SEKTOR LOGAM DAN MESIN
SEKTOR LOGAM DAN MESIN
MENGUKUR LISTRIK/ELEKTRONIKA
MENGUKUR LISTRIK/ELEKTRONIKA
LOG.OO12.002.00
LOG.OO12.002.00
BUKU INFORMASI
BUKU INFORMASI
KEMENTERIANKATA PENGANTAR KATA PENGANTAR
Modul pelatihan berbasis kompetensi merupakan salah satu media pembelajaran yang Modul pelatihan berbasis kompetensi merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan sebagai media transformasi pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dapat digunakan sebagai media transformasi pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja kepada peserta pelatihan untuk mencapai kompetensi tertentu berdasarkan program kepada peserta pelatihan untuk mencapai kompetensi tertentu berdasarkan program pelatihan yang mengacu kepada Standar Kompetensi.
pelatihan yang mengacu kepada Standar Kompetensi.
Modul pelatihan ini berorientasi kepada pelatihan berbasis kompetensi (
Modul pelatihan ini berorientasi kepada pelatihan berbasis kompetensi (CompetenceCompetence Based Training
Based Training ) diformulasikan menjadi 3 (tiga) buku, yaitu Buku Informasi, Buku Kerja) diformulasikan menjadi 3 (tiga) buku, yaitu Buku Informasi, Buku Kerja dan Buku Penilaian sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam penggunaannya dan Buku Penilaian sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam penggunaannya sebagai referensi dalam media pembelajaran bagi peserta pelatihan dan instruktur, agar sebagai referensi dalam media pembelajaran bagi peserta pelatihan dan instruktur, agar pelaksanaan pelatihan dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
pelaksanaan pelatihan dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
Untuk memenuhi kebutuhan pelatihan berbasis kompetensi tersebut, maka disusunlah Untuk memenuhi kebutuhan pelatihan berbasis kompetensi tersebut, maka disusunlah modul pelatihan berbasis kompetensi dengan judul “
modul pelatihan berbasis kompetensi dengan judul “ Mengukur Listrik / ElektronikaMengukur Listrik / Elektronika “ “ yang mengacu pada SKKNI
yang mengacu pada SKKNI Sektor Industri Pengolahan Sub Sektor Industri Barang dariSektor Industri Pengolahan Sub Sektor Industri Barang dari Logam Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub Bidang Pengelasan SMAW
Logam Bidang Jasa Industri Pengelasan Sub Bidang Pengelasan SMAW yang telahyang telah ditetapkan dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. Nomor ditetapkan dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. Nomor KEP.342/MEN/X/2007.
KEP.342/MEN/X/2007.
Kami menyadari bahwa modul yang kami susun ini masih jauh dari sempurna. Oleh Kami menyadari bahwa modul yang kami susun ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan masukan untuk perbaikan agar tujuan karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan masukan untuk perbaikan agar tujuan dari penyusunan modul ini menjadi lebih efektif.
dari penyusunan modul ini menjadi lebih efektif.
Demikian kami sampaikan, semoga Tuhan YME memberikan tuntunan kepada kita dalam Demikian kami sampaikan, semoga Tuhan YME memberikan tuntunan kepada kita dalam melakukan berbagai upaya perbaikan dalam menunjang proses pelaksanaan pelatihan di melakukan berbagai upaya perbaikan dalam menunjang proses pelaksanaan pelatihan di lembaga pelatihan kerja.
lembaga pelatihan kerja.
Jakarta,
Jakarta, Nopember Nopember 20132013 DIREKTUR
DIREKTUR
STANDARDISASI KOMPETENSI STANDARDISASI KOMPETENSI
DAN PROGRAM PELATIHAN DAN PROGRAM PELATIHAN
KUNJUNG MASEHAT, S.H., M.M. KUNJUNG MASEHAT, S.H., M.M.
NIP. 19591129 198603 1 002 NIP. 19591129 198603 1 002
DAFTAR ISI DAFTAR ISI
KATA
KATA PENGANTAR PENGANTAR --- --- 11 DAFTAR
DAFTAR ISI ISI --- --- 22 BAB
BAB I I STANDAR KOMPETENSI STANDAR KOMPETENSI KERJA KERJA NASIONAL NASIONAL (SKKNI) DAN (SKKNI) DAN SILABUSSILABUS PELATIHAN
PELATIHAN BERBASIS BERBASIS KOMPETENSI KOMPETENSI (PBK) (PBK) --- --- 33 A.
A. Standar Standar Kompetensi Kompetensi Kerja Kerja Nasional Nasional (SKKNI) (SKKNI) --- --- 33 B.
B. Unit Unit Kompetensi Kompetensi Prasyarat ---Prasyarat --- --- 77 C.
C. Silabus Silabus Pelatihan Pelatihan Berbasis Berbasis Kompetensi Kompetensi (PBK) ---(PBK) --- --- 88 BAB
BAB II II MENGUKUR MENGUKUR LISTRIK/ELEKTRONIKA LISTRIK/ELEKTRONIKA --- 12--- 12 A.
A. Latar Belakang --- 12Latar Belakang --- 12 B.
B. Tujuan Tujuan --- --- 1212 C.
C. Ruang Lingkup --- 13Ruang Lingkup --- 13 D.
D. Pengertian Istilah --- 13Pengertian Istilah --- 13 E.
E. Diagram ADiagram Alir Unjuk lir Unjuk Kerja PencaKerja Pencapaian Kompetensi paian Kompetensi --- --- 1414 F.
F. Materi Pelatihan Mengukur Listrik/Elektronika --- 15Materi Pelatihan Mengukur Listrik/Elektronika --- 15 1.
1. Menggunakan Peralatan Pengukur Listrik Untuk Mengukur Variabel Menggunakan Peralatan Pengukur Listrik Untuk Mengukur Variabel - - 1515 a. Cara memilih peralatan yang tepat untuk memperoleh hasil yang a. Cara memilih peralatan yang tepat untuk memperoleh hasil yang
dibutuhkan ---dibutuhkan --- --- 1515 1). Dasar-Dasar Kelistrikan ---1). Dasar-Dasar Kelistrikan --- --- 1515 2). Besaran-Besaran listrik ---2). Besaran-Besaran listrik --- --- 1616 3). Pemilihan alat
3). Pemilihan alat ukur listrik/elektronika ukur listrik/elektronika --- --- 1919 b. Cara mengeset peralatan yang
b. Cara mengeset peralatan yang tepat tepat --- --- 2121 c. Cara menghubungkan peralatan untuk memperoleh hasil yang
c. Cara menghubungkan peralatan untuk memperoleh hasil yang diperlukan
diperlukan --- - 2121 1). Rangkaia Listrik --- 22 1). Rangkaia Listrik --- 22 2).
2). Jenis-Jenis Jenis-Jenis Rangkaian Rangkaian Listrik Listrik --- 22--- 22 3). Menggunakan Multi Meter
---3). Menggunakan Multi Meter --- --- 2727 4). Menggunakan
4). Menggunakan Multi AnaMulti Analog log --- --- 2828 5). Menggunakan Multi
5). Menggunakan Multi Digital Digital --- --- 3636 6). Mengguna
2.
2. Memelihara Peralatan Pengukur listrik/Elektronika Memelihara Peralatan Pengukur listrik/Elektronika --- -- 7474
a. Cara memelihara peralatan pengukur listrik/elektronika --- 74
a. Cara memelihara peralatan pengukur listrik/elektronika --- 74
1). Pemeliharaan multimeter --- 74
1). Pemeliharaan multimeter --- 74
2). Mengganti baterei multi meter ---2). Mengganti baterei multi meter --- - 7474 3). Mengganti 3). Mengganti sekring multi sekring multi meter meter --- --- 7474 4). Pemeliharaan osiloskop --- 75
4). Pemeliharaan osiloskop --- 75
b. Cara m b. Cara menyimpan peralatan penyimpan peralatan pengukur listrik/elektronika --- engukur listrik/elektronika --- 7575 1). 1). Cara Cara menyimpan menyimpan multi multi meter meter --- 75--- 75 BAB III
BAB III SUMBER-SUMBER YANG SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPADIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSIIAN KOMPETENSI A.
A. Sumber-sumber PerpustakaSumber-sumber Perpustakaan an --- --- 7777 1.
1. Daftar Pustaka Daftar Pustaka --- -- 7777 2.
2. Buku Referensi ---Buku Referensi --- --- 7777 B.
B. Daftar Peralatan/Mesin daDaftar Peralatan/Mesin dan Bahan ---n Bahan --- --- 7777 1.
1. Daftar Peralatan/Mesin ----Daftar Peralatan/Mesin --- --- 7777 2.
BAB I BAB I
STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL (SKKNI) STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL (SKKNI) DAN SILABUS PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI (PBK) DAN SILABUS PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI (PBK)
A.
A. Standar Kompetensi Kerja Nasional (SKKNI)Standar Kompetensi Kerja Nasional (SKKNI) 1.
1. KODE KODE UNITUNIT :: LOG.OO12.002.01LOG.OO12.002.01 2.
2. JUDUL JUDUL UNITUNIT :: Mengukur listrik/elektronikMengukur listrik/elektronik
3.
3. DESKRIPSI DESKRIPSI UNIT UNIT Unit ini Unit ini menggambarkan menggambarkan kegiatan kegiatan pengukuranpengukuran dengan menggunakan alat ukur listrik/elektronik dengan menggunakan alat ukur listrik/elektronik yang meliputi pemilihan peralatan dan pengesetan yang meliputi pemilihan peralatan dan pengesetan yang sesuai, melakukan pengukuran serta yang sesuai, melakukan pengukuran serta melaksanakan pemeliharaan peralatan ukur melaksanakan pemeliharaan peralatan ukur listrik/elektronik sesuai dengan prosedur.
listrik/elektronik sesuai dengan prosedur. 4.
4. Bidang Bidang : : PengukuranPengukuran 5.
5. Bobot Bobot Unit Unit : : 22 6.
6. Unit Unit Prasyarat Prasyarat :: ELEMEN
ELEMEN KOMPETENSI
KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJAKRITERIA UNJUK KERJA 1. 1. MenggunakanMenggunakan peralatan peralatan pengukur listrik pengukur listrik untuk mengukur untuk mengukur variabel variabel 1.1
1.1 Peralatan Peralatan dan dan pengesetan pengesetan yang yang tepat tepat dipilih dipilih untukuntuk memperoleh hasil yang dibutuhkan
memperoleh hasil yang dibutuhkan 1.2
1.2 Rangkaian Rangkaian listrik listrik yang yang tepat tepat dihubungkan dihubungkan untukuntuk memperoleh hasil yang dibutuhkan sesuai dengan memperoleh hasil yang dibutuhkan sesuai dengan prosedur operasi (kerja) yang terstandar (SOP). prosedur operasi (kerja) yang terstandar (SOP). 2. 2. MemeliharaMemelihara peralatan peralatan pengukur listrik. pengukur listrik. 2.1
2.1 Perawatan Perawatan dan pendan penyimpanan yimpanan peralatan peralatan secara secara rutinrutin dilakukan sesuai dengan prosedur manufaktur atau dilakukan sesuai dengan prosedur manufaktur atau prosedur operasi (kerja) yang terstandar (SOP). prosedur operasi (kerja) yang terstandar (SOP).
7.
7. BATASAN VARIABELBATASAN VARIABEL
Unit ini meliputi pengukuran tegangan, arus, hambatan, daya listrik, frekuensi, Unit ini meliputi pengukuran tegangan, arus, hambatan, daya listrik, frekuensi, dll pada rangkaian arus bolak-balik (AC) dan arus searah (DC) sampai tegangan dll pada rangkaian arus bolak-balik (AC) dan arus searah (DC) sampai tegangan
termasuk multimeter analog/digital, tang tester (pengukur arus listrik), termasuk multimeter analog/digital, tang tester (pengukur arus listrik), osiloskop, potensiometer, dll. Peralatan pengukur listrik ada yang memerlukan osiloskop, potensiometer, dll. Peralatan pengukur listrik ada yang memerlukan hubungan atau tidak dihubungkan dengan sirkuit. Penyetelan peralatan hubungan atau tidak dihubungkan dengan sirkuit. Penyetelan peralatan pengukur dapat berupa penyetelan nilai nol dan linier. Peke
pengukur dapat berupa penyetelan nilai nol dan linier. Pekerjaan dapat dilakukanrjaan dapat dilakukan secara perorangan atau berkelompok. Untuk pengukuran yang
secara perorangan atau berkelompok. Untuk pengukuran yang sederhana sepertisederhana seperti membaca peralatan pengukur, mengetes sambungan kabel, dan pengukuran membaca peralatan pengukur, mengetes sambungan kabel, dan pengukuran yang mengharuskan penggunaan peralatan di atas peralatan pengukur, dan yang mengharuskan penggunaan peralatan di atas peralatan pengukur, dan sebagainya. Unit LOG.OO02.005.01 (Mengukur dengan menggunakan alat ukur) sebagainya. Unit LOG.OO02.005.01 (Mengukur dengan menggunakan alat ukur) dan/atau Unit LOG.OO12.001.01 (Menggunakan peralatan pembandingan dan/atau Unit LOG.OO12.001.01 (Menggunakan peralatan pembandingan dan/atau alat ukur Dasar) sebaiknya dipertimbangkan.
dan/atau alat ukur Dasar) sebaiknya dipertimbangkan.
8.
8. PANDUAN PENILAIANPANDUAN PENILAIAN a.
a. Konteks penilaianKonteks penilaian
Unit ini sebaiknya dinilai pada lokasi kerja, di luar lokasi kerja atau kombinasi Unit ini sebaiknya dinilai pada lokasi kerja, di luar lokasi kerja atau kombinasi keduanya. Kompetensi dalam unit ini ditunjukkan oleh individu yang bekerja keduanya. Kompetensi dalam unit ini ditunjukkan oleh individu yang bekerja sendiri atau bekerja dalam suatu tim/kelompok. Lingkungan penilaian sendiri atau bekerja dalam suatu tim/kelompok. Lingkungan penilaian sebaiknya tidak merugikan calon (siswa yang akan dinilai).
sebaiknya tidak merugikan calon (siswa yang akan dinilai). b.
b. Kondisi PenilaianKondisi Penilaian
Calon (siswa yang akan dinilai) akan menggunakan seluruh perkakas, Calon (siswa yang akan dinilai) akan menggunakan seluruh perkakas, perlengkapan, material dan dokumentasi yang diperlukan. Calon (siswa yang perlengkapan, material dan dokumentasi yang diperlukan. Calon (siswa yang akan dinilai) diijinkan untuk mengacu pada dokumen-dokumen berikut:
akan dinilai) diijinkan untuk mengacu pada dokumen-dokumen berikut: 1)
1) Prosedur kerja yang relevan.Prosedur kerja yang relevan. 2)
2) Spesifikasi produk dan fabrikasi yang relevan.Spesifikasi produk dan fabrikasi yang relevan. 3)
3) Kode-kode, standar-standar, manual-manual, dan bahan-bahanKode-kode, standar-standar, manual-manual, dan bahan-bahan referensi yang
referensi yang relevan.
relevan. 4)
4) Calon (siswa yang akan dinilai) akan diminta untuk:Calon (siswa yang akan dinilai) akan diminta untuk: a)
a) Secara lisan, atau dengan cara-cara komunikasi lainnya, menjawabSecara lisan, atau dengan cara-cara komunikasi lainnya, menjawab pertanyaan yang diajukan oleh penilai.
pertanyaan yang diajukan oleh penilai. b)
b) Menyebutkan kolega-kolega/rekan kerja yang dapat didekati untukMenyebutkan kolega-kolega/rekan kerja yang dapat didekati untuk mendapatkan bukti-bukti kompetensi apabila diperlukan.
mendapatkan bukti-bukti kompetensi apabila diperlukan. c)
kerja yang berhubungan dengan unit ini. Penilai harus yakin bahwa calon (siswa yang akan dinilai) tersebut dapat melakukan secara cakap dan konsisten seluruh elemen-elemen unit ini seperti yang telah ditetapkan dalam kriteria-kriteria, termasuk pengetahuan yang diperlukan.
c. Aspek Kritis
Unit ini dapat dinilai bersama dengan unit-unit lain mengenai keselamatan (safety), kualitas, komunikasi, penanganan material, pencatatan dan
pelaporan yang berhubungan dengan mendapatkan pengukuran
listrik/elektronik atau unit-unit lain yang membutuhkan penerapan keterampilan dan pengetahuan yang dicakup oleh unit ini. Kompetensi dalam unit ini tidak dapat diminta hingga semua prasyarat telah dipenuhi.
d. Catatan khusus
1) Selama penilaian setiap individu akan:
a) selalu menunjukkan praktek kerja yang aman.
b) memberikan informasi tentang proses, kejadian, atau tugas-tugas yang dilaksanakan untuk menjamin suatu lingkungan kerja yang aman dan efisien.
c) mempertanggungjawabkan kualitas pekerjaannya.
d) selalu merencanakan tugas-tugas dan meninjau kembali persyaratan-persyaratan suatu tugas apabila diperlukan.
e) melakukan seluruh tugas sesuai dengan prosedur operasi (kerja) yang terstandar (SOP) melakukan seluruh tugas sesuai dengan spesifikasi nya.
f) menggunakan cara-cara, praktek-praktek, proses-proses teknik dan prosedur di tempat kerja, tugas-tugas tersebut diselesaikan dalam jangka waktu yang layak sehubungan dengan aktivitas-aktivitas
khusus di tempat kerja. e. Pedoman penilai
1) Peralatan pengukur listrik dan pengesetannya yang tepat ditentukan dan digunakan sesuai dengan prosedur operasi (kerja) yang terstandar
2) Aplikasi berbagai peralatan pengukuran listrik dapat diberikan. Penentuan pengesetan pada setiap peralatan pengukur listrik dapat dijelaskan. Untuk suatu batas pengukuran yang diberikan, peralatan dan pengesetan yang tepat dapat diidentifikasi. Prosedur untuk memperoleh pengukuran listrik dapat diidentifikasi.
3) Rangkaian yang tepat menghubungkan peraalatan pengukur dengan sirkuit sesuai dengan prosedur operasi (kerja) yang terstandar (SOP) untuk memperoleh suatu hasil pengukuran listrik.
4) Rangkaian yang menghubungkan alat pengukur dengan sirkuit yang dites dapat diidentifikasi untuk setiap tipe pengukuran listrik. Prosedur untuk menghubungkan alat-alat pengukur dengan sirkuit dapat diidentifikasi.
5) Pengukuran listrik tertentu diperoleh dan diinterpretasikan dengan benar sesuai dengan prosedur operasi (kerja) yang terstandar (SOP). Apabila diperlukan, nilai yang didapat dikonversikan ke satuan pengukuran yang dibutuhkan.
6) Skala yang tepat untuk setiap pengesetan alat pengukur listrik dapat diidentifikasi. Apabila diperlukan, faktor skala diterapkan pada hasil yang diperoleh dari alat pengukur listrik dapat diidentifikasi. Satuan yang dipakai untuk pengukuran listrik dan elektronik dapat diidentifikasi.
7) Seluruh peralatan yang telah diset dirawat dan disimpan sesuai dengan prosedur manufaktur atau prosedur operasi (kerja) yang terstandar (SOP).
8) Persyaratan perawatan dan penyimpanan berbagai peralatan pengukur listrik dapat diidentifikasi. Prosedur pemeliharaan dan penyimpanan berbagai peralatan pengukur listrik dapat diidentifikasi. Spesifikasi dari peralatan pengukur listrik yang dipilih dapat diidentifikasi.
9. KOMPETENSI KUNCI
NO KOMPETENSI KUNCI DALAM UNIT INI TINGKAT
1. Mengumpulkan, mengorganisir dan menganalisa informasi 2
2. Mengkomunikasikan ide-ide dan informasi 2
3. Merencanakan dan mengorganisir aktivitas-aktivitas 2
4. Bekerja dengan orang lain dan kelompok 1
5. Menggunakan ide-ide dan teknik matematika 2
6. Memecahkan masalah 2
7. Menggunakan teknologi 2
B. Unit Kompetensi Prasyarat
Sebelum mengikuti pelatihan unit kompetensi Merumuskan Permasalahan Pelatihan di Daerah ini peserta harus sudah kompeten untuk unit kompetensi sebagai berikut:
Judul Modul: Mengukur Listrik/Elektronika
Buku Informasi Versi: 2013 Halaman: 9 dari 80
1. Judul Unit Kompetensi : Mengukur listrik/elektronik 2. Kode Unit Kompetensi : LOG.OO12.002.00
3. Deskripsi Unit Kompetensi : Unit ini menggambarkan kegiatan pengukuran dengan menggunakan alat ukur listrik/elektronik yang meliputi pemilihan peralatan dan pengesetan yang sesuai, melakukan pengukuran serta melaksanakan pemeliharaan peralatan ukur listrik/elektronik sesuai dengan prosedur. 4. Prakiraan Waktu Pelatihan : 36 Jp @ 45 Menit
5. Tabel Silabus Unit Kompetensi :
Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja Indikator Unjuk Kerja
Materi Pelatihan Prakiraan
Waktu Pelatihan Pengetahuan Keterampilan Sikap
Penge-tahuan Keteram-pilan 1. Menggunakan peralatan pengukur listrik untuk mengukur variabel 1.1 Peralatan dan pengesetan yang tepat dipilih untuk memperoleh hasil yang dibutuhkan
Dapat menjelaskan cara memilih peralatan yang tepat untuk memperoleh hasil yang dibutuhkan
Dapat menjelaskan cara mengeset peralatan yang tepat untuk memperoleh hasil yang dibutuhkan
Mampu memilih peralatan yang tepat untuk m emperoleh hasil yang dibutuhkan
Mampu mengeset peralatan yang tepat untuk memperoleh hasil yang dibutuhkan
Harus cermat, teliti dan taat asas dalam memilih dan mengeset peralatan dengan tepat untuk memperoleh hasil yang dibutuhkan
Cara memilih peralatan yang tepat untuk memperoleh hasil yang dibutuhkan
Cara mengeset peralatan yang tepat untuk memperoleh hasil yang dibutuhkan
Memilih peralatan yang tepat untuk
memperoleh hasil yang dibutuhkan
Mengeset peralatan yang tepat untuk memperoleh hasil yang dibutuhkan
Cermat
Teliti
Taat asas
Judul Modul: Mengukur Listrik/Elektronika
Buku Informasi Versi: 2013 Halaman: 10 dari 80
Kompetensi Unjuk Kerja Unjuk Kerja
Pengetahuan Keterampilan Sikap
Penge-tahuan Keteram-pilan 1.2 Rangkaian listrik yang tepat dihubungkan untuk memperoleh hasil yang dibutuhkan sesuai dengan prosedur operasi (kerja) yang terstandar (SOP).
Dapat menjelaskan cara menghubungkan peralatan untuk memperoleh hasil yang diperlukan sesuai dengan prosedur operasi standar Mampu menghubungkan
peralatan untuk memperoleh hasil yang diperlukan sesuai dengan prosedur operasi standar
Dapat menjelaskan cara menginterpretasikan hasil pengukuran dengan benar Dapat menjelaskan cara
mengkonversikan ke satuan ukuran yang dubutuhkan Mampu memperoleh hasil
pengukuran dan menginterpretasikannya dengan benar
Mampu mengkonversikan ke satuan ukuran yang dubutuhkan
Harus cermat dan teliti dalam menghubungkan rangkain listrik untuk memperoleh hasil yang dibutuhkan
Harus sesuai dengan proseduer operasi standar
Cara menghubungkan peralatan untuk memperoleh hasil yang diperlukan sesuai dengan prosedur operasi standar
Cara memperoleh hasil pengukuran dan menginterpretasikannya dengan benar
Cara mengkonversikan ke satuan ukuran yang dubutuhkan
Menghubungkan peralatan untuk memperoleh hasil yang diperlukan sesuai dengan prosedur operasi standar Menginterpretasikan hasil pengukuran dengan benar Mengkonversikan ke hasil pengukuran satuan ukuran yang dubutuhkan Cermat Teliti engikuti prosedur operasi standar 2 6
Judul Modul: Mengukur Listrik/Elektronika
Buku Informasi Versi: 2013 Halaman: 11 dari 80
Kompetensi Unjuk Kerja Unjuk Kerja
Pengetahuan Keterampilan Sikap
Penge-tahuan Keteram-pilan 2. Memelihara peralatan pengukur listrik. 2.1 Perawatan dan penyimpanan peralatan secara rutin dilakukan sesuai dengan prosedur manufaktur atau prosedur operasi (kerja) yang terstandar (SOP).
Dapat menjelaskan cara
merawat peralatan secara rutin sesuai dengan prosedur manufaktur atau prosedur operasi standar
Mampu merawat peralatan
secara rutin sesuai dengan prosedur manufaktur atau prosedur operasi standar
Dapat menjelaskan cara
menyimpan peralatan secara rutin sesuai dengan prosedur manufaktur atau prosedur operasi standar
Mampu menyimpan peralatan
secara rutin sesuai dengan prosedur manufaktur atau prosedur operasi standar
Harus cermat dan teliti dalam
melakukan perawatan secara rutin
Harus mengikuti prosedur operasi standar pemeliharaan dan penyimpanan peralatan
cara merawat peralatan
secara rutin sesuai dengan prosedur manufaktur atau prosedur operasi standar
cara menyimpan peralatan
secara rutin sesuai dengan prosedur manufaktur atau prosedur operasi standar
merawat peralatan
secara rutin sesuai dengan prosedur manufaktur atau prosedur operasi standar
menyimpan peralatan
secara rutin sesuai dengan prosedur manufaktur atau prosedur operasi standar Cermat Teliti engikuti prosedur operasi standar pemeliharaan dan penyimpanan peralatan Asesmen
BAB II
MENGUKUR LISTRIK/ELEKTRONIKA A. Latar Belakang
Mesin-mesin dan peralatan produksi dalam melakukan produksinya mengonsumsi energi dan tidak sedikit mesin yang mengonsumsi energi listrik. Demikian penting nya energi listrik untuk melakukan proses produksi sehingga dalam konstruksi mesin, komponen mekanik, komponen listrik beserta rangkaiannya serta komponen lainnya menjadi satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Oleh karena itu seorang mekanik dalam melaksanakan tugasnya bukan saja menangani hal-hal yang terkait dengan mekanik saja melainkan juga sampai taraf tertentu harus menangani hal-hal yang terkait dengan kelistrikan.
Pemahaman tentang kelistrikan melalui berbagai macan besaran-besaran listrik bagi seorang mekanik sangatlah diperlukan . Besaran-besaran listrik seperti tegangan, arus, daya dan frekuensi serta besaran-basaran lainnya tidak dapat ditanggapi langsung oleh panca indera tetapi dapat diidentifikasi, diukur dan diuji menggunakan berbagai macam alat-alat ukur listrik, mulai dari aplikasi yang sederhana sampai kepada aplikasi lanjut.
Oleh karena itu seorang mekanik yang menangani masalah-masalah kelistrikan harus menggunakan alat-alat ukur listrik.
Modul pengukuran listrik/elektronika ini diharapkan dapat menjadi media bagi seorang mekanik untuk mencapai kompetensi yang dibutuhkan dalam melakukan pengukuran menggunakan alat-alat ukur listrik dasar.
B. Tujuan
Adapun tujuan mengukur listrik / elektronika adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui prinsip kerja peralatan Ukur Listrik/elektronika.
2. Langkah/cara menggunakan bermacam-macam alat untuk mengukur dan menguji besaran listrik/elektronika .
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kegiatan Mengukur listrik/elektronika adalah menangani jenis-jenis alat ukur/uji : multimeter dan tang ampere serta osciloscope yang digunakan dalam lingkup pekerjaan teknik listrik /elektronika, cara menggunakan peralatan dengan benar sesuai dengan standard keselamatan dan kesehatan kerja, cara melakukan perawatan berkala dan perbaikan ringan serta cara penyimpanan alat ukur/uji sesuai standar yang berlaku.
D. Pengertian-pengertian
1. AC
Alternating Current (listrik arus bolak-balik).
2. DC
Direct Current (listrik arus searah). 3. Amper
Satuan yang menyatakan besarnya laju aliran pada suatu arus listrik. 4. Anode
1). Electrode positif yang memancarkan ion positif dalam suatu sel voltaik atau peralatan sejenis lainnya.
2). Kutub positif suatu baterei 5. Beban balans
Merujuk kepada pembenanan yang sama pada setiap fasa dari sistem 3 fasa. 6. Baterei
Suatu kombinasi dari dua atau lebih sell kimia yang dihubungkan secara elektronik untuk menghasilkan energi listrik.
7. Capasitor bank
Suatu rangkaian capasitor dan peralatan putus-hubung, pengendali dan lain-lain yang diperlukan untuk pengoperasian instalasi secara lengkap
8. Katode
1). Elektrode negatif yng memancarkan elektron atau memberikan ion negatif dan ke arah bergeraknya ion positif dalam suatu sel voltaik atau peralatan lain yang sejenis.
9. Circuit
Suatu jalur konduktif di mana muatan listrik dapat mengalir Program Pelatihan E. Diagram Alir MENGHUBUNGKAN PERALATAN DENGAN RANGKAIAN LISTRIK UNTUK MEMPEROLEH HASIL YANG DIBUTUHKAN MELAKUKAN PERAWATAN DAN PENYIMPANAN PERALATAN SECARA RUTIN
= TRANSPORTATION = MANUAL OPERATION
= PREPARATION = DECISION SELESAI MULAI MEMILIH DAN MENGESET PERALATAN UNTUK MEMPEROLEH HASIL YANG DIBUTUHKAN
F. MATERI PELATIHAN MENGUKUR LISTRIK/ELEKTRONIKA
1. Menggunakan Peralatan Pengukur Listrik Untuk Mengukur Variabel
Pengetahuan yang diperlukan dalam Menggunakan Peralatan Pengukur Listrik Untuk Mengukur Variabel.
a. Cara Memilih Peralatan Yang Tepat Untuk Memperoleh Hasil Yang Dibutuhkan
Pemilihan alat-alat ukur listrik sangat erat kaitannya dengan penerapan dasar-dasar kelistrikan di bidang mekanik karena banyaknya mesin dan peralatan mekanik yang mengonsumsi energi listrik. Mesin-mesin perkakas beroperasi dan dijalankan dengan bantuan motor listrik, transformator las memerlukan energi listrik, mesin-mesin pengujian memerlukan energi listrik, perlengkapan pemanas memerlukan energi listrik. Sering, bahwa seorang mekanik atau electrician harus melakukan trouble shooting jika mesin berhenti beropersi karena masalah sistem kelistrikan.
1) Dasar-Dasar Kelistrikan
Jika pemahaman tentang listrik sangat misterius bagi kita, hal ini akan menjadi jelas jika pemahaman tentang kelistrikan kita diskusikan dalam bahasa non teknik dengan analogi sederhana. Listrik adalah energi dan air adalah benda, tetapi keduanya dapat dibandingkan.
Sistem air pada gam bar 1 adalah sistem tertutup, di mana jumlah air dalam sis tem tersebut adalah tetap karena tidak ada tambahan air dari luar dan tidak ada air yang keluar.
Sistem listrik pada gambar 2 adalah sama dalam bebera pa hal dengan sistem air. Pikirkan, listrik adalah muat an partikel kecil yang meng alir (elektron) seperti air sepanjang jalurnya dengan sedikit hambatan
Gambar 2. Sistem listrik
Hanya saja air mengalir ke bawah karena gaya grafitasi, listrik mengalir dari negatif ke posirif karena gaya seperti muatan yang menolak satu sama lain.
Pompa air menghasilkan tekanan air di dalam sistem dengan mengang kat air sedangkan baterei mengasilkan tekanan listrik di dalam sistem dengan membangkitkan muatan negatif (dalam bentuk elektron) yang dibuat untuk bergerak. Muatan yang berbeda ini yang mirip dengan tekanan air pada sistem air disebut beda potensial.
Secara umum dikatakan arus mengalir dari terminal positif (+) ke terminal negatif (-). Tetapi elektron mengalir dari terminal negatif ke terminal positif. Aliran elektron ini disebut arus.
Terdapat listrik arus bolak-balik (AC) dan arus searah (DC)
2) Besaran-Besaran Listrik.
Arus listrik : Aliran elektron yang terus-menerus disebut arus listrik dengan satuan Amper dan notasinya adalah huruf “I”.
Amper: Muatan satu colom melewati suatu penampang penghantar dalam satu detik disebut satu Amper.
Satu colom: Jumlah elektron 2 x 1018 disebut satu colom.
Voltase: Untuk membuat suatu aliran arus dalam suatu penghantar, yakni tekanan listrik yang digunakan untuk menggerakkan elektron disebut Voltase dengan satuan Volt dan notasinya adalah “V”
Satu Volt: Satu Volt berarti gaya yang diperlukan untuk menggerakkan satu kolom elektron dalam satu detik.
Tahanan: Sifat dari penghantar yang melawan aliran arus yang melewatinya disebut tahanan, dengan satuan Ohm () dan notasinya
adalah “R” .
Satu Ohm: Jika penghantar punya potensi 1V antara dua titik ujung dan arus mengalir melalui penghantar tadi 1A, maka harga tahanan penghantar tersebut adalah 1Ohm.
Gaya Gerak Listrik: Dalam suatu rangkaian, gaya yang digunakan untuk menggerakkan elektron dari satu titik ke titik yang lain disebut gaya gerak listrik (GGL) dan satuannya adalah Volt.
Gaya Gerak Listrik = Beda Potensial x Voltage Drop: (atau: GGL = BP x Voltage Drop)
Beda Potensial: Adalah beda potensial antara dua titik dalam suatu rangkaian listrik, disingkat BP dengan satuan Volt.
Daya Listrik : Daya listrik didefinisikan sebagai produk dari voltase dan arus, dengan satuan Watt. Energi yang diserap oleh peralatan listrik dalam satu jam disebut konsumsi energi listrik dengan satuan Watt dan notasinya adalah “P”
P = V x I watt
Kerja listrik Q = P x t watt jam
Hukum Tahanan: Tahanan suatu penghantar dalam suatu rangkaian tergantung pada pernyataan berikut:
a) Tergantung pada jenis bahannya
b) Berbanding lurus dengan panjang penghantar
c) Berbanding terbalik dengan luas penampang penghantar d) Dan juga tergantung pada suhu penghantar
Menghitung tahanan:
Tahanan = (tahanan spesifik kali panjang) dibagi luas penampang
R = .l/a
Gambar 3. Tahanan spesifik
Di mana:
R - tahanan, dalam ohm
- tahanan spesifik dalam ohm meter l – panjang penghantar dalam meter
a – luas penampang penghantar dalam cm2
Tahanan spesifik : (gambar 3.) tahanan yang diberikan oleh satu sentimeter kubik bahan disebut tahanan spesifik.
Di bawah ini adalah tabel tahanan spesifik untuk beberapa macam bahan:
Bahan Tahanan spesifik dalam Ohm meter
Emas 2,42 x 10-8 Perak 1,63 x 10-8 Tembaga 1,724 x 10-8 Aluminium 2,83 x 10-8 Karet 8 x 107 Kaca 10 x 1011 Contoh 1:
Hitung tahanan suatu penghantar tembaga yang luaspenampangnya 1cm2dengan panjang 50 M (tahanan spesifiknya 1,72 x 10 -8Ohm-cm) Jawab:
Panjang = 50m x 100 = 5000 cm
Luas penampang = 1 cm2
Tahanan spesifik = 1,72 x 10 -8Ohm-cm
Tahanan R = R = .l/a
Tahanan R = (1,72 x 10 -8x 5000) : 1; R = 0,0086 Ohm
Contoh:
Dari suatu penghantar Aluminium yang luas penampangnya 0,009 cm2 dengan tahanan spesifik 2,69 x 10-8 Ohm-meter mempunyai beda
potensial pada kedua ujungnya 20V. Jika arus yang mengalir melewatinya 2A, hitung panjang penghantar tersebut!
Jawab:
Luas penampang (a) = 0,009 cm2 = 0,009 x 10-4 M2 Tahanan spesifik () = spesifik 2,69 x 10-8Ohm-meter Beda potensial (V) = 20 V
Arus (I) = 2 A
Tahanan (R) = V/I = 20/2 = 10
R = .l/a atau l = R.a/
l = (10 x 0,009 x 10-4) : 2,69 x 10-8 l = 334,5 meter
Konduktan: Konduktan adalah kebalikan dar tahanan, dimana tahanan melawan aliran arus, sedangkan konduktan memberikan pancingan (inducement) terhadap aliran arus, dengan satuan Mho dan notasinya adalah G.
Konduktan G 1/R Mho
Pada dasarnya bahan diklasifikasikan berdasarkan nilai konduktannya sebagai:
a) Konduktor – yang berarti bahan yang memungkinkan arus mengalir melewatinya. Perak, tembaga dan aluminium adalah sedikit bahan sebagai konduktor yang baik
b) Isolator – adalah bahan yang sama sekali menahan arus untuk mengalir melewatinya. Bahan seperti ini dalam teknik listrik digunakan sebagai isolator, seperti misalnya, kaca, mika, kayu asbes, karet,plastik, porselin, PVC, bakelit kertas dan lain-lain.
c) Semi konduktor – Yaitu bahan yang konduktivitasnya antara konduktor dan isolator, seperti Silikon dan Germanium.
3) Pemilihan Alat Ukur Listrik/Elektronika a) Klasifikasi Alat Ukur Listrik/Elektronika
Alat ukur listrik dan elektronika diklasifikasikan ke dalam dua kategori yakni:
(1) Alat ukur primer (atau absolut)
Alat-alat ukur absolut atau alat ukur primer ini memberikan nilai besaran atau variabel yang diukur dalam bentuk konstanta. Tidak ada kalibrasi atau pembandingan dengan alat lain sebelum nya. Contoh alat-alat ukur primer ini dapat kita jumpai pada laboratorium sebagai standar alat ukur .
(2) Alat ukur sekunder, di mana nilai besaran-besaran listrik yang diukur dapat ditentukan dari defleksi alat ukur tersebut hanya jika alat ukur tersebut telah dikalibrasi menggunakan standar
alat ukur atau alat ukur absolut.
Alat-alat ukur sekunder inilah yang biasa digunakan di lapangan seperti misalnya volt meter, amper meter, Ohm meter dan lain-lain.
Selanjutnya alat-alat ukur sekunder ini diklasifikasikan ke dalam tiga jenis yakni:
Alat ukur pengidikasian: yang memberikan pembacaan atas input besaran listrik selama interval waktu tertentu atau memberikan ukuran pada saat /proses pengukuran. Contoh alat-alat ukur seperti ini di antaranya adalah Volt meter, Amper meter Ohm meter.
Alat-alat ukur perekaman: yang melakukan perekaman atas besaran yang diukur selama periode waktu tertentu. Alat ini diperlengkapi dengan pena pada sistem bergerak yang akan melakukan jejakan atas besaran yang diukur dalam bentuk grafik pada suatu tromol (drum ) yang berputar perlahan .
Alat-alat ukur pengintegrasian: yang mencatat secara
melalui pointer dan dial. Contohnya adalah Amper jam meter, Watt jam meter.
b) Cara Memilih Alat Ukur
Alat ukur yang harus dipilih untuk digunakan disesuaikan besaran atau variabel yang akan diukur dengan mempertimbangkan faktor kepraktisan, artinya jika ada alat ukur yang dapat mengukur variabel yang sama maka yang harus dipilih adalah yang lebih praktis.
Di bawah ini adalah tabel besaran atau variabel yang diukur dan alat ukur yang digunakan:
No. Besaran yang diukur Alat ukur yang digunakan
1. Arus (Amper) Amper meter
2. Tegangan (Volt) Volt meter
3. Tahanan (Ohm) Ohm meter
4. Ketersambungan (continuity) Multimeter
4. Sinyal variasi waktu Osiloskop
5. Frekuensi sinyal Osiloskop
6. Nilai puncak sinyal Osiloskop
7. Amper secara non contak Tang amper
b. Cara Mengeset Peralatan Yang Tepat Untuk Memperoleh Hasil Yang Dibutuhkan
Oleh karena cara mengeset alat-alat ukur yang tepat untuk memperoleh hasil yang dibutuhkan terkai dengan penggunaan alat ukur itu sendiri, maka pembahasan cara mengeset alat-alat ukur disatukan dengan pembahasan tentang cara menggunakan alat ukur pada bahasan berikutnya.
c. Cara Menghubungkan Peralatan, Memperoleh Hasil Pengukuran Dan Menginterpretasikannya Serta Mengkonversikan Ke Satuan Ukur Yang Dibutuhkan
Untuk dapat menghubungkan peralatan/alat ukur listrik dengan rangkaian yang akan diukur, maka terlebih dahulu harus memahami apa itu rangkaian listrik dan mengidentifikasi jenis-jenis rangkaiannya.
1) Rangkain Listrik
Rangkaian listrik didefinisikan sebagai aliran arus dari titik suplai sampai ke beban sebagai jalur yang utuh.
a) Rangkaian tertutup: suatu rangkaian disebut tertutup jika suatu beban dihubungkan di antara terminal-terminal suplai listrik sedemikian sehingga arus mengalir melalui beban tersebut (lihat gambar 4)
Gambar 4. Rangkaian tertutup
b) Rangkaian terbuka: Suatu rangkaian disebut rangkaian terbuka jika arus tidak dapat mengalir yang disebabkan oleh pemutusan kabel atau saklar dalam posisi “OFF”, seperti pada gambar 5.
Gambar 5. Rangkaian terbuka
c) Hubung singkat: Hubung singkat akan terjadi jika dua terminal power suplai terhubung satu sama lain secara langsung tanpa melewati beban sehingga aliran arus tak terbatas ( infinite ) karena tanpa tahanan.
2) Jenis-Jenis rangkaian Listrik: a) Rangkaian Seri
Rangkaian listrik seri jika resistor-resistor dihubung kan seper ti pada gbr 6., sehingga arus yang meng alir melalui nya sama
Gambar 6. Rangkaian seri
Di sini resistor R1, R2 dan R3 dihubungkan secara seri, yakni R1 dihubungkan dengan R2, R2 dihubungkan dengan R3 dan R3 dihubungkan dengan R1 melalui suplai baterei. Arah aliran arus adalah sama (satu arah). Arus “I” Amper mengalir melalui ketiga resistor. Masing-masing resistor mempunyai voltage drop menurut hukum Ohm. Oleh karena itu V1=IR1; V2=IR2 dan V3=IR3
Total drop pada ketiga resisitor semuanya adalah
V = V1 + V2 + V3
= I (R1 + R2 + R3)
V/I = R1 + R2 + R3
Di mana R = R1 + R2 + R3
Jika satu atau lebih baterei dihubungkan seri satu sama lain,
Gambar 7. Rangkaian seri baterei
beda potensial totalnya adalah jumlah dari masing-masing baterei. Dalam gambar 7., empat buah baterei dihubungkan seri satu sama lain (V1, V2, V3 dan V4).
Beda potensial total (V = V1 + V2 + V3 + V4) Berdasarkan hukum Ohm I = V/R, maka: V = IR Di sini V = V1 + V2 + V3 + V4
Voltage drop pada masing-masing resistor adalah: V1 = IR1
V3 = IR3 V4 = IR4
Di mana R1, R2, R3 dan R4 adalah tahanan internal pada masing-masing baterei.
Oleh karena itu R = R1 + R2 + R3 + R4
Contoh:
Resistor 20 Ohm,
40 Ohm dan
60 Ohm dihu
bungkan secara seri pada power suplai 240 V (gambar 8.).
Gambar 8. Rangkaian seri tahanan
Hitung tahanan total pada rangkaian dan arus yang mengalir melalui rangkaian tersebut.
Jawab:
Berdasarkan hukum Ohm I = V/R Di mana R = R1 + R2 + R3;
maka R = 20 + 40 + 60 ; R = 120 Ohm I = V/R
I = 240/120 I = 2A
Hal-hal penting pada rangkaian seri:
(1) Pada rangkaian seri arus mengalir satu narah (2) Tahanan total R = R1 + R2 + R3 ...
(3) Pada rangkaian seri arus yang sama mengalir melalui semua resistor
(5) Seluruh rangkaian akan mati (tidak ada arus mengalir) jika salah satu resistor tidak berfungsi
(6) Rangkaian jenis ini biasa digunakan pada lampu dekorasi
b) Rangkaian Paralel
Suatu rangkaian disebut paralel jika resistor-resis tor dihubungkan sedemi kian rupa sehingga vo
ltase pada
masing-masing resistor sama (gambar 9).
Gambar 9. Rangkaian paralel
Arus pada masing-masing resistor tidak sama dan arus “I” dari power suplai dibagi antara resistor-resistor
Pada rangkaian paralel, arus total “I” sama dengan jumlah arus pada masing-masing resistor.
I = I1 + I2 + I3 ...
Berdasarkan hukum Ohm dapat dicari tahanan totalnya sebagai berikut: I = V/R ;I1 = V/R1; I2 = V/R2 ; I3 = V/R3 Tetapi : I = I1 + I2 + I3 I = V/R1 + V/R2 + V/R3 I = V(1/R1 + 1/R2 + 1/R3) I/V = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3 Jadi I/V = 1/R Di mana: 1/R = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3 1/R = (R2R3 + R1R3 + R1R2) : R1 R2 R3 R = R1 R2 R3 : (R2R3 + R1R3 + R1R2) Hal-hal penting pada rangkaian paralel:
(1) Pada rangkaian paralel arus mengalir melalui dua atau lebih jalur pada persimpangan jalan dan terbagi-bagi
(2) I = I1 + I2 + I3 ...
(3) Jika ada tiga resistor dalam rangkaian (R1, R2, R3) maka 1. R = R1 R2 R3 : (R2R3 + R1R3 + R1R2)
Jika satu resistor tidak berfungsi, dua lainnya masih bekerja. Arusnya dibagi dua bagian dan mengalir melalui dua resistor.
Contoh (lihat gbr. 1.10):
Resistor 6 Ohm dan 4 Ohm dihubungkan paralel pada power suplai 240V. Hitung tahanan total dan arus yang mengalir!
Gambar 10. Tahanan total
Jawab:
R1= 6 Ohm; R2= $ Ohm; V = 240V; R = ...? Pada rangkaian paralel:
R = (R1 R2) : (R1 + R2)
R = (6 x 4) : (6 + 4) R = 2,4 Ohm Berdasarkan hukum Ohm
I = V/R; I = 240/2,4; I = 100 Amper
c) Rankaian Seri-Paralel
Pada rangkaian seri-paralel
(gambar 11), satu atau lebih resistor dihubungkan seri dengan satu atau lebih resistor dihubungkan para lel.
Pada rangkaian di atas dua buah resistor dihubungkan seri dan tiga buah resistor dihubungkan paralel. Rangkaian paralel (R3; R4 dan R5) terhubung seri dengan R1 dan R2.
Di sini tahanan total pada rangkaian:
(R) = R1 + R2 + (R3xR4xR5):(R4R5 + R5R3 + R3R4)
Contoh : (gambar12)
Resistor 10 Ohm yang terhubung paralel dengan resistor 8 Ohm disambung seri dengan resistor 4 Ohm. Hitung tahanan totalnya!
Gambar 12. Tahanan total pada rangkaian seri-paralel
Jawab:
Tahanan pada rangkaian paralel Rp = (R1 R2) : (R1 + R2)
Rp = (10x8) : (10 +8) Rp = 4,44 Ohm
Tahanan total pada rangkaian seri-paralel = 4,44 + 4 R = 8,44 Ohm.
3) Menggunakan Multimeter
Multimeter adalah alat ukur listrik yang universal merupakan “3 in 1” (tiga dalam satu), sebagai Volt meter untuk mengukur tegangan (voltase), Amper meter untuk mengukur arus dan Ohm meter untuk mengukur tahanan sewrta untuk mengukur ketersambungan ( continuity ) sekali gus dalam satu alat.
Multimeter tersedia dalam dua tipe berdasarkan cara pembacaannya yaitu :
a) Multimeter analog yang me nunjukkan harga pengukuran nya menggunakan jarum
atau pointer (gambar 13).
b) Multimeter digital yang
penunjukan nilai ukurnya menggunakan angka numerik (gambar 14).
Gbr.1.14. Penunjukan angka
Keuntungan multimeter analog:
a) Gerakan jarum yang terus menerus memungkinkan untuk memonitor perubahan harga selama proses pengukuran
Kelemahan multimeter analog:
a) Kadang-kadang penunjukan harganya tidak sama dengan harga aktual
b) Terdapat banyak skala dalam satu alat dapat membingungkan
c) Polaritas kabel-kabel harus benar, jika terbalik jarum akan bergerak karah sebaliknya yang dapat merusak multimeter.
Keuntungan multimemetr digital:
a) Tingkat kepresisiannya lebih tinggi
b) Pembacaan langsung, tidak perlu mengkonversi harga terbaca ke harga
c) Jika polaritasnya terbalik harga penunjukannya sama hanya akan muncul tanda “- “, yang memberi tanda bahwa polaritasnya terbalik
4) Menggunakan Multimeter Analog (gambar 15) Fitur multimeter ana
log dapat dilihat se perti pada gambar 15.
Gambar 15. Multi meter analog
a) Bagian-bagian multimeter analog: (1) Bagian meter
Terdiri atas jarum dan skala, pembagian skalanya memungkinkan pembacaan harga voltase, arus dan tahanan. Berbagai skalanya berfungsi berdasarkan posisi range selectornya, misalnya DCV, ACV, DCA , .
(2) Range selector
Posisinya menentukan range pengukuran seperti misalnya DCV, ACV, DCA , . Pada setiap range dapat dipilih pengaturan halus
sesuai dengan variabel masing-masing. (3) Zero point position.
Jika jarum tidak pada posisi nol, sebelum melakukan peng ukuran jarum dapat dinolkan melalui pengatur posisi nol.
(4) 0 adjuster
Setelah pemilihan range selector (x1, x100, x1K dst.) pada range selector tahanan, hubungkan kabel-kabel pengukur satu sama lain dan aturlah jarum ke posisi nol.
(5) Measuring terminal
Measuring terminal adalah terminal (+) dan (-) (COM).
Hubungkan kabel pengukur merah ke terminal (+) dan kabel pengukur hitam ke – COM
b) Langkah-Langkah Melakukan Pengukuran dengan Multimeter analog Langkah-langkah umum pengukuran adalah sebagai berikut:
(1) Pengaturan posisi nol
Sebelum mengguna
kan multimeter, letak an multimeter pada posisi datar dan perik sa jarum pada posisi nol, posisi paling kiri pada skala.
Gambar 16. Pengaturan posisi nol
Jika jarum tidak pada posisi nol, aturlah jarum ke posisi nol menggunakan zero position adjuster (gambar 16).
Ketika membaca jarum, bacalah dengan posisi mata lurus di atas jarum.
(2) Memilih range pengukuran Pilihlah range pengukur an (voltase, arus, tahan an) dan atur range selector pada posisi estimasi besarnya nilai variabel yang akan diukur (lihat gambar 17).
Gambar 17. Range selector
(3) Menghubungkan probe Hubungkan secara benar
kabel merah pada
terminal (+) dan kabl hitam pada terminal – COM. Kemudian hubung kan probe pada ujung kabel yang satu lagi pada
rangkaian yang akan diu kur. Catatan, bahwa cara
menghubungkan probe
bervariasi sesuai dengan range pengukuran yang berbeda-beda (lihat gam bar 18)
(4) Membaca penunjukan jarum Bacalah penunjukan ska la sesuai dengan pemilih an range pengukuran pada range selector (lihat gambar 19)
Gambar 19. Penunjukan skala
c) Catatan Penting Dalam Menggunakan Multimeter Analog (1) Memastikan range pengukuran (gambar 20)
Masalah utama pada multimeter jenis ini ada lah arus lebih. Untuk
mencegahnya hanya
perlu memastikan range pengukuran Pengguna an voltase harap dihin dari khususnya jika un tuk arus dan tahanan,
Gambar 20. Memastikan range pengukuran
(2) Hubungan kabel-probe
Jika probe dihubungkan ke rangkaian yang akan diukur, yakinkan polaritasnya sudah benar
(3) Mengukur voltase dan arus yang tidak diketahui nilainya
Untuk mencegah arus lebih, pertama ukurlah voltase atau arus dengan range yang paling tinggi. Kemudian pilih range yang optimal sesuai dengan variabel yang diukur.
(4) Mengubah range pengukuran Jika ingin mengubah range pengukuran selama mela kukan pengukuran, lepas salah satu kabel probe. Jika mengubah range di bawah tegangan, multime ter dapat rusak (gambar 21).
Gbr. 1.21. Melepas kabel probe
(5) Lain-lain
Hindari getaran dan kejutan,
Hindari suhu tinggi, kelembaban tinggi dan terkena sinar matahari langsung (gambar 22).
Gbr.1.22. Hindari sinar matahari langsung
d) Contoh – contoh pengukuran menggunakan multi meter analog Pengukuran voltase DC (gambar 23)
(1) Atur range selector ke posisi DCV yang sesuai (2) Hubungkan multimeter
secara paralel dengan
rangkaian yang akan
diukur
(3) Bacalah posisi jarum pada skala DCV.
Gambar 23. Pengukuran voltase DC
Contoh pembacaan:
Range 1000V Kalikan 100 pada penunjukan skala 0 – 10 untuk memperoleh voltase sesungguhnya
Range 500V Kalikan 10 pada penunjukan skala 0 – 50
Range 250V Langsung baca penunjukannya pada skala 0 – 250 Range 50V Langsung baca penunjukannya pada sak 0 - 50 Range 10V Langsung baca penunjukannya pada sak 0 - 10 Range 2,5V Kalikan 0,01 penunjukan pada skala 0 – 250 Range 0,25V Kalikan 0,001 penunjukan pada skala 0 – 250 Pengukuran voltase AC (gambar 24)
1) Atur range selector ke posisi ACV yang sesuai
2) Hubungkan multimeter
secara paralel dengan rangkaian yang akan diukur
3) Bacalah posisi jarum pada skala ACV.
Contoh pembacaan:
Range 1000V Kalikan 100 pada penunjukan skala 0 – 10 untuk memperoleh voltase sesungguhnya
Rang 500V Kalikan 10 pada penunjukan skala 0 – 50
Range 250V Langsung baca penunjukannya pada skala 0 – 250 Range 50V Langsung baca penunjukannya pada sak 0 - 50 Range 10V Langsung baca penunjukannya pada sak 0 - 10 Range 2,5V Kalikan 0,01 penunjukan pada skala 0 – 250 Range 0,25V Kalikan 0,001 penunjukan pada skala 0 – 250 Pengukuran arus DC (Gambar25)
1) Atur range selector ke posisi DCA yang sesuai
2) Putuslah rangkaian yang akan diukur kemudian hubungkan probe hitam dengan muatan rendah dan probe merah dengan muatan tinggi
3) Bacalah posisi jarum pada skala DCA.
Gambar 25. Pengukuran arus DC
Contoh pembacaan:
Range 0,5A Kalikan 0,01 pada penunjukan skala 0 – 50 untuk memperoleh amper sesungguhnya
Rang 25mA Kalikan 0,1 pada penunjukan skala 0 – 250 untuk memperoleh nilai amper dalam mili amper
Range 50µA Langsung baca penunjukannya pada skala 0 – 250 dalam µAmper
Pengukuran tahanan (gbr.1.26) 1) Atur range selector ke posisi
range yang sesuai
2) Sentuhkan probe merah dan probe hitam satu sama lain dan jika jarum tidak pada posisi nol, atur jarum dengan menggunakan tombol jari sehingga jarum pada posisi nol. 3) Hubungkan kedua probe nya pada
resistor yang akan diukur
4) Bacalah penunjukan jarum pada skala .
Gbr.1.26. Pengukuran tahanan
Contoh pembacaan:
Range 1X Baca langsung penunjukannya
Range 10X Kalikan 10 untuk memperoleh nilai tahanan yang sbenarnya
Range 100K Kalikan 100 untuk memperoleh nilai tahanan yang sebenarnya
Pemeriksaan ketersambungan(continuity )
Jika suatu rangkaian listrik mempunyai jalur di mana arus listrik dapat mengalir, maka hal ini dikatakan punya ketersambungan (continuity ) . Suatu rangkaian yang punya ketersambungan disebut rangkaian tertutup.
Jika arus listrik tidak dapat mengalir yang disebabkan oleh tahanan yang sangat tinggi atau rangkaiannya terputus, maka hal ini dikatakan tidak punya ketersambungan. Hal yang demikian disebut rangkaian terbuka. Mengukur ketersambungan akan memberikan kepada kita suatu rangkaian adalah tertutup atau terbuka.
Mengukur ketersambungan dapat membantu kita untuk
mengidentifikasi apakah sekring, kabel-kebel, saklar dalam keadaan baik atau tidak. Jika suatu peralatan tidak berfungsi meskipun saklar
dalam posisi “ON”, maka kita dapat menelusuri komponen mana yang rusak/tidak berfungsi.
1) Matikan sumber tegangan. Jika melakukan pemeriksaan ketersambungan dalam keadaan ada tegangan maka multimeter akan rusak.
2) Atur range selector ke posisi range yang sesuai
3) Sentuhkan probe merah dan probe hitam satu sama lain dan jika jarum tidak pada posisi nol, atur jarum dengan menggunakan
tombol jari sedemikian sehingga jarum pada posisi nol.
4) Hubungkan probe dengan komponen atau bagian yang akan diperiksa ketersambungannya.
5) Bacalah multimtter. Jika nilai tahanan rendah maka ada ketersambungan, tetapi jika nilai tahanan tak terbatas maka tidak ada ketersambungan.
5) Menggunakan Multimeter Digital (gambar 27) a) Bagian-bagian utama multimeter
digital adalah seperti berikut: (1) LCD Meter
(2) LCD meter menunjukkan angka dan polaritas. Jika input polari tasnya negatif pada display akan muncul tanda “- “
(3) Range selector Ada dua tipe:
Tipe 1 sama dengan yang ada pada multimeter analog,
yakni mengubah range
penukuran maupun fungsi pengukurannya.
Tipe 2 hanya mengubah fungsi saja (yaitu, range
berubah sesuai de ngan besarnya variabel/besaran yang diukur.
(4) Power switch
Untuk mematikan dan menghidupkan power supply. Biasanya power switch terpisah dari range selector. Ini disebabkan multimeter digital memerlukan power suplly untuk
menghidupkan LCD dan rangkaian internal. (5) Hold Button
Tidak semua multimeter punya tombol ini. Jika multimeter digunakan untuk mengukur nilai yang lama, kita tidak dapat membacanya karena berubah terlalu cepat. Jika tombol ini ditekan maka display pembacaan akan tetap tertahan (ada) sampai tombol ini ditekan kembali
(6) Measuring terminal
Jumlah dan jenis terminalnya berbeda-beda tergantung pada model, di mana kabel probe hitam harus dihubungkan dengan – COM, kabel probe merah harus dihubungkan ke terminal sesuai dengan posisi di mana range selector ditempatkan (lihat gam bar 28).
Gambar 28. Measuring terminal
b) Langkah-langkah pengukuran
Secara umum langkah-langkah pengukuran seperti berikut: (1) Power Supply
Hidupkan multimeter de ngan mengatur power ke posisi “ON” (gbr. 1.29)
(2) Memilih measuring range Pilih fungsi yang diingin kan (tegangan, arus, ta hanan) dan pilih range pengukuran dengan mengantisipasi be sarnya nilai variabel yang akan diukur.
Gbr.1.29. Tombol ON/OFF power suplly
(3) Menghubungkan probe
Masukkan probe hitam ke terminal – COM dan probe merah ke terminal sesuai dengan measuring range
(4) Membaca penunjukan
Penunjukan nilainya ditampilkan tanpa atau dengan satuannya. Multimeter dengan kemam puan pengalihan range otomatis, dapat dibaca satuannya mau pun nilainya
Nilai ukur yang ditampilkan pada LCD menunjukkan nilai sebenarnya (gambar 30). Multimeter tanpa kemampuan pengalihan range secara otomatis tidak menampilkan satuan.
Oleh karena itu nilai yang ditampilkan harus dikalikan dengan satuan sesuai dengan
Gambar 30. Penunjukan nilai ukur
c) Catatan penting dalam menggunakan multimeter digital (1) Memastikan range pengukuran
Sebagaimana halnya pada multimeter analog, hindarkan input berlebih. Input maksimalnya berbeda-beda berdasar kan fungsi dan rangenya. Yakinkan untuk tidak mengguna kan input melebihi input maksimal yang diijinkan.
(2) Penunjukan overinput
Jika inputnya berlebih akan muncul tanda overinput. Tanda overinput muncul de ngan digit terbesar (gambar 31).
Kecuali pada range resistance
(Ohm) jangan gunakan
multimeter jika muncul tanda overinput.
Gambar 31. Penunjukan over input
(3) Meyakinkan measuring terminal
Terminal-terminalnya berbeda-beda tergantung pada model. Jika memasukkan kabel-kabel probe, yakinkan memasukannya pada terminal yang benar.
(4) Pengalihan range selector
Jika range selector akan dipindakan selama pengukur an, yakinkan bahwa salah satu kabel probe telah dicabut dari rangkaian sebelumnya (gbr. 1.32).
Gambar 32. melepas kabel waktu pengalihan range
(5) Power supply
Tidak seperti multimeter analog, pada multimeter digital perlu menghidupkan power supply sebelum melakukan pengukuran. (6) Lain-lain
Hindari getaran dan kejutan
Hindari suhu tinggi, kelembaban tinggi dan terkena sinar matahari langsung.
d) Contoh – contoh pengukuran menggunakan multi meter digital Pengukuran voltase DC
(1) Hidupkan multimeter (power “ON” ) (2) Atur range selector ke DCV yang sesuai
(3) Hubungkan multimeter secara paralel dengan rangkaian yang akan diukur
(4) Perhatikan posisi titik desimal ketika membaca hasilnya
Pengukuran voltase AC
(1) Hidupkan multimeter (power “ON”) (2) Atur range selector ke ACV yang sesuai
(3) Hubungkan multimeter secara paralel dengan rangkaian yang akan diukur
(4) Perhatikan posisi titik desimal ketika membaca hasilnya
Pengukuran arus DC
1) Hidupkan multimeter (power “ON”)
2) Atur range selector ke posisi DCA yang sesuai
3) Putuslah rangkaian yang akan diukur kemudian hubungkan probe hitam dengan muatan rendah dan probe merah dengan muatan tinggi
Pengukuran tahanan
1) Hidupkan multimeter
(power “ON”)
2) Atur range selector ke posisi
range yang sesuai
3) Hubungkan kedua probe nya pada resistor yang akan diukur (gbr.1.33)
Gambar 33. Pengukuran tahanan
4) Perhatikan posisi titik desimal ketika membaca hasilnya.
6) Menggunakan Tang Amper a) Definisi
Tang Amper atau Clamp Meter/Tong Tester adalah alat ukur listrik yang mempunyai dua rahang (jaws) yang dapat dibuka dan memungkinkan pengalungan pada konduktor listik. Tang amper memungkinkan untuk mengukur arus listrik tanpa kontak secara fisik, atau memutus rangkaian dan menghubungkannya dengan alat ukurnya.
Terdapat juga tang amper yang dipergunakan untuk menginduksi arus di dalam konduktor.
Tang amper digunakan untukn mengukur besarnya arus (biasanya arus AC) pada sistem distribusi daya. Tang amper dapat mengukur arus AC yang tinggi (sampai 1000 A atau lebih) tetapi sulit untuk mengukur arus DC atau arus AC yang rendah dalam satuan miliAmper.
Tersedia dalam jenis analog maupun digital seperti terlihat pada gambar 34.
Gbr. 1.34. Tang amper analog dan digital
b) Bagian-bagian utama tang amper.
Gagian-bagian utama tang amper dapat dilihat pada gbr.1.35. di bawah:
Gbr.1.35. Bagian-bagian utama tang amper
c) Mengukur Amper menggunakan tang amper
(1) Putuslah hubungan daya dari rangkaian, karena bekerja pada rangkaian yang aktif berresiko pada pekerja termasuk
(2) Berilah isolasi pada kabel yang berarus yang akan diukur.
(3) Bukalah bagian rahang tang amper dan kalungkan rahang-rahangnya pada kabel yang akan diukur (hanya pada kabel tersebut), yang dilewati arus, lalu tutup rahang-rahangnya. (4) Atur tang amper untuk pembacaan jenis arus (AC atau DC, jika
tang amper tersebut dapat mengukur kedua jenis arus AC dan DC), dan range yang diharapkan (miliAmper atau Amper). Jika range besarnya arus yang akan diukur tidak diketahui, aturlah pada range tinggi, kemudian turunkan jika diperlukan.
(5) Hubungkan kembali daya ke rangkaian dan baca pada penunjukan digital, catat harganya untuk menghindari lupa dan pengulangan proses. Jika pembacaannya berfluktuasi, tunggulah beberapa saat sampat pembacaan stabil.
(6) Putus hubungan daya dari rangkaian dan lepaskan tang amper. Jika bekerja berkaitan dengan listrik, selalu gunakan teknik-teknik keselamatan yang sesuai.
7) Menggunakan Osiloskop a) Kegunaan Osiloskop
Osiloskop (gambar 36) adalah alat ukur listrik yang paling beraneka ragam dalam penggunaan nya yang digunakan oleh teknisi maupun engineer.
Gbr.1.36. Osiloskop
Fungsi dasar osiloskop
adalah untuk
mengama ti bentuk
gelombang (lihat gambar 37), turunan nya memung kinkan untuk mendapat kan pengukuran seba gai berikut :
(1) waktu dan besar tegangan sebuah sinyal.
(2) frekuensi sinyal yang berosilasi.
(3) fasa dan penjumlahan fasa ( Lissajous )
(4) penjumlahan dan pengurangan tegangan ( gelombang ) AC.
Osiloskop dapat menampilkan grafik aktual voltase vesrus waktu pada layar. Jenis grafik seperti ini adalah suatu alat yang paling berguna dalam melakukan pengetesan, penganalisisan dan troubleshooting peralatan listrik dan elektronika, karena memungkinkan kita mengukur secara aktual level voltase instan periode waktu suatu sinyal listrik . Tambahan pula osiloskop memungkinkan kita untuk mengobservasi perubahan amplitudo (glitches), distorsi bentuk gelombang dan perubahan fasa.
Jika diadaptasikan dengan transduser dapat mengukur hal-hal seperti misalnya tegangan mekanis (mechanical stress ), tekanan gas, tekanan fluida, panas dan hal-hal lain di mana transduser dapat mengkonversinya dari sinyal listrik.
b) Istilah-Istilah Dalam Penggunaan Osiloskop
(2) CRT : Cathode Ray Tube, yang mirip dengan tabung gambar televisi yang bertindak sebagai tampilan Osiloskop.
(3) Bandwidth : Range frekuensi dari sinyal yang dapat diamati pada osiloskop dengan degradasi minimal.
(4) Decibel (dB): Satuan ukuran yang digunakan untuk menunjukkan rasio antara daya sinyal input atau voltase dengan daya sinyal out put atau voltase. Decibel dihitung dengan log dari daya out put dibagi dengan daya input dikalikan 10, dengan rumus dB = log 19 x( daya out put/daya input).
(5) Attenuation: Pengurangan amplitudo sinyal. Biasanya dihitung dalam decibel (dB).
(6) Channel: Suatu rangkaian input lengkap termasuk vertical attenuator, vertical amplifier dan jaringan input kopel. Osiloskop modern biasanya mempunyai du atau lebih channel dan oleh sebab itu mempunyai dua atau lebih vertical attenuator, dua atau lebih vertical amplifier dan dua atau lebih jaringan input kopel.
(7) DSO: Singkatan dari Digital Storage Oscilloscope.
c) Cara Kerja Osiloskop
(1) Osiloskop Analog Dasar Rangkaian Osilos
kop analog dasar dapat dibagi keda lam tiga blok seperti pada gam bar 38 yakni blok
Gbr.1.38. rangkaian osiloskop analog dasar
rangkaian vertikal, blok rangkaian horisontal/trigger dan blok rangkaian display atau tampilan.
Dengan pemahaman masing-masing blok itu sendiri dapat mempermudah pemahaman tentang interaksi masing-masing blok dan fungsi kendali-kendalinya serta bagaomana cara kerjanya.
Rangkaian vertikal. (gambar 39) Rangkaian vertikal mengatur aksis vertikal pada tampilan dan terdiri atas rangkaian kopel input, input Gbr. 1.39. Rangkaian vertikal
attenuator dan vertical amplifier (untuk osiloskop jejakan ganda mempunyai dua rangkaian vertikal yang sama untuk setiap channel).
Rangkaian kopel input
Rangkaian kopel input memungkinkan pengguna untuk menghubungkan input osiloskop ke ground, maka hanya sinyal bagian AC saja yang lewat atau sinyal bagian AC dan DC kedua-duanya. Jika rangkaian kopel input diset untuk meng”ground”kan input skop, maka input attenuator ter”ground”kan, tetapi jek inputnya terbuka (untuk mencegah hubung singkat pada probe) . Mode ini berguna untuk mengatur jejakan (trace ) ke level referensi nol. Jika tombol kopel input diset untuk hanya melewatkan AC saja, maka jek input skop dikopelkan secara kapasitif dan sinyal DC akan terblokir. Jika kopel input diset untuk melewatkan komponen sinyal AC maupun DC, maka jek input osiloskop terhubung secara langsung terkopelkan ke attenuator dan bagian sinyal AC maupun DC (dinamis) dapat melewatinya.
Rangkaian attenuator Input.
Attenuator input memungkinkan range yang luas dari level sinyal diaplikasikan pada osiloskop dengan pengaturan sensitivitas vertikal pada tiap channel. Sensitivitas dasar amplifier vertikal suatu osiloskop adalah 5mV perbagian/skala. Sensitivitas yang lebih rendah sampai dengan 5V per bagian dicapai melalui redaman (attenuation ) sinyal input. Biasanya, rangkaian attenuator input diset dalam urutan 1-2-5 dan memungkinkan pengukuran level sinyal dari beberapa miliVolt sampai beberapa puluh Volt. Dengan kata lain sensitivitas input dapat diatur 5Volt/bagian, 2Volt/bagian, 1volt/bagian, 0,5Volt p/bagian dan seterusnya.
Untuk memberikan pengukuran yang terkalibrasi pada tampilan, attenuator input vertikal harus berjaringan wideband akurasi tinggi yang mampu melewatkan semua sinyal dalam range pengukuran suatu osiloskop (misalnya untuk skop 20 MHz), attenuator ini harus memberikan respon rata dari DC 20Mhz. Kecuali kendali attenuator bertahap, psiloskop juga ada yang menggunakan kendali sensivisitas variabel yang memungkinkan pengaturan skop sensivisitas pada di antara tahapan attenuator. Kendali ini memungkinkan u7ntuk mengatur bentuk gelombang pada jumlah pembagian yang lebih pasti, di mana hal ini diperlukan dalam pengukuran “rise time” , di mana bentuk gelombang harus membentang secara pasti dari tanda 0% sampai 100%.
Rangkaian amplifier vertikal
Dari attenuator input, sinyal diteruskan ke amplifier vertikal di mana di situ dibesarkan sampai pada taraf yang memadahi untuk mengatur defleksi vertikal CRT. Tergantung pada mode displaynya (single, dual trace, copped atau alternate display), amplifier vertikal juga mengatur fasilitasi display pada channel 1, channel 2, dual trace, chopped, dual trace alternate dan lain-lain
Dan pada tahap preamplifier, bagian sinyal juga diambil untuk diteruskan ke rangkaian horisontal/trigger. Kendali posisi mengatur rangkaian amplifier bias DC dan memungkinkan trace digerakkan secara vertikal.
Rangkaian Horizontal/Trigger.
Seperti namanya, rangkaian horizontal/trigger mengontrol trace aksis horisontal. Selanjutnya rang kaian horizontal/ trigger dibagi menjadi tiga ba gian yakni rang kain trigger, ge nerator untuk sweep dan ampli fier horisontal, lihat gambar 40.
Gambar 40. rangkaian horisontal/trigger
Rangkaian trigger
Rangkaian trigger suatu osiloskop memainkan peranan penting untuk memberikan informasi skop pada rangkaian lain ketika mulai menggambarkan trace. Karena display skop memberikan grafik voltase versus waktu, adalah penting bahwa skop mulai menggambar pada titik yang sama pada bentuk gelombang setiap kali disweep pada display. Jika osiloskop tidak dapat mengontrol poin trigger secara teliti maka tidak mungkin mengukur sesuatu yang berhubungan dengan waktu dan oleh sebab itu bentuk gelombang akan bergerak ke posisi yang berbeda setiap kali CRT disweep.
Kendali slope memungkinkan untuk memilih slope positif atau negatif dan level control memungkinkan untuk memilih poin
yang tepat pa
da slop.
Gambar 41 me nunjukkan ber fungsinya slope dan level con trol.
Gbr.1.41. berfungsinya slope dan kontrol level
Rangkaian trigger juga memungkinkan pemilihan sumber trigger. Karena sering diperlukan untuk mentrigger hal-hal selain sinyal yang dilihat, osiloskop juga memungkinkan untuk memilih sumber trigger.
Sumbernya dapat internal (salah satu channel didisplaykan) atau secara eksternal (sinyalnya menggunakan jek input trigger eksternal atau jarinag frekuensi.
Jika sumber trigger internal dipilih, suatu bagian sinyal dari satu atau lebih preamplifier vertikal dimasukkan ke rangkaian trigger. Sinyal ini bisa jadi yang sedang dilihat pada CRT, channel yang sedang tidak dilihat atau dalam hal display multi trace, sumber trigger dapat secara otomatis diswit di antara channel-channel yang didisplaykan. Ini yang dikenal sebagai “alternate triggering” dan digunakan dalam hubungannya dengan “alternate display”. Jika dipilih sumber trigger eksternal sumbernya adalah sinyal yang digunakan melalui jek input trigger eksternal. Biasanya trigger eksternal digunakan untuk melihat sinyal logik dengan referensi waktu yang telah diketahui.
Jaringan trigger menggunakan frekuensi untuk trigger dan digunakan untuk kerja power supply atau rangkaian yang harus disinkronisasi dengan jaringan voltase.
Pengkopelan trigger juga dipilih di dalam rangkaian trigger. Mode pengkopelan trigger yang lazim adalah AC (sinyal trigger
secara kapasitif dikopel dan semua komponen sinyal AC digunakan) , frekuensi tinggi ditolak (trigger secara kapasitif dikopel dan filter rendah menolak semua sinyal frekuensi tinggi. Dan frekuensi rendah (trigger sinyal secara kapasitif terkopelkan dan filter tinggi menolak semua sinyal frekuensi rendah).
Titik pemutusan untuk tinggi dan rendah bervariasi antara model dan merk osiloskop. Kebanyakan osiloskop juga mempunyai kopel trigger TV (menggunakan sync separator) untuk mentrigger pulsa sync TV horisontal atau vertikal. Mode ini berguna untuk melihat frame (pulsa sync vertikal) atau jaringan sinyal video (pulsa sync horisontal)
Generator sweep (berbasis waktu)
Setelah terjadi pemilihan trigger suatu rangkaian pembangkitan sweep berbentuk lurus mata gergaji akan hidup (“ON”)
dan mengha silkan bentuk gelombang seperti pada gambar 42.
Gambar 42. Bentuk gelombang
Bagian pertama dari bentuk gelombang ini ram sweep linier gerakan trace horisontal. Karena voltase bertambah sinar elektron bergerak terus kanan CRT. Ketika voltase mencapai level puncak (bagian atas ram), sinar elektron berada pada tepi kanan CRT. Pada titik ini sinar elektron mati (OFF”) (da n ini disebut retrace blanking ) dan voltase sweep kembali ke level original dan juga mengembalikan sinar elektron ke tepi kiri CRT. Ram sweep biasanya dibangkitkan oleh rangkaian yang dikenal sebagai integrator miller . Rangkaian ini mengambil voltase DC sebagai input dan melakukan integrasi proses matematik .
resistan dan kapasitan digunakan untukmmengontrol kecepatan ram. Jika ram mencapai level tertentu voltase DC hilang dari integrator input menyebabkan reset ram. Input DC kadang-kadang diberikan dalam flip flop dan pelenyapan level DC melibatkan pemakaian pulsa reset pada flip flop.
Dalam gambar .. harus dicatat periode “Holdoff” terjadi seketika setelah setiap sweep selesai. Ini adalah periode di mana sweep berikutnya terhalang. Lamanya periode “holdoff” di kendali dengan lamanya pulsa flip flop seperti disebutkan di atas. Periode “holdoff” berbeda-beda tergantung pada rate sweepnya, tetapi ini memadahi untuk menjamin retrace sampai selesai dan menstabilkan, sebelum melakukan trigger berikutnya.
Karena dimungkinkan untuk mengukur waktu pada aksis horisontal, adalah penting bahwa waktunya sweep (waktu yang diperlukan untuk sinar elektron bergerak dari sisi kiri ke sisi kanan CRT ) adalah linier (kecepatan selalu konstan) dan dikalibrasi. Kendali tahapan berbasis waktu member8ikan kalibrasi terhadap waktunya sweep dari detik, mikrodetik bahkan nanodetik. Sebagaimana tahapan attenuator input, kendali berbasis waktu biasanya diatur dengan susunan 1-2-5 , (0,1 detik/bagian, 0,2 detik/bagian, 0,5 detik/bagian, 1,0 detik/bagi an dan seterusnya) . Biasanya terdapat kendali berbasis waktu yang variabel yang memungkinkan pengaturan berbasis waktu pada range di antara bagian-bagian pada jenis yang bertahap, (meskipun penggunaan kendali ini menyebabkan kendali berbasis waktu tidak terkalibrasi.
Biasanya osiloskop juga mempunyai kendali pembesaran sweep yang memungkinkan seluruh trace dibesarkan. Sebagai contoh misalnya jika kendali utama berbasis waktu jenis bertahap diset 0,5milidetik/bagian dan diperbesar 10X, basis waktu sebenarnya menjadi 0,05 milidetik /bagian (50nanodetik/bagian).