• Tidak ada hasil yang ditemukan

lain sebagainya. Dalam mengupayakan keinginan itu, pastinya terdapat tujuan serta keyakinan dalam pencapaian tersebut. Namun tidak sedikit orang yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "lain sebagainya. Dalam mengupayakan keinginan itu, pastinya terdapat tujuan serta keyakinan dalam pencapaian tersebut. Namun tidak sedikit orang yang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Prioritas Tipe Nilai Motivasional pada Biarawati (Berdasarkan Teori Schwartz)

Astina Romauli

Anugriaty Indah, Msi.

Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma

ABSTRAK

Pada masa sekarang ini banyak sekali orang-orang yang melanggar norma-norma yang ada demi kelangsungan hidup mereka pribadi. Mulai dari korupsi besar-besaran, merampok, membunuh, memutilasi, dan banyak lagi kejahatan yang ada, bahkan pada masa sekarang ini sudah banyak bermunculan nabi-nabi palsu. Apa pun yang mereka kerjakan, tidak ada lagi nilai motivasional mereka dalam menjalaninya, sehingga tidak perduli lagi terhadap orang lain atas tindakan mereka. Biarawati adalah salah satu panutan yang baik bagi masyarakat sekarang untuk mempunyai nilai motivasional yang baik, yang dapat tetap menjaga tindakan sehingga dapat menjadi suatu pribadi yang baik dalam lingkungan pekerjaan mau pun lingkungan bermasyarakat.

Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik wawancara dan observasi dengan subjek dan SO. Untuk membantu proses pengumpulan data maka peneliti dilengkapi dengan pedoman wawancara, pedoman observasi dan alat tulis. Dalam penelitian ditentukan sejumlah karakteristik bagi subjek penelitian yaitu subjek penelitian ini adalah seorang biarawati, yang berusia 39 tahun dan sudah menjadi biarawati selama 15 – 20 tahun .

Setelah dilakukan penelitian kepada subjek mengenai prioritas tipe nilai motivasional pada biarawati (berdasarkan teori schwartz) maka ditemukan: faktor panggilan sebagai individu, anggota masyarakat, orang kristen dan panggilan khusus yang menyebabkan subjek menjadi biarawati. Serta prioritas tipe nilai motivasional subjek adalah tipe nilai motivasional benevolence, tipe nilai motivasional conformity dan tipe nilai motivasional tradition.

Kata Kunci : Prioritas, tipe nilai motivasional, biarawati PENDAHULUAN

Kehidupan yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa di dunia ini sungguh merupakan suatu hal yang luar biasa. Seorang manusia bisa berkarya, bersosialisasi serta menikmati keindahan di dunia. Namun kehidupan ini tentunya

tidak terlepas dari norma-norma yang memang seharusnya dipatuhi. Banyak hal yang ingin dicapai atau yang diinginkan terjadi di dalam kehidupan, seperti menginginkan jabatan, kekayaan, keseimbangan dalam menjalani hidup, kesempurnaan, dan

(2)

lain sebagainya. Dalam mengupayakan keinginan itu, pastinya terdapat tujuan serta keyakinan dalam pencapaian tersebut. Namun tidak sedikit orang yang dimana telah mencapai keinginannya tersebut justru kehilangan keyakinan yang mengawalinya, serta kehilangan kendali terhadap apa yang telah dimilikinya.

Berbeda halnya dengan biarawati, dimana dalam kehidupan biarawati terdapat peraturan-peraturan yang mungkin berat dilalui oleh orang lain. Dimana yang diketahui bahwa biarawati harus terlepas dari kenikmatan duniawi dan berserah penuh kepada Tuhannya untuk mengabdi melayani Tuhan dan sesama manusia seumur hidupnya. Seorang biarawati harus mendalami ajaran agamanya dengan baik dan mengembangkan keteguhan hatinya agar motivasinya dalam memilih jalan biarawati dapat terpenuhi dengan baik. Seperti yang Allport (dalam Prasetya, 1993) katakan dalam pendekatan psikodinamis, agama mendukung pribadi dalam mengalami kesulitan hidup yang muncul dalam bentuk kegelisahan, keraguan dan keputus-asaan. Biarawati harus memiliki kepribadian baik yang tercermin dari sikap, perilaku dan tutur bahasa yang digunakan. Karena itu, pengenalan akan diri sendiri sangatlah penting bagi setiap individu agar dapat menempatkan diri

dengan baik dan dapat diterima oleh berbagai macam lingkungan serta dalam beragam karakteristik.

Maslow (dalam Prasetya, 1993) mengatakan “Orang tidak dapat memilih suatu kehidupan secara bijaksana kalau tidak berani mendengarkan diri sendiri, pribadinya sendiri, tiap saat dalam hidupnya dan dengan tenang mengatakan, tidak, saya tidak suka ini dan itu”. Dengan cara itu seseorang akan dapat mengetahui misi dan tugasnya dalam hidupnya.

Di dalam hidup, seorang manusia memang harus mempunyai motivasi dalam pencapaian sesuatu yang diinginkan. Setiap orang memiliki sejumlah nilai dengan derajat kepentingan yang bermacam-macam. Nilai sebagai tujuan yang diharapkan seseorang dan berfungsi sebagai prinsip yang mengarahkan perilaku. Maka apa yang telah dimiliki oleh seorang manusia, baiknya didasari oleh nilai dan memegang kendali terhadap perilaku individu sehari-hari (Rokeaeh, 1973). Sedangkan menurut Schwartz (dalam Smith & Schwartz, 1997) aspek penting yang membedakan berbagai nilai adalah tujuan motivasional yang hendak diekspresikan. Prioritas atau hirarki tipe nilai motivasional adalah derajat penting atau tidak pentingnya suatu tipe nilai motivasional dibandingkan dengan tipe

(3)

nilai motivational yang lain bagi sebuah kelompok atau individu. Makin tinggi derajat suatu tipe nilai motivasional dibandingkan dengan tipe nilai motivasional lain, maka makin penting tipe nilai motivasional tersebut dibandingkan dengan tipe nilai motivasional yang lain.

Berdasarkan tipe-tipe nilai motivasional dari Schwartz, seorang biarawati harus memiliki prioritas nilai motivasional dalam menjalani pilihan hidupnya. Agar menjadi tumpuan saat segala rintangan datang di dalam hidupnya. Namun bila seorang biarawati memiliki landasan prioritas nilai motivasional yang salah, maka tidak heran jika seorang biarawati dapat gagal menjalani sumpahnya sebagai seorang biarawati. Akhirnya peneliti tertarik untuk meneliti prioritas tipe nilai motivasional pada biarawati berdasarkan teori Schwartz.

TINJAUAN PUSTAKA

Nilai Motivasional (Menurut Schwartz)

Pengertian nilai motivasional menurut Schwartz (1994) ialah suatu nilai yang diperoleh melalui sosialisasi terhadap kelompok dominan dan melalui pengalaman belajar yang memuat kepentingan dari kelompok-kelompok sosial, yang dapat memotivasi aksi,

memberikan arah dan kedalaman emosional serta berfungsi sebagai standar untuk menilai dan menjustifikasi aksi.

Tipe-tipe Nilai Motivasional

Dari kebutuhan biologis, kebutuhan akan interaksi sosial, dan tuntutan akan berfungsinya kelompok, dikembangkanlah 10 jenis tipe nilai motivasional yang berbeda pada level analisis individual (Schwartz, 2000), yaitu:

a. Power, di mana tujuan utama dari tipe nilai ini adalah pencapaian status sosial dan prestise, serta kontrol atau dominasi terhadap orang lain atau sumber daya tertentu.

b. Achievement, di mana tujuan utama dari tipe nilai ini adalah keberhasilan pribadi dengan menunjukkan kompetensi sesuai standar sosial.

c. Hedonisme, di mana tujuan utama dari tipe nilai ini adalah kesenangan dan kepuasan untuk diri sendiri. d. Stimulation, di mana tujuan utama

dari tipe nilai ini adalah ketergugahan, pembaharuan, dan tantangan dalam hidup.

e. Self direction, di mana tujuan utama dari tipe nilai ini adalah pikiran dan tindakan yang tidak terikat (independen) dalam

(4)

memilih, berkreasi, dan mengeksplorasi.

f. Universalism, di mana tujuan utama dari tipe nilai ini adalah penghargaan, toleransi, memahami orang lain, dan perlindungan terhadap kesejahteraan semua orang dan alam.

g. Benevolence, di mana tujuan utama dari tipe nilai ini adalah pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan dari orang yang sering kontak dengan individu. h. Tradition, di mana tujuan utama

dari tipe nilai ini adalah penghargaan, komitmen, dan penerimaan terhadap kebiasaan-kebiasaan dan pemikiran bahwa budaya tradisional atau agama menentukan diri seseorang.

i. Conformity, di mana tujuan utama dari tipe nilai ini adalah

pengendalian tindakan, kecenderungan, dan impuls-impuls

yang tampaknya bisa melukai atau menyakiti orang lain dan bertentangan dengan harapan dan norma sosial.

j. Security, di mana tujuan utama dari tipe nilai ini adalah perlindungan, harmoni, stabilitas masyarakat, serta hubungan antar masyarakat dan diri sendiri.

Biarawati

Dapat dikatakan biarawati merupakan anggota lembaga religius yang mengikat diri dengan kaul atau ikrar (Heuken, 1991). Sedangkan menurut Hardawiryana (1993) biarawati ialah pelayan tuhan yang mengabdikan seluruh hidupnya hanya untuk melayani Tuhannya.

Faktor-faktor yang Menyebabkan Seseorang Menjadi Biarawati

Menurut Leykam & Mores (1995) (dalam Putri, 2006) panggilan pada umumnya memiliki empat faktor yakni :

a. Panggilan sebagai individu

Panggilan sebagai individu berarti seseorang dipanggil untuk mendewasakan diri sehingga berguna bagi orang lain dalam relasi antar pribadi.

b. Panggilan sebagai anggota masyarakat

Panggilan sebagai anggota masyarakat berarti seseorang dipanggil untuk menjadi warga masyarakat yang baik.

c. Panggilan sebagai orang kristen Panggilan sebagai orang kristen (dimensi religius) berarti seseorang dipanggil untuk menyempurnakan dirinya menurut ajaran kitab suci

(5)

dan mewartakan ajaran tersebut melalui kesaksian hidup.

d. Panggilan khusus

Pada panggilan khusus, seseorang dipanggil untuk menguduskan dan mempersembahkan dirinya sebagai orang kristen dan mengabdi serta melayani Tuhan dan umat manusia secara total sepanjang hidup.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi kasus (case study). Studi kasus adalah suatu penelitian yang bersifat eksploratif dan memusatkan perhatian pada masalah manusia (Yin, 2002). Adapun menurut (Staughnessy, 1994) studi kasus adalah gambaran atau uraian yang intens dan analisa kasus tunggal. Data diperoleh dari beberapa sumber yang berbeda, seperti pengamatan yang naturalistik, tes psikologi, dan self report.

Subjek Penelitian

Subjek adalah seorang biarawati berusia 39 tahun yang tergolong dewasa muda (20-40 tahun). Subjek telah menjadi biarawati selama 15-20 tahun karena telah memenuhi kaul paling akhir yaitu kaul ketaatan dan subjek tinggal di kebiaraan yang terletak di daerah Depok, Jawa Barat.

Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tipe wawancara dengan pedoman umum, yang mencantumkan isu-isu yang harus diliput dan digunakan untuk mengingat peneliti mengenai aspek-aspek yang harus dibahas.

Jadi dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis observasi non-partisipan. Observasi non partisipan adalah peneliti tidak ikut terlibat dalam kegiatan observasi.

Keakuratan Penelitian

Untuk menjaga keakuratan penelitian, peneliti menggunakan triangulasi data, triangulasi pengamat, triangulasi teori, dan triangulasi metode. Triangulasi data peneliti menggunakan sumber data dari subjek dan dari significant others. Untuk triangulasi pengamat peneliti dibimbing oleh dosen pembimbing, triangulasi teori peneliti mencantumkan teori-teori yang menyangkut penelitian tersebut. Dan untuk triangulasi metode peneliti melakukan metode wawancara yang kebenarannya diperiksa dengan metode observasi pada saat sesudah wawancara dilakukan.

HASIL PENELITIAN

Prioritas tipe nilai motivasional pada biarawati

(6)

Schwartz (2000) mengemukakan 10 tipe nilai motivasional untuk mengetahui prioritas tipe nilai motivasional pada biarawati dan hanya beberapa yang dimiliki oleh subjek, yaitu tipe nilai motivasional benevolence, conformity dan tradition. Sedangkan tipe nilai motivasional achievement, stimulation, self direction, universalism, dan security juga dimiliki oleh biarawati namun bukan merupakan prioritas subjek. Dan tipe nilai motivasional power dan hedonisme tidak dimiliki subjek dalam hidupnya sebagai seorang biarawati.

Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif dengan studi kasus di gunakan seperangkat prosedur dalam menganalisis data. Strauss & Corbin (2003), menjelaskan analisis dalam studi kasus terdiri dari tiga jenis pengkodean utama : (1) Pengkodean terbuka (open coding); (2) Pengkodean berporos (axial coding); (3) Pengkodean berpilih (selective coding). Dalam penelitian ini pengkodean yang digunakan adalah Pengkodean terbuka (open coding), dimana pengertian dari pengkodean terbuka (open coding) ialah merupakan proses menguraikan, memeriksa, membandingkan, mengkonsepsikan, dan mengkategorikan data. Serta terdiri dari

beberapa prosedur, antara lain: a. Pelabelan fenomena

b. Penemuan dan penamaan kategori c. Penyusunan kategori

KESIMPULAN

Berdasarkan dari hasil wawancara dan observasi, maka dapat ditarik kesimpulan, yaitu : Dari 10 tipe nilai motivasional yang menjadi prioritas tipe nilai motivasional pada biarawati hanya 3 yaitu, tipe nilai motivasional benevolence, conformity dan tradition. Dimana tipe nilai motivasional benevolence subjek menjalankan tanggungjawab dengan menjalankan tugasnya, menaati peraturan, subjek jujur terhadap diri sendiri dengan mengetahui resiko menjadi biarawati dan menjauhi apa yang tidak diperbolehkan oleh seorang biarawati. Tipe nilai motivasional conformity yang mendorong subjek untuk menghindari hal-hal yang bertentangan dengan harapan dan norma-norma sosial karena subjek memiliki pengharapan yang baik dengan menjadi seorang biarawati. Dan juga memiliki tipe nilai motivasional tradition yang dimana subjek menjalani komitmen sebagai seorang biarawati dengan hidup membujang yaitu tidak memiliki suami serta menjalani aturan-aturan biara yang sudah dijadwalkan setiap harinya.

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Hardawiryana, R. (1993). Dokumen konsili vatikan II / Terjemahan oleh R. Hardawiryana. Jakarta : Obor

Heuken, A. (1991). Ensiklopedia gereja (Jilid 1). Jakarta : Cipta Loka Caraka

Prasetya, F. M. (1993). Psikologi hidup rohani 1. Yogyakarta : Kanisius

Putri, D. W. (2006). Motivasi dan proses pengambilan keputusan menjadi pastor paroki. Skripsi. Depok : Fakultas Psikologi Gunadarma

Rokeach, M. (1973). The nature of human values. New York : The Free Press, a division of Mc Millan Publ. co, Inc

Schwartz, S. H. (1994). Are there universals aspects in the structure and contents of human values ?. Journal of Social Issue Winter 1994 vol 50, No. 4, SPSSI

Schwartz, S. H. & Sagie, G. (2000). Value consensus and importance : A cross – national study. Journal of Cross Cultural Psychology 1 vol 24, No. 6

Smith & Schwartz, S. H. (1997). Influences of adaptation to communist rule on value

priorities in eastern Europe. Political Psychology

Staughnessy, J. J. & Eugene, B. (1994). Method in psychology 3nd edition. New York : Mc Graw Will. Inc

Strauss, A. & Corbin, J. (2003). Dasar-dasar penelitian kualitatif. Yogyakarta : Pustaka Belajar

Yin, R. K. (2000). Case study research : design and methods. 3rd edition. California : Newburry Park

Referensi

Dokumen terkait

Fuzzy Neural Network atau Jaringan Syaraf Kabur atau sistem neuro- fuzzy adalah mesin belajar yang menemukan parameter sistem kabur (yaitu, himpunan fuzzy, aturan fuzzy)

Hasil estimasi nilai intrinsik dengan menggunakan metode discounted cash flow dan relative valuation antara Rp2.607 per lembar saham sampai dengan Rp2.624, harga saham rata-

PADP619 Pengembangan Media Pengajaran berbasis TIK (ICT-Based Teaching Media Development for Office Administration Education). PADP602 Seminar Administrasi Perkantoran (Seminar

Indikator yang harus dikuasai siswa untuk mencapai kompetensi tersebut antara lain (1) siswa dapat menuliskan latar belakang buku dengan tepat, (2) siswa dapat mengklasifikasikan

Aliran darah pulmonal yang berlebihan ada pada mereka dengan gagal jantung akibat shunt besar dari kiri ke kanan, dan kekaburan difus karena kongesti vena

Berdasarkan hasil penelitian, dalam naskah cerita Makyong Wak Prambun, dari 29 butir tunjuk ajar Melayu 19 butir di antaranya terkandung dalam dialog-dialog yang ada pada

Sehingga berindikasi bahwa “ada hubungan antara penguasaan kosakata siswa dan kemampuan mereka dalam menerjemahkan teks bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia pada

Dilihat dari hasil nilai terbaik keduanya, permasalahan peramalan jumlah pengunjung wisata memberikan hasil yang lebih baik ketika menggunakan FLRGA, hal ini karena