• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN GARAM TERHADAP LAJU KOROSI DENGAN METODE POLARISASI DAN UJI KEKERASAN SERTA UJI TEKUK PADA PLAT BODI MOBIL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN GARAM TERHADAP LAJU KOROSI DENGAN METODE POLARISASI DAN UJI KEKERASAN SERTA UJI TEKUK PADA PLAT BODI MOBIL"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui laju korosi akibat pengaruh konsentrasi larutan garam dalam hal ini NaCl 3%, 4% dan 5% untuk mensimulasikan lingkungan di daerah pesisir pantai yang memiliki tingkat korosifitas lingkungan berbeda – beda dan mengetahui kekerasan serta tegangan bending dari plat bodi mobil.

Pada penelitian ini spesimen yang digunakan berupa tiga plat bodi mobil yang beredar di Indonesia yaitu plat mobil Eropa / Plat M, plat mobil Jepang / Plat C dan plat mobil Indonesia / Plat T. uji polarisasi menggunakan alat potensiostat versastat 4, dilakukan pula uji imersi sebagai pembanding uji polarisasi sedangkan Untuk pengujian kekerasan meggunakan alat micro hardness vickers dan untuk uji tekuk menggunakan alat uji bending.

Hasil pengujian polarisasi didapatkan laju korosi terendah terdapat pada larutan NaCl 3% yaitu Plat M sebesar 3.0671 mpy. Dan yang tertinggi terdapat pada larutan NaCl 5% plat T sebesar 10.39 mpy, sedangkan pada pengujian imersi didapatkan laju korosi terendah pada larutan NaCl 3% yaitu plat M sebesar 0.9149 mpy lama pencelupan 240 jam dan yang tertinggi terdapat pada larutan NaCl 5% plat T 3.4161 mpy lama pencelupan 80 jam. Hasil pengujian microhardness vickers didapatkan specimen T memiliki kekerasan terbesar yakni 156,6 HV (81,7 HRb) kemudian specimen C = 125,2 HV (71,2 HRb) dan yang terkecil specimen M sebesar 120,2 HV (66,7 HRb), sedangkan pada pengujian bending didapatkan tegangan bending terbesar specimen T = 613,750 N/mm2 kemudian specimen M sebesar 321,116 N/mm2, specimen C memiliki tegangan bending terkecil sebesar 239,257 N/mm2. Kata kunci:laju korosi, NaCl , polarisai, imersi, plat bodi mobil

I. PENDAHULUAN

emajuan industri di Indonesia sangat pesat,hal ini membuat teknologi semakin maju. Namun tak bisa dipungkiri bahwa tiap – tiap industri pasti punya masalah yang tidak sedikit. Masalah yang hampir selalu ada adalah korosi. Korosi menyerang disemua industri tanpa pandang bulu.

Korosi tidak pernah berhenti. Chamberlain (1991) menyatakan bahwa korosi merupakan kerusakan material yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan sekelilingnya. Adapun proses korosi yang terjadi disamping oleh reaksi kimia, juga diakibatkan oleh proses elektrokimia yang melibatkan perpindahan elektron – elektron, entah dari reduksi ion logam maupun pengendapan logam dari lingkungan sekeliling. Di

sini yang dimaksud dengan lingkungan sekelilingnya dapat berupa lingkungan asam, udara, embun, air laut, air danau, air sungai.

Plat bodi mobil sering bersentuhan langsung dengan lingkungan yang bersifat korosif dan menyebabkan pembentukan dan pengeringan lapisan tipis elektrolit. Terjadinya proses evaporasi dengan air laut inilah yang dapat menyebabkan terjadinya korosi pada bodi mobil. Hal ini merupakan masalah serius bagi para produsen otomotif untuk lebih meningkatkan kualitas produksinya terhadap ketahanan korosi. Perbaikan secara struktur dalam mobil dan pemilihan material yang tahan terhadap korosi akibat air laut diperlukan oleh produsen otomotif.

Penelitian tugas akhir ini dilakukan untuk mengukur laju korosi yang terjadi kepada tiga plat bodi mobil dari merk yang berbeda yakni spesimen T dari indonesia, spesimen M dari Eropa kemudian spesimen C dari Jepang dan larutan garam untuk mengetahui ketahanan korosi yang ditunjukkan dengan laju korosinya. Pada penelitian ini akan lebih difokuskan pada pengaruh larutan NaCl 3%, 4% dan 5% sebagai asumsi daerah pesisir pantai di Indonesia yang memiliki kondisi lingkunganyang berbeda – beda terhadap ketahanan korosi pada plat bodi mobil. Selain itu juga dilakukan pengujian kekerasan dan bending untuk mengetahui sifat-sifat mekanik diantara tiga plat bodi mobil tersebut.

II. EKSPERIMENTALPENELITIAN 2.1 BahandanAlat

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah material bodi mobil dari berbagai Negara yaitu Plat bodi mobil dari Indonesia sebagai spesimen T, Plat bodi mobil dari Eropa sebagai spesimen M, dan Plat bodi mobil dari Jepang sebagai spesimen C. Larutan garam yang digunakan adalah NaCl 3% , 4% dan 5% digunakan sebagai larutan pengkorosi dalam uji laju korosi pada spesimen plat bodi mobil. Remover berfungsi untuk menghilangkan lapisan cat, dan pengotor lainnya. Alat yang digunakan adalah OES (Optical Emission Spectroscopy) untuk uji komposisi bodi mobil pada awal penelitian, uji korosi menggunuakan potensiostat Versastat 4, microhardness Vickers dan alat uji bending untuk uji kekerasan dan tekuk.

2.2 Preparasi Spesimen Uji Polarisasi

Spesimen diukur dengan penggaris kemudian plat body mobil dipotong dengan dimensi diameter 15mm dan tebal 0.8 mm untuk spesimen T, dan spesimen C. Dan 1 mm

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN GARAM

TERHADAP LAJU KOROSI DENGAN METODE

POLARISASI DAN UJI KEKERASAN SERTA UJI

TEKUK PADA PLAT BODI MOBIL

Abdul Latif Murabbi,Sulistijono

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember,Sukolilo,Surabaya 60111

E-mail: ssulistijono@mat-eng.its.ac.id

(2)

untuk spesimen M, Ketebalan spesimen tidak berpengaruh terhadap uji polarisasi potensiostat karena yang dikorosikan adalah bagian permukaan spesimen yang terekspos ke larutan elektrolit.Potongan material tersebut selanjutnya disambung dengan kawat tembaga pada salah satu sisinya (panjang +20 cm). Agar kawat tembaga tidak terekspos lingkungan, maka kawat tembaga perlu dibungkus dengan selang plastik. Setelah kawat tembaga tersambung dilakukan moulding pada benda uji dengan resin epoksi, dengan sisi yang tidak tersambung kawat tembaga terekspos pada lingkungan. Setelah proses moulding selesai dilakukan, permukaan benda uji yang terekspos dengan lingkungan dihaluskan dengan kertas gosok mulai grade 200,400 sampai dengan grade 800, sehingga didapatkan permukaan benda uji yang rata dan halus.

2.3Uji Polarisasi

Parameter yang digunakan dalam uji polarisasi ini terdapat pada Tabel 1

Tabel 1 Parameter Potensiostat

Parameter Values Initial Potensial - 0,5 V Final Potensial 0,5 V Step High 1 mV Step Time 0,1 s Scan Rate 10 WorkingElectrode

Type Electrode Solid Working Electrode

Area 1,766 cm

2

Reference Electrode

Type SCE

Corrosion rate (laju korosi) dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :

CR(mpy) = k Icorr EW / ρ

dengan k = Konstanta

CR : Laju korosi (mili in/yr)

Icorr : Densitas arus korosi (μA/cm2) EW : Berat equivalen material (gr) ρ : Densitas material (gr/cm3) 2.4 Uji Imersi

Metode pengukuran laju korosi dengan weight loss mengacu pada standart ASTM G4 sedangkan untuk proses cleansing¸ menggunakan standart ASTM G1. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui pengaruh larutan garam dan waktu perendaman terhadap laju korosi ketiga spesimen plat mobil yang sedang diteliti.

Pengujian dilakukan dengan cara merendam spesimen uji dalam wadah yang telah berisi larutan NaCl dengan konsentrasi yang berbeda, yaitu NaCl 3%, 4% dan 5% selama dalam waktu yang bervariasi yaitu, 80 jam, 120 jam, 160 jam, 200 jam dan 240 jam.

.

Gambar 1 Metode Immersi

Laju korosi dihitung dengan metode kehilangan berat ( weight loss ) dan laju korosi pada penelitian ini dinyatakan dengan satuan “mpy” (mills per year), menggunakan rumus

Laju Korosi = (K x W) / (D x A x T ) Dimana :

K = konstanta

W = berat yang hilang, (g, mg) D = density benda uji korosi, (g / cm3) A = luas permukaan, (cm2, mm2, in2) T = waktu, (jam)

III HASILDANPEMBAHASAN 3.1 Pengujian Komposisi

Pada pengujian komposisi ini menggunakan Optical Emission Spectrometry (OES). Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui komposisi kimia dari bodi mobil

Tabel 2Hasil Uji Identifikasi % Komposisi Berat Unsur Kimia Spesimen

M (%) C (%) T (%) C 0.017 0,001 - Si 0,003 - Mn 0,158 0,115 0,410 P 0,005 0,006 0,050 S 0,001 0,001 0,003 Cu 0,039 0,008 0,005 Ni 0,071 0,035 0.029 Cr 0,033 0,030 0,020 Mo 0,007 0,007 0,007 Ti - 0,027 - Al 0,028 0,009 0,043 B - - 0,001 Co 0,005 0,002 0,005

Pada tabel 2 di atas terdapat berbagai macam unsur kimia yang terdapat dalam masing-masing spesimen.Pada pengujian Optical Emission Spectrometry (OES) tersebut didapatkan unsur-unsur yang memiliki sifat tahan korosi yaitu Cr (Krom),Ni (Nickel)dan Cu (Tembaga) pada tiga spesimen tersebut.

Terlihat spesimen M memiliki kandungan unsur Cr,Ni dan Cu paling besar dibandingkan spesimen lain yakni 0,033% ; 0,071% ;0,039%.Sedangkan spesimen C dan T berturut-turut

(3)

-0,05 0 0,05 0,1 0,15 0,2 0 50 100 150 I ( A ) Waktu (s) Plat M Plat C Plat T 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 0 100 200 300 La ju Ko ro si (m p y) Waktu t/Jam NaCl 3% NaCl 4% NaCl 5%

memiliki kandungan sebesar 0,030% ; 0,035% ; 0,008% dan 0,020% ; 0,029% ; 0,005%.

Berdasarkan kandungan unsur , krom, nickel dan tembaga pada material tersebut, maka dapat di perkirakan bahwa spesimen T memiliki ketahanan korosi relatif rendah kemudian spesimen C ketahanan korosinya lebih baik dan spesimen M ketahanan korosinya paling baik karena memiliki kandungan unsur yang ketahanan korosinya paling besar. 3.2 Hasil Uji Polarisasi

Dari hasil uji polarisasi terhadap variasi larutan NaCl didapatkan didapatkan hasil seperti dibawah ini

Tabel 3

Spesimen Konsentrasi (%) Ecorr (Mv) Icorr (A) CR (mpy)

Plat M 3 4 -690,243 -883,179 11,833 23,134 3,0671 5,9964 5 -881,989 23,217 6,0179 Plat C 3 4 -825,777 -806,791 26,993 28,116 6,9968 7,2879 5 -899,236 29,894 7,7486 Plat T 3 -838,063 34,051 8,8261 4 -915,095 35,628 9,2349 5 -1,017 40,086 10,39

Berdasarkan Tabel 3 hasil pengujian polarisasi potensiostat didapatkan bahwa besarnya laju korosi sebanding dengan Icorr.Laju korosi terendah diketahui keseluruhan terdapat pada larutan NaCl 3% (garis titik – titik), dimana laju korosi terendah terdapat pada spesimen M sebesar 3,0671 mpy kemudian spesimen C 6,9968 mpy dan T sebesar 8,8261 mpy. Untuk laju korosi tertinggi secara keseluruhan terdapat pada larutan NaCl 5% (garis putus – putus) dimana laju korosi tertinggi terdapat pada spesimen T sebesar 10,39 mpy kemudian specimen C 7,7486 mpy dan M sebesar 6,0179 mpy.

Konsentrasi media korosif berpengaruh terhadap laju korosi bergantung dari jenis media tersebut dan jenis logam yang berada dimedia tersebut. Dapat dilihat bahwa terjadi tren penurunan nilai laju korosi seiring dengan menurunnyakonsentrasi larutan NaCl. Tampak bahwa semakin pekat Konsentrasi larutan NaCl menyebabkan laju korosi semakin meningkat.

Gambar 3 Peningkatan kerapatan arus/I terhadap waktu ketiga spesimen pada konsentrasi 3%.

Dalam grafik hubungan antara nilai kerapatan arus berbanding waktu juga dapat dilihat bahwa tren kurva kerapatan arus spesimenPlat T menanjak ke atas seiring bertambahnya waktu. Grafik terlihat paling rendah pada kurva kerapatan arus specimen plat M. Sementara kurva kerapatan arus specimen Plat C berada pada tengah-tengah kurva lainnya. Hal ini menandakan, specimen plat T menaikkan kerapatan arus dalam waktu paling sedikit dibandingkan dengan spesimen lainnya. Semakin cepat arus mengalami kenaikan, maka semakin besar pula tingkat laju korosinya. Dapat disimpulkan, specimen Plat T laju korosinya meningkat sangat cepat dibandingkan dengan spesimen lain, kemudian diikuti oleh Spesimen Plat C, dan yang terendah adalah Spesimen Plat M.

3.3 Hasil Uji Imersi

Pengujian Immersi (pencelupan) dilakukan sebagai pembanding hasil laju korosi dengan menggunakan metode potensiostat. Pada pengujian ini yang dicari adalah kehilangan berat (weight loss) dalam variabel waktu 80, 120, 160, 200 dan 240 jam. Sama halnya dengan pengujian potensiostat, uji immersi ini juga dilakukan dengan 3 variasi konsentrasi larutan NaCl yaitu 3 %, 4 % dan 5 %.

Dari hasil pengujian didapatkan hubungan antara meningkatnya Konsentrasi larutan dan lamanya proses pencelupan. Dalam variasi kosentrasi larutan, terdapat fenomena dimana semakin naiknya konsentrasi maka menyebabkan laju korosi semakin meningkat pula.

Gambar 4 Grafik Laju Korosi vs Waktu Pencelupan Plat M pada Konsentrasi 3%, 4% dan 5%

(4)

0 0,1 0,2 0,3 0 100 200 300 We igh t Lo ss (gr) Waktu t/Jam NaCl 3% NaCl 4% NaCl 5%

Dari Gambar 4 grafik tersebut juga terjadi kecenderungan penurunan laju korosi seiring bertambahnya waktu pencelupan. Hal ini disebabkan adanya passivasi yang terjadi pada speseimen yg diuji. Passivasi adalah peristiwa dimana baja yang terkorosi akan membentuk lapisan pelindung berupa oksida besi yang menyebabkan laju korosi menurun.

Gambar 5 Weight Loss vs Waktu Pencelupan Plat MPada Konsentrasi 3%, 4% dan 5%

Dari Gambar 5 tersebut dapat disimpulkan bahwa laju korosi Plat M paling hebat terjadi pada konsentrasi 5% dengan waktu pencelupan 80 jam, sementara itu semakin lama pencelupan laju korosinya semakin menurun walaupun kehilangan beratnya semakin banyak, hal

Dalam hal kehilangan berat, terlihat tren yang pada umumnya meningkat seiring dengan pertambahan waktu. Dari keseluruhan grafik laju korosi immersion dapat diketahui bahwa laju korosi terhadap waktu pencelupan terus menerus akan semakin menurun. Pada awal waktu 80 jam pencelupan, laju korosi masih cukup tinggi karena masih belum adanya lapisan korosi yang melapisi spesimen tersebut. Ketika waktu pencelupan pada 120 jam, 160 jam, 200 jam dan 240 jam laju korosi semakin menurun dibanding pada awal waktu pencelupan, dikarenakan seiring dengan berjalannya waktu pada pengujian ini, hasil korosi yang tidak dapat larut membentuk suatu selaput di permukaan spesimen yang dengan efektif menghindarkan elektrolit dari kontak lebih lanjut dengan logam dan ini sangat mengurangi laju korosi.

Dari keseluruhan pengujian immersi dapat diketahui bahwa semakin pekat larutan NaCl maka semakin tinggi pula laju korosi yang terjadi pada masing – masing spesimen, pada pengujian immersi ini diketahui larutan NaCl 5% memiliki rata – rata tertinggi dibanding dengan konsentrasi 3% dan 4%, dimana laju korosi tertinggi terdapat pada larutan NaCl 5% spesimen plat T sebesar 3.4161 mpy pada waktu pencelupan selama 80 jam, kemudian spesimen plat C sebesar 3.0724 mpy dan yang terendah spesimen plat M sebesar 2.6512 mpy pada waktu pencelupan yang sama yaitu 80 jam.

Pada pengujian komposisi menggunakan OES (Optical Emission Spectrometer) unsur-unsur yang terkandung dalam ketiga plat yang telah diuji sudah memenuhi kriteria yang dibutuhkan untuk digunakan sebagai plat bodi dengan ketahanan korosi yang baik. Pada pengujian polarisasi dan immersi dapat diketahui bahwa Spesimen plat M memiliki ketahanan korosi yang paling baik, dimana pada specimen plat M ini memiliki kandungan komposisi Cu terbesar, dapat diketahui Cu merupakan unsur paduan yang sangat baik

ketahanan korosinya terutama terhadap korosi atmosferik. Pertama, dalam deret galvanis, Cu merupakan logam yang potensial reduksinya (E°Cu2+|Cu = +0.34V) lebih tinggi daripada

Fe. Kedua, Cu jika teroksidasi akan bereaksi membentuk CuO2.,CuO2 merupakan lapisan yang akan melindungi logam

dari serangan korosi berikutnya. 3.4Uji Kekerasan

Pengujian microhardness vickers ini dilakukan sebelum

specimen mengalami pengujian

polarisasipotensiostat.Sebelum melakukan pengujian ini spesimen terlebih dulu di polishing sampai coating dari tiga plat mobil tersebut hilang dan harus dipastikan permukaannya halus dan rata agar mendapatkan hasil yang akurat.Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Kekerasan Spesimen Plat Bodi mobil Spesimen Plat M Plat C Plat T Kekerasan 1 114 123 154 Kekerasan 2 122 127 163 Kekerasan 3 121 125 156 Kekerasan 4 119 131 159 Kekerasan 5 125 120 151 Rata - rata 120,2 HV 125,2 HV 156,6 HV dapat kita ketahui bahwa angka kekerasan specimen T paling tinggi yaitu 156,6 HV kemudian diikuti oleh specimen C 125,2 HV dan kekerasan yang paling kecil yaitu specimen M sebesar 120,2 HV.

Pada ketiga baja tersebut, spesimen T memiliki kekerasan yang paling tinggi. Jika dilihat pada tabel tipe standart SAE J2340 (pada lampiran), spesimen T memiliki kekerasan rata-rata 156,6 HV jika dikonversikan ke kekerasan Rockwell B maka didapatkan angka 81,7 HRb, sedangkan specimen C didapatkan angka 71,2 HRb dan specimen M didapatkan angka kekerasan sebesar 66,7 HRb. Berdasarkan hal tersebut kemudian dibandingkan dengan karakteristik sifat mekanik yang terstandart oleh SAE (Standardization of Automotive Engineering), SAE J2340 maka specimen T secara Rockwell Hardness number dapat dikategorikan sebagai material HSLA SAE J2340 380X atau 380Y, sedangkan untuk specimen C dapat dikategorikan sebagai material HSLA SAE J2340 300X atau 300Y dan specimen M secara Rockwell hardness number dapat dikategorikan sebagai material BAKE HARD SAE J2340 280B.

Sifat mekanik, terutama kekerasan dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu komposisi unsur, proses pembuatan serta proses perlakuan panas. Dari segi uji unsur paduan dengan OES Spektrometer, terdeteksi adanya unsur yang mampu terlarut didalam ferrit seperti Si dan Mn. Kedua unsur tersebut pada intinya membentuk larutan padat pada ferrit sehingga akan menaikkan kekerasan dan kekuatan ferrit.Namun, pengaruh unsur paduan terhadap kekuatan dan kekerasan baja secara keseluruhan hampir tidak berarti bila tidak terjadi perubahan struktur. Oleh karena itu faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah proses pengerjaan dan perlakuan panas sehingga memperoleh struktur mikro yang diinginkan (Wahid Suherman,1999).

(5)

Pada HSLA, biasanya proses pembentukan yang berlaku adalah cold rolling. Proses cold rolling adalah proses deformasi dimana dilakukan untuk mereduksi ketebalan benda kerja dimana dilakukan pada temperatur kamar, atau dibawah temperatur rekristalisasi. Berbeda dengan hot rolling, proses cold rolling tidak mengalami rekristalisasi pada struktur butirnya hal ini dikarenakan temperatur rekristalisasinya tidak terlampaui sehingga yang terjadia adalah struktur yang pipih. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan sifat mekanik pada baja, dimana tensile strength, yield strength dan kekerasannya akan meningkat namun ductility-nya akan menurun sebanding dengan semakin tingginya derajat deformasi dingin yang terbentuk. Selain itu juga perlu diketahui bahwa sebagian energi yang diberikan untuk mendeformasi logam itu dikeluarkan lagi sebagai panas dan sebagian lagi tetap tersimpan dalam struktur kristal sebagai energi dalam (tegangan dalam) yang dikaitkan dengan cacat kristal yang terjadi sebagai akibat dari deformasi. Jadi, secara sederhana bahwa setiap logam yang mengalami pengerjaan dingin itu pasti akan menyimpan sejumlah tegangan dalam sebagai akibat terjadinya sejumlah dislokasi.

3.5Uji Bending

Pengujian bending ini dilakukan sebelum uji polarisasi potensiostat.Sebelum melakukan pengujian bending terlebih dahulu specimen di preparasi sesuai standart dan kemudian dihilangkan coatignya hingga terlihat halus.Hasil dari pengujian bending ditampilkan pada Tabel 5. dapat kita ketahui bahwa tegangan bending terbesar dimiliki oleh specimen T yakni sebesar 613,750 N/mm2, kemudian

specimen M sebesar 321,116 N/mm2 dan yang terkecil yaitu

specimen C sebesar 239,257 N/mm2 . Semakin tinggi nilainya

maka semakin sedikit perubahan bentuk pada suatu benda jika diberi gaya.

IV KESIMPULAN

1. Didapatkan bahwa semakin meningkatnya konsentrasi larutan NaCl maka semakin tinggi pula laju korosi terjadi baik pada pengujian polarisasi ataupun imersi. Hasil pengujian polarisasi didapatkan laju korosi terendah terdapat pada larutan NaCl 3% yaitu Plat M sebesar 3.0671 mpy, dan yang tertinggi terdapat pada larutan NaCl 5% plat T sebesar 10.39 mpy, sedangkan pada pengujian imersi didapatkan laju korosi terendah pada larutan NaCl 3% yaitu plat M sebesar 0.9149 mpy untuk lama pencelupan 240 jam dan yang tertinggi terdapat pada larutan NaCl 5% plat T 3.4161 mpy untuk lama pencelupan 80 jam

2. Dari hasil pengujian mekanik yakni microhardness vickers dapat diketahui bahwa kekerasan terbesar dimiliki oleh specimen T sebesar 156,6 HV (81,7 HRb), kemudian specimen C sebesar 125,2 HV (71,2 HRb) dan yang paling kecil dimiliki oleh specimen M sebesar 120,2 HV (66,7 HRb). Sedangkan pada pengujian bending didapatkan tegangan bending terbesar dimiliki oleh specimen T sebesar 613,750 N/mm2 , kemudian specimen M sebesar 316,507 N/mm2 dan yang paling kecil dimiliki specimen C yakni sebesar 239,257 N/mm2.

DAFTARPUSTAKA

[1] Ahmad Basyir Bin Sadan, Corrosion And Mechanical

Properties Study of Car Steel Sheet ; 2010

[2] Automotive Steel Design Manual. American Iron and

Steel Institute & Auto/Steel Partnership. Revision 6.1; August 2002

[3] Mavindra Ramadhana (2011), Sudi Eksperimen Laju

Korosi Plat Body Automobiles Pada Larutan NaCl 5% (Air Laut) Dengan Cyclic Methode SAE J2334, Tugas Akhir Jurusan Teknik Material dan Metalurgi Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

[4] Prasetyo, Rulendro.2009. Pengaruh Variasi Konsentrasi

Larutan NaCl dengan konsentrasi 3,5%, 4% dan 5% Terhadap Laju Korosi Baja Karbon Sedang.Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

[5] Trethewey, K.R., dan Chamberlain, J. 1991. Korosi untuk

Mahasiswa dan Rekayasawan. Diterjemahkan oleh Alex tri Kantjono Widodo. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

[6] Wahid Suherman, Ir, Ilmu Logam, Jurusan Teknik Mesin

Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, hal 82-96.

Referensi

Dokumen terkait

Sistem berorientasi obyek merupakan paradigma baru dalam rekayasa perangkat lunak yang memandang sistem sebagai kumpulan obyek- obyek diskrit

Software dalam hal ini adalah aplikasi hasil pengkodean yang merupakan sebuah sistem yang baru yaitu Sistem Informasi Pengolahan Data Siswa yang akan di instalasi pada komputer

Berdasarkan hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa perancangan sistem informasi TK Aisyiyah I Tuban ini akan sangat membantu baik pihak TK Aisyiyah I Tuban sendiri maupun

Menurut Dendawijaya (2003) Rasio ROA disini sangat menunjukkan seberapa besar kemampuan dalam mengelolah manajemen bank untuk memperoleh pendapatan dari pengelolahan

Dalam hal ini, faktor-faktor yang melatarbelakngi munculnya fatwa pemilu dan perspektif Majlis Ulama Indonesia, dilatarbelangi bahwa membentuk ulil amr adalah suatu

Berdasarkan impor Indonesia yang dirinci menurut golongan kategori ekonomi, dapat diketahui bahwa total impor Indonesia periode Januari-Oktober 2010 sebesar US$ 109,50 miliar

kepada abdi Elohim yang telah datang dari Yehuda, dengan mengatakan, “Beginilah YAHWEH berfirman: Oleh karena engkau telah melawan titah YAHWEH dan tidak berpegang pada perintah

Admin akan menerima data calon siswa dari data tersebut pihak admin akan melakukan penyeleksian siswa sesuai dengan nilai yang ditentukan sekolah, dalam proses pengelolaan siswa