• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemberian Limbah Cair Tahu Terhadap Pertumbuhan Bibit Gaharu (Aquillaria malaccensis L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Pemberian Limbah Cair Tahu Terhadap Pertumbuhan Bibit Gaharu (Aquillaria malaccensis L.)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Pemberian Limbah Cair Tahu Terhadap Pertumbuhan Bibit

Gaharu (Aquillaria malaccensis L.)

Rabianur Mala Alisti, Herliani, Masitah

Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian limbah cair tahu terhadap pertumbuhan bibit gaharu (Aquillaria malaccensis L.). Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan enam kali ulangan. Perlakuan tersebut adalah P0 (kontrol), P1 (20% limbah cair tahu), P2 (40% limbah cair tahu), dan P3 (60% limbah cair tahu). Pengukuran tinggi dan jumlah daun dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu pada hari ke- 14, 28 dan 42. Pemberian Limbah cair tahu diberikan pada hari ke delapan setelah tujuh hari masa aklimatisasi sampai hari ke empat puluh dua dan dilakukan pengukuran tinggi dan jumlah daun terakhir. Hasil dari pengukuran tersebut dilakukan analisis varians diikuti dengan BNT 5%. Hasil analisis Fhitung untuk tinggi tanaman (7.42), sedangkan Fhitung untuk jumlah daun (5.20) > Ftabel (3.10). Berdasarkan hasil analisis ini, terbukti bahwa terdapat pengaruh pemberian limbah cair tahu terhadap pertumbuhan bibit gaharu (Aquillaria malaccensis L.), variasi konsentrasi limbah cair tahu memiliki perbedaan signifikan antara P1, P2, dan P3 terhadap P0. Kata kunci: limbah cair tahu, bibit gaharu

PENDAHULUAN

Produksi tahu menghasilkan limbah baik berupa padat maupun cair. Limbah padat dihasilkan dari hasil proses penyaringan dan penggumpalan, limbah ini sebagian besar oleh para pembuat tahu diolah menjadi tempe gembus, dan pakan ternak ada pula yang diolah menjadi tepung ampas tahu sebagai bahan baku pembuatan roti kering. Sedangkan limbah cairnya dihasilkan dari proses perendaman, pencucian, perebusan, pengempresan dan pencetakan. Hampir dari seluruh proses ini menghasilkan limbah yang berupa cair yang berakibat tingginya limbah cair tahu.

Limbah merupakan salah satu penyebab pencemaran lingkungan yang membawa dampak memburuknya kesehatan bagi mayarakat, hal tersebut disebabkan oleh limbah cair dari berbagai industri seperti industri pabrik tahu dalam proses produksinya menghasilkan limbah cair yang masih banyak mengandung unsur-unsur organik, dimana unsur organik itu mudah membusuk dan mengeluarkan bau yang kurang sedap sehingga selain mencemari air juga dapat mencemari udara sekitar pabrik produksi.

Bahan-bahan organik yang terkandung di dalam buangan industri tahu pada umumnya sangat tinggi. Senyawa-senyawa organik di dalam air buangan tersebut dapat berupa protein, karbohidrat, lemak dan minyak. Diantara senyawa-senyawa tersebut, protein dan lemak adalah yang jumlahnya paling besar. Protein mencapai 40-60%, karbohidrat 25-50%, dan lemak 10%. Air buangan industri tahu kualitasnya bergantung dari proses yang digunakan. Apabila air prosesnya baik, maka kandungan bahan organik pada air buangannya biasanya rendah. Komponen terbesar dari limbah cair tahu yaitu protein (Ntotal) sebesar 226,06-434,78 mg/L, sehingga masuknya limbah cair tahu ke lingkungan perairan akan meningkatkan total nitrogen di perairan tersebut. Adapun gas-gas yang biasa ditemukan dalam limbah tahu adalah gas nitrogen (N2),oksigen (O2), hidrogen sulfida (H2S), amonia (NH3), karbondioksida

(CO2) dan metana (CH4). Gas-gas tersebut berasal dari dekomposisi bahan-bahan

(2)

Limbah cair industri tahu yang berasal dari kacang kedelai dapat digunakan sebagai pupuk, karena mengandung unsur-unsur hara yang diperlukan untuk memperbaiki kesuburan tanah. Pupuk organik baik berbentuk padat maupun cair mempunyai fungsi yang penting yaitu untuk menggemburkan lapisan tanah permukaan (top soil), meningkatkan populasi jasad renik, mempertinggi daya serap dan daya simpan air, yang keseluruhannya dapat meningkatkan kesuburan tanah. Ada beberapa jenis pupuk organik yang berasal dari alam, yaitu pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, humus, pupuk hayati dan limbah industri pertanian (Anwar, 2006).

Gaharu dikelompokkan sebagai salah satu komoditi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) dengan bentuk berupa kayu gumpalan, serpihan serta serbuk yang di dalamnya terkandung kadar resin serta chromone yang bila dibakar akan mengeluarkan aroma yang khas (Sumadiwangsa, 1998).

Salampesi (2004), melaporkan bahwa masyarakat di wilayah Timur Tengah menggunakan gaharu untuk mengharumkan tubuh dan ruangan. Selain itu oleh masyarakat beragama Hindu dalam bentuk produk hio digunakan sebagai perlengkapan upacara ritual keagamaan.

Sejak sekitar tahun 2000 dengan berkembangnya ilmu dan teknologi industri serta perubahan paradigma pengobatan untuk kembali memanfaatkan bahan alami (back to nature), gaharu selain dibutuhkan sebagai bahan parfum dan kosmetik, juga dapat diproduksi sebagai bahan obat herbal untuk pengobatan stress, rheumatik, liver, radang ginjal dan lambung, bahan antibiotik TBC serta kanker dan tumor (Asgarin, 2004).

Sumarna (2002), menyatakan bahwa produksi gaharu semula dipungut masyarakat dengan memanfaatkan pohon yang telah mati secara alami. Akibat meningkatnya permintaan pasar dengan harga jual yang tinggi, masyarakat banyak memburu gaharu dengan cara menebang pohon yang hidup dan mencacah batang untuk mencari bagian kayu yang telah bergaharu. Hingga tahun 1998 produksi gaharu masih dapat mencapai sekitar 600 ton per tahun, tahun 2002 dengan kuota ekspor sekitar 300 ton hanya terpenuhi antara 10-15%, dan hingga akhir tahun 2004 dengan kuota antara 50-150 ton tidak tercatat data perdagangan ekspor gaharu dari Indonesia (Biro Pusat Statistik, 2004).

Sumarna (2002), melaporkan dalamupaya konservasi sumberdaya pohon penghasil gaharu, komisi Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) telah menetapkan genus Aquilaria spp. dan Gyrinops sp., masuk sebagai tumbuhan dalam Appendix II CITES. Untuk memulihkan status pembatasan ekspor dari kedua genus tersebut, perlu upaya pembinaan dengan produksi yang tidak tergantung kepada hutan alam, maka secara teknis dapat dibina melalui pembudidayaan.

Sumarna dan Santoso (2004), melaporkan bahwa tanaman pohon penghasil gaharu dapat dikembangkan dengan menggunakan benih, anakan alam serta pengembangan secara vegetatif dengan stek pucuk, cangkok atau kultur jaringan.

Usaha yang dilakukan untuk mendukung tersedianya tanaman dalam upaya pembudidayaan tanaman karas (Aquillaria malaccensis L.) berkualitas, maka salah satu upaya penyediaan bibit yang berkualitas perlu didukung oleh tersedianya media tanam yang baik serta tersedianya hara yang menunjang pertumbuhan bibit hingga siap tanam. Dalam upaya mempertahankan posisi indonesia sebagai produsen gaharu serta upaya melestarikan sumberdaya pohon penghasil gaharu, upaya budidaya

(3)

terhadap jenis-jenis pohon penghasil yang bernilai komersial tinggi perlu dikembangkan, baik di wilayah in-situ maupun pada berbagai lahan kawasan ex-situ yang memiliki kesesuaian tumbuh optimal (Sumarna dan Santoso, 2006).

Seiring dengan kebutuhan untuk tujuan pembudidayaan bahan tanaman yang memiliki nilai jual tinggi yaitu pohon penghasil gaharu, dapat dikembangkan dengan memanfaatkan potensi benih dari pohon induk alami yang masih cukup tersedia di hutan alam produksi dengan kendala fenologis, berupa sifat benih yang rekalsitran dan memiliki masa dormansi rendah serta embrio atau benih rentan terhadap kekeringan (Fitter dan Hay, 1992).

Berdasarkan uraian tersebut peneliti ingin mengetahui “Pengaruh Pemberian Limbah Cair Tahu Terhadap Pertumbuhan Bibit Gaharu (Aquillaria malaccensis L.) dengan berbagai perlakuan”.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Pemberian Limbah Cair Tahu untuk Pertumbuhan Bibit Gaharu (Aquillaria malaccensis L.) Penelitian ini dilaksanakan di Jl. Kadrioening Blok. C Samarinda, penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari – Mei 2016. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan menggunakan 4 perlakuan termasuk kontrol dengan konsentrasi air limbah tahu yang berbeda (20%, 40%, 60%). Penelitian ini diulang sebanyak 6 kali diperoleh dari persamaan sebagai berikut :

( t – 1 ) ( r – 1 ) ≥ 15 ( 4 – 1 ) ( r – 1 ) ≥ 15 3r – 3 ≥ 15 3r ≥ 18 r ≥ 6 Keterangan : t : Perlakuan r : Pengulangan

Berdasarkan penggunaan teknik Rancangan Acak Lengkap (RAL),Tata letak objek penelitian diletakkan secara beracak dan tidak berdasarkan perlakuan yang diberikan, berikut posisi objek penelitian.

P0U1 P3U5 P0U3 P2U6 P0U4 P2U1

P1U2 P0U2 P1U1 P0U5 P2U5 P0U6

P2U3 P1U3 P3U1 P3U3 P1U6 P3U6

P3U4 P2U4 P2U2 P1U4 P3U2 P1U5

Gambar 4. Denah tata letak objek penelitian yang dilakukan secara acak.

Data yang dikumpulkan adalah dengan cara menghitung tinggi tanaman dan jumlah daun yang dilakukan pada hari ke-14, 28, dan hari ke-42 setelah bibit melalui tahapan aklimatisasi dan pemindahan kedalam kantong plastik (polybag). Setelah data diperoleh dari hasil perhitungan yang dilakukan pada hari yang telah ditentukan, maka data akan dibuat dalam bentuk tabulasi.

Setelah dilakukan perhitungan tinggi tanaman dan jumlah daun bibit gaharu menggunakan Uji Homogenitas dan Uji Normalitas maka sampel dinyatakan berdistribusi normal dan bersifat homogen. Setelah melalui beberapa serangkaian pengujian sampel sebelum diberikan perlakuan, maka sampel tersebut akan memasuki tahap aklimatisasi terlebih dahulu yaitu tahap adaptasi atau penyesuaian dengan

(4)

lingkungan yang baru dan proses aklimatisasi ini berlangsung selama 7 hari. Proses aklimatisasi ini diawali dengan pemindahan bibit gaharu kedalam kantong plastik (polybag) yang baru, dan selama proses aklimatisasi atau adaptasi ini berlangsung bibit gaharu hanya disiram menggunakan air yaitu pada pagi dan sore hari pukul 06.00 WITA. Selain proses penyesuaian dengan lingkungan baru, pada tahap ini juga akan dilakukan penyulaman atau penyisipan apabila terdapat bibit gaharu yang abnormal (mati).

Tahapan selanjutnya saat proses aklimatisasi selesai adalah pemberian perlakuan limbah cair tahu dengan konsentrasi yang berbeda-beda yaitu (20%, 40% dan 60%), dengan penyiraman atau pemberian perlakuan ini dilakukan seminggu 3 kali pada pagi dan sore hari pukul 06.00 WITA dan sisanya (selain hari pemberian perlakuan) hanya disiram menggunakan air. Pada pemberian perlakuan limbah cair tahu nantinya akan dicampurkan air terlebih dahulu sehingga setiap bibit tanaman akan mendapatkan 100ml (percampuran limbah cair tahu dengan air), misalnya konsentrasi 20% maka limbah tahu nya 20 ml dicampur dengan air sebanyak 80 ml dan jumlah totalnya adalah 100ml, sehingga setiap perlakuan 1 (20%) dengan ulangan sebanyak 6 kali akan mendapatkan 100ml percampuran limbah cair tahu dengan air perbibit tanaman, begitu seterusnya dengan perlakuan 2 (40%) dan perlakuan 3 (60%). Limbah cair tahu yang digunakan dalam memberikan perlakuan adalah limbah cair tahu yang sebelumnya sudah difermentasikan (dimalamkan) selama 1 malam sebelumnya. Limbah cair tahu ini diperoleh dari pabrik tahu milik pak kasmo yang berada di Jl. selili samarinda. Pabrik tahu milik pak kasmo ini beroperasi setiap hari dari pukul 03.00 dini hari – 11.00 siang, limbah cair tahu ini biasanya hanya akan dibuang langsung ke aliran sungai tanpa diolah terlebih dahulu. Pemberian perlakuan pertama pada tanggal 21 maret 2016 pada pukul 06.00 WITA. Selain pemberian perlakuan dengan limbah cair tahu bibit gaharu juga diberikan pupuk NPK dan effective microorganisme (E-M4) yang diberikan 2 minggu sekali secara berselang-seling.

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka peneliti melakukan analisis dimana besar hasil │ỹi - ỹ’i │> nilai BNT 5% (3.80) maka antara ỹi dengan ỹ’i disimpulkan bahwa terdapat perbedaan nyata dilihat dari hasil yang diperoleh dari P3

(60%) menunjukan hasil yang sangat berbeda nyata dengan P0 (kontrol/0%) sebagai pembanding. Begitu juga dengan P2 (40%) dan P1 (20%) menunjukan hasil berbeda

nyata dengan P0 (kontrol/0%) sebagai pembanding.

Tabel 1. Hasil Anaysis of Varians (ANOVA) Jumlah Daun Bibit Gaharu Setelah 42 Hari Diberikan Perlakuan Limbah Cair Tahu.

Sumber Varian

Derajat Bebas (dB)

Jumlah Kuadrat F hitung F tabel

Kuadrat (JK) Tengah (KT)

Perlakuan 3 814.125 271.375

Galat 20 1042.833 52.14167 .204571 3.10

Total 23 1856,958

Berdasarkan data pada tabel diperoleh bahwa Fhitung (5.20) ˃ Ftabel (3.10) taraf

signifikan 5%, dengan demikian dapat diketahui bahwa ada pengaruh pemberian limbah cair tahu terhadap pertambahan jumlah daun bibit gaharu. Selanjutnya karena

(5)

hasil perhitungan Analysis of Varians (ANOVA) menunjukan nilai yang positif, maka dilanjutkan dengan Uji Nilai Terkecil (BNT) dengan taraf signifikansi 5%.

Uji Nilai Terkecil (BNT) bertujuan untuk membandingkan nilai rata-rata dari perlakuan sehingga diketahui ada tidaknya perbedaan dari rata-rata perlakuan yang ada. Dikatakan ada perbedaan jika rata-rata jika µi - µj ˃ BNT, jika sebaliknya maka dapat dikatakan bahwa nilai rata-rata masing-masing perlakuan tidak berbeda. Dengan hasil perhitungan disajikan dalam tabel 2 :

Tabel 2. Hasil Uji Lanjut Beda Nyata Terkecil Pengaruh Pemberian Limbah Cair Tahu Terhadap Pertumbuhan Bibit Gaharu.

Perlakuan (%) Rata-rata Perlakuan (%) BNT 5% 0 20 40 60 15,83 27,67 24,67 31,67 0 15,83 0 7,19 20 27,67 11,84** 0 40 24,67 8,84** 3ns 0 60 31,67 15,84** 4ns 7ns 0

Keterangan : ** Berbeda sangat nyata, ns : non signifikan.

Karena sebagian besar hasil │ỹi - ỹ’i │> nilai BNT 5% (7.19) maka antara ỹi dengan ỹ’i dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan nyata dilihat dari hasil yang diperoleh dari P3 (60%) menunjukan hasil yang signifikan atau berbeda sangat nyata dengan P0 (kontrol/0%) sebagai pembanding. Begitu juga dengan P2 (40%) dan P1

(20%) menunjukan hasil yang berbeda nyata dengan P0 (kontrol/0%) sebagai

pembanding, bila dilihat dari masing-masing perlakuan konsentrasi.

Pada P1 konsentrasi (20%) menunjukan perbedaan yang signifikan secara

statistik perbedaan tersebut dianggap berbeda nyata. Begitu pula dengan P2 konsentrasi (40%) dan P3 konsentrasi (60%) yang juga menunjukan perbedaan yang

signifikan, sehingga secara statistik dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat nyata mengenai pemberian limbah cair tahu terhadap bibit gaharu pada setiap konsentrasi antar setiap perlakuan.

Hasil pengukuran atau pengambilan data dengan mengukur tinggi tanaman bibit gaharu dan menghitung jumlah daun setiap perlakuan dengan 6 kali ulangan dapat dilihat pada Gambar 1.

(6)

Gambar 1. Hasil Pengukuran Tinggi Bibit Gaharu

Berdasarkan Gambar 1 diketahui bahwa pengukuran atau pengambilan data terakhir yang dilakukan pada hari ke- 42 juga memperlihatkan pertumbuhan tinggi tanaman dan pertambahan jumlah daun bibit gaharu yang signifikan pada setiap perlakuan. Adapun pertumbuhan tinggi tanaman bibit gaharu yang optimal pada perlakuan ke 3 yaitu konsentrasi 60% ulangan ke 5 dengan tinggi tanaman 44 cm, sedangkan pertambahan jumlah daun yang optimal juga terlihat pada perlakuan ke 3 yaitu konsentrasi 60% ulangan ke 3 dengan jumlah daun sebanyak 40 helai.

PEMBAHASAN

Hasil yang didapatkan kemudian di analisis menggunakan Analysis of Varians (ANOVA). Dari perhitungan menunjukan nilai untuk tinggi tanaman bibit gaharu yaitu Fhitung (7.42) > Ftabel (3.10) dengan taraf signifikansi 5%, sedangkan nilai untuk jumlah

daun bibit gaharu yaitu Fhitung (5.20) > Ftabel (3.10) sehingga memperlihatkan adanya

pengaruh pemberian limbah cair tahu terhadap pertumbuhan bibit gaharu (Aquillaria malaccensis L.) . Karena Ho telah ditolak maka selanjutnya ingin diketahui antar perlakuan (rata-rata) yang berbeda nyata, maka untuk mengetahui hal tersebut dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil.

Karena sebagian besar hasil │ỹi - ỹ’i │> nilai BNT 5% (1.725), maka antara ỹi dengan ỹ’i disimpulkan terdapat perbedaan nyata dilihat dari hasil yang diperoleh dari P3 (60%) menunjukan hasil yang signifikan atau sangat berbeda nyata dengan P0

(kontrol/0%) sebagai pembanding. Begitu juga dengan P2 (40%) dan P1 (20%)

menunjukan hasil yang sangat berbeda nyata dengan P0 (kontrol/0%) sebagai

pembanding.

Berdasarkan hasil perhitungan secara Analysis of Variance (ANOVA) dan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dapat dilihat adanya pertambahan tinggi tanaman dan jumlah daun pada bibit gaharu serta adanya perbedaan rata-rata dalam pertambahan tinggi dan jumlah daun bibit gaharu yang diberikan antar perlakuan. Perbedaan ini diakibatkan adanya perbedaan konsentrasi limbah cair tahu yang diberikan.

Pengukuran tinggi tanaman dan jumlah daun dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pada hari ke 14, 28 dan 42 hari. Untuk hasil pengukuran pertama (hari ke-14)

(7)

pertumbuhan tinggi tanaman yang optimal terlihat pada P2 (40%) ulangan ke 5 yaitu 39

cm, sedangkan pertambahan jumlah daun terlihat pada P3 (60%) ulangan ke 3 yaitu 33

helai. Untuk hasil pengukuran kedua (hari ke-28) pertumbuhan tinggi tanaman yang optimal terlihat pada P3 (60%) ulangan ke 5 yaitu 40cm, sedangkan pertambahan

jumlah daun terlihat pada P1, P2, dan P3 (terkecuali kontrol) ulangan ke 4, 3, 3 yaitu 31 helai. Begitu pula dengan hasil pengukuran terakhir atau ke tiga (hari ke-42) pertumbuhan tinggi tanaman yang optimal terlihat pada P3 (60%) ulangan ke 5 yaitu 44

cm, sedangkan pertambahan jumlah daun yang optimal terlihat pada P3 (60%) ulangan

ke 3 yaitu 40 helai.

Pengaruh yang diberikan limbah cair tahu terhadap pertumbuhan bibit gaharu baik pertambahan tinggi maupun jumlah daunya disebabkan limbah cair tahu tersebut masih mengandung beberapa senyawa yang masih berguna bagi tumbuhan dan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk alternatif. Dimana limbah tersebut juga banyak mengandung mineral contohnya P, K, Ca, Mg, Na, Fe, Zn dan berkolaborasi dengan beberapa mikroorganisme yang diperoleh dari hasil fermentasi limbah cair tahu. Selain itu, mengandung gula dengan kadar yang rendah yaitu berkisar 0,7-0,9% (Warisno & Dahana, 2009).

Berdasarkan kandungan dan dekomposisi mikroorganisme yang terdapat dalam limbah cair tahu dapat dimanfaatkan dalam pertumbuhan beberapa tanaman. Salah satunya penelitian yang berjudul Pemanfaatan Limbah Cair Tahu Untuk Peningkatan Hasil Tanaman Petsai (Brassica chinensis). Dalam penelitian ini hasil statistik yang diperoleh menunjukan pengaruh limbah cair tahu untuk pertumbuhan tanaman petsai serta pertumbuhan yang paling optimal terdapat pada konsentrasi 20% dengan persentase 64,34% (Asmoro,2008).

Lestari (2015), juga membuktikan dalam penelitianya yang berjudul Pengaruh Pemberian Limbah Cair Tahu Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi Caisim (Brassica juncea L.). Berdasarkah hasil statistika yang diperoleh pemberian limbah cair tahu pada konsentrasi 20% menunjukan pengaruh yang nyata dari konsentrasi 10% dan 30%. Hal ini berarti perlakuan dengan memberikan limbah cair tahu dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman sawi caisim (Brassica juncea L.) dengan konsentrasi yang paling optimal yaitu konsentrasi 20%.

Pemberian limbah cair tahu juga memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap pertumbuhan bibit gaharu yang mana terlihat adanya pertambahan tinggi tanaman dan jumlah daun setiap minggunya. Hal ini juga disebutkan dalam pengertian mengenai pertumbuhan suatu tumbuhan yang menyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan adalah proses pertambahan ukuran, bentuk, jumlah daun serta volume yang diiringi dengan proses menuju kedewasaan. Pertumbuhan tanaman dapat didefinisikan sebagai peristiwa perubahan biologis yang terjadi pada tanaman berupa perubahan ukuran, bentuk dan volume yang bersifat irreversible (tidak berubah kembali ke asal atau tidak dapat balik).

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan data hasil penelitian yang telah di analisis menggunakan Analysis of Varians (ANOVA) dengan taraf kepercayaan 95%, Fhitung untuk tinggi tanaman

(8)

disimpulkan bahwa limbah cair tahu memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan bibit gaharu (Aquillaria malaccensis L.), yaitu ditandai dengan pertambahan tinggi dan jumlah daun.

Konsentrasi yang paling optimal untuk pertumbuhan tinggi tanaman adalah konsentrasi 60% dengan tinggi 40cm, sedangkan konsentrasi yang paling optimal untuk pertambahan jumlah daun adalah konsentrasi 60% dengan jumlah daun sebanyak 40 helai.

DAFTAR RUJUKAN

Anwar, E. K. dan H. Suganda. 2006. Pupuk Limbah Industri. Dalam Simanungkalit, R. D. M., D. A. Suriadikarta, R. Saraswati, D. Setyorini, dan W. Hartatik (Eds). Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Badan Litbang Pertanian. P.83-112.

Asgarin. 2004. Tata Niaga Perdagangan Gaharu Indonesia. Asosiasi Gaharu Indonesia, Temu Pakar, Rencana Strategis (Renstra) Pengembangan Komoditi Gaharu. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. Jakarta. Asahan Budidaya Gaharu. 2010, Gaharu: Pohon Eksekutif Akan diproduksi Secara

Lestari di Indonesia, tersedia online http://asahangaharu.blogspot.com/. Di akses tanggal 06 Januari 2016.

Biro Pusat Statistik. 2004. Data Perdagangan Komoditi Hasil Hutan Tahun 2004. Departemen Perdagangan dan Perindustrian. Jakarta.

Damayanti, A.,Hermana, J. Masduqi, A.2004. Analisis Resiko Lingkungan dari Pengolahan Limbah Pabrik Tahu Dengan Kayu Apu. Jurnal Purifikasi 5 (4) : 151-156

Desiana, C. 2013. Pengaruh Pupuk Organik Cair Urin Sapi dan Limbah Tahu Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.) 114-115

Fahrudin, Fuat. 2009. Budidaya Caisim Menggunakan Ekstrak Teh dan Pupuk Kascing. Surakarta : UNS

Fitter, A.H. dan R.K. Hay. 1992. Environmental Physiology of Plants. Departement of Biology University of York, England.

Herlambang. A. 2002. Teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu. Pusat pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan (BPPT) dan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Samarinda.

Kafadi, N.M. 1990. Memproduksi Tahu Secara Praktis. Surabaya: Karya Anda

Kaswinarni, 2007. Kajian Teknik Pengolahan Limbah Padat dan Cair Industri Tahu. Tesis Ilmu Lingkungan UNDIP: Semarang.

Lisnasari, S.F, 1995. Pemanfaatan Gulma Air (Aquatic Weeds) Sebagai Upaya Pengolahan Limbah Cair Industri Pembuatan Tahu . thesis master.Program pasca sarjana USU, Medan.

Moertinah, S & Djarwanti. 2003. Penelitian Identifikasi Pencemaran Industri Kecil Tahu-Tempe Di Kelurahan Debong Tengah Kota Tegal Dan Konsep Pengendaliannya. Laporan Penelitian. Badan Penelitian Dan Pengembangan Industri Semarang.

Naswir. 2008. Pemanfaatan urine sapi yang difermentasi sebagai nutrisitanaman. naswirauoei@yahoo.com. Diakses tanggal 05 Januari 2016.

Novri, Stevanus. 2014. Budidaya Pohon Penghasil Gaharu (Aquillaria malaccensis) di Kenagarian Pilubang, Kecamatan Harau, Kabupaten 50 Kota, Provinsi Sumatera Barat. 001-004.

(9)

Pranata, A.S. 2004. Pupuk Organik Cair Aplikasi Dan Manfaatnya. Jakarta: Agromedia Pustaka

Rossiana, N. 2006. Uji Toksisitas limbah cair tahu sumedang terhadap reproduksi Daphnia carinata KING. Bandung : Universitas Padjajaran. Diakses tanggal 06 Januari 2016.

Salampesi, F. 2004. Tata Niaga Perdagangan Gaharu di Indonesia. Asosiasi Gaharu Indonesia. Prosiding lokakarya Budidaya dan Pengembangan Komoditi Gaharu. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. Jakarta.

Samekto, R. 2008. Pemupukan . Yokyakarta : PT.Aji Cipta Pratama.

Santoso, E dan Y. Sumarna 2006. Budidaya dan Rekayasa Produksi Gaharu pada Jenis Pohon Penghasil Gaharu. Bogor: Pulitbang Hutan Konservasi Alam.

Satria B. 2010, Tanaman Gaharu Yang Terlupakan, tersediaonline

http://gaharubennisatria.blogspot.com/2010/06/tanamangaharu-yang terlupakan.html. Di akses tanggal 05 Januari 2016.

Sutejo, M.M. 1990. Pupuk dan cara pemupukan. Jakarta: Rineka Cipta

Sumadiwangsa, E. 1998. Prospek Pengembangan Komoditas Gaharu. Prosiding Lokakarya Pengembangan Gaharu. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Universitas Mataram.

Sumarna, Y. 2012. Pembudidayaan Pohon Penghasil Gaharu. Departemen Kehutanan. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kehutanan Pusat Litban Produktifitas Hutan. Bogor.

Sumarna,Y.2002.BudidayaGaharu.SeriAgribisniPenebarSwadaya. Jakarta.

Sumarna, Y. dan E. Santoso. 2004. Budidaya dan Rekayasa Pengembangan Produksi Gaharu. Makalah Sosialisasi Gaharu di Provinsi Sumatera Utara. Biro Kerjasama Luar Negeri dan Investasi. Sekretariat Jenderal Departemen Kehutanan, Jakarta. Simanungkalit. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Bogor: Balai Besar

Penelitian dan Pengembangan Sumber daya Lahan Pertanian Triyanto. 2008. Pengaruh Konsetrasi Dan Lama Fermentasi Ampas Tahu

Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Selada (Lactuca Sativa) Secara Hidroponik. Agrosains 10(2): 62-68

Utomo, A.S. 2007. Pembuatan Kompos Dengan Limbah Organik. Jakarta: CV Sinar Cemerlang Abadi

Warisno, S. Dan Dahana, K. 2009. Inspirasi Usaha Membuata Aneka Nata. Jakarta : Agromedia Pustaka.

Yuliarti, N. 2009. 1001 Cara Menghasilkan Pupuk Organik. Yogyakarta: Lily Publiser.

Gambar

Gambar 4. Denah tata letak objek penelitian yang dilakukan secara acak.
Tabel 1.   Hasil Anaysis of Varians  (ANOVA) Jumlah Daun  Bibit Gaharu Setelah 42 Hari Diberikan  Perlakuan Limbah Cair Tahu
Tabel 2.  Hasil Uji Lanjut Beda Nyata Terkecil Pengaruh Pemberian Limbah Cair Tahu Terhadap  Pertumbuhan Bibit Gaharu
Gambar 1. Hasil Pengukuran Tinggi Bibit Gaharu

Referensi

Dokumen terkait

Cerpen Nyiak Agus menyampaikan norma milenial, yang dinyatakan dengan ungkapan ―perantau yang berhasil adalah perantau yang membawa uang banyak‖.

Kegiatan Survei dilakukan di kawasan yang diduga pada masa Pendudukan Jepang merupakan pusat aktivitas romusha , terutama kawasan Gunungmadur dan sekitarnya yang

Skripsi yang berjudul “PEROLEHAN HAK MILIK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DARI HARTA WARISAN DENGAN AKTA HIBAH WASIAT YANG DIBUAT PPAT SEMENTARA” ini secara umum bertujuan

Metode clustering algoritma k- means dapat diterapkan pada kubikasi air terjual berdasarkan pengelompokan pelanggan di PDAM Kab.50 Kota, sehingga metode ini sangat

Aturan yang mengatur tentang tindak pidana korupsi kaitannya dengan gratifikasi, dapat disimpulkan bahwa tidak benar dalam atuan tersebut melarang memberikan hadiah

a. Mahasiswa tidak diikutsertakan dalam kegiatan yang diadakan oleh Balai Pengembangan Multimedia Pendidikan dan Kebudayaan sehingga kurangnya program

Penelitian tentang hubungan fear of failure dengan persepsi mahasiswa terhadap harapan orang tua telah dilakukan oleh Hidayah (2012) hasil penelitiannya

Salawat serta salam tidak lupa penulis sampaikan kepada Rasulullah SAW yang telah membimbing umat manusia kepada jalan yang benar, sehingga penulis dapat