ESP-Environmental Support Programme
Danida
Panduan Penyusunan dan Pemeriksaan Dokumen UKL-UPL
Saluran Udara
Panduan Penyusunan dan Pemeriksaan Dokumen UKL-UPL
Diterbitkan oleh: Deputi Bidang Tata Lingkungan - Kementerian Negara Lingkungan Hidup
dengan dukungan:
Danish International Development Agency (DANIDA) melalui Environmental Sector Programme Phase 1 Desember 2007
S a l u r a n U d a r a
Peningkatan kualitas pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup merupakan sebuah kenis-cayaan ddallam pellakksanaan ddesentralliisasii kkewenangan ddibibididang pengellollan lliingkkungan hihiddup. UU
n-tuk menjamin terwujudnya peningkatan kualitas pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup te
tersrsebebutut makmakaa pepememeririntntahah diadiamamananatktkanan untuntukuk menmenererbibitktkanan nornormama, ststanandadardrd, prprososededurur, dadann krkritite e-ria.
SSallahh sattu l lan kgk hah yang didillakkukkan lol heh K Kementte irian N Negara LiLingkkungan H Hididup p dada ttahhun 20200707 dalam meningkatkan kualitas pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup tersebut di atas adalah dengan diterbitkannya panduan lepas yang berjudul PANDUAN PENYUSUNAN DAN PE-MERIKSAAN DOKUMEN UKL-UPL (UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PE -MANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP) UNTUK KEGIATAN PEMBANGUNAN KEBUN KELAPA SAWIT. Buku ini disusun bersama dengan tim dari Departemen Pertanian yang telah menyumbangkan waktu, tenaga, pemikiran dan informasi teknisnya. Selain itu, buku ini juga tersusun berkat
ker-jjasama antara Pemerintah Kerajaan Denmark dengan Pemerintah Republik Indonesia, melalui
DANIDA,Environmental Sector Program Phase 1.
Kami berharap buku ini dapat bermanfaat dan membantu pemerintah daerah, pelaku usaha di bidang perkebunan kelapa sawit serta para penyusun dan pemeriksa dokumen UKL-UPL, atau
pihak-pihak lain yang membutuhkan.
Pengantar
Diterbitkan Oleh
Deputi Bidang Tata Lingkungan
Kementerian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Gedung A Lantai 6
Jl. D.I. Panjaitan Kav 24 Kebon Nanas, Jakarta 13410 Telp/Faks. (021) 85904925
PO BOX 7777 JAT 13000 e-mail: [email protected] Website: http:\\www.menlh.go.id
Disclaimer
Panduan ini adalah pedoman lepas yang diharapkan dapat mendukung pelaksanaan peraturan perundang-an yperundang-ang berlaku. Dampak lingkungperundang-an yperundang-ang akperundang-an terjadi dari suatu kegiatan sangat bergantung pada rencana kegiatan yang akan dilakukan dan lokasi kegiatan (me-dia lingkungan, sosial ekonomi budaya, dan kesehatan
iv
Peningkatan kualitas pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup merupakan sebuah keniscayaan dalam pelaksanaan desentralisasi kewenangan di bidang pengelolaan lingkun-gan hidup. Untuk menjamin terwujudnya peningkatan kualitas pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup tersebut maka pemerintah diamanatkan untuk menerbitkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.
Salah satu langkah yang dilakukan oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup pada tahun 2007 dalam meningkatkan kualitas pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup tersebut di atas adalah dengan diterbitkannya panduan lepas yang berjudul PANDUAN PENYUSUN-AN DPENYUSUN-AN PEMERIKSAPENYUSUN-AN DOKUMEN UKL-UPL (UPAYA PENGELOLAPENYUSUN-AN LINGKUNGPENYUSUN-AN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP) SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI ≤ 150 kV.
Buku ini disusun bersama dengan tim dari Departemen ESDM - Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi (DJLPE) dan PT. PLN (Persero) yang telah menyumbangkan waktu, tenaga, pemikiran dan informasi teknisnya. Selain itu, buku ini juga tersusun berkat kerjasa-ma antara Pemerintah Kerajaan Denkerjasa-mark dengan Pemerintah Republik Indonesia, melalui DANIDA, Environmental Sector Programme Phase 1.
Kami berharap buku ini dapat bermanfaat dan membantu pemerintah daerah, pelaku usaha di bidang ketenagalistrikan serta para penyusun dan pemeriksa dokumen UKL-UPL, atau pihak-pihak lain yang membutuhkan.
Jakarta, Desember 2007
Deputi MenLH Bidang Tata Lingkungan Kementerian Negara Lingkungan Hidup,
Ir. Hermien Roosita, MM.
Photo:
T
aufi
k
Apresiasi
Ucapan terimakasih disampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu penyusunan dan penerbitan buku ini, antara lain:
Departemen ESDM - Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi (DJLPE)
Jonny E. Simanjuntak, Elidar Baher, Agus Sutiyono
PLN Prokitring DKI dan Banten
Biyanto
PLN P3B Jawa Bali
Affandi, Budi Setyo P, Handoko
Pikitring SBS
Zulkarnain, Sarwanto, Muhamad Satri
Dinas Pertambangan dan Energi Sumbagsel
Lydia Sari
Heri Wibowo, Joko Siswadi
Danish International Development Agency (DANIDA)
melalui Environmental Sector Programme (ESP) Phase 1.
PENGARAH
Hermien Roosita
(Kementerian Negara Lingkungan Hidup) KETUA PELAKSANA
Sri Wahyuni Herly
(Kementerian Negara Lingkungan Hidup) PENYUSUN
Endah Sri Sudewi, Muhammad Askary
(Kementerian Negara Lingkungan Hidup)
Isna Marifa, Rudy Yuwono, Bambang Ryadi Soetrisno, Bayu Rizky Tribuwono, Deasy Sekar T.S.
(Qipra Galang Kualita , PT) EDITOR
Ary Sudijanto, Esther Simon, Harni Sulistyowati, Estamina, Widhi Handoyo, Farid Mohammad
(Kementerian Negara Lingkungan Hidup)
M. Nuraman Sjach
(Qipra Galang Kualita, PT) PENDUKUNG
Pemi Suthiatirtharani, Rachma Venita, Mawan Wicaksono, Ani Widyawati, Arief Adryansyah, Susanto Kusnadi,
Reza Fahlevi, Micko Riezky, Ira Haryani, Tanuwijaya, Tarmadi, Darno, Istiqomah
(Kementerian Negara Lingkungan Hidup) GRAFIS
E. Sunandar, Toppeaks, Zarkoni
PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
TUJUAN DAN FUNGSI BUKU iv
1 APA ITU SUTT? 1
Fungsi SUTT 2
Bagian SUTT 4
Menara 5
Kawat Penghantar 6
Penentuan Jalur Transmisi 7
Tahapan Pembangunan SUTT 8
Ruang Bebas SUTT 10
Boks: Mengenal Medan Magnet dan Medan Listrik 10
2 POTENSI DAMPAK LINGKUNGAN SUTT 11
Dampak Lingkungan Dan Pengelolaannya 12
Boks: Komponen Lingkungan yang Terkena Dampak 14
Boks: Tahapan Pengelolaan Dampak 15
Potensi Dampak Terkait dengan Pemilihan Lokasi 16 Potensi Dampak Terkait dengan Perolehan Lahan 18 Potensi Dampak Terkait dengan Operasional SUTT 19 Potensi Dampak Terkait dengan Konstruksi 20
Upaya Pengelolaan Dampak 22
Upaya Pemantauan Dampak 28
3 DOKUMEN UKL-UPL UNTUK KEGIATAN SUTT 31
Makna UKL-UPL 32
Fungsi Dokumen UKL-UPL 34
Boks: Izin dan Persetujuan Formal SUTT 35
Boks: Kewajiban Pascapersetujuan 37
Sistematika Dokumen 38
Boks: Rona Lingkungan Awal 40
Matriks Pengelolaan Dan Pemantauan 40
4 MEMERIKSA DOKUMEN UKL-UPL KEGIATAN SUTT 41
Sekilas Tentang Pemeriksaan 42
Tahapan Pemeriksaan 44
Kiat Memeriksa Substansi Dokumen 46
DAFTAR ISTILAH 50
DAFTAR PUSTAKA 51
Daftar Isi
TUJUAN DAN FUNGSI BUKU
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL), bagi usaha dan atau kegiatan yang tidak diwajib-kan menyusun Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) wajib melakudiwajib-kan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL). Oleh karena itu, kegiatan yang tidak termasuk dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL itu, wajib menyusun dokumen UKL-UPL.
Buku ini disusun dengan tujuan agar pihak-pihak yang terkait dapat mengenal kegiatan pembangunan saluran transmisi SUTT, mengetahui dampak-dampak lingkungan yang da-pat disebabkan oleh pembangunan SUTT, serta pengelolaannya. Pembangunan saluran transmisi ≤ 150 kV merupakan salah satu kegiatan yang harus dilengkapi dengan UKL-UPL dan kewenangan rekomendasi lingkungannya ada di tingkat daerah. Dengan adanya buku ini, diharapkan bahwa pembaca dapat menjalankan tugasnya dengan bekal penge-tahuan yang lebih lengkap tentang SUTT.
SASARAN PEMBACA
Kelompok sasaran utama buku ini adalah instansi yang bertanggung jawab di bidang pe-ngelolaan lingkungan hidup di tingkat pemerintah daerah Provinsi atau Kabupaten/Kota, khususnya instansi yang terlibat dalam proses pemeriksaan UKL-UPL dan pemantauan pelaksanaan UKL-UPL. Buku ini juga dapat digunakan oleh pemrakarsa untuk menyusun dokumen UKL-UPL.
Buku ini sengaja disusun dengan menghadirkan banyak diagram, gambar dengan bahasa yang sederhana, agar dapat dipahami oleh pembaca dengan latar belakang pendidikan yang beragam. Diharapkan bahwa buku ini tetap dapat dimanfaatkan oleh pembaca de-ngan pengetahuan terbatas tentang lingkude-ngan hidup ataupun tentang ketenagalistrik-an.
SISTEMATIKA BUKU PANDUAN
Buku ini dimulai dengan memperkenalkan pembaca pada Apa Itu SUTT dengan menampil-kan semua komponen yang berkaitan dengan sosok dan kegiatannya. Dalam bab ini, pem-baca dapat mengetahui kegiatan-kegiatan yang menjadi bagian dari pembangunan SUTT, mulai dari tahap prakonstruksi, konstruksi, dan operasional.
Setelah itu, pada bab 2, akan dijelaskan mengenai Potensi Dampak Lingkungan SUTT yang berkaitan dengan pembangunan SUTT. Potensi dampak lingkungan yang diulas adalah po-tensi dampak yang berkaitan dengan pembangunan proyek SUTT seperti popo-tensi dampak yang terkait dengan penggunaan lahan, pembukaan wilayah, gelombang elektromagne-tik, dan sebagainya.
Pada bagian selanjutnya atau bab 3, akan dibahas mengenai Dokumen UKL-UPL SUTT. Bagian tersebut membahas mengenai Makna UKL-UPL, Fungsi Dokumen UKL-UPL, Sistematika Dokumen, dan Matriks Upaya Pemantauan Dampak.
Bagian terakhir atau bab 4, adalah bagian yang membahas mengenai Memeriksa Doku-men UKL-UPL SUTT, yang Doku-menjabarkan tujuan pemeriksaan, tahapan pemeriksaan, dan kiat dalam memeriksa dokumen UKL-UPL.
Photo:
Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) ada-lah saluran tenaga listrik yang mengguna-kan kawat telanjang (bare conductor) di udara bertegangan di atas 35 kV sampai dengan 245 kV, sesuai dengan standar di bidang ketenagalistrikan. SUTT merupakan sistem penyalur tenaga listrik dari pem-bangkit tenaga listrik dalam skala besar ke gardu induk (GI) langsung ke gardu kon-sumen. Hampir semua orang membutuhkan listrik. Di rumah, kita butuh listrik untuk menghidupkan lampu, TV, radio, pompa air, sampai alat pendingin ruangan. Di kantor, listrik dibutuhkan untuk komputer, perka-kas listrik, mesin faks, sampai alat pendingin ruangan. Lampu-lampu penerangan jalan dan lampu pengatur lalu-lintas tidak akan berfungsi tanpa adanya listrik.
1 1
Photo:
SUTT merupakan bagian dari sistem transmisi tenaga listrik yang berfungsi untuk menyalurkan listrik berkapasitas besar (KHA ± 1000 A) dari pembangkit tenaga lis-trik ke Gardu Induk. SUTT juga digunakan untuk menghubungkan satu Gardu Induk dengan Gardu Induk lainnya. Tanpa SUTT atau jaringan transmisi lainnya, listrik tidak mungkin menjangkau titik-titik penggunanya. Terkecuali tentunya jika pembangkit tenaga listrik ada di dekat titik-titik penggunaan tersebut. Di Indonesia, SUTT diman-faatkan untuk menyalurkan listrik bertegangan 70 kV dan 150 kV.
Penyaluran tenaga listrik dengan kapasitas yang besar dan bertegangan tinggi, me-mang lebih banyak digunakan dalam jaringan transmisi tenaga listrik. Apalagi kalau daya listrik yang disalurkan mencapai ratusan megawatt dan jarak yang ditempuh mencapai puluhan kilometer. Untuk daya yang sama, penyaluran tenaga listrik de-ngan tegade-ngan tinggi akan menurunkan angka rugi tegade-ngan (voltage drop). Kawat penghantar yang digunakan juga akan lebih kecil daripada kawat yang
dibutuhkan jika menggunakan tegangan menengah atau rendah. Dengan sendirinya penggunaan
tegangan tinggi untuk mentransmisi-kan listrik amentransmisi-kan lebih ekonomis dari-pada penggunaan tegangan rendah atau menengah.
Untuk SUTT digunakan tegangan 70 kV dan 150 kV. Untuk jarak ratusan kilome-ter, Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) lebih layak digunakan. SUTET be-kerja pada tegangan diatas 245 kV sesuai dengan standar di bidang ketenagalistrikan.
FUNGSI SUTT
2
Ada beberapa jenis jaringan transmisi yang dapat digunakan menyalurkan listrik bertegangan tinggi. Ada yang menggu-nakan kabel bawah tanah (underground cable), ada juga yang menggunakan kawat di udara. Saluran udara lebih ba-nyak digunakan daripada saluran kabel bawah-tanah. Tidak hanya di Indonesia, negara-negara maju pun masih jarang menggunakan saluran kabel bawah-tanah. Alasan utama-nya adalah biaya pengembangan saluran kabel bawah-ta-nah yang jauh lebih mahal. Kompleksitas pembangunannya juga lebih tinggi daripada pembangunan saluran udara.
Listrik dihasilkan oleh pembangkit tenaga listrik. Saat ini di Indonesia ada beberapa jenis pembangkit tenaga listrik. Dalam skala besar dan menengah, ada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), pembangkit listrik tenaga disel (PLTD), pembangkit listrik tenaga air (PLTA), pembangkit listrik tenaga gas (PLTG), dan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP). Dalam skala lebih kecil, ada pem-bangkit listrik tenaga mikrohidro dan pempem-bangkit listrik tenaga surya.
Perjalanan listrik menuju ke titik-titik penggunaannya dimulai dengan menumpang jaringan transmisi. Listrik harus menga-lami beberapa kali perubahan tegangan (voltage) guna menjaga efi siensi penyalurannya. Disebut saluran transmisi udara tegangan tinggi jika tegangannya berkisar antara 70 kV sampai 150 kV.
Jaringan transmisi bermuara di suatu Gardu Induk (substations). Di gardu induk tersebut, tegangan listrik diturunkan mencapai 20 kV sebelum kemudian dibawa oleh saluran-saluran tegangan menengah ke beberapa gardu distribusi. Di gardu distribusi tegangan diturunkan menjadi 230 volt (dapat juga menggunakan transformer tiang), kemudian listrik disalurkan ke titik-titik pengguna melalui jaringan saluran listrik bertegangan rendah.
Skema Penyaluran Tenaga Listrik
3
Infografi s: toppeak
BAGIAN SUTT
Suatu sistem saluran udara memiliki 3 (tiga) komponen penting, yaitu menara, kawat penghantar, dan insulator.
Insulator. Digunakan sebagai pemisah dan pemegang Ka-wat Penghantar di tiap menara. Insulator biasanya terbuat dari bahan gelas atau keramik. Kedua bahan tersebut me-mang tidak dapat menghantarkan arus listrik sama sekali se-hingga listrik tidak akan mengalir ke menara atau ke tanah. SUTT memiliki sekitar 7 - 12 buah insulator di tiap renteng.
Kawat Konduktor. Kegunaannya untuk menghantar-kan arus listrik pada sistem tegangan tinggi. SUTT ter-diri atas beberapa pasang (bundles) kawat penghantar. Untuk mencegah agar kawat-kawat dalam satu bundle tidak bersinggungan digunakanlah spacer.
Menara (Tower). Keguna-annya untuk menopang kawat penghantar dan ka-wat penyalur petir. Menara menggunakan bahan besi baja. Suatu menara harus dilengkapi dengan penyalur petir, papan identifi kasi salu-ran, rambu peringatan baha-ya, dan pembatas antipanjat. Menara akhir yang paling dekat dengan Gardu Induk disebut dead-end tower.
infografi
s:
e
Menara untuk SUTT dikategorikan 2 (dua) jenis, yaitu latise (tower) dan tiang (pole). Menara harus memiliki ketinggian yang cukup agar seluruh bentangan kawat penghantar tetap memenuhi persyaratan Ruang Bebas (lihat bahasan me-ngenai Ruang Bebas). Jarak antar menara (span) sangat dipengaruhi oleh kondisi geografi s dan topografi lahan yang akan dilalui SUTT.
Keterangan:
Gambar 1 dan 2 menara SUTT kategori latise (tower) Gambar 3 menara SUTT kategori tiang (pole)
MENARA
5
Menara Tipe Suspensi (penyangga) dan tension (tarik)
Menara Tipe Dead End Tower (Gentri)
Menara Tipe Tiang Tunggal dan Ganda
Photo: Rangga Prana Photo: T aufi k Ismail Photo: T aufi k Ismail
Kawat penghantar SUTT yang biasa diguna-kan adalah tipe ACSR (Aluminium Conductor Steel Reinforced). Lapisan luar dari penghan-tar jenis ini terbuat dari bahan aluminium dan inti dalamnya terbuat dari baja. Jenis peng-hantar yang dipakai di Indonesia antara lain adalah AAAC (All Aluminium Alloy Conduc-tor), HDCC (Hard Drawn Coper ConducConduc-tor), dan lain lain.
Inti baja pada penghantar jenis ACSR berfung-si sebagai penahan tegangan tarik. Tegangan tarik dapat berasal dari berat penghantar itu sendiri atau dari penyusutan penghantar aki-bat fl uktuasi suhu juga kecepatan angin. Jika tegangan tarik terlampau besar, kawat peng-hantar dapat terputus atau menara menjadi miring.
Kemampuan kawat penghantar dalam me-nyalurkan listrik ditentukan juga oleh luas penampang penghantar itu. Semakin luas pe-nampangnya, semakin besar arus listrik yang dapat disalurkan.
KAWAT PENGHANTAR
Photo: T aufi k IsmailDalam perencanaannya, pembangunan SUTT harus melalui survei lapangan dengan memper-hatikan aspek-aspek teknis, ekonomis, sosial dan lingkungan. SUTT dibuat sependek mungkin, untuk mengurangi kerugian daya listrik, penghematan biaya, kemudahan konstruksi, dan
ke-praktisan pemeliharaan. Penentuan jalur SUTT juga sangat dipengaruhi oleh upaya untuk menghindari dampak lingku-ngan. Misalnya, agar terhindar dari berbagai sengketa dengan masyarakat, rencana jalur SUTT dibuat seminimal mungkin melewati kawasan pemukiman dan kawasan-kawasan lain, seperti bandara udara, kawasan wisata, cagar alam, kawasan hutan lindung, cagar budaya, bangunan bersejarah, SPBU (pom bensin), dan sebagainya.
PENENTUAN JALUR TRANSMISI
7
PEMASANGAN PONDASI Jenis pondasi dipilih berdasarkan spesi-fi kasi menara dan daya dukung tanah. Prosesnya adalah penggalian lubang, pemadatan tanah dasar, dan pemasangan struktur pondasi menara di lokasi-lokasi yang sudah ditentukan. Besi grounding dan stub menara dipasang bersamaan di tahap ini.
Komponen kegiatan pembangunan SUTT dibagi menjadi 4 tahap, yaitu Tahap Prakons-truksi, KonsPrakons-truksi, Operasi dan Pasca-operasi. Diagram berikut menunjukkan beberapa kegiatan yang sangat perlu diperhatikan dalam pengelolaan lingkungan keempat tahap tersebut.
TAHAPAN PEMBANGUNAN
SUTT
PENENTUAN JALUR
Jalur SUTT ditentukan berdasarkan per-timbangan teknis, ekonomi, dampak lingkungan, dan aspek sosial. Survei lapangan dibutuhkan untuk menye-suaikan tata ruang, kondisi topografi , karakteristik fl ora dan fauna, karakteris-tik masyarakat, dan status kepemilikan lahan.
PEMBEBASAN LAHAN
Pemrakarsa harus melaksanakan pembe-basan lahan dan bangunan yang akan di-gunakan sebagai lokasi tapak menara.
PENYIAPAN LAHAN TAPAK PENYANGGA
Mencakup pembersihan dan perataan permukaan lahan. Pembersihan dilakukan untuk menyingkir-kan benda-benda keras dan tumbuh-tumbuhan di lokasi lahan tapak menara. Pembersihan dan perataan lahan dilakukan secara manual maupun dengan menggunakan alat berat bila diperlukan. DESAIN RINCI
Desain rinci harus memperhatikan hasil survei dan menghasilkan tower schedule.
PENYIAPAN TENAGA KERJA
Sedapat mungkin tenaga kerja diambil dari pen-duduk sekitar lokasi proyek. Pelatihan tenaga kerja pun harus dilakukan untuk jenis-jenis keterampilan yang dibutuhkan proyek. Pengetahuan mengenai keselamatan kerja juga harus diberikan kepada para tenaga kerja.
MOBILISASI ALAT DAN BAHAN Berupa bahan-bahan yang diangkut terma-suk material untuk pondasi tapak menara, besi-baja menara, kawat penghantar, insu-lator, dan lain-lain.
infografi
s:
e
PENARIKAN PENGHANTAR Penarikan kawat penghantar (stringing) dilakukan dengan menggunakan alat pull-ing winches machine. Setelah itu, kawat disetel agar kawat penghantar memiliki tegangan tarik dan tinggi andongan yang ditentukan. Semuanya dikerjakan setelah seluruh menara selesai didirikan dan insu-lator-insulator terpasang di tempatnya.
PENYALURAN TENAGA LISTRIK Setelah SUTT diaktivasi, arus listrik mu-lai dialirkan dari sisi pengirim menuju sisi penerima. Besaran tegangan pun disesuaikan dengan yang direncanakan. Pengendalian aliran dilakukan dari control room gardu induk atau dari Pusat Peng-atur Beban (Area Control Center).
PEMANTAUAN DAMPAK LING-KUNGAN
Dilakukan sesuai ketentuan yang tercan-tum dalam dokumen UKL-UPL. Dampak lingkungan yang perlu dipantau adalah besaran medan magnet dan medan lis-trik.
PENDIRIAN MENARA
Dilakukan setelah pondasi menara terpa-sang kuat sesuai umur beton. Pendirian suatu menara jenis menara latise umum-nya membutuhkan waktu +/- 14 hari. Sedangkan pendirian menara jenis tiang baja membutuhkan waktu 2 hari dengan bantuan alat berat (crane).
UJI COBA
Sebelum dilakukan uji coba dilakukan fi nal cek untuk memeriksa keleng-kapan dan kesempurnaan konstruksi dan kelengkapannya. Setelah kegiatan tersebut, dilakukan kegiatan energizing (pemberian tegangan).
PEMELIHARAAN
Pemeliharaan dilakukan guna memas-tikan semua peralatan jaringan SUTT dapat berfungsi dengan baik. Adapun pemeliharaan untuk ruang bebas di-lakukan dengan cara memotong tum-buhan atau bangunan yang masuk ke ruang tersebut.
TAHAP PRAKONSTRUKSI TAHAP KONSTRUKSI
TAHAP OPERASI UPRATING
Tahap pasca-operasi pada suatu kegiatan yang berhubungan dengan SUTT umumya hanya meliputi peningkatan tegangan listrik (uprating). Jarang sekali suatu SUTT harus dibongkar keseluruhannya karena tidak bisa digunakan lagi.
RUANG BEBAS SUTT
Setiap bentangan kawat jaringan transmisi memerlukan suatu “ruang bebas”. Ruang bebas adalah ruang di sekeli-ling penghantar yang dibentuk oleh jarak bebas minimum sepanjang jalur SUTT. Jalur itu harus dibebaskan dari ben-da-benda dan kegiatan lainnya. Artinya, dalam ruang bebas tidak boleh ada satupun benda-benda seperti bangunan atau pohon lain di dalam ruang tersebut. Dengan adanya ruang bebas ini, pengaruh medan elektromagnetik ter-hadap lingkungan sekitar dapat dicegah.
Keterangan mengenai ruang bebas diatur di dalam Per-aturan Menteri Pertambangan dan Energi tentang ruang be-bas SUTT dan SUTET. Di peraturan itu, diatur jarak minimum titik tertinggi bangunan atau pohon terhadap titik terendah dari kawat penghantar jaringan transmisi. Nilai jarak bebas minimum tiap objek bisa dilihat pada tabel berikut ini.
Gabungan antara medan listrik dan medan magnet secara bersama-sama dinyatakan sebagai gelombang elektromagnetik. Gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan melalui teknologi buatan manusia. Medan listrik hasil teknologi olahan manusia, misalnya, di-nyatakan dengan satuan V/m. Satuan ini menunjukkan bahwa semakin jauh suatu objek dari sumber tegang-an, semakin rendah medan listrik yang terukur pada objek itu. Sementara itu, medan magnet dinyatakan dalam besaran Tesla atau dapat dinyatakan dengan Gauss. Medan magnet ini muncul ketika arus listrik di-alirkan sedemikian rupa. Semakin besar arus yang dia-lirkan, medan magnet yang dihasilkan pun semakin be-sar. Jadi, sama seperti medan listrik, semakin jauh jarak sebuah objek dari sumber medan magnet semakin kecil paparan medan tersebut.
Boks: Mengenal Medan Magnet dan Medan Listrik
(Gelombang Elektromagnetik)
Sumber: PERMEN PE No. 01.P/47/MPE/1992
infografi s: e . sunandar infografi s: e . sunandar
Manfaat SUTT sangat besar. Tanpa SUTT, sistem pelistrikan akan terhambat. Na-mun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa pengembangan SUTT berpo-tensi menimbulkan beberapa dampak terhadap lingkungan di sekitarnya. Uraian berikut akan membahas bebe-rapa potensi dampak lingkungan SUTT. Potensi-potensi dampak tersebut ada-lah potensi dampak yang muncul pada tahap prakonstruksi, konstruksi, ope-rasional dan pasca-operasi. Bagian ini diakhiri dengan uraian mengenai be-berapa upaya pengelolaan dan peman-tauan dampak lingkungan yang dapat direncanakan untuk kegiatan SUTT.
11
Photo:
DAMPAK LINGKUNGAN DAN PENGELOLAANNYA
Potensi dampak lingkungan suatu rencana kegiatan perlu dikenali sejak dini. Bahkan sangat dianjurkan sejak ke-layakan dari kegiatan tersebut mulai dipelajari. Dampak lingkungan diartikan sebagai perubahan kondisi mau-pun fungsi dari suatu komponen lingkungan hidup akibat berlangsungnya suatu komponen kegiatan. Dampak lingkungan yang akan terjadi sangat dipengaruhi oleh karakteristik kegiatan dan rona lingkungan lokasi kegiat-an.
Untuk kegiatan SUTT, karakteristik kegiatan yang dapat berpengaruh terhadap lingkungan antara lain berkaitan dengan lokasi dan pembebasan lahan, tatacara konstruksi pembangunan menara, dan panjang jalur transmisi.
Pembangunan satu buah tapak SUTT membutuhkan lahan lebih kurang 25 m x 25 m. Kebutuhan lahan ini berpotensi menimbulkan dampak so-sial pada masyarakat sekitar.
Photo: Taufi k Ismail
Photo:
Sedangkan rona lingkungan yang turut berpengaruh antara lain adalah kondisi lahan dan sikap penduduk yang tinggal di wilayah sekitar SUTT.
Kegiatan SUTT dengan kapasitas ≤ 150 kV sudah dapat di-duga akan dapat menimbulkan dampak, seperti keresahan masyarakat karena penurunan nilai jual tanah, keresahan ka-rena medan magnet dan medan listrik, serta dampak lainnya yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, dan budaya terutama yang berkaitan dengan pembebasan lahan dan kere-sahan yang ditimbulkan.
Dampak lingkungan ada yang bersifat positif dan ada yang bersifat negatif. Disebut positif jika pengaruhnya menguntungkan bagi suatu komponen lingkungan. Disebut negatif jika pengaruhnya merugikan. Suatu komponen kegiatan mungkin saja menimbulkan dampak positif sekaligus dampak negatif. Penerimaan tenaga kerja untuk suatu proyek akan mem-berikan dampak positif pada beberapa penduduk yang diterima sebagai tenaga kerja. Se-mentara itu, kekecewaan akan dirasakan oleh mereka yang tidak diterima. Tidak jarang hal
ini akan menimbulkan persepsi buruk penduduk terhadap rencana proyek tersebut. 13
Photo:
Dalam hal ini, dokumen UKL-UPL harus menyatakan setiap dampak lingkungan yang terjadi mulai dari sumber dampak, jenis dampak, upaya pengelolaan lingkungan, dan upaya pemantauan lingkungan rencana kegiatan SUTT secara spesifi k, lengkap, dan jelas (lihat diagram). Setidaknya aspek apa, bagaimana, mengapa, kapan, dan di mana harus mampu terjawab. Dengan demikian, kesalahpahaman tentang suatu potensi dampak dapat dihindari dan derajat kepentingannya dapat dinilai dengan benar.
Pernyataan mengenai suatu potensi dampak lingkungan harus mencakup uraian me-ngenai aspek sumber dampak dan aspek penerima dampak. Untuk tiap potensi dampak, pemrakarsa harus merencanakan upaya pengelolaan dan pemantauan dampak
lingku-ngannya. Kedua upaya ini juga harus dinyatakan sejelas-jelasnya.
Boks: Menyatakan Potensi Dampak Lingkungan Secara Lengkap
Relevansi antar suatu potensi dampak dan upaya pengelolaannya harus jelas. Untuk itu, suatu upaya pengelolaan dampak perlu dinyatakan se-cara spesifi k dan jelas (lihat diagram). Demikian juga dengan upaya pe-mantauan potensi dampak yang akan terjadi.
Pemantauan dampak lingkungan dilakukan terutama untuk mengenali keberadaan, sebaran, dan besaran dampak yang terjadi pada suatu kom-ponen lingkungan terkena dampak. Hasil pemantauan kemudian diguna-kan untuk menilai efektivitas upaya pengelolaan dampak yang dilakudiguna-kan dan kemudian memastikan ada-tidaknya dampak yang besarannya me-lebihi ketentuan yang tercantum di dalam dokumen UKL-UPL.
Hasil pemantauan dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk menentukan perlu-tidaknya ada upaya tambahan untuk mengendalikan dampak yang muncul. Pengalaman menunjukkan bahwa upaya peman-tauan seringkali berhasil mengidentifi kasi adanya dampak lain yang ter-jadi. Sementara itu, pada tahap penyusunan dokumen UKL-UPL, potensi dampak dapat luput dari pengkajian sebelumnya.
Dalam upaya pengelolaan dampak lingkungan untuk setiap potensi dampak negatif, harus memuat rencana mencegah, mengurangi, mengen-dalikan, atau menanggulanginya. Sebaliknya, untuk setiap potensi dampak positif, harus memuat rencana untuk memaksimalkannya. Upaya pengelolaan dampak dapat direncanakan pada sisi sumber dampak dan dapat juga pada sisi komponen lingkungan terkena dampak. Klasifi kasi jenis upaya pengelolaan dampak dapat dilihat di bawah ini.
Tahap Eliminasi, jika upaya tersebut ditujukan untuk mencegah atau menghilangkan sama sekali kemungkinan terjadinya suatu potensi dampak negatif. Eliminasi umumnya dilakukan dengan mengubah spesifi kasi suatu sumber dampak sehingga potensi dampak tidak jadi mun-cul. Misalnya, pemindahan rencana jalur SUTT sehingga tidak lagi melintasi suatu kawasan tertentu.
Tahap Minimalisasi, jika upaya tersebut ditujukan untuk mengurangi atau meminimalkan pemunculan suatu potensi dampak negatif. Upaya ini umumnya dilakukan di sisi sumber dampak. Misalnya, pengaturan jadwal pengangkutan bahan konstruksi sehingga gangguan kebisingan dapat dikurangi.
Tahap Maksimalisasi, jika upaya tersebut ditujukan untuk memaksimalkan pemunculan suatu potensi dampak positif. Upaya ini umumnya juga dilakukan di sisi sumber dampak. Misalnya, penambahan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan oleh suatu proyek.
Tahap Pengendalian, jika upaya tersebut ditujukan untuk membatasi besaran dan sebaran dari suatu potensi dampak. Misalnya, pemasangan turab pada galian lumpur mengurangi besaran dampak terhadap erosi pada sekitar lokasi tapak menara.
Tahap Penanggulangan, jika upaya tersebut ditujukan untuk memperbaiki kerusakan atau kerugian yang nantinya terjadi pada suatu kom-ponen lingkungan. Misalnya, pemberian kompensasi pada masyarakat yang terkena dampak.
Tahap Pemulihan, jika upaya tersebut ditujukan untuk memulihkan kerusakan yang nantinya terjadi pada suatu komponen lingkungan. Dalam hal ini, pemrakarsa akan mengembalikan lingkungan ke fungsi atau kondisi semulanya. Misalnya, upaya penanaman kembali lahan bekas lokasi yang pohonnya telah ditebang.
Boks: Klasifi kasi Rencana Upaya Pengelolaan Dampak
15
Salah satu upaya pengelolaan dampak SUTT adalah pemasangan lampu untuk menandakan keberadaan bentangan kawat penghantar. Hal ini dilakukan untuk menghindari tertabraknya kawat tersebut oleh pesawat udara.
Photo:
Potensi Dampak Lingkungan
Pada tahap prakonstruksi selain survei, kegiatan lain yang dilakukan adalah pengadaan lahan. Kegiatan pengadaan lahan biasanya banyak menimbulkan dampak. Lahan di sekitar SUTT akan memiliki bebe-rapa keterbatasan dalam pemanfaatannya. Aturan Ru-ang Bebas membuat pemilik lahan tidak leluasa lagi memiliki pepohonan yang tinggi. Tinggi bangunan juga harus dibatasi. Jika masuk ke dalam wilayah Ruang Bebas, pohon-pohon harus dipangkas dan bangunan harus dibongkar. Oleh karena itu, SUTT jelas berpotensi untuk menimbulkan pembatasan pemanfaatan lahan dan ruang, khususnya untuk pemanfaatan pemukim-an, pertanipemukim-an, dan perkebunan.
Adanya pembatasan terhadap pemanfaatan lahan di sekitar SUTT dapat mengurangi minat seseorang un-tuk membeli lahan itu. Calon pembeli pastinya lebih cenderung memilih lahan lain yang tidak memiliki batasan-batasan pemanfaatannya. SUTT terkadang melintasi lahan-lahan dengan beragam kemungkinan penggunaannya. Salah satunya mungkin saja sebagai lokasi dari objek khusus yang memiliki nilai sosio-kul-tural bagi masyarakat setempat. Contohnya, situs seja-rah atau fasilitas ibadah. Dalam kasus seperti ini, SUTT dapat dikatakan berpotensi mengganggu keberadaan objek khusus, terutama untuk kepentingan umum. Binatang seperti burung juga dapat terganggu oleh bentang kawat SUTT. Jenis burung yang tinggi
ter-POTENSI DAMPAK TERKAIT DENGAN PEMILIHAN
LOKASI
Penggunaan lahan untuk SUTT bisa menjadi penting jika ternyata lahan tersebut terletak di kawasan pemukiman. Ketentuan Ruang Bebas akan membuat pemilik rumah tidak lagi bebas untuk mengembangkan bangu-nan rumahnya, khususnya ke arah vertikal.
Photo:
bangnya berada di sekitar bentang kawat SUTT, dapat terhalangi oleh bentangan kawat sepanjang jalur SUTT. Untuk sebagian orang, penampakan bentang kawat SUTT dengan banyak menara dianggap merusak pemanda- ngan alam. Dengan kata lain, keselarasan dan keindahan wilayah akan berkurang. Hal ini semakin terasa jika ben-tang alam itu memang merupakan daerah tujuan wisata. Besarnya menara juga seringkali menimbulkan kekha-watiran tersendiri bagi mereka yang berada di dekatnya Termasuk juga bagi para penghuni dari rumah-rumah di dekat menara yang khawatir jika suatu saat menara itu roboh dan menimpa rumah mereka. Tanpa rencana upa-ya pengelolaan dampak upa-yang baik, dapat saja akhirnupa-ya masyarakat menolak kehadiran SUTT di dekatnya.
Uraian di atas menunjukkan bahwa potensi dampak ling-kungan lokasi SUTT memiliki potensi dampak negatif ter-hadap:
• pemanfaatan lahan dan ruang, • harga lahan dan bangunan, • keberadaan objek khusus,
• pola perlintasan dan migrasi burung, dan • keselarasan dan keindahan wilayah
Karakteristik Potensi Dampak
Keseluruhan dampak tersebut dapat mulai muncul sejak tahap prakonstruksi sampai saat menara SUTT didirikan (tahap konstruksi). Dampak dapat saja terus muncul se-lama bangunan SUTT masih berdiri (tahap operasi). Se-suai usia pakai SUTT, pemunculan dampak diperkirakan berkisar antara 20 – 30 tahun. Walau pemunculannya dapat terus menerus, dampak di atas dapat berbalik (re-versible) jika bangunan SUTT tersebut sudah tidak berada di lokasi itu lagi.
Opini terhadap rusak-tidaknya pemandangan akibat keberadaan bangunan SUTT bersifat subjektif. Untuk sebagian orang, adanya bangunan SUTT malah dimaknai sebagai simbol pertumbuhan ekonomi. Ada juga yang menganggap bangunan SUTT sebagai hasil karya engineering yang patut dinikmati. Bahkan, bangunan SUTT tersebut malah memperindah pemandangan alam.
17
Photo:
POTENSI DAMPAK TERKAIT DENGAN
PEROLEHAN LAHAN
Potensi Dampak Lingkungan
Pada tahap prakonstruksi, kegiatan yang diperkirakan akan menimbulkan dampak lainnya adalah pembebasan dan peroleh-an lahperoleh-an. Salah satu hambatperoleh-an dalam perolehperoleh-an lahperoleh-an mung-kin datang dari pemilik lahan yang tidak rela lahannya dilewati oleh jalur SUTT. Meskipun lahan yang dibutuhkan untuk tapak menara relatif kecil, biasanya pemilik lahan merasa harga ganti rugi tanah tidak sesuai dengan keinginan mereka. Jika tidak tertangani dengan baik, hambatan ini dapat mengganggu ting-kat penerimaan masyarating-kat terhadap rencana SUTT. Muaranya dapat berwujud pada kuatnya tingkat penolakan masyarakat terhadap rencana SUTT.
Urusan perolehan lahan tidak jarang juga malah menimbulkan sengketa di antara penduduk sendiri. Sebagian masyarakat yang menolak untuk menjual lahannya akan berseberangan posisi dengan masyarakat lain yang mau menjual lahannya. Hal ini tentu dapat merusak hubungan antarpenduduk. Persengke-taan antarpenduduk juga dapat terjadi akibat status kepemilik-an tkepemilik-anah ykepemilik-ang tidak jelas. Lahkepemilik-an ykepemilik-ang sama bisa diklaim oleh dua pihak atau lebih.
Uraian di atas menunjukkan bahwa potensi dampak yang akan terjadi terkait dengan pembebasan lahan untuk SUTT memiliki potensi dampak negatif terhadap:
• penerimaan masyarakat, dan • hubungan antarpenduduk.
Karakteristik Potensi Dampak
Beberapa potensi dampak yang terkait dengan pembebasan la-han mulai bermunculan saat akan menentukan jalur SUTT atau pada tahap konstruksi. Pada saat pembebasan lahan dilaku-kan, besaran dari potensi dampak ini akan mulai memuncak. Potensi dampak negatif dapat tersebar di sekitar lahan-lahan sepanjang rencana jalur SUTT, khususnya di lahan-lahan yang pemilik atau penggunanya merasa terganggu oleh rencana pembebasan lahan tersebut. Walau demikian, potensi dampak umumnya memiliki sifat dapat berbalik (reversible) khususnya yang berkaitan dengan tingkat penerimaan masyarakat dan kerukunan penduduk.
Kebutuhan lahan untuk menara SUTT sebenarnya tidak terlalu luas. Untuk setiap pembuatan menara, dibutuhkan lahan seki-tar 25 m x 25 m. Hanya lahan tersebutlah yang akan mendapat-kan ganti rugi. Jalur SUTT bisa membutuhmendapat-kan puluhan sampai ratusan menara, maka pada saat pembangunan kemungkinan besar akan berurusan dengan banyak pemilik lahan yang sikap dan sifatnya tentu beragam.
Photo:
POTENSI DAMPAK TERKAIT DENGAN
OPERASIONAL SUTT
Potensi Dampak Lingkungan
Bayangan sewaktu-waktu dapat tersengat listrik selalu menghantui siapapun yang berada di dekat kawat listrik bertegangan tinggi. Demikian pula dengan penduduk yang tinggal di sekitar SUTT. Mereka khawatir hal itu da-pat terjadi jika suatu saat kawat penghantar putus dan menimpa diri atau rumah mereka. Adanya bayangan ini akan menimbulkan persepsi masyarakat tentang adanya ancaman bahaya keselamatan jika tinggal dekat jalur SUTT.
Sama dengan berbagai perangkat listrik lainnya, aliran listrik pada SUTT juga akan memancarkan medan listrik dan medan magnet (lihat boks tentang Mengenal Medan Listik dan Medan Magnet). Potensi dampak medan listrik dan medan magnet terhadap kesehatan seringkali jadi perdebatan para ahli, Potensi dampak tersebut men-imbulkan persepsi masyarakat negatif terhadap SUTT. Adanya persepsi masyarakat negatif tersebut di atas ten-tunya berpotensi mengganggu rasa kenyamanan bermu-kim dari para penghuni rumah di sekitar SUTT. Dan, jika tidak tertangani dengan baik, hal tersebut dapat meng-ganggu tingkat penerimaan masyarakat terhadap ren-cana SUTT.
Uraian di atas menunjukkan bahwa prakiraan dampak terkait dengan opersional SUTT memiliki potensi dampak negatif terhadap persepsi masyarakat, kenyamanan ber-mukim, dan penerimaan masyarakat.
Berdasarkan prinsip kehati-hatian, resiko pemunculan pe-nyakit juga merupakan salah satu potensi dampak negatif yang perlu diwaspadai.
Karakteristik Potensi Dampak
Dampak yang terkait dengan potensi dampak yang akan terjadi dapat muncul saat SUTT masih beroperasi. Se-suai usia pakai SUTT, pemunculan dampak diperkirakan berkisar antara 20 – 30 tahun. Walau pemunculannya menerus, dampak di atas dapat berbalik (reversible) jika SUTT sudah tidak lagi beroperasi.
19
Ada anggapan medan listrik dan medan magnet di sekitar kawat SUTT dapat mengaki-batkan beberapa jenis penyakit pada tubuh manusia yang terpapar. Anggapan lain yang bertolak-belakang menyebutkan bahwa medan listrik dan medan magnet SUTT tidak akan menimbulkan dampak kesehatan apapun. Walau demikian, tidak ada salahnya jika pemrakarsa tetap menganggap resiko pemunculan penyakit dari SUTT sebagai sesuatu hal yang masih perlu diwaspadai.
Photo:
T
aufi
k
POTENSI DAMPAK TERKAIT DENGAN
KONSTRUKSI
Potensi Dampak Lingkungan
Pada tahap konstruksi SUTT, untuk jenis pekerjaan sederhana, tenaga kerja biasanya diambil dari pen-duduk sekitar. Adanya kebutuhan tenaga kerja ini tentunya akan meningkatkan kesempatan kerja bagi penduduk sekitar. Dengan adanya penduduk yang bekerja maka pendapatan masyarakat juga akan meningkat.
Proyek pembangunan SUTT biasanya tidak melibatkan banyak tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan berfl uktuasi sesuai tahapan proyek. Keterbatasan kesempatan kerja ini dapat berpotensi menciptakan rasa iri dari penduduk yang tidak memperoleh pekerjaan. Akibatnya, hubungan antarpen-duduk dapat terganggu.
Mobilisasi alat dan bahan berpotensi untuk mengganggu tingkat kenyamanan kawasan. Gangguan tersebut khususnya diakibatkan oleh lalu-lalangnya kendaraan pengangkut di jalur jalan yang dekat dengan pemukiman penduduk. Selain merusak kondisi fi sik jalan yang dilaluinya, frekuensi kendaraan yang tinggi akan mengurangi tingkat kelancaran berlalu-lintas dan keselamatan berlalu-lintas.
Perhatian khusus perlu diberikan saat melakukan konstruksi SUTT di dalam kawasan yang selama ini tertutup karena su-lit dijangkau. Pembuatan jalan akses bagi kendaraan peng-angkut ke lokasi SUTT sama artinya dengan membuka ak-sesibilitas wilayah untuk pihak lain. Wilayah yang selama ini tertutup akan mudah dijangkau masyarakat sehingga me-mungkinkan adanya berbagai jenis kegiatan dan pemanfaat-an kawaspemanfaat-an tersebut. Mulai dari pengambilpemanfaat-an batpemanfaat-ang kayu, perburuan hewan, sampai dengan pemanfaatan lahan untuk perkebunan, pemukiman, dan sebagainya.
Walau tidak besar, pembersihan lahan tapak menara berpo-tensi mengurangi populasi dan sebaran tumbuhan di lahan itu. Hal ini akan benar-benar dianggap serius jika ternyata di dalam lahan terdapat tumbuhan-tumbuhan langka yang dilindungi. Dampak negatif lain dari pembersihan lahan ada-lah timbulnya banyak sampah sisa-sisa tumbuhan yang akan mengurangi tingkat kebersihan kawasan.
Konstruksi menara, khususnya pada saat penyiapan pondasi tapak penyangga, akan berpotensi mempengaruhi stabilitas tanah. Ancamannya adalah erosi tanah dan longsornya le-reng bukit.
Uraian di atas menunjukkan bahwa prakiraan dampak ling-kungan konstruksi SUTT memiliki potensi dampak negatif terhadap:
hubungan antarpenduduk,
kondisi fi sik jalan, kelancaran berlalu-lintas dan keselamat-an berlalu-lintas,
aksesibilitas wilayah,
populasi dan sebaran tumbuhan, kebersihan kawasan, stabilitas tanah.
kecelakaan kerja, keselamatan umum.
Di sisi lain, potensi dampak positif akan terasa pada adanya kesempatan kerja dan meningkatnya pendapatan masyarakat.
Karakteristik Potensi Dampak
Keseluruhan dampak tersebut dapat muncul di Tahap Kons-truksi. Ada beberapa dampak di antaranya yang pemuncul-annya hanya terjadi saat dilakukpemuncul-annya mobilisasi alat dan bahan. Ada juga yang hanya terjadi di saat pembersihan lahan dan penarikan kawat penghantar. Sebagian besar dampak bersifat sementara dan dapat berbalik (reversible). Pengecualian hanya ada pada dampak susulan yang terjadi akibat peningkatan aksesibilitas wilayah kawasan lindung.
21
Photo:
K
UPAYA PENGELOLAAN DAMPAK
Seperti ditunjukkan dalam tabel berikut, ada 5 (lima) pendekatan yang perlu dilakukan untuk mengelola seluruh potensi dampak lingkungan dari mulai tahap pembangunan sampai dengan tahap pengoperasian SUTT. Sebagian pendekatan diharapkan dapat mengeliminasi beberapa potensi dampak, sebagian lagi hanya akan bersifat mengurangi dan mengendalikan potensi dampak yang lain.
Penyesuaian Jalur
Pendekatan ini diharapkan dapat mengeliminasi atau setidaknya mengurangi sebaran maupun besaran berbagai potensi dampak yang berkaitan dengan lokasi. Rencana jalur SUTT sedapat mungkin dijauhkan dari kawasan pemukiman, daerah pertanian atau perkebunan, kawasan lindung, lokasi-lokasi sensitif, bandara, dan sebagainya.
Potensi gangguan terhadap keselarasan dan keindahan wilayah juga dapat berkurang jika rencana jalur SUTT dipindahkan dari ruang pandang masyarakat. Jika SUTT tidak lagi melintasi kawasan pemukiman, tidak akan lagi ada kekhawatiran
pen-duduk terhadap potensi dampak medan listrik dan medan magnet. Tidak ada lagi penpen-duduk yang khawatir akan robohnya penyangga atau putusnya kawat penghantar. Dan, tidak ada lagi pemilik lahan yang merasa dirugikan oleh kegiatan SUTT.
Walau demikian, pastinya tidak seluruh rencana jalur SUTT dapat dijauhkan dari kawasan-kawasan itu. Bebera-pa bagian SUTT umumnya masih tetap harus melintasi kawasan pemukiman maupun kawasan sensitif lainnya. Pendekatan lain masih tetap dibutuhkan, misalnya melalui sosialisasi yang intensif dan pemberian kompensasi yang disepakati bersama.
Pemberian Ganti rugi
Ganti rugi hanya diberikan untuk penggunaan tanah sebagai Tapak Menara. Nilai ganti rugi yang diberikan ber-dasarkan musyawarah mufakat antara pemrakarsa dengan masyarakat, disaksikan oleh pejabat kelurahan atau kecamatan. Sebaiknya nilai ganti rugi atau harga tanah yang disepakati mangacu pada NJOP (Nilai Jual Objek Pajak), dan harga pasar yang berlaku.
Ganti rugi selain tanah bisa diberikan untuk tanaman dan bangunan sepanjang jalur transmisi yang masuk dalam ruang bebas. Ganti rugi untuk tanaman dan bangunan biasanya diberikan hanya satu kali, pada saat pembangunan. Tanaman yang diberikan ganti rugi harus ditebang.
Pendekatan lain selain ganti rugi pemrakarsa dapat memberikan peluang kerja pada masyarakat. Selain pekerjaan di tahap konstruksi, beberapa penduduk juga dapat diberikan pekerjaan untuk membantu pemeliharaan ruang bebas dan menara SUTT.
Ganti rugi diberikan kepada warga yang lahannya digunakan sebagai tapak menara SUTT. Photo:PLN Prokitring DKI-Banten
Pendekatan Sosial
Pendekatan ini diharapkan dapat mengeliminasi tingkat kekhawatiran pen-duduk atau memperbaiki persepsi penpen-duduk. Selain mengenai fungsi dan manfaat SUTT, penduduk juga perlu diinformasikan tentang berbagai po-tensi dampak lingkungannya. Salah satunya tentu tentang medan listrik dan medan magnet.
Pendekatan sosial sebaiknya dilakukan melalui pertemuan tatap-muka dan dialog langsung dengan penduduk. Pembagian leafl et, penempelan poster, maupun penjelasan melalui radio juga dapat membantu.
25
Photo:
K
Perbaikan Desain
Sebenarnya tidak banyak yang dapat dilakukan melalui pendekatan perbaikan desain (rancang bangun) SUTT. Hampir semua aspek rencana dan spesifi kasi teknis dari suatu SUTT sudah distanda-risasi. Walau demikian, ada beberapa aspek teknis menara yang dapat disesuaikan guna mengurangi potensi dampak negatif SUTT. Di antaranya adalah hal-hal berikut ini.
Pemilihan jenis menara yang berguna me-ngurangi kesan besar dan menyeramkan untuk penduduk yang berada di dekatnya. Menara jenis tiang dirasakan memiliki kesan yang lebih ramah daripada penyangga jenis menara. Pemilihan warna menara yang berguna me-ngurangi ketidaksesuaian penampakan menara dengan bentang alam sekitarnya. Menara ber-warna hijau akan terasa lebih sesuai untuk ka-wasan hutan maupun perkebunan.
Penambahan perkuatan menara yang gunanya untuk lebih meyakinkan penduduk tentang kekuatan menara.
Jika SUTT melewati daerah pemukiman, secara teknis dampak yang berkaitan dengan medan listrik dan medan magnet dapat diminimalisir dengan meninggikan menara.
Photo:
Pengaturan Prosedur Kerja
Pendekatan ini diharapkan dapat mengeliminasi, mengurangi, maupun menanggulangi beberapa potensi dampak negatif yang banyak terjadi dalam tahap konstruksi. Beberapa aturan prose-dur kerja yang perlu dipertimbangkan adalah sebagai berikut.
Pembuatan pola kerja aplusan guna menambah jumlah dan memberikan pemerataan peluang kerja bagi penduduk seki-tar.
Penjadwalan operasi kendaraan pengangkut diharapkan da-pat mengurangi potensi kecelakaan lalu lintas. Dengan pen-jadwalan yang lebih baik, waktu istirahat penduduk diharap-kan tidak terganggu.
Pemusnahan sampah tumbuhan melalui pembakaran harus dilakukan secara terkendali guna menghindari turut terba-karnya lahan-lahan di sekitarnya.
Pembuatan selokan-selokan kecil di sekitar lokasi pembuat-an pondasi guna mengurpembuat-angi kemungkinpembuat-an erosi tpembuat-anah per-mukaan.
Penanaman kembali jalan akses dengan tumbuh-tumbuhan yang nantinya dapat mengurangi aksesibilitas penduduk ke dalam wilayah kawasan lindung.
Perhatian khusus perlu diberikan kepada prosedur keselamatan kerja, baik bagi para pekerja maupun bagi para penduduk di sekitar lokasi proyek. Penggunaan alat-alat keselamatan kerja merupakan hal mutlak khususnya bagi mereka yang bekerja di ketinggian.
27
Photo:
K
Untuk kegiatan SUTT, beberapa pemantauan lingku-ngan yang kemungkinan besar perlu dilakukan ada-lah:
pemantauan terhadap masyarakat wilayah terkena dampak,
pemantauan kondisi wilayah terkena dampak, pemantauan medan listrik dan medan magnet. Sebagian pemantauan dilakukan hanya pada tahap prakonstruksi dan tahap konstruksi, namun sebagian lagi dilakukan pada tahap operasi.
Pemantauan Terhadap Masyarakat di
Wilayah Terkena Dampak
Pemantauan ini umumnya dilakukan untuk mengeta-hui hal-hal berikut ini.
Dinamika sosial akibat kegiatan SUTT, seperti 1) ada-tidaknya atau intensitas dari gangguan dalam hubungan antarpenduduk, 2) tinggi-rendahnya penerimaan masyarakat terhadap kegiatan ini, 3) bentuk sengketa lain atau bentuk kerjasama masyarakat.
Persepsi masyarakat terhadap kegiatan SUTT, khususnya yang diakibatkan oleh 1) pembatasan pemanfaatan lahan dan ruang, 2) kepuasan ter-hadap ganti rugi dan kompensasi yang diberikan, 3) ketidak-adilan dalam rekrutmen tenaga kerja, 4) medan magnet dan medan listrik, dan 5) gang-guan-gangguan selama masa konstruksi.
Tingkat keselamatan dan kenyamanan penduduk,
khususnya yang diakibatkan oleh keberadaan aliran listrik tegangan tinggi, lalu-lalangnya ken-daraan konstruksi, dan pendirian penyangga di kawasan permukimannya.
Kondisi ekonomi masyarakat, khususnya yang me-nyangkut peningkatan pendapatan akibat peluang kerja yang ada selama masa konstruksi dan opera-si, perubahan pola mata-pencarian.
Pengumpulan data atau informasi dalam pemantauan terhadap masyarakat dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut.
Pengamatan atau observasi lapangan adalah cara yang paling sederhana. Namun, pengamatan bia-sanya subjektif, tergantung pada pelaksananya. Akurasinya pun sulit dipertahankan. Kelebihan dari observasi lapangan adalah tidak membutuh-kan tenaga dan biaya yang banyak serta tidak ber-potensi menimbulkan keresahan tambahan. Wawancara dengan tokoh-tokoh masyarakat
(for-mal dan infor(for-mal). Ini adalah metode yang lebih terstruktur dan dapat dibandingkan dari waktu ke waktu. Biaya dan tenaga yang dibutuhkan tidak terlalu besar.
Survei masyarakat adalah cara yang paling efek-tif untuk menjaring pendapat masyarakat dan mendapatkan gambaran kondisi mereka secara lebih akurat. Namun, survei membutuhkan tenaga dan biaya yang relatif besar dan berpotensi menim-bulkan pertanyaan tambahan dari masyarakat.
UPAYA PEMANTAUAN DAMPAK
Photo:
K
Metode analisis data harus disesuaikan dengan metode pengumpulan data yang dipilih (di atas). Untuk hal ini, dapat dipilih metode analisis kualitatif ataupun kuantitatif yang biasa digunakan pada bidang sosial.
Lokasi pemantauan terhadap masyarakat harus disesuaikan juga dengan desa, kelurahan atau kecamatan yang diketa-hui terkena dampak, baik akibat peletakan penyangga SUTT maupun ruang bebas, serta lokasi domisili tenaga kerja, dan daerah perlintasan kendaraan konstruksi.
Jangka waktu pemantauan untuk pemantauan terhadap masyarakat dapat dilakukan dengan frekuensi yang berbe-da-beda. Pada tahap prakonstruksi dan konstruksi, frekuensi pemantauan yang agak tinggi (seperti setiap bulan) layak dilakukan. Pada tahap operasi, pemantauan dapat dilaku-kan hanya sekali setahun.
Pemantauan Kondisi Wilayah Terkena
Dampak
Pemantauan ini umumnya dilakukan untuk mengetahui: kondisi jalan dan lalu-lintas untuk mengetahui intensitas kerusakan jalan dan kemacetan lalu-litas yang diakibat-kan oleh lalu-lalangnya kendaraan konstruksi,
keutuhan ruang bebas yang bertujuan untuk memastikan bahwa tidak ada bangunan atau tanaman yang tingginya melebihi batas yang telah ditetapkan untuk ruang bebas, pemantauan terhadap kondisi lahan pada tapak me-nara, apakah tidak ada pondasi yang mengalami erosi atau longsor. Apakah tanah di sekitar lahan cukup stabil menahan beban pondasi dan menara. Apakah tidak ada menara yang goyah, dan sebagainya.
Pemantauan terhadap hal di atas berhubungan dengan pe-mantauan terhadap tingkat kenyamanan dan keselamatan penduduk yang tinggal atau beraktivitas di wilayah terkena dampak.
Pemantauan kondisi jalan dan lalu-lintas dilakukan mela-lui pengamatan lapangan di jalan-jalan yang dilamela-lui oleh kendaraan konstruksi. Demikian juga dengan pemantauan terhadap keutuhan ruang bebas dan lahan tapak pondasi menara. Sebagai tolok-ukurnya, kondisi kelancaran dapat menggunakan paramater waktu tempuh kendaraan kons-truksi untuk melintasi ruas jalan tertentu. Untuk keselamat-an berlalu-lintas, parameter jumlah kecelakakeselamat-an kerja di ruas jalan tersebut dapat digunakan.
29 Photo: T aufi k Ismail
Pemantauan Medan Listrik dan
Medan Magnet
Pemantauan ini bertujuan untuk mengetahui besaran me-dan magnet me-dan meme-dan listrik di kawasan pemukiman yang dilalui SUTT. Pemantauan medan listrik dan medan magnet dapat melengkapi informasi dari pemantauan ter-hadap persepsi masyarakat. Sebaliknya, pemantauan me-dan listrik me-dan meme-dan magnet ini dapat digabungkan de-ngan pemantauan terhadap kesehatan masyarakat untuk memastikan bahwa tidak ada insiden penyakit yang da-pat dihubungkan dengan peningkatan medan magnet dan medan listrik. Pemantauan kesehatan masyarakat dapat dilakukan dengan mengumpulkan dan menganalisis data Puskesmas tentang jenis dan insiden penyakit warga yang dilayaninya.
Lokasi pemantauan dilakukan di sekitar ruang bebas pada titik-titik pada padat penduduk di sepanjang lintasan SUTT. Jangka waktu pemantauan adalah minimal satu tahun sekali atau sesuai dengan jadwal pemeliharaan jaringan.
Walau tidak masuk dalam daftar wajib AMDAL, suatu kegi-atan tetap diharuskan memiliki rencana upaya pengelolaan dan pemantauan dampak lingkungan hidup. Kegiatan yang diharuskan membuat UKL-UPL adalah pembangunan SUTT ≤ 150 kV yang baru, tidak termasuk perawatan, pemeliharaan, atau perbaikan menara, atau penggantian kabel transmisi. Bagian ini akan mengupas berbagai aspek dari dokumen UKL-UPL, baik yang bersifat umum maupun yang bersifat spesifi k untuk kegiatan SUTT.
Sesuai aturan Menteri LH tentang Jenis Rencana Usaha Dan/ Atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan AMDAL (Per-MenLH Nomor 11 Tahun 2006), kegiatan SUTT ≤150 kV tidak lagi termasuk sebagai kegiatan yang diwajibkan menjalani pro-ses AMDAL. Untuk skala kegiatan transmisi yang bertegangan lebih tinggi, misalnya saluran transmisi 500 kV (SUTET), proses AMDAL masih wajib dijalani.
Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) sudah menetapkan berbagai jenis kegiatan yang dalam perenca-naannya diwajibkan untuk menjalani proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL). Sementara itu, kegiatan yang tidak masuk dalam daftar wajib-AMDAL, diharuskan untuk menyusun upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup yang dituangkan dalam dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan
Hidup (UKL- UPL).
Dokumen UKL-UPL, sesuai namanya, berisi uraian dari upaya yang akan dilakukan pemrakarsa dalam 1) mengelola berbagai potensi dampak positif dan negatif dari usulan kegiatannya, dan 2) memantau
MAKNA UKL-UPL
Photo: Rangga Prana
Proses AMDAL menghasilkan 4 (empat) jenis dokumen, yaitu do-kumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL), dokumen ANDAL, dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL), dan dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL). Sementara itu, dokumen UKL-UPL hanya terdiri dari 1 dokumen saja. Dokumen UKL-UPL disusun relatif lebih mudah, lebih cepat, dan lebih murah.
33
berbagai potensi dampak yang dikhawatirkan muncul dari usulan kegiatannya. Selain itu, dokumen UKL-UPL tersebut juga memuat deskripsi kegiatan yang direncanakan, identi-tas pemrakarsanya, dan surat pernyataan pemrakarsa untuk melaksanakan upaya-upaya tersebut.
Kewajiban untuk menyusun dokumen UKL-UPL umumnya ditujukan bagi kegiatan-kegiatan yang tidak menimbulkan dampak besar dan penting. Kegiatan-kegiatan wajib UKL-UPL umumnya memiliki skala kegiatan yang lebih kecil dari ke-giatan-kegiatan wajib-AMDAL. Berdasarkan Peraturan Men-teri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dileng-kapi dengan AMDAL, maka Pembangunan saluran transmisi ≤ 150 kV adalah kegiatan yang wajib UKL-UPL.
FUNGSI DOKUMEN UKL-UPL
Fungsi dokumen UKL-UPL dapat dilihat dari beberapa sisi. Dari sisi pemrakarsa, dokumen UKL-UPL berfungsi sebagai acuan untuk menyempurnakan desain dari usulan kegiat-annya. Selain itu, dokumen UKL-UPL berfungsi sebagai acuan untuk melakukan upaya pengelolaan dan peman-tauan dampak lingkungan secara rutin dan periodik dari kegiatan tersebut.Dari sisi pemerintah, UKL-UPL, pada umumnya, dipakai sebagai syarat untuk memberikan izin kepada pemrakarsa dan acuan pemerintah untuk melakukan pemantauan atas pelaksanaan kegiatan tersebut (lihat boks tentang Izin
dan Persetujuan Formal SUTT). Dalam hal ini, sebelum
izin dikeluarkan, instansi lingkungan hidup berkoordinasi dengan instansi teknis perlu memeriksa apakah upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang di-janjikan oleh pemrakarsa dianggap memadai.
Dokumen UKL-UPL memiliki fungsi yang setara dengan doku-men RKL-RPL. Keduanya berisi arahan rencana pengelolaan dan pemantauan berbagai potensi dampak lingkungan yang mung-kin timbul. Tidak benar anggapan bahwa dokumen UKL-UPL harus dibuat lebih rinci dan lebih bersifat operasional
dibanding-kan dengan dokumen RKL-RPL. g di adai.
Jenis izin dan persetujuan formal di Indonesia bermacam-macam. Ada yang dike-luarkan sesuai dengan tahapan pengembangan dari suatu kegiatan. Ada pula yang bersifat spesifi k untuk beberapa jenis kegiatan tertentu. Misalnya, izin pemanfaatan hutan, izin kuasa pertambangan, dan izin operasi industri. Saat ini banyak izin harus dikeluarkan oleh instansi teknis di tingkat pemerintah daerah Kabupaten/Kota. Tata cara perizinan di satu daerah mungkin saja berbeda dengan daerah lainnya. Izin pendirian menara di masing-masing daerah berbeda tergantung dari peraturan setempat. Dokumen UKL-UPL dibutuhkan pemerintah daerah saat ingin menyetujui lokasi penempatan menara yang diusulkan pemrakarsa. Atau saat ingin mengelu-arkan izin mendirikan bangunan untuk penyangga-penyangga itu. Informasi yang ada dalam UKL-UPL akan meyakinkan pemerintah daerah bahwa pemrakarsa telah memiliki serangkaian rencana upaya pencegahan dan penanggulangan berbagai dampak lingkungan yang mungkin muncul. Khususnya dampak yang berkaitan dengan masyarakat sekitar. Dalam surat-menyurat antara pemrakarsa dengan pe-merintah daerah tentang kesepakatan perlintasan, UKL-UPL ini dapat dijadikan se-bagai salah satu dokumen pelengkap
Boks: Izin dan Persetujuan Formal SUTT
Pembangunan gedung memiliki persetujuan formal dan izin yang bertahap. Dimulai dengan persetu-juan formal terhadap rencana penggunaan lahan dan denah bangunan. Persetujuan di tahapan itu diberikan berdasarkan kesesuaian rencana bangun-an dengbangun-an rencbangun-ana tata-rubangun-ang dbangun-an aturbangun-an tata bangunan di suatu kawasan. Lalu, sebelum kons-truksi dapat dilakukan, ada lagi izin yang umum dikenal sebagai Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Kemudian, sebelum bangunan dapat digunakan, ada pula Izin Pengunaan Bangunan (IPB).
35
Photo:
K
Dokumen UKL-UPL disiapkan pemrakarsa di tahap perencanaan, saat belum ada realisasi kegiatan di lapangan. Dengan demikian, upaya pengelolaan dan pemantauan dampak lingkungan bisa direncanakan untuk setiap dampak yang diprakirakan akan muncul di tahap prakonstruksi sampai tahap operasi suatu kegiatan. Bahkan untuk sebagian jenis kegiatan, sampai tahap paska-operasi.
Setelah kegiatan beroperasi, dokumen UKL-UPL juga sering dipakai pemerintah sebagai acuan melaksanakan pengawasan terhadap kegiatan pemrakarsa dan dampak lingkungan yang ditimbulkannya.
Boks: Kewajiban Pascapersetujuan
Saat kegiatan SUTT dimulai, pemrakarsa wajib untuk melaksanakan upaya pe-ngelolaan dan pemantauan lingkungan sebagaimana tercantum dalam doku-men UKL-UPL-nya. Secara periodik kemudian pemrakarsa juga wajib melaporkan hasil dari upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang dilakukannya. Frekuensi Laporan Pelaksanaan UKL-UPL bisa berbeda-beda, sesuai dengan ke-butuhan di daerah dan jenis kegiatan.
Laporan Pelaksanaan UKL-UPL yang baik seharusnya mampu menjelaskan dan membuktikan hal-hal berikut.
Bahwa semua upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang ada dalam dokumen UKL-UPL telah dijalankan dan efektif mencapai sasaran. Jika ada yang tidak dapat dijalankan atau tidak mencapai sasaran, laporan tersebut harus menjelaskan alasan dan jalan keluar yang ditawarkan. Bahwa tidak ada dampak lain yang muncul selain dari dampak yang telah
diperkirakan. Jika ada, hal tersebut perlu dijelaskan dalam Laporan Pelak-sanaan UKL-UPL.
Bahwa tidak ada aturan yang dilanggar oleh pelaksanaan kegiatan SUTT. Jika terjadi pelanggaran, perlu dijelaskan upaya yang telah dilakukan untuk memperbaiki kinerja lingkungan dan mencegah terulangnya pelanggaran tersebut.
Mencermati kecenderungan (trend) parameter lingkungan yang dipantau dari sejak laporan pertama sampai dengan laporan terakhir, untuk mengantisipasi kemungkinan adanya pencemaran atau kerusakan di masa mendatang. Laporan Pelaksanaan UKL-UPL sebaiknya juga memuat bukti-bukti yang dapat memperkuat keabsahan pelaporan. Bukti-bukti tersebut dapat berupa hasil wawancara atau tabulasi hasil survei masyarakat, foto dengan tanggal dan ke-terangan gambar, peta lokasi pemantauan, data Puskesmas atau Dinas Kesehat-an setempat, dKesehat-an bukti lainnya yKesehat-ang diKesehat-anggap penting.
37
Photo:
Mengikuti ketentuan dalam Pedoman Pelaksanaan UKL-UPL (Kepmen LH Nomor 86 Tahun 2002), dokumen UKL-UPL untuk kegiatan SUTT setidaknya harus memiliki sistematika dokumen seba-gaimana digambarkan dalam diagram berikut.
SISTEMATIKA DOKUMEN
Program Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (uraian lengkap tentang upaya untuk mengelola dan memantau berbagai potensi dampak SUTT; disampaikan secara ringkas dalam format matriks yang mudah dicerna)
Upaya Pengelolaan Dampak (langkah-langkah eliminasi, minimalisasi, maksimalisasi, pengendalian, penanggula-ngan, dan pemulihan, seperti penyesuaian jalur, pemberian kompensasi, perbaikan desain, dan lainnya sebagaimana diuraikan dalam Bagian 2 buku ini)
Upaya Pemantauan Dampak (langkah-langkah pemantauan untuk mengetahui besaran pengaruh dampak yang terjadi seperti pemantauan terhadap persepsi masyarakat, intensitas medan magnet dan medan listrik, dan lainnya sebagaimana diuraikan dalam Bagian 2 buku ini)
Tolok Ukur (nilai atau batasan dari parameter acuan yang digunakan untuk menilai makna dari hasil pemantauan)
Identitas Pemrakarsa (informasi umum tentang perusahaan dan personil penanggung jawab yang mem-prakarsai kegiatan SUTT)
Nama Perusahaan/Lembaga (nama resmi perusahaan pemilik SUTT)
Nama Penanggung Jawab Kegiatan (nama personil yang bertanggung jawab langsung atas pengemba-ngan kegiatan SUTT dan atas penyusunan dokumen UKL-UPL-nya)
Alamat Lengkap (alamat kantor dan nomor telepon/faks dari penanggung jawab kegiatan)
Dampak Lingkungan yang Akan Terjadi (uraian lengkap tentang dampak-dampak lingkungan yang mungkin ter-jadi dari kegiatan SUTT; disampaikan secara ringkas dalam format matriks yang mudah dicerna)
Sumber Dampak (komponen kegiatan yang berpotensi menjadi penyebab dampak, seperti penggunaan lahan, rekrutmen tenaga kerja, pendirian menara, dan lainnya sebagaimana diuraikan dalam Bagian 2 buku ini)
Komponen Lingkungan yang Terkena Dampak (komponen-komponen lingkungan hidup yang diperkirakan akan terkena dampak, seperti harga lahan dan bangunan, hubungan antarpenduduk, pendapatan masyarakat, kenyaman-an bermukim, kesempatkenyaman-an kerja, kondisi fi sik jalkenyaman-an, dkenyaman-an lainnya sebagaimkenyaman-ana diuraikkenyaman-an dalam Bagikenyaman-an 2 buku ini)
Besaran Dampak (ukuran kuantitatif atau kualitatif yang dapat menunjukkan besarnya potensi dampak terjadi pada suatu komponen lingkungan)
Keterangan (informasi yang dirasakan perlu untuk memperjelas uraian dari tiap-tiap potensi dampak, seperti lokasi sumber dampak, sebaran dampak, waktu dan durasi pemunculan dampak)
Infografi
s:
E.
Rencana Usaha atau Kegiatan (uraian ringkas tentang kegiatan SUTT yang sedang direncanakan, berikut diagram, peta, foto, dan gambar teknis yang dirasakan perlu untuk memperjelas uraian)
Nama Rencana Kegiatan (nama resmi kegiatan sesuai kesepakatan antara pemrakarsa dan instansi lingkungan)
Lokasi Rencana Kegiatan (nama administratif semua daerah yang dilalui SUTT, termasuk lokasi tapak menara dan wilayah Ruang Bebas)
Skala Kegiatan (besarnya tegangan listrik dan panjang total (kilometer) jalur SUTT yang direncanakan)
Garis Besar Komponen Rencana Kegiatan (komponen-komponen kegiatan SUTT yang berpotensi menimbulkan dampak lingkungan sebagaimana dijelaskan dalam Bagian 1 buku ini)
Rentang Waktu Kegiatan (lamanya waktu keberlangsungan setiap komponen kegiatan)
Tanda Tangan Penanggung Jawab Kegiatan
(bukti komitmen permrakarsa SUTT untuk melak-sanakan hal-hal yang diuraikan dalam dokumen UKL-UPL)
Walaupun tidak disyaratkan mutlak dalam peraturan, dokumen UKL-UPL kegiatan SUTT sebaiknya juga dilengkapi dengan penje-lasan mengenai rona lingkungan awal (lihat boks). Tidak lupa suatu dokumen UKL-UPL juga harus disertai dengan surat pernyataan yang ditandatangani penanggung jawab kegiatan.
KOMPONEN KEGIATAN SUMBER DAMPAK LOKASI SUMBER DAMPAK KOMPONEN LINGKUNGAN TERKENA DAMPAK PENGARUH DAMPAK SEBARAN DAMPAK DURASI Pemantauan
DAMPAK PARAMETERINDIKATOR/
Pembelian lahan Tapak menara Hak dan kepemilikan masyarakat
negatif Sepanjang jalur SUTT
Prakonstruksi Jumlah pen-duduk kehila-ngan tanah Perlintasan kendaraan Jalur menuju lokasi SUTT
Kualitas Udara negatif Jalur menuju dan Tapak Menara
3 bulan saat kon-struksi Baku mutu Debu dan kualitas udara Medan Magnet dan Medan Listrik Di bawah jalur transmisi Masyarakat di bawah jalur transmisi negatif Masyarakat di sekitar lokasi
6 bulan sekali saat operasi Baku mutu medan elektro-magnetik
MATRIKS PEMANTAUAN
MATRIKS PEMANTAUAN
Infografi s: E. SunandarBoks: Rona Lingkungan Awal
Informasi rona lingkungan sebaiknya dicantumkan dalam dokumen UKL-UPL untuk SUTT. Termasuk ke dalam informasi rona lingkungan tersebut antara lain adalah:
• kondisi topografi s dan geografi s di sepanjang jalur SUTT, terutama berhubungan dengan kestabilan tanah, kemiringan lereng,
• pola kepemilikan dan pemanfaatan lahan di seki-tar lokasi tapak menara dan ruang bebas, • keberadaan bangunan di sepanjang lokasi tapak
menara dan ruang bebas,
• kondisi sosial-ekonomi, terutama yang ber-hubungan dengan sumber pendapatan, tingkat pendidikan, dan keterbukaan masyarakat akan perubahan,
• kondisi kesehatan masyarakat sekitar, terutama jenis-jenis penyakit dengan prevalensi tinggi,
Menurut Direktorat Jenderal LPE, Departe-men Energi dan Sumber Daya Mineral,
pencantuman informasi tersebut akan sangat bermanfaat di kemudian hari. Salah satu contohnya, saat penanggung
jawab kegiatan menghadapi tuntutan kompensasi bangunan dari penduduk sekitar SUTT. Dengan adanya informa-si mengenai keberadaan bangunan di a w a l pembangunan SUTT, masalah pem-berian kompensasi bisa diletakkan dalam proporsi yang sebenarnya.
Dokumen UKL-UPL diserahkan pemrakarsa ke Instansi Lingkungan untuk diperiksa. Jika di-anggap sudah memadai, Instansi Lingkungan akan memberikan surat rekomendasi yang me-nyatakan bahwa rencana SUTT sudah memiliki rencana upaya pengelolaan dan pemantauan dampak lingkungan yang memadai. Bagian ini akan membahas berbagai hal yang berkaitan dengan pemeriksaan dokumen tersebut.
41 Photo: T aufi k Ismail
Pemeriksaan dokumen UKL-UPL bertujuan untuk memeriksa apakah upaya pengelo-laan dan pemantauan lingkungan yang direncanakan dan dijanjikan pemrakarsa su-dah dianggap memadai untuk tiap-tiap dampak yang mungkin ditimbulkan oleh usul-an kegiatusul-an SUTT-nya. Jika diusul-anggap memadai, pemrakarsa akusul-an memperoleh surat rekomendasi yang dapat dipakai untuk mengurus izin atau persetujuan lainnya.
PIHAK PEMERIKSA
Sama dengan untuk kegiatan-kegiatan lainnya, dokumen UKL-UPL untuk kegiatan SUTT juga diperiksa oleh Instansi Lingkungan. Dalam prosesnya, Instansi Lingkungan dapat mengajak wakil Instansi Teknis atau organisasi lainnya yang memahami kegiatan perlis-trikan.
WAKTU PEMERIKSAAN
Proses pemeriksaan dokumen UKL-UPL tidak sepanjang dan serumit penilaian AMDAL. Dengan penyampaian informasi yang sederhana dan lugas dalam UKL-UPL, pemeriksaan dokumen seharusnya juga dapat dilakukan dalam waktu yang singkat dan efi sien.
SEKILAS TENTANG PEMERIKSAAN
7 Hari Kerja