• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK BUNGA KECOMBRANG (Etlingera elatior) TERHADAP PERTUMBUHAN Salmonella typhi SECARA IN VITRO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UJI AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK BUNGA KECOMBRANG (Etlingera elatior) TERHADAP PERTUMBUHAN Salmonella typhi SECARA IN VITRO"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

UJI AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK BUNGA KECOMBRANG

(Etlingera elatior)

TERHADAP PERTUMBUHAN

Salmonella typhi

SECARA

IN

VITRO

Denda Wiguna1, Anisa Ratih Pratiwi2, and Zhahdo Bintang Ramadhan3

1Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengentahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia.

2Pendidikan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengentahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia.

3Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengentahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia.

Abstract

Etlingera elatiorantimicrobial activity test of ethanol extract from flowers against Salmonella typhi

research aims to know the magnitude of the concentration of ethanol extract of the flower of kecombrang (Etlingera elatior) are most effective for inhibiting the growth of Salmonella typhi, knowing the influence of ethanol extract of the flower of kecombrang (Etlingera elatior) against the growth ofSalmonella typhi. Ethanol extracts of flower kecombrang prepared by maceration using ethanol 96%. Testing of antibacterial activity conducted at four concentrations of the extract was 0%, 10%, 20%, and 40%. This test is done by measuring the diameter of the clear zone on 24 hours and 48 hours, using a caliper. Clear zone measurement results are then analyzed using One Way ANOVA with IBM SPSS Statistics 23 test LSD and Duncan to determine whether there is a significant difference in the magnitude of the influence of the concentration of the extract against the magnitude of antimicrobial activity. The results show the interest of ethanol extract of kecombrang 0%, 10%, 20%, 40%, and at 24 hours produce a clear zone diameter of 0.323333 cm; 0.574444 cm; 0.576667 cm; and 0.836327 cm. on 48 hours produce a clear zone diameter 0.34 cm; 0.544073 cm; 0.585922 cm; and 0.909627 cm. Results of the analysis of statistical data shows that there is a significant difference due to the difference in concentration of the ethanol extract of the flower of kecombrang against growth of bacteria Salmonella typhi. The existence of a zone drag is caused by the presence of the content of saponins, flavonoids and polyphenols on kecombrang flower. This phytochemical substances resulted in bacterial lysis. From here it can be concluded that the concentration of ethanol extract of the flower of kecombrang is most effective is 40% and this extract will affect the growth of bacteria in a way the bacteria lyse.

Pendahuluan

Demam thypoid merupakan suatu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat dunia. Tercatat dimana terdapat sekitar 17 juta kasus dengan 600.000 kematian. Di Indonesia penyakit demam thypoid atau tifus menunjukan kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun dengan rata-rata kesakitan 500/100.000 penduduk dengan Case Fatality Rate (CFR) antara 0,6-5% atau 3-25/100.000 (Kepemenkes RI No. 364, 2006). Demam thypoid ini adalah infeksi akut yang biasanya terjadi pada saluran pencernaan yang memiliki gejala yaitu demam lebih dari satu minggu, gangguan pencernaan bahkan kesadaran dari individu tersebut (obatnanoteknologi.com). Penyakit ini sering menyerang anak-anak dan remaja yang memiliki kisaran usia 5-30 tahun

(2)

(obatnanteknologi.com).

Penyakit demam thypoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Bakteri ini mampu bertahan hidup selama beberapa bulan sampai setahun jika melekat dalam, tinja, mentega, susu, keju dan air beku. S. Typhi adalah parasit intraseluler fakultatif, yang dapat hidup dalam makrofag dan menyebabkan gejala-gejala gastrointestinal hanya pada akhir perjalan penyakit, biasanya sesudah demam yang lama. Bakteremia dan akhirnya lokalisasi infeksi dalam jaringan limfoid submukosa usus kecil. Saat ini yang perlu menjadi perhatian kita yaitu bakteri Salmonella Typhi yang resisten sudah kian menyebar, hal ini berdasarkan jurnal yang dipublikasikan di Nature Genetics 2015. Laporan yang diberikan 74 peneliti yang tersebar di 20 negara diseluruh dunia menunjukkan bakteri S.Typhi jenis H58 perlahan mulai menggantikan jenis S. Typhi biasa (sehatmagz.com). Oleh karenanya, perlu upaya pencegahan sekaligus penyembuhan penyakit ini agar bisa mewujudkan keinginan pemerintah Indonesia seperti yang dilansir dari tabloidjubi.com yaitu saat ini berupaya memberantas penyebaran penyakit demam thypoid yang saat ini masih menjadi ancaman terutama bagi negara-negara berkembang.

Beberapa tahun terakhir ini, tanaman kecombrang (Etlinera elatior) mendapat perhatian sangat besar karena adanya fakta empiris serta bukti penelitian ilmiah yang menyatakan bahwa kecombrang dapat dipakai untuk mengobati beberapa penyakit degeneratif (Habsah et al.,

2005). Tanaman kecombrang (Etlingera elatior) sangat melimpah keberadaanya di Indonesia. Berbagai penelitian membuktikan adanya aktivitas antibakteri dan antioksidan (Hudaya, 2010 dan Akbar, 2008). Senyawa fitokimia bunga kecombrang diketahui terdiri atas alkaloid, flavonoid, polifenol, steroid, saponin, dan minyak atsiri (Tampubolon et al., 1983). Saponin bekerja sebagai antimikroba dengan mengganggu stabilitas membran sel bakteri sehingga menyebabkan sel bakterilis. Flavonoid memiliki kemampuan untuk membentuk kompleks dengan protein ekstraseluler dan protein yang dapat larut serta dengan dinding sel bakteri.

Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk menguji aktivitas bakteri ekstrak etanol bunga Kecombrang(Etlingera elatior) terhadap pertumbuhanSalmonella typhi in vitro

Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui besarnya konsentrasi ekstrak etanol bunga kecombrang (Etlingera elatior) yang paling efektif untuk menghambat pertumbuhanSalmonella typhidan mengetahui pengaruh ekstrak etanol bunga kecombrang (Etlingera elatior)terhadap pertumbuhanSalmonella typhi

(3)

Metode Penelitian

A. Mengeringkan Bunga Kecombrang

Sebanyak 1 kg bunga kecombrang di suwir menjadi ukuran yang kecil kemudian diletakkan diatas alluminium foil, dan dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 65°C sampai kering, selanjutnya dihaluskan dengan blender.

B. Membuat Ekstrak etanol bunga kecombrang

Sebanyak 45 gram serbuk bunga kecombrang dimasukkan kedalam botol dan ditambah dengan larutan etanol 96% kemudian di rendam selama 24 jam dengan tujuan untuk mendapatkan zat aktif yang lebih banyak dari proses ektraksi tersebut. Metode maserasi dipilih, karena metode ini cara pengerjaannya sederhana dan mudah. Selain itu faktor kerusakan zat aktif lebih kecil karena pada metode ini tidak menggunakan panas., di pisahkan antara filtrat dan debris atau ampasnya, filtrat di evaporasi untuk menghilangkan kadar etanol.

C. Membuat konsentrasi larutan 10%, 20% dan 40%

Ekstrak etanol bunga kecombrang diencerkan menggunakan DMSO 10% yang telah di campur dengan aquades. Untuk menghasilkan konsentrasi larutan 10% sebanyak 0,5 ml ekstrak etanol bunga kecombrang di masukkan ke dalam botol flacon kemudian di tambah 4,5 ml DMSO 10%, Untuk menghasilkan konsentrasi larutan 20% sebanyak 1 ml ekstrak etanol bunga kecombrang di masukkan ke dalam botol flacon kemudian di tambah 4 ml DMSO 10%, Untuk menghasilkan konsentrasi larutan 40% sebanyak 2 ml ekstrak etanol bunga kecombrang di masukkan ke dalam botol flacon kemudian di tambah 3 ml DMSO 10%.

D. Penanaman BakteriSalmonela thypi

Menuangkan Bakteri Salmonella thypi yang ada di media NB sebanyak 0,1 ml ke dalam media NA dengan metode spread plate.

E. Uji Aktivitas Antimikroba

Kertas saring dengan ukuran diameter 4 mm direndam kedalam aquades dan konsentrasi ekstrak etanol 10%, 20% dan 40% selama 5 menit. Kemudia di letakkan di cawan petri yang sudah di tanami bakteri Salmonella thypi cawan di tutup kemudian di wrap, selanjutnya di inkubasi terbalik selama 24-48 jam pada suhu ruangan.

(4)

F. Uji Analisis Data

Data hasil penelitian yang diperoleh dianalisis dengan uji Statistic menggunakan IBM SPSS Statistics 23. Apabila data yang diperoleh berdistribusi normal, maka digunakan One Way ANOVA LSD dan Duncan. Apabila data tidak berdistribusi normal maka menggunakan Kruskal-Wallis signifikansi (α = 5%). Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif dan homogenitas, yaitu data berupa zona hambat (mm) dan golongan senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam bunga kecombrang

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan untuk menguji uji aktivitas antimikroba ekstrak bunga kecombrang (Etlingera elatior) terhadap pertumbuhan Salmonella typhi secara in vitro

diperoleh hasil pengukuran diameter zona bening pada 24 dan 48 jam. Hasilnya yang diperoleh seperti pada tabel dibawah ini:

Tabel 1.Hasil pengukuran diameter zona bening pada 24 jam

(5)

Berdasarkan dari data yang telah tersaji pada Tabel 1 dan 2 di atas untuk rata- rata diameter zona hambat terbesar terletak pada konsentrasi 40%. Penentuan konsentrasi ekstrak etanol daun kecombrang sangat berpengaruh terhadap terbentuknya zona hambat yang dihasilkan. Menurut Ningtyas bahwa semakin tinggi konsentrasi yang digunakan maka semakin tinggi daya hambatnya, hal ini dikarenakan semakin tinggi konsentrasi semakin banyak kandungan bahan aktif antimikrobanya. Jenie dan Kuswanto menyatakan bahwa keefektifan suatu zat antimikroba dalam menghambat pertumbuhan tergantung pada sifat mikroba uji, konsentrasi dan lamanya waktu kontak, dan sifat biostatistik dapat meningkat dengan semakin tingginya konsentrasi yang ditambahkan.

Daya antimikroba ekstrak bunga kecombrang ini disebabkan oleh karena adanya bahan-bahan aktif yang terkandung di dalamnya yang berperan utama dalam menghambat pertumbuhan maupun membunuh bakteri Salmonella typhi. Bahan aktif tersebut diantaranya adalah saponin, flavonoid dan tanin. Saponin merupakan senyawa yang memiliki sifat menurunkan tegangan permukaan yang kuat yang menimbulkan busa bila dikocok dalam air. Sifat saponin seperti sabun (dalam bahasa latinsapo: sabun). Saponin berperan aktif sebagai antimikroba dengan cara mengganggu kestabilan membran sel bakteri dan akhirnya membuat sel bakteri menjadi lisis (pecah). Flavonoid memiliki efek antimikroba lewat kemampuannya membentuk kompleks dengan protein ekstraseluler dan protein yang dapat larut serta dengan dinding sel bakteri. Sedangkan tanin adalah senyawa metabolit sekunder golongan fenol terkondensasi dan banyak terdapat di tumbuhan Angiospermae. Ketika konsentrasinya rendah, tanin bisa menghambat pertumbuhan kuman. Ketika konsentrasinya tinggi, tanin memiliki sifat membunuh bakteri. Senyawa fenolik dapat menggumpalkan protoplasma kuman sehingga terbentuk ikatan yang stabil

(6)

Hal inilah yang membuat senyawa fenolik bekerja sebagai antimikroba.

Gambar 1. Zona hambat pada 24 jam

Gambar 2. Zona hambat pada 48 jam

(7)

Test of Homogeneity of Variances konsentrasi Levene Statistic df1 df2 Sig. ,564 3 32 ,643 ANOVA konsentrasi Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 1,628 3 ,543 14,188 ,000 Within Groups 1,224 32 ,038 Total 2,851 35

Tabel 4.Hasi Analisis Uji One Way ANOVA pada 48 jam Test of Homogeneity of Variances

konsentrasi Levene Statistic df1 df2 Sig. 1,091 3 32 ,367 ANOVA konsentrasi Sum of

(8)

Groups 1,500 3 ,500 18,435 ,000

Within Groups ,868 32 ,027

Total 2,368 35

Berdasarkan Tabel 3 dan 4. Pada uji Homogenitas menunjukan bahwa nilai Sig. lebih besar dari 0,05 atau signifikansi lebih besar dari 0,05, ini menunjukkan bahwa data yang diperoleh peneliti berdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan analisis menggunakan uji One Way ANOVA. Berdasarkan Uji One Way ANOVA menunjukkan bahwa uji tersebut memiliki signifikansi kurang dari 0,05 dengan keputusan yang berarti terdapat perbedaan bermakna dari hasil perlakuan pada daya hambat masing-masing konsentrasi ekstrak etanol bunga kecombrang.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa konsentrasi ekstrak etanol bunga kecombrang (Etlingera elatior) yang paling efektif untuk menghambat pertumbuhan

Salmonella typhi adalah 40%. Kejadian tersebut dapat dilihat dari rata-rata besarnya diameter zona bening konsentrasi 40% yang lebih besar daripada konsentrasi dibawahnya.

Ekstrak etanol bunga kecombrang berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri Salmonella typhi yaitu ditandai dengan adanya diameter zona bening. Hal ini terjadi karena bunga kecombrang mengandung senyawa antimikroba seperti saponin, flavonoid dan polifenol yang dapat mengakibatkan sel tubuh bakteri lisis.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, J. 2008. Pemanfaatan Ekstrak Bunga Kecombrang (Nicolaia speciosa Horan) Terhadap Penyembuhan Infeksi Jamur Saprolegnia sp Pada Ikan Nila Merah. Jurnal Kalimantan Scientiae. Vol. XXVI (71) : 32-38.

Antoro, E.D., 1995.Skrining fitokimia rimpang Nicolaia speciosa, Horan secara Mikrokimiawi Kromatografi Lapis Tipis dan SpektrofotmetriUV.UGM Press Yogyakarta : 115–119. Habsah, M., Ali, A.M., Lajis, N. H., Sukari, M. A., Yap, Y. H., Kikuzaki, H., Nakatani, N, 2005a,

Antitumor promoting and cytotoxic constituents of Etlingera elatior, Malaysian J. Medical Science. 12: 6-12.

Harborne,J.B., 1987. Metode Fitokimia Penentuan Cara Modern Menganalisis Tumbuhan,ITB: Bandung

Hudaya, A. 2010.Uji Antioksidan dan Antibakteri Ekstrak Air Bunga Kecombrang (Etlingera elatior) Sebagai Pangan Fungsional Terhadap Staphylococcus aureus dan

(9)

Escherichia coli. Skripsi. Program Studi Biologi, FST, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Juliantina, F., D.A. Citra, B. Nirwani. 2008.Manfaat Sirih Merah (Piper crocatum) Sebagai Agen Anti Bakterial Terhadap Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif. UII. Yogyakarta. Kepmenkes RI Nomor 364, 2006. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 364

/Menkes/SK/V/2006 Tentang Pedoman Pengendalian Demam Tifoid.

Naufalin, R. 2005. Kajian Sifat Antimikroba Ekstrak Bunga Kecombrang (Nicolaia speciosa

Horan) terhadap Berbagai Mikroba Patogen dan Perusak Pangan. Disertasi. Institut Pertanian Bogor. Bogor : 5

obatnanteknologi.com

Sjahid, L.R. 2008. Isolasi dan Identifikasi Flavonoid dari Daun Dewandaru (Eugenia unifloraL.). Universitas Muhammadiyah Surakarta

tabloidjubi.com

Tampubolon, O.T., S. Suhatsyah, dan S. Sastrapradja. 1983. Penelitian Pendahuluan Kandungan Kimia Kecombrang (Nicolaia speciosa Horan) Dalam Risalah Simposium Penelitian Tumbuhan Obat III. Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Tumbelaka, Alan, R., Retnosari, S. 2000. Pendekatan Diagnostik Serologik dan Pelacak Antigen Salmonella thypi. Sari Pediatri; Vol 2 No 2.

World Health Organization, 2003, Communicable Disease Surveilance and Response Vaccines and Biological :The Diagnosis, Treatment, and Prevention of Typhoid Fever Indonesia, Geneva.

Gambar

Tabel 1. Hasil pengukuran diameter zona bening pada 24 jam
Gambar 2. Zona hambat pada 48 jam
Tabel 4. Hasi Analisis Uji One Way ANOVA pada 48 jam Test of Homogeneity of Variances

Referensi

Dokumen terkait

23 Dalam hal ini yang dimaksud oleh Amin Abdullah tentang Islamic Studies masih banyak—khususnya lembaga-lembaga pendidikan Islam—yang masih memisahkan ilmu pengetahuan

The application is able to manage topic-map document according to standard format of XML Topic Map (XTM) including topic, occurrence, and association.. Topic- map

Tiga spesies bakteri antagonis sebagai bahan aktif biopestisida (Bacillus subtilis Cs 1a, Corynebacterium sp.1, dan Pseudomonas flurescens 3 Sm) dan bahan pembawa (campuran

Pada tahap ini peneliti mencari referensi tentang soal terbuka untuk mengukur kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa dan menentukan tempat uji coba penelitian; (b) tahap

Muhammad Shiddiq dalam partai Golkar di Kudus pada tahun 1972-1997 termasuk tindakan yang kontroversial, hal ini dilandasi oleh beberapa alasan, yaitu: (a)

Aspek ke 2 (dua) adalah aspek upaya penanganan sesuai kebutuhan anak mampu mengambil sikap penerimaan yang positif dengan segera mengambil inisiatif misal :

Selama tahun 2000 s/d 2013, sektor pertanian yang membentuk PDRB mengalami pertumbuhan.Pertumbuhan yang paling tinggi terjadi pada tahun 2008 s/d 2009 yang mencapai peningkatan Rp,

Mengikuti pemikiran Gerungan dalam karya Usman pengojek konvensional perlu mengubah diri pribadi sesuai dengan keadaan lingkungan atau menciptakan lingkungan baru