islam adalah agama yang kamil (sempurna) dan syamil (menyeluruh) yang bersifat universal, berlaku secara menyeluruh di setiap sudut kehidupan manusia, tanpa kecuali. Salah satu sudut kehidupan itu adalah ilmu kedokteran/ pengobatan yang merupakan bagian dari berjuta ilmu yang ada di dunia ini. Pengobatan/ kedokteran dalam Islam sering dikenal dengan istilah “Thibbun Nabawi”.

Aiman bin Abdul Fattah ((Keajaiban Thibbun Nabawi, 2011) menyebutkan sebuah penelitian tentang Pengobatan dengan Metode Bekam tahun 2001 yang meneliti 300 kasus. Penelitian yang terdiri dari enam orang tim ahli laboratorium dan 13 orang tim dokter spesialis, yang kemudian disimpulkan oleh Muhammad Amin Syaikhu bahwa hasil penelitian menunjukkan hasil yang mencengangkan bahwa hampir seluruh kasus yang melakukan terapi bekam membuahkan kondisi kesembuhan yang luar biasa. Inilah salah satu bukti kebenaran dan luar biasanya Thibbun Nabawi.

Dr. Wadda Amani Umar dalam Aiman bin Abdul Fattah (Keajaiban Thibbun Nabawi, 2011) mengatakan istilah atau sebutan “Thibbun Nabawi” sebenarnya tidak pernah ada pada jaman Nabi, Nabi tidak pernah mengklasifikasikan Thibbun Nabawi, namun pada abad ke 13 masehi istilah Thibbun Nabawi dipakai untuk menunjukan ilmu-ilmu kedokteran yang berada dalam bingkai keimanan pada Allah serta bimbingan Al-Qur‟an dan As-Sunnah yang dibedakan dengan ilmu-ilmu kedokteran yang tumbuh liar sehingga bertentangan dengan Al-Qur;an dan As-Sunnah seperti yang terjadi pada zaman sebelum datangnya Islam. Kitab yang sering dipakai rujukan kaum muslimin adalah dari karya Ibnu Qoyyim al Jauziyyah yang berjudul Zaadu‟l-Maa‟ad.

Thibbun Nabawi memiliki sumber utama dari Al-Qur'an dan Sunnah ditambah oleh pengalaman empiris Nabi dan pengobatan masyarakat di masa itu. Hal yang penting adalah bahwa prinsip umum pada tibb nabawi dapat diaplikasikan pada seluruh waktu dan tempat.

(2)

2 Prinsip penting dalam Tibb nabawi ini adalah bahwa apapun yang nabi katakan dan lakukan adalah sesuatu yang benar karena Rasulullah SAW tidak pernah mengucapkan sesuatu yang tidak benar (ma'shum).

Thibbun Nabawi bukanlah suatu prosedur atau peralatan kedokteran yang spesifik atau dikhususkan untuk tempat dan waktu tertentu. Konsep yang dikandung bersifat universal, menyeluruh, fleksibel, dan tidak menghambat perkembangan dan pertumbuhan metode medis yang digunakan selama dalam pelaksanaannya masih dalam tuntunan Qur'an dan sunnah.

Seperti halnya ilmu kedokteran saat ini, Thibbun Nabawi pun meliputi upaya preventif, kuratif, promotif dan rehabilitatif. Satu hal yang menarik adalah di dalam Thibbun Nabawi ini, pendekatan spiritual dalam menghadapi suatu penyakit menjadi hal yang sangat diutamakan. Sehingga dalam gambaran umum, dapat dikatakan metode pengobatan yang digunakan adalah metode holistik (menyeluruh). Terdapat integrasi antara potensi akal, fisik, dan jiwa dalam mengahadapi suatu permasalahan. Beginilah kesempurnaan Islam yang memegang prinsip tawazun (keseimbangan). Tidak akan dapat dipisahkan komponen-komponen dalam tubuh manusia menjadi bagian yang terkotak-kotak. Semua sisi memegang peranan yang penting dan kesemuanya saling mempengaruhi.

Ibnul Qoyyim (Praktek Kedokteran Nabi, 2008) menyatakan : Pengobatan Nabi memiliki unsur ilahiyah. Unsur ini membuat perbandingan antara pengobatan Nabi dengan pengobatan dokter mirip dengan perbandingan antara pengobatan dokter dengan pengobatan tradisional. Para ahli kesehatan terbaik mengakui fakta ini. Ilmu kesehatan yang mereka kuasai merupakan hasil dari analogi, eksperimentasi, ilham, visi dan hipotesis. Sebagian di antara mereka menyatakan bahwa ilmu pengetahuan yang didapat dipelajari lewat dunia binatang. Misal mereka mengamati beberapa burung yang meminum air laut ketika suhu tubuhnya terlalu panas.

Ilmu kedokteran sebagaimana dikemukakan diatas tak sebanding dengan wahyu yang diturunkan Allah kepada para utusan-Nya. Wahyu tersebut memberi informasi kepada Rasulullah saw tentang apa yang bermanfaat dan apa yang berbahaya. Para nabi memberi kita pengobatan yang tidak tidak dapat dipahami atau dicapai oleh para dokter melalui ekperimen, hipotesis dan teori yaitu pengobatan psikologis dan spritual. Pengobatan dengan memperkuat hati serta bersandar dan tawakkal kepada Allah SWT, mencari perlindungan, bersikap rendah hati dan memperlihatkan kelembutan hati dihadapan-Nya, memohon kepada-Nya, beramal sholih untuk meraih kasih sayang-Nya dan berdo‟a kepada Allah. Juga dengan bertobat kepada Allah,

(3)

3 memohon ampunan-Nya, melakukan kebaikan terhadap makhluk-Nya, serta membantu mereka yang sangat membutuhkan dan menderita. Pengobatan-pengobatan ini telah diuji coba oleh berbagai bangsa dan terbukti kemanjurannya. Para dokter tidak pernah berhasil memberikan resep serupa, baik melalui eksperimen atau observasi ilmiah.

Keyakinan bahwa konsep ini adalah konsep yang paling ideal membentuk suatu motivasi besar dalam diri setiap muslim untuk dengan bangga mengusung dan memperkenalkannya sebagai jawaban atas berbagai problematika kedokteran/ pengobatan yang dihadapi manusia secara umum.

1.2. Perumusan Masalah

Islam adalah sebuah aturan hidup yang universal dan bernilai objektif serta bersifat rahmatan lil „alamin. Oleh karena itu pengobatan Islam bukanlah metode yang hanya diterapkan kepada umat muslim saja tetapi juga untuk keseluruhan umat manusia. Dimana pengobatan Islam telah teruji dan terbukti mampu menjawab berbagai permasalahan tentang dunia kesehatan dan pengobatan. Pemikiran inilah yang harus dapat dipahami dan dipraktekkan oleh seluruh muslim. Oleh karena itu, maka kajian dan pengaplikasian pengobatan yang sesuai nilai-nilai Islam menjadi sebuah kebutuhan dan keharusan.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan dikaji dalam tulisan ini adalah:

1. Bagaimana konsep dan praktek pengobatan dalam tinjauan Islam? 2. Bagaimana etika bisnis pengobatan dalam Islam?

1.3. Tujuan Penulisan

Berdasarkan pemaparan pada perumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui konsep dan praktek pengobatan di dalam Islam 2. Mengetahui etika bisnis pengobatan didalam Islam.

(4)

4 BAB II

KONSEP DAN PRAKTEK PENGOBATAN DALAM ISLAM

2.1 Pengertian Pengobatan Islam a. Pengertian Thibbun Nabawi

Menurut Aiman bin Abdul Fattah (Keajaiban Thibbun Nabawi, 2011), thibb secara bahasa bisa bermakna perbaikan, kelembutan dan pengaturan, kecerdasan, kebiasaan dan sihir. Sedangkan thibb secara istilah adalah ilmu untuk mengetahui kondisi-kondisi badan manusia dari aspek kesehatannya maupun apa yang hilang darinya, untuk memelihara kesehatan yang ada dan mengembalikan yang hilang.

b. Definisi Penyakit

Ibnul Qoyyim (Praktek Kedokteran Nabi, 2008) menyatakan ada dua jenis penyakit pada manusia, yaitu :

1. Penyakit Hati

Penyakit yang bersemayam di hati ada dua macam; yaitu penyakit syubhat yang disertai keraguan dan penyakit syahwat yang disertai kesesatan. Al-qur‟an menyebut kedua penyakit tersebut di dalam firman Allah SWT sebagai berikut :

a. Penyakit Syubhat

“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. (Q.S Al-Baqoroh : 10)

“dan apabila mereka dipanggil kepada Allah[1044] dan Rasul-Nya, agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka, tiba-tiba sebagian dari mereka menolak untuk datang. tetapi jika keputusan itu untuk (kemaslahatan) mereka, mereka datang kepada Rasul dengan patuh. Apakah (ketidak datangan mereka itu karena) dalam hati mereka ada penyakit, atau (karena) mereka ragu-ragu ataukah (karena) takut kalau-kalau Allah dan Rasul-Nya Berlaku zalim kepada mereka? sebenarnya, mereka Itulah orang-orang yang zalim. (Q.S An-Nur :48-50)

(5)

5 b. Penyakit Syahwat

“Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah Perkataan yang baik (Q.S Al Ahzab : 32)

2. Penyakit Jasmani

Penyakit yang berkaitan kondisi fisik. Baik yang disebabkan unsur-unsur materi dan bisa juga tanpa masuknya unsur materi. Adapun yang terkait dengan unsur materi, ada yang disebabkan oleh unsur panas, panas, basah, kering dan kombinasi dari dua atau lebih unsur tersebut.

c. Pengelompokkan Thibbun Nabawi

Pengelompokan thibbun nabawi dapat berubah dari kondisi ilmu pengetahuan yang semakin membuka pengetahuan terhadap banyak penyakit yang kita anggap baru. Namun secara garis besarnya, Jalaluddin al Suyuti mengatakan dalam sebuah bukunya tentang pengobatan thibbun nabawi, membagi pengobatan thibbun nabawi menjadi tiga kelompok yaitu Pencegahan, Spiritual, dan Pengobatan. Thibbun nabawi lebih banyak menguraikan tentang pencegahan, namun tetap mengutamakan spiritual dan penyembuhan.

1. Thibbun Nabawi Pencegahan

Al Suyuti (1994) menerangkan langkah medis pencegahan atau preventif dengan hal yang alami seperti makanan dan olahraga. Dalam hadits juga ada yang menguraikan tentang pencegahan seperti karantina untuk penderita wabah, hijr, sihhi, melarang buang air kecil di air yang tenang atau tidak mengalir, penggunaan sikat gigi, miswak, perlindungan rumah terutama pada malam hari dari bahaya kebakaran dan pes, meninggalkan suatu wilayah karena keadaan iklim dan airnya, pernikahan, kesehatan mental, kesehatan seksual, diet yang sehat untuk mencegah kegemukan, menjaga kebersihan, menghindari najis.

2. Thibbun Nabawi Spiritual

Penelitain tentang thibbun nabawi menjelaskan bahwa ada banyak aspek spiritual dari penyembuhan dan pemulihan kesehatan. Hal spiritual yang terutama adalah Do'a, membaca dan mendalami AlQur'an, selalu mengingat Allah sebagai satu satubya sesembahan. Penyakit seperti

(6)

6 psikosomatik dapat di sembuhkan dengan spiritual karena penderita psikosomatik dapat merespon dengan pendekatan spiritual. Ruqyah merupakan pengobatan dengan proses penyembuhan spiritual dan fisik, ruqyah (alfatihah dan almuawidzatain) merupakan penyembuhan yang di di fahami oleh istilah modern bahwa jiwa mampu untuk mengontrol atau mengendalikan mekanisme kekebalan tubuh yang berfungsi untuk mencegah penyakit.

3. Thibbun Nabawi Penyembuhan

Dalam bukunya, Ibnu Qayim al Jauziyah menyebutkan banyak penyakit yang penyembuhannya atau tindakan medisnya direkomendasikan dari thibbun nabawi. Penyakit penyakit dapat diobati dengan thibbun nabawi dengan beberapa istilah dari thibbun nabawi, radang tenggorokan = adhrat, sakit kepala = sidau, tekanan darah tinggi = tabau, pergeseran bowl = istitlaq al batan, sciatica = irq al nisa, epilepsi = sar'a, demam = humma, luka = jarh, iritasi kulit = hakk al jism, pengaruh sihir = sihr, dropsy = istisqa, hemikraina = shaqiiqat, calalepsy = khudran al kulli, keracunan makanan = sum, ophthalmia = al ramad, pembesaran jantung = al maf'uud, iritasi = bathrat, erupsi kulit = awraam, pleurisy/ radang selaput dara = dhaat al janb.

Ibnu Qayim al Jauziyah juga menyebutkan penyakit penyakit lain sperti kutu kepala, pes, penyakit mata, leprosy, demem, penyakit lambung, gigitan ular, diare, tenggorokan dan tonsil, sakit kepala, hidung berdarah, gigitan kalajengking, keracunan makanan, pening, dropsy, batuk, gigi, keseleo, mata merah, rabies, patah tulang.

Perawatan atau pengobatan yang di jelaskan antara lain adalah madu = al'asal, susu unta, jintan hitam = Habbatussauda, susu = al laban, air dingin untuk demam = al ma'u al barid, diet = ghadha,

Untuk perawatan bedah di jelaskan seperti veneseksi dengan kauterisasi = qatiu al uruuq wa al kayy. bekam = al hijam, kauterisasi = al kayy.

2.2 Hukum Berobat

“Setiap penyakit itu ada obatnya, jika tepat obatnya maka penyakit akan sembuh dengan izin Allah „Azza wa Jalla”.(HR.Muslim).

“Allah tidak akan menurunkan suatu penyakit melainkan Allah juga menurunkan obatnya”.(HR.Abu Hurairah).

(7)

7 Dari Ibnu „Abbas ra bahwa seseorang berdiri di hadapan Rasulullah saw lantas bertanya, “wahai Rasulullah! Apakah obat itu berguna terhadap takdir?” Maka Rasulullah saw bersabda ; “Obat termasuk bagian dari takdir. Obat bermanfaat bagi siapa yang Alloh swt kehendaki berupa apa yang Alloh swt kehendaki” (Shohihul Jami‟)

Aiman bin Abdul Fattah ((Keajaiban Thibbun Nabawi, 2011) menyebutkan Rasulullah saw biasa berobat, memberikan resep pengobatan dan kadang juga diberi resep-resep yang kemudian beliau gunakan. Jadi, obat dan penyakit, masing-masing merupakan bagian dari takdir. Sunnah Nabi Muhammad saw adalah hendaklah kita berobat, karena ketika sakit Rasulullah saw berobat.

Kadang-kadang, berobat hukumnya menjadi wajib, sunnah, makruh atau haram. Berobat hukumnya wajib apabila penyakit yang diderita menyebabkan tidak ditunaikannya hak-hak orang lain, sunnah apabila pengobatan itu dari hal-hal yang sunnah, makruh apabila dengan kay, dan haram apabila pengobatan tersebut melanggar prinsip-prinsip pengobatan yang diatur didalam Islam.

Walaupun demikian kesabaran ketika dilanda sakit adalah keutamaan. Keberadaan berbagai penyakit termasuk sunnah kauniyah yang diciptakan oleh Allah SWT. Penyakit-penyakit itu merupakan musibah dan ujian yang di tetapkan Allah SWT atas hamba-hamba-Nya. Dan sesungguhnya pada musibah itu terdapat kemanfaatan bagi kaum mukminin. Shuhaib Ar-Rumi RA berkata : Rasulullah SAW bersabda : ”Sungguh mengagumkan perkara seorang muslim, sehingga seluruh perkaranya adalah kebaikan. Yang demikian itu tidaklah dimiliki oleh seorangpun kecuali seorang mukmin. Jika ia mendapat kelapangan, ia bersyukur maka yang demikian itu baik baginya, dan jika ia ditimpa kesusahan, ia bersabar. Maka yang demikian itu baik baginya”. (HR.Muslim no.2999). Termasuk keutamaan Allah SWT yang diberikan kepada kaum mukminin. Dia menjadikan sakit yang menimpa seorang mukmin sebagai penghapus dosa dan kesalahan mereka. Sebagaimana tersebut dalam hadist : Abdullah bin Masud RA berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Tidaklah seorang muslim ditimpa gangguan berupa sakit atau lainnya, melainkan Allah menggugurkan kesalahan-kesalahannya sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya”.(HR.Bukhari no.5661 dan Muslim no.5678).

(8)

8 2.3 Metode Pengobatan Rasulullah SAW

Banyak ayat Al-Qur‟an yang mengisyaratkan tentang pengobatan karena Al-Qur‟an itu sendiri diturunkan sebagai penawar dan rahmat bagi orang-orang mukmin. “Dan kami menurunkan Qur‟an sebagai penawar dan rahmat bagi orang-orang yang mukmin”.(QS Al-Isra‟: 82). Menurut para ahli tafsir bahwa nama lain dari Al-Qur‟an yaitu “Asysyifa” yang artinya secara terminologi adalah obat penyembuh. “Hai manusia, telah datang kepadamu kitab yang berisi pelajaran dari Tuhan mu dan sebagai obat penyembuh jiwa, sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman”.(QS Yunus:57)

Disamping Al-Qur‟an mengisyaratkan tentang pengobatan juga menceritakan tentang keindahan alam semesta yang dapat kita jadikan sumber dari pembuat obat-obatan. “Dengan (air hujan) itu Dia menumbuhkan tanaman-tanaman untukmu, seperti zaitun, kurma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah)bagi orang-orang yang berfikir.(QS An-Nahl:11). “Kemudian makanlah dari segala(macam)buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhan-muyang telah (dimudahkan bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, didalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sungguh pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berfikir”.(QS An-Nahl:69)

Nabi Muhammad sebagai Rasul yang diprinyahkan Allah untuk menyampaikan wahyu kepada umat-nya tidak lepas tingkah lakunya dari Al-Qur‟an karena beliau dijadikan suri tauladan yang baik untuk semua manusia. Firman Allah : “Sesungguhnya pada diri Rasul itu terdapat suri tauladan yang baik untuk kamu, bagi orang-orang yang mengharapkan rahmat (Allah) dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah”.(QS Al-Ahzab: 21). Imam Ali berkata : “Sesungguhnya semua tingkah laku Nabi Muhammad SAW adalah Al-Qur‟an”.

Pengobatan suatu penyakit pada dasarnya menggunakan terapi Al-Qur'an dan do'a-do'a yang warid dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, di tembah dengan pengobatan secara medis, yang dibarengi dengan suatu keyakinan bahwa kesembuhan datangnya dari Allah, maka apabila Allah menurunkan kesembuhan bagi seseorang maka obat tersebut akan bermanfaat bukan sebaliknya.

(9)

9 Allah SWT berfirman:

يِنْيِفْشَي َىُهَف ُتْضِرمَ اَذِإَو

" Apabila aku sakit maka Dialah yang menyembuhkan aku".( QS. Al-Syu'ara': 80)

Oleh karenanya, menggunakan obat medis adalah salah satu bentuk terapi, dan Nabi shallallahu alaihi wa sallam dalam sebagian haditsnya telah mengisyaratkan pada tuntunan ini, seperti apa yang disebutkan dalam sebuah hadits:

َّلَجَو َّزـَع ِالله ِنْذِإِب َئِرَب َءاَّدلا ُءاَوَّدلا َباَصَأ اَذِإَف ٌءاَوَد ٍءاَد ِّلُكِل

"Setiap penyakit mempunyai obat, maka apabila suatu obat sesuai dengan penyakitnya maka dia akan sembuh dengan izin Allah Azza Wa Jalla" ( HR. Muslim 14/191.)

Dalam sabda yang lain beliau menegaskan:

ٍلَسَع ِةَبْرـُش ْوَأ ٍمَجْحِم ِةَطْرش يِفَف ٌرْيَخ ْمكِتَيِوْدَأ ْنِم ٍاْيَش يِف َناَك ْنِإ

"Jika pada obat-oabatan ada manfaat yang baik maka hal itu ada pada belahan untuk berbekam atau minum madu". (HR Bukhori) Maka ucapa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:

ٌرْيَخ ْمكِتَيِوْدَأ ْنِم ٍاْيَش يِف َناَك ْنِإ

(Jika pada obat-oabtanmu ada manfaat yang baik) maka pengertiannya adalah terkadang suatu obat tidak bermanfaat, sebab dia adalah terapi semata, dan pada dasarnya pengobatan tersebut dilakukan dengan menggunakan ruqyah syar'iyah.

Dari Usamah bin Syarik berkata: Aku berada di sisi Nabi shallallahu alaihi wa sallam, lalu orang-orang badui datang kepadanya dan berakta: Wahai Rasulullah! Apakah kita harus berobat? Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab:

َرهَلْا َىُهَو ٍدِحاَو ٍءاَد َرْيَغ ًءاَفِش ُهَل َعَضَو َّلاِإ ًءاَد ْعَضَي ْمَل َالله َّنِإَف اْوَواَدَت ِالله َداَبِع ْمَعَن ِم

"Ya kalian harus berobat, sebab sesungguhnya Allah tidak menurunkan suatu penyakit kecuali Dia telah mennurunkan baginya obat, kecuali satu yaitu penyakit tua". (Shahih sunan Turmudzi, Al-Bani 2/202). Maka ucapan Rasulullah: اْوَواَدَت berarti berobatlah atau pakailah obat-obatan, tetapi obat-obatan ini pada dasarnya tidak menyembuhkan hanya sebagai sebab semata

Rasulullah Saw merupakan tauladan seorang perawat yang terbaik bagi kita. Beliau mengobati penyakit dengan 3 pendekatan:

1. Dengan menggunakan obat herbal (unsur fisikal) 2. Dengan menggunakan pendekatan ilahiyah 3. Dengan menggunakan keduanya

(10)

10 Berikut ini akan dipaparkan beberapa bentuk pengobatan yang dilakukan Rasulullah :

a. Ruqyah

Ruqyah merupakan salah satu cara pengobatan yang pernah diajarkan malaikat jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Ketika Rasulullah sakit maka datang malaikat jibril mendekati tubuh beliau,kemudian jibril membacakan salah satu doa sambil ditiupkan ketubuh Nabi, seketika itu beliau sembuh. Inilah doanya : ”Bismillahi arqiika minkulli syai-in yu’dziika

minsyarri kulli nafsin au-ainiasadin Alloohu yasyfiika bismillahi arqiika”. Ada 3 cara ruqyah

yang dilakukan oleh Nabi : 1.Nafats

Yaitu membacakan ayat Al-Qur‟an atau doa kemudian di tiupkan pada kedua telapak tangan kemudian di uasapkan keseluruh badan pasien yang sakit. Dalam suatu riwayat bahwasanya Nabi Muhammad SAW apabila beliau sakit maka membaca “muawwidzat” yaitu tiga surat Al-Qur‟an yang diawali dengan “A‟udzu” yaitu surat An Naas, Al Falaq, dan Al ikhlas kemudian di tiupkan pada kedua telapak tangannya lalu diusapkan keseluruh badan.

2.Air liur yang ditempelkan pada tangan kanannya.

Diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim : bahwasanya Nabi Muhammad SAW apabila ada manusia yang tergores kemudian luka, maka kemudian beliau membaca doa kemudian air liurnya ditempelkan pada tangan kanannya, lalu di usapkan pada luka orang tersebut. Inilah doa nya: ”Allahumma robbinnas adzhabilbas isyfi antasy-syafii laa syifa-a illa syifa-uka laa yughodiru saqoman”.

3.Meletakkan tangan pada salah satu anggota badan.

Nabi Muhammad SAW pernah memerintahkan Utsman bin Abil Ash yang sedang sakit dengan sabdanya : “letakkanlah tanganmu pada anggota badan yang sakit kemudian bacalah “Basmalah 3x” dan “A‟udzu bi-izzatillah waqudrotihi minsyarrima ajidu wa uhajiru 7x”.

b. Bekam

Bekam [atau kadang juga disebut hijamah] adalah teknik terapi atau penyembuhan dengan jalan membuang darah kotor (toksin/racun yang berbahaya) dari dalam tubuh melalui permukaan kulit. Kata Al Hijamah berasal dari istilah bahasa arab : Hijama (ةماجح) yang

(11)

11 berarti pelepasan darah kotor. Sedangkan dalam bahasa Inggris disebut dengan cupping, dan dalam bahasa melayu dikenal dengan istilah Bekam. Di Indonesia dikenal pula dengan istilah lain, yaitu kop atau cantuk.

Bekam itu adalah salah satu pengobatan yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, sebagaimana dijelaskan dalam hadist Bukhari:

Dari Ibnu Abbas r.a. Rasulullah bersabda : “Kesembuhan (obat) itu ada pada tiga hal: dengan minum madu, pisau hijamah (bekam), dan dengan besi panas. Dan aku melarang ummatku dengan besi panas.” (Hadist Bukhari)

Rasulullah Saw sangat menganjurkan ummatnya untuk menjaga kesehatannya dengan cara berbekam. Imam At Tirmidzi dalam hadistnya mangatakan: dari Humaid Ath Thawil ra, dari Anas bin MAlik ra, dari Nabi Saw, beliau bersabda: “Sesungguhnya sebaik-baik pengobatan yang kalian lakukan adalah berbekam”, dan sabdanya lagi: “Tidak ada obat yang dapat disetarakan dengan berbekam dan mengeluarkan darah (fashd)”, juga sabdanya lagi ” Sesungguhnya syaitan itu berjalan dalam diri anak adam melalui saluran darah“.

Terapi bekam adalah suatu metode pengobatan dengan cara mengeluarkan darah kotor yang mengandung racun dengan menggunakan alat tertentu. Berbekam sangat sesuai untuk melegakan atau menghilangkan rasa sakit, memulihkan daya tahan tubuh dengn cara mengaktifkan kembali sel-sel darah putih. Berbekam sangat sesuai dengan tujuan pengobatan secara Islam yaitu perawatan dan pencegahan.

Berbekam merupakan metode pengobatan klasik yang telah digunakan dalam mengobati berbagai kelainan penyakit seperti hemophilia, hipertensi, gout, reumatik arthritis, sciatica, back pain (sakit punggung), migraine, vertigo, anxietas (kecemasan) serta penyakit umum lainnya baik bersifat fisik maupun mental *bahkan batuk dan sakit gigi pun juga termasuk

Dalam beberapa buku yang membahas tentang bekam, disebutkan bahwa bekam bekerja dengan cara merangsang atau mengaktifkan :

(1) Sistem kekebalan tubuh, (2) Pengeluaran Enkefalin, (3) Pelepasan neurotransmiter,

(4) Penyempitan dan pelebaran pembuluh darah, serta

(5) “the gates for pain” pada Sistim Syaraf Pusat (CNS) yang berfungsi mengartikan sensasi rasa nyeri.

(12)

12 c. Shaum

Hadis Nabi shalallahu‟alaihiwasalam menyebutkan, “Puasalah, kamu akan sehat”.

Jika mesin mesin mekanis seperti sepeda motor hingga pesawat pun perlu jeda relaksasi, maka demikian pula saluran pencernaan kita butuh istirahat sejenak.

Ditahun 1975, Allan Cott dalam artikelnya ”Puasa sebagai suatu jalan hidup.Mencatat puasa memberikan waktu istirahat fisiologis menyeluruh bagi sistem pencernaan, sistem saraf pusat dan menormalisasi metabolisme tubuh.

Tubuh manusia selalu merehalibitasi dirinya samapai, unit terkecil yakni sel-sel reguler mengalami proses daur ulang regenerasi, misalnya kulit manusia berregenerasi sekitar 10 miliyar per harinya, 5 juta sel darah merah per mm3-nya (eritrosit) harus diganti setiap 120 hari, bahkan komponen tulang yang terlihat padat sekali pun selalu ada proses regenerasi setiap detiknya. Regenerasi di tingkat seluler tersebut merupakan proses rutin yang bertujuan menggati sel-sel yang aus atau rusak karena faktor usia, penyakit, trauma kimiawi atau trauma mekanis, aktivitas yang berlebihan, dll

d. Sedekah

Hadis Nabi shalallahu‟alaihiwasalam menyebutkan, “Bersedekahlah, kamu akan sehat”. Bersedekah dapat menekan hormon yang yang merugikan Dalam Tubuh manusia sehingga mendatangkan kebahagiaan dan kesehatan dalam tubuh

2.4 Makanan dan Obat dalam Pengobatan Islam 1. Madu

Madu merupakan sumber makanan penting yang disediakan Allah untuk manusia melalui serangga kecil ini. Madu tersusun atas beberapa senyawa gula seperti glukosa dan fruktosa serta sejumlah mineral seperti magnesium, kalium, kalsium, natrium, klor, belerang, besi, dan fosfat. Madu juga mengandung vitamin B1, B2, C, B6 dan B3 yang komposisinya berubah-ubah sesuai

(13)

13 dengan kualitas nektar dan serbuk sari. Di samping itu, dalam Madu terdapat pula sejumlah kecil tembaga, yodium, dan seng, serta beberapa jenis hormon.

Keutamaan Madu

“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah, “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia,” kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (Madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.” (QS. An-Nahl: 68-69)

Allah Subhanahu wa Ta‟ala berfirman tentang madu yang keluar dari perut lebah:

“Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.” (An-Nahl: 69)

Dan Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam bersabda.

“Kesembuhan itu ada pada tiga hal, yaitu : Dalam pisau pembekam, meminumkan madu, atau pengobatan dengan besi panas (kayy). Dan aku melarang ummatku melakukan pengobatan dengan besi panas (kayy)”.

“Ada seseorang menghadap Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam ia berkata: „Saudaraku mengeluhkan sakit pada perutnya.‟ Nabi berkata: „Minumkan ia madu.‟ Kemudian orang itu datang utk kedua kali Nabi berkata: „Minumkan ia madu.‟ Orang itu datang lagi pada kali yg ketiga Nabi tetap berkata: „Minumkan ia madu.‟Setelah itu orang itu datang lagi dan menyatakan: „Aku telah melakukan .‟ Nabi bersabda: „Allah Mahabenar dan perut saudaramu itu dusta8. Minumkan lagi madu.‟ Orang itu meminumkan lagi maka saudara pun sembuh.”

Madu ternyata dapat menumpas spesies microbial yang resistance terhadap antibiotic buatan manusia. Penggunaan Madu sebagai antibiotic juga memiliki beberapa keunggulan antara lain :

1. Pengobatan dengan Madu tidak menimbulkan inflamasi 2. Madu menyebabkan rasa sakit berkurang

(14)

14 4. Madu menghilangkan bau pada luka

5. Penyembuhan berjalan cepat tanpa menimbulkan bekas luka 6. Madu bersifat antimicrobial yang dapat mencegah microba tumbuh

7. Tidak menimbulkan rasa sakit pada saat penggantian pembalut karena tidak lengket 8. Mempunyai stimulatory effect yang mempercepat tumbuhnya jaringan tubuh kembali

2. Habbatussauda a. Pengertian

Jintan hitam (Nigella sativa Linn.) atau Habbatussauda adalah rempah-rempah yang dapat pula digunakan sebagai tanaman obat. Rempah ini berbentuk butiran biji berwarna hitam yang telah dikenal ribuan tahun yang lalu dan digunakan secara luas oleh masyarakat India,

Pakistan, dan Timur Tengah untuk mengobati berbagai macam penyakit. Jenis tanaman ini telah disebut-sebut sebagai tanaman obat dalam perkembangan awal agama Islam.

b. Habbatussauda dalam sejarah pengobatan

Habbatussauda banyak dikenal dengan berbagai nama, diantaranya black seed, black caraway, natura seed, jintan hitam, black cumin, nigella sativa, kaluduru, dll. Digunakan sebagai herbal pengobatan sejak 2000-3000 tahun sebelum Masehi dan tercatat dalam banyak literatur kuno mengenai ahli pengobatan terdahulu seperti Ibnu Sina (980 – 1037 M), dan Al-Biruni (973-1048 M), Al-Antiki, Ibnu Qayyim dan Al-Baghdadi. Ibnu Sina adalah peneliti jenius dari Timur Tengah di bidang pengobatan yang namanya tercatat di semua buku sejarah

pengobatan timur maupun barat, hidup antara 980 – 1037 M, telah meneliti berbagai manfaat Habbatussauda untuk kesehatan dan pengobatan. Ahli pengobatan Yunani kuno, Dioscoredes, pada abad pertama Masehi juga telah mencatat manfaat habbatussauda untuk mengobati sakit kepala dan saluran pernafasan.

c. Herbal yang dianjurkan dalam agama Islam

Dari Abu Hurairah rodhiyallahu `anhu, Rasululloh Shallallahu `alaihi wa sallam bersabda : ” Dalam Habbatus Sauda’ ada obat dari segala penyakit, kecuali as-Saam“. Ibnu Syihab (seorang rawi hadits ini) mengatakan : “as-Saam adalah kematian, [HR. Bukhori, dalam Kitab at-Thibb, bab al-Habbatus Sauda', Hadits no. 5688]

Dari `Aisyah radhiyallahu `anha, Rasululloh Shallallahu `alaihi wa sallam bersabda : ”

(15)

15 Aku berkata (Perawi hadits ini, yakni Kholid bin Sa’ad): “apa itu as-Saam?” dijawab (yakni oleh Ibnu Abi Atiq): “Kematian”. [HR. Bukhori, dalam Kitab at-Thibb, bab al-Habbatus Sauda', Hadits no. 5687]

Dari Abu Hurairah rodhiyallahu `anhu, Rasululloh Shallallahu `alaihi wa sallam bersabda : “Tidaklah ada suatu penyakit, kecuali dalam Habbatus Sauda‟ terdapat kesembuhan baginya, kecuali as-Saam (kematian)” [HR. Muslim, dalam Kitab as-Salaam, bab at-Tadawi bil Habbatis Sauda'. Hadits no. 2215]

Nama lain dari Habbatus Sauda` adalah Nigella Sativa, al-Karawiyyah as-Sauda‟, al-Kamoun al-Aswad, asy-Syuniz, black cumin, kerosene, coal oil, carazna.

Menurut beberapa hasil penelitian, Habbatus Sauda` memiliki khasiat –dengan izin Allah– : 1. Menguatkan immunity system pada diri manusia.

2. Melawan & menghancurkan sel-sel kanker/tumor. 3. Mengobati reumatik, peradangan serta infeksi. 4. Menghentikan dan menyembuhkan penyakit pilek.

5. Jika digoreng & dibakar kemudian dicium terus-menerus dapat mengeliminasi gas (dalam) perut.

6. Membunuh cacing-cacing parasit jika dimakan sebelum makan pagi dan jika diletakkan di atas perut dari bagian luar sebagai aromaspa atau luluran.

7. Minyaknya bermanfaat untuk menyembuhkan gigitan ular, juga bengkak di dubur dan tahi lalat.

8. Menghilangkan sesak nafas & sejenis kesulitan nafas, melonggarkan penyumbatan akibat dahak.

9. Melancarkan haidh yang tersendat.

10. Jika dibalutkan, bermanfaat untuk menyembuhkan pusing yang parah.

11. Apabila dimasak dengan cuka bersama kayu pinus dan kemudian dibuat untuk berkumur, maka hal itu akan menghilangkan sakit gigi yang disebabkan sensitifitas terhadap dingin. 12. Jika diminum, biji ini akan melancarkan kencing, haidh dan ASI.

13. Menghilangkan sendawa asam yang berasal dari dahak dan melancholia (gangguan yang 14. dsb

(16)

16 Aiman bin `Abdil Fattah (Keajaiban Thibbun Nabawi, 2011) mengatakan :”Karena itulah kami dapat menetapkan bahwa dalam Habbatus Sauda‟ terdapat kesembuhan untuk segala macam penyakit, karena peranannya yang menguatkan dan memperbaiki sistem immunity, suatu sistem yang di dalamnya ada kesembuhan dari segala macam penyakit, yang bereaksi terhadap segala sebab yang menimbulkan penyakit, yang memiliki kemampuan awal untuk memberikan kesembuhan secara sempurna atau sebagian diantaranya untuk menyembuhkan segala penyakit”.

3. Zaitun

Zaitun (Olea europaea) adalah pohon kecil tahunan dan hijau abadi, yang buah mudanya dapat dimakan mentah ataupun sesudah diawetkan sebagai penyegar. Buahnya yang tua diperas dan minyaknya diekstrak menjadi minyak zaitun yang dapat dipergunakan untuk berbagai macam keperluan. Zaitun dikelompokkan ke dalam suku Oleaceae.

Banyak manfaat dari pohon zaitun ini. Selain buahnya yang enak, kayu dari pohon zaitun juga sangat bagus, keras dan indah. Selain untuk dimakan buah zaitun juga digunakan sebagai penyedap makanan. Apabila diperas buahnya, kita dapat memperoleh minyaknya. Minyak ini dapat digunakan sebagai bumbu salad dan belakangan banyak digunakan untuk bahan kosmetik yang dapat menjaga kelembaban dan kekencangan kulit sehingga diyakini dapat menjadikan kulit awet muda

Dalam surat Al Mukmin ayat 20, Alloh Azza wa Jalla berfirman, Dan pohon yang (tumbuh) keluar dari Tursina, yang (pohon zaitun) itu menghasilkan minyak dan menjadi kuat bagi orang-orang yang makan.

Dalam hadits Rosululloh Sholallahu Alaihi Wassalam , beliau bersabda, Hendaklah kalian menggunakan minyak zaitun sebagai lauk dan buatlah ia sebagai minyak oles, karena ia (minyak zaitun) berasal dari pohon yang diberkahi. (HR Abu Daud, disebutkan dalam Shahihul-Jami no.4921 dan menurut Syaikh Al Albani ini merupakan hadits shahih).

Demikian pula dengan kedokteran modern sudah mengakui keunggulan minyak zaitun untuk pengobatan, diantaranya :

1. DR Scoot Grandy dari Universitas Texas dan DR Satsoon dari Universitas California, keduanya mengadakan penelitian tentang menurunnya jumlah penderita penyakit liver

(17)

17 pada sebuah daerah yang masyarakatnya menjadikan minyak zaitun sebagai campuran makanan.

2. Tanggal 21 April 1997 diselenggarakan pertemuan ilmiyah di Roma yang dihadiri pakar medis, mereka mengupas dan mengeluarkan keputusan penting ttg minyak zaitun, dalam siaran persnya mereka menegaskan bahwa minyak zaitun dapat melindungi serangan penyakit arteriole (salurah darah kecil di hepar/liver dan menghambat naiknya kolesterol darah), tekanan darah dan diabetes sebagaimana ia melindungi dari serangan sebagian penyakit kanker.

3. Minyak zaitun dapat menurunkan tingkat kolesterol LDL dan meningkatkan kolesterol HDL, tanpa menimbulkan dampak negatif thd kolesterol yang bermanfaat, sehingg organ hati dan jantung akan terjaga serta rusaknya urat dalam tubuh.

4. Prof. Asman dari Universitas Monster Jerman, memaparkan bahwa kebiasaan menggunakan minyak zaitun memberikan peluang cukup besar untuk dapat melindungi diri dari sejumlah serangan kanker; kangker usus besar,rahim,indung telur.

5. Archieves of Internal Medicine edisi Agustus 1998 menegaskan bahwa kebiasaan mengkomsumsi satu sendok makan zaitun setiap hari, memungkinkan untuk dapat mengurangi terkena kanker payudara hingga 45%.

4. Air Zam Zam

Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam pernah bersabda mengenai air zamzam ini.

“Air zamzam itu penuh berkah. Ia merupakan makanan yang mengenyangkan (dan obat bagi penyakit)”. (HR Muslim)

Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam juga bersabda.

“Air zamzam tergantung kepada tujuan di minumnya” (HR. Ahmad)

Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam pernah membawa air zamzam (di dalam tempat-tempat air) dan girbah (tempat air dari kulit binatang), beliau menyiramkan dan meminumkannya kepada orang-orang yang sakit” (HR Tirmidzi dan Al Baihaqi)

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata : “Aku sendiri dan juga yang lainnya pernah mempraktekkan upaya penyembuhan dengan air zamzam terhadap beberapa penyakit, dan hasilnya sangat menakjubkan, aku berhasil mengobati berbagai macam penyakit dan aku pun sembuh atas izin Allah”

(18)

18 2.5 Syarat Kesembuhan

Mungkin ada di antara kita yang pernah mencoba melakukan pengobatan dengan thibbun nabawi dengan minum madu misalnya atau habbah sauda`. Atau dengan ruqyah membaca ayat-ayat Al-Qur`an dan doa-doa yang diajarkan Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam, namun tidak merasakan pengaruh apa-apa. Penyakitnya tak kunjung hilang. Ujung-ujungnya, kita meninggalkan thibbun nabawi karena kurang percaya akan khasiatnya, lalu beralih ke yang lain.. Mengapa demikian? Mengapa kita tidak mendapatkan khasiat sebagaimana yang didapatkan Al-Imam Ibnu Qayyim rahimahullahu ketika meruqyah dirinya dengan Al-Fatihah? Atau seperti yang dilakukan oleh seorang shahabat ketika meruqyah kepala suku yang tersengat binatang berbisa di mana usai pengobatan si kepala suku (pemimpin kampung) sembuh seakan-akan tidak pernah merasakan sakit?

Di antara jawabannya, sebagaimana ucapan Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullahu yang telah lewat, bahwasanya manjurnya ruqyah (pengobatan dengan membaca doa-doa dan ayat-ayat Al-Qur`an) hanyalah diperoleh bila terpenuhi dua hal:

a. Dari sisi si penderita, harus lurus dan benar niat/ tujuannya

b. Dari sisi yang mengobati, harus memiliki kekuatan dalam memberi bimbingan/arahan dan kekuatan hati dengan takwa dan tawakkal.

Al-Imam Ibnu Qayyim rahimahullahu (Praktek Kedokteran Nabi, 2008) berkata: “Ada hal yang semestinya dipahami, yakni zikir, ayat, dan doa-doa yang dibacakan sebagai obat dan yang dibaca ketika meruqyah, memang merupakan obat yang bermanfaat. Namun dibutuhkan respon pada tempat, kuatnya semangat dan pengaruh orang yang meruqyah. Bila obat itu tidak memberi pengaruh, hal itu dikarenakan lemahnya pengaruh peruqyah, tidak adanya respon pada tempat terhadap orang yang diruqyah, atau adanya penghalang yang kuat yang mencegah khasiat obat tersebut, sebagaimana hal itu terdapat pada obat dan penyakit hissi.

Tidak adanya pengaruh obat itu bisa jadi karena tidak adanya penerimaan thabi‟ah terhadap obat tersebut. Terkadang pula karena adanya penghalang yang kuat yang mencegah bekerjanya obat tersebut. Karena bila thabi‟ah mengambil obat dengan penerimaan yang sempurna, niscaya manfaat yang diperoleh tubuh dari obat itu sesuai dengan penerimaan tersebut.

(19)

19 2.6 Pola Makan dan Minum Rasulullah SAW

Salah satu sisi dari pola hidup sehat rasulullah adalah dalam hal kebiasaan beliau makan dan minum. Prof. Dr . Abdul Basith Muhammad as-Sayyid, seorang pakar kedokteran dan biofisika, telah menulis kitab yang sangat bagus mengenai hal ini berjudul “Pola Makan Rasulullah, Makanan Sehat Berkualitas menurut al-Qur‟an dan as-Sunnah”. Buku ini memuat petunjuk cukup lengkap mengenai bagaimana Nabi mengatur program diet sehat sehingga kesehatan tubuh terjaga. 20 prinsip penting dari pola makan Rasulullah yang dapat kita terapkan dalam pola makan kita sehari-hari seperti bagaimana mengatur menu makanan dengan pola makan teratur sehingga hal ini berguna bagi kita yang selama ini makan apa saja hingga menyebabkan obesitas dapat dijadikan sebagai tips diet agar langsing kembali.

Berikut ini adalah adab makan dan minum yang dicontohkan oleh Nabi:

1. Membaca basmalah ketika hendak makan, dan mengakhiri dengan membaca hamdalah. Barangkali hikmah membaca basmalah dan hamdalah adalah seorang muslim selalu mengingat bahwa makanan yang disantap tidak lain adalah nikmat dan anugerah dari Allah yang Maha Lembut dan Maha Tahu. Dia akan terhindar dari sikap berlebih-lebihan dan mubadzir. Seorang muslim juga akan selalu sadar bahwa makanan bukan tujuan akhir, tapi sarana menambah kekuatan untuk menuju ketaatan kepada Allah, memakmurkan bumi dan menaburinya dengan kebaikan.

2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan. Nabi bersabda:

”Barangsiapa tertidur sedang di kedua tangannya terdapat bekas gajih, lalu ketika bangun pagi dia menderita suatu penyakit, maka hendaklah dia tidak mencela melainkan dirinya sendiri”. Nabi sendiri jika hendak makan selalu mencuci tangan terlebih dahulu, sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan Nasa‟i dari Aisyah ra.

3. Menjauhi sikap berlebihan dan rakus.

Dengan makan seorang muslim memperoleh kekuatan untuk beribadah. Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abdullah ibn Umar: ”Sesungguhnya tubuhmu mempunyai hak yang harus kamu penuhi”. Namun demikian kita harus ingat batasan dalam mengkonsumsi makanan, yaitu menjauhi sikap berlebihan dan rakus.

(20)

20 Banyak sekali dalil yang menekankan hal ini. Allah dalam surat al-A‟raf ayat 31 berfirman: ”Makan dan minumlah, tapi janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”.

Dan juga di surat Thaha ayat 81:

”Makanlah diantara rezeki yang baik yang telah Kami berikan pada kalian, dan janganlah melampaui batas padanya”.

Sementara Rasulullah saw sendiri telah memerintahkan untuk mengatur waktu makan dan berpegang teguh pada etika, sebagaimana sabda Beliau:

”Kami adalah orang-orang yang tidak makan kecuali setelah lapar, dan bila makan kami tidak sampai kenyang”.

Beliau juga bersabda:

”Tidaklah anak cucu Adam mengisi wadah yang lebih buruk dari perutnya. Sebenarnya beberapa suap saja sudah cukup untuk menegakkan tulang rusuknya. Kalau dia harus mengisinya, maka sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk bernafas”. (HR. Turmudzi, Ibnu Majah, dan Muslim)

Maksudnya sebenarnya makanan dalam porsi minimal pun sudah cukup baginya untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, Ibnu Majah, Imam Ahmad dan Darimi, Rasulullah saw juga bersabda: ”Makanan satu orang cukup untuk dua orang, makanan dua orang cukup untuk empat orang, dan makanan empat orang sebenarnya cukup untuk delapan orang”.

Dalam hadits lain disebutkan:

”Sesungguhnya termasuk sikap berlebih-lebihan bila kamu memakan segala sesuatu yang kamu inginkan”. (HR Ibnu Majah)

Beliau pun bersabda:

”Seorang mukmin makan dengan satu usus, sementara orang kafir makan dengan tujuh usus”. (HR. Muslim, Turmudzi, Ahmad, dan Ibnu Majah)

(21)

21 4. Makan dengan tiga jari.

Dengan tiga jari berarti kita telah bersikap seimbang. Sebagaimana dikatakan bahwa makan dengan lima jari menunjukkan kerakusan, sedangkan makan dengan satu atau dua jari menunjukkan kesombongan dan keangkuhan.

5. Duduk tegak lurus saat makan dan tidak bersandar.

Rasulullah melarang seseorang makan sambil bersandar karena membahayakan kesehatan dan mengganggu pencernaan lambung.

6. Minum dengan tiga kali tegukan. Dilakukan sambil duduk dan tidak bernafas dalam gelas. Nabi mengajarkan minum dengan menyesap (minum air dengan menempelkan bibir ke air), bernafas di luar gelas serta tidak minum dengan cara menenggak. Maksudnya adalah mencegah masuknya udara ke dalam lambung.

Ubay bin Ka‟ab berkata:

”Nabi saw tidak pernah meniup makanan dan minuman, tidak bernafas di dalam wadah. Bahkan

beliau melarang meniup makanan dan minuman.”

Nabi saw biasa minum dengan tiga kali teguk, sambil bernafas di antara tiga kali tegukan di luar gelas dan bukan di dalamnya.

Diriwayatkan dari Anas ra bahwa Rasulullah saw bernafas tiga kali saat minum. Beliau bersabda:

”Sungguh, ini lebih mengenyangkan, menyembuhkan, dan menyegarkan”. (HR Bukhari dan Muslim)

Anas juga berkata:

”Rasulullah saw telah melarang minum sambil berdiri”. (HR Muslim) Ibnu Abbas menambahkan:

”Rasulullah saw telah melarang minum dari mulut poci”. (HR Bukhori dan Ibnu Majah) 7. Mendahulukan makan buah-buahan sebelum makan daging (makanan utama).

Hal ini sebagai upaya untuk mengikuti apa yang dilakukan para penghuni surga. Dalilnya adalah Qur‟an surat al-Waqi‟ah ayat 20-21:

”Dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih, dan daging burung dari apa yang mereka inginkan”.

(22)

22 8. Menutup makanan dan minuman di atas meja.

Nabi mewajibkan menutup makanan untuk melindunginya dari pencemaran, sebagaimana dinyatakan dalam hadits Nabi saw.:

”Tutuplah bejana”. (HR. Muslim, Ahmad, dan Ibnu Majah) Dalam riwayat Bukhari disebutkan:

”Tutuplah makanan dan minuman”. Rasulullah saw bersabda:

”Tutuplah wadah tempat makanan dan minuman, karena dalam satu tahun ada satu malam yang di malam itu turun wabah dari langit. Wabah itu tidak menjumpai wadah yang terbuka melainkan akan ada sebagian dari wabah itu yang mengenai wadah itu”.

9. Mencuci mulut (berkumur) sebelum dan setelah makan.

Hal ini dimaksudkan untuk membersihkan gigi dari sisa makanan dan bakteri. Secara khusus beliau menekankan pentingnya berkumur setelah minum susu:

”Berkumurlah kalian setelah minum susu, karena di dalamnya mengandung lemak”. (HR. Ibnu Majah)

10. Suplemen makanan terbaik adalah madu.

Rumah Nabi tidak pernah kehabisan madu. Nabi juga menganjurkan untuk meminum madu secara teratur. Nabi bersabda:

”Hendaklah kalian meminum madu”.

Adapun Nabi mengajarkan bahwa cara terbaik meminum madu adalah dengan melarutkan satu sendok madu dengan air yang tidak dingin dan diaduk dengan baik.

11. Tidak memasukkan makanan pada makanan.

Ada dua pendapat mengenai maksud dari memasukkan makanan pada makanan. Pendapat pertama adalah kita dilarang makan kecuali setelah dua jam dari waktu makan berat. Pendapat kedua adalah kita dilarang menyuap makanan ke dalam mulut pada saat masih ada makanan di dalamnya. Dunia kedokteran modern membuktikan bahwa kedua hal tersebut memang berdampak negatif pada kesehatan.

12. Menjilati jari dan tempat makan.

Menjilati tempat bekas makan akan sangat membantu pencernaan. Rasulullah saw sendiri menjilati jemari beliau setelah makan. Beliau bersabda:

(23)

23 ”Apabila salah seorang di antara kalian selesai makan, hendaklah dia tidak membersihkan tangannya sehingga menjilatinya”. (HR. Bukhori, Muslim, Ahmad, Tabrani)

Hal itu menunjukkan adanya perintah untuk tidak meninggalkan sisa makanan di tempat makan. Juga diriwayatkan Turmudzi dengan lafaz:

”Barangsiapa makan di piring, lalu ia menjilatinya, maka piring itu akan memohonkan ampun untuknya”. (HR. Turmudzi, Ibnu Majah, Ahmad)

13. Nabi melarang menggabungkan antara susu dan ikan, cuka dan susu, cuka dan ikan, buah dan susu, cuka dan nasi, delima dengan tepung, kubis (kol) dengan ikan, bawang putih dengan bawang merah, makanan lama dengan makanan baru, makanan asam dengan makanan pedas, makanan panas dengan makanan dingin.

14. Tidak tidur setelah makan.

Nabi menganjurkan seseorang berjalan-jalan setelah makan malam. Tapi bisa juga digantikan oleh shalat. Hal ini dimaksudkan agar makanan yang dikonsumsi masuk lambung dengan tepat sehingga bisa dicerna dengan baik.

15. Makan bersama-sama dan tidak sendiri-sendiri.

Hal ini menyebarkan sekaligus menciptakan nuansa penuh kasih sayang dan rasa saling mencintai yang tentunya akan memberi nilai positif bagi selera makan.

16. Makan sambil berbincang dan tidak diam.

Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan suasana rileks dan menyenangkan saat makan. 17. Menghormati budaya dan tradisi makan yang ada di tempat kita makan. Dilarang menghina

atau membenci makanan, sekalipun makanan itu di luar kebiasaan kita.

18. Bersikap lembut terhadap orang sakit dengan tidak memaksakan makanan tertentu.

19. Menjaga perasaan orang lain dengan tidak membelakangi posisi mereka. Hal ini bisa menyebabkan terganggunya selera makan orang tersebut.

(24)

24 BAB III

ETIKA BISNIS PENGOBATAN DALAM ISLAM

3.1 Prinsip-Prinsip Pengobatan Islam

Pada dasarnya kedokteran sifatnya umum dan berlaku secara universal. Akan tetapi di dalamnya ada yang Islami ada pula yang tidak. Islami atau tidak dibedakan berdasarkan sejalan atau tidaknya dengan syara‟. Aththibbul Islami atau kedokteran Islam tiada lain adalah ilmu pengobatan yang berasaskan Islam dengan prinsip-prinsip pengobatan, antara lain:

1. Meletakkan keyakinan bahwa Allah sebagai penyembuh penyakit Sabda Rasulullah SAW:

“Allah lah yang menurunkan penyakit dan obatnya (HR.Abu Daud)

Abdullah bin Mas‟ud radhiallahu 'anhu mengabarkan dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam 2. Mengobati seorang pasien dengan ihsan dan tidak melakukan hal-hal yang bertentangan

dengan Al Qur‟an dan Sunah nabi-Nya.

3. Tidak sekali-kali menggunakan obat-obatan yang haram atau tercampuri bahan yang haram. Misalnya menggunakan arak, opium, delfaa, hasyisy, dan darah sebagai obat atau mencampur obat dengan bahan yang haram seperti membuat sirup obat berlarutan alcohol, membuat pil bercampur opium atau menggunakan khamar atau bahan-bahan dari babi. Hindarkan berobat dengan sesuatu yang haram, karena Allah menyediakan berbagai macam bahan bahan alami dan halal yang kaya manfaat dan mengandung obat. Jika seseorang mengkonsumsi barang haram yang di anggap obat lalu dia mendapat kesembuhan, pastilah itu perangkap setan yang selalu berusaha menyesatkan manusia dengan cara apapun,sehalus apapun

Firman Allah SWT dan beberapa hadits Rasulullah SAW tentang larangan menggunakan khamar:

“Mereka bertanya kepadamu dalam perkara khamar dan judi, maka katakanlah bahwa keduanya itu dosa besar tetapi ada kemanfaatan bagi manusia tetapi dosanya lebih besar dari pada manfaatnya itu.” (QS Al Baqarah 2:219)

(25)

25 Dari Wa‟il al Hadlrami, sesungguhnya telah bertanya thariq bin suwaid kepada Nabi SAW tentang khamar yang ia jadikan obat. Maka sabda Nabi SAW, ”Itu bukanlah obat melainkan penyakit.” (HR Muslim dan Abu Dawud)

Sabda Nabi SAW, “Sesungguhnya Allah tidak menjadikan kesembuhan dengan sesuatu yang Ia haramkan atasmu.” (HR Al Bukhari)

Sabda Rasulullah SAW:

“Sesungguhnya Allah menurunkan penyakit dan obatnya dan dia menjadikan tiap-tiap penyakit itu ada obatnya. Maka berobatlah, akan tetapi janganlah kamu berobat dengan benda yang haram”(HR.Abu Daud).

Sabda Nabi SAW, “Minuman apapun jika kadar banyaknya memabukkan, sedikitnya pun haram.”(HR Tirmidzi)

Banyak ramuan obat oleh ahli farmasi bangsa Eropa menggunakan pepsin babi. Sedangkan di antara obat-obatan ramuan China ada yang mengandung darah, sumsum babi, dan serbuk tulang mayat manusia. Hal tersebut jelas keharamannya. Seperti tertuang dalam firman Allah SWT:

“Haram atasmu bangkai, darah, daging babi dan binatang yang disembelih dengan nama lain dari nama Allah; binatang yang mati tercekik atau terpukul, atau karena jatuh atau karena ditanduk binatang lain dan yang dimakan binatang buas, kecuali jika kamu sembelih binatang itu. Dilarang juga makan binatang yang disembelih atas nama berhala dan meramal nasib baik dan buruk dengan undian anak panah. Yang demikian itu fasiklah…”(QS Al Ma‟idah 5:3)

4. Pengobatan itu tidak sekali-kali mencacatkan tubuh, kecuali jika keadaannya sangat darurat dan tidak ada pengobatan lain di saat itu, seperti menggunakan al-kayy bakar ketika digigit ular. Sabda Rasulullah SAW:

“Sesungguhnya obat itu ada pada tiga perkara yaitu minum madu, ,berbekam dan ber-kayy dengan api, maka terlaranglah bagi umatku ber-kayy dengan api itu.” (HR Al Bukhari) 5. Pengobatan itu tidak berbau takhyul, khurafat, dan bid‟ah. Sesungguhnya Islam tidak

mengajarkan berobat dengan air wafaq, azimat yang berbau syirik seperti kita dapatkan dalam kitab-kitab yang mengatasnamakan Islam. Islam tidak mengajarkan mantera-mantera dan sihir. Rasulullah bersabda:

(26)

26 “Siapapun yang datang kepada seorang dukun menanyakan suatu perkara lalu membenarkan ucapan dukun itu, kufurlah ia terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad, dan barang siapa datang sambil tidak membenarkannya, tiada diterima shalatnya selama 40 hari.” (HR Ath Thabrani)

6. Memilih pelaku pengobatan yang benar-benar ahli dalam pengobatan. Islam tidak membenarkan seseorang yang tidak mengkaji ilmu kedokteran turun mengobati pesien sehingga jika terjadi bahaya, ia harus bertanggungjawab sepenuhnya. Sabda Nabi SAW: “Jika suatu perkara diserahkan bukan pada ahlinya, tunggulah kehancurannya.” (HR Bukhari)

“Barangsiapa bertindak sebagai tabib, sedang ia sebelumnya belum pernah mengkaji ilmu ath thibb (kedokteran), maka ia harus mengganti kerugian.” (HR Abu Dawud, Nasai dan Ibnu Majah)

“Sesungguhnya Allah tidaklah menurunkan penyakit kecuali Dia turunkan pula obatnya bersamanya. (Hanya saja) tidak mengetahui orang yang tidak mengetahuinya dan mengetahui orang yang mengetahuinya.” (HR. Ahmad 1/377, 413 dan 453. Dan hadits ini dishahihkan dalam Ash-Shahihah no. 451)

7. Pelaku pengobatan (dokter) diperbolehkan mengambil upah

Dari Ibnu „Abbas ra, ia berkata “suatu ketika Nabi saw berbekam dan memberikan upah kepada juru bekam. (H.R. Bukhori-Muslim)

8. Jauhkanlah bagi seorang tabib muslim itu dari iri hati, riya, takabur merendahkan orang lain, tinggi hati, memeras pasien, dan sifat tidak terpuji lainnya. Sabda Nabi SAW:

“Sesungguhnya sesuatu yang aku takutkan itu syirik kecil yaitu riya‟” (HR Ahmad)

“Sesungguhnya Allah SWT telah mewajibkan kepadaku; hendaklah kamu merendahkan hati agar seseorang tidak melewati batas seseorang dan seseorang tidak bersombong akan seseorang.”(HR Muslim)

“Celakalah sudah penembah dinar dan dirham dan qathifah, jika diberi ia ridha dan jika tidak diberi ia tidak ridha.” (HR Bukhari)

9. Seorang dokter muslim itu harus berpakaian rapi, bersih dan sebaiknya berpakaian putih. Allah berfirman:

“Dan pakaianmu hendaklah kamu bersihkan dari maksiat dan hendaklah kamu jauhi.” (QS Al Mudatsir 74:4-5)

(27)

27 “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat serta menyukai orang-orang yang bersih.” (QS Al Bawarah 2: 222)

“Rapikanlah pakaianmu, dan hiasilah kendaraanmu sehingga kamu terpandang dalam pergaulan.” (HR al Hakim)

“Pakailah pakaian putih, karena sesungguhnya warna putih lebih bersih dan indah, kafanilah mayat-mayatmu dengan kain putih.” (HR Ahmad)

10. Hendaklah pula institusi kedokteran, rumah sakit, balai pengobatan dan semacamnya menarik hati pengunjung, indah, rapi, dan bersih sehingga menjadi tempat penyiaran Islam. 11. Jauhkanlah lambang-lambang dan isltilah-istilah yang berasal dari pemujaan pada

dewa-dewa (Jahiliyah) ataupun penggunaan lambing keagamaan dari orang-orang Yahudi dan nasrani, walaupun istilah-istilah itu sudah digunakan merata, sudah diakui dan sudah dilatahkan oleh tenaga medis muslim pengikut mereka, yang menjadi muqallid mereka. “Barangsiapa pun yang meniru suatu kaum, maka ia termasuk kaum itu.” (HR Ahmad dan Abu Dawud)

Dari Aisyah r.a :”Sesungguhnya Rasulullah SAW tidaklah membiarkan di rumahnya sesuatu pun yang menyerupai salib-salib, melainkan diubahnya dan dibatalkannya.” (HR Bukhari) 12. Memperbanyak berdo‟a dan berzikir serta bertawakkal kepada Allah SWT

Prinsip-prinsip diatas hendaklah diperhatikan dan dijalankan oleh seluruh elemen yang bergerak di usaha/ bisnis pengobatan apakah dia sebagai pemilik usaha, produsen dan penyalur obat, dokter dsb. Dan juga perlu diperhatikan dan dijalankan oleh seluruh kaum muslimin. Agar kesembuhan dan keberkahan Allah SWT senantiasa menyertai kita

3.3 Pengobatan Alternatif dan Pengobatan Modern dalam Pandangan Islam

Sebelum Islam hadir di tengah-tengah masyarakat, manusia sudah memiliki pengetahuan dan cara pengobatan yang mereka peroleh berdasarkan pengalaman. Hal ini di namai pengobatan tradisional/ alternatif. Pengobatan alternatif ini ada yang berupa pengobatan yang banyak berdasarkan pada mistik. Seperti pengobatan melalui dukun/ paranormal, penggunaa jampi-jampi dan rajah serta azimat yang bukan berasal dari Islam. Pengobatan ini dilarang/ diharamkan oleh Islam. Karena semua itu membawa manusia kepada perbuatan syirik. Ada pengobatan alternatif/ tradisional lain yang tidak berupa pijat (massage) bagi yang patah tulang atau acupressure

(28)

28 dengan menekan bagian tubuh tertentu atau dengan nama lain akupuntur maupun penggunaan ramuan dari berupa daun-daunan misal jamu, hal ini tidaklah mengapa.

Pengobatan modern adalah pengembangan dari pengobatan tradisional. Dan merupakan perkembangan hasil dari kerja akal manusia yang diberi kesempatan untuk aktif memikirkan dan merenungkan kehidupan ini. Pengobatan modern adalah segala tekhnik pengobatan yang berdasarkan hasil dari befikir dan mengembangkan ilmu dan pengetahuan dalam bidang kesehatan dengan mengandalkan akal yang telah diberikan oleh Allah SWT untuk di kembang kan dan di amalkan guna manusia dan alam sekitarnya.

Nabi menjelaskan bahwa ada dua macam penyakit sesuai dengan keadaan manusia yang terdiri dari tubuh jasad dan tubuh rohani. Perlu diketahui Allah menurunkan segala penyakit tanpa menjelaskan secara terperinci mengenai jenis penyakitnya dan Allah menurunkan obatnya tanpa menyebutkan apa obatnya dan bagaimana cara memakainya. Dalam beberapa hal, masalah mampu dilakukan oleh manusia dengan akal, ilmu dan penyelidikan yang sekarang dinamai science bersama teknologinya dengan izin Allah SWT.

Inilah dorongan untuk membangun ilmu pengetahuan (science), termasuk pengetahuan pengobatan (medical science). Pada waktu islam berkembang keluar jazirah arab, umat islam bertemu dengan pengobatan Persia, Yunani dan hindia. Mereka menyerap segala macam pengobatan itu serta menyesuaikannya dengan ajaran islam. Perkembangan yang pesat terjadi pada Daulah Abbasiyah, setelah dimulai pada masa khalifah Umayyah. Cordova dan Granada di Spanyol merupakan pusat ilmu yang di datangi oleh ahli-ahli barat. Pada saat itu muncullah dokter-dokter muslim dengan kualitas internasional seperti Ibnu Uthal dan Wahid Abdul Malik, yang mendirikan perumahan untuk merawat penderita kusta, Ibnu Al Baytan yang dirinya dengan mengumpulkan tanaman-tanaman berkhasiat bagi pengobatan dan sebagainya, pada periode abbasiyah mereka mendirikan rumah sakit modern di Baghdad. Artinya Islam sangat menghargai perkembangan teknologi, termasuk dalam pengobatan dan kedokteran. Sehingga saat ini muncul penemuan dibidang pengembangan obat, teknik pembedahan dan lain sebagainya.

Dengan penjelasn ini bukan berarti seseorang meninggalkan pengobatan secara medis!. Seperti pergi ke rumah sakit untuk mendiagnosa jenis penyakit, akan tetapi pengobatan suatu penyakit pada dasarnya menggunakan terapi Al-Qur'an dan do'a-do'a yang warid dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, di tembah dengan pengobatan secara medis, yang dibarengi dengan

(29)

29 suatu keyakinan bahwa kesembuhan datangnya dari Allah, maka apabila Allah menurunkan kesembuhan bagi seseorang maka obat tersebut akan bermanfaat bukan sebaliknya. Sebab Allah Ta'ala berfirman:

يِنْيِفْشَي َىُهَف ُتْضِرمَ اَذِإَو

" Apabila aku sakit maka Dialah yang menyembuhkan aku".( QS. Al-Syu'ara': 80)

Oleh karenanya, menggunakan obat medis adalah salah satu bentuk terapi, dan Nabi shallallahu alaihi wa sallam dalam sebagian haditsnya telah mengisyaratkan pada tuntunan ini, seperti apa yang disebutkan dalam sebuah hadits:

ُءاَوَّدلا َباَصَأ اَذِإَف ٌءاَوَد ٍءاَد ِّلُكِل َّلَجَو َّزـَع ِالله ِنْذِإِب َئِرَب َءاَّدلا

"Setiap penyakit mempunyai obat, maka apabila suatu obat sesuai dengan penyakitnya maka dia akan sembuh dengan izin Allah Azza Wa Jalla" ( HR. Muslim 14/191.)

Dalam sabda yang lain beliau menegaskan:

ْنِإ ٍلَسَع ِةَبْرـُش ْوَأ ٍمَجْحِم ِةَطْرش يِفَف ٌرْيَخ ْمكِتَيِوْدَأ ْنِم ٍاْيَش يِف َناَك

"Jika pada obat-oabatan ada manfaat yang baik maka hal itu ada pada belahan untuk berbekam atau minum madu". (HR Bukhori) Maka ucapa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:

ٌرْيَخ ْمكِتَيِوْدَأ ْنِم ٍاْيَش يِف َناَك ْنِإ

(Jika pada obat-oabtanmu ada manfaat yang baik) maka pengertiannya adalah terkadang suatu obat tidak bermanfaat, sebab dia adalah terapi semata, dan pada dasarnya pengobatan tersebut dilakukan dengan menggunakan ruqyah syar'iyah.

Dari Usamah bin Syarik berkata: Aku berada di sisi Nabi shallallahu alaihi wa sallam, lalu orang-orang badui datang kepadanya dan berakta: Wahai Rasulullah! Apakah kita harus berobat? Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab:

َرهَلْا َىُهَو ٍدِحاَو ٍءاَد َرْيَغ ًءاَفِش ُهَل َعَضَو َّلاِإ ًءاَد ْعَضَي ْمَل َالله َّنِإَف اْوَواَدَت ِالله َداَبِع ْمَعَن ِم

"Ya kalian harus berobat, sebab sesungguhnya Allah tidak menurunkan suatu penyakit kecuali Dia telah mennurunkan baginya obat, kecuali satu yaitu penyakit tua". (Shahih sunan Turmudzi, Al-Bani 2/202). Maka ucapan Rasulullah: اْوَواَدَت berarti berobatlah atau pakailah obat-obatan, tetapi obat-obatan ini pada dasarnya tidak menyembuhkan hanya sebagai sebab semata

Jadi, pada prinsipnya Islam memperbolehkan umatnya untuk mengupayakan penyembuhan atas sakit yang diderita, hal ini sesuai dengan hadis Rasulullah saw yang menyuruh sahabat untuk berobat. Metode-metode pengobatan yang berkembang saat ini, apakah pengobatan alternatif maupun pengobatan modern, pada dasarnya diperbolehkan untuk

(30)

30 digunakan karena hanya berfungsi sebagai sebuah usaha atau sarana saja dan selama meyakini bahwa yang kesembuhan itu mutlak datangnya dari Allah SWT, serta dalam pelaksanaannya tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip pengobatan Islam yang sudah dikemukakan diatas.

Walaupun demikian, semodern apapun pengobatan yang ada saat ini, tetap pengobatan yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW (Thibbun Nabawi) adalah yang terbaik. Karena pengobatan ini langsung dalam bimbingan ALLAH SWT, yang tidak diragukan kebenaran dan hasilnya.

(31)

31 BAB IV

KESIMPULAN

3.1 Konsep dan Praktek Pengobatan dalam Islam Pengertian Thibbun Nabawi

Menurut Aiman bin Abdul Fattah (Keajaiban Thibbun Nabawi, 2011), thibb secara bahasa bisa bermakna perbaikan, kelembutan dan pengaturan, kecerdasan, kebiasaan dan sihir. Sedangkan thibb secara istilah adalah ilmu untuk mengetahui kondisi-kondisi badan manusia dari aspek kesehatannya maupun apa yang hilang darinya, untuk memelihara kesehatan yang ada dan mengembalikan yang hilang.

Definisi Penyakit

Ibnul Qoyyim (Praktek Kedokteran Nabi, 2008) menyatakan ada dua jenis penyakit pada manusia, yaitu :

1. Penyakit Hati Penyakit Syubhat Penyakit Syahwat 2. Penyakit Jasmani

Pengelompokkan Thibbun Nabawi 1. Thibbun Nabawi Pencegahan 2. Thibbun Nabawi Spiritual 3. Thibbun Nabawi Penyembuhan

Hukum Berobat

Kadang-kadang, berobat hukumnya menjadi wajib, sunnah, makruh atau haram. Berobat hukumnya wajib apabila penyakit yang diderita menyebabkan tidak ditunaikannya hak-hak orang lain, sunnah apabila pengobatan itu dari hal-hal yang sunnah, makruh apabila dengan kay, dan haram apabila pengobatan tersebut melanggar prinsip-prinsip pengobatan yang diatur didalam Islam.

(32)

32 Walaupun demikian kesabaran ketika dilanda sakit adalah keutamaan. Keberadaan berbagai penyakit termasuk sunnah kauniyah yang diciptakan oleh Allah SWT. Penyakit-penyakit itu merupakan musibah dan ujian yang di tetapkan Allah SWT atas hamba-hamba-Nya.

Metode Pengobatan Rasulullah SAW

Rasulullah Saw merupakan tauladan seorang perawat yang terbaik bagi kita. Beliau mengobati penyakit dengan 3 pendekatan:

1. Dengan menggunakan obat herbal (unsur fisikal) 2. Dengan menggunakan pendekatan ilahiyah 3. Dengan menggunakan keduanya

Berikut ini akan dipaparkan beberapa bentuk pengobatan yang dilakukan Rasulullah : a. Ruqyah

b. Bekam c. Shaum d. Sedekah

Makanan dan Obat dalam Pengobatan Islam 1. Madu

2. Habbatussauda 3. Zaitun

4. Air Zam Zam

Syarat Kesembuhan

Di antara jawabannya, sebagaimana ucapan Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullahu yang telah lewat, bahwasanya manjurnya ruqyah (pengobatan dengan membaca doa-doa dan ayat-ayat Al-Qur`an) hanyalah diperoleh bila terpenuhi dua hal:

a. Dari sisi si penderita, harus lurus dan benar niat/ tujuannya

b. Dari sisi yang mengobati, harus memiliki kekuatan dalam memberi bimbingan/arahan dan kekuatan hati dengan takwa dan tawakkal.

(33)

33 Pola Makan dan Minum Rasulullah SAW

1. Membaca basmalah ketika hendak makan, dan mengakhiri dengan membaca hamdalah. 2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan.

3. Menjauhi sikap berlebihan dan rakus. 4. Makan dengan tiga jari.

5. Duduk tegak lurus saat makan dan tidak bersandar..

6. Minum dengan tiga kali tegukan. Dilakukan sambil duduk dan tidak bernafas dalam gelas. 7. Mendahulukan makan buah-buahan sebelum makan daging (makanan utama).

8. Menutup makanan dan minuman di atas meja.

9. Mencuci mulut (berkumur) sebelum dan setelah makan. 10. Suplemen makanan terbaik adalah madu.

11. Tidak memasukkan makanan pada makanan. 12. Menjilati jari dan tempat makan.

14. Tidak tidur setelah makan.

. 15. Makan bersama-sama dan tidak sendiri-sendiri. 16. Makan sambil berbincang dan tidak diam.

17. Menghormati budaya dan tradisi makan yang ada di tempat kita makan.

18. Bersikap lembut terhadap orang sakit dengan tidak memaksakan makanan tertentu. 19. Menjaga perasaan orang lain dengan tidak membelakangi posisi mereka.

20. Tidak mengkonsumsi makanan yang terlalu panas dan minuman yang terlalu dingin.

3.2 Etika Bisnis Pengobatan Dalam Islam a. Prinsip-Prinsip Pengobatan Islam

Prinsip-prinsip pengobatan Islam, antara lain:

1. Meletakkan keyakinan bahwa Allah sebagai penyembuh penyakit

2. Mengobati seorang pasien dengan ihsan dan tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan Al Qur‟an dan Sunah nabi-Nya.

3. Tidak sekali-kali menggunakan obat-obatan yang haram atau tercampuri bahan yang haram. 4. Pengobatan itu tidak sekali-kali mencacatkan tubuh, kecuali jika keadaannya sangat darurat

dan tidak ada pengobatan lain di saat itu.

(34)

34 6. Memilih pelaku pengobatan yang benar-benar ahli pengobatan.

7. Pelaku pengobatan (dokter) diperbolehkan mengambil upah

8. Jauhkanlah bagi seorang tabib muslim itu dari iri hati, riya, takabur merendahkan orang lain, tinggi hati, memeras pasien, dan sifat tidak terpuji lainnya.

9. Seorang dokter muslim itu harus berpakaian rapi, bersih dan sebaiknya berpakaian putih. 10. Hendaklah pula institusi kedokteran, rumah sakit, balai pengobatan dan semacamnya

menarik hati pengunjung, indah, rapi, dan bersih sehingga menjadi tempat penyiaran Islam. 11. Jauhkanlah lambang-lambang dan isltilah-istilah yang berasal dari pemujaan pada

dewa-dewa (Jahiliyah) ataupun penggunaan lambing keagamaan dari orang-orang Yahudi dan nasrani,

12. Memperbanyak berdo‟a dan berzikir serta bertawakkal kepada Allah SWT

Prinsip-prinsip diatas hendaklah diperhatikan dan dijalankan oleh seluruh elemen yang bergerak di usaha/ bisnis pengobatan apakah dia sebagai pemilik usaha, produsen dan penyalur obat, dokter dsb. Dan juga perlu diperhatikan dan dijalankan oleh seluruh kaum muslimin. Agar kesembuhan dan keberkahan Allah SWT senantiasa menyertai kita

b. Pengobatan Alternatif dan Pengobatan Modern dalam Pandangan Islam

Pada prinsipnya Islam memperbolehkan umatnya untuk mengupayakan penyembuhan atas sakit yang diderita, hal ini sesuai dengan hadis Rasulullah saw yang menyuruh sahabat untuk berobat. Metode-metode pengobatan yang berkembang saat ini, apakah pengobatan alternatif maupun pengobatan modern, pada dasarnya diperbolehkan untuk digunakan karena hanya berfungsi sebagai sebuah usaha atau sarana saja dan selama meyakini bahwa yang kesembuhan itu mutlak datangnya dari Allah SWT, serta dalam pelaksanaannya tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip pengobatan Islam yang sudah dikemukakan diatas.

Walaupun demikian, semodern apapun pengobatan yang ada saat ini, tetap pengobatan yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW (Thibbun Nabawi) adalah yang terbaik. Karena pengobatan ini langsung dalam bimbingan ALLAH SWT, yang tidak diragukan kebenaran dan hasilnya.

(35)

35 DAFTAR PUSTAKA

Aiman, Abdul Fatah. 2011. Keajaiban Thibbun Nabawi. Al-Qowwam, Solo.

Al-Jauziyah, Ibnu Qoyyim. 2008. Praktek Kedokteran Nabi. Hikam Pustaka. Yogyakarta

Al-Sadhan, Abdullah. 2009. Cara Pengobatan Dengan Al-Quran; Cetakan Empat. IslamHouse.com. Jakarta

Fajar. 2009. Hidup Sehat Pilihan Tepat. CV. Mughni Sejahtera. Bandung

Salamah, Ummu. 2011. Imunisasi Dampak dan Konspirasi; Solusi Sehat ala Rasulullah SAW. Nabawiyah Press. Jakarta

Yamani, Jafar Khadem. 2005. Ilmu Kedokteran Islam, Sejarah dan Perkembangannya. Dzikra. Bandung: http://dokmud.wordpress.com/2009/10/25/at-thibbun-nabawi/#more-118 http://www.alhikmahstore.com/wiki/index.php?title=Thibbunnabawi http://intanrisna.blogspot.com/2010/02/asas-kedokteran-islam.html http://dokterqyu.multiply.com/journal/item/239?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem http://www.asysyariah.com/sakinah/info-praktis/848-memahami-thibbun-nabawi.html http://binmuhsinhabbatussauda.blogspot.com/2009/11/pengobatan-menurut-pandangan-islam.html http://id.wikipedia.org/ http://cintaherbal.wordpress.com/ http://rumahmadu.com/

Referensi

Dokumen terkait

Setelah melihat hasil temuan diatas, didapatkan bahwa teori modal sosial yang dipakai pada penelitian ini yaitu tentang kekentalan jaringan, Hal tersebut terbukti

Tenaga kesehatan merupakan Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK) sebagai pelaksana pelayanan kesehatan. Tenaga kesehatan tersebar di berbagai rumah sakit, puskesmas, dan

Rumah susun dan Hak Milik atas Satuan Rumah Susun seperti halnya didalam Pasal 27 UUHT tersebut diatas, diketahui sebagai salah satu dari objek Hak Tanggungan, yaitu pertama

Pada penelitian ini telah dilakukan pemeriksaan terhadap keberadaan parasit usus pada tubuh lalat yang dikumpulkan dari 38 warung makan di wilayah Tanjung Duren Timur

Hasil penelitian menunjukkan bahwa muatan etika dalam pengajaran akuntansi keuangan dan kecerdasan emosional berpengaruh positif dan signifikan terhadap sikap etis

Dengan demikian dapat dimaklumi bahwa di Sulawesi Tengah, hampir tidak ada kepengurusan yang berada di tingkat terbawah Organisasi yaitu Pimpinan Ranting

Permukiman kumuh di perkotaan yang terjadi karena pemadatan terus menerus dan tidak terkendali mempunyai bentuk pemadatan melalui pembangunan baru pada lahan

dan Hukum Asy-Syir’ah Vol.47 No.1 Tahun 2013.. rumah tangga, maka diterapkannya ancaman pidana dalam Pasal 49 UU KDRT kepada pelaku pelanggaran Pasal 49 jo pasal 9 UU KDRT. Dalam