• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keakuratan Potong Beku, Sitologi Imprint Intraoperasi Dan Gambaran USG Dalam Diagnosis Kanker Ovarium Di RSUP. H.Adam Malik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Keakuratan Potong Beku, Sitologi Imprint Intraoperasi Dan Gambaran USG Dalam Diagnosis Kanker Ovarium Di RSUP. H.Adam Malik"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

KEAKURATAN POTONG BEKU, SITOLOGI IMPRINT

INTRAOPERASI DAN GAMBARAN USG DALAM

DIAGNOSIS KANKER OVARIUM

DI RSUP. H. ADAM MALIK

TESIS

OLEH :

FERRY M. SIMATUPANG

DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

RSUP. H. ADAM MALIK – RSUD. Dr. PIRNGADI

(2)

PENELITIAN INI DIBAWAH BIMBINGAN TIM-5

Pembimbing : dr. Deri Edianto, SpOG.K

dr. H. Soekimin, SpPA

Penyanggah : dr. Yusuf R. Surbakti, SpOG.K

dr. Ichwanul Adenin, SpOG.K

Prof. dr. M. Fauzie Sahil, SpOG.K

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi

salah satu syarat untuk mencapai keahlian dalam

(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, berkat

kasih dan karunia-Nya penulisan tesis ini dapat diselesaikan.

Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi salah satu syarat

untuk memperoleh keahlian dalam bidang Obstetri dan Ginekologi. Sebagai manusia

biasa, saya menyadari bahwa tesis ini banyak kekurangannya dan masih jauh dari

sempurna, namun demikian besar harapan saya kiranya tulisan sederhana ini dapat

bermanfaat dalam menambah perbendaharaan bacaan khususnya tentang:

“KEAKURATAN POTONG BEKU, SITOLOGI IMPRINT INTRAOPERASI DAN GAMBARAN USG DALAM DIAGNOSIS KANKER OVARIUM

DI RSUP. H. ADAM MALIK”

Dengan selesainya laporan penelitian ini, perkenankanlah saya menyampaikan rasa

terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

• Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, SpA.K dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Prof. dr. Gontar

Siregar, SpPD, KGEH, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk

mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis di Fakultas Kedokteran USU

(4)

• Prof. dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG.K, Ketua Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; dr. M. Rusda, SpOG, Sekretaris Departemen Obstetri dan

Ginekologi FK-USU Medan; Prof. dr. M. Fauzie Sahil, SpOG.K, Ketua Program

Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; dr. Deri Edianto,

SpOG.K, Sekretaris Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi

FK-USU Medan; dan juga Prof. dr. Djafar Siddik, SpOG.K, selaku Kepala Bagian

Obstetri dan Ginekologi pada saat saya diterima untuk mengikuti pendidikan

spesialis di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; Prof. dr.

Hamonangan Hutapea, SpOG.K; Prof. DR. dr. M. Thamrin Tanjung, SpOG.K;

Prof. dr. R. Haryono Roeshadi, SpOG.K; Prof. dr. T.M. Hanafiah, SpOG.K; Prof.

dr. Budi R. Hadibroto, SpOG.K; dan Prof. dr. Daulat H. Sibuea, SpOG.K; yang

telah bersama-sama berkenan menerima saya untuk mengikuti pendidikan

spesialis di Departemen Obstetri dan Ginekologi.

• dr. Deri Edianto, SpOG.K dan dr. H. Soekimin, SpPA selaku pembimbing tesis saya, bersama dr. Yusuf R. Surbakti, SpOG.K; dr. Ichwanul Adenin, SpOG.K;

dan Prof. dr. M. Fauzie Sahil, SpOG.K, selaku penyanggah dan nara sumber

yang dengan penuh kesabaran telah meluangkan waktu yang sangat berharga

untuk membimbing, memeriksa, dan melengkapi penulisan tesis ini hingga

selesai.

(5)

”Pertumbuhan Rambut Yang Berlebihan Pada Remaja” dan kepada dr. Deri Edianto, SpOG.K selaku pembimbing Referat Mini Onkologi saya yang berjudul

”Pengamatan Lanjut Kanker Ovarium Pasca Terapi”.

• Dr. T. M. Ichsan, SpOG, selaku Bapak Angkat saya selama menjalani masa pendidikan, yang telah banyak mengayomi, membimbing dan memberikan

nasehat-nasehat yang bermanfaat kepada saya dalam menghadapi masa-masa

sulit dalam pendidikan.

• Kepada Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes, yang telah meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing saya dalam penyelesaian uji statistik tesis ini.

• Seluruh Staf Pengajar di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan, yang secara langsung telah banyak membimbing dan mendidik saya sejak awal

hingga akhir pendidikan. Semoga Yang Maha Pengasih membalas budi baik

guru-guru saya tersebut.

• Sekretaris Jenderal Departemen Kesehatan RI, Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, atas ijin yang telah diberikan

kepada saya untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis Obstetri dan

Ginekologi di FK-USU Medan.

• Direktur RSUP. H. Adam Malik Medan yang telah memberikan kesempatan dan sarana kepada saya untuk bekerja sama selama mengikuti pendidikan di

(6)

• Direktur RSU Dr. Pirngadi Medan dan Kepala SMF Obstetri dan Ginekologi RSU Dr. Pirngadi Medan yang telah memberikan kesempatan dan sarana kepada

saya untuk bekerja selama mengikuti pendidikan di Departemen Obstetri dan

Ginekologi.

• Direktur RS. PTPN II Tembakau Deli ; dr. Sofian Abdul Ilah, SpOG dan dr. Nazaruddin Jaffar, SpOG.K ; beserta staf yang telah memberikan kesempatan

dan sarana kepada saya untuk bekerja selama bertugas di rumah sakit tersebut.

• Direktur RSUD. Sipirok beserta staf, yang telah memberikan kesempatan kerja dan bantuan moril selama saya bertugas di rumah sakit tersebut.

• Ketua Departemen Anastesiologi dan Reanimasi FK USU Medan beserta staf, atas kesempatan dan bimbingan yang telah diberikan selama saya bertugas di

departemen tersebut.

• Ketua Departemen Patologi Anatomi FK-USU beserta staf, atas kesempatan dan bimbingan yang telah diberikan selama saya bertugas di departemen tersebut.

• Kepada senior-senior saya, dr. Elida P. Sidabutar, SpOG; dr. Alex M. Lumbanraja, SpOG; dr. Ginda H. Siregar, SpOG; dr. Cut Diah Tris Mananti,

SpOG, dr. Wahyudi, SpOG; dr. M. Aswin Pranata, SpOG; dr. T. R. Iqbal; dr. Jhon

Tambunan, SpOG; dr. Muara P. Lubis, SpOG; dr. Sukhbir Singh, dan dr. Simon

P. Saing, terimakasih banyak atas segala bimbingan, bantuan dan dukungannya

(7)

• Kepada dr. Yusmardi; dr. Dessy S. Hasibuan; dr. Nur Aflah; dr. Dwi Faradina; dr. Alim Sahid; dr. Roni P. Bangun; dan dr. Sim Romi, saya menyampaikan terima

kasih atas dukungan dan bantuan yang diberikan selama ini serta kebersamaan

kita selama pendidikan.

• Rekan-rekan PPDS yang sangat baik, dr. Benny J Marpaung; dr. Anggia M. Lubis, dr. Sri Jauharah; dr. Hendry A. Saputra; dr. Ulfah W. Kesumah; dr. Hendri

Ginting; dr. Fatin Atifa; dr. Morel Sembiring, saya menyampaikan terima kasih

atas dukungan dan bantuan yang diberikan selama penelitian saya dan

kebersamaan kita selama masa pendidikan.

• Tim jaga yang kompak, dr. Ilham S. Lubis; dr. Ari P. Lubis; dr. Firman Alamsyah; dr. Hendry A. Saputra; dr. Hendri Ginting, terima kasih atas kebersamaan kita

selama ini, kenangan indah ini akan saya ingat selamanya.

• Seluruh teman sejawat PPDS yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas kebersamaan, dorongan semangat dan doa yang telah

diberikan selama ini.

• Dokter Muda, Bidan, Paramedis, karyawan / karyawati, serta para pasien di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK USU / RSUP. H. Adam Malik – RSUD.

Dr. Pirngadi Medan yang daripadanya saya banyak memperoleh pengetahuan

baru, terima kasih atas kerja sama dan saling pengertian yang diberikan kepada

(8)

Sembah sujud, hormat dan terima kasih yang tidak terhingga saya sampaikan

kepada kedua Orang Tua saya yang tersayang dan terkasih, Ayahanda T. S.

Simatupang, dan Ibunda Rehmin br Sinuraya, yang telah membesarkan, membimbing, mendoakan, serta mendidik saya dengan penuh kasih sayang dari

sejak kecil hingga kini, memberi contoh yang baik dalam menjalani hidup serta

memberikan motivasi dan semangat kepada saya selama mengikuti pendidikan ini.

Sembah sujud, hormat dan terima kasih yang tidak terhingga juga saya sampaikan

kepada Bapak Mertua dr. Lintong Hutabarat, SpOG, MHA dan Ibu Mertua

Magdalena br Sitompul yang telah banyak membantu, mendoakan dan

memberikan dorongan dan perhatian kepada saya selama mengikuti pendidikan ini.

Buat istriku yang tercinta dan tersayang, Gloria C. J. br Hutabarat, SE, ME tiada

kata lain yang bisa saya sampaikan selain rasa terima kasih atas kesabaran,

dorongan, semangat, pengorbanan dan doa sehingga saya dapat menyelesaikan

pendidikan ini.

Buat kedua buah hatiku yang kucintai dan kusayangi; putriku Grace Felicia br

Simatupang dan putraku Gorga Fredrik Simatupang, yang merupakan inspirasi dan pendorong motivasi serta pemberi semangat untuk menyelesaikan pendidikan

ini.

Kepada abang-kakakku dan adikku tercinta Denny P. Simatupang BA dan keluarga,

Ir. Wesly M. simatupang dan keluarga, Ir. Hesty C. Simatupang, MM dan keluarga,

(9)

Simatupang terima kasih atas bantuan, dorongan semangat dan doa yang telah

diberikan selama ini.

Akhirnya kepada seluruh keluarga handai tolan yang tidak dapat saya sebutkan

namanya satu persatu, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang telah

banyak memberikan bantuan, baik moril maupun materil, saya ucapkan banyak

terima kasih.

Semoga Tuhan Yang Maha Baik senantiasa melimpahkan kasih dan karunia-Nya

kepada kita semua.

Medan, Februari 2009

(10)

KEAKURATAN POTONG BEKU, SITOLOGI IMPRINT INTRAOPERASI DAN GAMBARAN USG DALAM DIAGNOSIS KANKER OVARIUM

DI RSUP. H. ADAM MALIK

Simatupang F. S., Edianto Deri, Soekimin Departemen Obstetri dan Ginekologi

Fakultas Kedokteran USU/ RSUP. H. Adam Malik – RSUD. Dr. Pirngadi Medan

ABSTRAK

Tujuan : untuk mengetahui keakuratan potong beku, sitologi imprint intraoperasi, dan gambaran USG dalam mendiagnosa kanker ovarium di RSUP. H. Adam Malik.

Rancangan Penelitian : Penelitian dilakukan dengan pendekatan cross sectional retrospektif dengan mengumpulkan data pasien yang didiagnosa tumor ovarium dengan pemeriksaan USG dan dilakukan pemeriksaan potong beku dan/atau sitologi imprint intraoperasi di Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP. H. Adam Malik selama periode Januari 2005 – Desember 2008. Data diolah secara statistik menggunakan data komputer SPSS (Stastical Package for Social Sciences) versi 15.0 dan dilakukan uji statistik Chi-Square.

(11)

93,3%, spesifisitas 100%, nilai prediksi positif 100% dan nilai prediksi negatif kanker ovarium 98,3%. Pada pemeriksaan sitologi imprint intraoperasi dari 49 sampel penelitian didapatkan bahwa sitologi imprint intraoperasi mempunyai akurasi 97,9% dengan sensitivitas 93,8%, spesifisitas 100%, nilai prediksi positif 100% dan nilai prediksi negatif 97,1%. Hasil pemeriksaan potong beku dan sitologi imprint mempunyai keakuratan yang tinggi jika digunakan sebagai konsultasi patologi anatomi intraoperasi.

Kesimpulan : Pada penelitian ini didapatkan bahwa potong beku dan sitologi imprint

mempunyai keakuratan yang tinggi dan sangat berguna dalam menuntun tindakan pembedahan pada tumor ovarium. Potong beku intraoperasi mempunyai akurasi 98,6% sedangkan sitologi imprint intraoperasi mempunyai akurasi 97,9% dalam menegakkan diagnosa kanker ovarium. Diagnosis preoperasi dengan pemeriksaan ultrasongrafi mempunyai keakuratan yang lebih rendah dalam mendiagnosa kanker ovarium.

(12)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……….. i

ABSTRAK ……….. viii

DAFTAR ISI …...….………...………...…………...………... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR SINGKATAN ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN ...……...…...………...……… 1

1.1. LATAR BELAKANG ... 1

1.2. PERUMUSAN MASALAH ... 4

1.3 TUJUAN PENELITIAN ... 5

1.3.1. Tujuan Umum ... 5

1.3.2. Tujuan Khusus ... 5

1.4. MANFAAT PENELITIAN ... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. POTONG BEKU ... 7

2.1.1. Pendahuluan ... 7

2.1.2. Definisi ... 8

2.1.3. Aplikasi Potong Beku ... 10

2.1.4. Metode Potong Beku ... 11

(13)

2.1.6. Interpretasi Potong Beku ... 15

2.2. SITOLOGI IMPRINT …..……..………...………..………… 16

2.2.1. Pendahuluan ………..….. 16

2.2.2. Metode Sitologi Imprint ………...….……….... 17

2.2.3. Aplikasi Sitologi Imprint ………... 18

2.3. TUMOR OVARIUM ... 18

2.3.1. Pendahuluan ... 18

2.3.2. Diagnosis …... 19

2.3.3. Patologi Tumor Ovarium ... 24

2.3.4. Penatalaksanaan Operatif ….……….…...…...……… 30

2.3.5. Stadium Kanker Ovarium ... 33

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 35

3.1. RANCANGAN PENELITIAN ... 35

3.2. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN ... 35

3.3. POPULASI PENELITIAN ... 35

3.4. KRITERIA SAMPEL ... 36

3.4.1. Kriteria Penerimaan ...…..…...………. 36

3.4.2. Kriteria Penolakan …... 36

3.5. KERANGKA KONSEP ……….…...…….………..…... 37

3.6. BAHAN DAN PROSEDUR KERJA …...……….………….…... 37

3.7. BATASAN OPERASIONAL ………...……….……...……….. 38

3.8. PENGOLAHAN DATA ... 39

(14)

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ……….………. 51

5.1. KESIMPULAN ……….………. 51

5.2. SARAN …………...……..………. 52

DAFTAR PUSTAKA ………..………... 53

LEMBARAN FORMULIR PENELITIAN ……… 57

LEMBAR PERSETUJUAN KOMITE ETIK ………...…………...………... 58

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Keakuratan Diagnosis Potong Beku (%) Hubungannya

dengan Diagnosa Akhir Potong Paraffin ……….………. 15

Tabel 2.2. Tampilan Makroskopis Tumor Ovarium Jinak dan Ganas …....…… 22

Tabel 2.3. Klasifikasi Tumor Ovarium Epitelial Menurut WHO ……… 25

Tabel 2.4. Jenis Tumor Ovarium Sel Germinal Menurut Histologinya ……….. 27

Tabel 2.5. Jenis Tumor Sex-Cord Stromal ………. 28

Tabel 2.6. Stadium Kanker Ovarium Menurut International Federation of

Gynecologist and Obstetricians (FIGO) 2000 ………. 33

Tabel 4.1. Sebaran Kelompok Tumor Jinak dan Ganas Berdasarkan Usia .... 40

Tabel 4.2. Sebaran Kelompok Tumor Jinak dan Ganas Berdasarkan Paritas . 41

Tabel 4.3. Sebaran Stadium Kanker Ovarium ... 42

Tabel 4.4. Hubungan Hasil Pemeriksaan Gambaran Ultrasonografi dengan

Hasil Histopatologi Potong Parafin ………...……… 43

Tabel 4.5. Keakuratan, Sensitifitas, Spesifisitas, Nilai Prediksi positif,

Nilai Prediksi Negatif Ultrasonografi ………..……… 44

Tabel 4.6. Hubungan Hasil Pemeriksaan Histopatologi Potong Beku

Intraoperasi dengan Histopatologi Potong Parafin

Dalam Diagnosis Tumor Ovarium ... 45

Tabel 4.7. Hubungan Hasil Pemeriksaan Sitologi Imprint Intraoperasi

dengan Histopatologi Potong Parafin Dalam Diagnosis

(16)

Tabel 4.8. Gambaran Hasil Pemeriksaan USG terhadap pemeriksaan

Potong Beku, Sitologi Imprint, dan Potong Parafin Pada

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Ahli patologi membekukan jaringan dengan mesin cryostat ... 9

Gambar 2. Artefak es kristal pada potong beku ... 15

(18)

DAFTAR SINGKATAN

CA 125 : Cancer Antigen 125

USG : Ultrasonografi

RI : Resistance Index

PI : Pulsality Index

WHO : World Health Organization

FIGO : International Federation of Gynecologist and Obstetricians

SPSS . Stastical Package for Social Sciences

NP+ : Nilai Prediksi Positif

NP- : Nilai Prediksi Negatif

P : Paritas

(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Tumor ovarium merupakan penyebab penting morbiditas dan mortalitas pada

wanita. Karsinoma ovarium jenis epitel adalah penyebab utama kematian akibat

kanker ginekologi di Amerika Serikat. Pada tahun 2003 diperkirakan terdapat 25.400

kasus kanker ovarium dengan 14.300 kematian, yang mencakup kira-kira 5% dari

semua kematian wanita karena kanker.1,2,3,4

Meskipun mayoritas kanker ovarium adalah jenis epitel, kanker ovarium dapat juga

berasal dari sel lain yang terdapat di ovarium. Akan tetapi, angka kejadian tumor

ovarium non epitel kecil sekali sehingga angka kejadian tumor ovarium epitel

dianggap angka kejadian seluruh kanker ovarium.2

Kanker ovarium jarang ditemukan pada usia di bawah 40 tahun. Angka kejadian

meningkat dengan makin tuanya usia; dari 15-16 per 100.000 pada usia 40-44

tahun, menjadi paling tinggi dengan angka 57 per 100.000 pada usia 70-74 tahun.

Usia median saat diagnosis adalah 63 tahun dan 48% penderita berusia diatas 65

tahun.2,4

Karena belum ada metode skrining yang efektif untuk kanker ovarium, 70% kasus

ditemukan pada keadaan yang sudah lanjut yakni setelah tumor menyebar jauh di

(20)

Diagnosis yang akurat antara tumor ovarium ganas atau jinak merupakan hal yang

krusial dan memiliki dampak yang penting baik manajemen intraoperatif dan

postoperatif pada setiap kasus.Oleh karena itu, diagnosis awal sering berdasarkan

penemuan intraoperatif, seperti karakteristik tumor. Jenis tumor ganas atau jinak

tidak bisa ditentukan secara mudah berdasarkan visualisasi. Diagnosis intraoperatif

merupakan hal yang penting dalam menentukan pilihan dan seberapa jauh prosedur

operasi yang akan dikerjakan. Konsultasi patologi intraoperasi sangat diperlukan

dalam menentukan keganasan, surgical staging dan metode operasi terhadap tumor

ovarium. Potong beku sebagai standar baku dalam diagnosis tumor ovarium

intraoperasi.5,6,7,8

Potong beku (frozen section) sudah lama digunakan sebagai alat diagnosis

histopatologi intraoperatif dalam menentukan tindakan operasi selanjutnya. Akurasi

dari potong beku pada tumor ovarium telah dievaluasi dalam beberapa penelitian.

Beberapa penelitian juga telah menunjukkan bahwa potong beku merupakan cara

yang lebih baik dalam diagnosis keganasan ovarium dibandingkan cara lain seperti

tumor marker, ultrasonografi dan diagnosis klinis. Tujuan utama pemeriksaan potong

beku adalah untuk menentukan apakah jaringan yang diambil sebagai sampel

bersifat ganas atau jinak. Sebagai tambahan, pemeriksaan ini dapat membantu

penentuan stadium tumor, mengidentifikasi tipe histologis pada saat operasi,

menentukan adekuasi tepi reseksi, dan sebagainya. Meskipun demikian, oleh

karena keterbatasan tehnis, potong beku lebih sulit diinterpretasi bila dibandingkan

(21)

Potong beku masih memilki kekurangan untuk diagnosis histopatologi intraoperatif

pada tumor ovarium. Beberapa faktor dapat mempengaruhi keakuratan diagnosis

potong beku adalah, seperti karateristik pasien, ukuran tumor, jenis histologi, dan

pengalaman ahli patologi.10,11

Brun J-L, dkk (2008) menyebutkan sensitivitas dan spesifisitas dari diagnosis potong beku terhadap tumor jinak, borderline, dan ganas berturut-turut adalah 97%

dan 81%, 62% dan 96%, dan 88% dan 99%. Kesalahan diagnosis tumor ovarium

borderline dipengaruhi oleh jenis histologi (musinosus), ukuran tumor (kurang dari 10

cm), komponen borderline (kurang dari 10%) dan pengalaman ahli patologi. 10

Sitologi imprint telah dipakai sebagai konsultasi patologi intraoperasi yang utama

untuk tumor ovarium di Rumah Sakit Univrsitas Chiba, Jepang, karena sitologi

imprint mempunyai keuntungan yaitu kesederhanaan prosedur pembuatannya,

kualitas tinggi preparat dan memberikan hasil yang cepat. Keakuratan sitologi

imprint belum banyak yang menguraikannya.8

Kar Tushar, dkk. (2005) melakukan penelitian untuk mendapatkan keakuratan

sitologi imprint dalam diagnosis tumor ovarium intraoperasi. 89,55% tumor ovarium

dapat didiagnosa secara tepat dengan menggunakan sitologi imprint. Sensitivitas

93% dan spesifisitas 92%.12

Pemeriksaan preoperasi dengan menggunakan ultrasonografi dapat membantu

untuk mendiagnosa kemungkinan keganasan dari tumor ovarium, untuk itu perlu

(22)

mendiagnosis tumor ovarium untuk mencegah terjadinya tindakan operasi yang tidak

adekuat (undertreatment) atau tindakan operasi yang berlebihan (overtreatment)

walaupun potong parafin tetap sebagai standar baku diagnosa definitif. Potong beku

dan sitologi imprint sudah digunakan sebagai konsultasi patologi intraoperasi dalam

diagnosa kanker ovarium di RSUP. H. Adam Malik akan tetapi hingga saat ini belum

pernah dilakukan penilaian keakuratannya. Hal ini yang melatarbelakangi penelitian

ini dilakukan.

1.2. PERUMUSAN MASALAH

Status keganasan dari tumor ovarium penting untuk diketahui baik sebelum

dilakukan operasi atau selama operasi sebagai panduan pada penatalaksanaannya,

terutama yang berupa pembedahan. Sayangnya, kita tidak selalu dapat menentukan

status keganasan tumor tersebut baik sebelum operasi dengan berbagai studi

pencitraan dan petanda tumor maupun sewaktu operasi dengan pemeriksaan gross

patologi. Pada keadaan ini, diperlukan potong beku dan sitologi imprint sebagai

suatu prosedur diagnostik intraoperasi untuk panduan pada terapi

pembedahan.1,6,8,13

Tujuan dari potong beku dan sitologi imprint intraoperatif adalah untuk mengetahui

jenis dan tahap dari penyakit juga sebagai panduan untuk melakukan perluasan

tindakan bedah, dengan perhatian utama adalah untuk mempertahankan fertilitas

penderita. Jadi, akurasi dari diagnosis potong beku dan sitologi imprint pada tumor

ovarium adalah sangat penting. Karena pentingnya diagnosis tersebut, perlu

(23)

1.3. TUJUAN PENELITIAN 1.3.1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keakuratan potong beku, sitologi imprint

intraoperasi, dan gambaran USG dalam mendiagnosa kanker ovarium di RSUP. H.

Adam Malik.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif, dan nilai prediksi

negatif potong beku intraoperasi dalam menentukan status keganasan tumor

ovarium.

2. Mengetahui sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif, dan nilai prediksi

negatif sitologi imprint intraoperasi dalam menentukan status keganasan

tumor ovarium.

3. Mengetahui sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif, dan nilai prediksi

negatif gambaran USG dalam menentukan status keganasan tumor ovarium.

4. Mengetahui jumlah kasus laparatomi tumor ovarium dengan konsultasi

patologi intraoperasi potong beku dan/atau sitologi imprint yang dilakukan di

Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP. H. Adam Malik periode Januari

2005 – Desember 2008.

1.4. MANFAAT PENELITIAN

1. Dengan hasil penelitian ini dapat dilihat keakuratan diagnostik potong beku,

sitologi imprint intraoperasi, dan gambaran USG pada pasien dengan

(24)

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam bentuk data

bagi pendidikan dokter spesialis di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK

USU RSUP. H. Adam Malik – RSUD. Dr. Pirngadi Medan serta menjadi data

dasar dalam upaya peningkatan pelayanan dan kualitas kesehatan wanita di

kedua rumah sakit rujukan tersebut.

3. Dengan hasil penelitian ini diharapkan pemeriksaan sitologi imprint dapat

menggantikan pemeriksaan potong beku pada Rumah Sakit yang tidak

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. POTONG BEKU 2.1.1. Pendahuluan

Potong beku adalah konsultasi intraoperasi untuk menetapkan diagnosa

histopatologi yang cepat dari suatu proses patologi. Indikasi lain dari konsultasi

spesial ini termasuk penilaian batas sayatan pembedahan, pembagian jaringan

untuk penyelidikan khusus, dan menghasilkan jaringan yang segar atau membeku

untuk penelitian.14,15

Metode pemeriksaan frozen section yang dilakukan di labaratorium saat ini berdasar

pada uraian Dr. Louis B. Wilson pada tahun 1905. Wilson mengembangkan teknik ini

pertama sekali atas permintaan Dr. William Mayo, seorang ahli bedah dan salah

satu pendiri Mayo Klinik.16,17,18,19

Potong beku merupakan metode pengelolaan jaringan dengan tidak memakai

proses dehidrasi, clearing agents dan pada beberapa kasus tanpa media

embedding. Potong beku merupakan teknik pemeriksaan histologi, tetapi kemudian

digunakan untuk melihat substansi jaringan dan untuk mendiagnosa penyakit pada

biopsi jaringan pada kasus-kasus darurat. Prosedur standar dapat menimbulkan

efek yang mengganggu dalam melihat unsur-unsur jaringan yang diperiksa (Bancroft

& Cook, 1994). Peningkatan teknik potong beku belakangan ini menghasilkan

(26)

Keuntungan pemeriksaan dengan teknik potong beku adalah bahwa diagnosa dapat

ditegakkan dalam waktu cukup cepat. Sungguhpun pemeriksaan potong beku telah

cepat, tapi para ahli yang menggunakan pisau operasi masih menuntut agar

kecepatan diagnosa lebih ditingkatkan lagi, dengan syarat ketepatan diagnosa tetap

dapat dipercaya.21

Dalam operasi ahli bedah tidak begitu mempersoalkan tipe dari tumor ganas, yang

paling penting bagi ahli bedah adalah penjelasan tentang apakah lesi bersifat jinak

atau ganas dan asal primer dari tumor ganas. Potong beku dianggap cukup unggul

dalam menentukan tipe keganasan tapi potong beku sendiri kadang-kadang tidak

dapat memberikan informasi yang meyakinkan tentang bagian-bagian dari batas

sayatan operasi terutama bila bidang sayatan operasi sangat tidak teratur atau

rumit.21

2.1.2. Definisi

Prosedur potong beku adalah prosedur laboratorium patologi untuk melakukan

secara cepat analisa mikroskopik spesimen. Biasanya digunakan paling sering pada

pembedahan onkologi. Nama teknis dari prosedur ini adalah cryosection.16

Konsultasi intraoperasi adalah nama yang diberikan untuk semua intervensi oleh ahli

patologi, yang termasuk bukan hanya potong beku tetapi juga evaluasi gross dari

spesimen, pemeriksaan sitologi pada bahan pemeriksaan (seperti imprint), teknik

patologi molekuler, dan flow cytometry. Laporan yang diberikan oleh ahli patologi

biasanya terbatas pada diagnosa “jinak” atau “ganas”, dan komunikasi kepada ahli

(27)

Instrumen kunci untuk cryosection adalah cryostat, yang secara esensil adalah

microtome didalam pesawat pembeku. Spesimen diletakkan pada gamit metal dan

dibekukan secara cepat pada suhu sekitar -20o C. Pada suhu ini, semua jaringan

akan mengeras. Selanjutnya dipotong beku dengan microtome yang merupakan

bagian cryostat, Potongan itu diletakkan pada slide kaca dan diwarnai (biasanya

dengan hematoxylin dan eosin). Persiapan sampel sangat cepat dibandingkan teknik

histologi tradisional (sekitar 10 menit). Tetapi kualitas teknik ini lebih rendah.16

Gambar 1. Ahli patologi membekukan jaringan dengan mesin cryostat dan dipotong dengan alat microtome15

2.1.3. Aplikasi Potong Beku

Penggunaan utama dari prosedur potong beku adalah pemeriksaan jaringan ketika

pembedahan sedang berlangsung. Mungkin ada beberapa alasan:16

• Jika tumor kelihatannya sudah mengalami metastase, sampel dari dugaan metastase dikirim untuk cryosection untuk menegaskan identitasnya. Ini akan

membantu ahli bedah memutuskan apakah ada perlunya melanjutkan

(28)

• Jika tumor telah direseksi tetapi tidak jelas apakah batas sayatan sudah bebas tumor, konsultasi intraoperasi diminta untuk menilai kebutuhan untuk

melanjutkan reseksi sampai batas bersih.

• Jika pembedahan eksplorasi, pemeriksaan cepat dari lesi mungkin dapat menolong identifikasi penyebab dari gejala pasien. Penting dicatat, ahli patogi

sangat terbatas oleh kualitas teknis potong beku. Diagnosis akhir sangat

jarang ditegakkan secara intraoperasi.

Potong beku memiliki banyak aplikasi yang dapat digunakan dalam pemeriksaan

rutin histopatogi, antara lain:20

• Produksi cepat dari potongan untuk diagnosis segera, seperti diagnosa keganasan intraoperasi (on-table).

• Digunakan pada diagnostik dan penelitian enzim histokimia, dimana enzim bersifat labil.

• Digunakan pada metode immunofluorescent

• Digunakan pada metode immunohistokimia

• Digunakan pada diagnostik dan penelitian non-enzim histokimia, misalnya lemak dan karbohidrat

• Digunakan pada beberapa metode di dalam neuropatologi.

2.1.4. Metode Potong Beku

Ketika tumor di ovarium diidentifikasi dengan metode pencitraan noninvasif, langkah

berikutnya dalam penanganan biasanya adalah pembedahan. Konsultasi patologi

intraoperasi sangat berperan dalam penanganan tumor ovarium. Proses ini dapat

(29)

1. Pengetahuan frekuensi umum tumor ovarium

2. Keadaan klinis yang relevan

3. Pemeriksaan makroskopis

4. Penilaian histologi

Prinsip pemotongan potong beku sederhana: ketika jaringan dibekukan, air di dalam

jaringan berubah menjadi es, pada keadaan ini jaringan menjadi keras, es berperan

sebagai media embedding. Konsistensi blok beku dapat dipengaruhi oleh variasi

temperatur jaringan. Pengurangan suhu akan menghasilkan blok yang lebih keras

dan peningkatan suhu akan menyebabkan jaringan menjadi lebih lembut. Mayoritas

jaringan non-lemak yang tidak merekat dipotong dengan baik pada suhu -25oC

tergantung pada sifat jaringan. Pemotongan jaringan yang merekat membutuhkan

suhu blok -10oC atau lebih hangat. Jika lebih banyak air pada blok jaringan, jaringan

akan mempnyai konsistensi yang lebih keras, dibutuhkan suhu yang lebih tinggi

untuk memperoleh konsistensi yang ideal untuk pemotongan.20

Untuk memberikan hasil yang baik, ketebalan pemotongan pada cryostat merupakan

salah satu syarat yang harus dipenuhi. Jaringan harus dalam keadaan baik. Kualitas

terbaik pada teknik cryostat section dihasilkan dari jaringan yang tidak terfiksasi.

Kondisi di dalam cryostat harus optimal, meliputi:20

• Temperatur blok harus tepat sebelum jaringan dipotong

• Kerja microtome harus baik

(30)

Jaringan yang dibekukan harus dalam keadaan segar dan secepat mungkin

dibekukan. Apabila pembekuannya lambat dapat menyebabkan distorsi dan akan

terbentuk artefak kristal es pada jaringan.20

Ketebalan jaringan yang dianjurkan untuk teknik frozen section adalah 6 (enam)

mikron. Pada ketebalan ini zat warna akan diserap dengan baik dan sediaan akan

mudah untuk dibaca sehingga ahli patologi akan dapat mengumpulkan banyak

informasi. Pemotongan yang lebih tipis akan menyebabkan pewarnaan yang pucat

karena zat warna kurang terserap dan akan banyak bagian yang tidak dapat

dibaca.23

Metode pewarnaan yang paling sering digunakan adalah modifikasi hematoxylin

yang dikombinasikan dengan eosin. Prosedur pewarnaan sama seperti metode

lainnya yang memakan waktu 1-2 menit. Pewarnaan yang lebih cepat adalah

polychromatic methylen blue yang membutuhkan waktu 1-2 detik.9

2.1.5. Keterbatasan Potong Beku

Potong beku adalah salah satu prosedur yang penting dan sulit yang dilakukan oleh

ahli patologi selama berpraktek. Prosedur ini membutuhkan pengalaman,

pengetahuan ilmu kedokteran klinis dan patologi, kapasitas untuk membuat

keputusan yang cepat di dalam tekanan, penilaian yang baik, sikap yang konservatif

tapi tidak berlebihan, kesadaran akan keterbatasan metode ini. Ada empat alasan

keterbatasan potong beku, yaitu: sampel salah, terbentuknya artefak kristal es,

(31)

Keterbatasan sejati:23 1. Keterbatasan waktu

Teknik frozen section harus dilakukan dengan cepat untuk mendapatkan diagnosa

yang cepat pula. Hal-hal yang perlu dilakukan agar tidak terjadi kesalahan dalam

mendiagnosa atau membaca hasil frozen section adalah: percaya diri, keterampilan

yang cukup, dan menjalin hubungan baik dengan rekan kerja ahli bedah. Jika

seorang ahli patologi memiliki keterampilan dan pengalaman dalam frozen section,

waktu yang dibutuhkan untuk mengambil jaringan, mewarnai dan membaca slide

hanya beberapa menit saja. Bagi ahli patologi yang berpengalaman proses ini dapat

dilakukan dalam 10 menit. Dan beberapa menit lebih lama untuk spesimen besar

yang sulit.23

2. Keterbatasan pewarnaan khusus

Pada saat ini dapat disebut malpraktek apabila mendiagnosa lymphoma, sarcoma

dan semua kanker yang memiliki gambaran yang mirip dengannya tanpa pewarnaan

immunoperoxidase untuk melihat ekspresi gen. Barangkali di masa depan kita akan

memiliki studi yang lebih cepat dengan menggunakan teknik frozen section. Namun

untuk sekarang ini masih banyak dijumpai keterbatasan.23

3. Ketiadaan konsultasi

Ketika melakukan pemeriksaan, seorang ahli patologi sendirian di dalam ruangan

frozen section dengan hanya ditemani buku untuk membantu pekerjaannya. 23

(32)

Sudah merupakan sifat kimiawi air, bahwa air akan memperluas pembekuan dalam

pembentukan ikatan hidrogen. Oleh karena itulah es akan mengapung. Seperti pada

umumnya artefak dalam ilmu patologi, diperlukan pengenalan artefak yang berada di

sekitar objek yang hendak diperiksa dengan baik, sehingga tetap dapat membaca

slide dengan benar.23

Potong beku Potong parafin

Gambar 2. Artefak es kristal pada potong beku24

2.1.6. Interpretasi Potong Beku

Hampir semua laporan penelitian menyebutkan keakuratan potong beku intraoperasi

tinggi yaitu diatas 90%. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 2.1.22

Tabel 2.1. Keakuratan Diagnosis Potong Beku (%) Hubungannya dengan Diagnosa Akhir Potong Parafin.22

Jinak Borderline Ganas

Sensitifitas 93-98 61-84 84-98

Nilai Prediksi Positif 92 62-65 98-100

Seperti telah disebutkan di atas, indikasi utama potong beku adalah untuk

mempengaruhi prosedur pembedahan secara langsung. Untuk itu dibutuhkan

(33)

keganasan karena akan dilakukan pemotongan dan prosedur pembedahan yang

irreversibel. Jika diagnosa false negative operasi kedua mungkin diperlukan.9

Membaca gambaran mikroskopik bukan merupakan bagian yang paling sulit pada

teknik potong beku. Penilaian makroskopis yang tepat merupakan hal yang lebih

penting. Lesi hanya dapat dilihat di mikroskop jika ada di atas slide. Kesalahan

interpretasi potong beku khususnya disebabkan kesalahan pengambilan sampel,

dalam satu penelitian disebutkan 8 dari 13 kesalahan diagnosa disebabkan

kesalahan dalam pengambilan sampel. Dianjurkan pengambilan jaringan dan teknik

potong beku ini dilakukan oleh seorang ahli patologi yang berpengalaman. Jika

dilakukan oleh seorang ahli patologi yang tidak berpengalaman akan dapat

menyebabkan kesalahan dalam mendiagnosa suatu penyakit.9,22

2.2. SITOLOGI IMPRINT 2.2.1. Pendahuluan

Sejak konsep sitologi intraoperasi diperkenalkan oleh Dudgon dan Patrick pada

tahun 1927, sitologi imprint sudah sering digunakan dan terkadang dianggap perlu

sekali dalam mengevaluasi banyak lesi. Sitologi intraoperasi menawarkan beberapa

keuntungan dibandingkan potong beku. Tekniknya lebih mudah dan lebih cepat,

tidak membutuhkan peralatan yang rumit, memberikan rincian sitologi sel tanpa

terjadinya artefak oleh pembekuan dan pemotongan jaringan, dan menghasilkan

lebih banyak sel dari beberapa lokasi lesi, kemudian memungkinkan sampel pada

permukaan yang lebih luas dibandingkan dengan potong beku.24

Hampir semua tumor ovarium tidak dapat dengan mudah dibedakan satu dengan

(34)

sitologi tumor ovarium sangat menarik dan menantang. Sitologi jarum halus pada

pemeriksaan preoperasi tumor ovarium kurang menyenangkan karena tusukan pada

kanker kistik dapat menyebabkan penyebaran kanker intraperitoneal. Sitologi imprint

intraoperasi akan memberikan diagnosis yang cepat tanpa takut penyebaran pada

kasus kanker ovarium. Dengan diagnosis cepat intraoperasi pada wanita muda

dengan tumor ovarium dapat dihindari pengangkatan ovarium kontralateral yang

tidak perlu dan mempertahankan fertilitas. Sitologi imprint dapat digunakan dalam

penatalaksanaan pembedahan komplit pada kasus keganasan dan untuk penentuan

stadium kanker.12

Sitologi imprint adalah pemeriksaan mikroskopik sel yang diperoleh dari penekanan

jaringan dengan meggunakan objek glass. Walaupun sitologi imprint mempunyai

beberapa kegunaan, penggunaannya belum dikenal secara luas dalam diagnosis

tumor ovarium dan hanya ada beberapa laporan yang menggunakan sitologi imprint

dalam diagnosis tumor ovarium.12

2.2.2. Metode Sitologi Imprint

Bahan berasal dari jaringan yang diperlukan untuk pemeriksaan histopatologi.

Lakukan tekanan dengan objek glass pada beberapa bagian massa tumor.

Diperlukan beberapa objek glass hasil imprint yang berasal dari massa tumor dan

segera dilakukan fiksasi dengan alkohol 96%. Kemudian diwarnai dengan

pewarnaan hematoxylin dan eosin, dan diperiksa dibawah mikroskop. Waktu yang

diperlukan untuk menyiapkan slide rata-rata 2-2,5 menit. Bagian yang paling penting

dari proses ini adalah penekanan cepat fragmen pada objek glass dan diikuti fiksasi

(35)

2.2.3. Aplikasi Sitologi Imprint

Sitologi imprint adalah satu-satunya metode yang memberikan diaganosa tumor

ovarium intraoperasi dibawah 20 menit. Sitologi imprint sangat membantu

khususnya pada wanita muda yang membutuhkan pembedahan konservatif untuk

mempertahankan fertilitas. Sitologi imprint tidak mengganggu kualitas spesimen

biopsi, lebih murah biayanya, sederhana dan metode yang cepat, dan dapat

diandalkan dalam akurasi, sensitivitas, spesifisitas dan nilai prediksi positif. Sitologi

imprint tidak mempengaruhi penggunaan spesimen untuk histopatologi.12

2.3. TUMOR OVARIUM 2.3.1. Pendahuluan

Ada tiga kategori utama tumor neoplastik yaitu tumor jinak, tumor borderline dan

tumor ganas, yang berbeda dalam hal karateristik biologis, penatalaksanaan dan

prognosa. Tumor ovarium borderline adalah kelompok yang penting, secara histologi

kriteria untuk diagnosa tumor ovarium borderline adalah adanya proliferasi epitel

dengan terbentuknya pertumbuhan papiler dan pseudostratifikasi, terdapat atipia inti

dan aktifitas mitosis dan tidak terdapat invasi struma. Tumor ovarium borderline

menunjukkan luaran jangka panjang yang sangat baik walapun dengan

pembedahan konservatif.1,2

Tumor ovarium epitelial biasanya dibedakan atas dua kelompok, yaitu tumor yang

invasif dan borderline. Tumor ovarium borderline sering juga disebut dengan nama

tumor ovarium of low malignant potential karena derajat diferensiasi histologi yang

rendah dan prognosanya baik. Diperkirakan tumor ovarium borderline ini mencakup

(36)

beberapa kelompok berdasarkan histologinya. Data dari Canadian Cancer Registry,

kanker ovarium epitel jenis serosum mencakup 56%, sedangkan jenis musinosum

18% diikuti jenis endometrioid 16%, clear cell 6%, dan mixed epithelial tumor 3%.2

Penelitian di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta pada semua kasus

kanker ovarium yang berobat antara tahun 1989-1995 ditemukan kanker ovarium

jenis epitel pada 55,98% kasus, sedangkan kanker ovarium nonepitel mencakup

44,02%. Dari kelompok kanker ovarium epitel, jenis serosum mencakup 44,44%,

musinosum 19,66%, endometrioid 10,26%, clear-cell 5,13%, dan mixed epithelial

malignant 0,85%.2

2.3.2. Diagnosis

Diagnosis klinik umumnya berdasarkan pemeriksaan abdomen, pemeriksaan dalam,

pemeriksaan ultrasonografi, pemeriksaan petanda tumor (tumor marker). Beberapa

pemeriksaan pembantu dapat digunakan untuk mendiagnosa kemungkinan suatu

keganasan dari tumor ovarium. Diagnosis kanker ovarium memerlukan tindakan

laparatomi eksplorasi.2,25,26

Tanda dan gejala kanker ovarium tidak spesifik. Pasien mengeluhkan gejala seperti

dibawah ini:27

• Nyeri pelvik/abdomen

• Perdarahan pervaginam

• Perut gembung

• Perut tegang

(37)

• Perubahan kebiasaan buang air besar

Pasien dengan penyakit stadium lanjut muncul dalam keadaan seperti berikut ini:27

• Massa di ovarium atau pelvik

• Asites

• Efusi pleura

• Massa di abdomen atau obstruksi saluran cerna

Ultrasonografi

Ultrasonografi adalah teknologi yang non invasif yang dapat mendeteksi

abnormalitas ukuran ovarium dan morfologi. Untuk skrining, ultrasonografi

transvaginal memberikan gambaran yang lebih baik daripada transabdominal karena

probe dapat diposisikan lebih dekat dan pemeriksaan dapat dilakukan dengan

kandung kemih yang kosong.28

Pada umumnya tumor ovarium kistik unilokuler yang berukuran kurang dari 5 cm

bersifat jinak. Tumor ganas ovarium biasanya terdiagnosis bila ukurannya sudah

cukup besar, terlihat sebagai tumor padat atau tumor kompleks dengan bagian

dinding atau septa yang menebal dengan permukaan yang tidak rata (membentuk

nodul atau papil), seringkali juga disertai asites. Secara umum diketahui bahwa USG

kurang sensitif untuk membedakan tumor jinak dan tumor ganas ovarium

(38)

Beberapa sistem skoring telah dikembangkan untuk membedakan lesi jinak dan

ganas berdasarkan pada volume ovarium dan kompleksitas dari kista, termasuk

ketebalan dinding kista, jumlah kista, papil pada kista, ketebalan septa, cairan asites.

Secara keseluruhan ultrasonografi tidak cukup baik dalam membedakan kista jinak

dengan kista ganas.28

Pemakaian USG transvaginal color doppler dapat membedakan tumor ovarium jinak

dengan tumor ovarium ganas. Modalitas ini didasarkan kepada analisis gelombang

suara Doppler (resistance index atau RI, pulsality index atau PI, dan Velocity) dari

pembuluh-pembuluh darah pada tumor yang menunjukkan peningkatan arus darah

diastolik dan perbedaan kecepatan arus darah sistolik dan diastolik. Keganasan

dicurigai jika RI <0,4.2

Sensitifitas dan spesifisitas ultrasonografi secara berturut-turut adalah 82,2% dan

82,1%, dan nilai ini lebih tinggi dari tumor marker (CA 125, CA 19-9, CA72-4),

sensitifitas dan spesifisitas potong beku intraoperasi yang tertinggi dalam diagnosis

tumor ovarium.30

Tabel 2.2. Tampilan Makroskopis Tumor Ovarium Jinak dan Ganas2

Jinak Ganas*

Unilateral Bilateral

Kapsul utuh Kapsul pecah

Bebas dari perlekatan Ada perlengketan dengan organ sekitarnya

(39)

Tidak ada asites Asites hemoragik

Peritoneum licin Ada metastasis di peritoneum

Seluruh permukaan tumor viable Ada bagian-bagian yang nekrotik dan

berdarah

Tumor kistik Padat atau kistik dengan bagian-bagian padat

Permukaan dalam kista licin Terdapat pertumbuhan papiler intra kista

Bentuk tumor seragam Bentuk tumor bermacam-macam

*Tanda-tanda ini tidak patognomanik untuk keganasan

Diagnosis pasti tumor ovarium ganas melalui pembedahan, pembedahan tumor

ovarium ganas bertujuan diagnosis, penetapan stadium dan terapi.26 Evaluasi

(40)

Massa di Adneksa

Singkirkan semua kelainan non-ginekologik, misal dengan

barium enema

Pascamenopause dengan peningkatan CA 125 dan/ada massa kompleks

pada pemeriksaan USG Premenopause

Gambar 3. Evaluasi praoperatif penderita dengan massa di adneksa.2,25

2.3.3. Patologi tumor ovarium

Kira-kira 90% kanker ovarium berasal dari epitel koelom atau mesotelium (epithelial

ovarian tumor) dan 10% adalah kanker ovarium non-epitel (non epithelial ovarium

tumor.2

Tumor ovarium dikelompokkan atas 6 kelompok, yaitu:2

≤ 8 cm > 8 cm

Pemeriksaan USG

Tumor kistik Tumor padat

Observasi selama

(41)

1. Tumor epitelial

2. Tumor sel germinal

3. Tumor sex-cord dan stromal

4. Tumor sel lipid

5. Sarkoma

6. Tumor metastasis

Tumor epitelial

Insidensi tumor ovarium epitelial sekitar 60 - 80% dari semua tumor ovarium. Di

RSCM Jakarta antara tahun 1989 - 1992 ditemukan 1.726 kasus kanker

ginekologi, diantaranya 13,6% adalah kanker ovarium. Umumnya (72%) adalah

kanker ovarium epitelial yang datang dalam stadium lanjut, sedangkan stadium

I-II (42,5%). Mortalitas karena kanker ovarium adalah 22,6% dari 327 kematian

kanker ginekologi.2

Tabel 2.3. Klasifikasi Tumor Ovarium Epitelial Menurut WHO2,4,32 1. Serous tumors

Benign

Cystadenoma and papillary cysadenoma

Surface papilloma

Adenofibroma and cystadenofibroma

Tumor of low malignant potential

Cystadenoma and papillary cystadenoma

Surface papilloma

(42)

Malignant

Adenocarcinoma

Surface papillary adenofibroma and cystadenofibroma

2. Mucinosus tumors

Benign

Cystadenoma

Adenofibroma and cystadenofibroma

Tumor of low malignant potential

Intestinal type

Endocervical like

Malignat

Adenocarcinoma

Malignant adenofibroma

Mural nodule arising in mucinosus cytic tumor

3. Endometrioid tumors

Benign

Adenoma and cystadenoma

Adenofibroma and cystadenofibroma

Tumor of low malignant potential

Endometrioid tumors (continued)

Malignant

Adenocarcinoma

Adenoacanthoma

Adenosquamous carcinoma

Malignant adenofibroma with a malignant stromal component

Adenosarcoma

Endometrrial stromal sarcoma

Carcinosarcoma, homologous and heterologous

Undifferentiated sarcoma

4. Clear cell tumors

Benign

Tumor of low malignant potential

(43)

Adenocarcinoma

5. Transitional cell tumors

Brenner’s tumor

Proliferating Brenner’s tumor

Malignant Brenner’s tumor

Transitional cell carcinoma

(non-Brenner type)

6. Squamous cell carcinoma

7. Mixed epithelial tumors (specify types)

Benign

Tumor of low malignant potential

Malignant

8. Undifferentiated carcinoma

Tumor ovarium Sel germinal

Tumor sel germinal berasal dari sel germinal primordial ovarium. Kira-kira 20 - 25%

tumor ovarium berasal dari germ sel. Tetapi hanya 3% yang ganas. Tumor ganas

ovarium sel germinal ditemukan 5% dari semua kanker ovarium di Negara-negara

barat, sedangkan Negara-negara oriental dan masyarakat kulit hitam tumor ganas ini

lebih sering yaitu 15% dari semua kasus.2

Pada usia sekitar 20 tahun, hampir 70% tumor ovarium berasal dari sel germinal,

dan sepertiganya adalah ganas. Pada usia dekade ketiga, tumor ini masih dapat

ditemukan, tetapi di atas usia tiga puluhan tumor ini sudah sangat jarang.2

(44)

1. Disgerminoma

a. Dermoid cyst (mature cystic teratoma)

b. Dermoid cyst with malignant transformation

C. Monodermal and highly specialized

1). Struma ovarii

2). Carcinoid

3). Struma ovarii and carcinoid

4). Others

3. Endodermal sinus tumor

4. Embryonal carcinoma

5. Polyembryoma

6. Choriocarcinoma

7. Mixed forms

Germ sel tumor yang paling sering adalah disgerminoma, sekitar 1 - 5% dari semua

kanker ovarium. Disgerminoma merupakan kanker ovarium pada 2/3 wanita usia

muda. Disgerminoma mempunyai respon pengobatan yang sangat tinggi,

menyelamatkan pasien dari infertilitas dan kematian dini.33

Tumor Sex-cord Stromal

Tumor Sex-cord stromal ovarium ditemukan 5 – 8% dari semua keganasan ovarium.

Tumor ini berasal dari sex-cord, stroma ovarium, atau mesenchim. Tumor ini

(45)

dan teka) dan sel “laki-laki” (sel sertali dan Leydig). Klasifikasi tumor sex-cord

stromal dapat dilihat pada tabel.2.4.2

Tabel 2.5. Jenis Tumor Sex-Cord Stromal2,32 1. Granulose-stromal-cell tumors

A. Granulosa-cell tumors

B. Tumors in thecoma-fibroma group

1). Thecoma

2). Fibroma-fibrosarcoma

3). Sclerosing stromal tumor

2. Androblastomas; Sertoli-Leydig-cell tumors

A. Well-differentiated

1). Sertoli cell tumor

2). Sertoli-Leydig-cell tumor

3). Leydig-cell tumor; hilus cell tumor

B. Moderately differentiated

C. Poorly differentiated (carcomatoid)

D. With heterologous elements

3. Gynandroblastoma

4. Unclassified

Tumor Sel Lipid

Tumor sel lipid ini ditemukan pada kurang dari 0,1% dari semua tumor ganas

ovarium dan biasanya unilateral. Tumor ini umumnya berkaitan dengan virilisasi dan

kadang-kadang dengan kegemukan, hipertensi, dan intoleransi glukosa.2

Tumor sel lipid ini disebut juga dengan nama tumor sel steroid dan dibedakan atas:2

• Stromal luteomas

• Leydig (hilus) cell tumor

(46)

Sarcoma ovarium

Berdasarkan kandungan elemen didalamnya, sarcoma dibedakan atas sarcoma of

purely origin dan heterologous sarcoma yang mengandung nonovarian elemen.

Sarcoma ovarium ini ditemukan pada kurang dari 1% dari seluruh tumor ganas

ovarium. Sarcoma ini mempunyai sifat tumbuh cepat sehingga pada saat ditemukan

tumor sudah dalam stadium lanjut dan telah bermetastasis.2

Tumor metastasis

Kira-kira 5% tumor metastasis ke ovarium berasal dari organ lainnya terutama dari

organ genitalia interna, payudara, dan traktus gastrointestinalis. Gejala dan

tandanya dapat menyerupai tumor primer dari ovarium baik secara kllinis maupun

patologis. Tumor metastasis ke ovarium yang sering disangka sebagai tumor primer

ovarium adalah tumor adenokarsinoma dari kolon. Makroskpis tumornya kistik dan

secara histologi menyerupai adenokarsinoma musinosum atau adenokarsinoma

endometrioid.2

2.3.4. Penatalaksanaan Operatif

Pemahaman tentang perkembangan penyakit dan pola penyebaran kanker ovarium

adalah dasar dilakukannya surgical staging. Bila tumor ovarium tersebut dicurigai

ganas, prosedur standar surgical staging yang harus diikuti adalah sebagai berikut:2

• Insisi mediana melewati umbilicus sampai diperoleh kemudahan untuk melakukan eksplorasi rongga abdomen atas.

(47)

Pengambilan asites atau cairan ini haruslah dilakukan segera sebelum

terkontaminasi dengan darah. Pengambilan dapat menggunakan alat suntik

20 cc atau 50 cc yang ujungnya telah disambung dengan kateter.

• Bila tidak terdapat asites atau cairan yang cukup dalam rongga peritoneum, pembilasan (peritoneal washing) harus dilakukan dengan memasukkan 50 –

100 cc larutan NaCl 0,9%. Pembilasan rongga peritoneum dengan larutan

NaCl fisiologis dilakukan pada 5 lokasi yaitu:

Cul de sac

Parakolika kanan

Parakolika kiri

Hemidiafragma kanan

Hemidiafragma kiri.

• Kemudian cairan tersebut diambil kembali dengan alat suntik yang ujungnya telah disambung dengan kateter.

• Lakukan eksplorasi sistematik (staging) semua permukaan dalam abdomen dan visera. Eksplorasi dimulai dari caecum ke arah kepala searah jarum jam

menelusuri fosa parakolika kanan, kolon asenden, ginjal kanan, permukaan

liver dan kandung kemih, dan hemidiafragma kanan. Daerah para-aorta,

kolon transversum, hemidiafragma kiri, lien dan ginjal kiri, fosa kolika kiri dan

kolon desenden sampai ke sigmoid dan rectum. Kemudian jejunum dan

mesenteriumnya mulai dari ligamentum Treitz terus ke ileum dan

mesenteriumnya sampai ke caecum. Eksplorasi dilanjutkan pada genitalia

interna. Lokalisasi dan ukuran tumor primer serta hubungannya dengan organ

sekitar dicatat dengan baik. Demikian juga jika terdapat metastasis ke organ

(48)

terdapat penyebaran tumor di luar pelvis, maka stadium kanker tersebut telah

lanjut, kira-kira stadium III, karenanya bilasan rongga peritoneum untuk

sitologi dan biopsi peritoneum tidak diperlukan lagi. Sebaliknya, jika tidak ada

penyebaran ke luar pelvis, bilasan rongga peritoneum untuk sitologi, biopsi

peritoneum, dari kavum douglas, parakolika kanan dan kiri, paravesika

urinaria, mesenterium intestin, subdiafragma dan pengangkatan kelenjar

getah bening retroperitoneal menjadi penting.

• Tumor ovarium diangkat sedapatnya in toto (intact) dan dikirim untuk pemeriksaan potong beku (frozen section). Adakalanya tumor sedemikian

besarnya sehingga tidak dapat diangkat segera. Dalam hal ini hanya

sebagian tumor yang dikirim untuk pemeriksaan potong beku.

• Bila hasil potong beku ternyata ganas, surgical staging dilanjutkan ke langkah berikutnya.

• Pengangkatan seluruh genitalia interna dengan histerektomi total dan salpingooforectomi bilateral.

• Untuk mengetahui adanya mikrometastasis, dilakukan:

Biopsi peritoneum: kavum douglas, paravesika urinaria, parakolika kanan,

dan subdifragma.

Biopsi perlengketan-perlengketan organ intraperitoneal

Limfadenektomi sistematik kelenjar getah bening pelvis dan para-aorta

Omentektomi

Apendektomi jika tumor jenis musinosum.

Jika tindakan surgical staging dilakukan sesuai dengan langkah-langkah di atas,

(49)

langkah-langkah yang ditinggalkan, tindakan tesebut disebut incomplete surgical staging.

Langkah-langkah yang sering ditinggalkan adalah omentektomi, limfadenektomi,

biopsi peritoneum pelvis dan diafragma. Insisi mediana pada saat memulai surgical

staging, khususnya pada wanita berusia muda, sebaiknya tidak melewati umbilkus.

Perluasan insisi baru dilakukan jika hasil pemeriksaan potong beku menunjukkan

keganasan.2

2.3.5. Stadium Kanker Ovarium

Stadium kanker ovarium disusun menurut keadaan yang ditemukan pada operasi

eksplorasi. Stadium tersebut menurut International Federation of Gynecologist and

Obstetricians (FIGO) 2000.26

Tabel 2.6. Stadium Kanker Ovarium Menurut International Federation of Gynecologist and Obstetricians (FIGO) 2000.26

Stadiu m

Keterangan

I Tumor terbatas pada ovarium

IA Tumor terbatas pada satu ovarium, kapsul tumor utuh, tidak ada pertumbuhan dipermukaan ovarium, tidak ada sel tumor cairan asites ataupun pada bilasan cairan di rongga peritoneum

IB Tumor terbatas pada dua ovarium, tidak ada pertumbuhan tumor pada permukaan kapsul, tidak ada sel tumor cairan asites ataupun pada bilasan cairan di rongga peritoneum.

(50)

II Tumor pada satu atau dua ovarium dengan perluasan di pelvis

IIA Tumor meluas ke uterus dan atau ke tuba tanpa sel tumor dicairan asites ataupun bilasan rongga peritoneum.

IIB Tumor meluas ke jaringan organ pelvis lainnya tanpa sel tumor di cairan asites ataupun bilasan rongga peritoneum

IIC Perluasan di pelvis (IIA atau IIB) dengan ditemukan sel tumor di cairan asites atau bilasan rongga peritoneum.

III Tumor pada satu atau dua ovarium disertai dengan perluasan tumor pada rongga peritoneum diluar pelvis dengan atau metastasis ke kelenjar getah bening regional.

IIIA Metastasis mikroskopik diluar pelvis

IIIB Metastasis makroskopik diluar pelvis dengan besar lesi metastasis yang kurang atau sama dengan 2 sentimeter.

IIIC Metastasis makroskopik diluar pelvis dengan besar lesi metastasis yang lebih dari 2 sentimeter dan atau metastasis ke kelenjar getah bening regional.

(51)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian dilakukan dengan pendekatan cross sectional retrospektif dengan

mengumpulkan data untuk mengetahui keakuratan potong beku, sitologi imprint

intraoperasi, dan gambaran USG pada pasien dengan diagnosis tumor ovarium

yang menjalani laparatomi.

3.2. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP. H. Adam Malik

dan bekerjasama dengan bagian Rekam Medik RSUP. H. Adam Malik. Waktu

penelitian dilakukan mulai bulan januari 2009.

3.3. POPULASI PENELITIAN

Populasi penelitian adalah semua kasus yang didiagnosis sebagai tumor ovarium

secara USG yang menjalani operasi laparatomi dengan pemeriksaan potong beku

dan/atau sitologi imprint intraoperasi di Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP.

H. Adam Malik selama periode Januari 2005 – Desember 2008.

3.4. KRITERIA SAMPEL 3.4.1. Kriteria Penerimaan

1. Kasus tercatat dalam rekam medik di Departemen Obstetri dan Ginekologi

(52)

2. Kasus tumor ovarium yang didiagnosa dengan USG yang dilakukan

pemeriksaan potong beku dan/atau sitologi imprint intraoperasi.

3. Terdapat hasil pemeriksaan histopatologi potong parafin yang menyertai

pemeriksaan histopatologi potong beku dan/atau sitologi imprint.

3.4.2. Kriteria Penolakan

(53)

3.5. KERANGKA KONSEP

Rekam medis RSUP. H. Adam Malik Departemen Obstetri dan Ginekologi

Nama Nomor MR

3.6. BAHAN DAN PROSEDUR KERJA

Data untuk penelitian diperoleh dari sistem pencatatan dan pelaporan atau rekam

medik RSUP. H. Adam Malik.

Dari sampel penelitian tersebut dicatat mengenai hal berikut:

1. Karateristik penderita yang mengalami potong beku dan/atau sitologi imprint

intraoperasi dengan diagnosa tumor ovarium menggunakan alat USG,

seperti: umur, paritas.

2. Hasil pemeriksaan gambaran USG, hasil pemeriksaan histopatologi potong

beku, hasil pemeriksaan sitologi imprint, hasil pemeriksaan histopatologi

potong parafin, dan stadium kanker ovarium.

(54)

3.7. BATASAN OPERASIONAL

• Kanker ovarium adalah kanker primer dari ovarium

• Histologi adalah bagian anatomi yang mempelajari fungsi, komposisi, dan struktur halus jaringan.

• Histopatologi adalah pemeriksaan jaringan/massa tumor secara mikroskopik setelah dilakukan fiksasi dan pengecetan.

• Sitologi adalah pelajaran tentang sel, asal, struktur, fungsi, dan patologinya.

• Parafin adalah lilin hidrokarbon murni yang digunakan untuk menempelkan spesimen histologik.

• Embedding adalah fiksasi spesimen jaringan dalam media yang keras, agar spesimen tersebut tetap utuh ketika dipotong menjadi sayatan-sayatan yang

tipis.

• Stadium kanker ovarium adalah stadium yang ditentukan oleh luasnya tumor pada saat pembedahan dan dihubungkan dengan pemeriksaan histopatologi.

Klasifikasi stadium untuk kanker ovarium berdasarkan sistem yang ditetapkan

oleh FIGO 2000.

3.8. PENGOLAHAN DATA

Dari hasil pengumpulan catatan tesebut dirangkumkan dalam tabel induk untuk

diolah secara statistik menggunakan data komputer SPSS (Stastical Package for

Social Sciences) versi 15.0 dan dilakukan uji statistik Chi-Square. Bermakna secara

(55)

BAB IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah dilakukan pengumpulan data dengan metode pencatatan data rekam medis

dari bagian pengelolaan rekam medis rumah sakit H. Adam Malik, rekam medis

periode Januari 2005 – Desember 2008, didapatkan kasus tumor ovarium dengan

konsultasi patologi intraoperasi yang memenuhi kriteria sebanyak 83 sampel.

Kemudian data yang ada ditabulasikan kedalam tabel dan dihitung secara statistik

dengan nilai kemaknaan p< 0,05.

Table 4.1. Sebaran Kelompok Tumor Jinak dan Ganas Berdasarkan Usia

Jinak Ganas Jumlah

Usia (tahun) n % n % n %

≤ 20 6 9,4 3 15,8 9 10,8

21-35 18 28,1 4 21,1 22 26,5

36-50 27 42,2 10 52,6 37 44,5

≥ 51 13 20,3 2 10,5 15 18,1

Total 64 100 19 100 83 100

Dari tabel 4.1. dapat dilihat bahwa kanker ovarium paling banyak didapati pada

kelompok usia 36-50 tahun yaitu sebanyak 10 orang (52,6%) dan yang paling sedikit

pada kelompok usia ≥ 51 tahun, berjumlah 2 orang (10,5%).

Beberapa kepustakaan menyebutkan bahwa angka kejadian kanker ovarium

(56)

usia setelah 45 tahun. Usia median saat diagnosis adalah 63 tahun dan 48%

penderita berusia diatas 65 tahun.2,26

Tablel 4.2. Sebaran Kelompok Tumor Jinak Dan Ganas Berdasarkan Paritas

Jinak Ganas Jumlah Paritas

n % n % n %

0 22 34,3 6 31,6 28 33,7

1-3 22 34,4 8 42,1 30 36,1

>3 20 31,3 5 26,3 25 30,1

Total 64 100 19 100 83 100

Dari tabel 4.2. dapat diketahui bahwa paritas terbanyak yang menderita kanker

ovarium dijumpai pada kelompok paritas 1-3 tahun dengan jumlah 8 orang pasien

(42,1%).

Penelitian menunjukkan bahwa wanita dengan paritas yang tinggi memiliki resiko

terjadinya kanker ovarium yang lebih rendah daripada nulipara. Pada wanita yang

mengalami 4 atau lebih kehamilan aterm, resiko terjadinya kanker ovarium

berkurang sebesar 40% jika dibandingkan dengan wanita nulipara.2

Tabel 4.3. Sebaran Stadium Kanker Ovarium

Jumlah

Stadium n %

(57)

II 2 10,53

III 10 52,63

IV 0 0

Total 19 100

Tabel 4.3. memperlihatkan sebaran stadium kanker ovarium. Pada penelitian ini

didapatkan bahwa stadium kanker ovarium terbanyak pada stadium III yaitu 10

orang (52,63%), dan tidak ditemukan kanker ovarium pada stadium IV.

Karena belum ada metode skrining yang efektif untuk kanker ovarium, 70% kasus

kanker ovarium ditemukan pada keadaan yang sudah lanjut yakni setelah tumor

telah menyebar jauh di luar ovarium.2

Tabel 4.4. Hubungan Hasil Pemeriksaan Gambaran Ultrasonografi dengan Hasil Histopatologi Potong Parafin.

Ganas Jinak Jumlah USG

N % n % n % p*

+ 8 42,1 6 9,4 14 16,9

Asite

s _ 11 57,9 58 90,6 69 83,1

0,0 01

(58)

Sept

Tabel 4.4. memperlihatkan hubungan hasil pemeriksaan ultrasonografi dengan hasil

histopatologi potong paraffin. Pada penelitian ini didapatkan bahwa kanker ovarium

ditemukan pada gambaran asites (+) yaitu 8 orang (42,1%). Dari uji statistik dengan

menggunakan uji Chi-Square maka ditemukan ada hubungan bermakna antara

gambaran asites pada pemeriksaan ultrasonografi dengan kanker ovarium p= 0,001

(p<0,05).

Tumor ganas ovarium ditemukan terbanyak pada septa (+) yaitu pada 12 orang

(63,2%), dari uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square maka ditemukan ada

hubungan bermakna antara gambaran septa pada pemeriksaan ultrasonografi

dengan kanker ovarium p= 0,035 (p<0,05).

Tumor ganas ovarium ditemukan terbanyak pada papil (+) yaitu pada 8 orang

(42,1%), dari uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square maka ditemukan tidak

ada hubungan bermakna antara gambaran papil dengan pemeriksaan ultrasongrafi

dengan kanker ovarium p= 0,079 (p>0,05).

(59)

Akurasi (%)

Sensitivit as (%)

Spesifisit as (%)

NP+ (%) NP- (%)

Asites 79,5 42,1 90,6 57,1 84,1

septa 63,9 63,2 64,1 34,3 85,4

Papil 69,9 42,1 78,1 36,4 82,5

Dari tabel 4.5. didapatkan dengan pemeriksaan USG bahwa gambaran asites

mempunyai akurasi, spesifisitas dan nilai prediksi positif (NP+) yang tertinggi,

masing-masing 79,5%, 90,6% dan 57,1%. Gambaran asites dan papil mempunyai

sensitivitas terendah yaitu sama-sama 42,1%. Gambaran septa mempunyai

sensitivitas dan nilai prediksi negatif (NP-) yang tertinggi yaitu 63,2% dan 85,4%.

Gambaran papil mempunyai nilai prediksi positif dan negatif yang terendah,

masing-masing 36,4% dan 82,5%.

Secara umum diketahui bahwa USG kurang sensitif untuk membedakan tumor jinak

dan tumor ganas ovarium berdasarkan pemeriksaan karateristik tumor. Kanker

ovarium biasanya sebagai lesi yang kompleks, multilokuler, tampak pertumbuhan

papil dengan bagian dinding atau septa yang menebal dengan permukaan yang

tidak rata. Selain itu sering ditemukan adanya cairan bebas atau asites. Sensitivitas

(60)

Tabel 4.6. Hubungan Hasil Pemeriksaan Histopatologi Potong Beku Intraoperasi dengan Histopatologi Potong Parafin Dalam Diagnosis Tumor Ovarium

Tabel 4.6. memperlihatkan hubungan antara hasil pemeriksaan histopatologi potong

beku intraoperasi dan histopatologi potong parafin dalam menegakkan diagnosa

tumor ovarium. Pada penelitian ini dari 74 sampel penelitian ditemukan hasil

pemeriksaan potong beku intraoperasi dan hasil pemeriksaan potong parafin yang

keduanya menunjukkan hasil tumor ganas ovarium sebanyak 14 orang (93,3%).

Hasil pemeriksaan potong beku intraoperasi dan hasil pemeriksaan potong parafin

yang keduanya menunjukkan hasil tumor jinak ovarium sebanyak 59 orang (100%).

Hanya 1 orang pasien (6,7%) pada hasil pemeriksaan potong beku menunjukkan

hasil tumor jinak tetapi hasil pemeriksaan potong parafin menunjukkan tumor ganas.

(61)

dengan diagnosa kanker ovarium dengan stadium yang tidak adekuat. Dengan uji

statistik menggunakan uji Chi-Square didapatkan adanya hubungan yang bermakna

antara hasil pemeriksaan histopatologi potong beku intraoperasi dan hasil

pemeriksaan histopatologi potong parafin dengan nilai p=0.0001 (p<0.05).

Dari penelitian ini didapatkan bahwa potong beku intraoperasi mempunyai akurasi

98,6% dengan sensitivitas 93,3%, spesifisitas 100%, nilai prediksi positif 100% dan

nilai prediksi negatif kanker ovarium 98,3%. Keakuratan potong beku pada penelitian

ini sangat tinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian Amita Maheswari dkk (2006) yang dalam penelitian mereka mendapatkan keakuratan yang tinggi potong beku

intraoperasi pada tumor ganas ovarium, mempunyai sensitivitas 93,5% dan

spesifisitas 98,5%.1

Brun J-L, dkk. (2008) dalam penelitian mereka mendapatkan sensitivitas dan spesifisitas dari diagnosis potong beku terhadap tumor ganas ovarium berturut-turut

adalah 62% dan 99%.10

Virach Wootipoom dkk. (2006)dalam penelitian mereka mendapatkan sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif dan nilai prediksi negatif potong beku intraoperasi

pada tumor ganas ovarium masing-masing adalah 86,1%, 98,5%, 97,1%, dan

(62)

Peter G. Rose dkk (1994) dalam penelitian mereka mendapatkan akurasi potong beku 92,7% pada semua kasus. Sensititas tumor ovarium adalah 92,5%, dan nilai

prediksi positif kanker ovarium sebesaar 99,1%.35

Tabel 4.7. Hubungan Hasil Pemeriksaan Sitologi Imprint Intraoperasi dengan Histopatologi Potong Parafin Dalam Diagnosis Tumor Ovarium

Potong Parafin

Tabel 4.7. memperlihatkan hubungan antara hasil pemeriksaan sitologi imprint

intraoperasi dengan histopatologi potong parafin dalam menegakkan diagnosa tumor

ovarium. Pada penelitian ini dari 49 sampel penelitian ditemukan hasil pemeriksaan

sitologi imprint intraoperasi dan histopatologi potong parafin yang keduanya

menunjukkan tumor ganas ovarium sebanyak 15 orang (93,8%). Hasil pemeriksaan

Gambar

TABEL INDUK     ………………………...……………………………………………..    59
Tabel 4.8. Gambaran Hasil Pemeriksaan USG terhadap pemeriksaan
Gambar 3. Evaluasi praoperatif penderita dengan massa di adneksa     …….…     23
FIGO  : International Federation of Gynecologist and Obstetricians
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemeriksaan intra-operatif yang terdiri dari sitologi imprint (SI) dan potong beku (PB) dipergunakan karena mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang lebih baik dibanding

Tumor ganas ovarium epitelial jarang dijumpai pada wanita berusia kurang dari.

Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan rancangan penelitian cross sectional (belah lintang) dan menggunakan pendekatan retrospektif. Pengambilan data dengan

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain penelitian cross sectional study , Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah adalah anak-anak

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross- sectional yang bertujuan untuk mengetahui prevalensi Diabetes Mellitus tipe 2 dengan tuberkulosis

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain potong lintang (cross sectional), secara retrospektif dengan menggunakan data

Tabel 8 menunjukkan perbandingan antara hasil pemeriksaan histopatologi potong beku dengan histopatologi rutin menurut potensi keganasan tumor ovarium tipe

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil penderita kanker penis di laboratorium Patologi Anatomi RSUP H.. Penelitian ini merupakan penelitian studi retrospektif