519
FENOMENA PROSTITUSI ONLINE DI JAKARTA SELATAN
Natasya, Kusyogo, Aditya
Bagian Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro Email: tasyafebriyani18@gmail.com
Abstract : According to the research of Sedyaningsih by 2015 that South Jakarta has the highest HIV/AIDS prevalence caused by online prostitution activities, namely of 372 cases out of 1.032 cases of online prostitution. The purpose of this research is to analyze the phenomenon of online prostitution in South Jakarta area focused on the practice of commercial sex workers behavioral. This research is qualitative research with the descriptive approach. The subjects in this study amounted to 14 people which consists of 5 research subjects and 9 triangulation subjects. The results showed that the whole subject of research is the commercial sex workers that can be booked via the internet and provide services to have sex with their clients, on the normative beliefs variables that most of the research subjects knows the online prostitution from their closer friend, on the attitude variables research subjects shows negativity attitude towards their job, on the motivational variable shows that most of the research subjects wants to be recognized in their social environment and cannot detached from the luxury lifestyle, on the subjective norm variables shows that most of the research subject does not want to be known as commercial sex workers of online prostitution, on the intention variable research subjects shows that the whole research subjects showed positive intention since the very first time they get to know the online prostitution. Data analysis in this study uses qualitative descriptive method. The behavior of commercial sex workers on online prostitution in South Jakarta based on their motives are self-actualization in group social and economic motives. Behavior of online prostitution is considered risky because the commercial sex workers online prostitution do high-risk sexual behavior as well as online prostitution is disguised prostitution so it cannot be observed by the Government. So the further monitoring of activities online prostitution in South Jakarta is very necessary.
Keywords : Online prostitution, Commercial sex workers, South Jakarta
Bibliography : 93 (1967-2016)
PENDAHULUAN
Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan infeksi yang menyebar melalui kontak seksual dari satu individu ke individu lainnya. Ada lebih dari 30 bakteri, virus, dan parasit yang dapat menularkan secara seksual, anal, maupun oral.
Kondisi yang paling umum
menyebabkan penyakit gonore,
klamidia, sifilis, trikomoniasis,
chancroid, herpes genital, kutil
kelamin, HIV, dan Hepatitis B. HIV dan sifilis dapat ditularkan melalui hubungan vertikal yaitu dari ibu ke anak selama masa kehamilan dan
520 persalinan serta penularan melalui produk darah.1
Menurut data UNAIDS dan WHO sekitar 60 juta orang tertular HIV dan 25 juta orang meninggal
akibat kejadian AIDS. Hal ini
membuat AIDS sebagai salah satu epidemik paling mengerikan dalam
sejarah kesehatan. Sebanyak
35.000.000 orang di dunia kini hidup dengan HIV, terjadi 2.700.000 infeksi baru HIV dan 2.000.000 kematian akibat AIDS. Setiap hari di dunia terdapat 7.400 orang baru terinfeksi
HIV atau sekitar 5 orang per menit.2
Berdasarkan data UNAIDS
pada tahun 2015 bahwa Indonesia
berada pada posisi keempat,
setelahnya Myanmar yang
menduduki posisi kelima. Menurut data Kementrian Kesehatan pada Triwulan II, April hingga Juni 2015, penderita HIV di Indonesia tercatat
berjumlah 643 jiwa.3 Angka
penderita HIV/AIDS di Indonesia pada tahun 2015 telah mencapai
690.000 dengan kematian
pertahunnya yang dikarenakan oleh HIV/AIDS mencapai angka 35.000. Berdasarkan kelompok umur 15 hingga 49 tahun prevalence rate HIV/AIDS nya telah mencapai angka 3.400 (0.5%) dari 680.000 jiwa.4
Menurut Komisi
Penanggulangan AIDS Nasional
(KPAN) mengemukakan bahwa
pengidap HIV di Indonesia sebagian besar ditemukan pada PSK yang jumlahnya berkisar antara 190.000 – 270.000 orang. Jumlah orang yang diperkirakan rawan tertular HIV sebanyak 13 juta hingga 20 juta orang. Kelompok masyarakat yang paling tinggi tingkat penularannya
adalah penjaja seks baik
homoseksual maupun
heteroseksual, disusul oleh
pengguna NAPZA, serta penderita HIV pada wanita yang beresiko tinggi.5
Berdasarkan Statitistik Kasua
HIV/AIDS di Indonesia yang
dilaporkan oleh Ditjen Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan (P2PL)
jumlah kumulatif kasus HIV hingga 31 Desember 2015 telah mencapai angka 150.296 kasus dan jumlah kasus AIDS telah mencapai angka 55.799 kasus. Provinsi DKI Jakarta
adalah provinsi dengan jumlah
kumulatif kasus HIV/AIDS tertinggi dengan jumlah kasus HIV sebesar 32.711 kasus dan kasus AIDS sebesar 7.875 kasus. Jumlah kasus HIV di Indonesia tercatat sebesar 24.916 kasus dan jumlah kasus AIDS di Indonesia tercatat sebesar
13.623 kasus.6
Menurut Direktur Jenderal
Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan (P2PL)
Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia DKI Jakarta menduduki peringkat tertinggi sebagai provinsi dengan jumlah kasus AIDS yaitu 649 pada tahun 2012. Presentase kasus
HIV/AIDS berdasarkan cara
penularannya dibagi menjadi
heteroseksual (53,1%), disusul
pengguna NAPZA suntik (37,9%), Lelaki Seks Lelaki (3,0%), Pre-natal (2,6%), Transfusi darah (0,2%), dan tidak diketahui (3,2%). Proporsi kasus AIDS terbanyak dilaporkan dari DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa
Barat, Papua, Bali, Kalimantan
Barat, Jawa Tengah, Sulawesi
Selatan, Sumatera Utara, dan DIY.7
Berdasarkan studi
pendahuluan yang telah dilakukan peneliti untuk fenomena prostitusi online yang tersebar di 3 wilayah yang berada di Jakarta Selatan. Wilayah pertama ialah di Fatmawati, wilayah kedua ialah Blok M, wilayah ketiga ialah Kemang. Wanita PSK
prostitusi online pada wilayah
Jakarta Selatan menyediakan tarif tersendiri dengan range harga mulai
521
dari Rp 10.000.000 – Rp
80.000.000.
Penelitian ini dilakukan pada PSK prostitusi online di Jakarta Selatan, disebabkan karena Jakarta Selatan memiliki kasus prevalensi HIV tertinggi 372 kasus dari 1.032
kasus prostitusi online yang
disebabkan oleh aktivitas prostitusi online. Fokus penelitian ini terbatas pada perilaku prostitusi online yang dilakukan oleh PSK prostitusi online yang mempunyai mucikari, kekasih, serta teman dekat dan beroperasi di Jakarta Selatan.8
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian
kualitatif yang bertujuan untuk
mengetahui perilaku PSK prostitusi online di Jakarta Selatan secara mendalam. Dalam hal ini peneliti menggali informasi dengan teknik
wawancara mendalam dan
observasi. Subjek penelitian ini adalah PSK prostitusi online yang
beroperasi di wilayah Jakarta
Selatan yang bersedia memberikan keterangan yang diperlukan oleh
peneliti. Ukuran jumlah subjek
penelitian dikatakan cukup jika
peneliti tidak mendapatkan variasi informasi baru lagi serta sudah
terjadi pengulangan sehingga
penelitian sudah dirasa cukup dan peneliti sudah mendapatkan data yang diinginkan sesuai dengan tujuan penelitian.
Dalam penelitian ini peneliti
membutuhkan seorang informan
kunci. Informan kunci dalam
penelitian ini adalah seorang teman serta mucikari dari PSK prostitusi online di wilayah Jakarta Selatan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Variabel praktik prostitusi online.
Menurut hasil penelitian
seluruh subjek penelitian atau 5 orang tidak melakukan aktifitas
mangkal di pinggir jalan melainkan
menunggu mucikari untuk
menghubungi mereka jika ada klien
yang ingin memesan mereka.
Dikarenakan prostitusi online
memang memfasilitasi mereka untuk menunggu pesanan dari klien saja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
seluruh subjek penelitian
mempromosikan dirinya melalui
website yang dikelola oleh mucikari. Menurut pernyataan dari subjek penelitian bahwa promosi dilakukan memang hanya melalui mucikari saja hal itu dikarenakan subjek penelitian sudah terikat kontrak dengan mucikari sehingga tidak dapat mempromosikan diri sendiri pada akun media sosial pribadi. Berdasarkan hasil penelitian bahwa sebagian besar subjek penelitian menyatakan tidak memiliki kriteria
khusus untuk calon kliennya.
Seluruh subjek penelitian hanya menerima pemesanan dari mucikari saja. Berdasarkan hasil penelitian selanjutnya bahwa seluruh subjek penelitian atau 5 orang melakukan aktifitas prostitusi online di kamar hotel yang telah dipesankan oleh
klien sendiri. Hal tersebut
dikarenakan subjek penelitian
merasa tidak enak jika sering membawa lelaki yang berbeda-beda
untuk masuk ke kamar. Hasil
penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa seluruh subjek penelitian atau 5 orang melakukan hubungan seks saat kencan dengan klien. Subjek penelitian mengaku tidak tanggung-tanggung dalam melayani kliennya, menurut mereka bahwa klien mampu membayar mahal karena untuk dilayani oleh mereka dengan cara sesuai yang klien inginkan. Penelitian terhadap subjek penelitian yang melakukan praktik perilaku prostitusi online sesuai dengan teori Reasoned Action yang dikenalkan oleh Martin Fishbein
522 bahwa perilaku terbentuk karena ada faktor sikap, keyakinan, serta
niat subjek penelitian untuk
melakukan perilaku prostitusi online. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh subjek penelitian merupakan PSK prostitusi online yang dapat dipesan melalui media sosial berupa website dan menyediakan jasa untuk melakukan hubungan seks dengan kliennya sesuai dengan tarif yang sudah ditentukan oleh mucikari.
Variabel karakteristik subjek
penelitian.
Karakteristik menurut umur subjek penelitian berbeda-beda usia dari yang paling muda adalah 20 tahun, 21 tahun, serta yang paling tua adalah 22 tahun. Berdasarkan
kategori diatas seluruh subjek
penelitian tergolong sebagai umur dewasa muda atau young adulthood.
Dikategorikan dari pendidikan
terakhir subjek penelitian bahwa seluruh subjek penelitian merupakan mahasiswi strata 1 yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi di daerah Jakarta Selatan. Ditinjau dari tempat tinggal subjek penelitian, seluruh subjek penelitian tinggal di kos yang berada di lingkungan yang aktif melakukan aktifitas prostitusi online. Alasan subjek penelitian lebih memilih untuk tinggal di kos karena kampus subjek penelitian sangat jauh dari rumah, sehingga subjek penelitian lebih memilih untuk tinggal di kos.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh subjek penelitian merupakan PSK prostitusi online yang sudah masuk dalam kategori dewasa dan memiliki latar belakang pendidikan yang baik namun seluruh subjek penelitian
tinggal berdampingan dengan
aktifitas prostitusi online.
Variabel pengetahuan subjek
penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa semua subjek cukup
mengerti dan dapat mendefinisikan prostitusi online dan mengerti bahwa
berganti-ganti pasangan tanpa
menggunakan kondom dapat
meningkatkan resiko terinfeksi IMS. Sebagian besar subjek penelitian atau 3 dari 5 orang mengaku bahwa mereka mengetahui prostitusi online dari temannya sendiri, sementara 2 subjek penelitian lainnya mengaku bahwa mereka mengetahu prostitusi
online dari media internet.
Berdasarkan hasil penelitian
tersebut bahwa sebenarnya subjek memiliki pengetahuan cukup akan prostitusi online, namun karena dasar pengetahuan yang dimiliki oleh subjek masih dalam tahap dasar maka muncul kecenderungan
subjek akan sulit memahami
informasi yang baru diterimanya. Hasil penelitian selanjutnya dapat diketahui bahwa semua subjek penelitian telah mengetahui bahaya yang mungkin terjadi dari hubungan seks berisiko yaitu berganti-ganti pasangan yang dapat membawa kepada penyakit IMS. Namun hanya sebagian besar saja atau 4 dari 5 subjek penelitian yang menerapkan untuk menggunakan kondom saat sedang melakukan hubungan seks dengan kliennya. IU 4 sebagai subjek penelitian yang mengaku tidak memiliki kriteria khusus saat melakukan hubungan seks atau tidak mengharuskan menggunakan kondom saat sedang melakukan hubungan seks dengan kliennya.
Dengan demikian hal ini
menunjukkan bahwa semakin baik pengetahuan PSK tentang IMS maka semakin baik pula PSK
perilaku PSK untuk melakukan
hubungan seks secara aman.
Variabel keyakinan normatif subjek penelitian.
523 Hasil penelitian menunjukan
bahwa sebagian besar subjek
penelitian atau 3 dari 5 subjek
penelitian mengaku yang
mengenalkan mereka dengan dunia prostitusi online pertama kali ialah teman dekatnya sendiri. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa 1 orang subjek penelitian yaitu IU 2 mengaku bahwa tidak ada yang mengenalkan dirinya dengan dunia
prostitusi online melainkan ia
mengetahui dunia prostitusi online
dari dunianya sendiri. Hasil
penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa 1 orang subjek penelitian yaitu IU 3 mengaku yakin untuk melakukan dunia prostitusi online karena selain ia ingin menyalurkan hasrat seks nya ia juga ingin mendapatkan uang saku tambahan namun merasa tidak enak jika memint kepada orang tua. Hal itu dikarenakan IU 3 membutuhkan barang yang tidak murah sehingga ia harus mencari cara sendiri untuk mendapatkan uang saku tambahan tersebut.
Penelitian terhadap subjek
penelitian yang mengenal dunia prostitusi online dari teman dekatnya
sendiri sesuai dengan teori
Reasoned Action bahwa perilaku subjek penelitian mengacu pada keyakinan normatif teman dekatnya yang sudah lebih dulu menjadi PSK prostitusi online. Pada keyakinan normatif subjek penelitian bahwa
pengaruh teman dekat subjek
penelitian memberikan dampak yang besar bagi subjek penelitian untuk memutuskan menjadi PSK prostitusi online. Hal tersebut dikarenakan
teman dekat subjek penelitian
mengenalkan subjek penelitian
kepada dunia prostitusi online dan memberikan tanggapan yang baik
terhadap keputusan subjek
penelitian untuk menjadi PSK
prostitusi online.
Variabel sikap subjek penelitian. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan data bahwa seluruh subjek penelitian bersikap negatif terhadap pekerjaan menjadi PSK prostitusi online. Hal ini
diketahui dari jawaban subjek
terhadap pendapat subjek terkait pekerjaannya menjadi PSK prostitusi online. Seluruh subjek penelitian
berpendapat bahwa pekerjaan
menjadi PSK prostitusi online tidak patut dicontoh oleh siapapun karena merupakan pekerjaan yang tidak
baik. Berdasarkan hasil dari
penelitian yang dilakukan bahwa sebagian besar subjek penelitian atau 4 dari 5 orang bekerja menjadi PSK prostitusi online karena mereka ingin bersosialisasi dengan wanita sosialita kelas atas yang juga merupakan PSK prostitusi online. Namun 1 subjek penelitian yaitu IU 3 mengaku bahwa ia tetap mau menjadi PSK prostitusi online karena ia merupakan korban pemerkosaan dan tetap ingin menyalurkan hasrat seks yang tidak bisa ia dapatkan dari
kekasihnya. Berdasarkan hasil
penelitian pada sikap subjek
penelitian terhadap perilaku
prostitusi online tidak sesuai dengan
teori Reasoned Action yang
dikenalkan oleh Martin Fishbein bahwa perilaku terbentuk karena ada faktor sikap, keyakinan, serta
niat subjek penelitian untuk
melakukan perilaku prostitusi online.
Sikap subjek penelitian
menunjukkan hal yang negatif
terhadap pekerjaan mereka sebagai PSK prostitusi online.
Seluruh subjek penelitian
memberikan tanggapan negatif
terhadap pekerjaan mereka sebagai PSK prostitusi online. Seluruh subjek
penelitian menyatakan bahwa
pekerjaannya sebagai PSK prostitusi
online tidak patut ditiru oleh
524 menyatakan bahwa mereka memiliki kerugian dari pekerjaannya sebagai PSK prostitusi online namun mereka
tetap menjalani pekerjaannya
sebagai PSK karena merasa bahwa
kerugian yang didapatkan dari
pekerjaannya tidak sebanding
dengan keuntungan yang dihasilkan dari pekerjaannya sebagai PSK prostitusi online.
Variabel norma penting subjek
penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh subjek penelitian
tidak terbuka akan statusnya
sebagai PSK prostitusi online. Hal ini dikarenakan mereka merasa malu jika lingkungannya mengetahui dan menyatakan bahwa mereka adalah
PSK prostitusi online. Namun
menurut penelitian Henderina (2009)
tentang praktek prostitusi di
Kabupaten Mamasa sebagai
kabupaten baru yang sedang
berkembang dari keterbelakangan ekonomi yang tidak dapat lepas dari
praktik penyimpangan sosial
(Pekerja Seks Komersial). Pada awalnya pekerjaan PSK sangat tabu bagi masyarakat Mamasa yang kental dengan adat istiadat dan memegang teguh agama. Namun
seiring dengan perkembangan
global yang ada, maka pekerjaan
PSK semakin merajalela serta
dengan mudahnya dilokalisasikan.
Hal ini tidak sesuai dengan
penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti.
Penelitian terhadap norma
penting yang berlaku di sekitar subjek penelitian yang melakukan praktik perilaku prostitusi online
sesuai dengan teori Reasoned
Action yang dikenalkan oleh Martin Fishbein bahwa subjek penelitian hidup di lingkungan yang mayoritas lingkungannya bekerja sebagai PSK prostitusi online. Karena banyaknya PSK prostitusi online dimana subjek
penelitian tinggal maka norma
penting dari lingkungan sekitar
subjek penelitian mendukung
keputusan subjek penelitian menjadi PSK prostitusi online. Meskipun subjek penelitian tidak terbuka akan statusnya sebagai PSK prostitusi online namun norma penting di lingkungan sekitar subjek penelitian mendukung niat subjek penelitian untuk menjadi PSK prostitusi online. Variabel motivasi subjek penelitian.
Dari hasil penelitian diketahui
bahwa sebagian besar subjek
penelitian atau 4 dari 5 orang subjek penelitian mengaku bahwa mereka
termotivasi untuk menjadi PSK
prostitusi online karena mereka ingin terkenal di kalangan wanita sosialita dan ingin hidup dengan gaya hidup
yang mewah. Namun berbeda
halnya dengan IU 3, menurut IU 3 ia termotivasi untuk bekerja menjadi PSK prostitusi online karena ingin mendapatkan uang saku tambahan tanpa perlu meminta kepada orang tuanya. Penelitian terhadap motivasi subjek penelitian untuk melakukan praktik perilaku prostitusi online
sesuai dengan teori Reasoned
Action yang dikenalkan oleh Martin Fishbein bahwa subjek penelitian termotivasi oleh temannya yang menguatkan subjek penelitian untuk menjadi PSK prostitusi online.
Sebagian besar subjek
penelitian menyatakan bahwa
mereka memutuskan menjadi PSK prostitusi online karena termotivasi oleh temannya yang sudah lebih
dahulu menjadi PSK prostitusi
online. Subjek penelitian mengaku
bahwa mereka mendapatkan
tanggapan positif dari temannya untuk menjadi PSK prostitusi online sehingga hal tersebut memotivasi subjek penelitian untuk melakukan perilaku menjadi PSK prostitusi online.
525 Variabel norma subjektif subjek penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebagian besar subjek
penelitian atau 3 orang mengaku
bahwa keluarganya tidak
mengetahui statusnya sebagai PSK
prostitusi online, hal tersebut
dikarenakan mereka tidak ingin keluarganya merasa sedih akan status pekerjaan mereka sebagai PSK prostitusi online. Sedangkan sebagian kecil subjek penelitian atau
2 orang mengaku bahwa
keluarganya mengetahui statusnya sebagai PSK prostitusi online. Hasil penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa seluruh subjek penelitian
mengakui bahwa temannya
mengetahui status pekerjaan
mereka sebagai PSK prostitusi online, namun hanya sebagian besar subjek penelitian atau 3 orang saja
yang mendapatkan tanggapan
bahwa temannya ikut senang akan
keputusannya menjadi PSK
prostitusi online.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga subjek penelitian tidak
mengetahui pekerjaan subjek
penelitian. Namun subjek penelitian mengaku mendapatkan tanggapan
yang positif dari teman serta
kekasihnya terhadap keputusan
subjek penelitian untuk menjadi PSK prostitusi online. Hal inilah yang mendasari subjek penelitian untuk menjadi PSK prostitusi online
Variabel niat subjek penelitian.
Berdasarkan penelitian,
seluruh subjek penelitian mengaku bahwa mereka seketika tertarik ketika mengetahui informasi tentang PSK prostitusi online pertama kali. 2 dari subjek penelitian yaitu IU 1 dan IU 5 mengaku berniat menjadi PSK protitusi online karena ingin dikenal oleh banyak orang, 2 dari subjek penelitian lainnya yaitu IU 2 dan IU 4
berniat menjadi PSK prostitusi online karena ingin mendapatkan uang dengan cepat dan ingin dikenal oleh orang lain, serta yang terakhir yaitu IU 3 ia menjadi PSK prostitusi online
karena ia merupakan korban
pemerkosaan. Menurut studi
sosiologis oleh Alam (1984) bahwa
ada faktor psikologis yang
merupakan penyebab perempuan menjadi PSK yaitu; kehidupan seks
yang abnormal (hiperseksual),
kepribadian yang lemah (cepat
meniru sesuatu), mudah
terpengaruh, serta memiliki motif
kemewahan (menjadikan
kemewahan sebagai tujuan
utamanya). Studi ini sesuai dengan niat dari seluruh subjek penelitian yang berniat untuk menjadi PSK prostitusi online karena ingin hidup
mewah serta kecenderungan
memiliki kehidupan seks yang
abnormal.
Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa seluruh subjek
penelitian menyatakan langsung
tertarik untuk menjadi PSK prostitusi online karena subjek penelitian terpengaruh oleh temannya yang sudah lebih dahulu menjadi PSK prostitusi online dan membuahkan hasil yang diinginkan oleh subjek penelitian.
KESIMPULAN
Seluruh subjek penelitian
merupakan PSK yang dapat dipesan melalui media internet (website) dan seluruh subjek penelitian mengaku bahwa mereka lebih menyukai untuk melakukan kencan dengan klien di hotel daripada di kos. Penelitian ini
dilaksanakan terhadap 5 PSK
prostitusi online yang beroperasi di
wilayah Jakarta Selatan. Umur
termuda subjek penelitian adalah 20 tahun sedangkan yang paling tua berumur 22 tahun. Seluruh subjek penelitian merupakan mahasiswi di
526 salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta dan tinggal di kos. Seluruh
subjek penelitian mampu
menjelaskan definisi dari prostitusi online serta mampu menjelaskan
dengan baik informasi tentang
prostitusi online. Sebagian besar subjek penelitian atau 3 dari 5
subjek menyatakan bahwa
dikenalkan dunia prostitusi online dari teman dekatnya sendiri. 1 subjek penelitian mengaku bahwa ia mengenal sendiri dunia prostitusi online dari lingkungannya sementara 1 subjek penelitian lainnya mengaku bahwa ia mengenal sendiri karena dulunya pernah bekerja menjadi PSK namun dengan cara offline. Seluruh subjek penelitian mengaku langsung tertarik dengan dunia prostitusi online ketika mengenal informasi terkait tentang prostitusi online. Seluruh subjek penelitian bersikap negatif akan pekerjaannya
sebagai PSK prostitusi online.
Subjek menyatakan bahwa
pekerjaannya sangat buruk dan tidak
patut dicontoh. Seluruh subjek
penelitian mengaku bahwa mereka tetap menginginkan menjadi PSK prostitusi online karena mereka ingin memiliki teman yang berasal dari kalangan sosialita. Sebagian besar subjek penelitian atau 4 dari 5 subjek termotivasi untuk menjadi PSK prostitusi online karena ingin diakui di lingkungan sosialnya agar
mendapatkan pengakuan atas
kekayaannya serta citra atas dirinya
terbentuk karena berada pada
lingkungan tersebut, ingin terkenal, serta tidak bisa terlepas dari gaya
hidup mewah. Sebagian besar
subjek penelitian atau 3 dari 5 subjek tidak diketahui pekerjaannya sebagai PSK prostitusi online oleh
keluarga. Penelitian selanjutnya
bahwa sebagian besar subjek
penelitian atau 3 dari 5 subjek mendapatkan respon positif atau
dalam kata lain teman dekatnya senang ketika subjek penelitian
menjadi PSK prostitusi online.
Namun seluruh subjek penelitian mengaku bahwa kekasih mereka mengetahui pekerjaan mereka dan menyarankan mereka untuk berhenti dari pekerjaannya. Seluruh subjek penelitian merespon positif atau dalam kata lain subjek penelitian langsung berniat untuk menjadi PSK
prostitusi online saat subjek
mengetahui informasi terkait tentang
dunia prostitusi online subjek
langsung tertarik untuk menjadi PSK prostitusi online
SARAN
1. Bagi Pemerintah
Dalam hal ini adalah Kementrian Kesehatan, LSM, serta instansi terkait seperti KPAP DKI Jakarta
untuk dapat memperhatikan
kasus prostitusi online ini. Bentuk
dari pengawasan serta
penanggulangannya berupa peer
educator yang berasal dari
kalangan mereka sendiri agar
membuat program
penanggulangan menjadi lebih efektif dan dapat berjalan secara maksimal bila dilakukan secara berjenjang, yaitu seperti pelatihan
dari Kementrian Kesehatan
terhadap LSM atau KPAP, lalu dari LSM atau KPAP memberikan pelatihan terhadap peer educator pada kelompok prostitusi online,
dan peer educator tersebut
menyarankan kepada PSK
prostitusi online.
2. Ahli Teknologi Informasi Dalam hal ini adalah Kementerian
Komunikasi dan Informatika
Republik Indonesia yang bekerja
sama dengan Polri untuk
menutup halaman website yang
menyediakan jasa prostitusi
online. Hal ini dapat dilakukan dengan cara Polri mencari dan
527 mengumpulkan data dari website prostitusi online yang kemudian
nantinya diserahkan kepada
Kominfo karena kewenangan
pemblokiran status website
merupakan kewenangan dari
Kominfo.
DAFTAR PUSTAKA
1. Nugroho. Mengupas Tuntas 9
PMS (Penyakit Menular
Seksual). Yogyakarta. 2011.
2. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Kasus
HIV/AIDS.
(http://www.depkes.go.id/resour ces/download/pusdatin/infodatin
/infodatinAIDS.pdf) Diakses
pada tanggal 13 Juni 2016.
3. Mardiani D. Penanganan HIV/AIDS di Indonesia. (http://www.republika.co.id/berit a/koran/fokus- publik/15/12/01/nyo8dm1-
penanganan-hivaids-di-indonesia). Diakses pada